Anda di halaman 1dari 36

KERATITIS &

ULKUS KORNEA
Disusun Oleh :
La Venice Tarakanita Tuerah
(19.P1.0044)

Pembimbing : dr. Oktarina Nila Juwita, Sp.M

KEPANITERAAN ILMU KLINIS MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAA SOEWONDO PATI
PERIODE 22 JANUARI 2024 – 24 FEBRUARI 2024
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
TAHUN 2024
ANATOMI KORNEA

 Kornea  struktur kompleks yang memiliki peran


protektif, dan berperan pada ¾ jaringan optic.
 Kornea normal = bebas dari pembuluh darah
 Kornea adalah jaringan yang dipersyarafi paling
padat dalam tubuh dan kondisi seperti abrasi dan
keratopati bulosa berhubungan dengan nyeri yang
nyata, fotofobia, dan reflex lakrimasi.
 Rata-rata diameter kornea adalah 11,5 mm secara
vertical dan 12 mm secara horizontal. Rata-rata
tebalnya 540 µm di bagian tengah dan lebih tebal
menuju ke pinggiran/lateral.
 Struktur kornea terdiri dari eberapa lapisan, yaitu :
epithelium, basement membrane, lapisan
Borwman, stroma (90%), Descemet membrane,
endothelium
KERATITIS
Bacterial Keratitis
 Patogen umum penyebab keratitis bakteri
antara lain :  FAKTOR RISIKO :
1. Pseudomonas aeruginosa (Gram-negative  Pemakaian lensa kontak
berbentuk basil) bersifat agresif dan terjadi  Trauma, termasuk bedah refraksi (khususnya
pada 60% kasus keratitis yang terkait dengan LASIK-keratomileusis in situ dengan bantuan
penggunaan lensa kontak. laser)
2. Staphylococcus aureus (Gram positif)  Di negara-negara berkembang, cedera pada
merupakan bakteri komensal yang sering sektor pertanian merupakan risiko terbesar
ditemukan pada area hidung, kulit dan  Penyakit permukaan mata (keratitis herpes,
konjungtiva, keratitis ini cenderung memiliki keratopati bulosa, mata kering, blepharitis
nfiltrat putih/kuning-putih berbatas tegas kronis, trikiasis dan entropion, penyakit mata
3. Streptokokus. S. pyogenes (Gram positif alergi parah dan anestesi kornea)
komensal)  Faktor lain (imunosupresi lokal atau sistemik,
4. S.pneumoniae (pneumococcus) (Gram positif diabetes  sensitivitas kornea menurun/hilang,
komensal) – sering bersifat agresif alcohol dan defisiensi vitamin A)
 GAMBARAN KLINIS :
Bacterial Keratitis  Nyeri, fotofobia, penglihatan kabur dan sekret
mukopurulen (Putih-kuning) atau purulent (Kuning-
hijau).

 TANDA-TANDA :
 Cacat epitel dengan infiltrasi dan injeksi
sirkumkornea yang signifikan
 Edema stroma, umumnya disertai hipopion dan
sinekia posterior pada keratitis sedang-berat.
Endapan keratic seperti plak  endotelium yang
berdekatan dengan stroma yang terkena.
 Kemosis dan pembengkakan kelopak mata pada
kasus sedang–berat.
 Ulserasi
 Skleritis
 Endophthalmitis
 Perbaikan biasanya ditandai dengan pengecilan
kelopak mata edema dan kemosis, penyusutan defek
epitel, penurunan kepadatan infiltrasi dan penurunan
tanda bilik mata depan.
Bacterial Keratitis
 PEMERIKSAAN PENUNJANG :
 DIAGNOSIS BANDING :  Corneal scraping (mungkin tidak diperlukan
o Keratitis akibat untuk infiltrasi kecil, terutama yang tidak
mikroorganisme lain (jamur, memiliki defek epitel)
acanthamoeba, keratitis herpes  Conjungtival swabs (Kapas wol, kalsium alginat
simpleks stroma, dan dan penyeka sintetis)
mikobakteri)  Kotak lensa kontak, serta botol larutan dan
o Keratitis marginal lensanya, harus diperoleh jika memungkinkan
o Infiltrat inflamasi steril pada dan dikirim ke laboratorium untuk dikultur.
kornea akibat pemakaian lensa Kasingnya tidak boleh dibersihkan.
kontak  Pewarnaan Gram untuk membedakan spesies
o Keratitis ulseratif perifer bakteri menjadi 'Gram-positif' dan 'Gram-
o Keratitis toksik. negatif' berdasarkan kemampuan pewarna
(Kristal violet) untuk menembus dinding sel.
Bacterial Keratitis
Bacterial Keratitis
 TREATMENT :  TERAPI LOKAL :
 Pertimbangan Umum :  Terapi topical dapat mencapai konsentrasi
1. Pasien yang kemungkinan besar tidak tinggi dan harus terdiri dari antibiotic
akan mematuhi atau tidak mampu spectrum luas. Awal pemerian setiap siang
melakukan pengobatan sendiri, untuk dan malam hari selama 24-48 jam,
dilakukan perawatan di rumah sakit. kemudian dikurangi sesuai kemajuan
2. Penghentian pemakaian lensa kontak klinis
3. Menggunakan pelindung mata disamping  Monoterapi antbiotik memiliki keuntungan
pemberian tetes mata khususnya jika toksisitas permukaan yang lebih rendah
terdapat penipisan/perforasi dan kenyamanan lebih besar dibandingkan
4. Pengobatan empiris dengan spectrum luas duo-terapi. Duoterapi antibiotik mungkin
dimulai terlebih dahulu, sebelum hasil lebih dipilih sebagai pengobatan empiris
mikroskopis keluar lini pertama pada penyakit agresif
Bacterial Keratitis
Bacterial Keratitis

 Midriatik (siklopentolat 1%, homatropin 2% atau atropin 1%) digunakan untuk mencegah
pembentukan sinekia posterior dan untuk mengurangi rasa sakit.
 Steroid (Regimen bervariasi mulai dari persiapan kekuatan minimal hingga frekuensi
rendah hingga deksametason 0,1% setiap 2 jam atau prednisolon 0,5-1% empat kali
sehari)
Bacterial Keratitis
 ANTIBIOTIK SISTEMIK :
2. Penipisan kornea yang parah dengan
 Pemberian antibiotic sistemik biasanya
ancaman/perforasi nyata (Ciprofloxacin
mungkin diberikan sesuai keadaan berikut
sebagai antibakterial, Tetrasiklin 
:
Doksisiklin 100 mg 2x/hari sebagai
1. Keterlibatan sistemik dari hasil
antikolagenase)
mikrobiologis seperti pengobatan N.
3. Keterlibatan sklera mungkin merespon
meningitidis (profilaksis sistemik,
terhadap pemberian oral / IV
pemberian secara IM Benzilpenisilin,
Seftriakson/Sefotaksim, atau Oral
 KOMPLIKASI :
Ciprofloxacin), infeksi H. Influenzae o Perforasi
(Amoksisilin Oral dengan Asam o Endoftalmitis
Clavulanat), N. gonorrhoeae (Sefalosporin o Infeksi Intraokular Steril Sekunder
Generasi ke-3  Seftriakson)
Fungal Keratitis
 Jamur adalah sekelompok
mikroorganisme yang memiliki dinding
 Dua jenis utama jamur penyebab keratitis :
kaku dan inti yang berbeda dengan
1. Yeasts (e.g. genus Candida),
banyak kromosom yang mengandung
organisme uniseluler berbentuk bulat
keduanya DNA dan RNA.
dan berkembang biak dengan tunas
 Keratitis Jamur jarang terjadi di negara-
(kasus paling sering pada keratitis
negara beriklim dingin, tetapi merupakan
jamur)
penyebab utama hilangnya penglihatan di
2. Filamentous fungi (e.g. genera
negara tropis dan berkembang.
Fusarium and Aspergillus), organisme
 Sering berkembang secara diam-diam,
multiseluler yang menhasilkan hifa,
keratitis jamur dapat menimbulkan
paling sering di iklim tropis dan tidak
respons inflamasi yang parah – perforasi
jarang terjadi di daerah dingin
kornea (sering terjadi) dan prospek
penglihatan seringkali buruk.
Fungal Keratitis Candida & Keraitis Filamen
 FAKTOR PREDISPOSISI :
 GAMBARAN KLINIS :
Penyakit kronis pada permukaan mata, o Gejala : timbul rasa nyeri, berpasir,
penggunaan steroid topikal jangka fotofobia, penglihatan kabur, dan
panjang (seringkali bersamaan dengan keluar cairan encer / mukopurulen
transplantasi kornea sebelumnya), o Keratitis Candida : infiltrate supuratif
pemakaian lensa kontak, penyakit padat berwarna kuning-putih (khas)
sistemik  imunosupresi dan diabetes. o Keratitis Filamen : infiltrate stroma
Keratitis filamen mungkin terjadi berwarna abu-abu atau kuning-putih
berhubungan dengan trauma, dan dengan pinggiran halus yang tidak
jelas, adanya infiltrate yang progresif
seringkali relatif kecil yang melibatkan
juga seringkali disertai lesi satelit, bisa
benda seperti tanaman atau peralatan menyebabkan nekrosis dan penipisan
berkebun/pertanian. serta endoftalmitis.
Candida & Keraitis Filamen o Defek epitel tidak selalu berubah-ubah dan
kadang-kadang berukuran hanya
berukuran kecil.
o Gambaran lain termasuk uveitis anterior,
hipopion, plak endotel, peningkatan TIO,
skleritis, dan steril atau infektif
endoftalmitis.

 DIAGNOSIS BANDING :
- Keratitis bacterial
- herpes
- Acanthamoebal
- Infeksi bakteri terkadang muncul secara
subakut, khususnya pada organisme
atipikal. Penting untuk mewaspadai
koinfeksi, termasuk spesies jamur lain.
Candida & Keraitis Filamen
 PEMERIKSAAN PENUNJANG :
o Pewarnaan :
 TATALAKSANA :
1. Kalium Hidroksida (KOH) o Rawat inap di rumah sakit
2. Pewarnaan Gram dan Giemsa (sensitifitas o Pengangkatan epitel di
sekitar 50%)
atas lesi  meningkatkan
3. Pewarnaan lainnya (periodic acid–Schiff,
penetrasi obat anti-jamur
calcofluor white dan methenamine silver)
o Kultur (hunakan spatula)
o Antijamur topical
o Polymerase chain reaction (PCR) analysis
diberikan setiap jam
(sensitifitas 90%)
o Corneal biopsy selama 48 jam dan
o Anterior chamber tap dikurangi secara bertahap
o Confocal microscopy
Candida & Keraitis Filamen
 TATALAKSANA :
kemudian 200 mg 2x/hari, itrakonazol 200
o Infeksi Candida diobati dengan amfoterisin
mg 1x/hari, dikurangi menjadi 100 mg
B 0,15% atau ekonazol 1% (alternatifnya
1x/hari, atau flukonazol 200 mg 2x/hari.
meliputi natamycin 5%, flukonazol 2%, o Tetrasiklin (Doksisiklin 100 mg 2x/hari)
klotrimazol 1%, dan vorikonazol 1 atau
untuk efek antikolagenase ketika terjadi
2%)
penipisan
o Infeksi filamen diobati dengan natamycin
o Keratektomi superfisial 
5% atau econazole 1% (alternatifnya
menghilangkan sebagian besar lesi
adalah amfoterisin B 0,15%, miconazole o Keratoplasti terapeutik  terapi medis
1% dan vorikonazol 1 atau 2%).
tidak efektif / terjadi setelah perforasi
o Antijamur sistemik dapat diberikan pada
o Anterior chamber washout  injeksi
kasus yang parah, bila lesi berada di dekat
antijamur intrakameral pada kasus tidak
limbus dan dicurigai endophthalmitis 
responsif, terdapat infiltrasi kornea yang
vorikonazol 400 mg 2x/hari, selama satu
stabil tetapi endotelnya membesar
hari,
Herpes Simplex Keratitis
 Penyakit Herpes Mata adalah penyebab
infeksi yang paling umum menyebabkan
 HSV-1 menyebabkan infeksi di atas
kebutaan kornea di negara maju.
pinggang (terutama pada wajah, bibir dan
 Sebanyak 60% dari ulkus kornea di negara
mata), sedangkan HSV-2 menyebabkan
berkembang mungkin disebabkan oleh
infeksi menular seksual (herpes genital).
Virus herpes Simpleks dan 10 juta orang di
 HSV-2 yang jarang terjadi dapat ditularkan
seluruh dunia dapat menderita penyakit
ke mata melalui sekret yang terinfeksi,
mata Herpes.
baik melalui jalur kelamin atau saat lahir
 Virus herpes simpleks (HSV) dibungkus
(konjungtivitis neonatal). Penularan HSV
dengan kapsul berbentuk kubus dan
lebih mudah terjadi pada kondisi
memiliki genom DNA beruntai ganda
kepadatan penduduk dan kebersihan yang
linier. Kedua subtipe tersebut adalah HSV-
buruk.
1 dan HSV-2 dan keduanya berada di
hampir semua ganglia saraf.
Herpes Simplex Keratitis

 Infeksi Primer tanpa paparan virus


sebelumnya biasanya terjadi pada masa
anak-anak dan menyebar melalui droplet
atau inokulasi secara langsung.
Herpes Simplex Keratitis
 Infeksi primer HSV bersifat subklinis atau
hanya menyebabkan demam ringan,
 Reaktvasi subklinis terjadi berkala  HSV
malaise, dan geala saluran pernapasan
dilepas dan pasien tertular.
bagian atas saja.
 Reaktivasi klinis  factor stress (demam,
 Blefaritis dan konjungtivitis folikular
perubahan hormonal, radiasi ultraviolet,
dapat terjadi tetapi biasanya masih ringan.
trauma, atau cedera trigeminal)  virus
Pengobatan dapat diberikan Acyclovir
bereplikasi diangkut oleh akson
topical pada area mata dan/atau krim
 Keratitits epitel : GK dan Tanda-tanda 
untuk lesi di kulit serta dapat diberikan
kemerahan, fotofobio, mata berair,
juga antiviral oral.
penglihatan kabur, sensasi kornea
 Infeksi berulang  reaktivasi imunitas
berkurang, pengobatan steroid topical
seluler dan humoral  setelah infeksi
jangka panjang  ulkus, lesi kelopak mata
primer, virus dibawah ke system sensorik
vesicular, peningkatan TIO
ganglion (infeksi laten)  Virus laten
berdgabung dalam DNA sel inang
Herpes Simplex Keratitis
 Pemeriksaan penunjang biasanya tidak  DIAGNOSIS BANDING :
diperlukan karena diagnosis dapat dibuat o Herpes keratitis zoster,
secara klinis. o Penyembuhan abrasi kornea
 Kerokan pra-perawatan dapat dikirim (pseudodendrit)
dalam media transpor virus untuk dikultur. o Keratitis acanthamoeba
PCR dan imunositokimia juga tersedia. o Tirosinemia tipe 2
 Pewarnaan Giemsa terlihat giant cell o Efek epitel dari lensa kontak lunak
berinti banyak. o Keratopati toksik akibat pengobatan
 Titer serologis HSV hanya meningkat pada topikal.
infeksi primer, namun dapat digunakan
untuk mengkonfirmasi paparan virus NB : Baru-baru ini dilaporkan bahwa keratopati
dendritiform dapat disebabkan oleh
sebelumnya, biasanya pada kasus penyakit polyquadernium-1, bahan pengawet yang umum di
stroma ketika diagnosisnya diragukan solusi lensa kontak dan produk pengganti air mata.
Herpes Simplex Keratitis
 TREATMENT :
 Pengobatan penyakit HSV didominasi dengan nukleosida (purin atau pirimidin) analog yang mengganggu
DNA virus. Mayoritas ulkus dendritik pada akhirnya akan sembuh secara spontan tanpa pengobatan,
meskipun jaringan parut dan vaskularisasi mungkin lebih signifikan.
 Topikal (salep asiklovir 3% atau gel gansiklovir 0,15%, masing-masing diberikan 5x/hari)
 Debridement dapat digunakan pada kasus yang resisten. Kornea permukaannya diseka dengan spons
selulosa steril atau aplikator berujung kapas (cotton bud). Epitel harus dihilangkan 2 mm di luar tepi ulkus,
karena keterlibatannya melampaui dendrit yang terlihat. Penghapusan sel-sel yang mengandung virus
melindungi epitel sehat yang berdekatan dari infeksi dan menghilangkan stimulus antigenik terhadap
peradangan stroma.
 Tanda-tanda toksisitas pengobatan termasuk erosi superfisial, konjungtivitis folikular, dan oklusi punctal.
 Terapi antiviral oral (misalnya asiklovir 200–400 mg lima kali sehari hari selama 5-10 hari, famciclovir atau
valaciclovir) diindikasikan dalam sebagian besar pasien imunodefisiensi, pada anak-anak dan pasien dengan
penyakit permukaan mata yang jelas.
 Kontrol TIO. Jika pengobatan glaukoma diperlukan, turunan prostaglandin mungkin harus dihindari karena
dapat meningkatkan aktivitas virus herpes dan peradangan secara umum.
 Steroid topikal tidak digunakan kecuali jika bentuknya signifikan keratitis juga ada.
Prognosis
Quo ad Vitam Ad Bonam

Quo ad Functionam Dubia ad bonam

Quo ad Sanationam Dubia ad bonam

Quo ad Cosmeticam Ad bonam


ULKUS KORNEA
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian
ULKUS jaringan kornea. Terbentuk ulkus kornea ditemukan adanya kolagenase yang
KORNEA dibentuk sel epitel baru dan sel radang.

Patofisiologi
Sentral Perifer
• Progresif (dapat terlihat infiltrasi sel leukosit dan
limfosit yang memakan bakteri atau jaringan nekrotik
Etiologi : yang terbentuk)
• Bakteri (Streptokokkus alfa hemolitik,
Stafilokokkus aureus, pseudomonas • Regresif atau pembentukan jaringan parut (terdapat
aeruginosa, Streptokokkus betahemolitik) epitel, jaringan kolagen baru dan fibroblas)
• Jamur (akantamuba, dan herpes simpleks)

Gejala :
• mata merah ringan hingga berat
• Fotofobia
• Pengihatan menurun disertai secret
• Terdapat penipisan kornea
• Lipatan Descemet
• Reaksi jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi iris):
berupa suar, hipopion, hifema dan sinekia posterior
• Disebabkan jamur dan bakteri akan terdapat defek epitel yang dikelilingi leukosit
polimorfonuklear. Bila infeksi disebabkan virus, terlihat reaksi hipersensitivitas
disekitarnya
• Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan berwarrna putih pada kornea dengan defek
Pemeriksaan Fisik epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau ditengahnya
• Disebabkan pseudomonas maka ulkus akan terlihat melebar dengan cepat, purulen
berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaan ulkus.
• Disebabkan jamur maka infiltrat akan berwarna abu-abu dikeliling infiltrat halus di
sekitarnya (fenomena satelit)

• Tes fluoresensi dilakukan dengan meneteskan zat warna fluoresein pada mata,
kemudian diirigasi dengan cairan steril aquades. Lalu, kondisi kornea dievaluasi dengan
slit lamp menggunakan lampu biru  warna hijau pada kornea mengindikasikan adanya
defek pada epitel kornea.
Pemeriksaan • Tes seidel, fluoresein diteteskan kemudian diberikan sedikit penekanan pada bola mata.
Penunjang Setelahnya, dilihat dengan slit lamp menggunakan lampu  apakah ada gambaran
cairan aqueous mengalir keluar dari defek kornea. Bila ditemukan, maka dicurigai telah
terjadi perforasi kornea.
• KOH untuk jamur
• Pemeriksaan agar darah, Sabouraud, triglikolat, dan agar coklat
Diagnosis Banding : Keratomalasia dan infiltrate sisa karat benda asing.
Ulkus Marginal (Perifer)
• Merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus
kornea dengan tempat kelainannya.
• Faktor resiko: akibat alergi, toksik, infeksi, penyakit kolagen vaskuler, pada orang tua (rheumatik dan debilitas)
• Gejala: penglihatan menurun disertai rasa sakit, fotofobia, lakrimasi, terdapat pada satu mata blefarospasme,
injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang memanjang, dan dangkal.

Etiologi:
• Radang konjungtiva (Moraxella, basil Koch Weeks atau Proteus vulgaris)
• Bakteri yang rekuren (Streptococcus pneumonie, Hemophilus aegepty,Moraxella lacunata,
dan Esrichia)

Pengobatan:
• antibiotik dengan steroid local (sesudah kemungkinan infeksi virus herpes simpleks di
singkirkan)
• Pemberian steroid disertai dengan pemberian vitamin B dan C dosis tinggi.
Etiologi :
Ulkus Sentral • Bakteri (pseudomonas, pneumokok, moraxela
liquefaciens, streptokok beta hemolitik, klebsiela
pneumoni, e. coli, proteous)
• Virus (herpes simpleks, herpes zoster), c.jamur
(kandida albikan, fusarium solani, spesies nokardia,
sefalosporium, dan aspergilus).

Faktor predisposisi untuk terjadinya ulkus kornea


seperti erosi pada kornea, keratitis neurotropik, pemakai
kortikosteroid / imunosupresif, obat lokal anestetika,
l.D.U, pasien diabetes melitus dan penyakit tua
Ulkus Mooren
• Suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi kornea dengan bagian tepinya tergaung dan berjalan
progresif tanpa kecenderungan perforasi ataupun hipopion.
• Etiologi: belum diketahui tetapi penyebabnya diduga hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis, virus,
autoimun, dan alergi terhadap toksin ankilostoma.
• Faktor resiko: wanita usia pertengahan dan usia lanjut

Patofisiologi: ulkus ini menghancurkan membran Bowman dan stroma kornea. Neovaskularisasi tidak terlihat pada
bagian yang sedang aktif, bila kronik akan terlihat jaringan parut dengan jaringan vaskularisasi. Pasien terlihat sakit
berat dan 25% mengalami bilateral Proses yang terjadi mungkin kematian sel yang disusul dengan pengeluaran
kolagenase.

• Pengobatan tetapi belum memberikan hasil yang memuaskan seperti steroid, antibiotika, anti virus, anti jamur,
kolagenase inhibitor, heparin.
• Tindakanpembedahan keratektomi, lameler keratoplasti dan eksisi konjungtiva
Ulkus Neuroparalitik
Merupakan ulkus yang terjadi akibat gangguan saraf ke V atau ganglion Gaseri ditemukan pada
Herpes Zoster
• Pada keadaan ini kornea atau mata menjadi anestetik dan reflek mengedip hilang.
• Benda asing pada kornea bertahan tanpa memberikan keluhan
• Kuman dapat berkembang biak tanpa ditahan daya tahan tubuh.
• Terjadi pengelupasan epitel dan stroma kornea sehingga terjadi ulkus kornea.

Pengobatan dengan melindungi mata dan sering memerlukan tindakan blefarorafi.


Ulkus Kornea Pseudomonas • Merupakan infeksi yang paling sering terjadi dan paling berat
dari infeksi kuman patogen batang gram negatif pada kornea.
aerugenosa • Etiologi : pseudomonas aerugenosa

Patofisiologi:
• virulensi pseudomonas pada kornea berhubungan erat dengan produksi intraselular calcium activated
protease yang mampu merusak serat pada stroma kornea disebut sebagai enzim proteoglycanolytic.
• Sering berhubungan dengan pemakai kontak lens. Organisme penyebab melekat pada lensa kontak lunak
tersebut

Pemeriksaan fisik: terlihat gambaran infiltrat kelabu atau kuning


pada epitel kornea
Pemeriksaan penunjang:
• Pada pembiakan pseudomonas akan terdapat 2 bentuk pigmen,
piosianin dan fluoresein yang lebih nyata pada pengocokan
tabung cairan media.
• Koloni dalam agar darah akan berwarna kelabu gelap agak
kehijauan.Bau manis yang tajam dikeluarkan oleh media ini

Pengobatan: Ciprofloxacin, Tobramycin atau Gentamicin.


Ulkus Serpens Akut Komplikasi: perforasi kornea yang berlanjut endoftalmitis
dan panoftalmitis

• Suatu ulkus kornea sentral yang berjalan cepat kebanyakan disebabkan oleh kuman pneumokok.
• Faktor resiko:banyak terdapat pada petani, buruh tambang, jompo, kesehatan yang buruk, atau pecandu alkohol
dan obat bius
• Gejala: nyeri pada mata dan kelopak, silau, lakrimasi, dan tajam penglihatan menurun.(paling khas: gejala khas
berupa adanya hipopion yang steril)
• Patofisiologi: Biasanya ulkus ini terjadi didahului oleh trauma yang merusak epitel kornea dan akibat cacat
kornea tersebut maka mudah terjadi invasi ke dalam kornea.

Pemeriksaan fisik: Akan terlihat kekeruhan kornea mulai dari sentral yang mempunyai ciri khas berupa ulkus yang
berbatas lebih tegas pada sisi-sisi yang paling aktif disertai infiltrat yang bewarna kekuning-kuningan yang mudah
pecah dan menyebabkan pembentukan ulkus

• Pengobatan: antibiotik berspektrum


luas (penisilin)
• Tindakan: keratoplasti
Prognosis
Quo ad Vitam Ad Bonam

Quo ad Functionam Dubia ad bonam

Quo ad Sanationam Dubia ad bonam

Quo ad Cosmeticam Dubia ad bonam


DAFTAR PUSTAKA

1. Salmon JF. Kanski clinical ophthalmology : A systematic approach. 9th


Editio. London: Elsevier; 2020. page 204-241.
2. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata, edisi 5. Jakarta:Badan
Penerbit FKUI;2015. p. 161-169.
3. Gurnani B, Kaur K. Bacterial Keratitis. [Updated 2023 Jun 11]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK574509/
4. Byrd LB, Martin N. Corneal Ulcer. [Updated 2022 Aug 8]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539689/
5. Atta S, Perera C, Kowalski RP, Jhanji V. Fungal Keratitis: Clinical
Features, Risk Factors, Treatment, and Outcomes. J Fungi (Basel).
2022 Sep 15;8(9):962. doi: 10.3390/jof8090962. PMID: 36135687;
PMCID: PMC9504427.
6. Awad R, Ghaith AA, Awad K, Mamdouh Saad M, Elmassry AA. Fungal
Keratitis: Diagnosis, Management, and Recent Advances. Clin
Ophthalmol. 2024 Jan 10;18:85-106. doi: 10.2147/OPTH.S447138.
PMID: 38223815; PMCID: PMC10788054.

Anda mungkin juga menyukai