Anda di halaman 1dari 3

Peninggalan Belanda di Pojok Desa

Bak Buntu, istilah pendek masyarakat Desa Purworejo untuk menyebut sumber air yang ada di
desanya yaitu Tambak Buntu. Asal mula pemberian nama Tambak Buntu tidak terlepas dari sejarah
dibangunnya tambak Buntu ini. Tambak Buntu dibangun oleh Belanda yang saat itu menguasai daerah Pati
dan sekitarnya. Menurut penjaga tempat ini, yaitu Bapak Ngarjono(30) dan Bapak Siswanto(26), tujuan
dibangunnya tambak ini adalah untuk mengaliri air bersih ke Juwana karena air bersih di Juwana berasa asin.
Konon, sebelum tambak ini dibangun tempat ini dahulunya adalah sebuah rawa yang kemudian ditutup atau
dibuntu airnya oleh orang-orang Belanda dengan timah yang dicampur dengan ijuk aren dan karung.
Sehingga air rawa meresap kedalam tanah dan tidak membanjiri permukaan lagi.
Tambak Buntu merupakan salah satu obyek sejarah yang ada di Pati tepatnya di Desa Purworejo,
Kecamatan Margoyoso. Kira-kira jaraknya 2 Km dari jalan raya. Peninggalan Belanda yang berupa sumber
air ini sampai sekarang masih digunakan atau difungsikan sebagai sumber air yang dikelola oleh PDAM
untuk memenuhi kebutuhan air minum di daerah Juwana dan sekitarnya. Air ini disalurkan melalui pipa
peninggalan Belanda yang sejak dulu telah tertanam dalam tanah. Tambak Buntu semula meggunakan tenaga
mesin diesel namun sekarang sudah menggunakan tenaga listrik.
Kini tambak Buntu dijaga oleh tiga orang petugas PDAM yang bertugas mengawasi dan
mengontrol pompa air secara bergantian. Selain difungsikan sebagai sumber air di daerah Juwana, Tambak
Buntu juga dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk mengairi sawah, selain itu juga dimanfaatkan untuk
mencuci motor.
Yang masih dipertanyakan tentang Tambak Buntu ini ialah tentang tahun berapa Belanda
membangunnya, karena tidak ada satu orangpun yang tahu pasti tentang pembangunan tempat ini.
Beberapa tahun yang lalu Tambak Buntu merupakan obyek wisata yang terkenal, tapi kini mulai
sepi pengunjung. Mungkin karena tidak ada pengembangan pada infrastruktur maupun wisata, serta lokasinya
yang tidak dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat. Untuk mencapai lokasi tambak Buntu harus
memasuki jalan desa yang beraspal, dilanjutkan membelok ke jalan setapak diantara kebun dan sawah warga.
Bahkan jalan setapak ini sulit dilalui kendaraan roda dua ketika musim hujan karena kondisi jalan yang basah
dan licin. Dulu para pengunjung datang ke tempat ini biasanya untuk menikmati keindahan dan kesejukan
alam yang masih asri.
Pompa air yang mampu menyedot air hingga 35 liter/detik.

Ruang kontrol listrik Tambak Buntu

Sumber air peninggalan Belanda

Tempat penampungan air

Ruang penjaga Tambak Buntu

Pemanfaatan warga untuk pencucian motor

Pompa air
Oleh Milkhatin Nadhiroh & Abdus Shomad
Penulis adalah mahasiswi
Prodi Pebankan Syariah dan
mahasiswa Prodi PBA STAIMAFA

Anda mungkin juga menyukai