Ekowisata
Ekowisata Subak
Subak Jatiluwih,
Jatiluwih, Tabanan,
Tabanan, Bali
Bali 169i
DAFTAR ISI
Halaman
Latar Belakang
Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki
keunikan tersendiri berupa keindahan panorama alam dan
budayanya,sehingga menarik perhatian wisatawan.Perkembangan
pariwisata di Pulau Bali tidak dapat dilepaskan dari kedatangan bangsa
Belandapada tahun 1579 yang dipimpin oleh Cournelis De Houtman.
Tahun 1827 untuk pertama kali Belanda membangun kantor dagangnya
di daerah Kuta. Pada tahun 1920 sekumpulan ilmuan Barat mendatangi
Pulau Bali dengan tujuan untuk meneliti dan mengenal budaya yang ada
di Pulau Bali baik agama, adat istiadat, kesusastraan, peninggalan sejarah
dan arkeologi. Parailmuan yang datang ke Bali terdapat pelukis, pengarang
dan penyair yang kemudian menggambarkan keindahan alam dan budaya
yang ada di Pulau Bali.Hal ini sekaligus sebagai media promosi.Kondisi
tersebut menarik wisatawan Eropa yang kemudian datang berkunjung
ke pulau Bali (Kencana, 2010).
Wisatawan yang datang ke Pulau Bali pada umumnya tertarik akan
keindahan alam, keunikan budaya, dan keramahan masyarakat Bali. Pada
tahun2012 wisatawan yang datang berkunjung ke Pulau Bali berjumlah
2.892.019 orang. Tahun 2013 wisatawan yang berkunjung ke Bali
mengalami peningkatan sebesar13,37% menjadi berjumlah 3.278.598
orang (Disparda Provinsi Bali). Kunjunganwisatawanbaik domestik
maupun internasional diperkirakan akansemakin meningkat di tahun-tahun
mendatang.Hal ini dikarenakan adanya perubahan perkembangan
pariwisata dunia yang semakin mengedapankan keunikan budaya,
Tujuan Pengkajian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari pengkajian
ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut.
Tujuan Umum
Pengkajian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi potensi
dan merumuskan strategi pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak
Jatiluwih sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar
dan pemerintah.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi potensi dan kendala pengelolaan ekowisata di Subak
Jatiluwih sebagai daya tarik pariwisata.
2. Mengetahui bagaimana gambaran pengelolaan lingkungan ekowisata
di Subak Jatiluwih pada kondisi sekarang.
3. Mengetahui bagaimana strategi pengelolaan lingkungan ekowisata
di Subak Jatiluwih di masa mendatang.
Manfaat Akademik
Perumusan strategi pengelolaan lingkungan dan pengembangan
potensi ekowisata yang ada di Subak Jatiluwih bagi akademisi dapat
memperkaya wacana aplikasi pengelolaan lingkungan berbasis
ekowisata.Disamping itu sebagai referensi pengkajian lebih lanjut tentang
pengelolaan ekowisata yang ada di Subak Jatiluwih maupun Pulau Bali
pada umumnya.
Manfaat Praktis
Pengkajian ini diharapkan dapat menumbuh kembangkan partisipasi
aktip masyarakat dalam pengelolaan lingkungan ekowisata yang ada di
Subak Jatiluwih dan memberikan pengetahuan strategi pengelolaan
lingkungan dan pengembangan ekowisata yang ada di Subak Jatiluwih
di masa mendatang.Disamping hal tersebut pengkajian ini juga dapat
digunakan sebagai dasar kajian penerapan kebijakan dan peran institusi
dalam pengelolaan lingkungan ekowisata yang ada di Subak Jatiluwih
sehingga pengembangan pariwisata yang ada di Subak Jatiluwih dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan pelestarian
lingkungan.Kebijakan dan peran institusi yang dilaksanakan diharapkan
lebih menitikberatkan pada kelestarian lingkungan, keterlibatan secara
aktif masyarakat, wisatawan dan bersifat lintas sektor.
Tinjauan Teoritik
Pengelolaan
Pengelolaan atau manajemen adalah terjemahan dari kata
management yang berasal dari bahasa Inggris yang apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti pengelolaan.Tery
(dalam Burhanudin, 2009) menyatakan bahwa pengelolaan atau
manajemen meliputi empat proses yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan
pengendalian (controlling). Sedangkan menurut Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
pengelolaan diartikan sebagai suatu proses perencanaan, pemanfaatan
dan pengendalian pemanfaatan secara berkelanjutan.
Pengelolaan juga berarti suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang
dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja
dalam mencapai tujuan tertentu.Secara umum pengelolaan dapat juga
diartikan sebagai upaya strategis untuk pencapaian tujuan, rumusan
mekanisme kerja, rangkaian kebijakan yang perlu diambil atau dilakukan
untuk mengembangkan organisasi.Menurut Wardoyo (dalam Suryawan,
2012) pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.Dari penjelasan
beberapa definisi pengelolaan dapat disimpulkan bahwa pengelolaan
adalah serangkaian kebijakan yang diambil atau dilakukan yang memuat
b. Pengorganisasian (Organizing)
Dalam suatu organisasi diperlukan adanya kerjasama antara dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Organisasi merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal,
pengelompokan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau
pekerjaan diantara para anggota organisasi agar tujuan organisasi
dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan dalam organisasi orang-orang
yang dipilih harus memiliki kemampuan dan kompetensi dalam
melakukan tugas atau posisi tertentu. Oleh karena itu perlu dalam
pengorganisasian yang perlu diperhatikan adalah proses perekrutan,
d. Pengendalian(Controlling)
Pengawasan adalah kegiatan membandingkan atau mengukur
kegiatan yang sedang atau sudah dilakukan dengan kriteria, norma-
norma standar atau rencana-rencana yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Pengawasan merupakan bagian terakhir dari fungsi
manajemen yang dilaksanakan untuk mengetahui apakah semua
j. Mendorong pelaksanaan
Perencanaan dilakukan agar suatu organisasi dapat memperoleh
kemajuan secara sistematis dalam mencapai hasil yang diinginkan
melalui inisiatif sendiri.Disamping hal tersebut dalam suatu
perencanaan diperlukan suatu kebijaksanaan dalam mengambil
keputusan. Dengan demikian untuk mengetahui data yang perlu
dikumpulkan, memerlukan tujuan yang hendak dicapai terlebih
dahulu, sedangkan untuk mencapai suatu tujuan (objectives)
diperlukan suatu pemikiran (thought) yang khusus. Oleh karena itu
perencanaan (planning) merupakan suatu mata rantai yang esensial
antara pemikiran (thought) dan pelaksanaan (action).
Strategi
Salah satu bagian atau kegiatan dalam perencanaan adalah
menentukan strategi yang akan digunakan. Strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan.Strategi adalah suatu rangkaian kebijakan atau tindakan
yang dilakukan terus menerus oleh suatu lembaga atau organisasi untuk
mencapai tujuan tertentu berdasarkan peluang-peluang dan ancaman-
ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan
kemampuan internal yang dimiliki. Strategi selalu dimulai dari apa yang
dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.Strategi juga
Gambar 2.1
Tingkatan Strategi
(Sumber: Umar, 2005)
c. Implementasi Strategi
Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen
mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui
pengembangan program, anggaran dan prosedur. Proses tersebut
meliputi perubahan budaya secara menyeluruh, struktur dan atau
sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhan.
Gambar 2.3
Etika Lingkungan Sebagai Dasar Pengelolaan Lingkungan
Berkearifan Lokal
(Sumber: Suarna, 2007)
Ekowisata
Ekowisata atau ecotourism berasal dari dua kata yaitu ecoatau
ecologyyang dalam bahasa Indonesia berarti ekologis dan kata
tourismyang berarti wisata atau perjalanan. Ekowisata adalah adalah
Gambar 2.4.
Ekowisata sebagai suatu konsep pembangunan berkelanjutan
(Sumber: Wood, 2002)
Sistem Subak
Pengertian subak secara normatif dapat ditemui pada Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 1972 tentang Sistem Irigasi.Dalam Perda tersebut
subak didefinisikan sebagai suatu masyarakat hukum adat yang memiliki
Tinjauan Empirik
Tinjauan empirik berupa hasil-hasil pengkajian muthakhir sebelumnya
yang dianggap relevan dan berhubungan dengan pengkajian ini, terutama
tentang pengelolaan ekowisata.Tujuan pembahasan pengkajian terdahulu
dapat menambah wawasan, memahami dan memanfaatkan metoda dan
sebagai pembanding agar menghasilkan strategi untuk mengatasi berbagai
kendala yang mungkin muncul.
Pengkajian Sudiarso (2004) menunjukkan bahwa pengembangan
pariwisata yang ada di Taman Nasional Tengger bermuara pada
masyarakarat Tengger itu sendiri, karena masyarakat Tengger yang
menikmati hasil dari pariwisata melalui kegiatan-kegiatan perekonomian
yang berhubungan dengan pariwisata seperti penyewaan kuda, kendaraan
bermotor, jeep, dan penginapan berupa homestay. Pada pengkajian ini
juga didapat fakta bahwa masyarakat Tengger mengontrol dengan ketat
kepemilikan jasa-jasa atau kegiatan perekonomian yang berhubungan
dengan pariwisata.Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar mereka
dapat menikmati hasil pariwisata di Tengger berupa peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitar.Pemanfaatan Taman Nasional Tengger
Semeru Jawa Timur untuk tujuan pariwisata dapat dilakukan sepanjang
tidak merusak lingkungan dan memberikan kontribusi bagi pelestarian
Pendekatan Pengkajian
Pengkajian ini secara detail memaparkan keadaan dan kondisi yang
berhubungan dengan pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak
Jatiluwih.Lingkungan tersebut meliputi kondisi fisik (abiotik), kondisi flora
dan fauna (biotik) kondisi sosial, kondisi ekonomi masyarakat (culture)
dan pengelolaan lingkungan ekowisata pada saat ini, disertai dengan data-
data dan fakta yang berhubungan dengan hal tersebut, untuk dapat
menggali potensi lingkungan ekowisata yang ada. Setelah mendapatkan
potensi lingkungan ekowisata, data tersebut digabungkan dengan
peraturan atau kebijakan yang ada dan status Subak Jatiluwih sebagai
warisan budaya dunia untuk mendapatkan strategi pengelolaan potensi
lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih di masa depan.
Pendekatan yang digunakan dalam pengkajian ini adalah pendekatan
kualitatif.Pengkajian ini termasuk pengkajian eksploratif (Explorative
research).Hal tersebut dapat dilihat dari tujuan dari pengkajian ini, dimana
pengkajian ini bertujuan untuk mengekplorasi potensi lingkungan
ekowisata dan merumuskan strategi pengelolaan lingkungan ekowisata
di Subak Jatiluwih.Dengan demikian dapat menjawab tantangan
bagaimana pariwisata dapat berkontribusi secara nyata terhadap
kelestarian lingkungan dan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Jenis Data
Pengkajian ini menggunakan dua jenis data yaitu sebagai berikut.
1. Data kualitatif, adalah data yang berbentuk uraian berupa rangkaian
kata-kata atau kalimat. Data kualitatif dalam pengkajian ini antara
lain adalah data kondisi fisik, kondisi sosial, kondisi ekonomi, dan
pengelolaan serta faktor kekuatan, kelemahan dan faktor ancaman
maupun peluang di Subak Jatiluwih
2. Data kuantitatif, adalah data yang berbentuk angka yang dapat
dikuantifikasi yang umumnya berupa angka pasti, baik dengan satuan
maupun dalam bentuk ordinal. Data kuantitatif dalam pengkajian ini
antara lain, luas sawah, banyaknya wisatawan, pembobotan,
perangkingan dan penilaian narasumber terhadap hal-hal yang
ditanyakan.
Sumber Data
Pada pengkajian ini terdapat dua sumber data yaitu data primer dan
data sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperloleh dari sumber pertama atau
secara langsung diperoleh pada tempat pengkajian di Subak
Jatiluwih, baik secara lisan maupun tertulis dari informan dan
narasumber. Data tersebut meliputi hasil observasi, wawancara
dengan informan baik dari instansi pemerinah, dan pengurus subak
serta data hasil pengisian angket.
2. Sumber sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari pihak
pertama melainkan dari pihak-pihak tertentu terkait dengan
Instrumen Pengkajian
Instrumen pengkajian adalah alat bantu yang digunakan dalam
pengkajian ini baik dalam proses identifikasi, pengumpulan data, analisis
data dan pengambilan keputusan. Instrumen yang digunakan dalam
pengkajian ini antara lain sebagai berikut.
1. Perangkat Keras
Berupa Komputer, kamera digital, dan global positioning system
(GPS).
2. Perangkat Lunak, antara lain adalah:
Microsoft Excel untuk proses analisis data, dan Microsoft Word
untuk penulisan laporan.
3. Angket Pembobotan, Angket Rating Faktor, Angket Atractive Score
dan pedoman wawancara.
Angket Pembobotan dan Angket Rating Faktor digunakan untuk
menentukan bobot dan rating pada masing-masing faktor internal
dan eksternal dalam Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
dan Exsternal Factor Analysis Summary (EFAS). Angket Attractive
Score digunakan untuk menentukan nilai ketertarikan relatif untuk
masing-masing strategi yang dipilih pada analisis Quantitative
Strategies Planning Matrixs (QSPM).Pedoman wawancara
digunakan untuk mengetahui potensi lingkungan ekowisata dan
pengelolaan lingkungan ekowisata yang sudah dilakukan pada kondisi
eksisting.
b. Analisis EFAS
Exsternal Factor Analysis Summary (EFAS) digunakan untuk
menganalisis faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang telah
diketahui kebedaraanya dengan tahapan sebagai berikut.
1. Membuat daftar faktor-faktor eksternal (peluang dan
ancaman).
2. Melakukan pembobotan dengan metoda berpasangan,
sehingga total bobot sama dengan satu.
3. Memberikan peringkat (rating) antara 1 sampai 4 untuk
masing masing faktor peluang dan ancaman, dengan
keterangan nilai 1 (sangat lemah), 2 (agak lemah), nilai 3
(cukup kuat) dan nilai 4 (sangat kuat).
4. Mengalikan antara bobot dengan peringkat (rating) dari
masing-masing faktor untuk mendapatkan skornya. Nilai
total adalah jumlah total dari masing-masing faktor. Nilai
Tabel 3.2.
Matriks Exsternal Factor Analysis Summary (EFAS)
4. Analisis SWOT
Analisis StrengthWeaknessOpportunitiesThreats(SWOT)
merupakan alat (tool) yang dapat dipakai untuk menganalisis
kualitatif.Rangkuti (2013) mengatakan, Analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi kebijakan.Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weakness) dan ancaman (Threats).
Dalam upaya mewujudkan pengelolaan lingkungan ekowisata di
Subak Jatiluwih terdapat empat hal yang dapat digunakan untuk
merencanakan pengembangan ekowisata tersebut, antara lain
sebagai berikut.
a. Strategi yang meningkatkan indikator kekuatan atau Strength
(S), dengan cara memanfaatkan indikator peluang-peluang atau
Opportunities (O) yang dimilki, disebut dengan strategi S-O.
b. Strategi yang meningkatkan indikator kekuatan atau Strength
(S) untuk menimimalkan ancaman-ancaman atau Threats (T)
yang muncul, disebut dengan strategi S-T.
c. Strategi yang meminimalkan kelemahan atau Weakness (W)
yang ada dengan memanfaatkan peluang-peluang atau
Tabel 3.4.
Matriks StrengthWeaknessOpportunitiesThreats(SWOT)
Tabel 3.5.
Tabel Analisis QSPM (Quantitative Strategies Planning Matrik).
(Umar, 2005)
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Subak Jatiluwih
(Sumber: Hasil Wawancara dengan PekasehSubak Jatiluwih)
Gambar 5.1
Pemandangan Sub SubakUma Kayu pada Musim Metekap
(Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)
Gambar 5.2
Panorama Pura Luhur Besi Kalung dari Sub Subak Kedamaian
(Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)
Gambar 5.3
Mata Air di Pura Cantik Kuning
(Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)
Gambar 5.4
Mata Air Sumber Air Irigasi di Subak Umakayu yang terletak di
tengah Hutan (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)
Gambar 5.5
Air Terjun Suranadi di Sub Subak Uma Kayu
(Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)
Gambar 5.6
Sumber Air Panas di Sub Subak Besi Kalung
(Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)
Gambar 5.7
Kondisi Sungai di Sub Subak Uma Kayu
(Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)
Gambar 5.8
Jalur Cycling yang melintasi tiga sub subak
(Sumber: Citra Google Earth dan Hasil Observasi Tahun 2015)
Gambar 5.9
Jalur Tracking pada Sub Subak Uma Kayu
(Sumber: Citra Google Earth dan Hasil Observasi Tahun 2016)
Gambar 5.11
Potensi Burung Kokokan di Subak Jatiluwih
(Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015)
Gambar 5.14
Kekeringan yang terjadi di Sub Subak Telabah Gede
(Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015)
Kendala Parkir
Lahan parkir yang memadai saat ini hanya terdapat di Desa
Soko.Desa soko terletak di luar desa tepatnya di sebelah timur Desa
Jatiluwih. Lahan parkir di Desa Soko dalam kondisi memadai, baik dan
rapi dengan menggunakan paving, namun lahan parkir tersebut hanya
Gambar 5.15
Kondisi parkir di Jalan Utama Desa Jatiluwih
(Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)
Kendala Longsor
Karakteristik topografi, curah hujan dan jenis tanah yang ada di
wilayah Subak Jatiluwih sangat berpotesi untuk terjadinya
longsor.Longsor sering terjadi terutama pada musim hujan.Longsor tidak
hanya merugikan areal persawahan yang terkena longsor saja namun
apabila longsor terjadi pada daerah yang berguna untuk menyalurkan air
atau saluran irigasi hal tersebut harus ditangani dengan segera, karena
dapat mengurangi jumlah pasokan air ke areal persawahan yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kekeringan dan mematikan tanaman padi.
Pada saat pengkajian dilakukan ada beberapa daerah di Subak Jatiluwih
Gambar 5.17
Longsor pada saluran irigrasi subak
(Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015)
2. Kelemahan
a. Kerusakan saluran irigasi dan berkurangnya debit sumber air
menyebabkan lahan persawahan rentan mengalami kekeringan.
Pertanian sawah seperti subak memiliki ketergantungan yang
sangat tinggi terhadap air.Terjadinya perubahan cuaca, musim
dan berkurangnya debit air dari sumber mata air serta banyaknya
kerusakan saluran irigrasi baik karena faktor alam maupun
manusia berpotensi menimbulkan kekeringan yang pada
akhirnya dapat merugikan petani.
b. Topografi wilayah dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi
dan kondisi curah hujan yang tinggi bepotensi menyebabkan
longsor.
Longsor sering terjadi di Subak Jatiluwih, terutama pada musim
hujan.Longsor tidak hanya merugikan areal persawahan yang
terkena longsor saja namun apabila longsor terjadi pada daerah
Tabel 7.1
Hasil Rata-Rata Pembobotan Faktor Internal
Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan alat (tool) yang dapat dipakai untuk
menganalisis berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
kebijakan yang akan digunakan. Hasil analisis SWOT dapat dilihat pada
Tabel 7.6.
130
AnalisisStrengths Weaknesses Opportunities Threats(SWOT)
Simpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisis data dari pengkajian
Strategi Pengelolaan Lingkungan Ekowisata di Subak Jatiluwih,
Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Potensi lingkungan ekowisata yang ada di Subak Jatiluwih yang
dapat dikelola menjadi daya tarik ekowisata terbagi atas tiga bagian
utama yaitu potensi abiotik yang terdiri dari potensi panorama
persawahan, potensi panorama Pura Luhur Besi Kalung, potensi
sumber mata air, potensi air terjun, potensi sumber air Panas, potensi
sungai, potensi jalur cycling, potensi jalur tracking. Potensi biotik
yaitu potensi beras merah, potensi Burung Kokokan. Potensi sosial
budaya yaitu keberadaan organisasi subak, teknologi sistem
pembagian air yang digunakan, potensi mitos, dan potensi 13 upacara
adat yang dilakukan di Subak Jatiluwih. *Kendala pengelolaan
potensi lingkungan di Subak Jatiluwih adalah kendala sarana, prasana
jalan dan selokan, kendala air dan saluran irigasi, kendala parkir,
kendala pencemaran dari peternakan ayam, kendala longsor, kendala
SDM dan motivasi, kendala kebijakan.
2. Pada kondisi eksisting Pemerintah Kabupaten Tabanan sudah
membentuk badan pengelola dan manajemen operasional DTW
Jatiluwih yang bertugas mengelola potensi wisata yang ada,mengatur
retribusi di Jatiluwih dan pembagiannya, mengatur perjanjian
kerjasama,implementasi personil baik sebagai tenaga administrasi