Asma Bronkial Referat
Asma Bronkial Referat
ASMA BRONKIAL
Oleh :
0708112239
Pembimbing :
2011
ASMA BRONKIAL
1. Definisi
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan yang
dihubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang
reversibel dan gejala pernapasan.1 Asma bronkial adalah salah satu
penyakit paru yang termasuk dalam kelompok penyakit paru alergi dan
imunologi yang merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap
reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam
rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernapas yang
disebabkan oleh penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas.
Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajat penyempitan dapat berubah,
baik secara spontan maupun karena pemberian obat.2
2. Epidemiologi
Asma dapat ditemukan pada laki laki dan perempuan di segala
usia, terutama pada usia dini. Perbandingan laki laki dan perempuan
pada usia dini adalah 2:1 dan pada usia remaja menjadi 1:1. Prevalensi
asma lebih besar pada wanita usia dewasa. Laki-laki lebih memungkinkan
mengalami penurunan gejala di akhir usia remaja dibandingkan dengan
perempuan.3
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga saat
ini jumlah penderita asma di dunia diperkirakan mencapai 300 juta orang
dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga 400 juta penderita
pada tahun 2025.4
Hasil penelitian International Study on Asthma and Allergies in
Childhood (ISAAC) pada tahun 2005 menunjukkan bahwa di Indonesia
prevalensi penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%.
Diperkirakan prevalensi asma di Indonesia 5% dari seluruh penduduk
Indonesia, artinya saat ini ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia.5
Penelitian yang dilakukan oleh Anggia D pada tahun 2005 di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru didapatkan kelompok umur terbanyak
yang menderita asma adalah 25 34 tahun sebanyak 17 orang (24,29%)
dari 70 orang, dan perempuan lebih banyak dari pada laki laki (52,86%).
6
3. Faktor Resiko
Faktor resiko asma dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Atopi
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat yang juga alergi. Dengan adanya bakat alergi
ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkial
jika terpajan dengan faktor pencetus.
b. Hiperreaktivitas bronkus
Saluran pernapasan sensitif terhadap berbagai
rangsangan alergen maupun iritan.
c. Jenis Kelamin
Perbandingan laki laki dan perempuan pada usia
dini adalah 2:1 dan pada usia remaja menjadi 1:1.
Prevalensi asma lebih besar pada wanita usia dewasa.
d. Ras
e. Obesitas
Obesitas atau peningkatan Body Mass Index (BMI)
merupakan faktor resiko asma. Mediator tertentu seperti
leptin dapat mempengaruhi fungsi saluran pernapasan dan
meningkatkan kemungkinan terjadinya asma. Meskipun
mekanismenya belum jelas, penurunan berat badan
penderita obesitas dengan asma, dapat mempengaruhi gejala
fungsi paru, morbiditas dan status kesehatan.
4. Faktor Pencetus
Penelitian yang dilakukan oleh pakar di bidang penyakit asma
sudah sedemikian jauh, tetapi sampai sekarang belum menemukan
penyebab yang pasti. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa saluran
pernapasan penderita asma mempunyai sifat sangat peka terhadap
rangsangan dari luar yang erat kaitannya dengan proses inflamasi. Proses
inflamasi akan meningkat bila penderita terpajan oleh alergen tertentu.
Penyempitan saluran pernapasan pada penderita asma disebabkan
oleh reaksi inflamasi kronik yang didahului oleh faktor pencetus. Beberapa
faktor pencetus yang sering menjadi pencetus serangan asma adalah :
1. Faktor Lingkungan
a. Alergen dalam rumah
b. Alergen luar rumah
2. Faktor Lain
a. Alergen makanan
b. Alergen obat obat tertentu
c. Bahan yang mengiritasi
d. Ekspresi emosi berlebih
e. Asap rokok bagi perokok aktif maupun perokok pasif
f. Polusi udara dari dalam dan luar ruangan
5. Klasifikasi
Pengaruh terhadap
Mediator
asma
Histamin
LTC4, D4,E4
Prostaglandin dan Thromboksan
A2 Kontruksi otot polos
Bradikinin
Platelet-activating factor (PAF)
Histamin
LTC4, D4,E4
Prostaglandin dan Thromboksan
E2
Udema mukosa
Bradikinin
Platelet-activating factor (PAF)
Chymase
Radikal oksigen
Histamin
LTC4, D4,E4
Sekresi mukus
Prostaglandin
Hidroxyeicosatetraenoic acid
7. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik, gejala
berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti
yang berkaitan dengan cuaca. Faktor faktor yang mempengaruhi
asma, riwayat keluarga dan adanya riwayat alergi.11
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat
obstruksi saluran napas. Tekanan darah biasanya meningkat,
frekuensi pernapasan dan denyut nadi juga meningkat, ekspirasi
memanjang diserta ronki kering, mengi.11
Pemeriksaan Laboratorium
Darah (terutama eosinofil, Ig E), sputum (eosinofil, spiral
Cursshman, kristal Charcot Leyden).11
Pemeriksaan Penunjang
o Spirometri
Spirometri adalah alat yang dipergunakan untuk
mengukur faal ventilasi paru. Reversibilitas penyempitan
saluran napas yang merupakan ciri khas asma dapat dinilai
dengan peningkatan volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP1) dan atau kapasiti vital paksa (FVC) sebanyak 20%
atau lebih sesudah pemberian bronkodilator.
o Uji Provokasi Bronkus
Uji provokasi bronkus membantu menegakkan
diagnosis asma. Pada penderita dengan gejala sma dan faal
paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus.
Pemeriksaan uji provokasi bronkus merupakan cara untuk
membuktikan secara objektif hiperreaktivitas saluran napas
pada orang yang diduga asma. Uji provokasi bronkus terdiri
dari tiga jenis yaitu uji provokasi dengan beban kerja
(exercise), hiperventilasi udara dan alergen non-spesifik
seperti metakolin dan histamin.
o Foto Toraks
Pemeriksaan foto toraks dilakukan untuk
menyingkirkan penyakit lain yang memberikan gejala
serupa seperti gagal jantung kiri, obstruksi saluran nafas,
pneumothoraks, pneumomediastinum. Pada serangan asma
yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya tidak
memperlihatkan adanya kelainan.
8. Diagnosis Banding
Bronkitis kronik
Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang
mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun untuk sedikitnya 2
tahun. Gejala utama batuk yang disertai sputum dan perokok berat.
Gejala dimulai dengan batuk pagi, lama kelamaan disertai mengi
dan menurunkan kemampuan jasmani.
Emfisema paru
Sesak napas merupakan gejala utama emfisema, sedangkan
batuk dan mengi jarang menyertainya.
Gagal jantung kiri
Dulu gagal jantung kiri dikenal dengan asma kardial dan
timbul pada malam hari disebut paroxysmal nocturnal dispnea.
Penderita tiba-tiba terbangun pada malam hari karena sesak, tetapi
sesak menghilang atau berkurang bila duduk. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan kardiomegali dan edema paru.
Emboli paru
Hal-hal yang dapat menimbulkan emboli paru adalah gagal
jantung. Disamping gejala sesak napas, pasien batuk dengan
disertai darah (haemoptoe).
9. Penatalaksanaan
Pengobatan non-medikamentosa
Penyuluhan
Pengendali emosi
Pemakaian oksigen
Pengobatan medikamentosa
Pengontrol (Controllers)
Kortikosteroid inhalasi
Kortikosteroid sistemik
Sodium kromoglikat
Nedokromil sodium
Metilsantin
Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
Agonis beta-2 kerja lama, oral
Leukotrien modifiers
Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1)
Lain-lain
Glukokortikosteroid inhalasi
Obat
Beklometason dipropionat 200-500 ug 500-1000 ug >1000 ug
Budesonid 200-400 ug 400-800 ug >800 ug
Flunisolid 500-1000 ug 1000-2000 ug >2000 ug
Flutikason 100-250 ug 250-500 ug >500 ug
Triamsinolon asetonid 400-1000 ug 1000-2000 ug >2000 ug
Anak Dosis rendah Dosis medium Dosis tinggi
Obat
Beklometason dipropionat 100-400 ug 400-800 ug >800 ug
Budesonid 100-200 ug 200-400 ug >400 ug
Flunisolid 500-750 ug 1000-1250 ug >1250 ug
Flutikason 100-200 ug 200-500 ug >500 ug
Triamsinolon asetonid 400-800 ug 800-1200 ug >1200 ug
Glukokortikosteroid sistemik
Metilsantin
Leukotriene modifiers
Obat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya
melalui oral. Mekanisme kerja menghasilkan efek bronkodilator minimal
dan menurunkan bronkokonstriksi akibat alergen, sulfurdioksida dan
exercise. Selain bersifat bronkodilator, juga mempunyai efek antiinflamasi.
Kelebihan obat ini adalah preparatnya dalam bentuk tablet (oral) sehingga
mudah diberikan. Saat ini yang beredar di Indonesia adalah zafirlukas
(antagonis reseptor leukotrien sisteinil).
Pelega (Reliever)
Aminofillin
Adrenalin
Agonis beta-2 kerja singkat
Metilsantin
Antikolinergik
Adrenalin
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila
dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Berat Medikasi Alternatif / Pilihan lain Alternatif
Asma pengontrol lain
harian
Asma Tidak perlu -------- -------
Intermiten
Asma Glukokortikoste Teofilin lepas lambat ------
Persisten roid inhalasi
Ringan (200-400 ug Kromolin
BD/hari atau
ekivalennya) Leukotriene modifiers
teofilin lepas
lambat
leukotriene
modifiers
glukokortikost
eroid oral
10. Komplikasi
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
11. Prognosis
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Yuliana
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama
Sesak napas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
- Sejak 20 tahun SMRS, pasien mengeluhkan sesak napas. Sesak napas timbul
bila pasien terpapar debu, udara dingin dan asap rokok. Sesak terutama timbul
pada malam hari. Sesak napas dirasakan mengganggu aktivitas dan tidur.
Pasien berobat ke puskesmas dan didiagnosa menderita asma.
- Sejak 1 hari SMRS pasien mulai mengeluhkan sesak napas dan batuk-batuk.
Sesak napas bertambah bila pasien batuk. Batuk pasien berdahak dengan warna
bening kental. Napas pasien berbunyi ngik. Obat pasien habis
- Sejak 3 jam SMRS sesak napas yang dirasakan makin berat. Batuk dirasakan
semakin menjadi-jadi. Pasien dibawa ke IGD RSUD AA dan diberi
pengasapan, namun keluhan sesak tidak berkurang sehingga pasien dirawat
inap di Nuri 2.
Pasien memiliki riwayat asma dari kecil, sesak napas timbul bila pasien
terpapar debu, udara dingin dan asap rokok. Sesak napas dirasakan > 1 kali
dalam seminggu, < 1 kali dalam sehari, dan saat malam hari > 2 kali dalam
sebulan
Pasien memiliki riwayat alergi, seperti alergi udara dingin, debu, makanan
laut, pucuk ubi, kacang panjang, dan makanan yang merangsang seperti
cabai.
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Komposmentis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Tekanan darah :120/80 mmHg
Nadi : 75 x/menit
Nafas : 23 x/menit
Suhu : 36.5 C0
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor,
diameter 3 mm, refleks cahaya +/+
Thoraks
Paru
Jantung
Abdomen
Palpasi : perut supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi : timpani
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
Hb : 13.8 g/dL
Leukosit : 14.100/L
Hematokrit : 40%
RESUME
Ny. Y, 32 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit (SMRS). Sesak napas bertambah bila pasien batuk. Batuk pasien
berdahak dengan warna bening kental. Napas pasien berbunyi ngik. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi pernapasan meningkat, auskultasi
didapatkan ekspirasi memanjang, mengi pada lapangan paru kiri. Dari
pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis.
DAFTAR MASALAH
RENCANA PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
Medikamentosa :
Dexamethasone 3 x 1 ampul
Salbutamol 3 x 2 mg
Follow-up
27 Juni 2011
S : sesak napas berkurang, batuk berdahak (+)
Dexametason 3 x 1 ampul
Salbutamol 3 x 2 mg
28 Juni 2011
S : sesak napas berkurang, batuk berdahak (+), BAB sejak tanggal 25 Juni
2011 (-)
Dexametason 3 x 1 ampul
Salbutamol 3 x 2 mg
Dulcolax tablet
PEMBAHASAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis asma bronkial sedang pada asma
persisten ringan karena adanya keluhan sesak napas yang timbul bila pasien
terpapar debu, udara dingin dan asap rokok. Bila sesak napas timbul terdapat
suara ngik. Sesak terutama timbul pada malam hari. Gejala sesak napas
dirasakan > 1 kali dalam seminggu, < 1 kali dalam sehari, dan saat malam hari > 2
kali dalam sebulan. Sesak napas dirasakan mengganggu aktivitas dan tidur. Hal ini
sesuai dengan kriteria klasifikasi derajat berat asma persisten ringan berdasarkan
gambaran klinis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya ekspirasi memanjang
dan mengi pada lapangan paru kiri. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik
yang dapat ditemukan pada pasien asma.