Memulai karier dari Officer Development Program pada Bank of America pada tahun 1984
sebagai Loan Officer, Agus Martowardojo kemudian Martowardojo pindah ke Bank Niaga dengan
jabatan Vice Presiden. Lalu menjadi Chief Executive Officer di Maharani Holding (1994),
dilanjutkan ke Bank Bumi Putera pada 1995 - 1998 sebagai Direktur Utama, kemudian dipercaya
menjadi Direktur Utama Bank Ekspor Indonesia pada tahun 1998 hingga menjadi Direktur Risk
Management & Credit Restructuring di Bank Mandiri (1999), Managing Director Retail Banking
and Operation Coordinator (2000), Managing Director Human Resources and Support Services
(2001). Sempat menjadi Advisor bagi Ketua dan Wakil Ketua BPPN untuk bidang Perbankan
(2002), sebelum diangkat menjadi Direktur Utama di Bank Permata (2002-2005) hingga dipercaya
oleh pemerintah melauli RUPS pada tanggal 16 Mei 2005 untuk memimpin Bank Pelat Merah
terbesar di tanah air. Sebagian pengamat menganggap Agus Martowardojo terlalu berani
menerima pinangan pemerintan untuk menduduki'kursi panas' di Bank Mandiri. Sebab
pendahulunya harus berurusan dengan pihak kejaksaan karena ter-indikasi kasus yang merugikan
asset Negara. Namun Agus Martowardojo menjawabnya dengan prestasi cemerlang. Hanya dalam
satu periode kepemimpinannya beliau mampu 'menyulap' Bank yang identik dengan 'rautan'
birokrasi pemerintah menjadi Bank dengan Service Excellence terbaik di Indonesia. Bank dengan
segudang prestasi dan Bank yang (mulai) diperhitungkan dikawasan Asia dan Asia Pasifik. Resep
yang di'ramu' oleh Agus Martowardojo dalam membuat hidangan istimewa ala Bank Mandiri
adalah (diantaranya) :
1. Transformasi Budaya Kerja Budaya Kerja merupakan elemen integral dari episentrum
strategi perusahaan. Budaya Kerja diaktualisasikan dan dinaturalisasikan dalam visi dan
misi perusahaan. Bukan hanya sekedar basa-basi ataupun menjadi 'buku pintar' namun
perlu implementasi mendalam pada operasisinal sebuah perusahaan. Then, kita dapat
mengatakan bahwa sukses tidaknya suatu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya
memang tidak terlepas dari budaya perusahaan yang dimilikinya. Sebelum perusahaan
menerapkan GCG sebaiknya perusahaan menerapkan terlebih dahulu nilai-nilai yang
terkandung dalam Corporate Culture yang dianutnya. (Djoko Santoso Moeljono, Good
Corporate Culture sebagai inti dari GCG, 2005) Menjadi suatu keniscayaan bula budaya
perusahaan diaktualisasikan melalui penyusunan Standar Operasional & Prosedur (SOP)
dan menjadi semacam pijakan (policy guidelines), sehingga perusahaan dapat
mengoptimalkan seluruh elemen yang ada dalam berkontribusi guna mencapai tujuan
utama perusahaan Agus Martowardojo sangat paham mengenai hal ini, beliau menerapkan
budaya kerja baru yang lebih 'fresh gradute' dan lebih berkarakter dengan motto Bank
Mandiri Melayani Dengan Hati, Menuju Yang Terbaik.
Dalam hal ini proses yang bisa kita ketahui dari sosok Agus Martowardojo
merupakan pemimpin yang menganut Proses Organisasi yaitu melihat kepemimpinan
sebagai proses yang terjadi dalam sistem terbuka dan memandang kelompok merupakan
subsistemnya.
Oleh Karena itu, kesuksesan Agus Martowardojo dalam membenahi Bank Mandiri ini
relative singkat, hanya satu periode saja beliau bisa menghilangkan kesan birokrasi
pemerintahan yang rumit menjadi pelayanan yang unggul hingga saat ini dengan cara
mentransformasikan budaya perusahaan, menempatakan right man in right place serta
komitmen dari para bawahnya untuk berubah menjadi lebih baik.