Pemanfaatan Tanaman Eceng Gondok Sebagai Bahan Dasar Kertas Seni
Pemanfaatan Tanaman Eceng Gondok Sebagai Bahan Dasar Kertas Seni
oleh:
kelas: XII-akselerasi
i
LEMBAR PENGESAHAN
Karya ilmiah ini, yang berjudul PEMANFAATAN TANAMAN ECENG GONDOK
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
Wali Kelas
(Mustadjab, S.Si.)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunianya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah ini.
Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir semester bahasa Indonesia.
Dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini saya mendapat kesulitan dalam melakukan
eksperimen karena alat dan bahan yang tersedia terbatas, merangkai kata dan mencari sumber
referensi untuk mendapatkan informasi mengenai hal yang berkaitan dengan karya tulis
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu, guru bahasa Indonesia yaitu Ibu Kurnia
Agustini dan Bapak Mustadjab sebagai guru pembimbing yang membimbing saya agar dapat
mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah ini baik dalam hal materi
maupun penulisannya, orang tua saya yang membantu mengarahkan saya, dan teman-teman
Mohon maaf apabila dalam karya tulis ilmiah ini terdapat kata-kata yang kurag berkenan
di hati pembaca dan saya akan menerima dengan baik apabila ada kritik dan saran yang
datang dari anda. Karena kritik dan saran saya butuhkan untuk menjadi lebih baik lagi.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi saya dan para pembaca.
iii
DAFTAR ISI
iv
3.6 Prosedur penelitian ......................................................................................................... 19
BAB IV ................................................................................................................................................. 21
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................................. 21
4.1 Prospek Pemanfaatan Eceng Gondok sebagai Bahan Baku Kertas Seni .................. 21
4.1.1 Karakteristik Pulp dan Kertas Seni yang Dihasilkan .................................................. 22
4.2 Pengolahan Eceng Gondok Menjadi Kertas Seni ........................................................ 23
BAB V .................................................................................................................................................. 25
PENUTUP ............................................................................................................................................ 25
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 25
5.2 Saran-saran ..................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 27
LAMPIRAN.......................................................................................................................................... 28
v
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 3 Skema Cara Pengolahan Eceng Gondok Menjadi Kertas Seni. ............................ 233
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 7 proses perendaman batang eceng gondok dengan larutan NaOH. ..30
vii
ABSTRAK
Eceng gondok di kolam-kolam yang selama ini dianggap sebagai gulma yang
mengganggu ekosistem perairan kolam sebenenarnya memiliki potensi yang cukup besar bagi
berguna seperti kertas seni ini. Jumlah Eceng gondok yang sangat melimpah dan
pertumbuhan jumlahnya yang sangat pesat bisa menjadi peluang home industry yang
Secara fisiologis, tumbuhan eceng gondok ini berkembang sangat cepat. Perkembangan
dengan vegetatif sangat cepat, yakni dapat melipat ganda dua kali dalam 7-10 hari. Eceng
gondok pada pertumbuhan 6 bulan dapat mencapai 125 ton/ ha dan dalam 1 ha diperkirakan
dapat tumbuh sebanyak 500 kg/ hari (Heyne, 1987). Memang hal ini terbukti, walaupun
tumbuhan ini sering dibersihkan dari danau, keberadaannya terus-menerus masih melimpah.
Proses pengolahan eceng gondok menjadi kertas seni dimulai dari pengambilan eceng
gondok. Batang dan daun eceng gondok segar dipisahkan kemuan diranjang dan dikeringkan
dengan dijemur sampai kering udara. Eceng gondok kering dimasak menjadi pulp di dalam
tong pemasak dengan penambahan bahan NaOH. Penambahan NaOH dalam proses
perendaman bertujuan untuk mempercepat proses pemisahan antara serat selulosa dengan
lignin. Untuk setiap 1 kg eceng gondok ditambahkan 4 liter air dan 10 gr NaOH di dalam
proses perendaman. Proses perendaman berlangsung pada suhu didih selama 3 jam dan
selanjutnya pulp yang dihasilkan dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan sisa NaOH
Pulp eceng gondok selanjutnya digiling (menggunakan blender). Bahan perekat tepung
kanji ditambahkan sebanyak 5% dari berat kertas seni pada saat penggilingan pulp eceng
gondok untuk meningkatkan daya ikat antar serat. Pulp eceng gondok yang dihasilkan
viii
berwarna coklat namun diputihkan dengan proses pemutihan (bleaching). Pulp juga dapat
menyerap zat pewarna yang diberikan dengan cukup baik, sehingga berbagai variasi warna
kertas dapat dihasilkan melalui proses ini.Campuran pulp kemudian diberi warna untuk
memperindah kertas yang dihasilkan dan dibiarkan selama beberapa jam agar zat pewarna
terserap dengan baik oleh pulp. Pulp kemudian diencerkan dengan penambahan air, sesuai
dengan ketebalan kertas yang diinginkan dan dicetak menjadi lembaran kertas dengan
menggunakan kawat kasa penyaring (screener). Lembaran kertas selanjutnya dipres pada
selembar kain yang ditempatkan pada bidang papan yang kaku dan rata serta dilapisi kain.
Tahapan akhir adalah pengeringan kertas di bawah sinar matahari kurang lebih 1 jam,
tergantung kondisi cuaca. Pengeringan dapat dilakukan dengan meletakkan pertas pada
lembaran tripleks.
ix
LEMBAR PERSEMBAHAN
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut, disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: Adakan perjalanan di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
penggunaan kertas dalam kehidupan sehari-hari pun terus meningkat, bahkan meskipun pada
zaman modern ini sudah banyak alat-alat yang jauh lebih canggih daripada kertas. Hampir
dalam setiap kegiatannya, manusia melibatkan kertas. Bahkan karena tingkat kebutuhan
terhadap kertas yang sangat tinggi di setiap harinya berton-ton kertas diproduksi di seluruh
dunia. Tetapi ternyata tingkat poduksi kertas yang berlebihan dapat menimbulkan masalah
Kadang kita lupa dan tidak peduli lagi terhadap alam dan lingkungannya. Kita memakai
alam dalam proses pembuatan kertas, sehingga kerusakan dan perusakan pun terjadi dimana-
akan peduli alam pada saat ini sangat dibutuhkan untuk mencegah kerusakan alam yang
Oleh karena itu perlu adanya upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak negatif
dari pemakaian kertas yang semakin banyak ini. Salah satunya adalah dengan mengganti
bahan baku pembuat kertas dengan bahan yang tidak terlalu dibutuhkan oleh alam atau
bahkan dengan memanfaatkan bahan yang dianggap merugikan keadaannya bagi alam dan
lingkungan. Dengan memanfaatkan eceng gondok sebagai bahan baku pembuat kertas adalah
salah satunya.
1
Eceng gondok yang memiliki serat alami yang cukup bagus dan memiliki potensi cukup baik
bila dijadikan kertas. Pemanfaatan serat alami tentunya dengan pertimbangan yang didasari
oleh beberapa kelebihan yang dimiliki serat alami. Sifat serat yang penting terkait dengan
permukaan (surface). Sifat-sifat dasar benang dan kain yang baik adalah memiliki panjang
cukup dan kehalusan baik, kekuatan tarik sedang, dan dapat dilipat. Selain itu masih ada
persyaratan lain untuk pemakaian yaitu memiliki daya serap terhadap zat warna yang baik,
tahan terhadap kondisi asam dan alkali, serta tahan terhadap perubahan suhu dan sinar
matahari.
Maka dari itu memanfaatkan tanaman eceng gondok sebagai bahan baku kertas,
khususnya untuk kertas seni merupakan salah satu upaya yang cukup prospektif untuk
menyeimbangi dampak negatif yang disebabkan oleh tanaman gulma eceng gondok sekaligus
Dalam pelaksanaannya pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan baku tekstil interior
alami di negara kita khususnya, masih terbilang belum begitu maksimal, dari segi
penelitiaannya, belum di scale-up menjadi barang produksi skala pabrik dengan bahan baku
eceng gondok. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya-upaya dalam pemanfaatan eceng gondok
dalam kompleks yang lebih luas, dan tentunya meningkatkan nilai tambah bagi produk eceng
Eceng gondok yang merupakan tanaman di wilayah perairan yang hidup terapung pada
air yang dalam atau mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air yang dangkal
2
Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7-10
hari. Perkembangbiakannya yang demikian cepat menyebabkan tanaman eceng gondok telah
Perkembangbiakan ini juga dipicu oleh peningkatan kesuburan di wilayah perairan danau
(eutrofikasi), sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi lahan, berbagai aktivitas masyarakat
Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas karena mengandung
serat/selulosa (Joedodibroto, 1983). Pulp eceng gondok yang dihasilkan berwarna coklat
namun dapat diputihkan dengan proses pemutihan (bleaching). Pulp juga dapat menyerap zat
pewarna yangdiberikan dengan cukup baik, sehingga berbagai variasi warna kertas dapat
Bahkan eceng gondok ini juga dapat digunakan untuk pembuatan berbagai barang
kerajinan seperti kartu undangan, figura, tempat tissue dan perhiasan. Pengusahaan kertas
seni memiliki beberapa keuntungan. upaya tersebut merupakan alternatif yang sangat baik
untuk mengontrol pertumbuhan gulma eceng gondok. Di satu sisi produk berbahan eceng
gondok ini menghasilkan kertas dengan nilai seni yang relatif lebih indah karena adanya
serat-serat yang muncul dari eceng gondok di permukaan kertas dan di sisi lain adalah upaya
pengendalian gulma eceng gondok di perairan. Dengan sedikit sentuhan seni, kegiatan
tersebut bisa menjadi sebuah produk karya seni yang laku di pasaran dengan harga tinggi.
bagi produk eceng gondok itu sendiri. Penelitian tentang pemanfaatan serat eceng
Serat eceng gondok merupakan natural fiber alternatif dalam pembuatan komposit
3
Soewardi dan Utomo (1975) menunjukkan bahwa eceng gondok mengandung serat kasar
sebesar 20.6% yang berdensitas rendah ( 0.25 gr/cm3 di Lab Teknik Mesin UMS), sehingga
diharapkan dapat menghasilkan serat yang memenuhi standar dan lentur (pengaruh densitas
serat).
Ongkos pengembangbiakan bahan baku yang murah dan terbaharukan. Potensi eceng
gondok sebagai bahan baku melimpah dan daerah persebarannya luas di daerah perairan,
murah dan mudah didapat, serta pertumbuhannya yang sangat cepat (1.9 % per hari) dan
sistem reproduksinya, yaitu 10 eceng gondok dapat menjadi 600.000 eceng gondok dalam
waktu 8 bulan. Berdasarkan hasil survey, harga eceng gondok mulai dari Rp 2,800/Kg Rp
3,500/Kg eceng gondok kering dan Rp 150/Kg- Rp 300/Kg eceng gondok basah survey di
daerah Rawa Pening. Belum lagi ditambah eceng gondok di daerah genuk (sepanjang jalan
raya utama Semarang-Demak), eceng gondok dibuang begitu saja oleh masyarakat karena
belum mengerti cara pemanfaatannya. Walaupun eceng gondok sekarang sudah dimanfaatkan
sebagai barang kerajinan sebagai bahan baku utama, kita tidak perlu khawatir akan
program kali bersih di beberapa daerah malah membabat habis eceng gondok yang
dipandang sebagai tanaman yang merugikan. Ternyata tanaman ini malah berpotensi
menghasilkan uang. Di daerah Rawa Pening (Ambarawa), penduduk desa Banyu Biru telah
memanfaatkan populasi eceng gondok yang melimpah. Mereka menjual eceng gondok dalam
4 ton/hari.
Dibandingkan dengan penghasil serat lain, eceng gondok tidak berkedudukan sebagai
komoditas primer masyarakat pada umumnya (seperti papan, sandang, dan pangan) karena
pada dasarnya eceng gondok berupa gulma . Sebut saja serat nanas (untuk pangan), serabut
4
kelapa (untuk arang/briket), serat bambu (media pengganti kayu, biasanya digunakan untuk
dinding rumah, pagar, atap, industri kerajinan, dll), serat kapas (produksi kapas sedang
menurun dan harus bersaing dengan industri tekstil yang telah mapan). Dalam hal ini, kita
tidak perlu khawatir bahwa meningkatnya konsumsi eceng gondok akan mengganggu
stabilitas papan, sandang, atau pangan yang sangat penting bagi masyarakat.
Untuk mempermudah memahami tugas akhir ini maka diperlukan batasan masalah
sebagai berikut :
- Jenis eceng gondok yang diolah adalah eceng gondok yang hidup di kolam.
80-100 cm.
- Bahan kimia yang digunakan selama proses pembuatan kertas seni adalah NaOH
dan H2O2.
- Jenis kertas yang dihasilkan adalah kertas seni yang biasa dipakai untuk kerajinan
tangan.
1. Bagaimana prospek pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan dasar kertas seni?
2. Bagaimana cara mengolah eceng gondok sebagai bahan baku alternatif pembuat
kertas?
1. Untuk mengetahui prospek pemanfaatan eceng gondok bila digunakan sebagai bahan
5
1.5 Manfaat Penelitian
sebagai bahan dasar untuk dijadikan kertas seni/kerajinan sehingga dapat menekan
lingkungannya.
BAB I PENDAHULUAN
Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
Berisi landasan teori yang membahas tentang eceng gondok, serat selulosa
BAB V PENUTUP
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Tanaman gulma air eceng gondok ini memiliki klasifikasi seperti yang
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Monocotyledoneae
Suku Pontederiaceae
Marga Eichornia
Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis
tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di
Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan
nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama
Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe. Eceng gondok pertama kali ditemukan
secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius,
seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan
ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi
sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan.
Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
7
Secara fisiologis, tumbuhan eceng gondok ini berkembang sangat cepat. Perkembangan
dengan vegetatif sangat cepat yakni dapat melipat ganda dua kali dalam 7-10 hari. Eceng
gondok pada pertumbuhan 6 bulan dapat mencapai 125ton/ha dan dalam 1 ha diperkirakan
dapat tumbuh sebanyak 500kg/hari (Heyne, 1987). Memang hal ini terbukti, walaupun
tumbuhan ini sering dibersihkan dari danau, keberadaannya masih sangat melimpah.
Usaha untuk memberantas tanaman gulma air ini dinilai tidak efektif karena tingkat
Di Indonesia, terdapat tiga jenis eceng gondok, yakni eceng gondok sungai, eceng
gondok rawa, dan eceng gondok kolam. Adapun ciri eceng gondok yang terdapat di Pulau
- Cirebon : pendek, tipis, lebih gelap warnanya. Jenis ini kurang bagus jika
- Jawa Timur : panjang, tipis, lebih terang warnanya. Jenis ini bagus digunakan
- Semarang (Ambarawa) : agak panjang, tetapi tidak sepanjang dari Jawa Timur,
tebal, dan warnanya cukup variatif (tergantung dari cuaca, dimana eceng gondok
serat eceng gondok memiliki karakteristik seperti yang ditujukan pada tabel 2.
8
Kehalusan (fineness)() 35
jenis, sifat kehalusan, dan sifat putih yang cukup baik. Hal ini terbukti pada
pemanfaatan eceng gondok sekarang ini sebagai kerajinan tangan baik pada
berkembang ke arah serat yang dimanfaatkan sebagai penguat pada komposit, hal
ini mengingat akan karakteristik serat eceng gondok yang cukup kuat, di samping
bahaya yang mudah didapat, murah, serta untuk mengurangi limbah yang ada
pemanfaatannya pun cukup beragam, antara lain untuk pemanfaatan serat selulosa
Kandungan air dari eceng gondok bernilai 90% dari massa total. Karena itu,
harus dilakukan pengolahan yang beragam agar tanaman ini dapat dimanfaatkan.
Proses pengolahan eceng gondok pada awalnya direndam dahulu dengan asam
borat dengan perbandingan 30gram : 1liter air agar lebih tahan lama dan likakukan
tempatnya tumbuh, dan sifat daya serap tanaman tersebut. Eceng gondok
mengandung protein lebih dari 11,5% kandungan kimia serat eceng gondok
9
2.1.3.1 Selulosa
Selulosa merupakan polisakarida yang terdiri atas satuan glukosa yang terikat
dan tak mudah larut, sehingga tidak mudah didegradasi secara kimia/mekanis.
selulosa, maka rangkaian selulosa tersebut memiliki serat yang lebih kuat, lebih
Selulosa itu sendiri merupakan bahan dasar yang utama yang digunakan
kuat untuk membentuk ikatan hidrogen intra dan inter molekul. Ketersediaan
selulosa dalam jumlah besar akan membentuk serat yang kuat, tidak larut dalam
air, tidak larut dalam pelarut organik, dan berwarna putih. Struktur selulosa
2.1.3.2 Hemiselulosa
10
Rantai hemiselulosa lebih pendek dibandingkan rantai seelulosa, karena
bercabang dan strukturnya tidak berbentuk kristal. Hal ini yang menjadikan
Kadar hemiselulosa pada pulp jauh lebih kecil dibandingkan dengan serat asal,
polimer gula. Namun berbeda dengan selulosa yang hanya tersusun atas
gula penyusun hemiselulosa terdiri dari monomer gula berkarbon lima (pentosa/
C-5), gula berkarbon enam (heksosa/ C-6), asam heksuronat dan deoksi
dahulu daripada selulosa, karena rantai molekulnya yang lebih pendek dan
bercabang.
Hemiselulosa tidak larut dalam air tapi larut dalam larutan alkali encer dan
lebih mudah dihidrolisa oleh asam daripada selulosa. Sifat hemiselulosa yang
akan mengakibatkan adanya lubang antar fibril dan berkurangnya ikatan antar
serat.
2.1.3.3 Lignin
11
Lignin merupakan senyawa yang sangat kompleks dengan berat molekul
tinggi. Lignin terdapat di antara sel-sel dan di dalam dinding sel. Dimana fungsi
lignin yang terletak di antara sel adalah sebagai perekat untuk mengikat/ perekat
antar sel. Sementara dalam dinding sel lignin sangat erat hubungannya dengan
selulosa dan berfungsi untuk memberi ketegaran pada sel, sehingga lignin tidak
Lignin dapat diisolasi dari tanaman sebagai sisa yang tak larut setelah
dihidrolisis dan diekstraksi ataupun diubah menjadi turunan yang larut. Adanya
Lignin ini merupakan polimer tiga dimensi yang terdiri dari unit fenil propana
melalui ikatan eter (C-0-C) dan ikatan karbon (C-C). Bila lignin berdifusi
dengan larutan alkali maka akan terjadi pelepasan gugus metoksil yang
membuat lignin larut dalam alkali. Reaksi dengan senyawa tertentu banyak
dimanfaatkan dalam proses pembuatan pulp dimana lignin yang terbentuk dapat
Struktur kimia lignin mengalami perubahan di bawah kondisi suhu yang tinggi
dan asam. Pada reaksi dengan temperatur tinggi mengakibatkan lignin terpecah
menjadi partikel yang lebih kecil dan terlepas dari selulosa (Taherzadeh, 2007).
Pada suasana asam, lignin cenderung melakukan kondensasi, yakni fraksi lignin
yang sudah terlepas dari selulosa dan larut pada larutan pemasak. Dimana
12
peristiwa ini cenderung menyebabkan bobot molekul lignin bertambah, dan
hemiselulosa.
selulosa, dan hemiselulosa. Selulosa tak akan rusak saat proses pelarutan lignin
jika konsentrasi larutan pemasak yang digunakan rendah dan suhu yang
selulosa lebih tinggi, dimana pada suhu ini lignin telah habis terlarut (Casey,
13
Dalam proses pulping eceng gondok, serat selulosa yang akan diambil untuk
digunakan sebagai bahan dasar kertas seni perlu dipisahkan dari lignin, berikut
cara pemisahannya.
2.1.3.3.1 Delignifikasi
beberapa senyawa, yaitu karbon, hidrogen, dan oksigen. Proses pemisahan atau
Proses sangat sederhana dan tidak menggunakan bahan kimia. Pada proses ini
Proses ini menggunakan bahan kimia pada suhu, tekanan, konsentrasi, dan
waktu tertentu. Proses ini menggunakan bahan kimia sebagai bahan utama
untuk melarutkan apa yang tidak diinginkan, sehingga dihasilkan serat selulosa
dengan kadar yang tinggi. Bahan kimia yang digunakan tergantung macam
proses dengan kadar yang tinggi. Bahan kimia yang digunakan tergantung
macam proses dna macam bahan bakunya. Cara kimia ini meliputi tiga macam
proses yakni :
o Proses Sulfat
14
o Proses Soda
o Proses Sulfit
dioksida atau asam sulfit. Tahap yang dilakukan pada proses ini
meningkatkan kemurnian).
Proses ini merupakan gabungan dari proses kimia dan mekanik. Untuk
Kertas seni merupakan salah satu jenis kertas dengan penampilan estetis yang kaya
akan nuansa alami dan unik. Diolah secara khusus dengan buatan tangan (handmade),
sehingga secara visual memiliki tampilan atau karakter spesifik baik dari segi tekstur, warna,
corak maupun dimensinya. Kertas seni umumnya dimanfaatkan oleh disainer grafis maupun
15
Kertas seni berbeda dengan kertas pada umumnya seperti kertas HVS atau buram.
Kertas seni atau biasa disebut art paper dapat dibuat dari limbah kertas HVS, buram, koran,
tissu atau dari bahan lainnya misalnya limbah pertanian yang salah satunya sampah daun.
Dalam penggunaan tertentu, kertas seni mempunyai nilai seni yang lebih dibandingkan kertas
tipis biasa yang kebanyakan polos teksturnya. Dilihat dari teksturnya, tekstur kertas seni agak
kasar dan seratnya terlihat. Hal ini dikarenakan bahan yang digunakan tidak seluruhnya
hancur ketika dijadikan bubur kertas sehingga menghasilkan tekstur yang tidak merata dan ini
menjadikan kertas tersebut menjadi lebih menarik untuk dibuat hiasan dengan berbagai
bentuk.
Jenis kertas yang tersedia di pasaran dapat dibedakan menurut fungsi, tekstur, ukuran,
ketebalan, dan warnanya. Berdasarkan fungsinya kertas dapat digunakan untuk fungsi yang
sangat beragam, baik sebagai bahan dasar pembuatan produk fungsional, seperti : kertas
kado, buku tulis, tas kertas, pembungkus, majalah, poster, brosur dan sebagainya atau sebagai
bahan dasar pembuatan produk kriya, seperti kotak kado, bingkai foto, kertas daur ulang,
kartu ucapan dan lain-lain. Kertas juga bisa dimanfaatkan sebagai medium artistik untuk
Di samping memanfaatkan tanaman gulma eceng gondok yang sering dianggap sebagai
tanaman pengganggu, prospek kertas seni yang bagus di pasar merupakan peluang yang
cukup bagus untuk mengembangkan usaha kertas seni. Karena kertas seni memiliki fungsi
yang sangat luas dalam membuat kerajinan tangan. Selain itu didukung juga dengan
melimpahnya tanaman eceng gondok ini, sehingga usaha kertas seni ini sangat mungkin
kertas seni ini. Dari segi bahan baku, dirasakan masih akan terus melimpah sampai waktu
16
yang lama. Jadi belum dirasakan masalah akan pengadaan bahan baku eceng gondok ini.
Untuk meningkatkan penampilan produk kertas seni yang dihasilkan, eceng gondok dapat
dicampur dengan kertas bekas. Sumber bahan limbah ini pun akan terus menerus tersedia
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan saya gunakan adalah penelitian deskriptif analitik dalam
membuat kertas seni dari gulma air eceng gondok serta penyusun bahan-bahan lainnya
deskriptif analitik, yaitu dengan cara mengumpulkan data yang menggambarkan atau
memaparkan apa adanya dari hasil penelitian kemudian disusun dan dituangkan dalam bentuk
Sumber data saya adalah internet, eksperimen langsung, buku-buku dan makalah lain
yang berhubungan dengan pemanfaatan tanaman eceng gondok dan pembuatan kertas.
Adapun teknik pengumpulan data yang saya lakukan dalam penelitian ini adalah hasil
eksperimen atau observasi langsung. Selanjutnya dengan mengumpulkan data tersebut saya
Cara saya dalam menganalisis data yang kami dapat yaitu dengan pertama-tama
memastikan bahwa semua data dan landasan teori yang diperlukan telah diperoleh dengan
baik. Lalu sesuai dengan jenis penelitian saya, saya melakukan melakukan tiga persyaratan
18
eksperimen, penulis melakukan beberapa percobaan mengenai pembuatan kertas seni
dengan bahan baku eceng gondok. Langkah terakhir, saya menuangkannya dalam karya
tulis ini.
Bahan penelitian adalah eceng gondok sebagai sumber serat utama, NaOH, air, tepung
Penelitian dimulai dengan mengambil bahan baku eceng gondok dari pinggiran
sungai. Kemudian ditimbang berat totalnya, lalu dipisahkan daun dan batangnya
sampai kering udara, lalu ditimbang kembali untuk mengetahui beratnya. Kertas
bekas juga bisa digunakan sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan daya ikat
antar serat.
Eceng gondok yang sudah dalam keadaan kering udara dimasak dalam tong
bertujuan untuk memisahkan lignin dari serat selulosa. Proses pulping dilakukan
pada suhu air mendidih selama 3 jam. Untuk menghilangkan NaOH ini dilakukan
pencucian sampai bersih, agar tidak meninggalkan bau pada pulp yang dihasilkan.
Proses penggilingan pulp eceng gondok dilakukan untuk mendapatkan serat halus
dan seragam
19
- Proses Bleaching Pulp Eceng Gondok
Proses bleacing bertujuan untuk memutihkan serat selulosa yang telah digiling
menjadi bubur. Pada proses ini eceng gondok yang telah menjadi bubur direndam
- Pencetakan Lembaran
gondok. Jika menginginkan kertas seni yang berwarna, maka pewarnaan dapat
jam agar warna yang diberikan dapat diserap dengan baik oleh pulp. Pengenceran
adonan campuran pulp ini perlu dilakukan agar dapat diproduksi kertas yang
sesuai. Lembara kertas dicetak menggunakan cetakan yang terbuat dari kawat
kasa.
- Pengeringan kertas
Dari cetakan dipres pada selembar kain yang ditempatkan pada bidang yang kaku
Dalam keadaan matahari terik, selama 1 jam kertas sudah dalam kondisi kering.
20
BAB IV
4.1 Prospek Pemanfaatan Eceng Gondok sebagai Bahan Baku Kertas Seni
Dengan serat enceng gondok yang memiliki kualitas yang baik berupa kekuatan
mekanik yang cukup baik dan didukung oleh harga yang lebih ekonomis, maka serat ini dapat
digunakan sebagai salah satu bahan serat alternatif dalam industri tekstil, mengingat produksi
serat kapas akhir-akhir ini semakin menurun, sedangkan industri tekstil dan produk tekstil
Eceng gondok yang perkembangbiakannya sangat cepat tentu bisa diandalkan sebagai
bahan baku pengganti kertas seni tersebut dalam waktu yang lama. Eceng gondok yang
merupakan tanaman gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang dalam atau
mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air yang dangkal berkembangbiak dengan
sangat cepat, baik secara vegetatif maupun generatif. Perkembangbiakan dengan cara
vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7-10 hari. Dan tidak perlu adanya
perawatan khusus untuk mengembangkan eceng gondok ini, karena eceng gondok dapat
menyerap dengan baik nutrisi dari perairan yang didiaminya. Selain itu eceng gondok pun
bisa bertahan hidup dan berkembang biak dengan baik di perairan yang tercemar oleh polutan
logam berat.
Rangkaian penelitian seputar kemampuan eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara
lain oleh Widyanto dan Susilo (1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok
mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing
sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng gondok
juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-
21
logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Selain dapat menyerap logam
berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap residu pestisida. Maka dari itu, eceng
gondok memiliki adaptasi untuk bertahan hidup yang cukup baik di lingkungan yang
tecemar.
Hal ini cukup menjamin ketahanan bisnis pembuatan kertas seni dari eceng gondok
dalam waktu yang cukup lama dan sangat mudah untuk dipraktikan dalam skala home
industry. Pengembangan usaha eceng gondok ini juga tentu akan didukung oleh pemerintah
Kualitas kertas seni yang berbahan dasar eceng gondok juga tidak jauh beda jika
dibandingkan dengan kertas-kertas yang terbuat dari pohon kayu dalam hal kekuatan tarik,
sobek, tekan. Lebih lagi, penilaian kertas seni di pasar juga lebih menitikberatkan pada nilai
estetikanya, dan kertas seni yang berbahan baku dari eceng gondok memiliki nilai estetika
yang cukup tinggi, yang membedakannya denga kertas lainnya adalah adanya serat-serat
khusus yang menjadi nilai estetika tersendiri dari eceng gondok yang timbul pada permukaan
kertas.
Pulp yang dihasilkan dari bahan eceng gondok secara visual memiliki kualitas yang
cukup baik. Panjang serat eceng gondok dapat diatur pada proses peranjangan sebelum
perendaman pulp. Untuk tujuan kertas seni, ukuran panjang serat tersebut dapat dibuat
bervariasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga terdapat kesan serat timbul pada
permukaan kertas. Kertas yang dihasilkan tentunya menghasilkan kekuatan tarik, sobek dan
gramatur yang lebih rendah dari kertas biasa karena serat eceng gondok relatif lebih lunak
dari serat kayu biasa. Akan tetapi untuk tujuan kertas seni, penampilan visual kertas dalam
hal ini lebih diutamakan dari pada kekuatan fisik mekanik kertas.
22
4.2 Pengolahan Eceng Gondok Menjadi Kertas Seni
pengambilan pengeringan
eceng eceng Pulping penggilingan
gondok gondok
Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas karena mengandung serat
selulosa. Dari hasil percobaan diketahui bahwa pemanenan seluas 1m2 eceng gondok
mempunyai bobot sebesar 28 kg. Yang sebagian besar (84%) berupa batang. Panjang batang/
pelepah dapat mencapai 87 cm dengan diameter antara 1-3 cm. Kadar air tumbuhan segar
sangat tinggi, mencapai 94%, sehingga pengolahan eceng gondok sebaiknya dipusatkan di
Proses pengolahan eceng gondok menjadi kertas seni dimulai dari pengambilan eceng
gondok. Batang dan daun eceng gondok segar dipisahkan kemuan diranjang dan dikeringkan
dengan dijemur sampai kering udara. Eceng gondok kering dimasak menjadi pulp di dalam
tong pemasak dengan penambahan bahan NaOH. Penambahan NaOH dalam proses
perendaman bertujuan untuk mempercepat proses pemisahan antara serat selulosa dengan
lignin. Untuk setia 1 kg eceng gondok ditambahkan 4 liter air dan 10 gr NaOH di dalam
proses perendaman. Proses perendaman berlangsung pada suhu didih selama 3 jam dan
selanjutnya pulp yang dihasilkan dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan sisa NaOH
23
Pulp eceng gondok selanjutnya digiling (menggunakan blender). Bahan perekat tepung
kanji ditambahkan sebanyak 5% dari berat kertas seni pada saat penggilingan pulp eceng
gondok untuk meningkatkan daya ikat antar serat. Pulp eceng gondok yang dihasilkan
berwarna coklat namun diputihkan dengan proses pemutihan (bleaching). Pulp juga dapat
menyerap zat pewarna yang diberikan dengan cukup baik, sehingga berbagai variasi warna
kertas dapat dihasilkan melalui proses ini.Campuran pulp kemudian diberi warna untuk
memperindah kertas yang dihasilkan dan dibiarkan selama beberapa jam agar zat pewarna
terserap dengan baik oleh pulp. Pulp kemudian diencerkan dengan penambahan air dan
dicetak menjadi lembaran kertas dengan menggunakan kawat kasa penyaring (screener).
Lembaran kertas selanjutnya dipres pada selembar kain yang ditempatkan pada bidang papan
yang kaku dan rata serta dilapisi kain. Tahapan akhir adalah pengeringan kertas di bawah
sinar matahari kurang lebih 1 jam, tergantung kondisi cuaca. Pengeringan dapat dilakukan
dengan meletakkan kertas pada lembaran tripleks. Dari hasil percobaan, pengolahan 200
gram eceng gondok dapat menghasilkan 2 buah kertas seni berukuran sekitar 22x22 cm dan
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
buruk dari eutrifikasi, karena pesatnya pertumbuhan eceng gondok tersebut. oleh
karena itu, pemanfaatan eceng gondok bisa menjadi salah satu solusi yang cukup
efektif.
- Eceng gondok di kolam-kolam yang selama ini dianggap sebagai gulma yang
mengganggu ekosistem perairan kolam memiliki potensi yang cukup besar bagi
yang berguna seperti kertas seni ini. Jumlah Eceng gondok yang sangat melimpah
dan pertumbuhan jumlahnya yang sangat pesat bisa menjadi peluang home
- Proses pengolahan eceng gondok menjadi kertas seni dimulai dari pengambilan
eceng gondok. Batang dan daun eceng gondok segar dipisahkan kemuan diranjang
dan dikeringkan dengan dijemur sampai kering udara. Eceng gondok kering
dimasak menjadi pulp di dalam tong pemasak dengan penambahan bahan NaOH.
proses pemisahan antara serat selulosa dengan lignin. Untuk setia 1 kg eceng
Proses perendaman berlangsung pada suhu didih selama 3 jam dan selanjutnya
pulp yang dihasilkan dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan sisa NaOH
agar pulp tidak berbau. Pulp eceng gondok selanjutnya digiling (menggunakan
blender). Bahan perekat tepung kanji ditambahkan sebanyak 5% dari berat kertas
seni pada saat penggilingan pulp eceng gondok untuk meningkatkan daya ikat
25
antar serat. Pulp eceng gondok yang dihasilkan berwarna coklat namun diputihkan
dengan proses pemutihan (bleaching). Pulp juga dapat menyerap zat pewarna
yang diberikan dengan cukup baik, sehingga berbagai variasi warna kertas dapat
memperindah kertas yang dihasilkan dan dibiarkan selama beberapa jam agar zat
pewarna terserap dengan baik oleh pulp. Pulp kemudian diencerkan dengan
penambahan air, sesuai dengan ketebalan kertas yang diinginkan dan dicetak
Lembaran kertas selanjutnya dipres pada selembar kain yang ditempatkan pada
bidang papan yang kaku dan rata serta dilapisi kain. Tahapan akhir adalah
lembaran tripleks.
5.2 Saran-saran
melimpah, dan proses pengolahan yang tidak terlalu sulit. Sehingga usaha ini cocok dalam
skala home industry. Efek dari pemanfaatan eceng gondok pun baik bagi lingkungan, dan
dapat dijadikan sebagai lapangan pekerjaan untuk menekan angka pengangguran jika sudah
26
DAFTAR PUSTAKA
pasaribu gunawan, dan sahwalita.2007.pengolahan eceng gondok sebagai bahan baku kertas
Rachmilda Pinnata D. dan Alia Damayanti .pemanfaatan selulosa asetat eceng gondok
akhir,bandung.
27
LAMPIRAN
28
Gambar 4 Proses Pembuatan Cetakan Dari Saringan Kasa.
29
Gambar 6 Kolam Yang Didiami Eceng Gondok.
30
Gambar 8 proses perendaman kertas seni dengan larutan H2O2 (bleaching).
31