Anda di halaman 1dari 5

TUGAS UJIAN

DOKTER PENGUJI:
dr. Juliana, M.Kes, Sp. KK

Disusun oleh:
Febrina Hertanti Bakri
406151069

KEPANITERAAN ILMU KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT HUSADA
PERIODE 31 OKTOBER 03 DESEMBER 2016
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
TUGAS UJIAN
Oleh: Febrina Hertanti Bakri (406151069)
Penguji: dr. Juliana, MH.Kes, Sp.KK

1. Jelaskan mengenai lampu wood dan fluoresensinya !

Pendahuluan
Sinar Wood diciptakan pada tahun 1903 oleh seorang fisikawan yang berasal
dari Baltimore, Robert W. Wood Sinar dengan gelombang panjang yang dikenal
sebagai cahaya Ultraviolet, disebut juga dengan lampu Wood. Lampu Wood telah
menjadi alat praktik yang sangat berguna dalam ilmu kedokteran. Sinar wood
dihasilkan dari merkuri bertekanan tinggi melalui "woods filter" terbuat dari
silikat dengan nikel oksida, yang buram terhadap semua radiasi melampaui
panjang gelombang antara 320 nm dan 400 nm [ultraviolet A (UVA)], dengan
puncak emisi pada 365 nm. Penggunaan pertama lampu Wood dilaporkan pada
tahun 1925, yang dianjurkan untuk mendeteksi infeksi jamur di rambut.
Saat ini, penggunaan lampu Wood tidak hanya dimanfaatkan untuk membantu
menegakkan diagnosis infeksi jamur, tetapi juga untuk evaluasi klinis berbagai
jenis penyakit kulit seperti kelainan pigmen, infeksi kulit akibat bakteri, dan
porfiria

Teknik menggunakan Lampu Wood


Dalam penggunaan lampu Wood ada beberapa hal praktis yang harus diingat
untuk menghindari hasil positif palsu:
a. Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah
mungkin.
b. Obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkan
terlebih dahulu karena dapat memberikan hasil positif palsu.
c. Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya agar
perbedaan warna lebih kontras.
d. Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa 10-15cm
e. Lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling
besar/jelas

Macam-macam
fluoresensi
berdasarkan penyakit
No. Kegunaan Fluoresensi
1. Infeksi jamur Tinea kapitis fluoresensi hijau berhubungan
dengan jenis microspora dan favus
Pityriasis versicolor kuning keemasan
(pityriasitrin)

2. Infeksi bakteri Erythrasma coral red

acne e.c P.acnes orange-merah (coproporfirin)


Pseudomonas aeruginosa kuning kehijauan
(pyocyanin)

Scabies solusio fluoresensi akan mengisi


terowongan pada lesi scabies (burrows) sehingga
3. Infestasi
dapat terlihat dengan menggunakan sinar wood.

Fluoresensi dari urine, feses, dan gelembung cairan


pada porphyria cutanea tarda; gigi-geligi pada
4. Porphyria
erythropoietic porphyria; dan darah pada
protoporphyria pink orange terang a brilliant
pink orange

Vitiligo warna terlihat lebih menonjol


dibandingkan pigmen dermal yang kurang terlihat
5. Kelainan
jelas.
pigmentasi

Fluoresensi merah dapat terlihat pada beberapa


jenis tumor ganas dan lesi lainnya pada kulit,
khususnya karsinoma sel skuamosa.
6. Tumor (Mengubah aminolaevulinic acid menjadi
protoporphyrin IX yang terjadi didalam tumor)

2. Jelaskan macam-macam obat antifungal topikal yang digunakan untuk pengobatan


pitiriasis versikolor
Golongan Obat Cara kerja
Imidazole Clotrimazole cream 1% Antifungal spectrum luas
Menghambat sintesis
ergosterol yang
mengakibatkan kematian sel
jamur
Ketokonazole cream 2% **
Econazole cream 1% **
Oxiconazole cream 1% Merusak membran dinding
sel jamur dengan
menghambat biosintesis
ergosterol
Sertaconazole cream 2% **
Topical pyridones Cicloprox cream 0,1% Menggangggu sintesis
DNA,RNA dan protein dgn
menghambat transport
element essential pada sel
jamur
Allylamines Naftifine cream 2% Menurunkan sintesis
ergosterolmenghamat
pertumbuhan sel jamur
Terbinafine cream 2% Menghambat squalene
Digunakan 1-4 minggu epoxidase menurunkan
sintesis ergosterol
kematian sel jamur
Topikal benzylamines Butenaftine cream 1% **
Others antifungals Selenium sulfide 1,8% Bersifat aktif terhadap
Diaplikasikan 10-15 menit P.ovale, memiliki efek
sebelum mandi sitotatik pada sel epidermis
dan epitel folikular yang
menyebabkan menurunnya
produksi corneocyte
DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U. Bramono K. Pitiriasis Versikolor. Dalam: Menaldi SL, Hamzah


M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi VII. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI; 2015. hal. 103-5.
2. Scope A, Halpern AC. Diagnostic Procedures and Devices. In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz Si, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ., editors.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: The
McGraw Hill Companies;2008. p. 40-41
3. Gupta K L, Singhi M K. Woods Lamp. Indian Journal Dermatology,
Venereology, Leprology. 2004 ; 70 : 131-35
4. Gupta AK, Lycons DC. Pityriasis versicolor: an update on pharmacological
treatment options. Expert Opin Pharmacother. 2014 Aug. 15(12):1707-13

Anda mungkin juga menyukai