Anda di halaman 1dari 14

FARMASI PRAKTIS

( Swamedikasi Bisul )

Kelompok 20
Adi Aryanto 1920374088
Dhany Ramadhani 1920374107
Pengertian Bisulan
 Bisul merupakan infeksi kulit di daerah folikel rambut, kelenjar sebasea, atau
kelenjar keringat.

 Mula-mula terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di


sekitar lesi dan pembuluh getah bening, sehingga terbentuk dinding yang
membatasi proses nekrosis.

 Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh getah bening dan
pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan pada vena, trombosis, bahkan
bakterimia. Bakterimia dapat menyebabkan terjadinya endokarditis, osteomielitis
akut hematogen, meningitis atau infeksi paru-paru (Jawetz et al., 1995).
Jenis Bisul
1. Furunkel, adalah peradangan folikel rambut dan
jaringan subkutan sekitarnya. Furunkel dapat terjadi
sekunder terhadap dermatosis lain. Sering
mengenai anak-anak sebagai komplikasi penyakit
parasit, sperti pedikulosis atau skabies. Furunkel
sering terjadi pada kulit yang sering mendapat
gesekan, tekanan, dan iritasi lokal, seperti garukan.

2. Karbunkel adalah gabungan beberapa furunkel


yang dibatasi oleh trabekula fibrosa yang berasal
dari jaringan subkutan yang padat (Tiyas dkk., 2015)
Faktor resiko (Tiyas dkk., 2015):
a. Lebih sering pada musim panas, karena banyak berkeringat.
b. Kebersihan dan hygiene yang kurang
c. Lingkungan yang kurang bersih
d. Penyakit DM, obesitas, hiperhidrosis, anemia, stress, kurang gizi,
penderita imunodefisiensi.

Menurut Melizar & Yunizar (2016) gejala penyakit bisul adalah:


a. Rasa gatal pada bagian kulit tertentu
b. Timbul benjolan kecil dengan warna kemerahan
c. Keluar mata nanah pada benjolan tersebut jika sudah membesar.
Etiologi
 Penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus

 Bakteri Staphylococcus aureus pada awalnya menginfeksi


melalui luka atau goresan pada kulit

 Setelah bakteri masuk ke kulit kemudian menarik sel PMN


(Polimorphonuclear Neutrophilic Leucocite) ke arah terjadinya
infeksi sebagai respon pertahanan sel host karena adanya
peptidoglikan, sitokin, TNF (Tumor Necrosis Factor) dan IL
(Interleukin) dari sel endotel dan makrofag yang teraktivasi
akibat infeksi bakteri dan menyebabkan pus (nanah) pada bisul.

(Jawetz et al, 2008)


Manifestasi Klinis

 Keluhannya nyeri dengan nodus eritematosa berbentuk


kerucut, di tengahnya terdapat pustule. Kemudian
melunakan menjadi abses berisi pus dan jaringan nekrotik,
lalu memecah.

 Tempat predileksi ialah yang banyak mengalami friksi,


misalnya aksila, bokong, dan tengkuk/leher.
Pengobatan
 Furunkel :
Jika masih berupa infiltrat, topikal diberikan kompres salep ikhtiol 5%
atau salep antibiotik.
Antibiotik sistemik : Eritromisin 4 x 250 mg atau penisilin
Jika lesi matang, lakukan insisi dan aspirasi, selanjutnya dikompres atau
diberi salep kloramfenikol 2%.

 Karbunkel
Jika masih berupa infiltrat, topikal diberikan kompres salep iktiol 10%,
jika lesi matang, lakukan insisi dan aspirasi, pasang drainase,
selanjutnya dikompres.
Antibiotik sistemik : Eritromisin 4 x 250 mg selama 7-14 hari; penisilin
600.000 IU selama 5-10 hari.
Pencegahan

 Jaga kebersihan tubuh


 Ruangan yang cukup ventilasi udara
 Pakaian longgar
 Ganti pakaian jika basah
 Gizi cukup
 Lingkungan yang bersih
Studi Kasus
Penderita datang karena rasa gatal dan nyeri pada daerah tengkuk yang timbul mendadak.
hasil wawancara terhadap pasien :
Location : Tengkuk
Intensity : Ringan
Nature: Bisul
Duration : 7 hari
Occurrence : 7 hari
Concomitance : Demam dan nyeri
Aggravating : Ketika berkeringat
Radiating : Lokal
Relieving : -
Frequency : Terasa gatal ketika berkeringat
Pasien belum pernah mengkonsumsi obat dan pemeriksaan kepada petugas kesehatan.
Kesimpulan anamnesa : Bisul
Terapi Farmakologi
1. SAGESTAM Krim
Aturan Pakai
Oleskan krim dengan hati-hati pada kulit yang terinfeksi, 3 – 4 kali sehari.
Kegunaan : Antibiotik Topikal
2. SANMOL Tablet (Parasetamol 500 mg)
Dosis :
Sehari 3 kali 1 tablet
Kegunaan : Analgetik – antipiretik

Terapi nonfarmakologi yang disarankan :


1. Jaga kebersihan tubuh
2. Ganti pakaian jika basah
3. Lingkungan yang bersih
KOMPOSISI / KANDUNGAN
Tiap 1 gram Sagestam Krim mengandung Gentamisin Sulfat yang setara dengan 1 mg Gentamisin.

FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)


Krim Sagestam mengandung gentamisin sulfat, suatu antibiotik spektrum luas yang efektif untuk pengobatan topikal pada
infeksi kulit primer dan sekunder yang disebabkan oleh bakteri.
Bakteri yang sensitif terhadap krim Sagestam termasuk :
Streptococci (beta-hemolitik grup A, alfa-hemolitik),
Staphylococcus aureus,
Bakteri gram negatif,
Pseudomonas aeroginosa,
Aerobacter aerogenes,
Escherichia coli,
Proteus vulgaris, dan Klebsiella pneumoniae.
Krim Sagestam bersifat bakterisid dan tidak efektif terhadap bakteri anaerob, jamur, atau virus. Sagestam krim mudah
diabsorpsi pada kulit terinfeksi.

INDIKASI / KEGUNAAN
Indikasi Sagestam Krim adalah :
Infeksi kulit primer : folikulitis superfisial, furunkulosis, impetigo kontagiosa, pioderma gangrenosa.
Infeksi kulit sekunder : dermatitis eksimatus infeksiosa, akne pustularis, psoriasis pustular, dermatitis seborheik terinfeksi,
dermatitis kontak.
KONTRAINDIKASI
Sagestam krim jangan diberikan kepada penderita yang hipersensitif terhadap gentamisin atau antibiotika aminoglikosida
lainnya.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI


Tanyakan kepada dokter anda mengenai dosis dan aturan pakai krim Sagestam.
Oleskan krim dengan hati-hati pada kulit yang terinfeksi, 3 – 4 kali sehari.
Apabila diinginkan, pada bagian terinfeksi dapat ditutup dengan pembalut tipis.
Pada impetigo kontagiosa, krusta harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum menggunakan krim Sagestam.

EFEK SAMPING
Efek samping Sagestam : kadang-kadang terjadi iritasi (eritema atau pruritus).

PERINGATAN DAN PERHATIAN


Jika terjadi iritasi atau superinfeksi, pengobatan harus dihentikan dan diberikan pengobatan yang tepat.
Tidak dianjurkan untuk pemakaian terus-menerus baik oleh perorangan maupun di rumah sakit, karena dapat menimbulkan
resistensi.

KEMASAN
Sagestam Krim, Tube, @ 10 gram.

KETERANGAN
HARUS DENGAN RESEP DOKTER.
Simpan di tempat kering dan sejuk. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Komposisi
Tiap tablet mengandung :
- Parasetamol 500 mg

Khasiat Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan
demam.

Farmakologi
SANMOL mengandung Parasetamol yang bekerja sebagai analgesik, bekerja dengan
meningkatkan ambang rangsang rasa sakit dan sebagai antipiretik, diduga bekerja
langsung pada pusat pengatur panas dihipotalamus.

Indikasi
SANMOL diindikasikan untuk meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit
gigi, dan menurunkan demam.

Cara Pakai
- Dewasa : 1 tablet, 3 - 4 kali sehari
- Anak 6 - 12 tahun : 1/2 tablet, 3 -4 kali sehari
- Atau sesuai petunjuk dokter

Kontra indikasi
- Penderita gangguan fungsi hati yang berat
- Hipersensitivitas terhadap parasetamol

Perhatian
- Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita ginjal
- Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak
menghilang, segera hubungi unit pelayanan kesehatan
- Penggunaan obat ini pada penderita yang mengkonsumsi alkohol, dapat
meningkatkan risiko kerusakan fungsi hati
- Efek Samping
- Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati
- Reaksi hipersensitivitas

Cara Penyimpanan
Simpan ditempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya matahari
Pustaka
Darsono, L. 2002. Diagnosis dan Terapi Intosikasi Salisilat dan Parasetamol. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.
Darwis, W., Melati, P., Widiyati, E., Supriati, R. 2009. Konservasi Hayati. Vol. 05 No. 02. Hal. 1-6Djuanda, 2011. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hardjosaputra, P., 2008, Data Obat Di Indonesia, Edisi Kesebelas, PT. Mulia Purna Jaya Terbit.
Jawetz E, Melnick J, Adelberg E, 1995, Medical Microbiology, 20th ed., Appleton & Lange, Connecticut.
Katzung, Bertram G. (2010). Farmakologi Dasar dan Klinik (terjemahan), Ed.10. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Melizar dan Zara Yunizar. 2016. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit Pada Manusia Menggunakan Metode
Dempster-Shafer. Jurnal TIKA Vol 1, No 1
Novick, R.P., J., Fischetti, A.V., Feretti, J.J., Portnoy, D.A., Rood, J.I. 2000. Gram Positif. Washington DC: ASM Press.
Sirait, M., 2001, Tiga Dimensi Farmasi. Institut Darma Mahardika : Jakarta.
Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.
Tiyas, M., Basuki, R., dan Ratnaningrum, K. 2015. Buku Ajar Sistim Integumen. Semarang : Penerbit Unimus Press.
Hal. 23
Tjay, H. T., dan Rahardja, K., 1993, Swamedikasi (Cara-cara Mengobati Gangguan Sehari-hari dengan Obat-obat
Bebas Sederhana), Edisi I, Depkes RI, Jakarta.
Tjay, H. T. dan Rahardja, K. 2007. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Edisi ke 6.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas – Gramedia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai