INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA BANDUNG
Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung Berung
Telp (022) 7811794-7811793-7811791 Obat-obat
Anti Jamur
PKPA Universitas Padjadjaran
PKPA Universitas Jend. Achmad Yani
April 2019
Faktanya…
Terdapat sekitar 1,5 juta
spesies jamur dan sekitar Habitat alamiah jamur
400 spesies di antaranya sebagian besar berada
potensial penyebab infeksi bebas dilingkungan, dan
pada manusia. ada pula yang merupakan
flora normal pada manusia.
Berbagai jenis jamur dapat
menginfeksi manusia dan
hidup dalam jaringan.
Penyebab morbiditas dan
mortalitas pada pasien yang
rawat inap dirumah sakit.
Penting teu???
Hayu Urang Kenalan…
• Infeksi jamur merupakan penyakit yang
disebabkan oleh jamur.
• Individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah
lebih berisiko terserang infeksi jamur.
Misalnya, penderita HIV/AIDS, pasien
kemoterapi, serta pasien pasca transplantasi
organ.
• Kondisi lainnya yang dapat menyebabkan
munculnya infeksi jamur yakni penyakit
diabetes melitus, gagal ginjal kronis, penderita
yang mendapatkan imunosupresan jangka
lama, penyakit hati kronik, penyakit paru
kronis.
Candida Dipicu kurangnya menjaga kebersihan diri
Mukokutan
(menyerang
mukosa / lapisan
kulit dalam dan
daerah lipatan
kulit)
Dermatofit
(menyerang kulit,
rambut dan kuku)
Obat Infeksi Jamur Sistemik
Terbinafin
Polien - Amfoterisin B
•Untuk terapi dermatofitosis,
Sebagai antijamur untuk hampir terutama onikomikosis / infeksi
semua infeksi jamur yang jamur kuku.
mengancam kehidupan.
•Penggunaan pada wanita hamil :
•Pasien dengan terapi ini harus kategori B, namun pada ibu
dirawat inap. menyusui sebaiknya dihindari.
Ekinokandin - Mikafungin
Untuk kandidiasis invasif Golongan Azol – Flukonazol,
adalah infeksi serius yang Itrakonazol, Ketokonazol
dapat mempengaruhi darah, Untuk infeksi histoplasmosis,
jantung, otak, mata, tulang, kandidiasis, blastomikosis,
dan bagian tubuh lainnya. koksidioidomikosis
Demam dan menggigil terjadi
setelah penggunaan
Amfoterisin B (50% pasien) Ruam dan gatal-gatal
dan Griseofulvin biasa terjadi sebagai
reaksi alergi obat-
batan antijamur oral.
Sakit kepala, pusing dan
Efek halusinasi kadang-kadang
Samping
Obat
Sistemik
.
dikeluhkan saat penggunaan
Flusitosin dan Terbinafin dan
dialami 15% pasien yang
Gangguan
menggunakan griseofulvin
penglihatan
sementara berupa
Penggunaan Golongan Azol dan penglihatan kabur
Ekinokandin serta Terbinafin dan juga dirasakan
Groseofulvin sering menimbulkan pasien dengan
masalah saluran cerna seperti terapi griseofulvin.
diare, mual, muntah,
Efek Samping Penggunaan Jangka Panjang
WASPADA Amfoterisin B, Ketokenazol, Flukonazol, Itrakonazol
• Gangguan Fungsi Hati: resiko terjadinya Hepatitis
meningkat
• Hindari pemakaian pada riwayat gangguan fungsi
Interaksi Obat hati
Ketoconazole akan meningkatkan level efek obat • Melakukan pemeriksaan fungsi hati selama
Deksametason penggunaan jangka panjang
Amfoterisin B, Ketokenazol, Flukonazol, Itrakonazol
Famotidine akan menurunkan efek Itraconazole
• Gangguan Fungsi Ginjal : Kadar Kalium menjadi
tidak normal → berkurangnya ketersediaan obat
Griseofulvin akan menurunkan efek Ergotamin dalam tubuh
• Melakukan pemeriksaan fungsi ginjal
Ketoconazole akan meningkatkan efek amlodipine
Amfoterisin B
Amfoterisin B dan Captopril: Kedua obat menurunkan • Toksisitas Kardiovaskuler / Jantung
tekanan darah
• Gangguan Irama Jantung
• Hindari penggunaan bersama asetimazol atau
Flukonazol akan meningkatkan efek Diklofenak terfinadin atau cisaprid
Infeksi Jamur Dermatofit
Kutu air (Tinea pedis)
Kutu air (Tinea pedis) disebabkan oleh
jenis jamur Trichofyton
Gejala : gatal-gatal diantara jari kaki
kemudian terbentuk gelembung yang berisi
cairan dan akhirnya pecah
Penyebaran : penggunaan bersama kamar
mandi dan ruang ganti pakaian umum,
sedangkan sumber infeksi adalah serpihan
kulit yang terkelupas
Pengobatan :
Mikonazol krim 2% Sehari 2 kali selama
4-6 minggu : obat bebas terbatas dapat
dibeli di apotek
Terbinafin 250 mg perhari selama 2
minggu. : harus dengan resep dokter
ESO : Iritasi, rasa terbakar pada kulit, ruam,
gatal dan kemerahan pada kulit.
Panu (pityriasis versicolor)
Oleskan krim atau
salep dengan
kandungan
clotrimazole 1%, 2-
3 kali sehari, selama Gejala : infeksinya
2-4 minggu. bercak-bercak putih
dan coklat
kemerahan di
tengkuk, dada,
pungung dan lengan
Penyebaran :
Malassezia furfur
suatu jamur yang
dapat hidup di
Pengobatan : mikonazol
oleskan krim atau serbuk permukaan kulit
sehari sekali sambil
digosokkan perlahan.
Biasanya sembuh setelah 2-
5 minggu, tetap perpanjang
pengobatan selama 10 hari,
untuk mencegah kambuh.
Oleskan secara tipis pada
daerah yang terkena infeksi
jamur, gunakan 2-3 kali
sehari, sampai infeksi
hilang
Kuku kapur (Tinea unguium)
Gejala: kuku menebal, mengeras kemudian
menjadi rapuh dan mudah patah, berwarna
keputih-putihan dan kuku tidak berbentuk
lurus.
Penularan: dari kuku ke kuku yang lain,
infeksi ini dikarenakan kebersihan kuku yang
tidak dijaga dengan baik
Pengobatan sistemik :
• Terbinafin 1x250 mg perhari 12-16
minggu.
• Itrakonazol dosis denyut (2x200 mg/hari
selama 1 minggu, istirahat 3 minggu)
sebanyak 2 denyut untuk kuku tangan
dan 3-4 denyut untuk kuku kaki atau
200 mg/hari selama 2 bulan untuk kuku
tangan dan minimal 3 bulan untuk kuku
kaki.
Ketombe (Tinea capitis)
Tablet vaginal sebaiknya Cuci tangan dengan air dan sabun Letakkan tablet pada ujung alat
Cuci daerah vagina dan keringkan.
digunakan malam sebelum tidur. sebelum menggunakan obat. aplikator
Mari Cegah Jaga kuku kaki tetap pendek, namun tidak terlalu pendek.
Infeksi Jamur Jangan gunakan gunting kuku yang sama untuk kuku yang
terinfeksi dan yang tidak.
Anief, M., 1997, Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar Penyakit Kulit, Gajah Mada University Prees,
Yogjakarta.
Brooks, G. F., Butel, J. S., Morse, S. A., 2007, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 23, 255, 655, 167-168, Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta.
Diterjemahkan oleh Hartanto, H., Rachman, C., Dimarti, A., Diani, A., Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2016. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Gillespie, S. H., Bamford, K. B., 2009, At A Glance Mikrobiologi Medis Dan Infeksi, 32-33, Erlangga, Jakarta.
Harahap, M., 2000, Ilmu Penyakit Kulit, 73, Hipocrates, Jakarta.
Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelburg, E. A., 1991, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan (Review of Medical
Microbiology), Edisi 16, 239-244, EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Neal, M.J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nelwan, R. H. H., 2006, Pemakaian Antimikrobia Secara rasional di Klinik, Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam,
Pusat Penerbitan departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Jakarta.
Pratiwi, S. T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, 22, 38-39, 188-192, Erlangga, Jakarta.
Pelczar, M. J. Chan, E. C. S., 1988, Dasar-dasar Mikrobiologi, diterjemahkan oleh Hadioetomo, R. S., Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
Sukandar, E.Y., Retnosari, A., Josephhh I.S., I Ketut, A., Adji, P.S. & Kusnandar. 2008. ISO Farmakoterapi.
Jakarta: PT. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia Penerbitan.
Setyabudy, R. dan Gan V. N. S., 1995, Pengantar Antimikrobiologi Dalam Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, F.
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 571.
Tjay, T. H. dan Rahardja, K., 1986, Obat-obat penting khasiat, penggunaan dan efek samping, Edisi IV,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.