Anda di halaman 1dari 36

Ungkapan-Ungkapan Larangan di

Kanagarian Padang Alai Kecamatan


V Koto Kampung Dalam, Kabupaten
Padang Pariaman
By sulunglahitani
Catatannya Sulung

Bab I

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negeri yang kaya akan kebudayaan. Setiap daerah di


Indonesia mempunyai keunikan sendiri dengan kebudayaan mereka
masing-masing. Kebudayaan tersebut apabila tidak dilestarikan, maka
akan punah. Oleh sebab itu, perlu adanya pelestarian kebudayaan
tradisional asli Indonesia.

Salah satu bentuk dari kebudayaan tradisional tersebut adalah


folklor. Menurut Brunvand (dalam Danandjaya, 1991:2), folklor
adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan
diwariskan turun temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara
tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan
maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat
pembantu pengingat. Fungsi folklor tersebut sendiri, menurut
William R. Bascom (dalam Danandjaya, 1991:19) yaitu sebagai sistem
proyeksi, sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-
lembaga kebudayaan, sebagai alat pendidikan anak, serta sebagai alat
pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu
dipatuhi oleh anggota kolektifnya.
Brunvand (dalam Danandjaya, 1991:21), menggolongkan folklor ke
dalam beberapa bagian, yaitu: folklor lisan, folklor sebagian lisan,
dan folklor bukan lisan. Selanjutnya, folklor lisan dibagi kembali
menjadi bahasa rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional,
puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat. Folklor
sebagian lisan dibagi atas kepercayaan rakyat, permainan rakyat,
teater rakyat, tari rakyat, adat-istiadat, upacara rakyat, dan pesta
rakyat. Terakhir, folklor bukan lisan digolongkan menjadi dua katgori
besar, yaitu material (arsitektur rakyat, kerajinan tangan rakyat,
masakan dan minuman rakyat, serta obat-obatan rakyat) dan
nonmaterial (gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat untuk
komunikasi rakyat, dan musik rakyat).

Pada laporan penelitian ini, penulis lebih memfokuskan kepada


ungkapan larangan, yang termasuk ke dalam ungkapan tradisional
dalam folklor lisan. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi
ungkapan-ungkapan larangan yang terdapat di Kanagarian Gunung
Padang Alai, kemudian mengelompokkan ungkapan-ungkapan
larangan tersebut ke dalam kelompok masing-masing sesuai dengan
teori yang dipelajari.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan mengumpulkan


teori dan data dari informan. Kemudian, data tersebut
diklasifikasikan sesuai dengan teori yang ada. Teknik yang dipakai
dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan teknik wawancara.
Teknik observasi penulis gunakan pada saat mengamati keadaan
masyarakat maupun seseorang ketika ungkapan larangan digunakan.
Teknik wawancara penulis gunakan untuk mengumpulkan data
ungkapan larangan dari para informan. Sumber data penelitian ini
penulis dapatkan dari para informan yang mengetahui ungkapan-
ungkapan larangan di Kanagarian Gunung Padang Alai dan beberapa
buku sumber maupun bahan dari internet.

Bab II

PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas pengelompokan ungkapan-ungkapan
larangan di Kanagarian Padang Alai Kecamatan V Koto Kampung
Dalam, Kabupaten Padang Pariaman.

1. A. Pengklasifikasian ungkapan larangan

Ungkapan tradisional adalah perkataan atau sekelompok kata yang


khusus digunakan untuk menyatakan suatu maksud dengan kiasan
atau lambang (Poerwadarminta, 1976:1129). Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1976:2005), ungkapan adalah gabungan kata yang
maknanya tidak sama dengan makna anggota-anggotanya. Senada
dengan hal tersebut, Carventers (dalam Danandjaja, 1991:28)
berpendapat bahwa ungkapan adalah kalimat pendek yang disarikan
dari kalimat yang panjang. Jadi, ungkapan tradisonal adalah
perkataan yang menyatakan makna atau suatu maksud tertentu
dengan bahasa kias yang mengandung nilai-nilai luhur yang ada
dalam masyarakat dan diwariskan secara turun temurun.

Ungkapan tradisional digolongkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:


peribahasa, pepatah, pameo, dan ungkapan larangan. Pada penelitian
ini, penulis lebih memfokuskan kajian pada ungkapan larangan.

Di Kenagarian Gunung Padang Alai, terdapat ungkapan-ungkapan


larangan yang mempunyai beberapa kesamaan. Untuk mempermudah
dalam mengklasifikasikan ungkapan-ungkapan larangan tersebut,
maka penulis mengelompokkan ungkapan-ungkapan larangan
tersebut dengan dua cara, yaitu: pengelompokan berdasarkan
informan dan pengelompokan berdasarkan teori.

1. 1. Pengelompokan Berdasarkan Informan

Pada bagian ini, penulis hanya mengelompokkan ungkapan-ungkapan


larangan di Kanagarian Gunung Padang Alai berdasarkan data-data
dari informan yang didapat. Ungkapan-ungkapan larangan tersebut
diklasifikasikan sesuai dengan dari siapa ungkapan larangan tersebut
diperoleh. Apabila ada kesamaan ungkapan larangan yang diperoleh,
maka ungkapan larangan tersebut hanya ditulis sekali dan diberi
tanda centang pada informan yang sama. Berikut pengklasifikasian
ungkapan-ungkapan larangan di Kanagarian Gunung Padang Alai
berdasarkan informannya.

1. 2. Pengelompokkan Berdasarkan Teori

Pada bagian ini, penulis mengklasifikasikan ungkapan-ungkapan


larangan di Kanagarian Gunung Padang Alai berdasarkan teori yang
digunakan. Akan tetapi, dikarenakan teori yang mengklasifikasikan
ungkapan larangan secara khusus belum ada, maka penulis berusaha
mengklasifikasikan ungkapan larangan tersebut ke dalam beberapa
kelompok besar, yaitu: ungkapan larangan untuk orang hamil,
ungkapan larangan untuk bercocok tanam, serta ungkapan larangan
secara umum.

v Ungkapan Larangan untuk Orang Hamil

1. 1.Kalauwakhamil,ndakbuliahpinggangwak
dilongkahanurang,bekoanaksela.
2. 2.Kalauwakhamildakbuliahduduakdipintu,beko
lambekanakkalua.
3. 3.Kalauwakhamil,indakbuliahkumuah-kumuah,beko
anakindakbarasiahlo.
4. 4.Kalauwakhamil,indakbuliahmangubaktabu
sungsang,bekoanaksungsang.
5. 5.Kalauwakhamil,indakbuliahduduakdisimin,lakek
kakakebeko.
6. 6.Kalauwakhamil,indakbuliahmakankarupuakjangek,
bekolakekkakak.
7. 7.Kalauawakmanganduang,indakbuliahmalilikankain
dilihia,bekoanaklahiataliliktalipusek.
8. 8.Kalauwakmandisadangmnganduang,kaintukaan
bajuwakharussatutampaik,indakbuliahbaserak,biaanak
kaluaesatutampaiklo.
9. 9.Kalauwaksadangmanganduang,indakbuliah
mangubiakpadi,bekogadangmatoanak.
10. 10.Kalauwaksadangmanganduang,indakbuliah
mangarunduik,bekokalauanaknyolahialaki-laki,gadang
buah-buahanaktu.
11. 11.Kalauwaksadangmanganduang,indakbuliahbaujan-
ujan,tataguabeko.
12. 12.Kalauwaksadangmanganduang,indakbuliahkalua
sanjo,tataguabeko.
13. 13.Indakbuliahduduakdiatehbatukokwaksadang
manganduang,karehanakbeko.
14. 14.Uranghamilindakbuliahbajalanmalam,bekodituruik
andekharimau.
15. 15.Lakiurangmanganduangindakbuliahmambunuah
binatang,bekokalakuananaknyosamojokalakuanbinatang
tu.
16. 16.Urangmanganduangindakbuliahmanahansalero,beko
metehaiesaleroanaknyo.

Ungkapan-ungkapan larangan tersebut biasa disampaikan oleh para


orang tua kepada anak mereka yang sedang hamil. Maksud dari
ungkapan-ungkapan larangan tersebut biasanya adalah untuk
menjaga diri si ibu hamil beserta bayinya dari hal-hal yang tidak
diinginkan.

v Ungkapan larangan saat bercocok tanam atau pantangan saat


menanam tanaman

1. 1.Indakbuliahmananamsipuluiksabalahateh,beko
beranghantu.
2. 2.Indakbuliahmananampisangdarisuokkakida,beko
dikajahantu.
3. 3.Indakbuliahmananambaniahpadipunyoanakdek
induak,bekoberanghantu.
4. 4.Indakbuliahmaasakkantanamandarimukoka
balakang,bekoberanghantu.
5. 5.Indakbuliahanakmanjadiansawahsabalahateh,
induaksabalahbawah,bekoberanghantu.
6. 6.Indakbuliahmananampadisipuluiksabalahateh,padi
picaraidibawah,bekoberanghantu.

Ungkapan-ungkapan larangan tersebut merupakan pantangan pada


saat bercocok tanam. Beberapa informan percaya, apabila pantangan
tersebut dilanggar, maka orang tersebut akan mengalami musibah.
Mereka berpendapat demikian berdasarkan pengalaman yang mereka
peroleh. Apabila ada orang yang melanggar pantangan, maka orang
tersebut akan meninggal atau pun mendapat suatu penyakit. Mereka
percaya, hal tersebut terjadi dikarenakan orang tersebut melanggar
pantang, yang mengakibatkan hantu atau pun roh nenek moyang
mereka marah.

v Ungkapan larangan untuk masyarakat umum

1. 1.Indakbuliahrumahindakbapintubalakang,beko
beranghantu.
2. 2.Kokrumahbapaelokan,indakbuliahnanmuko
dipindahkabalakang,nanbalakangdipindahkamuko,beko
beranghantu,tibouranghitam.
3. 3.Kalaubuekrumah,indakbuliahkamaranakdimuko,
haruskamarurangtuodimuko,kokindakmatisalahsurang.
4. 4.Indakbuliahmandisanjo,bekodipicikedekhantu.
5. 5.Indakbuliahmandibabaju,bekomatibungkuih.
6. 6.Indakbuliahmangarekkukutangahmalam,bekodikaja
harimau.
7. 7.Indakbuliahmambunyianpupiktangahmalamdi
temah,bekonaiakula.
8. 8.Indakbuliahtiduamanungkuik,bekomatiinduak.
9. 9.Indakbuliahmangincah-incahkapaloaia,bekotatagua
atautasapowak.
10. 10.Indakbuliahduduakdipintu,berangharimau.
11. 11.Indakbuliahmangkacimpuang,bekomatiinduak.
12. 12.Indakbuliahmanyoronganpuntuangapijokaki,
kamatiananakbeko.
13. 13.Indakbuliahkasuainduakdipakaianak,bekoberang
hantu.
14. 14.Indakbuliahduduakdijanjang,bekoberangharimau.
15. 15.Indakbuliahlaloktasingkokkaki,bekotataruangsadang
bajalan.
16. 16.Indakbuliahmanjaikdisanjoari,bekorabunwakdeke.
17. 17.Indakbuliahmalalatangahari,bekotatampuahubilih,
damamwak.
18. 18.Indakbuliahbaujan-ujan,bekoditembakpatuih.
19. 19.Indakbuliahkaluaujan-ujanindakbatarompa,beko
disentrumnyowakkalaupatuih.
20. 20.Indakbuliahmangacaukasiak,bekobakadatangan.
21. 21.Indakbuliahmandikaaiadareh,tibolidahaia,anyuik
wakbeko.
22. 22.Indakbuliahmanyumpahananak,bekotajadisumpah
waktu.
23. 23.Indakbuliahmalacuikataumalapiaanaksalaindikaki,
bekorusakbadananak.
24. 24.Anakgadihindakbuliahbasahambuiksanjorayo,beko
dapeklakigaek.
25. 25.Anakgadihindakbuliahduduakdimukopintu,beko
taambekrazaki
26. 26.Anakgadihindakbuliahmamanjekdijandela,beko
lambekbalaki.
27. 27.Indakbuliahkaluasanjorayo,bekotapijakanaksetan.
28. 28.Indakbuliahminumdarimuluikteko,bekolalu
muncuangurangkaawak.
29. 29.Untuakurangmanggaleh,indakbuliahurangmautang
dipagiari,bekoindaklakujaganyodo.
30. 30.Indakbuliahmanjaikkanciangbajusadangbajutalakek,
bekoindaksalamaikdijalan.
31. 31.Indakbuliahmamotongkukumalamhari,beko
tahambekrazaki.

Ungkapan-ungkapan larangan tersebut merupakan ungkapan


larangan yang biasa dilontarkan secara umum oleh masyarakat
setempat. Mereka menggunakan ungkapan larangan tersebut tidak
hanya pada kesempatan tertentu. Ungkapan larangan tersebut
biasanya mereka tuturkan kepada anak-anak merekam, hal ini
dengan tujuan anak mereka tidak mengalami suatu musibah di
kemudian hari, maupun dengan tujuan sebagai sarana pendidikan
bagi si anak. Melalui ungkapan larangan tersebut, para orang tua
ingin anak mereka mematuhi mereka. Karenanya, ungkapan-
ungkapan larangan tersebut pun mereka tuturkan kepada anak-anak
mereka.

Beberapa informan mengatakan, meskipun mereka tidak percaya


dengan beberapa ungkapan larangan yang dituturkan orang tua
mereka, namun mereka percaya ada maksud baik di balik ungkapan
larangan yang dituturkan oleh orang tua mereka. Sebagai contoh,
ungkapan larangan yang tidak memperbolehkan mereka memotong
kuku pada petang hari (indakbuliahmangarekkukusanjoharo,beko
tiboharimau). Mereka percaya, maksud dari ungkapan larangan
tersebut adalah agar si anak tidak luka pada saat memotong kukunya
pada petang hari, karena pada zaman dahulu belum ada listrik
sehingga penerangan belum seperti sekarang.

1. Lingkungan penceritaan

Nagari gunung padang alai merupakan sebuah desa yang terletak di


Kecamatan Lima Koto Kampung Dalam, Kabupaten Padang Pariaman.
Penduduk Padang Alai sebagian besar bermata pencaharian sebagai
petani, kemudian ada sebagian kecil yang menjadi pedagang, sopir,
maupun pegawai negeri sipil. Masyarakat Nagari Gunung Padang
Alai, pada umumnya masih mempunyai keyakinan yang kuat dengan
hal-hal gaib. Hal ini tampak dari folklor yang terdapat di Nagari
Gunung Padang Alai.

Di Padang Alai, masih dapat ditemukan ungkapan-ungkapan larangan


yang berfungsi menjaga masyarakat padang alai dari hal-hal yang
tidak diinginkan. Di daerah ini juga kita masih dapat menemukan
teater rakyat yang biasa dinamakan Kaba. Mereka biasa melakukan
teater rakyat pada bulan-bulan maulud. Di daerah ini juga kita masih
bisa menemukan orang yang setelah berdoa di atas pusara seseorang,
maka mereka akan menari mengelilingi pusara tersebut bersama-
sama sambil berangkulan.

Di Padang Alai, juga masih bisa ditemukan peribahasa, pameo,


maupun petatah-petitih yang biasa mereka selipkan pada tuturan
dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun pada umumnya masyarakat
Padang Alai sudah berpendidikan tinggi, namun dikarenakan tradisi
yang mengakar kuat di antara mereka, maka masyarakat masih
banyak yang mempercayai folklor-folklor yang terdapat di daerah
mereka.

Akan tetapi, dikarenakan perkembangan zaman, maka folklor-folklor


tersebut sudah ada yang mulai hilang. Selain karena tidak adanya
pewaris aktif folklor tersebut, juga tidak ada usaha pengumpulan
folklor yang terdapat di Kanagarian Gunung Padang Alai. Karenanya,
perlu adanya usaha penginventarisasian, pendokumentasian, maupun
penelitian folklor-folklot yang berkembang di daerah tersebut. Hal ini
dikarenakan, folklor tersebut dapat punah sewaktu-waktu.

1. C. Inventarisasi Data

Inventarisasi Data Ungkapan Larangan Kanagarian Gunung P.adang


Alai, Kecamatan V Koto Kampung Dalam, Kabupaten Padang Pariaman

1. 1.Indakbuliahmananamsipuluiksabalahateh,beko
beranghantu.
2. 2.Indakbuliahmananampisangdarisuokkakida,beko
dikajahantu.
3. 3.Kalauwakhamil,ndakbuliahpinggangwak
dilongkahanurang,bekoanaksela.
4. 4.Kalauwakhamildakbuliahduduakdipintu,beko
lambekanakkalua.
5. 5.Kalauwakhamil,indakbuliahkumuah-kumuah,beko
anakindakbarasiahlo.
6. 6.Kalauwakhamil,indakbuliahmangubaktabu
sungsang,bekoanaksungsang.
7. 7.Kalauwakhamil,indakbuliahduduakdisimin,lakek
kakakebeko.
8. 8.Indakbuliahmananambaniahpadipunyoanakdek
induak,bekoberanghantu.
9. 9.Indakbuliahrumahindakbapintubalakang,beko
beranghantu.
10. 10.Kokrumahbapaelokan,indakbuliahnanmukodipindah
kabalakang,nanbalakang

dipindahkamuko,bekoberanghantu,tibouranghitam.

1. 11.Kalauwakhamil,indakbuliahmakankarupuakjangek,
bekolakekkakak.
2. 12.Kalaubuekrumah,indakbuliahkamaranakdimuko,
haruskamarurangtuodimuko,kok

indakmatisalahsurang.

1. 13.Indakbuliahmandisanjo,bekodipicikedekhantu.
2. 14.Indakbuliahmandibabaju,bekomatibungkuih.
3. 15.Kalauwakmanganduang,indakbuliahtagakdipintu,
bekotataguaanakkalua.
4. 16.Kalauawakmanganduang,indakbuliahmalilikankain
dilihia,bekoanaklahiatalilik

talipusek.

1. 17.Indakbuliahmangarekkukutangahmalam,bekodikaja
harimau.
2. 18.Indakbuliahmambunyianpupiktangahmalamditemah,
bekonaiakula.
3. 19.Indakbuliahtiduamanungkuik,bekomatiinduak.
4. 20.Kalauwakmandisadangmnganduang,kaintukaanbaju
wakharussatutampaik,indak

buliahbaserak,biaanakkaluaesatutampaiklo.
1. 21.Kalauwaksadangmanganduang,indakbuliah
mangubiakpadi,bekogadangmatoanak.
2. 22.Kalauwaksadangmanganduang,indakbuliah
mangarunduik,bekokalauanaknyolahia

laki-laki,gadangbuah-buahanaktu.

1. 23.Indakbuliahmangincah-incahkapaloaia,bekotatagua
atautasapowak.
2. 24.Kalauwaksadangmanganduang,indakbuliahbaujan-
ujan,tataguabeko.
3. 25.Kalauwaksadangmanganduang,indakbuliahkalua
sanjo,tataguabeko.
4. 26.Indakbuliahduduakdipintu,berangharimau.
5. 27.Indakbuliahmangkacimpuang,bekomatiinduak.
6. 28.Indakbuliahmanyoronganpuntuangapijokaki,
kamatiananakbeko.
7. 29.Indakbliahmandisanjo,bekodipicikhantu.
8. 30.Indakbuliahmaasakkantanamandarimukoka
balakang,bekoberanghantu.
9. 31.Indakbuliahduduakdiatehbatukokwaksadang
manganduang,karehanakbeko.
10. 32.Indakbuliahkasuainduakdipakaianak,bekoberang
hantu.
11. 33.Indakbuliahanakmanjadiansawahsabalahateh,
induaksabalahbawah,bekoberang

hantu.

1. 34.Indakbuliahmananampadisipuluiksabalahateh,padi
picaraidibawah,bekoberang

hantu.

1. 35.Indakbuliahkarekkukumalam,bekodigauikbajang.
2. 36.Uranghamilindakbuliahbajalanmalam,bekodituruik
andekharimau.
3. 37.Indakbuliahtiduamanungkuik,bekomatiinduak.
4. 38.Uranghamilindakbuliahduduakdipintu,bekopintu
anakkaluaindaktabukaklo.
5. 39.Indakbuliahduduakdijanjang,bekoberangharimau.
6. 40.Indakbuliahlaloktasingkokkaki,bekotataruangsadang
bajalan.
7. 41.Indakbuliahmanjaikdisanjoari,bekorabunwakdeke.
8. 42.Indakbuliahmandisanjo,bekodipicikhantu.
9. 43.Indakbuliahmalalatangahari,bekotatampuahubilih,
damamwak.
10. 44.Indakbuliahbaujan-ujan,bekoditembakpatuih.
11. 45.Indakbuliahkaluaujan-ujanindakbatarompa,beko
disentrumnyowakkalaupatuih.
12. 46.Indakbuliahmangacaukasiak,bekobakadatangan.
13. 47.Indakbuliahmandikaaiadareh,tibolidahaia,anyuik
wakbeko.
14. 48.Indakbuliahmanyumpahananak,bekotajadisumpah
waktu.
15. 49.Indakbuliahmalacuikataumalapiaanaksalaindikaki,
bekorusakbadananak.
16. 50.Anakgadihindakbuliahbasahambuiksanjorayo,beko
dapeklakigaek.
17. 51.Anakgadihindakbuliahduduakdimukopintu,beko
taambekrazaki
18. 52.Anakgadihindakbuliahmamanjekdijandela,beko
lambekbalaki.
19. 53.Indakbuliahkaluasanjorayo,bekotapijakanaksetan.
20. 54.Urangmanganduangindakbuliahmalilikanapo-apodi
badannyo,bekotaliliklodektali

pusek.

1. 55.Lakiurangmanganduangindakbuliahmambunuah
binatang,bekokalakuananaknyo

samojokalakuanbinatangtu.
1. 56.Indakbuliahminumdarimuluikteko,bekolalu
muncuangurangkaawak.
2. 57.Untuakurangmanggaleh,indakbuliahurangmautang
dipagiari,bekoindaklaku

jaganyodo.

1. 58.Indakbuliahmanjaikkanciangbajusadangbajutalakek,
bekoindaksalamaikdijalan.
2. 59.Urangmanganduangindakbuliahmanahansalero,beko
metehaiesaleroanaknyo.
3. 60.Indakbuliahmanjaiktangahmalam,bekobutomato.
4. 61.Indakbuliahmamotongkukumalamhari,bekotahambek
razaki.

LEMBARAN PENCATATAN

PENGUMPULAN DATA SASTRA LISAN

Ciri media rekaman :

Ciri salinan :

I. Judul sastra lisan

Genre : Ungkapan Tradisional,


ungkapan larangan
Daerah Asal : Padang Alai, Pariaman
Suku Bangsa/ Suku pemilik : Indonesia/Minangkabau

II. Pencerita

Nama : Nurbaiti
Tempat, tanggal lahir : Halaban, 21 April 1940
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa/suku : Minangkabau/Caniago
Bahasa yang dikuasai : Minang
Tempat perekaman : di Halaban
Tanggal perekaman : 10 April 2010

III. Keterangan tentang lingkungan penceritaan

Dari siapakah, di mana, dan kapan, pencerita menerima


sastra lisan itu?

Dari orang tua, di rumah, sewaktu masih kecil dan beranjak


dewasa

Pada kesempatan apa sastra lisan itu diceritakan?

Saat santai/beristirahat dan saat bekerja

Untuk maksud apa dan oleh siapa sastra lisan itu


diceritakan?

Untuk member peringatan, oleh orang tua

Kepada siapa sastra lisan itu diceritakan?

Kepada anak-anak dan juga para remaja

Bagaimana suasana penceritaan?

Santai, sambil duduk-duduk

IV. Pendapat/Opini

Bagaimana pendapat/opini pencerita terhadap sastra lisan


itu?

tidak percaya

Bagaimana pendapat/opini pengumpul data?

tidak percaya

Mengapa mereka berpendapat demikian?


lebih percaya dengan kuasa Tuhan

V. Pengumpul data

Nama : Sulung Lahitani Mardinata


Tempat, tanggal lahir : Lhokseumawe, 20 Juni 1989
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Pariaman

UNGKAPAN LARANGAN

1. 62.Indakbuliahmananamsipuluiksabalahateh,beko
beranghantu.

Tidak boleh menanam padi pulut sebelah atas, nanti marah hantu.

Tidak boleh menanam padi pulut di sebelah atas, nanti hantu marah.

1. 63.Indakbuliahmananampisangdarisuokkakida,beko
dikajahantu.

Tidak boleh menanam pisang dari kanan ke kiri, nanti dikejar hantu.

Tidak boleh menanam pisang dari arah kanan ke kiri, nanti dikejar
hantu.

1. 64.Kalauwakhamil,ndakbuliahpinggangwakdilongkahan
urang,bekoanaksela.

Kalau kita hamil, tidak boleh pinggang kita dilangkahi orang, nanti
anak juling.

Kalau kita sedang hamil, pinggang kita tidak boleh dilangkahi orang,
nanti mata anak jadi juling.

1. 65.Kalauwakhamildakbuliahduduakdipintu,beko
lambekanakkalua.

Kalau kita hamil tidak boleh duduk di depan pintu, nanti telat anak
keluar.
Kalau kita sedang hamil, tidak boleh duduk di depan pintu, nanti anak
susah dilahirkan.

1. 66.Kalauwakhamil,indakbuliahkumuah-kumuah,beko
anakindakbarasiahlo.

Kalau kita hamil, tidak boleh berkotor-kotor, nanti anak tidak bersih
pula.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh berkotor-kotor, nanti anak pun
jadi tidak bersih.

1. 67.Kalauwakhamil,indakbuliahmangubaktabusungsang,
bekoanaksungsang.

Kalau kita hamil, tidak boleh mengupas tebu sungsang, nanti


sungsang anak.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh mengupas tebu terbalik, nanti
anak lahir sungsang.

1. 68.Kalauwakhamil,indakbuliahduduakdisimin,lakek
kakakebeko.

Kalau kita hamil, tidak boleh duduk di semen, nempel kakaknya nanti.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh duduk di lantai, nanti


plasentanya menempel.

1. 69.Indakbuliahmananambaniahpadipunyoanakdek
induak,bekoberanghantu.

Tidak boleh menanam benih padi punya anak oleh ibu, nanti nanti
marah hantu.

Ibu tidak boleh menanam benih padi kepunyaan anak, nanti hantu
marah.

1. 70.Indakbuliahrumahindakbapintubalakang,bekoberang
hantu.
Tidak boleh rumah tidak berpintu belakang, nanti marah hantu.

Rumah tidak boleh tidak mempunyai pintu belakang, nanti hantu


marah.

1. 71.Kokrumahbapaelokan,indakbuliahnanmukodipindah
kabalakang,nanbalakangdipindahkamuko,bekoberang
hantu,tibouranghitam.

Jika rumah diperbaiki, tidak boleh yang depan dipindahkan


kebelakang, yang belakang dipindahkan ke depan, nanti marah hantu,
datang orang hitam.

Jika rumah sedang diperbaiki, tidak boleh bagian depan dipindahkan


ke belakang, dan bagian belakang dipindahkan ke depan, nanti hantu
marah dan orang hitam bisa datang.

1. Kalauwakhamil,indakbuliahmakankarupuakjangek,beko
lakekkakak.

Kalau kita hamil tidak boleh makan kerupuk jangek, nanti nempel
kakak.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh memakan kerupuk jangek, nanti
plasentanya menempel.

1. 73.Kalaubuekrumah,indakbuliahkamaranakdimuko,
haruskamarurangtuodimuko,kokindakmatisalahsurang.

Kalau buat rumah, tidak boleh kamar anak di depan, harus kamar
orang tua di depan, jika tidak meninggal salah seorang.

Kalau membuat rumah, tidak boleh kamar anak letaknya di depan,


harus kamar orang tua yang di bagian depan, jika tidak, meninggal
salah satu anggota keluarga.

LEMBARAN PENCATATAN

PENGUMPULAN DATA SASTRA LISAN


Ciri media rekaman :

Ciri salinan :

I. Judul sastra lisan

Genre : Ungkapan Tradisional,


ungkapan larangan
Daerah Asal : Padang Alai, Pariaman
Suku Bangsa/ Suku pemilik : Indonesia/Minangkabau

II. Pencerita

Nama : Gusmawati
Tempat, tanggal lahir : Padang Alai, 12 Agustus 1971
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa/suku : Minangkabau/Piliang
Bahasa yang dikuasai : Minang, Indonesia
Tempat perekaman : Pasar Padang Alai
Tanggal perekaman : 10 April 2010

III. Keterangan tentang lingkungan penceritaan

Dari siapakah, di mana, dan kapan, pencerita menerima


sastra lisan itu?

dari Anduang, di rumah, katiko sadang hamil

Pada kesempatan apa sastra lisan itu diceritakan?

sadang duduak-duduak, maota-ota atau istirahat

Untuk maksud apa dan oleh siapa sastra lisan itu


diceritakan?

bia manjago jo jan lalai, katiko sadang manganduang

Kepada siapa sastra lisan itu diceritakan?


ka urang-urang yang sadang manganduang

Bagaimana suasana penceritaan?

saat santai

IV. Pendapat/Opini

Bagaimana pendapat/opini pencerita terhadap sastra lisan


itu?

percaya

Bagaimana pendapat/opini pengumpul data?

tidak percaya

Mengapa mereka berpendapat demikian?

memang terjadi jika pantangan itu dilanggar

V. Pengumpul data

Nama : Riska Eneldi


Tempat, tanggal lahir : Pesisir Selatan, 10 Januari
1989
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dharmasraya

UNGKAPAN LARANGAN

1. 1.Indakbuliahmandisanjo,bekodipicikedekhantu.

Tidak boleh mandi senja, nanti dicubitnya oleh hantu.

Tidak boleh mandi pada petang hari, nanti dicubit oleh hantu.

1. 2.Indakbuliahmandibabaju,bekomatibungkuih.

Tidak boleh mandi berbaju, nanti meninggal bungkus.


Tidak boleh mandi pakai baju, nanti meninggal dalam keadaan
terbungkus.

1. 3.Kalauwakmanganduang,indakbuliahtagakdipintu,
bekotataguaanakkalua.

Kalau kita mengandung, tidak boleh berdiri di pintu, nanti tertegur


anak keluar.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh berdiri di depan pintu, nanti
anaknya susah dilahirkan.

1. 4.Kalauawakmanganduang,indakbuliahmalilikankain
dilihia,bekoanaklahiataliliktalipusek.

Kalau kita mengandung, tidak boleh melilitkan kain di leher, nanti


anak lahir terlilit tali pusar.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh melilitkan kain di leher, nanti
ketika anaknya lahir, terlilit tali pusar.

1. 5.Indakbuliahmangarekkukutangahmalam,bekodikaja
harimau.

Tidak boleh memotong kuku tengah malam, nanti dikejar harimau.

Tidak boleh memotong kuku pada malam hari, nanti dikejar harimau.

1. 6.Indakbuliahmambunyianpupiktangahmalamdi
temah,bekonaiakula.

Tidak boleh membunyikan seruling tengah malam di atas rumah,


nanti naik ular.

Tidak boleh memainkan seruling pada malam hari di dalam rumah,


nanti ular datang.

1. 7.Indakbuliahtiduamanungkuik,bekomatiinduak.

Tidak boleh tidur menelungkup, nanti meninggal ibu.


Tidak boleh tidur menelungkup, nanti ibu meninggal.

1. 8.Kalauwakmandisadangmnganduang,kaintukaan
bajuwakharussatutampaik,indakbuliahbaserak,biaanak
kaluaesatutampaiklo.

Kalau kita mandi sedang hamil, kain tukar baju saya harus satu
tempat, tidak boleh berserakan, biar anak keluarnya satu tempat
pula.

Kalau kita sedang hamil, baju kita letaknya harus di satu tempat saja,
tidak boleh berserakan, agar anak lahirnya di satu tempat juga.

1. 9.Kalauwaksadangmanganduang,indakbuliah
mangubiakpadi,bekogadangmatoanak.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh mengupas padi, nanti besar mata
anak.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh mengupas kulit padi, nanti anak
matanya besar.

1. 10.Kalauwaksadangmanganduang,indakbuliah
mangarunduik,bekokalauanaknyolahialaki-laki,gadang
buah-buahanaktu.

Kalau kita sedang mengandung, tidak boleh mangarunduik, nanti


kalau anaknya lahir laki-laki, besar buah-buah anak itu.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh membungkus sesuatu dengan


baju yang sedang dipakai, nanti kalau anaknya yang lahir laki-laki,
besar buah zakarnya.

LEMBARAN PENCATATAN

PENGUMPULAN DATA SASTRA LISAN

Ciri media rekaman :

Ciri salinan :
I. Judul sastra lisan

Genre : Ungkapan Tradisional,


ungkapan larangan
Daerah Asal : Padang Alai, Pariaman
Suku Bangsa/ Suku pemilik : Indonesia/Minangkabau

II. Pencerita

Nama : Taruni
Tempat, tanggal lahir : Padang Alai, 17 Agustus 1958
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa/suku : Minangkabau/ Koto
Bahasa yang dikuasai : Minang
Tempat perekaman : Pasar Padang Alai
Tanggal perekaman : 10 April 2010

III. Keterangan tentang lingkungan penceritaan

Dari siapakah, di mana, dan kapan, pencerita menerima


sastra lisan itu?

dari orang tua, di rumah atau di lading, sewaktu masih muda

Pada kesempatan apa sastra lisan itu diceritakan?

saat sedang bekerja

Untuk maksud apa dan oleh siapa sastra lisan itu


diceritakan?

untuk mngingatkan, oleh orang tua

Kepada siapa sastra lisan itu diceritakan?

kepada anak remaja

Bagaimana suasana penceritaan?


santai sambil duduk-duduk

IV. Pendapat/Opini

Bagaimana pendapat/opini pencerita terhadap sastra lisan


itu?

percaya

Bagaimana pendapat/opini pengumpul data?

tidak percaya

Mengapa mereka berpendapat demikian?

pernah terjadi kalau dilanggar

V. Pengumpul data

Nama : Dina Annisa


Tempat, tanggal lahir : Bukittinggi, 28 Oktober 1989
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Bukittinggi

UNGKAPAN LARANGAN

1. 1.Indakbuliahmangincah-incahkapaloaia,bekotatagua
atautasapowak.

Tidak boleh mengobok-obok kepala air, nanti tertegur atau tersapa


kita.

Tidak boleh mengobok-obok mata air, nanti kita bisa demam.

1. 2.Kalauwaksadangmanganduang,indakbuliahbaujan-
ujan,tataguabeko.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh berhujan-hujan, tertegur nanti.


Kalau kita sedang hamil, tidak boleh hujan-hujanan, nanti kita bisa
demam.

1. 3.Kalauwaksadangmanganduang,indakbuliahkalua
sanjo,tataguabeko.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh keluar senja, tertegur nanti.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh keluar pada petang hari, nanti
anaknya juga bisa demam.

1. 4.Indakbuliahduduakdipintu,berangharimau.

Tidak boleh duduk di pintu, marah harimau.

Tidak boleh duduk di depan pintu, nanti harimau marah.

1. 5.Indakbuliahmangkacimpuang,bekomatiinduak.

Tidak boleh menelungkup, nanti meninggal ibu.

Tidak boleh tidur menelungkup, nanti ibu meninggal.

1. 6.Indakbuliahmanyoronganpuntuangapijokaki,
kamatiananakbeko.

Tidak boleh mendorongkan puntung api dengan kaki, meninggal anak


nanti.

Tidak boleh mendorong puntung kayu api dengan kaki, nanti anak
kita meninggal.

1. 7.Indakbliahmandisanjo,bekodipicikhantu.

Tidak boleh mandi senja, nanti dicubit hantu.

Tidak boleh mandi pada petang hari, nanti dicubit hantu.

1. 8.Indakbuliahmaasakkantanamandarimukoka
balakang,bekoberanghantu.
Tidak boleh memindahkan tanaman dari depan ke belakang, nanti
marah hantu.

Tidak boleh memindahkan tanaman dari bagian depan ke bagian


belakang, nanti hantu marah.

1. 9.Indakbuliahduduakdiatehbatukokwaksadang
manganduang,karehanakbeko.

Tidak boleh duduk di atas batu jika kita sedang hamil, keras anak
nanti.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh duduk di atas batu, nanti (ketika
melahirkan) anak, susah keluarnya.

1. 10.Indakbuliahkasuainduakdipakaianak,bekoberang
hantu.

Tidak boleh kasur ibu dipakai anak, nanti marah hantu.

Kasur ibu tidak boleh dipakai oleh anak, nanti hantu marah.

1. 11.Indakbuliahanakmanjadiansawahsabalahateh,induak
sabalahbawah,bekoberanghantu.

Tidak boleh anak membuat sawah sebelah atas, ibu sebelah bawah,
nanti marah hantu.

Anak tidak boleh membuat sawah di sebelah atas sawah ibu, nanti
hantu marah.

1. 12.Indakbuliahmananampadisipuluiksabalahateh,padi
picaraidibawah,bekoberanghantu.

Tidak boleh menanam padi pulut sebelah atas, padi picarai di bawah,
nanti hantu marah.

Tidak boleh menanam padi pulut di sebelah atas, padi picarai di


sebelah bawah, nanti hantu marah.
LEMBARAN PENCATATAN

PENGUMPULAN DATA SASTRA LISAN

Ciri media rekaman :

Ciri salinan :

I. Judul sastra lisan

Genre : Ungkapan Tradisional,


ungkapan larangan
Daerah Asal : Padang Alai, Pariaman
Suku Bangsa/ Suku pemilik : Indonesia/Minangkabau

II. Pencerita

Nama : Kamarani
Tempat, tanggal lahir : Padang Sago, 1945
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa/suku : Minangkabau/Caniago
Bahasa yang dikuasai : Minang
Tempat perekaman : Padang Alai
Tanggal perekaman : 10 April 2010

III. Keterangan tentang lingkungan penceritaan

Dari siapakah, di mana, dan kapan, pencerita menerima


sastra lisan itu?

dari orang tua, di rumah, waktu masih kecil

Pada kesempatan apa sastra lisan itu diceritakan?

sewaktu sedang bermain-main

Untuk maksud apa dan oleh siapa sastra lisan itu


diceritakan?
untuk menjaga diri, oleh orang tua

Kepada siapa sastra lisan itu diceritakan?

pada semua anak-anak

Bagaimana suasana penceritaan?

santai

IV. Pendapat/Opini

Bagaimana pendapat/opini pencerita terhadap sastra lisan


itu?

percaya

Bagaimana pendapat/opini pengumpul data?

tidak percaya

Mengapa mereka berpendapat demikian?

sebab jika dilanggar, bisa terjadi

V. Pengumpul data

Nama : Sulung Lahitani Mardinata


Tempat, tanggal lahir : Lhokseumawe, 20 Juni 1989
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Pariaman

UNGKAPAN LARANGAN

1. 1.Indakbuliahkarekkukumalam,bekodigauikbajang.

Tidak boleh potong kuku malam, nanti digaruk harimau.

Tidak boleh memotong kuku pada malam hari, nanti dicakar harimau.
1. Uranghamilindakbuliahbajalanmalam,bekodituruikan
dekharimau.

Orang hamil tidak boleh berjalan malam, nanti diikuti oleh harimau.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh keluar rumah pada malam hari,
nanti dibuntuti oelh harimau.

1. 3.Indakbuliahtiduamanungkuik,bekomatiinduak.

Tidak boleh tidur menelungkup, nanti meninggal ibu.

Tidak boleh tidur menelungkup, nanti ibu meninggal.

1. 4.Uranghamilindakbuliahduduakdipintu,bekopintu
anakkaluaindaktabukaklo.

Orang hamil tidak boleh duduk di pintu, nanti pintu anak keluar tidak
terbuka pula.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh duduk di depan pintu, nanti
susah melahirkan anak.

1. 5.Indakbuliahduduakdijanjang,bekoberangharimau.

Tidak boleh duduk di jenjang, nanti marah harimau.

Tidak boleh duduk di tangga rumah, nanti harimau marah.

1. 6.Indakbuliahlaloktasingkokkaki,bekotataruang
sadangbajalan.

Tidak boleh tidur tersingkap kaki, nanti tersandung sedang berjalan.

Tidak boleh tidur dengan kaki tersingkap, nanti ketika sedang


berjalan, kita bisa tersandung.

1. 7.Indakbuliahmanjaikdisanjoari,bekorabunwakdek
e.
Tidak boleh menjahit di senja hari, nanti rabun kita dibuatnya.

Tidak boleh menjahit pada petang hari, nanti mata kita bisa rabun.

1. 8.Indakbuliahmandisanjo,bekodipicikhantu.

Tidak boleh mandi senja, nanti dicubit hantu.

Tidak boleh mandi pada petang hari, nanti dicubit hantu.

1. 9.Indakbuliahmalalatangahari,bekotatampuahubilih,
damamwak.

Tidak boleh main-main tengah hari, nanti tertempuh iblis, demam


kita.

Tidak boleh keluar rumah pada tengah hari, nanti kita demam karena
bersinggungan dengan iblis.

1. 10.Indakbuliahbaujan-ujan,bekoditembakpatuih.

Tidak boleh berhujan-hujan, nanti ditembak petir.

Tidak boleh hujan-hujanan, nanti disambar petir.

1. 11.Indakbuliahkaluaujan-ujanindakbatarompa,beko
disentrumnyowakkalaupatuih.

Tidak boleh keluar hujan-hujan tidak pakai sandal, nanti


disentrumnya kita oleh petir.

Tidak boleh ketika sedang turun hujan, keluar rumah tidak memakai
sandal, nanti disambar petir.

1. 12.Indakbuliahmangacaukasiak,bekobakadatangan.

Tidak boleh mengaduk pasir, nanti berkudis tangan.

Tidak boleh bermain pasir, nanti tangan kudisan.


1. 13.Indakbuliahmandikaaiadareh,tibolidahaia,anyuik
wakbeko.

Tidak boleh mandi ke air deras, datang lidah air, hanyut kita nanti.

Tidak boleh mandi di air yang deras, nanti kita bisa hanyut.

1. 14.Indakbuliahmanyumpahananak,bekotajadisumpah
waktu.

Tidak boleh menyumpahi anak, nanti terjadi sumpah kita itu.

Tidak boleh menyumpahi anak, nanti sumpah tersebut bisa terjadi.

1. 15.Indakbuliahmalacuikataumalapiaanaksalaindikaki,
bekorusakbadananak.

Tidak boleh melecut atau memukul anak selain di kaki, nanti rusak
badan anak.

Tidak boleh melecut anak kecuali di kaki, nanti badan anak bisa
rusak.

LEMBARAN PENCATATAN

PENGUMPULAN DATA SASTRA LISAN

Ciri media rekaman :

Ciri salinan :

I. Judul sastra lisan

Genre : Ungkapan Tradisional,


ungkapan larangan
Daerah Asal : Padang Alai, Pariaman
Suku Bangsa/ Suku pemilik : Indonesia/Minangkabau

II. Pencerita
Nama : Nurfama
Tempat, tanggal lahir : Nareh, 78 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa/suku : Minangkabau/Chaniago
Bahasa yang dikuasai : Minang
Tempat perekaman : Padang Alai
Tanggal perekaman : 10 April 2010

III. Keterangan tentang lingkungan penceritaan

Dari siapakah, di mana, dan kapan, pencerita menerima


sastra lisan itu?

dari orang tua, di rumah, sewaktu masih muda

Pada kesempatan apa sastra lisan itu diceritakan?

saat sedang duduk-duduk di depan rumah

Untuk maksud apa dan oleh siapa sastra lisan itu


diceritakan?

menjaga diri, oleh orang tua

Kepada siapa sastra lisan itu diceritakan?

kepada anak-anak gadis

Bagaimana suasana penceritaan?

santai

IV. Pendapat/Opini

Bagaimana pendapat/opini pencerita terhadap sastra lisan


itu?

tidak percaya
Bagaimana pendapat/opini pengumpul data?

tidak percaya

Mengapa mereka berpendapat demikian?

karena percaya kepada Tuhan yang punya kuasa

V. Pengumpul data

Nama : Agusni Pramita


Tempat, tanggal lahir : Kebunjahe, 17 Agustus 1990
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pariaman

UNGKAPAN LARANGAN

1. 1.Anakgadihindakbuliahbasahambuiksanjorayo,beko
dapeklakigaek.

Anak gadis tidak boleh mencuci rambut senja hari, nanti dapat suami
tua.

Anak gadis tidak boleh keramas pada petang hari, nanti dapat suami
yang tua.

1. 2.Anakgadihindakbuliahduduakdimukopintu,beko
taambekrazaki

Anak gadis tidak boleh duduk di depan pintu, nanti terhambat rezeki.

Anak gadis tidak boleh duduk di depan pintu, nanti rezekinya


terhambat.

1. 3.Anakgadihindakbuliahmamanjekdijandela,beko
lambekbalaki.

Anak gadis tidak boleh memanjat di jendela, nanti lambat bersuami.


Anak gadih tidak boleh memanjat di jendela nanti lambat mempunyai
suami.

1. 4.Indakbuliahkaluasanjorayo,bekotapijakanaksetan.

Tidak boleh keluar senja hari, nanti terinjak anak setan.

Tidak boleh keluar pada petang hari, nanti bisa terinjak anak setan.

1. 5.Urangmanganduangindakbuliahmalilikanapo-apodi
badannyo,bekotaliliklodektalipusek.

Orang hamil tidak boleh melilitkan apa-apa di badannya, nanti lerlilit


pula oleh tali pusar.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh melilitkan sesuatu di badannya,


nanti anaknya bisa terlilit tali pusar.

1. 6.Lakiurangmanganduangindakbuliahmambunuah
binatang,bekokalakuananaknyosamojokalakuanbinatang
tu.

Suami orang hamil tidak boleh membunuh binatang, nanti kelakuan


anaknya sama dengan kelakuan binatang itu.

Suami orang yang sedang hamil tidak boleh membunuh seekor


binatang, nanti kelakuan anaknya bisa menyerupai binatang tersebut.

1. 7.Indakbuliahminumdarimuluikteko,bekolalu
muncuangurangkaawak.

Tidak boleh minum dari mulut teko, nanti lalu mulut orang ke kita.

Tidak boleh meminum air dari mulut teko, nanti orang berbicara
tidak sopan kepada kita.

1. 8.Untuakurangmanggaleh,indakbuliahurangmautang
dipagiari,bekoindaklakujaganyodo.
Untuk orang berjualan, tidak boleh orang berhutang di pagi hari,
nanti tidak laris jualannya.

Bagi orang yang berdagang, orang tidak boleh berhutang pada pagi
hari, nanti dagangannya tidak laris.

1. 9.Indakbuliahmanjaikkanciangbajusadangbaju
talakek,bekoindaksalamaikdijalan.

Tidak boleh menjahit kancing baju sedang baju dipakai, nanti tidak
selamat di jalan.

Tidak boleh menjahit kancing baju pada saat baju sedang dipakai,
nanti tidak selamat dalam perjalanan.

1. 10.Urangmanganduangindakbuliahmanahansalero,beko
metehaiesaleroanaknyo.

Orang hamil tidak boleh menahan selera, nanti menetes air selera
anaknya.

Kalau kita sedang hamil, tidak boleh menahan selera, nanti air liur
anaknya.

1. 11.Indakbuliahmanjaiktangahmalam,bekobutomato.

Tidak boleh menjahit tengah malam, nanti buta mata.

Tidak boleh menjahit baju pada tengah malam, nanti mata bisa buta.

1. 12.Indakbuliahmamotongkukumalamhari,bekotahambek
razaki.

Tidak boleh memotong kuku malam hai, nanti terhambat rezki.

Tidak boleh memotong kuku pada malam hari, nanti bisa


menghambat rezeki.
Bab III

PENUTUP

Indonesia kaya akan kebudayaan tradisional, salah satunya yaitu


folklor. Salah satu bagian dari folklor adalah ungkapan larangan yang
termasuk folkor lisan. Ungkapan larangan yang penulis kumpulkan
pada kesempatan ini adalah ungkapan larangan di daerah Kanagarian
Gunung Padang Alai, Kecamatan V Koto Kampung Dalam, Kabupaten
Padang Pariaman.

Ungkapan larangan di daerah Padang Alai dapat dikelompokkan


menjadi tiga bagian besar, yakni: ungkapan larangan untuk orang
hamil, ungkapan larangan untuk bercocok tanam, serta ungkapan
larangan yang sifatnya umum.

Perlu adanya penelitian untuk mengklasifikasi, mendokumentasi,


serta meneliti ungkapan larangan tersebut agar tidak punah. Sangat
disayangkan, sampai saat sekarang ini belum ada peneliti yang
tertarik untuk meneliti ungkapan-ungkapan laranga yang terdapat di
daerah Nagari Gunung Padang Alai. Padahal, apabila tidak
dilestarikan, folklor lisan tersebut bisa saja pada suatu hari nanti
hilang karena tidak ada lagi orang yang menggunakannya.

Terakhir, penulis berharap melalui laporan penelitian pengumpulan


folklor lisan ungkapan larangan ini, ada peneliti yang tergerak untuk
meneliti ungkapan-ungkapan larangan di daerah Padang Alai
tersebut. Karena sangat disayangkan apabila khazanah kebudayaan
kita tersebut hilang begitu saja.

DAFTAR PUSTAKA

Dananjaya, James. 1986. FolklorIndonesia,IlmuGosip,Dongeng,dan


lain-lain. Jakarta: Pustaka Grafiti.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 1976. KamusBesarBahasa


Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Tempo online. http://www.tempoonline.com. Diakses tanggal 13 April
2010.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai