Anda di halaman 1dari 38

ULTIMATE BEARING CAPASITY of FILE

Yang menggunakan berdasar atas : (from : soil properities / kemampuan tanah dan
sifat- sifat).
Dengan cara ini menghasilkan suatu rumus-rumus, disamping itu terdapat rumus-
rumus dynamic. Juga bisa didasarkan atas macam /material pile (misal : dari kayu,
beton, besi, dsb). Jadi dicari yang paling luas.

Rumus-rumus statistik
Ada 3 faktor yang mempengaruhi cara perhitungannya :

1. Pada ujung pile,dimana pile mendesak kebawah tanah akan terdesak kesegala
arah, sehingga tanah mengadakan shearing resistance ( penahanan terhadap
kekuatan geser).
2. Dengan didesaknya pile kebawah maka terjadi mobilisasi targential force
(kekuatan targensial ) yang disebabkan oleh adanya : Adhesion dan friction
(sekatan dan gesekan) antara dinding luar pile (shaft ) dengan tanah disekitarnya.
3. Pile disini mengganti kedudukan sejumlah tanah, misal :
Density rata-rata tanah = =
Kedalaman tiang =D
Maka : Setiap satuan luas bidang horizontal pada ujung / dasar pile, akan
menerima pressure sebesar D ,dan apabila pressure tersebut dengan adanya pile
akan >D, maka akan terjadi penambahan pressure dibawah base (dasar) dari pile.
Maka dengan meninjau perihal tersebut diatas, besarnya Ultimate Bearing
capasity. Untuk pile sbb :

Pu + W D Ab = q nu Ab + fu.As

Dimana :
Pu = Beban ultimate
W = Berat sendiri pile
= Density tanah rata-rata
Ab = Luas dasar pile
qnu = Ultimate BC tanah dibawah pile (persatuan luas)
fu = tangential force yang ultimate (persatuan luas)
As = Luas shaft

Kadang-kadang berat sendiri (W) dan juga D Ab kadang diabaikan sehingga


rumusnya menjadi lebih sederhana.

Pu = qnu Ab + fu As

Dengan harga dari q nu dan fu, bisa dicari dengan cara percobaan atau dihitung
dari SOIL PROPERTIS (maksudnya kita tahu harga-harga e, p, e, s, dsb). Kalau
digunakan rumus terjadi pada circular found.
qu = 1,3 CNc + 0,6 o,B,N+ 1DfNq Circular Footing
2
Dengan adanya footing yang dalam terjadi shaft Resistance, maka rumus
perlu di tambahkan dengan fu. As.
Qu = 1,3 CNc + 0,6 o B N+ 1 DfNq + fu. As
2
Pada tahun 1961 ada seorang ahli ( BEREZANTZEY, ditemani oleh
KRISOFOROF + GOLURKOV ), mengenai besarnyaultimate BC pada pasir
yang padat. ( tidak ada kohesi ).

qu = qnDNq + o B N

o = unit weight tanah dibawah foundation level (dibawah dasar pondasi).

Nq& N= BC factor yang tergantung pada (angel of internal friction)

(O yang ada pada tanah dibawah pondasi )

qn = t1Df = SURCTEARGE.

= beban tanah yang adadiatas foundation level.

t = twet tergantung pada O dan D/B

(ada tabelnya : Reduction factor )

t
D/B
O = 25 O = 30 O = 35 O = 40
5 0,73 0,77 0,81 0,85
10 0,61 0,67 0,74 0,79
20 0,47 0,57 0,67 0,75
30 0,37 0,50 0,63 0,73
50 0,27 0,47 0,59 0,70
70 0,22 0,39 0,57 0,69
Contoh :
Suatu pile panjang 26 m, D () = 0,6 m

Tanah berupa pasir padat dengan = o = 10 KN /m2

= o = 10 KN /m2
O =0,6 m D&o = 35 dicari dengan grafik
26 m =25 (foto copy) diperoleh.
Nq = 75
N= 41
o =35 Dengan 1 = 25 dengan D/B = 26/0,6 =
43,3 diperoleh : t = 0,3 (dengan
interpolasi).

Qult = qD Nq + o BN
qu = (0,3 x 10 x 26 x 75 + 10 x 0,6 x 41 ) KN /m2
maka besar : Pbu = qu x Ab=
= 6396 x (0,6)2kN
= 1790 KN (belum diperhitungkan falto)
MEYERHOF

qu = CNc + Ks DNq + B/2 N

Ks = Suatu koefisian tegangan tanpa pada dinding file yang besarnya 0,5 1,0
( tergantung kondisi tanah)
C= (coeffisient of eart pressure pada shaff).
0,5 = Loose Soil
1,0 = Dense Soil
Nc, Nq, N = Bc. Faktor yang besarnya tergantung pada dan D/B. Bila tanah
punya Adhesion dan friction pada shaft dari pile,maka menurut Menyerhof perlu
adanya targentiac force pada suatu kedalaman (D) (pada Shaft).
fu = Ca + Ks D tan shaft.
D = kedalaman yang mempunyai adhesion dan friction.
Ca = adhesion permit area (persatuan luas)
= Sudut geseran tanah pada Shaft.
Untuk clay = fu = Ca
Untuk non cohesive soil Ca = 0 fu = Ks D tan
fu, Ca,ks, , D dan besarnya untuk tiap kedalaman adalah berbeda-bedauntuk
praktisnya = diambil rata-rata harganya.
Misal : pile kedalaman D, harga D bergerak dari O sampai D sehingga diambil
rata-rata.
D = D/2 fu = ks D/2 tan
Rumus umum bagi Menyerhof untuk pile yang mengalami cohesion dan friction
dari tanah.

Pu = Ab (CNc + Ks DNq + B/2N) +As ( Ca + Ks D/2 tan )


As = Luas shaft tiang
Ab = Luas base dasar
Pu = Beban total yang ultimate menurut menyerhof

Pada kedalaman dimana pile sangat panjang sehingga D/B 30, maka harga B
bisa dianggap sangat kecil, sehingga rumus-rumus menjadi agak sederhana.
MENYERHOF : qu = CNc + Ks DNq tanah cohesion
TERZAGHI : qu = 1,3 CNc + DNq dan Friction.
BEREZANTZEV : qu = qDNq tanah hanya punya friction saja.

NETT ULTIMATE BC
MENYERHOF : qun = CNc + D ( Ks Nq-1)
TERZAGHI : qun = 1,3 CNc + D (Nq-1)
BEREZANTZEV : qun = qD (Nq-1)
PILES IN CLAY
Apabila diameter pile kecil, maka besarnya ultimate BC yang berdasarkan
atas base resistance (penahanan pada dasar pile) kadang terlalu kecil.
kecil q bu < 10% q su
q bu = q base ultimate
q su = q shaft ultimate
Sehingga base resistance disini diabaikan, tapi apabila kita mempunyai pile yang
diameternya besar, misal : large diameter boredpile juga misalnya pada bored
pile yang ujungnya diperluas.

Maka disini diperhitungkan, perhitungan didasarkan


atas base resistance sangat penting.
Misal : pada clay dimana O = 0 NC = 1
In large N= 0
Kr = 1,0 ( menurut
meyerhof).
Dan kemudian kita masukkan koef 1,3 pada terzaghi kedalam Ncnya.

q nu = Cb Nc

Cb = cohesi pada level base of pile (dasar pondasi)

PERCOBAAN PADA PENGALAMAN


Kalau tanah punya strength (kekuatan) yang sama, maka sampai harga D/B
= 4, besar harga Nc bertambah.
D/B > 4.0 Nc sudah mulai kostan.
Harga Nc menurut MENYERHOF
Menyerhof : NC = 9,3 9,8
Wilson : NC = 8,0 didapat NC terbaik 9,0
Skempton : NC = 9,0

BORED PILE (Dalam Clay)


Sebelumnya kita adakan pengeboran dalam tanah, baru kemudian kita
laksanakan pilenya :
1. Diameter besar / large bored piles > 600 mm.
2. Diameter kecil / normal bored piles 600 mm.
Besar beban ultimate yang didasarkan kemampuan daya dukung tanah :

Pu = 9 Cb Ab + 0,5 d Cs Ls

Cb = cohesi tanah pada base


Ab = Luas base
d = diameter pile
Cs = cohesion pada shaft
Ls = panjang shaft
Untuk mendapatkan beban yang safe (aman/ diperkenankan)
P = 9 Cb Ab + 0,5 d Cs Ls berat sendiri pile
Fs
Fs = 2,5 4,0 : tergantung kondisi tanah.
Misal:

Catatan Tanah urugan biasa tidak bias diperhitungkan sebagai shaft resistance
yang baik adalah tanah asli
Terdapat 3 lapisan tanah yang atas : tidak diperhitungkan.
1. Oleh Base Resistance : P1 = 9. Cb. Ab.
= 9.200. 1/4( 0,5 )2 kn.
2. Oleh shaft Resistance : P2 = 0,50,5. 40 x 9 kN
P3 = 0,5 0,5. 200 x 10 kN

Dengan pile = 20 kN/m3

Berat Pile = 0,25 x (0,5)2 x 20 x 20 KN = W

1 +2 +3
P+W =

P = ( P1 + P2 +P3) /Fs W

Kalau pile resistance hanya didasarkan atas shaft fricho ( Shaft resistance ), maka
hendaknya Fs lebih besar yaitu antara 5.0 6.0
Contoh lain :

Large bored pile ( > 60 cm )

Suatu Caisson ( Sejenis bored file yang sangat besar dengan 1,5 m ) biasanya
digunakan di pelabuhan, kadang mencapai 2,75 m.

Bored pile yang biasa diisi concrete.

Harga bored pile kadang kadang diisi dengan batu batuan dan pas ( dindingnya
dari beton bertulang )

Beton bertulang

Batuan dan pasir dipadatkan

Pondasi yang besar itu bias ditanam pada stiff clay tanah rock / cadas

Pada large Bored pile rumusnya agak berbeda


1
Pu = 2 ( + ) +
4

Luas Dasar

Base Resistance Shaft Resistance

Keterangan :

= Factor koefisien, besar yaitu = 0,3 untuk settle

= Satuan berat tanah diatas base

D = Deptu/ kedalaman bored file


Kalau kita memperhitungkan berat sendiri bored pile


P+W =
.

Kadang kadang untuk penyederhanaan rumus, maka berat sendiri pile makan
dengan berat tanah yang diganti/ dipindahkan oleh pile sehingga rumusnya menjadi
lebih sederhana

D dihilangkan
1
PU = 2 . . + .
4

Contoh :

Suatu large bored pile dengan perluasan base ditanam sedalam 12 m, sampai pada
stiff clay ( Clay keras ) ini besar cohecci rata rata 360 kN/ m2.

Tanah diatas base mempunyai coessi 110 kN/ m2 dan overage dense

( Density rata rata ) = 1.900 kg/ m2

Diameter dasar = 2.4 m

Sedang untuk skim ( Shafe ) friction, maka hendaknya diperhitungkan sudut 600 pada
base untuk memulai shaft friction.

Berapa besar safe working load untuk pile tersebut!


1
PU + W = 2 ( + ) +
4

1
= (2,4)2 (3609 + 1,99,812) + 0,910,70,3110kN
4

P1 P2

1 2
Afe working Load = +

1 2
= +
3.0 2.0
DUTCH CONE PENETROMETER

Pada sondir kita melihat besarnya conus resistance dan skin Friction / Shaft friction

Misalkan akan membuat pondasi tiang pancang ( driving pile), kita melihat sampai
kedalaman berapa tiang pancang ditanam.

Bisa berdasar pada :

1. Conus Resistance
2. Skin friction
3. Kedua - duanya

Kalau lapisan tanah sebelahatas sangat lembek, maka skin friction sangat kecil
sehingga diabaikan.

Sehingga pile harus ditanam sampai tanah padat / keras. Dalam hal ini pile daya
dukungnya hanya berdasar pada conus Resistancenya saja. Sebaiknya kalau
mempunyai tanah yang mempunyai hambatan pelekat (frictionya yang sangat besar,
sedangkan tanah keras/ kuat sangat jauh didalam tanah, maka kita terpaksa
memperhitungkan daya dukung pile hanya didasarkan atas skin friction saja.
Sehingga pile harus ditanam sampai tanah padat/ keras. Dalam hal ini file daya
dukungnya hanya berdasar pada conus Resistancenya froction yang besar. Sedangkan
tanah yang keras/ kuat sangat jauh didalam tanah, maka kita terpaksa
memperhitungkan daya dukung pile hanya didasarkan atas skinb friction saja.

Working Load :

Q1 = P1 x 40 x 40 kg akibat / oleh conus Resistance

Luas penampang pile

P1 = yang terbaca pada conus resistance pada kedalaman D ( =


persatuan luas kg/ cm2)

Q2 = F1 x(40 + 40 + 40 + 40) kg oleh shaft resistance

Keliling pile

f1 = Jumlah / total friction dari 0 sampai D tiap 1 cm lebar (keliling)


Ada kalanya :

Suatu dinding penahan tanah ditanah oleh 5 group pile. Mula mula cari dulu dari x

1
Kalau menggunakan conus resistancenya saja, PU = -W
3

2
kalau menggunakan shaft resistancenya saja, PU = -W
5

1 2
Kalu kedua duannya = Pu = + -W
3 5
Kapasitas Dukung Tiang dalam Tanah Granuler

1. Metode Schmertmann dan Nottingham

Kapasitas dukung ultimit neto (Q.), dihitung dengan persamaan

Qu = Abfb + Asf.s Wp atau


Qu = A b qca+ As Ki qf- Wp

dengan,
Ab = luas ujung bawah tiang (cm2)
As = luas selimut tiang (cm2)
fb. = tahanan ujung satuan (kg/cm 2)
fs = tahanan gesek satuan (kg/cm 2)
Qca = tahanan konus rata-rata (kg/cm2)
qf = tahanan gesek sisi konuskg/cm2)
Kf = koefisien tak berdimensi
= koefisen korelasi

Tahanan ujung satuan


Dalam metode Schmertmann dan Nottingham (1975) tahanan ujung tiang
per satuan luas, diperoleh dari nilai rata-rata qc di sepanjang 8d di atas dasar
tiang sampai 0,7d atau 4d di bawah tiang, seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar.
Langkah-langkah penentuan qca adalah sebagai berikut:
(1) Perhatikan diagram tahanan kerucut (qc) per kedalamannya dan pilihlah
kedalaman sementara yang dianggap mendekati kapasitas ultimit bahan tiang
yang dipakai.
(2) Pada kedalaman tiang yang ditinjau, perhatikan tahanan konus rata-rata (qc)
diambil pada jarak 8d di atas kedalaman ujung tiang dan 4d di bawahnya.
(3) Tentukan qd dengan menghitung nilai rata-rata tahanan kerucut (qc) di
sepanjang garis patah-patah pada zona 8d di atas dasar tiang. Lintasan garis
patah-patah menunjukkan pengambilan nilai-nilai qc yang mewakili dan
diperkirakan aman.
(4) Telusuri lintasan garis patah-patah sedalam 4d di bawah tiang tentukan q,2
dengan menghitung qc rata-rata di sepanjang garis tersebut.
(5) Hitung, qca =1/2 ((qc1 + qc2)
(6) Dengan menggunakan nilai-nilai dalam Faktor , tentukan guna
memperhatikan pengaruh kadar kerikil atau OCR.
(7) Hitung tahanan ujung satuan dengan persamaan:

fi, = qca150 kg/cm2 (15.000 kN/m2)

Di mana
fb = tahanan ujung per satuan luas (kg/cm 2)
co = koefisien korelasi yang bergantung pada OCR
qca = 1/2 (qc, + qc2) (kg/cm2)
qci = qc rata-rata pada zona 0,7d atau 4d di bawah dasar tiang (kg/cm2)
qc2 = qc rata-rata pada zona 8d di atas dasar tiang (kg/cm2

Gambar Contoh data sondirSondir


Nilai berkisar antara 0,5 sampai 1 bergantung pada rasio konsolidasi
berlebihan, OCR (overconsolidation ratio), seperti yang ditunjukkan dalam

Hubungan qca dan tahanan ujung satuan dengan menggunakan ciari Tabel 2.14,
ditunjukkan dalam Gambar berikut. Gambar ini, biasanya juga dapat digunakan
untuk ujung tiang yang terletak pada lapisan lempung.
Tahanan gesek Satuan

Tahanan gesek satuan ditentukan dari gesekan lokal sisi konus ;

fs = Kf. Qf

Dimna

Fs = tahanan gesek satuan (kg/cm2).


Nilainya dibatasi sampai 1,2 kg/cm' (120 kPa)
Kf = koefisien tak berdimensi
qf = gesek satuan lokal sisi konus (sleeve friction) (kg/cm2)
Bila tiang dalam tanah pasir, K f bergantung pada rasio L/d = kedalaman, dan d
= diameter tiang). Di dalam kedalaman 8d pertama dari permukaan tanah, Kf
diinterpolasi dari nol di permukaan tanah sampai 2,5 di kedalaman 8d. Lebih
bawah dari kedalaman ini, nilai Kf berkurang dan 2,5 sampai 0,891 pada
kedalaman 20d, atau, dianggap saja secara keseluruhan Kf = 0,9.
Metode yang lain, untuk tiang dalam tanah pasir (tidak berlaku untuk lempung),
gesek satuan dapat ditentukan dari tahanan konus q, sebagai berikut:
fs = Kc. qc
dimana
Fs = tahanan gesek satuan (kg/cm2).
Nilainya dibatasi sampai 1,2 kg/cm' (120 kPa)
qc = tahanan konus (kg/cm2)
Kc = koefisien tak berdimensi yang nilainya bergantung pada tipe tiang
Tiang baja ujung bawah terbuka Kc = 0,8 %
Tiang pipa ujung bawah tertutup Kc = 1,8 %
Tiang beton Kc = 1,2 %
Metode Meyerhof

Cara ini digunakan untuk menghitung kapasitas dukung tiang pada tanah pasir.
Meyerhof (1976; 1983) dalam Fellenius (1990) mengusulkan persarnaan untuk
menentukan kapasitas dukung tiang pada pasir dengan memperhatikan pengaruh skala
dan penetrasi tiang sebagai berikut ini.

Tahanan Ujung

Fb = 1 2 qca

Dimana :

Fb = tahanan ujung satuan, untuk tiang bar diambil 70%. atau 50%-nya
qca = qc rata-rata (kN/m2) pada zo.na 8d di bawali ujung tiang dan 4d di atasnya
1 = (d + 0,5)/2d}" ; koefisien modifikasi pengaruh skala, jika d >0,5 m.
Jika d < 0,5 rn, 1 =1.
2 = L/ 10d = koefisien modifikasi untuk penetrasi tiang dalam lapisan pasir padat
saat L <10d, jika L>10d, 2= 1
d = diameter tiang (m)
L = kedalaman penetrasi tiang di dalam lapisan pasir pada: (m)
n = nilai eksponensial
= 1 untuk pasir longgar (qc<5 MPa)
= 2 untuk pasir kepadatan sedang (5 MPa <qc<12 MPa)
= 3 untuk pasir padat (qc> 12 Mpa)
Tahanan Gesek
fs= Kf qf dengan Kf = 1
atau, bila tidak (dilakukan pengukuran tahanan gesek sisi konus:
fs= Kc. qc dengan Kc= 0,005
dengan, fs = tahanan gesek satuan (kg/cm2)
Kf = koefisien modifikasi tahanan gesek sisi konus
Kc = koefisien modifikasi tahanan konus
Pult = FB Ab + FS As W
= 12 qca Ab + Kc qc As - W

Kapasitas Dukung Tiang dalam Tanah Kohesif


Metode Bagemen

Untuk tiang dalam tanah kohesif, umumnya, tahanan konus (qc) dihubungkan dengan
kohesi tak terdrainase (undrained cohesion) (cu), yaitu (Bagemann, 1965):
CuNk = qc (kg/cm2)
Nilai Nk berkisar diantara 10 sampai 30, tergantung dari sensitivitas, kompresibilitas
dan adhesi antara tanah dan mata sondir. Dalam hitungan biasanya Nk diambil
antara 15 sampai 20. Tahanan ujung tiang diambil pada nilai qc rata-rata yang
dihitung dari 8d di atas dasar hang sampai 4d di bawah dasar tiang. Tahanan gesek
per satuan luas (f) dari tiang pancang, secara aman, dapat diambil sama dengan
tahanan gesek sisi konus (qt) (Bagemann, 1965), atau
fs= qf(kg/cm2)
Jadi kapasitas ultimate tiang pancang
Qu = Ab qc + As qf (kg)
Dimana Ab = luas ujung bawah tiang (cm2)
As = luas selimut tiang (cm2)
qc = fb = tahanan konus (kg/cm 2)
qf = tahanan gesek sisi konus (kg/cm 2)

Metode de reuter dan Beringen


Tahanan ujung
Untuk tiang pada pasir tahanan ujung satuan sama dengan metode Schmertmann dan
Nottingham. Untuk tiang pada lempung, tahanan ujung satuan ditentukan dan analisis
tegangan total seperti halnya pada teori kapasitas dukung fondasi dangkal pada tanah
lempung:
fb = 5 Cu ; dibatasi fb< 150 kg/cm2 (15000 kN/m2)
Cu = Qc / Nk
dimana

fb = tahanan ujung satuan, maksimum 150 kg/cm 2 (15000 kN/m2)


Cu = kohesi talc terdrainase (undrained)
Nk = koefisien tak berdimensi, nilainya antara 15 sampai 20,
biasanya diambil 20.

Tahanan gesek
Untuk tiang pada pasir, tahanan gesek satuan dipilih nilai terkecil dari nilai gesek satuan
sisi konus (qf) dan qc/300.
Untuk tiang pada tanah kohesif (lempung), tahanan gesek satuan ditentukan dari nilai kohesi
tak terdrainase (Cu = Qc/20 = 0,05 qc))
Fs =Cu = (Qc/Nk) = 0,05 qc
Dimana
fs = tahanan gesek satuan, dengan nilai maksimum 1,2 kg/cm2(120 kPa)
cu = kohesi tak terdrainase (undrained)
=faktor adhesi, diambil 1 untuk lempung terkonsolidasi normal,
dan 0,5 untuk lempung terkonsolidasi berlebihan
Nk = koefisien tak berdimensi, nilainya antara 15 sampai 20,
biasanya diambil 20.

KAPASITAS DUKUNG TIANG DART UJI PENETRASI STANDAR (SPT)


Kapasitas ultimit tiang dapat dihitung secara empiris dari nilai N hasil uji SPT.
Meyerhof (1976) mengusulkan persamaan untuk menghitung tahanan ujung tiang :
Qb = Ab (38 N) (Lbld) 380 N (Ab) (kN)
dengan N adalah nilai N rata-rata yang dihitung dari 8d di atas dasar tiang sampai 4d di
bawah dasar tiang, sedang Lbld adalah rasio kedalaman yang nilainya dapat kurang dan
L/dbila tanahnya berlapis-lapis.

Untuk tahanan ujung tiang dengan memperhatikan faktor kedalaman, Meyerhof (1976)
menyarankan:
Untuk tiang dalam pasir dan kerikil:
fb = 0,4 N60' (L/d)r4 N60'r, (kN/m2)
Untuk tiang dalam lanau tidak plastis:
fb = 0,4 N60' (L/d)r 3 N60r (kN/m2)
Nilai maksimum dari kedua persamaan tersebutdiberikan, bila L/d >10 untuk pasir
dan kerikil dan L/d >7,5 untuk lanau.
Dalam menghitung tahanan gesek satuan (fs), Meyerhof (1976) menyarankan:
Untuk tiang perpindahan besar (tiang pancang) pada tanah tidakkohesif (pasir):
fs =1/50r N60 (kN/m2)
Untuk tiang perpindahan kecil pada tanah tidak-kohesif (pasir):
Fs = 1/100 r N60 (kN/m2)
Dimana
Fb = tahanan ujung satuan tiang (kN/m2)
fs = tahanan gesek satuan tiang (kN/m2)
r = tegangan referensi = 100 kN/m2
N60 = N-SPT yang dikoreksi terhadap pengaruh prosedur lapangan saja.
N60 = N-SPT yang dikoreksi terhadap pengaruh prosedur lapangan
dan tekanan overburden
L = kedalaman penetrasi tiang (m)
d =diameter tiang (m)
Dalam menghitung fb nilai N-SPT yang digunakan harus mewakili kondisi tanah di
sekitar ujung tiang, yaitu dalam kisaran 4d di atas dasar tiang dan 2d di bawahnya.
Dalam menghitung fs, maka digunakan kondisi tanah di sekeliling segmen tiang yang
diperhatikan. Untuk tiang yang meruncing lebih dari 1%, maka f, dapat dikalikan 1,5
(Meyerhof, 1976).

Briaud et al. (1985) menyarankan persamaan tahanan ujung satuan:


fb = 19,7 r (N60)0,36(kN/m2)
dan tahanan gesek satuan:
fs= 0,224 r (N60')0,29 (kN/m2)
dengan = tegangan referensi = 100 kN/m2.
Karena prosedur pengujian SPT yang tidak konsisten, hasil hitungan kapasitas
dukung tiang menjadi tidak begitu akurat. Oleh karena itu, Coduto (1994)
menyarankan menggunakan faktor aman yang agak lebih tinggi dari nilai normalnya.
Menurut Rumus Schemearment
Q ult. = ultimate load ( ton ) = ( 3,6 Nb x Ab + 0,01 N rt x O x Li ) x efek
pelaksanaan
Qa = Qult/ FS

Dimana
Nb = Nilai Spt pada ujung tiang
Ab = luas ujung bawah tiang (cm2)
N rt = Nili N=Spt rata-rata
O = luas selimut tiang (cm2)
Li = panjang tiang
PILES IN GROUP

Dua pile atau lebih yang berdekatan ada kemungkinan overlap dari bulk pressure, dan
tentu saja dengan adanya overlapping tersebut, maka bagian tanah yang mengalami
overlapping akan mendarat pressure 2 x lipat paling sedikit, tentu saja tidak
diperkenankan, berbahaya tanah mungkin tidak kuat, maka per adanya spacing yang
cukup ( jarak antar pile yang cukup) dan spacing ini besarnya : 2,5 d 4.0 d atau
maksimum 6,0 d. dimana d = dimeter pile

Dan terjadinya overlapping pada friction piles, lebih berbahaya daripada end bearing
piles. Dan dengan adanya overping akan mengurangi kapasitas / kemampuan masing
masing piles. Sehingga sebaiknya spacing sebesar mungkin sepanjang masih
memenuhi factor ekonomi ( dari segi biaya masih ekonomis).

Karena itu maka bila kita mempunyai group dari ples maka besarnya kapasitas/
kemampuan besarnya group perlu adanya pengurangan, karena adanya overlapping
tadi. Maksimal timbul istilah yang disebut EFFICIENCY FAKTOR = E (%)

(1)+(1)
E=1 ( dalam %)
90
Dimana
m = banyaknya deretan pile
n = banyaknya piles dalam 1 deret

= arc tg ( dalam derajat )

1,57 ..
Menurut AASHTO s =
+2
S = center to center spacing = jarak pusat ke pusat piles
Effisiensi tiang group secara praktis method feld


E = 1-
.
{( 1) + ( 1) + 2( 1)( 1)}
Seiler keenny
+2 0,3
Ef = {1 }++ dan banyak formula yang lain
7( 2 ) +1

Misalnya : Tiap piles 60 Ton


5 piles tidak berarti 5x60 ton
Tetapi : 5 x 60 x e = 5 x 60 x 80% = 240 ton (belum dikurangi berat sendiri
pile
1. NEGATIVE SKIN FRICTION

Timbunan

Mendorong, menarik ke bawah terhadap pile ( mengadakan Drag down = tarikan ke


bawah )

Positif skin friction ( Tanah tidak turun )

Suatu skin friction antara tanah dan pile membantu kekuatan piles

Untuk Negative Skin Friction

Apabila kita mempunyai pile yang kita tanam pada compressible layer ( tanah yang
lunak). Kemudian diatas compressible layer kita adakan timbunan tanah
Maka akibat adanya filling, dan tanah dibawah filling adalah tanah yang
compressible, maka akan terjadi settlement atau penurunan pada filling tersebut yang
disebabkan oleh berat sendiri tanah filling.
Dan juga oleh terjadinya proses konsolidasi pada lapisan tanah yang compressible.
Lebih 2 kalau tanah filling kita padatkan memperbesar settlement pada tanah filling
tersebut.
Pada sebelum ada filling ada suatu diagram untuk pore pressure sebelum filling.
Makin kedalam makin besar ( merupakan tegangan pori yang berbentuk linier ).
Kemudian setelah ada filling, bentuk berubah menjadi exess pore pressure (suatu
kelebihan ).
Dan disitu terjadi free draining ( air bisa lari keatas dan ke bawah / bebas ) ( ( = drag
down )
Itu saja dengan adanya negative skin pressure akan menimbulkan penambahan
settlement yang terjadi pada pile.
Untuk mengurangi terjadinya settlement yang terjadi akibat negative skin pressure
maka pada tahun 1969 oleh BJ Errahm :
Kita hendaknya memberikan coating pada dinding piles setebal 1 mm coating =
lapisan batumen nilai penetrasi 80 100 sebab dengan demikian bisa mengurangi
drag down sebesar 90%.
Biasanya suatu structures ( bangunan), pada kolom-kolomnya ditahan oleh group of
pile ( gabungan dari pile ), maka untuk menghitung besar negative skin pressure, kita
meninjau thop group of pile tersebut.
Ada suatu pendekatan sederhana dari terzaghi dan pack ( 1967)

h1
Q = A1 tambahan beban untuk tiap pile

Kemudian besarnya tarikan ke bawah atau drag down pada group akibat pergerakan
ke bawah lapisan yang compressible ( Sedang mengadakan konsolidasi )
c
Q = S h 2h

qum
C = cohesion = shear strength = 2

C = qc/13-25 ( kg/cm2) (qc data sondir)

Qum = unconfined compressible strength


Apabila besarnya beban yang bekerja pada tiap pile atau applied load maka besarnya :

Qp = Q + Q + Q + W

W = berat sendiri pile

Qp = Actual load ( beban yang betul dan bekerja pada masing masing pile )

Qp = beban akhir yang diterima pile, dan Qp ini yang menjadi dasar perhitunbgan
atau disebut beban yang diperkenankan

atau Q = QP Q Q W

Ada kemungkinan w tidak diperhitungkan/ diabaikan kalau pilenya terlalu kecil

LATERAL LOADING ON PILES

Beban lateral yang bisa diterima oleh piles tergantung pada unsur-unsur dan tipe
piles, keadaan tanah sekitar piles, spacing piles, dan Top pile dengan cap ( Suatu
bagian atas dari pile yang berhubungan dengan kolom.
I. Ujung atas Pile Topy Cap

12 E.I
Hall = .Uall
le3l

Rumus menurut LEE ( 1968) dan Golub Kons ( 1950)

EI = Flexural Stiffness

E = Modulus elasticity tergantung macam bahan

I = Kelembaman ( Moment Inersia )

= Koefisien yang besarnya tergantung pada spacing, tipe pile dan justifikasi
keadaan tanahnya

Contoh

Group dengan spacing 3d dan ditanam pada tanah yang lemah ( tidak begitu baik ),
= 16 ( tanah lemah, tanah luas = 10 ) ( makin kecil h makin besar)

Semakin besar spacingnya makin kecil

Missal : kalau spacing 6d = 8

l e = merupakan panjang effective dari reinforced concrete( beton bertulang)

dengan d = 35 cm . 45 cm

u all = 5 mm le = 1,25 m

= 10 mm l e = 1,40 m

II Ujung atas pile dalam keadaan bebas


3
H all = 3
DYNAMIK PILE DRIVING FORMULAE

( Pile yang didesak kedalam tanah )

Salah satu cara untuk mengetahui kapasitas daya dukung penahanan suatu pile
dengan menggunakan rumus dynamic formulae.

Apabila suatu hammer berat w dan jatuh bebas = H, memukul pile, maka besarnya
TOTAL DRIVING ENERGI = W.H

Dimana W = berat hammer,


H = tinggi jatuh.

Bila hammernya berupa Double acting, terutama pemancangan tiang pancang dengan
menggunakan uap. Disini ada penambahan energy akibat tekanan uap ( Single acting
tanpa tekanan uapnya)

Rumus yang dipergunakan :

Tahun 1818 oleh AM Wellington, disebut Engineering News Form


W.H
Qa = F(S+C)

Dimana :

Qa = Allowable Load = beban yang diperkenankan


W = berat hammer (kg)

H = tinggi jatuh hammer (cm)

F = Faktor of safety = 6.0

S = final setllement : rata rata dari 5 x pukulan ( cm, kadang-kadang 10 x


pukulan

C = Constante ( harus dari percobaan ) atau empirilae constant

Untuk drop hammer( cara biasa ) C = 2,5 cm

Untuk single dan double acting hammer C = 0,25 cm

Sehingga rumus menjadi Drop Hammer


W.H
Qa = 6(S+2.5)

Berat paku dapat di estimai= .w tiang + 600


2WH W 1
Dact formula paku = (W+wp) + fk > 20 m
s+c

2W.H 1
New formula paku = + fk < 20 m
s+c

Helly formula : Cocok untuk pdasi D > 20 m


Batter PILES

Missal pada suatu pile ada beban horizontal > 500 kg, maka sebaiknya lebih
ekonomis kalau kita menggunakan batter piles

Pada batter piles diperhitungkan bahwa pile menerima beban aksial (Axiloa ) lewaat
sumbu dari pile. Dan memasukkannya kedalam tanah jika didesak / dipukul seperti
vertikal pile biasa. Untuk perhitungan banyak digunakan metode grafik dari culman

GRAPHICAL METHODE

Disini pile digolongkan / digroupkan pada masing masing kemiringan dengan pile.
Dianggap semua pile menerima beban axial dari masing masing group dicari
resultannya sehingga akhirnya titik tangkai reaksi bisa dicari atau ditentukan.

Dengan cara culman dijalankan step by step ( langkah demi langkah)

Langkah :

1. Kita skets profil file foundation dan dicari garus resultante pada setiap group
piles yang sejajar. Kemudian lukiskan resultante R dari semua gaya-gaya luar
yang bekerja.
2. Dan lanjutkan R memotong vertikal pile group di a
3. Perpotongan group pile 2 dan 3 ialah di b. Kemudian kita hubungkan titik a
dan titik b.
4. Kita uraikan R menjadi V dari B. Akhirnya group pile 1 akan menerima beban
akibat sebesar V, dengan pile no 2 dan no.3 menerima beban aksial sebesar B
dan B dapat diuraikan sejajar 2 dan sejajar dengan group 3

SBE contoh lain :

Disamping itu ada cara analitik, dimana dasarnya juga menggunakan cara Culman

Analytical method

Langkah langkahnya sebagai berikut :

Kita uraikan resultante gaya luar ( R ) ke arah horizontal dan vertikal. Kemudian arah
horizontal ( H ) nya kita abaikan dulu dan kita anggap group pile. Sebagai pile yang
vertical, maka besarnya beban pada file :

V Vex
Vn = (x2 ) . x
n

Keterangan :

Ex = exentricitas = jarak v dengan pusat berat pile

R = V (untuk H sementara diabaikan)

V = Resultante vertical dari gaya luar

X = Jarak setiap pile terhadap pusat berat pile

n = Banyak pile
Vn = Beban yang diterima untuk setiap pile

Disini setiap pile menerima aksial load sebesar R1, R2.

Dimana R1 mempunyai komponen vertikal sebesar V1, V2 berasal dari Vn tadi

R1 & R2 sesuai kemiringan batter pile

V1 & V2 vertical

Dari hasil hasil ini maka apabila kemiringan batter ideal, maka besarnya H (
Resultante horizontal ) harus = 0. Tetapi apabila masih kurang dari 500 kg( H< 500
kg ) masih diperkenankan

V = 50 ton Setiap m panjang bidang gambar tegak


M = 75 ton meter lurus bidang gamabar

H = 20 ton

a = 1,0 m

b = 1,2 m

c = 1,5 m
Suatu dinding penahan tanah ditanam oleh 5 group pile

Mula mula cari dulu harga dr x

Missal : moment terhadap AK A

1,2+2,7(1+2)
ex =
5

= 0,18 m

Kemudian

X1 = 2+0,18 = 2,18 m

X2 = 1 + 0,18 = 1,18 m

X3 = 0 + 0,18 = 0,18 m

X4 = 1,2 + 0,18 = 1,02 m

X5 = 2,7 0,18 = 2,52 m

(X2) = (2,18)2 + (1,18)2 + (0,18)2 + (1,02)2 + (2,52)2

= 13,53 m


V11 =` (2).x

50 (25+500,18)
V = .x
5 13,53

= 10 6,2 x

V1 = 10 + 6,2 x 2,18 = 23,53 ton

V2 = 10 + 6,2 x 1,18 = 17,316 ton


Negative karena sebelah
V3 = 10 + 6,2 x 0,18 = 11,116 ton kanan dari titik pusatnya)

V4 = 10 - 6,2 x 1,02 = 3,676 ton

V5 = 10 6,2 x 2,52 = -5,62 ton


V1 + V2 + V3 = (23,53 + 17,316 + 11,116 ) ton

= 51,962 ton

V1, V2, V3 berupa batter


20
Maka kemiringan batter pile = = 51,962 = 0,384

5
Dicoba kemiringan batter pile 12

5
51,862 = 21,65 ton
12

H = 20 ton 21,65 2,0 = 1,65 ton

1,65> 0,5 ton belum naik


4,5 4,5
12 51,962= 19,48 ton
12

20 19,48 = 0,52 ton > 0,5 Ton


4,6 4,6
12 51,962= 19,91 ton
12

20 19,91 = 0,09 ton < 0,5 ton

Cukup baik

Anda mungkin juga menyukai