Anda di halaman 1dari 16

INFEKSI

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan
bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga
faktor yang saling berinteraksi yaitu: faktor penyebab penyakit (agen), faktor
manusia atau pejamu (host), dan faktor lingkungan.
ANTIINFEKSI
Obat antiinfeksi adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh spesies tertentu dari golongan serangga, metazoa, protozoa,
jamur, bakteri, riketsia atau virus.
Antiinfeksi
Berdasarkan kegunaannya obat antiinfeksi dibagi menjadi beberapa kelompok:
Ektoparasitisida

Obat antiinfeksi setempat (Antiseptik dan Desinfektan)

Antijamur

Antelmintik

Antimikrobakteri

Antiseptik saluran seni

Antivirus

Antiprotozoa
EKTOPARASITISIDA

Ektoparasitisida adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan berbagai


kelainan yang disebabkan oleh Ektoparasit , seperti skabies dan pedikulosis.

Parasit yang terdapat pada


kulit tubuh, kuku, rambut, dan
kulit kepala.

disebabkan oleh kutu disebabkan oleh kutu


Sarcoptes scabiei var. Pediculus capitis (kepala),
homonis Pediculus humanus (tubuh)
Phthirus pubis (pubis).
EKTOPARASITISIDA
Berdasarkan struktur kimianya dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu:

Hidrokarbon Terklorinasi → Lindan (antiscabies)

Turunan Piretrin → Kombinasi piretrin dengan piperonil


butoksida sangat efektif sebagai obat antikutu

Senyawa Sulfur → Sulfur (belerang) oleh antropoda akan diubah


menjadi asam pentationat yang bersifat toksik sebagai
antiskabies dalam bentuk salep dengan kadar 6%.

Turunan Lain-lain → Benzil benzoat, antiskabies yang cukup


kuat, dapat merangsang sistem saraf pusat, menyebabkan kejang
dan kematian antropoda. Bentuk: emulsi dengan kadar 25%. Benzil benzoat
ANTIJAMUR
Obat anti jamur adalah obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh jamur.
Jamur yang menginfeksi manusia
Antijamur
Berdasarkan struktur kimia obat antijamur dibedakan menjadi 7 kelompok, yaitu:
Turunan Asam → Asam salisilat.

Turunan Tionokarbamat → Toksilat dan Tolnaftat.

Turunan Pirimidin → 5-fluorositosin (flusitosin)

Turunan Antibiotika → Griseofulvin

Turunan Imidazol → Ketokonazol

Turunan Halogen → Haloprogin

Turunan Lain-lain → Gentian violet


1. Turunan Asam → Asam salisilat.

R
COOH
• Mempunyai efek keratolitik, digunakan secara setempat untuk
menghilangkan kutil.
• Efek bakteriostatik dan fungisid asam salisilat juga digunakan untuk
pengobatan penyakit parsit kulit, psoriasis, ketombe dan ekzem.
R • Kombinasi dengan asam benzoate (1:2), digunakan sebagai
antijamur setempat (kalpanax, mikorex, kopamex).
H Asam benzoat
• Dosis setempat: serbuk tabor, salep atau krim 3-10%.
OH Asam salisilat
2. Turunan Tionokarbamat → Toksilat dan Tolnaftat.

O
H3C N-C-O-R
CH3

R
Toksilat • Efektif secara setempat untuk pengobatan dermatomikosis.
• Dosis setempat antijamur kulit, dalam bentuk larutan atau
krim 1%, serbuk tabur 0,5% , 2-3 dd.
Tolnaftat • Mempunyai aktivitas yang tinggi terhadap dermatomikosis.
• Dosis setempat antijamur kulit, dalam bentuk larutan atau
krim 1% 2 dd.
3. Turunan Pirimidin → 5-fluorositosin (flusitosin)
NH2 • Untuk pengobatan kromomikosis, kandidiasis dan
F kriptokokosis. Karena kekebalan mungkin timbul selama
N
pengobatan, maka obat biasanya diberikan bersama-sama
dengan amfoterisin B.
O N • Dosis oral : 37,5 mg/kb bb,4 dd.
H

Mekanisme
Mula-mula flusitosin mengalami metabolism di dalam sel jamur, menjadi 5-fluorourasil,
suatu antimetabolite pirimidin, metabilik antagonis tersebut kemudian bergabung dengan
asam ribonukleat dan kemudian menghambat sintesis asam nukleat dan protein jamur.
4. Turunan Antibiotika → Griseofulvin
• Disolasi dari galur ttt penicillium griseofulvum
• Efektif terhadap dermatomikosis dan merupakan obat pilihan
untuk infeksi tinea pada kulit kepala, kuku, jenggot, telapak
tangan dan kaki
• bentuk mikrokristal dan ultramikrokristalnya lebih aktif
dibanding bentuk kristal
• Dosis oral : mikrikristal 500 mg, ultramikrikristal 330 mg. 1 dd
atau terbagi dalam dua dosis, diberiakan sesudah makan.

Mekanisme
Membatas pertumbuhan jamur, yaitu dengan menghambat mitosis jamur, senyawa ini
mengikat protein mikrotubali dalam sel, kemudian merusak struktur spindle mitotic dan
menghentikan metaphase pembelahan jamur.
5. Turunan Imidazol → Ketokonazol
• mengatasi infeksi jamur pada kulit.
• Misalnya kurap pada kaki, badan, atau lipat
paha, panu, dermatitis seboroik, serta
ketombe.

Mekanisme
• Menyebabkan ketidak teraturan membran sitoplasma jamur.
• Membentuk interaksi hidrofob, mengubah permeabilitas membran dan fungsi
pengangkutan senyawa esensial, menyebabkan ketidakseimbangan metabolik sehingga
menghambat pertumbuhan atau menimbulkan kematian sel jamur.
• Menghambat biosintesis sterol, triglesirida dan fosfolipid pada jamur.
• Seperti halnya ketokonazol dengan cara berinteraksi dengan enzim p-450 untuk
menghambat demetilasi lanosterol menjadi ergosterol yang penting untuk membrane jamur
(mempengaruhi biosintesis ergosterol dalam sel jamur).
6. Turunan Halogen → Haloprogin
• untuk pengobatan infeksi jamur superfisial pada kulit.

Mekanisme
• berinteraksi membentuk ikatan ikatan kovalen dengan gugus-gugus fungsional dari sel
jamur, seperti gugus tio, yang terdapat pada koenzim A, sistein, glutation, asam lipoat
dan tiamin, gugus amino yang terdapat pada asparagin atau glutamin, serta gugus
karboksil dan hidroksil.
• Interaksi tersebut dapat melalui reaksi oksidasi, adisi konjugat atau eliminasi klorin.
Ikatan kovalen yang kuat menyebabkan masa kerja obat menjadi panjang.

Cl OCH2C≡C-I Cl OCH2C≡-S-R
+ R-SH → + H-I
Cl Cl Cl Cl
Haloprogin gugus tio
7. Turunan Lain-lain → Gentian violet

• Golongan zat warna yang mempunyai efek


anti jamur, antibakteri dan anthelmentik.
• Secara sistemik digunakan untuk pengobatan
infeksi Candida albicans.
• Sering digunakan untuk pengobatan infeksi
pada mulut bayi.
DAFPUS
• Boel, T. 2003. Mikosis Superfisial. Fakultas Kedokteran Gigi
USU. Diambil dari http://library.usu.ac.id/download/fkg/fkg-
trelia1.pdf diakses tanggal 29 September 2018
• Siswandono dan Soekardjo, B. 2000. Kimia Medisinal, Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai