Edisi pertama tahun 1982 dan telah diperbaharui sampai edisi ke-19 tahun 2010.
Edisi Ke-1 - 1982
Edisi Ke-2 - 1983
Edisi Ke-3 - 1984
Edisi Ke-4 - 1985
Edisi Ke-5 - 1986
Edisi Ke-6 - 1987
Edrsi Ke-7 - 1988
Edisi Ke-8 - 1990
Edisi Ke-8 (Celak Ulang Pertama) - 1990
Edisi Ke-8 (Cetak Ulang Kedua} - 1990
Edisi Ke-8 (Cetak Ulang Ketiga) - 1991
Edisi Ke-9 - 1992
Edisi Ke-10 - 1995
Edisi Ke-11 - 1996
Edisi Ke-12 - 1997
Edisi Ke-13 - 1998
Edisi Ke-14 - 1993
Edisi Ke-15 - 2000
Edisi Ke-16 - 2005
Edisi Ke-16 (Cetak Ulang) - 2006
Edisi Ke-17 - 2007
Edisi Ke-18 - 2008
Edisi Ke-18 (Cetak Ulang Pertama) - 2009
Edisi Ke-18 (Celak Ulang Kedua) - 2009
Edisi Ke-19 - 2010
KATAKATA
PENGANTAR
PENGANTAR
Pada
Pada tanggal
tanggal 88Agustus
Agustus2010,2010, ASEAN
ASEAN
memasukimemasuki
usia 43 tahun.usia Di43haritahun.
ulang tahunnya
tersebut
Di ASEAN tahunnya
hari ulang menghadapi perkembangan
tersebut
kawasan dan global yang
ASEAN menghadapi perkembangan sangat dinamis. Proses
globalisasi yang ditandai semakin meningkatnya
kawasan dan antarbangsa
ketergantungan global yangdansangat dipastikan tidak
dinamis.
ada satu punProses negaraglobalisasi
yang mampu yangmenghadapi
ditandai
perubahan semakin
global meningkatnya
tersebut sendiri. Untuk
menghadapi tantangan
ketergantungan kawasan dan
antarbangsa dan global
tersebut, kita
dipastikan harus
tidak dapat
ada satumerealisasikan
pun negara komunitas
ASEAN pada tahun 2015.
yang mampu menghadapi perubahan
global Selama
tersebut sendiri.
43 tahun, ASEAN telahUntukmemberikan
menghadapi
manfaat yang nyata tantangan kawasan
bagi kawasan Asia Tenggara.
ASEAN
dan globaltelah memberikan
tersebut, kita harus sumbangan
dapat besar
terhadap terciptanya suasana damai yang kondusif
merealisasikan komunitas ASEAN
bagi pembangunan politik, ekonomi, dan sosial
Djauhari Oratmangun
Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN
pada
budayatahun
di 2015.
Asia Tenggara. Oleh karena itu,
Sumber: www.deplu.go.id komunitas ASEAN diharapkan dapat menjadi bagian
Selama 43 tahun, ASEAN daritelah
solusimemberikan
untuk menjawabmanfaat yang
berbagai permasalahan
nyata bagi kawasan Asia Tenggara. kawasan dan ASEAN
global.telah memberikan
sumbangan besar terhadap terciptanya suasana damai yang
Sejak
kondusif bagiPiagam ASEAN ditandatangani
pembangunan oleh para
politik, ekonomi, dan Kepala Negara/Pemerintahan
sosial budaya di
ASEAN pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-13 di Singapura tanggal 20
Asia Tenggara. Oleh karena itu, komunitas ASEAN diharapkan
November 2007, organisasi ASEAN terus melakukan pembenahan untuk
dapat
menjadi bagianberbagai
mengantisipasi dari solusi untuk menjawab
perubahan yang telah berbagai
dicetuskanpermasalahan
dalam Piagam ASEAN.
kawasan
Dalam hal dan global. ASEAN akan berfungsi sebagai instrumen dasar hukum atau
ini, Piagam
kerangka kerja legal ASEAN sehingga mekanisme kerja sama ASEAN berdasarkan
pada Sejak
asas Piagamhukum.
landasan ASEAN ditandatangani oleh para Kepala Negara/
Pemerintahan ASEAN pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN
ke-13 Kerja sama ASEAN kini menuju tahapan baru yang lebih integratif dan
di Singapura tanggal 20 November 2007, organisasi ASEAN
berwawasan ke depan dengan pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015.
terus melakukan pembenahan
Piagam ASEAN yang mulai berlaku tanggal untuk 15mengantisipasi berbagai landasan
Desember 2008 merupakan
perubahan
hukum yang
dan jati diritelah
ASEAN.dicetuskan dalam Piagam
Piagam ASEAN ASEAN.
disusun secara Dalamnamun
singkat, hal lengkap,
ini, Piagam
dan ASEAN
ditulis dalam akanyang
bahasa berfungsi
mudahsebagai
dipahami.instrumen dasar
Selanjutnya, hukum
Piagam ASEAN tidak
hanya berfungsi kerja
atau kerangka sebagai landasan
legal ASEAN hukum atau konstitusional,
sehingga tetapi sama
mekanisme kerja juga diharapkan
dapat memperkuat kerja sama ASEAN agar dapat beradaptasi dengan berbagai
ASEAN berdasarkan pada asas landasan hukum.
perubahan, tantangan, dan peluang, serta transformasi ASEAN sebagai organisasi yang
solid dan kuat. Selain itu, Piagam akan mendorong ASEAN berorientasi pada
Kerja sama ASEAN kini menuju tahapan baru yang lebih integratif
kepentingan masyarakat (people-oriented).
dan berwawasan ke depan dengan pembentukan Komunitas ASEAN
pada tahun 2015.itu,
Oleh karena Piagam
ASEANASEAN yangCetak
juga memiliki mulaiBiru
berlaku
sebagaitanggal 15(road map)
peta jalan
untuk membentuk Komunitas ASEAN 2015. Pembentukan Komunitas ASEAN 2015
dilandaskan pada 3 (tiga) pilar Cetak Biru, yaitu Cetak Biru Komunitas Politik Keamanan
ASEAN (ASEAN Political-Security Community Blueprint), Cetak Biru Komunitas
ii
Desember 2008 merupakan landasan hukum dan jati diri ASEAN.
Piagam ASEAN disusun secara singkat, namun lengkap, dan ditulis
dalam bahasa yang mudah dipahami. Selanjutnya, Piagam ASEAN
tidak hanya berfungsi sebagai landasan hukum atau konstitusional,
tetapi juga diharapkan dapat memperkuat kerja sama ASEAN agar
dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan, tantangan, dan
peluang, serta transformasi ASEAN sebagai organisasi yang solid
dan kuat. Selain itu, Piagam akan mendorong ASEAN berorientasi
pada kepentingan masyarakat (people-oriented).
ii
kewajibannya memberikan informasi dan pemahaman tentang
perkembangan kerja sama ASEAN kepada masyarakat. Berbagai
kegiatan telah dilakukan, seperti mengadakan seminar, sarasehan,
ceramah, dan diskusi. Kegiatan yang secara langsung melibatkan
masyarakat seperti penyelenggaraan festival, pemilihan Duta Muda
ASEAN-Indonesia, dan pencerahan kepada siswa-siswi sekolah
menengah melalui kegiatan ASEAN Masuk Sekolah (ASEAN Goes
to School). Kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya memberikan
pemahaman tetapi juga untuk mendapatkan masukan dan tanggapan
dari masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan tersebut
menandakan adanya kepedulian masyarakat terhadap ASEAN
yang pada gilirannya diharapkan dapat menyukseskan perwujudan
Komunitas ASEAN pada tahun 2015.
iii
ASEAN. Semoga buku ini dapat berguna bagi masyarakat dalam
menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta berupaya
menuju pembentukan masyarakat ASEAN yang damai dan
sejahtera.
Djauhari Oratmangun
Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN
iv
DAFTAR ISI
6. Pertemuan Para Menteri yang menangani .................. 48
Kejahatan Lintas-Negara ASEAN
(ASEAN Ministerial Meeting on Transnational
Crime/AMMTC)
7. Forum Regional ASEAN ............................................. 50
(ASEAN Regional Forum/ARF)
8. Dewan Komunitas Politik Keamanan ASEAN ............ 53
(ASEAN Political Security/APSC Council) & Dewan
Koordinasi/ASEAN Coordinating Council/ACC)
B. Komunitas Ekonomi ........................................................ 54
1. Pertemuan Para Menteri Ekonomi ASEAN ................. 58
(ASEAN Economic Ministers Meeting/AEM)
2. Dewan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN ........... 68
(ASEAN Free Trade Area Council/ AFTA)
3. Dewan Kawasan Investasi ASEAN ............................. 91
(ASEAN Investment Area Council/ AIA)
4. Pertemuan Para Menteri Keuangan ASEAN ............... 94
(ASEAN Finance Ministers Meeting/AFMM)
5. Pertemuan Para Menteri ASEAN bidang Pertanian ..... 95
dan Kehutanan
(ASEAN Ministers Meeting on Agriculture and
Forestry/AMAF)
6. Pertemuan Para Menteri Energi ASEAN ..................... 107
(ASEAN Ministers on Energy Meeting/AMEM)
7. Pertemuan Para Menteri Mineral ASEAN .................... 111
(ASEAN Ministerial Meeting on Minerals/AMMIN)
8. Pertemuan Para Menteri Ilmu Pengetahuan dan ........ 113
Teknologi ASEAN
(ASEAN Ministerial Meeting on Science and
Technology/AMMST)
9. Pertemuan Para Menteri Telekomunikasi dan ............ 113
Informasi ASEAN
(ASEAN Telecommunications and Information
Technology Ministers Meeting/TELMIN)
10. Pertemuan Para Menteri Transportasi ASEAN ........... 115
(ASEAN Transport Ministers Meeting/ATM)
vi
11. Pertemuan Para Menteri Pariwisata ASEAN .............. 120
(Meeting of the ASEAN Tourism Ministers/M-ATM)
12. Kerja Sama Pembangunan Mekong Basin ASEAN ..... 120
(ASEAN Mekong Basin Development Cooperation/
AMBDC)
13. Dewan Komunitas Ekonomi ASEAN ............................ 121
(ASEAN Economic Community Council/AEC Council)
C. Komunitas Sosial dan Budaya ....................................... 122
1. Pertemuan Para Menteri ASEAN Yang Bertanggung ... 126
Jawab di Bidang Informasi
(ASEAN Ministers Responsible for Information/AMRI)
2. Pertemuan Para Menteri ASEAN Yang Bertanggung ... 127
Jawab di Bidang Budaya dan Seni
(ASEAN Ministers Responsible for Culture
and Arts/AMCA)
3. Pertemuan Para Menteri di bidang Pendidikan ............ 130
(ASEAN Education Ministers Meeting/ASED)
4. Pertemuan Para Menteri terkait Penanganan .............. 132
Bencana
(ASEAN Ministerial Meeting on Disaster
Management/AMMDM)
5. Pertemuan Para Menteri Lingkungan ........................... 134
(ASEAN Ministerial Meeting on the Environment/
AMME)
6. Konferensi Para Pihak terhadap Perjanjian ASEAN .... 136
tentang Pencemaran Asap Lintas Batas
(Conference of the Parties (COP) to the ASEAN
Agreement on Transboundary Haze Pollution)
7. Pertemuan Para Menteri Ilmu Pengetahuan dan ......... 137
Teknologi
(ASEAN Ministerial Meeting on Science and
Technology/AMMST)
8. Pertemuan Para Menteri Kesehatan ........................... 138
(ASEAN Health Ministers Meeting/AHMM)
vii
9. Pertemuan Para Menteri Tenaga Kerja ....................... 140
(ASEAN Labour Ministers Meeting/ALMM)
10. Pertemuan Para Menteri yang menangani .................. 142
Pembangunan Pedesaan dan Pengentasan
Kemiskinan
(ASEAN Ministers Meeting on Rural Development
and Poverty Eradication/AMRDPE)
11. Pertemuan Para Menteri yang Menangani .................. 143
Kesejahteraan Sosial dan Pembangunan
(ASEAN Ministerial Meeting on Social Welfare and
Development/AMMSWD)
12. Pertemuan Para Menteri di bidang Kepemudaan ....... 145
(ASEAN Ministerial Meeting on Youth/AMMY)
13. Konferensi ASEAN Masalah-masalah Kepegawaian ... 148
Negeri Sipil
(ASEAN Conference on Civil Service
Matters/ACCSM)
14. Komite ASEAN Terkait Perempuan ............................. 149
(ASEAN Committee on Women/ACW)
15. Pertemuan Pejabat Senior ASEAN Terkait Narkoba .... 151
(ASEAN Senior Officials on Drugs/ASOD)
16. Yayasan ASEAN (ASEAN Foundation) ....................... 154
17. Konferensi Koordinasi Komunitas Sosial Budaya ....... 156
ASEAN
(Coordinating Conference on the ASEAN
Socio-Cultural Community/SOC-COM)
18. Komite Pejabat-pejabat Senior Terkait Komunitas ....... 156
Sosial Budaya ASEAN
(Senior Official Committee on ASEAN
Socio-Cultural Community/SOCA)
19. Badan Komunitas Sosial Budaya ASEAN ................... 157
(ASEAN Socio-Cultural Community Council/ASCC)
BAB IV KERJA SAMA EKSTERNAL ASEAN ...................................... 159
A. Pendahuluan ..................................................................... 159
B. Kerja Sama ASEAN dengan Mitra Wicara Penuh ............. 161
viii
C. Kerja Sama ASEAN dengan Mitra Wicara Sektoral ........... 203
D. Kerja Sama ASEAN dengan Organisasi Internasional ...... 205
dan Kawasan
BAB V KERJA SAMA ASEAN DAN PERKEMBANGAN TERKINI ..... 217
A. Komisi Antar-Pemerintah ASEAN tentang HAM ................ 217
(ASEAN Inter-Governmental Commission on Human
Rights/AICHR)
B. Persetujuan Keistimewaan dan Kekebalan ASEAN ........... 218
(Agreement on Privileges and Immunities of ASEAN)
C. Komite Wakil Tetap untuk ASEAN ..................................... 219
(Committee of Permanent Representative/CPR to ASEAN)
D. ASEAN Security Outlook (ASO) ......................................... 220
E. Forum Maritim ASEAN (ASEAN Maritime Forum/AMF) ..... 221
F. Konektivitas ASEAN (ASEAN Connectivity) ...................... 222
G. Inisiatif untuk Integrasi ASEAN .......................................... 223
(Initiative for ASEAN Integration/IAI)
H. Komite ASEAN untuk Pemajuan dan Perlindungan ........... 225
Hak-hak Perempuan dan Anak
(ASEAN Commission on the Promotion and Protection
of the Rights of Women and Children/ACWC)
I. Komite ASEAN untuk Tenaga Kerja Migran ....................... 226
(ASEAN Committe on Migrant Workers)
J. Perubahan Iklim ............................................................... 227
K. Penanggulangan Bencana ................................................ 229
L. Arsitektur Kawasan ........................................................... 230
M. Keketuaan Indonesia dalam KTT 2011 .............................. 234
BAB VI PENUTUP ................................................................................ 237
LAMPIRAN
1. Identitas ASEAN ............................................................... 241
2. Profil Negara-negara ASEAN ............................................ 243
3. ASEAN Anthem ................................................................. 253
4. Singkatan ........................................................................... 254
5. Panitia Penyusun ............................................................... 275
ix
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Kawasan
Kawasan AsiaAsia Tenggara
Tenggara secara
secara
geopolitik
nilai
geopolitik
dan geoekonomi
strategis. Kondisi
mempunyaidan
tersebut
geoekonomi
menyebabkan kawasan mempunyai
ini menjadi
nilaipersaingan
ajang strategis.
pengaruh Kondisi
kekuatan
pada era Perang Dingin antara Blok
tersebut
Barat dan Blok Timur.menyebabkan
Salah satu bukti
persaingan
kawasan antarnegara
ini adidayaajang
menjadi dan
kekuatan besar pada waktu itu adalah
persaingan
Perang pengaruh
Vietnam antara Vietnam Utara ke-
yang didukung kekuatan Komunis dan
kuatan
Vietnam
pada
Selatan
era
yang
Perang
didukung
Dingin Barat
kekuatan antara Blok Amerika
pimpinan Barat
Serikat. Persaingan dua blok tersebut
dan Blok Timur.
menyeret negara-negara di kawasan
Salah
satu menjadi
ASEAN bukti persaingan
basis kekuatan militer
Blok Komunis dan Barat. Blok Komunis
antarnegara adidaya
di bawah komando Uni Soviet
dan
kekuatan besar
menempatkan pangkalanpada waktu
militernya di
Vietnam, sedangkan Blok Barat di
itu adalah Perang
bawah komando Amerika Serikat
Vietnam
Peta negara-negara anggota ASEAN. Sumber: antara Vietnam
menempatkan pangkalanUtara
militernyayang di
www.ogi12.wordpress.com
Filipina.
didukung kekuatan Komunis
dan Selain
Vietnam Selatan diyang
terjadi persaingan didukung
bidang ideologi kekuatan
antara kekuatan Barat Barat pimpinan
dan kekuatan Timur,
juga terjadi konflik
Amerika militer di
Serikat. kawasan Asia Tenggara
Persaingan dua yangtersebut
blok melibatkan tiga negara, yaitu
menyeret Laos,
negara-
Kamboja, dan Vietnam konflik bilateral, seperti konflik antara Indonesia dan Malaysia, Kamboja
negara
dan Vietnam;didan
kawasan ASEAN
konflik internal, seperti dimenjadi basis dan
Kamboja, Thailand, kekuatan
Indonesia. militer Blok
Komunis dan Barat. Blok Komunis di bawah komando Uni Soviet
Situasi persaingan pengaruh ideologi dan kekuatan militer yang dapat menyeret negara-
menempatkan
negara di kawasan Asiapangkalan
Tenggara kemiliternya di bersenjata
dalam konflik Vietnam, yangsedangkan
menghancurkanBlok
itu
membuat para pemimpin negara-negara di kawasan ASEAN sadar bahwa perlu ada suatu kerja
Barat di bawah komando Amerika Serikat menempatkan pangkalan
sama yang dapat meredakan sikap saling curiga di antara negara anggota serta mendorong
militernya
usaha di Filipina.
pembangunan bersama di kawasan.
Untuk mewujudkan gagasan para pemimpin tersebut beberapa inisiatif yang telah
Selain terjadi persaingan di bidang ideologi antara kekuatan
dilakukan, antara lain, adalah pembentukan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara
Barat dan
(Association kekuatan
of Southeast AsiaTimur, juga terjadi konflik militer
(ASA), MalayaPhilippinaIndonesia di kawasan
(MAPHILINDO), Traktat
Organisasi Asia Tenggara (South East Asia Treaty Organization)/SEATO), dan Dewan Asia-
Asia Tenggara yang melibatkan
Pasifik (Asia and Pacific Council/ASPAC). tiga negara, yaitu Laos, Kamboja,
dan Vietnam konflik bilateral, seperti konflik antara Indonesia dan
Meskipun mengalami kegagalan, upaya dan inisiatif tersebut telah mendorong para
Malaysia,
pemimpin Kamboja
di kawasan dan Vietnam;
untuk membentuk dan konflik
suatu organisasi internal,
kerja sama di kawasanseperti
yang lebihdi
Kamboja, Thailand, dan Indonesia.
1
pemimpin negara-negara di kawasan ASEAN sadar bahwa perlu
ada suatu kerja sama yang dapat meredakan sikap saling curiga
di antara negara anggota serta mendorong usaha pembangunan
bersama di kawasan.
membentuk kerja sama di berbagai bidang kepentingan bersama.
dalam kemitraan
yang dinamis
di tahun 2020.
Harapan tersebut
dituangkan dalam
Visi ASEAN 2020
yang ditetapkan
oleh para Kepala
Negara/Peme-
rintahan ASEAN
pada Konferensi
Tingkat Tinggi
(KTT) ASEAN
di Kuala Lumpur tanggal 15 Desember 1997. Selanjutnya, untuk
merealisa-sikan harapan tersebut, ASEAN mengesahkan Bali
Concord II pada KTT ASEAN ke-9 di Bali tahun 2003 yang me-
nyepakati pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community).
KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, tanggal 13 Januari 2007.
Dengan ditandatanganinya Deklarasi tersebut, para Pemimpin
ASEAN menyepakati percepatan pembentukan Komunitas ASEAN
dari tahun 2020 menjadi tahun 2015.
Seiring dengan upaya perwujudan Komunitas ASEAN, ASEAN
juga menyepakati untuk menyusun semacam konstitusi yang akan
menjadi landasan dalam penguatan kerja sama. Dalam kaitan
ini, proses penyusunan Piagam ASEAN dimulai sejak tahun 2006
melalui pembentukan Kelompok Ahli (Eminent Persons Group/EPG)
dan kemudian dilanjutkan oleh Gugus Tugas Tingkat Tinggi (High
Level Task Force) untuk melakukan negosiasi terhadap draf Piagam
ASEAN.
Pada usia ke-40 tahun ASEAN, para Kepala Negara/
Pemerintahan ASEAN pada KTT ke-13 ASEAN di Singapura bulan
November 2007 telah menandatangani Piagam ASEAN (ASEAN
Charter) yang mengubah ASEAN dari organisasi yang longgar (loose
association) menjadi organisasi yang berdasarkan hukum (rules-
based organization) dan menjadi subjek hukum (legal personality).
Piagam ASEAN mulai diberlakukan pada tanggal 15 Desember
2008 setelah semua negara anggota ASEAN menyampaikan ratifikasi
kepada Sekretaris Jenderal ASEAN. Peresmian mulai berlakunya
Piagam ASEAN tersebut dilakukan oleh Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono di Sekretariat ASEAN. Untuk Indonesia, pemberlakuan
Piagam ASEAN ini disahkan melalui Undang-Undang RI Nomor 38
Tahun 2008 tentang Pengesahan Piagam Perhimpunan Bangsa-
Bangsa Asia Tenggara (Charter of The Association of Southeast
Asian Nations). Implementasi Piagam ASEAN mulai ditegaskan
pada KTT ASEAN ke-14 di Hua Hin, Thailand, pada tanggal 28
Februari1 Maret 2009.
Dalam Piagam ASEAN tersebut tercantum ketetapan ASEAN
untuk membentuk komunitas ASEAN tahun 2015. Komunitas
ASEAN tersebut terdiri atas 3 pilar yaitu Komunitas Politik Keamanan
ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas Sosial Budaya
ASEAN.
Untuk mencapai terbentuknya Komunitas ASEAN 2015,
ASEAN menyusun Cetak Biru (Blue Print) dari ketiga pilar tersebut.
Cetak Biru Komunitas ASEAN tersebut merupakan pedoman arah
pembentukan Komunitas ASEAN di tiga pilar. Dari ketiga pilar
tersebut, Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN disahkan pada
KTT ASEAN ke-13 tahun 2007 di Singapura. Selanjutnya Cetak Biru
Komunitas Politik Keamanan ASEAN dan Cetak Biru Komunitas
Sosial Budaya ASEAN disahkan pada KTT ASEAN ke-14 tahun 2009
di Cha Am Hua Hin, Thailand. Di samping itu, pada KTT tersebut
para Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN juga menandatangani
Deklarasi Cha-am Hua Hin Mengenai Peta Jalan Pembentukan
Komunitas ASEAN 2009-2011 [Cha-am Hua Hin Declaration on the
Roadmap for an ASEAN Community (2009-2011)].
BAB II
PIAGAM ASEAN DAN CETAK BIRU
KOMUNITASBAB
ASEAN
II 2015
PIAGAM ASEAN DAN CETAK BIRU KOMUNITAS ASEAN 2015
A. Perkembangan
A. Perkembangan Pembentukan
Pembentukan Piagam ASEAN
Piagam ASEAN
ke-11. Berdasarkan
dan Indonesia diwakili olehdeklarasi
Duta Besar
Ali Alatas, mantan Menlu RI. Pada
tersebut, penyusunan Piagam
pertemuan EPG tersebut, Indonesia
ASEAN
menyampaikan mulai
proposaldilakukan
rekomendasi
awal yang dikenal dengan Alatas Paper
melalui pembentukan Kelom-
Sekjen ASEAN DR. Surin Pitsuwan dan Piagam ASEAN sebagai basis pembahasan EPG.
Sumber: Sekretariat ASEAN pok Ahli tentang
Kelompok ahli ini Piagam
kemudian
ASEAN
mengadakan(Eminent Persons
pertemuan-pertemuan
dan menyampaikan rekomendasi mengenai hal-hal yang dianggap perlu dimuat dalam
Group on the
Piagam kepada ASEAN
para Charter/EPG) yang
Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN. tugasnya menyusun
rekomendasi pembentukan Piagam tersebut. Setiap negara
Selanjutnya, pada KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina, melalui Deklarasi Cebu
mengirimkan
mengenai Cetak satu orang ASEAN
Biru Piagam wakil dan
para Indonesia diwakili oleh Duta
Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN
kemudian menginstruksikan para Menteri Luar Negeri negara-negara ASEAN untuk
Besar Ali Alatas, mantan Menlu RI. Pada pertemuan EPG
membentuk Gugus Tugas Tingkat Tinggi mengenai penyusunan Piagam ASEAN (High
tersebut,
Indonesia
Level Task menyampaikan proposal
Force on the drafting rekomendasi
of the awal yang dikenal
ASEAN Charter/HLTF), yang akan
menindaklanjuti hasil rekomendasi EPG menjadi suatu draf Piagam ASEAN. Dalam
dengan Alatas Paper sebagai basis pembahasan EPG. Kelompok
perundingan tersebut Indonesia diwakili oleh Dian Triansyah Djani, Direktur Jenderal
ahli ini ASEAN
Kerja Sama kemudian mengadakan
Departemen Luar Negeri. pertemuan-pertemuan dan
menyampaikan rekomendasi mengenai hal-hal yang
Indonesia menjadi tuan rumah untuk pembahasan konsep Piagam padadianggap perlu
dimuat
pertemuan dalam
EPG dan Piagam
HLTF.kepada para Kepala
Pada pertemuan EPG ke-3Negara/Pemerintahan
di Ubud, Bali, tahun 2006,
dilangsungkan konsultasi dengan masyarakat madani (civil cociety), Organisasi Non-
ASEAN.
Pemerintah, akademisi, dan perwakilan dari Majelis Antar-Parlemen ASEAN (ASEAN
Inter-Parliamentary Assembly/AIPA) dan pada pertemuan HLTF ke-7 di Jimbaran, Bali,
tahun Selanjutnya,
2007, dilakukanpada KTT dengan
konsultasi ASEANKomisi
ke-12Nasional
di Cebu, Filipina,
HAM
ASEAN yang membahas gagasan pembentukan Badan HAM ASEAN.
melalui
dari empat negara
(High Level Task Force on the drafting of the ASEAN Charter/HLTF),
yang akan menindaklanjuti hasil rekomendasi EPG menjadi suatu
draf Piagam ASEAN. Dalam perundingan tersebut Indonesia diwakili
oleh Dian Triansyah Djani, Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN
Departemen Luar Negeri.
ASEAN (Rules and Procedures ASEAN Coordinating Council and
ASEAN Community Councils), penyusunan Protokol Tambahan
tentang Mekanisme Penyelesaian Sengketa (Supplementary
Protocols on Dispute Settlement Mechanism), penyusunan
Perjanjian Negara Tuan Rumah (Host Country Agreement/HCA),
dan penyusunan ToR pembentukan Badan HAM ASEAN.
B. Tujuan dan Prinsip ASEAN
10
alam yang berkelanjutan, pelestarian warisan budaya, dan
kehidupan rakyat yang berkualitas tinggi.
10. Mengembangkan sumber daya manusia melalui kerja sama
yang lebih erat di bidang pendidikan dan pembelajaran
sepanjang hayat, serta di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, untuk pemberdayaan rakyat ASEAN dan penguatan
Komunitas ASEAN.
11. Meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak bagi
rakyat ASEAN melalui penyediaan akses yang setara terhadap
peluang pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan
sosial, dan keadilan.
12. Memperkuat kerja sama dalam membangun lingkungan yang
aman dan terjamin bebas dari narkotika dan obat-obat terlarang
bagi rakyat ASEAN.
13. Memajukan ASEAN yang berorientasi kepada rakyat yang
di dalamnya seluruh lapisan masyarakat didorong untuk
berpartisipasi dalam, dan memperoleh manfaat dari, proses
integrasi dan pembangunan komunitas ASEAN.
14. Memajukan identitas ASEAN dengan meningkatkan kesadaran
yang lebih tinggi akan keanekaragaman budaya dan warisan
kawasan.
15. Mempertahankan sentralitas dan peran proaktif ASEAN
sebagai kekuatan penggerak utama dalam berhubungan dan
bekerja sama dengan para mitra eksternal dalam arsitektur
kawasan yang terbuka, transparan, dan inklusif.
11
3. Menolak agresi dan ancaman atau penggunaan kekuatan
atau tindakan-tindakan lainnya dalam bentuk apa pun yang
bertentangan dengan hukum internasional;
4. Mengedepankan penyelesaian sengketa secara damai.
5. Memegang teguh prinsip tidak mencampuri urusan dalam
negeri negara-negara Anggota ASEAN.
6. Menghormati hak setiap Negara Anggota untuk menjaga
eksistensi nasionalnya bebas dari campur tangan eksternal,
subversi, dan paksaan.
7. Meningkatkan konsultasi mengenai hal-hal yang secara serius
mempengaruhi kepentingan bersama ASEAN.
8. Memegang teguh pada aturan hukum, tata kepemerintahan
yang baik, prinsip-prinsip demokrasi dan pemerintahan yang
konstitusional.
9. Menghormati kebebasan fundamental, pemajuan dan
perlindungan hak asasi manusia, dan pemajuan keadilan
sosial.
10. Menjunjung tinggi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
hukum internasional, termasuk hukum humaniter internasional,
yang disetujui oleh Negara-Negara Anggota ASEAN.
11. Memegang teguh prinsip tidak turut serta dalam kebijakan atau
kegiatan apa pun, termasuk penggunaan wilayahnya, yang
dilakukan oleh Negara Anggota ASEAN atau Negara non-
ASEAN atau subjek non-negara mana pun, yang mengancam
kedaulatan, integritas wilayah atau stabilitas politik dan ekonomi
Negara-Negara Anggota ASEAN.
12. Menghormati perbedaan budaya, bahasa, dan agama yang
dianut oleh rakyat ASEAN dengan menekankan nilai-nilai
bersama dalam semangat persatuan dalam keanekaragaman.
13. Mengutamakan sentralitas ASEAN dalam hubungan eksternal
di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya, dengan
tetap berperan aktif, berpandangan ke luar, inklusif dan
nondiskriminatif.
14. Memegang teguh prinsip berpegang teguh pada aturan
perdagangan multilateral dan rezim yang didasarkan pada
12
aturan ASEAN untuk melaksanakan komitmen ekonomi secara
efektif dan mengurangi secara progresif ke arah penghapusan
semua jenis hambatan menuju integrasi ekonomi kawasan
dalam ekonomi yang digerakkan oleh pasar.
13
Piagam ASEAN. Struktur organisasi sesuai Deklarasi Bangkok
atas: Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), Pertemuan Para Menteri
Luar Negeri ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting/AMM), Pertemuan
Kementerian Sektoral (Sectoral Bodies Ministerial Meeting), dan
Sidang Komite Tetap ASEAN (ASEAN Standing Committee/ASC).
14
9. Yayasan ASEAN (ASEAN Foundation) yang akan membantu
Sekjen ASEAN dalam meningkatkan pemahaman mengenai
ASEAN, termasuk pembentukan identitas ASEAN.
10. Entitas yang berhubungan dengan ASEAN (Entities
associated with ASEAN).
Gambaran Umum Kerangka Organisasi ASEAN,
Dewan Koordinasi ASEAN (ACC) dan Koordinator Dewan Komunitas
KTT
Gambaran Umum Kerangka Organisasi ASEAN, Garis Pelaporan
ASEAN
Dewan Koordinasi ASEAN (ACC) dan Koordinator Dewan Komunitas Garis Koordinasi
DEWAN KOORDINASI
ASEAN
SekretarisJenderalASEAN/SekretariatASEAN
(para Menteri Luar Negeri) KTT
Garis Pelaporan
ASEAN Garis Koordinasi
DEWAN KOORDINASI
ASEAN
DEWAN KOMUNITAS DEWAN KOMUNITAS DEWAN KOMUNITAS
SekretarisJenderalASEAN/SekretariatASEAN
(para Menteri Luar Negeri) POLITIK-KEAMANAN EKONOMI SOSIAL-BUDAYA
SekretariatNasionalASEAN
PARA MENTERI
ASEAN BADANASEAN
BADANASEAN BADAN
LUAR
(Menko NEGERI
Polhukam) (Menko Perekonomian) KEMENTERIAN
(Menko Kesra) KEMENTERIAN
KEMENTERIAN
ASEAN SEKTORAL SEKTORAL
KomiteWakilTetapASEAN
SEKTORAL
ASEAN ASEAN
ASEAN
E. Sekretariat ASEAN
ASEAN
7
E. Sekretariat
E. Sekretariat ASEAN ASEAN
Dalam dasawarsa
pertama sejak
Dalam Dalamdasawarsaberdirinya ASEAN pada
dasawarsa
e r t a m a tahun
p pertama s e sejak
jak 1967,
berdirinya ASEAN peningkatan
pada program
berdirinya
tahun
ASEAN
kerja 1967,sama telah
padapeningkatantahunmendorong
1967,
program berdirinya
p kerja
e n i n sama g ksebuah
a t telah
a n sekretariat
mendorong
program kerjaberdirinya
bersama.
sama Sekretariat ini
sebuah sekretariat
berfungsi untuk
telah
bersama.mendorong
Sekretariat
membantu ini negara-
berdirinya
berfungsi sebuah
negara untuk
anggota ASEAN
membantu bersama.
sekretariat negara-
dalam mengelola dan
negara anggota ASEAN mengkoordinasikan
Sumber: Sekretariat ASEAN
Sekretariat
Gedung Sekretariat ASEAN berlokasi di Jl. Sisingamaraja 70A Jakarta, Indonesia.
dalam mengelola berbagai
ini
dan kegiatan
Gedung Sekretariat ASEAN berlokasi di Jl. Sisingamaraja 70A Jakarta, Indonesia.
berfungsi untuk
mengkoordinasikan
ASEAN serta
melakukan kajian-kajian yang dibutuhkan.
Sumber: Sekretariat ASEAN
membantu
berbagai negara-
kegiatan
ASEAN serta
negara anggota yang
melakukan kajian-kajian
ASEAN dalam mengelola dan mengkoordinasikan
Pada KTTdibutuhkan.ke-1 ASEAN di Bali, tahun 1976, para Menteri Luar Negeri ASEAN
berbagai kegiatan ASEAN
menandatangani Persetujuan serta melakukan
Pembentukan kajian-kajian
Sekretariat yang
ASEAN (Agreement on the
dibutuhkan.
PadaEstablishment
KTT ke-1 ASEAN of thediASEAN Bali, tahun 1976, para
Secretariat). Menteri Luar
Sekretariat ASEAN Negeri ASEAN
berfungsi sejak tanggal 7
menandatangani Persetujuan
Juni 1976, dikepalai Pembentukan
oleh seorang Sekretariat
SekretarisASEAN Jenderal, (Agreement on the di Jakarta.
dan berkedudukan
Establishment
Pada of the
Pada KTT ASEAN
mulanya ke-1 Secretariat).
kantorASEAN Sekretariat
di Bali,
Sekretariat ASEAN ASEAN
tahun berfungsi
1976, para
bertempat disejak tanggal 7 Luar Negeri
Menteri
Departemen
Juni 1976, dikepalai
RepublikASEAN oleh seorang
Indonesia, Sekretaris
kemudian Jenderal,
setelah selesaidandibangun
berkedudukan pindahdike Jakarta.
gedung Sekretariat
PadaLuar Negeri
mulanyaASEAN kantor Sekretariat
di Jakarta,
menandatangani
tahunASEAN
Persetujuan
1981. bertempat di Departemen Luar Negeri
Pembentukan
Republik Indonesia, kemudian setelah selesai dibangun pindah ke gedung Sekretariat
ASEAN di Jakarta, tahun Pada 1981.awalnya, Sekretariat ASEAN berfungsi sebagai badan administratif yang
membantu koordinasi kegiatan ASEAN dan menyediakan jalur komunikasi 15 antara
Padanegara-negara
awalnya, Sekretariat anggota ASEANASEAN berfungsi
dengansebagai berbagai badan badan administratif
dan komite yangdalam ASEAN,
membantu koordinasi kegiatan ASEAN dan menyediakan
serta antara ASEAN dan negara-negara (Mitra Wicara ASEAN) atau organisasi lainnya. jalur komunikasi antara
negara-negara anggota ASEAN untuk
Selanjutnya dengan berbagai badan
memperkuat dan komite
Sekretariat ASEAN, dalam
paraASEAN,
Menteri Luar Negeri
serta antara ASEAN
ASEAN dan negara-negara (Mitra
mengamandemen Wicara ASEAN)
Persetujuan tentang atau organisasi
Sekretariat lainnya.
ASEAN melalui sebuah
Sekretariat ASEAN (Agreement on the Establishment of the
ASEAN Secretariat). Sekretariat ASEAN berfungsi sejak tanggal
7 Juni 1976, dikepalai oleh seorang Sekretaris Jenderal, dan
berkedudukan di Jakarta. Pada mulanya kantor Sekretariat ASEAN
bertempat di Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, kemudian
setelah selesai dibangun pindah ke gedung Sekretariat ASEAN di
Jakarta, tahun 1981.
16
Pada tahun-tahun selanjutnya jumlah staf Sekretariat ASEAN
bertambah secara signifikan. Perekrutan staf Sekretariat dilakukan
secara terbuka. Selain itu, diperkirakan terdapat sedikitnya 50--70
orang staf dari negara-negara anggota ASEAN yang akan bertugas
untuk membantu sekretariat dalam melayani Dewan Komunitas
Menteri (Ministerial Community Councils), Dewan Koordinasi
(Coordinating Council), dan Komite Perutusan Tetap (Committee of
Permanent Representatives). Sesuai dengan hasil Special ASEAN
Directors-General Meeting on the Restructuring of the ASEAN
Secretariat pada tanggal 18--19 September 2008 di Halong Bay,
Vietnam diperkirakan akan terdapat peningkatan sebanyak 33%
staf profesional sampai dengan tahun 2011.
Pada tahun 2008 Sekretariat ASEAN memiliki 230 staf dan
pada tahun 2010, staf Sekretariat ASEAN berjumlah 292 dengan
rincian 265 posisi telah terisi dan 27 posisi masih kosong. 265 posisi
yang telah terisi terdiri atas Sekretaris Jenderal, 4 Deputi Sekjen,
73 orang Openly Recruited Staff (ORS) dan 187 orang pegawai
setempat (Locally Recruited Staff/LRS). Indonesia menempatkan
Duta Besar Bagas Hapsoro sebagai Deputi Sekretaris Jenderal
untuk Urusan Komunitas dan Korporasi (Deputy Secretary General
for Community and Corporate Affairs) pada 7 Desember 2009.
Berikut adalah nama-nama Sekretaris Jenderal ASEAN hingga
tahun 2010.
1. Hartono Rekso Dharsono (Indonesia), 7 Juni 1976 18
Februari 1978;
2. Umarjadi Notowijono (Indonesia), 19 Februari-30 Juni 1978;
3. Datuk Ali Bin Abdullah (Malaysia), 10 Juli 1978-30 Juni 1980;
4. Narciso G. Reyes (Filipina), 1 Juli 1980-1 Juli 1982;
5. Chan Kai Yau (Singapura), 18 Juli 1982-15 Juli 1984;
6. Phan Wannamethee (Thailand), 16 Juli 1984-15 Juli 1986;
7. Roderick Yong (Brunei Darussalam), 16 Juli 1986-16 Juli
1989;
8. Rusli Noor (Indonesia), 17 Juli 1989-1 Januari 1993;
9. Datuk Ajit Singh (Malaysia), 1 Januari 1993-31 Desember
1997;
17
10. Rodolfo C. Severino (Filipina),1 Januari 1998-31 Desember
2002;
11. Ong Keng Yong (Singapura), 1 Januari 2003 31 Desember
2007;
12. DR. Surin Pitsuwan (Thailand), sejak 1 Januari 2008.
18
Aturan dan Regulasi Keuangan ASEAN (ASEAN Financial
Rules and Regulations/AFRP) diadopsi oleh ACC pada rangkaian
KTT ASEAN di Hanoi, April 2010. Hal penting yang dimuat
dalam AFRP ini adalah sumber Anggaran Operasional Tahunan
Sekretariat ASEAN meliputi kontribusi tahunan negara anggota dan
Pendapatan Dana Tambahan (Extra Budgetary Income/EBI) lain,
termasuk kontribusi sukarela dan sumbangan dari semua pihak,
tidak termasuk Dana Abadi (Trust Funds) dan Dana Proyek (Project
Funds). Pengelolaan anggaran pada Dana Abadi dan Dana Proyek
akan diatur dalam ToR setiap program kerja sama, kegiatan atau
proyek pada masing-masing Dana Abadi.
19
Sekretariat ASEAN. Untuk penghapusan barang modal, mekanismenya melalui Badan
Survei (Board of Survey/BOS), antara lain, melalui proses lelang.
G. Cetak
G. CetakBiru Komunitas
Biru Komunitas ASEAN
ASEAN 2015 2015
Komunitas
Komunitas PolitikPolitik
Keamanan ASEAN dibentuk
K e atujuan
dengan m amempercepat
n a n
ASEAN dibentuk
kerja sama politik keamanan
di ASEAN untuk
dengan tujuan di
mewujudkan perdamaian
m e m p termasuk
kawasan, e r c e pdengan
at
masyarakat internasional.
kerja
Sesuai
sama
Rencana
politikAksi
keamanan di
Komunitas Politik Keamanan
ASEAN, Komunitas
ASEAN bersifat
untuk
terbuka, menggunakan
m e w u j u d keamanan
pendekatan kan
KTT ASEAN ke-13 tahun 2007 di Singapura. Sumber: presidensby.info perdamaian
komprehensif di ka-
dan tidak
wasan, termasuk
ditujukan untuk membentuk
suatu pakta pertahanan/aliansi militer maupun kebijakan luar negeri bersama (common
dengan masyarakat internasional. Sesuai Rencana Aksi
foreign policy).
Komunitas Politik Keamanan ASEAN, Komunitas bersifat
Penggunaan istilah Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security
terbuka, menggunakan pendekatan keamanan komprehensif
Community/ASC) sebagaimana dicantumkan di dalam Rencana Aksi Vientianne
dan tidak Action
(Vientianne ditujukanPlan/VAP) untuk membentuk
kemudian diubah menjadisuatuKomunitas
pakta pertahanan/
Politik-Keamanan
ASEAN (ASEAN
aliansi militer maupun kebijakan
Political-Security luar negerisebagaimana
Community/APSC) dipakai dalam
bersama (common
Piagam ASEAN. Pemakaian istilah baru ini didasari pengertian bahwa kerja sama
foreign
ASEAN dipolicy).
bidang ini tidak terbatas pada aspek-aspek politik semata, tetapi juga pada
aspek-aspek keamanan.
Penggunaan istilah Komunitas Keamanan ASEAN
Konsep Cetak Biru APSC disusun berdasarkan kesepakatan KTT ASEAN ke-13
(ASEAN
tahun 2007 Security Community/ASC)
di Singapura sebagaimana
untuk menggantikan VAP dicantumkan
2004-2010. Konsep tersebut telah
di dalam
disahkan padaRencana
KTT ASEAN Aksi Vientianne
ke-14 (Vientianne
di Thailand, tahun 2009, danAction
dituangkanPlan/
dalam
Deklarasi Cha-am, Hua Hin, tentang Peta Jalan Komunitas ASEAN (Cha-am, Hua Hin
VAP) kemudian diubah menjadi Komunitas Politik-Keamanan
Declaration on the Roadmap for the ASEAN Community). Cetak Biru APSC tersebut
ASEAN
terdiri atas (ASEAN Political-Security
3 karakteristik, tindakan. Tiga karakteristikseba-
11 elemen, dan 137Community/APSC) tersebut
adalah:
gaimana dipakai dalam Piagam ASEAN. Pemakaian istilah
baru ini didasari pengertian bahwa kerja sama ASEAN di
bidang ini tidak terbatas pada aspek-aspek politik semata, 13
tetapi juga pada aspek-aspek keamanan.
20
APSC tersebut terdiri atas 3 karakteristik, 11 elemen, dan 137
tindakan. Tiga karakteristik tersebut adalah:
a. Komunitas Berbasis Aturan dengan Nilai dan Norma
Bersama (A Rules-based Community of Shared Values
and Norms) terdiri dari 2 elemen dan dijabarkan dalam 58
tindakan;
b. Sebuah Wilayah Terpadu, Damai dan Tangguh dengan
Tanggung Jawab Bersama untuk Keamanan Menyeluruh
(A Cohesive, Peaceful, Stable and Resilient Region
with Shared Responsibility for Comprehensive Security)
terbagi dalam 6 elemen dan 71 tindakan; dan
c. Kawasan yang Dinamis dan Berpandangan Keluar
dalam Dunia yang Semakin Terintegrasi dan Saling
Bergantung (A Dynamic and Outward Looking Region
in an Increasingly Integrated and Interdependent World)
yang dijabarkan dalam 3 elemen dan 8 tindakan.
21
Commission/SEANWFZ) dengan focal point Kementerian
Luar Negeri.
22
7) memperkuat sentralitas ASEAN; dan
8) memajukan hubungan dengan pihak eksternal.
23
masalah hukum yang tertunda (pending legal issues) dalam
Piagam ASEAN; (3) persiapan konsep Kesepahaman tentang
Kegiatan SEANWFZ (Memorandum on Activities under the
SEANWFZ) untuk Konferensi Kaji Ulang PBB tentang Traktat
Non-Proliferasi Nuklir (UN Review Conference on Nuclear
Non-Proliferation Treaty); (4) pembahasan Laut China Selatan
dan Deklarasi mengenai Aturan Para Pihak Laut Cina Selatan
(Declaration on the Conduct of Parties to the South China Sea/
DOC); dan (5) Program Kerja ASEAN tentang Kejahatan Lintas
Negara (ASEAN Work Programme on Transnational Crime);
dan menjadikan MLAT sebagai Perjanjian ASEAN.
Pada
Pada Pertemuan
Pertemuan Menteri
Menteri
Ekonomi Ekonomi
ASEAN (ASEAN
Economic Ministers/AEM) ke-39
ASEAN (ASEAN
tahun 2007 disepakati mengenai
Economic
naskah Cetak Ministers/
Biru Komunitas
Ekonomi ASEAN
AEM) ke-39 beserta
tahun jadwal
stategis yang mencakup inisiatif-
2007
inisiatif barudisepakati
serta peta jalan
mengenai
yang jelas untuk naskahmencapai
pembentukan AEC tahun 2015.
Cetak Biru Komunitas
Ekonomi ASEAN be-
Berkaitan dengan
disepakatinya konsep Cetak Biru
serta jadwal stategis
Komunitas Ekonomi ASEAN,
Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN.
Sumber: http://ditjenkpi.depdag.go.id yang
Pertemuan mencakupke-39 AEM
menyepakati Peta Jalan
inisiatif-inisiatif baruuntuk
Integrasi Sektor Jasa Logistik ASEAN (Roadmap for ASEAN Integration of the Logistics
serta peta
Services jalansebagai
Sector) yang jelas sektoruntuk mencapai
prioritas pembentukan
ke-12 untuk AEC dan
integrasi ASEAN
tahun 2015. Protokol untuk Mengamandemen Pasal 3 Perjanjian Kerangka Kerja
menandatangani
ASEAN untuk Sektor Integrasi Prioritas (Protocol to Amend Article 3 of the ASEAN
Agreement for the Integration of the Priority Sectors). 12 sektor prioritas
Framework
Berkaitan
dimaksud dengan disepakatinya
adalah produk-produk berbasis pertanian, konsep
perjalanan Cetak Biru e-
udara, otomotif,
Komunitas
ASEAN, elektronik,Ekonomi
perikanan, ASEAN, Pertemuan
kesehatan, produk karet danke-39 AEM
turunannya, tekstil,
pariwisata, produk Peta
menyepakati kayu, dan jasa logistik.
Jalan untuk Integrasi Sektor Jasa Logistik
ASEAN Cetak (Roadmap forEkonomi
Biru Komunitas ASEAN Integration
ASEAN of the pada
kemudian disahkan Logistics
Rangkaian
Services
Pertemuan KTT ke-13sebagai
Sector) sektor
ASEAN. Cetak prioritas
Biru ke-12
ini bertujuan untuk
untuk integrasi
menjadikan kawasan
ASEAN lebih stabil, sejahtera dan sangat kompetitif, memungkinkan bebasnya lalu lintas
ASEAN dan menandatangani Protokol untuk Mengamandemen
barang, jasa, investasi dan aliran modal. Selain itu, juga akan diupayakan kesetaraan
Pasal 3 Perjanjian
pembangunan Kerangka kemiskinan
ekonomi dan pengurangan Kerja ASEAN untuk sosial
serta kesenjangan Sektor
ekonomi
pada tahun 2015.
Integrasi Prioritas (Protocol to Amend Article 3 of the ASEAN
Framework Agreement
Cetak Biru Komunitas forASEAN
Ekonomi the Integration
merupakan rancangof the
utamaPriority
(master plan)
untuk membentuk Komunitas ASEAN tahun 2015 dengan mengidentifikasi langkah-
langkah integrasi ekonomi yang akan ditempuh melalui implementasi berbagai
komitmen yang rinci dengan sasaran dan jangka waktu yang jelas.
24
Dalam kaitan ini, ASEAN telah mengembangkan mekanisme Scorecard sebagai
alat untuk mengukur tingkat implementasi komitmen ekonomi ASEAN dan alat
komunikasi dengan para pemilik kepentingan. Scorecard memberikan gambaran
komprehensif mengenai kemajuan ASEAN dalam mengimplementasikan Cetak Biru
Sectors). 12 sektor prioritas dimaksud adalah produk-produk
berbasis pertanian, perjalanan udara, otomotif, e-ASEAN,
elektronik, perikanan, kesehatan, produk karet dan turunannya,
tekstil, pariwisata, produk kayu, dan jasa logistik.
Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN kemudian
disahkan pada Rangkaian Pertemuan KTT ke-13 ASEAN.
Cetak Biru ini bertujuan untuk menjadikan kawasan ASEAN
lebih stabil, sejahtera dan sangat kompetitif, memungkinkan
bebasnya lalu lintas barang, jasa, investasi dan aliran modal.
Selain itu, juga akan diupayakan kesetaraan pembangunan
ekonomi dan pengurangan kemiskinan serta kesenjangan
sosial ekonomi pada tahun 2015.
Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN merupakan
rancang utama (master plan) untuk membentuk Komunitas
ASEAN tahun 2015 dengan mengidentifikasi langkah-langkah
integrasi ekonomi yang akan ditempuh melalui implementasi
berbagai komitmen yang rinci dengan sasaran dan jangka
waktu yang jelas.
Dalam kaitan ini, ASEAN telah mengembangkan
mekanisme Scorecard sebagai alat untuk mengukur tingkat
implementasi komitmen ekonomi ASEAN dan alat komunikasi
dengan para pemilik kepentingan. Scorecard memberikan
gambaran komprehensif mengenai kemajuan ASEAN dalam
mengimplementasikan Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN.
Negara-negara ASEAN telah menyepakati 4 bentuk AEC
Scorecard, yaitu untuk Kepala Negara/Pemerintah, Menteri,
Pejabat Senior, dan Masyarakat Umum.
Proses penyempurnaan Scorecard hingga saat ini
masih terus dilakukan oleh ASEAN bekerja sama dengan
Institut Penelitian Ekonomi ASEAN dan Asia Timur (Economic
Research Institute for ASEAN and East Asia/ERIA). ERIA
merupakan lembaga riset yang membantu ASEAN dalam
mempromosikan integrasi ekonomi ASEAN dan Asia Timur
yang lebih luas.
Pada Pertemuan AEM Retreat ke-16 di Putra Jaya,
Malaysia, tanggal 27--28 Februari 2010, atas rekomendasi
25
Gugus Tugas Tingkat Tinggi mengenai Integrasi Ekonomi (High
Level Task Force on Economic Integration/HLTF-EI), AEM
menyetujui usulan ERIA terkait dengan cakupan Scorecard,
yaitu fasilitasi dan liberalisasi investasi, fasilitasi perdagangan
(khususnya terkait efektifitas bea cukai termasuk National Single
Window dan ASEAN Single Window), transportasi dan jasa
logistik. Disamping itu, ERIA juga diminta untuk fokus pada
langkah-langkah yang dapat ditindaklanjuti (implementable
measures) dan hasil-hasil yang memiliki dampak tinggi (high
impact outcomes), serta mengelaborasi isu terkait standardisasi
dan penyelarasan (standards and conformances), dan sektor
jasa yang mendukung peningkatan kualitas Scorecard.
Total langkah (measures) individual Indonesia menuju
pembentukan AEC 2015 adalah sebanyak 316 measures,
adapun pengukuran target (target measures) untuk periode 1
Januari 2008-31 Agustus 2009 adalah sebanyak 107 measures
dengan total score 80,37% yang merupakan penilaian atas
pelaksanaan sejumlah 86 measures. Total scorecard ASEAN
adalah 72,38%. Adapun urutan negara anggota ASEAN dalam
pencapaian scorecard yaitu Singapura (93,52%), Myanmar
(85,05%), Kamboja (83,33%), Laos (82,57%), Malaysia
(82,24%), Vietnam (81,31%), Indonesia (80,37%), Filipina
(80,19%), Thailand (78,90%), Brunei (74,58%).
Selain itu, ASEAN juga memiliki mekanisme Kaji Ulang
Paruh Waktu Komprehensif (Comprehensive Mid-Term
Review) atas AEC Blueprint. Dalam pertemuan AEM Retreat
ke-16, para menteri sepakat untuk meningkatkan perhatian
pada pelaksanaan measures yang memiliki hasil berdampak
kuat (high impact outcomes), antara lain, inisiatif fasilitasi
perdagangan (trade facilitation initiatives) termasuk ASEAN
Trade Repository (ATR), penghapusan hambatan non tarif
(Non-Tariff Barriers/NTBs), efisiensi kepabeanan, harmonisasi
atau saling pengakuan atas produk dan peraturan teknis.
Untuk menyeimbangkan capaian scorecard, prioritas juga
diarahkan pada implementasi Pilar ke-2 AEC Blueprint yang
dinilai memiliki dampak yang besar, khususnya dalam bidang
Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights/IPR),
kebijakan kompetisi (competition policy), dan pengembangan
26
dan pembiayaan infrastruktur (infrastructure development and
financing).
27
KTT ASEAN ke-14 di Thailand (Februari 2009). Penyusunan rancanga
Komunitas Sosial Budaya ASEAN ini dimaksudkan untuk memberik
(guidelines) bagi negara anggota ASEAN dalam persiapan menyongsong
Komunitas ASEAN tahun 2015 melalui pilar sosial budaya.
Cetak bir
untuk
kontribusi
memperkuat
ASEAN yan
pada masyara
centred)
memperkokoh
solidaritas, ke
rasa
KTT ASEAN ke-14 di HUa-Hin, Thailand 28 Februari 2009. masyarakat (
Sumber: presidensby.info
terhadap
Rancangan
Cetak biru Cetak Biru Komunitas
diarahkan Sosial Budaya
untuk memberikan ASEAN
kontribusi dalammemuat enam e
(Core Element)
memperkuat & 348
integrasi ASEAN Rencana Aksi (Action-lines).
yang berpusat pada masyarakat Struktur Cetak Bir
Sosial Budaya ASEAN
(people-centred) adalah sebagai
serta memperkokoh berikut. solidaritas,
kesadaran,
kemitraan, dan rasa kebersamaan masyarakat (We Feeling)
a. Pengantar
terhadap ASEAN.(Introduction)
Rancangan Cetak Biru Komunitas Sosial
Budaya ASEAN memuat enam elemen utama (Core Element)
&b. 348
Karakteristik
Rencanadan AksiElemen (Characteristic
(Action-lines). andCetak
Struktur Elements)
Biru
1) Pembangunan
Komunitas Sosial Budaya Manusia
ASEAN(Human berikut. terdiri dari 60 action
Development),
adalah sebagai
2) Perlindungan dan Kesejahteraan Sosial (Social Welfare and Prote
a. Pengantar (Introduction)
dari 94 action lines
b. 3)Karakteristik
Hak-Hak dan Keadilan
dan Elemen Sosial (Social
(Characteristic andJustice and Rights), terdiri d
Elements)
lines
4)1) Memastikan
Pembangunan Manusia (Human
Pembangunan yang Development),
Berkelanjutan (Ensuring E
terdiri dari 60 action lines
Sustainability), terdiri dari 98 action lines
5)2) Membangun
Perlindungan dan Kesejahteraan
Identitas ASEAN (Building Sosial (Social
ASEAN Identity), terdiri d
Welfare and Protection), terdiri dari 94 action lines
lines
6)3) Mempersempit
Hak-Hak dan Jurang Keadilan Pembangunan
Sosial (Social(Narrowing
Justice and the Developmen
dari 8 action lines
Rights), terdiri dari 28 action lines
4) Memastikan
c. Pelaksanaan Pembangunan
dan Kaji Ulang Cetakyang Berkelanjutan
Biru ASCC (Implementation and R
(Ensuring
ASCC Blueprint) Environmental Sustainability), terdiri dari
98 action lines
1) Mekanisme Pelaksanaan (Implementation Mechanism)
2)5) Mobilisasi
Membangun Sumber Daya (Resource
Identitas Mobilisation)
ASEAN (Building ASEAN
3) Strategi Komunikasi
Identity), terdiri dari(Communication
50 action lines Strategy)
4) Mekanisme Review (Review Mechanism)
6) Mempersempit Jurang Pembangunan (Narrowing
the Development Gap), terdiri dari 8 action lines
28
c. Pelaksanaan dan Kaji Ulang Cetak Biru ASCC
(Implementation and Review of the ASCC Blueprint)
1) Mekanisme Pelaksanaan (Implementation
Mechanism)
2) Mobilisasi Sumber Daya (Resource Mobilisation)
3) Strategi Komunikasi (Communication Strategy)
4) Mekanisme Review (Review Mechanism)
29
30
BAB III
PERKEMBANGAN KOMUNITAS
BAB III ASEAN
PERKEMBANGAN KOMUNITAS ASEAN
A. Komunitas Politik-Keamanan
A. Komunitas Politik-Keamanan
Selama
Selama 43 43 tahun
pendiriannya, ASEAN telah
tahun
menumbuhkan
tidak ditujukantujuan dan arah
untuk membentuk kerja
suatu pakta sama, khususnya
pertahanan/aliansi dalam
militer maupun kebijakan luar
negeri bersama (common foreign policy). Komunitas Politik Keamanan ASEAN juga mengacu
mempercepat integrasi kawasan. Hal ini terlihat semakin jelas
kepada berbagai instrumen politik ASEAN yang telah ada seperti Zona Bebas Senjata Nuklir
dengan Asiadisepakatinya
Tenggara (Zone of Visi
Peace,ASEAN
Freedom and2020 di KualaTraktat
Neutrality/ZOPFAN), Lumpur tahun
Persahabatan
Kerja Sama Negara-negara ASEAN (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia/TAC),
dan
31
bersama (common foreign policy). Komunitas Politik Keamanan
ASEAN juga mengacu kepada berbagai instrumen politik ASEAN
yang telah ada seperti Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara
(Zone of Peace, Freedom and Neutrality/ZOPFAN), Traktat
Persahabatan dan Kerja Sama Negara-negara ASEAN (Treaty of
Amity and Cooperation in Southeast Asia/TAC), dan Zona Bebas
Senjata Nuklir Asia Tenggara (Treaty on Southeast Asia Nuclear
Weapon-Free Zone/SEANWFZ) selain menaati Piagam PBB dan
prinsip-prinsip hukum internasional terkait lainnya.
32
Pertemuan AMM Retreat dan Pertemuan Para Menteri
Luar Negeri lainnya (Other Ministerial Meetings) telah
diadakan pada tanggal 13-14 Januari 2010, di Da Nang,
Vietnam. Pada pertemuan tersebut telah dibahas mengenai
berbagai inisiatif dan isu yang menjadi perhatian ASEAN.
Pertemuan memfokuskan pokok bahasan pada upaya untuk
membangun Komunitas ASEAN dengan ketiga pilarnya, yaitu
politik-keamanan, ekonomi, serta sosial dan budaya. Selain
itu, para Menlu juga melakukan tukar pandangan mengenai
prioritas ASEAN pada tahun 2010 serta isu-isu regional dan
internasional lainnya. Sebelum pertemuan AMM dengan
tema ASEAN Community 2015: From Vision to Action, telah
dilakukan Pertemuan Dewan Komunitas Politik-Keamanan
ke-3 (3rd Meeting of the ASEAN Political Security Community
Council/APSC Council) dan Dewan Koordinasi ASEAN (ASEAN
Coordinating Council/ACC).
Sebagai Ketua ASEAN dan tuan rumah pertemuan,
Vietnam mengusulkan beberapa isu yang patut menjadi
perhatian khusus Negara Anggota ASEAN, termasuk di
antaranya rencana penyelenggaraan KTT ASEAN ke-16 pada
bulan April 2010, Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN pada
bulan Juli 2010, dan KTT ASEAN ke-17 pada bulan Oktober
2010. Isu-isu lain yang menjadi perhatian adalah pembangunan
Komunitas ASEAN, evolusi arsitektur regional di kawasan
Asia Pasifik, sentralitas ASEAN, kerjasama dengan negara-
negara Mitra Wicara, dan program outreach di antara negara-
negara ASEAN. Sebagai bagian dari upaya perwujudan
Komunitas ASEAN, para Menlu juga bertukar pandangan
mengenai Konektivitas ASEAN (ASEAN Connectivity) sebagai
tindak lanjut dari Pernyataan Para Pemimpin ASEAN tentang
Konektivitas ASEAN (ASEAN Leaders Statement on ASEAN
Connectivity) yang ditandatangani pada saat KTT ASEAN ke-
15 di Cha-am Hua Hin, Thailand.
Dalam kapasitasnya sebagai Dewan Koordinasi ASEAN
(ASEAN Coordinating Council/ACC), para Menlu telah
mengesahkan Kerangka Acuan Satuan Tugas Tingkat Tinggi
tentang Konektivitas ASEAN (Terms of Reference of the High
Level Task Force on ASEAN Connectivity) yang memberi
33
mandat kepada para Pemimpin ASEAN untuk menyusun
rekomendasi bagi langkah-langkah penciptaan konektivitas di
antara negara-negara ASEAN pada KTT ASEAN ke-17 di Hanoi
tahun 2010. Indonesia memandang positif pengembangan
Konektivitas ASEAN guna mendukung program konektivitas
nasional melalui pembangunan infrastruktur di dalam negeri,
karena bagaimanapun pembangunan ekonomi memerlukan
dukungan kerjasama infrastruktur, komunikasi dan mobilitas
masyarakat.
34
hanya perlu mengakui pentingnya ASEAN sebagai kekuatan
pendorong (driving force) dalam proses tersebut, tetapi juga
penekanan terhadap pembangunan Komunitas ASEAN sebagai
bagian dari proses dimaksud. Pada bagian yang sama, upaya
pengembangan Komunitas ASEAN juga perlu dilaksanakan
melalui program-program nasional, sehingga pada akhirnya
mampu meningkatkan sentralitas ASEAN.
35
(East Asia Summit/EAS) yang juga sejalan dengan pemikiran
yang dikembangkan oleh Indonesia, yaitu mengundang
Amerika Serikat (AS) dan Rusia dalam mekanisme EAS. Bagi
Indonesia, masuknya kedua negara sejalan dengan strategi
geopolitik Indonesia mengenai keseimbangan yang dinamis
(dynamic equilibrium) di kawasan Asia Pasifik. Dengan
perluasan EAS, ASEAN secara fleksibel mempertahankan
sentralitasnya dan tidak ada kekuatan yang mendominasi.
36
Senjata Nuklir Asia Tenggara (Southeast Asia Nuclear-
Weapon-Free Zone/SEANWFZ). Sebagai komponen penting
dari Deklarasi Kawasan Damai, Bebas, dan Netral (Zone of
Peace, Freedom and Neutrality/ZOPFAN), Traktat SEANWFZ
mengekspresikan tekad ASEAN untuk member sumbangan
terhadap upaya menuju perlucutan senjata nuklir secara
lengkap dan umum, serta mendorong perdamaian dan
keamanan internasional. Selain itu, Traktat ini juga bertujuan
untuk melindungi kawasan dari pencemaran lingkungan dan
bahaya yang disebabkan oleh sampah radio aktif dan bahan-
bahan berbahaya lainnya.
37
perjanjian perlindungan dan Konvensi Pemberitahuan
Awal Kecelakaan Nuklir Badan Tenaga Atom Internasional
(International Atomic Energy Agency (IAEA) safeguards
agreements and the Convention on Early Notification of
Nuclear Accident), mempertimbangkan untuk mengakses
instrumen internasional lainnya, mengimplementasikan
suatu sistem pengendalian (control system) untuk
memverifikasi ketaatan pada kewajiban Negara Pihak di
bawah Traktat SEANWFZ, dan membentuk suatu rejim
keamanan nuklir kawasan. Terkait mengenai aksesi
Konvensi Pemberitahuan Awal Kecelakaan Nuklir Badan
Tenaga Atom Internasional, seluruh Negara Anggota
ASEAN kecuali Brunei Darussalam, Kamboja, dan Laos
telah mengaksesinya (per tanggal 19 Juni 2009).
b. Aksesi oleh Negara pemilik Senjata Nuklir (Accession
by Nuclear Weapon States). Keinginan ASEAN agar
Perancis, Rusia, Amerika Serikat dan Inggris (P4)
mengaksesi Traktat SEANWFZ masih terkendala pada
4 (empat) isu mengenai hak transit dan kunjungan pada
pelabuhan/lapangan udara (transit rights and Port/Airfield
Visits), kedaulatan, (sovereignty), zona aplikasi (zone of
application) dan Negative Security Assurance.
Salah satu kendala yang dihadapi adalah adanya
perbedaan antar Negara Pihak yang berkaitan dengan
hak transit dan kunjungan pada pelabuhan, yaitu
ketentuan mengenai hak prerogatif Negara Pihak
untuk mengijinkan pesawat atau kapal laut memasuki
wilayah perairan maupun teritorialnya. Hak prerogatif ini
menimbulkan perdebatan karena dalam implementasinya
akan bertentangan dengan Pasal 3.2 (a) dan (b) Traktat
SEANWFZ yang melarang Negara Pihak mengijinkan
kapal dan pesawat terbang yang mengembangkan,
memproduksi dan membawa senjata nuklir memasuki
wilayah teritorialnya.
Mengenai kedaulatan, pihak NWS masih memerlukan
klarifikasi mengenai kesepakatan Negara Pihak dengan
China mengenai penghormatan atas kedaulatan. Intinya
tidak ada keberatan mengenai formulasi paragraf dalam
38
Traktat, tetapi NWS berhati-hati untuk menyetujui berbagai
ketentuan yang mengarah pada isu kedaulatan.
Mengenai zona penerapan, NWS menolak Zone Ekslusif
Ekonomi (ZEE) sebagai wilayah penerapan Traktat
SEANWFZ, dan mengusulkan landas batas kontinen
sebagai zona penerapannya. Menurut NWS, ZEE
hanya diperuntukkan bagi kepentingan ekonomi dan
pemanfaatan sumber daya alam.
Terkait negative security assurance, untuk menjamin
bahwa NWS tidak menggunakan atau mengancam
menggunakan senjata nuklir terhadap negara non-nuklir,
permasalahan terletak pada daerah penerapannya,
sebagaimana isu mengenai Zona Penerapan.
39
diri secara sukarela (voluntary self-restraints). Dengan
demikian, ZOPFAN tidak mengesampingkan peranan kekuatan
besar, tetapi justru memungkinkan keterlibatan mereka secara
konstruktif dalam penanganan masalah-masalah keamanan
kawasan.
40
k. Larangan memakai, menyimpan, mempertukarkan
maupun melakukan pencobaan senjata nuklir dan
komponen terkaitnya di kawasan
l. Hak untuk berdagang secara bebas dengan setiap negara
atau lembaga internasional terlepas dari perbedaan
sistem budaya dan politik
m. Hak untuk mendapat bantuan secara bebas untuk
maksud memperkuat ketahanan nasional, kecuali jika
bantuan tersebut tidak sesuai dengan tujuan pencapaian
kawasan.
n. Kerja sama regional yang efektif di antara masing-masing
negara.
41
saat ini dan di masa mendatang. Kegiatannya antara lain
adalah meningkatkan transparansi dan keterbukaan melalui
voluntary briefing mengenai kebijakan pertahanan dan
keamanan nasional masing-masing Negara Anggota ASEAN.
Pembentukan dan Pembagian Norma (Shaping and
Sharing Norms) melalui dukungan pada pengembangan
dan adopsi norma untuk memajukan perdamaian dan
keamanan regional serta memajukan kerjasama ASEAN
bidang pertahanan dan keamanan. Kegiatannya antara lain
mendukung implementasi Piagam ASEAN, mendukung aksesi
TAC, implementasi Deklarasi pada Perilaku Partai di Laut
China Selatan (Declaration on the Conduct (DOC) of Parties in
the South China Sea), penandatanganan Traktat SEANWFZ,
implementasi Konvensi Kontra Terorisme ASEAN (ASEAN
Convention on Counter Terrorism/ACCT), memajukan kerja
sama bidang Keamanan Maritim ASEAN (ASEAN maritime
security), serta isu-isu lintas batas negara (trans-boundary).
Pencegahan Konflik (Conflict Prevention) melalui
memajukan mutual trust and confidence serta memperkuat
confidence building measures (CBM). Kegiatannya antara lain
bertukar pandangan mengenai tantangan dan isu-isu pertahanan
dan keamanan di kawasan, memajukan transparansi dan
keterbukaan dengan saling tukar informasi dan memajukan
kerja sama bidang penanggulangan bencana.
Resolusi Konflik (Conflict Resolution) melalui pemajuan
pembentukan mekanisme bagi penyelesaian sengketa secara
damai (peaceful settlement of disputes) serta memajukan kerja
sama regional untuk menjaga perdamaian dan stabilitas.
Pembangunan Perdamaian Pasca Konflik (Post Conflict Peace
Building) melalui pemberian bantuan kemanusiaan di wilayah
konflik.
Pertemuan ke-3 ADMM di Pattaya, Thailand, tanggal 25-
26 Februari 2009, menyepakati 3 (tiga) dokumen yang akan
menjadi rujukan kerjasama konkrit dalam kerangka ADMM,
yaitu Kertas Konsep mengenai Pengunaan Aset Militer ASEAN
dan Kapasitas Bantuan Kemanusiaan dan Penanggulangan
42
Bencana (Concept Paper on the Use of ASEAN Military
Assets and Capacities in Humanitarian Assistance and
Disaster Relief/HADR), Paparan Konsep mengenai Pendirian
Pertahanan ASEAN dan Organisasi Masyarakat Sipil terhadap
Keamanan Non-tradisional (Concept Paper on ASEAN
Defence Establishments and Civil Society Organizations
[CSOs] Cooperation on Non-Traditional Security), dan Paparan
Konsep mengenai ADMM Plus: Prinsip Keanggotaan (Concept
Paper on ADMM-Plus: Principles for Membership).
43
ADMM Table Top Exercise on HADR yang akan
diselenggarakan Indonesia bekerja sama dengan
Singapura pada awal 2011, Latihan Penanggulangan
Bencana ARF (ARF Disaster Relief Exercise/ARF DiREx)
tahun 2011 di Manado. Kegiatan-kegiatan tersebut juga
akan digunakan sebagai referensi guna mengisi Bab VI
terkait penggunaan kapasitas militer dalam Perjanjian
Penanggulangan Bencana dan Tanggapan Keadaan
Darurat ASEAN (ASEAN Agreement on Disaster
Management and Emergency Response/AADMER).
b. Kegiatan terkait dengan kerja sama masyarakat madani
(Civil Society Organizations/CSOs) dengan institusi
pertahanan dalam penanggulangan masalah keamanan
non-tradisional yang digagas Thailand. Melalui Kertas
Konsep mengenai Pendirian Pertahanan ASEAN dan
Organisasi Masyarakat Sipil terhadap Keamanan Non-
tradisional, Thailand, bekerja sama dengan Malaysia, telah
menyelenggarakan dua (2) kali Workshop yaitu Workshop
mengenai Pendirian Pertahanan ASEAN dan Organisasi
Masyarakat Sipil terhadap Keamanan Non-tradisional:
Bantuan Kemanusiaan dan Bencana (International
Workshop on ASEAN Defense Establishments and Civil
Society Organizations Cooperation on Non-Traditional
Security: Humanitarian Assistance and Disaster Relief)
tanggal 7-10 Juni 2009, serta Workshop ke-2 pada
28-29 Juli 2010 di Bangkok. Workshop tersebut telah
menghasilkan rekomendasi dan meningkatkan jejaring
bagi upaya bersama menanggulangi ancaman keamanan
non-tradisional.
c. Kerjasama industri pertahanan ASEAN yang digagas
Malaysia melalui Paparan Konsep mengenai Promosi
Kerja Sama Industrial antar Negara Anggota ASEAN
(Concept paper on Promoting Defence Industrial
Cooperation amongst ASEAN Member States).
Usulan dimaksudkan selain untuk membangun
jejaring dan kerja sama industri pertahanan di antara
negara-negara ASEAN, juga upaya mempromosikan
potensi ASEAN dalam mencukupi kebutuhan alat-alat
44
pertahanan yang mandiri. Dalam kaitan ini, Malaysia telah
menyelenggarakan Dialog Industri Pertahanan ke-1 (the
1st ASEAN Defence Industry Dialogue) yang diadakan
pada tanggal 22 April 2010 di Kuala Lumpur.
Penyelenggaraan dialog tersebut dimaksudkan mem-
peroleh perspektif tentang kemungkinan kerja sama di
bidang industri pertahanan ASEAN. Dari dialog tersebut,
muncul gagasan untuk mendirikan Dewan Industri
Pertahanan ASEAN (ASEAN Defence Industry Council)
disamping pembentukan Kelompok Kerja Industri
Pertahanan (Joint Working Group on Defence Industries)
untuk mendorong upaya pengembangan kerja sama
industri pertahanan di ASEAN.
Untuk pengembangan selanjutnya dari upaya tersebut,
Malaysia bersama Indonesia akan bersama-sama
mengembangkan Kertas Konsep Promosi Kerja Sama
Pertahanan Industri antar Negara Anggota ASEAN
(Concept Paper Promoting Defence Industrial Cooperation
amongst ASEAN Member States) yang akan menjadi
bahan pada Pertemuan ADMM tahun 2011 di Indonesia.
Sejalan dengan Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun
2011, maka Indonesia juga akan menjadi Ketua pada
rangkaian pertemuan ADMM sepanjang tahun 2011.
Dalam kaitan ini, Indonesia telah merencanakan berbagai
kegiatan dan merancang jadwal pertemuan seperti
ASEAN Defence Senior Official (ADSOM), ADSOM
Working Group, ADMM, termasuk kemungkinan bila ada
usulan pertemuan ADMM Plus Retreat, ADSOM Plus,
maupun Pertemuan Kelompok Kerja Ahli (Expert Working
Group). Jadwal tentatif resmi pertemuan dalam kerangka
ADMM 2011 ini akan disirkulasikan setelah KTT ASEAN
bulan Oktober 2010.
45
menciptakan kawasan yang damai dan stabil. Melihat pada
sensitivitasnya, Negara Anggota ASEAN menyepakati bahwa
proses pembentukan ADMM Plus harus nyaman bagi semua
(comfortable to all) dan ASEAN harus tetap menjadi kekuatan
pendorong (driving force).
Pada Pertemuan ke-4 ADMM yang dilaksanakan pada
tanggal 10-13 Mei 2010, di Hanoi, Vietnam, telah membahas
konsep ADMM Plus dan menyepakati serta mengesahkan
revisi konsep konfigurasi dan komposisi ADMM Plus. Selain
itu, Pertemuan mendukung penyelenggaraan inagurasi ADMM
Plus di Vietnam. Lebih lanjut, Pertemuan menyepakati dan
mengesahkan revisi paparan konsep mengenai modalitas dan
prosedur ADMM Plus.
Konsep ADMM Plus yang disepakati sementara mencakup
8 (delapan) negara, yaitu Australia, Cina, India, Jepang,
Selandia Baru, Republik Korea, Rusia dan Amerika Serikat.
Mitra Dialog ASEAN lainnya dapat dipertimbangkan apabila
mereka memenuhi syarat keanggotaan dalam ADMM Plus
sebagaimana telah dirumuskan pada Pertemuan ke-3 ADMM
tahun 2009. Pertemuan juga mencatat dukungan negara-
negara kepada Vietnam yang berharap dapat melaksanakan
peresmian/inagurasi ADMM Plus yang dijadwalkan pada bulan
Oktober 2010.
Pertemuan ke-4 ADMM menyepakati antara lain:
Paparan Konsep mengenai ADMM Plus: Konfigurasi dan
Komposisi (Concept Paper on ADMM Plus: Configuration
and Composition); Paparan Konsep mengenai ADMM Plus:
Modalitas dan Prosedur (Concept Paper on ADMM Plus:
Modalities and Procedures), dan Deklarasi Bersama ADMM
ke-4 (Joint Declaration of the 4th ADMM).
Pertemuan ADMM Plus menurut rencana akan
dilaksanakan pada 12 Oktober 2011. Pertemuan ini akan
dilakukan back-to-back dengan ADMM Retreat yang
dijadwalkan pada 11 Oktober 2010 di Hanoi, Vietnam.
46
a. Kertas Konsep ADMM Plus: Prinsip Keanggotaan (Concept
Paper on ADMM Plus: Principles for Membership)
b. Kertas Konsep ADMM Plus: Konfigurasi dan Komposisi
(Concept Paper on ADMM Plus : Configuration and
Composition)
c. Kertas Konsep ADMM Plus: Modalitas dan Prosedur
(Concept Paper on ADMM Plus: Modalities and
Procedures)
d. Kertas Diskusi mengenai Potensi, Prospek, dan Arah
Kerja Sama Praktis dalam Kerangka ADMM Plus
(Discussion Paper on the Potential, Prospect, and
Direction of Practical Cooperation in the Framework of
the ADMM Plus)
e. Konsep Deklarasi Bersama mengenai Pertemuan
Inagurasi ADMM Plus (Draft Joint Declaration on the
inaugural meeting of the ADMM Plus).
47
adanya keragaman sistem hukum yang ada di kawasan Asia
Tenggara dan untuk itu harus dlakukan kerja sama di bidang
hukum, terutama menyangkut permasalahan yang menjadi
keprihatinan bersama. Kerja sama di bidang hukum ini meliputi
tiga aspek, yaitu:
a. Pertukaran bahan-bahan mengenai masalah kriminal;
b. Kerjasama di bidang peradilan; dan
c. Pendidikan dan riset di bidang hukum.
48
on Transnational Crime/SOMTC) sebagai sub-ordinasinya.
Pertemuan dibentuk dalam upaya menangani kejahatan lintas
batas yang mempengaruhi kawasan Asia Tenggara, seperti
terorisme, perdagangan narkotika, penyelundupan senjata,
pencucian uang, perdagangan manusia dan pembajakan, yang
berpotensi untuk mengganggu perdamaian, kemakmuran dan
kemajuan ASEAN..
49
Memorandum Kesepakatan ASEAN-China tentang Kerja
Sama Isu Keamanan Non-tradisional (ASEAN-China MOU for
Cooperation in Non-Traditional Security Issues). ACPoA on
CT diharapkan dapat menjadi kerangka kerja implementasi
Konvensi Kontra Terorisme ASEAN (ASEAN Convention on
Counter Terrorism/ACCT) yang masih dalam proses ratifikasi
oleh negara ASEAN. Negara-negara ASEAN yang telah
meratifikasi ACCT adalah Singapura, Thailand, Filipina dan
Kamboja. Indonesia saat ini masih dalam proses ratifikasi.
Pertemuan AMMTC berikutnya akan diadakan pada 11
November 2011 di Bali, Indonesia.
50
a. Meningkatkan dialog dan konsultasi yang konstruktif
mengenai isu politik dan keamanan yang menjadi
kepentingan dan keprihatinan bersama; dan
b. Untuk menghasilkan kontribusi yang signifikan terhadap
upaya menuju peningkatan kepercayaan (confidence
building) dan diplomasi pencegahan (preventive
diplomacy) di kawasan Asia-Pasifik.
51
e. Pemajuan transparansi melalui kegiatan pertukaran
informasi terkait kebijakan pertahanan serta publikasi
buku putih pertahanan tiap negara
f. Membangun jaringan antar pejabat-pejabat keamanan,
pertahanan dan militer di tingkat nasional masing-masing
negara peserta ARF
52
8. Dewan Komunitas Politik Keamanan ASEAN (ASEAN
Political Security Council/APSC Council) dan Dewan
Koordinasi (ASEAN Coordinating Council)
53
Dewan Koordinasi ASEAN (ASEAN Coordinating Council) terdiri dari Menteri Luar
Negeri ASEAN dan bertemu sekurang-kurangnya dua kali setahun dengan tugas
mengoordinasikan Dewan Komunitas ASEAN (ASEAN Community Councils). Dewan
Koordinasi ASEAN didukung oleh pejabat-pejabat tinggi yang relevan.
Tingkat Tinggi ASEAN; e) mempertimbangkan laporan
Dewan Koordinasi ASEAN bertugas antara lain untuk: a) menyiapkan pertemuan-
tahunan Sekretaris Jenderal mengenai hasil kerja ASEAN; f)
pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN; b) mengoordinasikan pelaksanaan perjanjian-
mempertimbangkan
perjanjian dan keputusan-keputusanlaporanKonferensi
Sekretaris Jenderal
Tingkat Tinggi mengenai
ASEAN; c) berkoordinasi
dengan Dewan-Dewan Komunitas ASEAN untuk meningkatkan ASEAN
fungsi-fungsi dan kegiatan-kegiatan Sekretariat keterpaduan kebijakan,
serta
efisiensi, danbadan-badan relevan lain;
kerja sama antar-mereka; g) menyetujui pengangkatan
d) mengoordinasikan laporan-laporan Dewan-Dewan
Komunitas
dan ASEAN kepada Konferensi
pengakhiran para Deputi Tingkat Tinggi ASEAN;
Sekretaris e) mempertimbangkan
Jenderal ASEAN laporan
tahunan Sekretaris Jenderal mengenai hasil kerja ASEAN; f) mempertimbangkan laporan
berdasarkan rekomendasi Sekretaris Jenderal; dan h)
Sekretaris Jenderal mengenai fungsi-fungsi dan kegiatan-kegiatan Sekretariat ASEAN serta
menjalankan
badan-badan tugas-tugas
relevan lain; g) menyetujuilain yang diatur
pengangkatan dalam Piagam
dan pengakhiran para Deputi Sekretaris
ASEAN
Jenderal ASEAN atau fungsi-fungsi
berdasarkan lainnya Sekretaris
rekomendasi seperti yang ditetapkan
Jenderal; dan h)oleh
menjalankan tugas-
tugas lain yang diatur
Konferensi dalam Tinggi
Tingkat PiagamASEAN.
ASEAN atau fungsi-fungsi lainnya seperti yang ditetapkan
oleh Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN.
B. Komunitas
B. Komunitas Ekonomi
Ekonomi
Bersamaaan
Bersamaaan dengan dengan ditandatanganinya
dASEAN
i t a n dCharter,
a t a n gpara a n pemimpin
i n y a ASEAN juga
menandatangani
ASEAN Charter, Cetak para Biru Komunitas
Ekonomi ASEAN yang merupakan master plan
pemimpin ASEAN juga
bagi ASEAN menuju terbentuknya Komunitas
menandatangani
Ekonomi ASEAN (KEA) Cetak
pada tahun 2015.
Biru
Cetak Komunitas
Biru Ekonomi
tersebut mengidentifikasikan
langkah-langkah
ASEAN yang integrasi
merupakan ekonomi yang akan
ditempuh melalui implementasi berbagai
master plan bagi ASEAN
komitmen yang rinci dengan sasaran dan target
menuju
waktu yang jelas.terbentuknya
Target waktu tersebut terbagi
Komunitas
dalam 4 (empat) fase Ekonomi
yaitu 2008-2009, 2010-
2011, 2012-2013
ASEAN (KEA) dan pada 2014-2015.
tahun
2015. Cetak Biru tersebut
ASEAN berperan dalam mengembangkan usaha Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN
kecil dan menengah. Sumber:
m e n g i d4 e(empat)
memiliki n t i f i kkarakteristik
a s i k a n utama, yakni
www.mediaindonesia.com langkah-langkah
untuk mewujudkan ASEAN integrasi
sebagai:
ekonomi yang akan
1. Pasar tunggal
ditempuh melaluidan implementasi
basis produksi, dengan
berbagai 5 (lima) elemen utama
komitmen yang yaitu:
rinci (i) aliran bebas
barang, (ii) aliran bebas jasa, (iii) aliran bebas investasi, (iv) aliran bebas tenaga kerja
dengan sasaran
terampil, dan (iv)dan target
aliran modalwaktu yangbebas.
yang lebih jelas.DiTarget
sampingwaktukelima tersebut
elemen tersebut, pasar
terbagi dalam
tunggal 4 (empat)
dan basis produksi fase yaitu 2008-2009,
juga mencakup 2010-2011,
2 (dua) komponen penting 2012-
lainnya, yaitu Sektor
2013 dan 2014-2015.
Integrasi Prioritas (Sectors Integration Priority/PIS) dan kerjasama di bidang pangan,
pertanian, dan kehutanan.
2.
Kawasan
Cetak ekonomi yang berdaya
Biru Komunitas saing tinggi,
Ekonomi ASEAN dengan 6 (enam)
memiliki elemen utama yaitu : (i)
4 (empat)
karakteristik utama, yakni untuk mewujudkan ASEAN sebagai: kekayaan intelektual
kebijakan persaingan usaha, (ii) perlindungan konsumen, (iii) hak atas
(HKI), (iv) pembangunan infrastruktur, (v) perpajakan, dan (vi) e-commerce.
3.
1. Kawasan
Pasar dengan pembangunan
tunggal dan basis ekonomi
produksi,yangdengan
setara, dengan
5 (lima)2 (dua) elemen utama yaitu:
elemen
(i) pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM), dan (ii) inisiatif integrasi ASEAN
utama yaitu: (i) aliran bebas barang, (ii) aliran bebas jasa,
(Inisiative for ASEAN Integration/IAI).
(iii) aliran bebas investasi, (iv) aliran bebas tenaga kerja
33
54
terampil, dan (iv) aliran modal yang lebih bebas. Di samping
kelima elemen tersebut, pasar tunggal dan basis produksi
juga mencakup 2 (dua) komponen penting lainnya, yaitu
Sektor Integrasi Prioritas (Sectors Integration Priority/PIS) dan
kerjasama di bidang pangan, pertanian, dan kehutanan.
2. Kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, dengan 6
(enam) elemen utama yaitu : (i) kebijakan persaingan usaha,
(ii) perlindungan konsumen, (iii) hak atas kekayaan intelektual
(HKI), (iv) pembangunan infrastruktur, (v) perpajakan, dan (vi)
e-commerce.
3. Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara, dengan
2 (dua) elemen utama yaitu: (i) pengembangan usaha kecil dan
menengah (UKM), dan (ii) inisiatif integrasi ASEAN (Inisiative
for ASEAN Integration/IAI).
4. Kawasan yang terintegrasi ke dalam ekonomi global, dengan
2 (dua) elemen utama yaitu: (i) pendekatan terpadu terhadap
ekonomi di luar kawasan, dan (ii) peningkatan partisipasi dalam
jaringan pasokan global.
55
(inclusive), dan berorientasi pada pasar (market-driven) sesuai
dengan aturan-aturan multilateral serta memperhatikan perbedaan
tingkat pembangunan dan kesiapan masing-masing negara
anggota ASEAN melalui penerapan formulasi ASEAN minus X.
Selain itu, ASEAN harus patuh terhadap sistem berdasarkan aturan
hukum (rules-based systems) agar pemenuhan dan implementasi
komitmen-komitmen ekonomi dapat berjalan efektif.
56
dengan standardisasi dan kesesuaian (standards and conformances),
dan sektor jasa yang mendukung terhadap peningkatan kualitas
AEC Scorecard.
57
1. Pertemuan Para Menteri Ekonomi ASEAN (ASEAN
Economic Ministers Meeting /AEM)
AEM merupakan badan tertinggi dalam menentukan kebijakan
kerja sama ekonomi ASEAN. AEM bertugas untuk mewujudkan
ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, kawasan
ekonomi yang berdaya saing tinggi dan kawasan yang terintegrasi
penuh dengan ekonomi global.
AEM mengadakan pertemuan pertama pada bulan November
1975 di Jakarta. Sidang AEM diadakan sekali dalam setahun.
Selain itu diadakan pula AEM Retreat (dua kali dalam setahun atau
sesuai kebutuhan) dan Preparatory AEM menjelang pelaksanaan
KTT. AEM didukung oleh Pertemuan Para Pejabat Tinggi Ekonomi
ASEAN (ASEAN Senior Economic Officials Meeting atau SEOM)
yang pertemuanya diadakan dua kali dalam setahun. Selain itu,
AEM didukung oleh Gugus Tugas Integrasi Ekonomi ASEAN (High
Level Task Force on Economic Integration atau HLTF-EI) dan
Dewan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade
Area Council).
Lingkup pembahasan dalam AEM mencakup isu-isu seperti
perindustrian, perdagangan barang, perdagangan jasa dan
investasi.
58
pada bulan Nopember 1999 merupakan inisiatif kerjasama
di sektor industri yang saat ini terus dikembangkan.
AICO merupakan skema kerjasama antara dua atau lebih
perusahaan di kawasan ASEAN dalam pemanfaatan berbagai
sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan,
dalam rangka memproduksi suatu barang yang bertujuan
meningkatkan daya saing perusahaan ASEAN. AICO
menyediakan prasarana untuk menerapkan prinsip economic
of scale and scope yang didukung oleh pajak yang rendah
untuk meningkatkan transaksi di ASEAN, menumbuhkan
kesempatan investasi dari dalam dan luar ASEAN, serta
menciptakan pasar regional yang lebih besar. Perusahaan-
perusahaan yang memanfaatkan skema kerjasama ini antara
lain akan mendapatkan preferensi berupa pengenaan bea
masuk hingga 5%.
59
Agreement dan ATIGA, Legal Experts on ATIGA di bawah
koordinasi Coordinating Committee for the Implementation of
CEPT Scheme for AFTA (CCCA) telah menyusun konsep the
Second Protocol to Amend the Basic Agreement on ASEAN
Industrial Cooperation Scheme and its Protocol dan saat ini
masih menunggu konfirmasi persetujuan dari beberapa Negara
anggota.
60
liberalisasi jasa tersebut ditujukan guna mewujudkan realisasi
bebasnya arus perdagangan jasa ASEAN dalam rangka
pembentukan kawasan ekonomi terintegrasi Komunitas
Ekonomi ASEAN tahun 2015. Integrasi perdagangan jasa
ASEAN akan dilaksanakan dengan mengacu pada Cetak Biru
Pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN yang juga telah
disepakati pimpinan ASEAN pada kesempatan KTT ASEAN
ke-13 di Singapura, November 2007.
61
Pokok bahasan Pertemuan CCS ke-59 di Vientiene,
Laos November 2009 antara lain meliputi penyelesaian
Komitmen AFAS 7 pada akhir 2009, pemenuhan Komitmen
AFAS 8 pada akhir 2010, penetapan Fleksibilitas Liberalisasi
Jasa, parameter for liberalisation of the remaining limitation,
free flow of skilled labour, private sector engagement, study
of legal inconsistencies, priority integration service (PIS) dan
matters related to services element in Free Trade Agreements
Negotiations with Dialogue Partners.
62
secara lintas sektor seperti langkah-langkah fasilitasi
perdagangan.
63
pergerakan penyedia jasa profesional di kawasan ASEAN.
Selanjutnya pada Juli 2003, Coordinating Committee
on Services (CCS) membentuk Ad-hoc Expert Group
on MRA di bawah Kelompok Kerja Jasa Bisnis untuk
mengkoordinasikan negosiasi MRA dimaksud.
64
ASEAN, khususnya dalam rangka integrasi pasar dengan tetap mempertahankan
kekhususan masing-masing negara. Kesepakatan ini juga dipergunakan untuk pertukaran
informasi mengenai best-practice dalam standar dan kualifikasi.
Dalam ASEAN Economic Community Blueprint disebutkan bahwa salah satu upaya yang
perlu dilakukan untuk mendukung liberalisasi sektor jasa adalah dengan pembentukan
MRA. Dengan kata lain, untuk mendorong liberalisasi di bidang jasa, khususnya yang
pengurangan
terkait dengan biaya,
Moda 4 (Presence kepastian
of Natural Person),akses pasar, perundingan
maka dilakukan peningkatanMRA
untuk mendorong mobilitas tenaga kerja yang lebih bebas di kawasan ASEAN.
daya saing, serta aliran perdagangan yang lebih leluasa.
Tujuan pembentukan MRA adalah untuk menciptakan prosedur dan mekanisme akreditasi
Pengaturan
untuk mencapai MRA untuk
kesamaan/kesetaraan berbagai
serta mengakui bidang
perbedaan profesional
antar di
negara dalam hal
pendidikan dan latihan, pengalaman, serta persyaratan lisensi untuk praktek profesi.
negara-negara
Dengan tercapainya ASEAN
kesepakatan pada prinsipnya
MRA, Negara-negara bersifat
Anggota ASEAN terbuka,
akan memperoleh
beberapa manfaat berupa: pengurangan biaya, kepastian akses pasar, peningkatan daya
sepanjang MRA profesi tersebut dipandang perlu dan
saing, serta aliran perdagangan yang lebih leluasa.
dapat dilakukan.
Pengaturan MRA untuk berbagai bidang profesional di negara-negara ASEAN pada
prinsipnya bersifat terbuka, sepanjang MRA profesi tersebut dipandang perlu dan dapat
Hingga saat ini terdapat 8 kesepakatan MRA di bidang
dilakukan.
jasa yang telah ditandatangani oleh Negara Anggota
Hingga saat ini terdapat 8 kesepakatan MRA di bidang jasa yang telah ditandatangani oleh
ASEAN:
Negara Anggota ASEAN:
65
bahwa pada tahap awal kerjasama ASEAN di bidang UKM
akan terfokus pada sektor manufaktur.
Sidang ke-31 AEM di Singapura tanggal 27 September
2 Oktober 1999 telah menyepakati kerangka kerjasama
yang melibatkan UKM dalam ASEAN Industrial Cooperation
(AICO). Kerangka kerjasama ini didasari oleh pemahaman
bahwa UKM sebagian besar melaksanakan fungsinya sebagai
industri pendukung bagi perusahaan besar, di samping untuk
memberikan kesempatan kepada UKM untuk berpartisipasi
secara langsung dalam perdagangan intra ASEAN.
ASEAN Policy Blueprint for SMEs Development (APBSD)
2004-2014 telah disahkan pada Sidang ke-36 AEM di Jakarta,
3 September 2004. Policy blueprint tersebut bertujuan untuk
menjamin adanya transformasi UKM ASEAN yang memiliki daya
saing, dinamis, inovatif dalam rangka menuju integrasi ekonomi
ASEAN. Tujuan tersebut telah dituangkan dalam aktivitas
ASEAN Small and Medium Enterprise Agencies Working Group
(SMEWG) guna merealisasikan tujuan yang hendak dicapai
dalam APBSD. Pada pertemuan ke-22 SMEWG di Singapura,
27-28 Mei 2008, telah dibahas beberapa hal yang mencakup
pembentukan common curriculum for entrepreneurship in
ASEAN oleh Indonesia dan Singapura, rencana penyusunan
ASEAN SME White Paper, dan implementasi SME Section
dalam AEC Blueprint, serta kerja sama dengan mitra wicara.
Hal ini dapat diwujudkan melalui suatu cooperative
framework yang melibatkan secara aktif peran sektor swasta
di ASEAN disamping meningkatkan budaya wirausaha, inovasi
dan networking di kalangan UKM, memberikan fasilitas kepada
UKM untuk memperoleh akses informasi, pasar, SDM, kredit
dan keuangan serta teknologi modern. Berdasarkan cetak biru
tersebut telah dipilih lima bidang kerjasama strategis dalam
pengembangan UKM ASEAN, yaitu pembangunan sumber
daya manusia, dukungan dalam bidang pemasaran, bantuan
dalam bidang keuangan, pengembangan teknologi, dan
penerapan kebijakan yang kondusif.
66
kapasitas dan daya saing UKM di bawah payung Vientiane
Action Plan dan ASEAN Policy Blueprint for SMEs Development
(APBSD) 2004-2014, kerjasama dengan negara mitra wicara,
serta hal berkaitan dengan prospek pengembangan UKM di
tengah kemajuan kerja sama ekonomi ASEAN. Dari 20 proyek
yang disepakati dalam APBSD, sembilan proyek di antaranya
telah selesai, tiga sedang berjalan, tujuh dalam persiapan dan
satu tidak dapat dilaksanakan. Proyek APBSD 2004-2014 yang
belum dapat dilaksanakan pada umumnya disebabkan oleh
belum jelasnya pendanaan bagi proposal yang telah masuk
serta adanya permintaan sejumlah Mitra Wicara agar usulan
proyek baru dapat dikaitkan dalam kerangka FTA dengan
ASEAN.
Pada pertemuan ke-23 SMEWG yang telah berlangsung
di Vientiane, Lao PDR bulan Nopember 2008, telah disepakati
bahwa draft common curriculum for entrepreneurship
in ASEAN akan diujicobakan di Myanmar dan Vietnam
sebelum diterapkan di seluruh negara ASEAN. Pada
pertemuan 25th ASEAN SMEWG disepakati bahwa common
curriculum yang telah disusun tersebut sebagai referensi
dalam rangka pengembangan kewirausahaan di masing-
masing negara ASEAN. Sebagai langkah awal, masing-
masing negara diharapkan mengembangkan pilot project
untuk mengimplementasikan common curriculum tersebut
untuk pengembangan kewirausahaan baik di kalangan
dunia pendidikan maupun bagi UKM yang ada. Dalam
rangka menindaklanjuti common curriculum ini sidang juga
menyepakati untuk mendapatkan dukungan dari Jepang untuk
melatih para dosen atau Training of Trainers dari Jepang.
Pertemuan tersebut juga menghasilkan beberapa persetujuan
yang diamanatkan oleh Menteri Ekonomi ASEAN dan para
pemimpin ASEAN di antaranya adalah ASEAN SMEs Strategic
Plan of Action. Dalam Strategic Plan ini terdapat beberapa
rencana aksi yang wajib ditindaklanjuti kedepan oleh masing-
masing negara yang meliputi:
(1) Access to finance. Beberapa rencana aksinya adalah CRS,
fasilitas pembiayaan bagi UMKM, dan pengembangan
regional development fund for ASEAN SMEs;
67
(2) Promotion. Berkaitan dengan promosi, rencana aksinya
antara lain (a) penetapan 1000 UKM terbaik di kawasan
ASEAN di mana masing-masing negara menetapkan 100
UKM terbaiknya setiap tahun; (b) pemberian penghargaan
kepada UKM inovatif yang menempati 5 rangking terbaik
di masing-masing negara ASEAN; (c) pengembangan
virtual exhibition SME portal;
(3) Facilitation. Beberapa rencana aksi yang berkaitan
dengan facilitation adalah (a) mengembangkan SMEs
Service Desk atau SMEs Service Centre dan diharapkan di
masa mendatang SMEs Service Centre ini harus menjadi
jejaring yang bisa diakses secara online oleh setiap UKM di
kawasan ASEAN; (b) penyebarluasan informasi kegiatan
pameran kepada seluruh negara anggota ASEAN dan
memfasilitasi UKM untuk berpartisipasi dalam pameran
tersebut;
(4) Access to Technology Development. Rencana aksi yang
disepakati antara lain adalah (a) sharing informasi bidang
teknologi untuk SME di ASEAN; (b) pengembangan UKM
inovatif dan (3) pengembangan incubator technology;
dan
(5) Pengembangan Sumberdaya Manusia. Beberapa rencana
aksi terkait dengan pengembangan SDM adalah program
pedampingan kepada UMKM (Business Development
Services) dan pengembangan kewirausahaan.
68
terhadap berbagai sengketa perdagangan yang terjadi di antara
negara-negara ASEAN.
a. Penghapusan Tarif
b. Fasilitasi Perdagangan
69
perdagangan dalam rangka mendukung proses pembentukan
Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community).
70
ASW Working Group for Legal and Regulatory Matters (LWG).
Dua Working Group tersebut bekerja atas arahan ASW-SC
dan melaporkan hasilnya kepada ASW-SC;
71
c. Realisasi AFTA
72
d. Comprehensive Revised CEPT Rules of Origin
73
(federated). Exchange Gateway tersebut sudah diujicoba oleh
Indonesia dan Malaysia untuk pertukaran hampir 35000 data
CEPT Form D (Certificate of Origin). Pada awal terbentuknya
Exchange Gateway, negara-negara seperti Filipina, Brunei,
dan Singapura telah berkesempatan mengujicobanya untuk
berkomunikasi.
74
g. Perkembangan Pembentukan FTA ASEAN Dengan Negara-
negara Mitra Wicara
75
192,5 milyar. Sedangkan menurut data statistik China,
nilai perdagangan ASEAN-China pada tahun yang
sama mencapai sebesar USD 231 milyar atau tumbuh
sebesar 14 persen. Dengan pertumbuhan tersebut,
China merupakan partner dagang ketiga terbesar ASEAN
dengan share perdagangan mencapai 11 persen dari total
perdagangan ASEAN. Pada periode yang sama, nilai
Investasi Asing Langsung (FDI) ASEAN-China tercatat
lebih dari USD 60 milyar.
76
the Government of the Peoples Republic of China on
Strengthening Sanitary and Phytosanitary Cooperation
oleh Sekjen ASEAN atas nama negara anggota
ASEAN dan Minister General Administration of Quality
Supervision, Inspection and Quarantine, China di sela-
sela KTT ASEAN ke-13.
77
tentunya akan memberikan manfaat bagi pertumbuhan
ekonomi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
rakyat di kawasan Asia, khususnya ASEAN dan China.
Bukti nyata pertumbuhan ekonomi termaksud ditandai
dengan meningkatnya volume perdagangan ASEAN-
China dari US$ 160 miliar pada tahun 2006 menjadi US$
192,5 milyar pada 2008.
Dengan persetujuan ini diharapkan pasar bersama
sebesar 1,9 miliar orang dengan PDB gabungan sebesar
US$ 6 triliun dapat tercipta. Per Juni 2009 nilai kumulatif
investasi ASEAN-Cina tercatat sebesar US$ 60 miliar.
Investasi Cina di ASEAN saat ini mencapai 2,4% dari total
arus investasi asing langsung (Foreign Direct Investment
(FDI)) di ASEAN.
Selain itu, guna mendukung pembangunan infrastruktur
dan interkonektivitas di kawasan, khususnya di sektor
energi dan teknologi informasi, Cina telah mengeluarkan
komitmen dana sebesar US$ 10 miliar melalui
pembentukan ASEAN-China Investment and Cooperation
Fund yang dikelola oleh Bank Exim China. Terkait
penyelesaian prosedur internal pemberlakukan perjanjian
investasi ACFTA, instansi teknis terkait di pemerintah
Indonesia saat ini masih dalam proses ratifikasi perjanjian
dimaksud.
78
dan memperkuat kerjasama ekonomi antara Jepang
dan ASEAN. Persetujuan AJCEP tersebut membahas
kerja sama ekonomi seperti perdagangan barang, jasa,
dan investasi. Akan tetapi, ketentuan perdagangan yang
spesifik yang dibahas pada AJCEP hanya perdagangan
barang berikut dengan timeline dari masing-masing pihak.
Ketentuan perdagangan jasa dan investasi didiskusikan
sesudahnya.
79
Japan ASEAN Exchange Programme (JAEP) dan
Japan ASEAN General Exchange Fund (JAGEF). Selain
itu, berbagai kerjasama pembangunan juga diberikan
untuk mendukung Initiative for ASEAN Integration (IAI),
sumber daya manusia, kepemudaan, dan pembangunan
Mekong Basin. Di bawah program IAI, Jepang membantu
pembangunan seperti sub regional Greater Mekong,
dimana Jepang akan meningkatkan ODA ke wilayah
Mekong sampai dengan tahun 2010, dan juga ke
kawasan pertumbuhan Brunei Darussalam Indonesia
Malaysia Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP
EAGA).
80
Settlement Mechanism under the Framework Agreement
on Comprehensive Economic Partnership di Kuala
Lumpur pada 13 Desember 2005.
81
ini adalah untuk meliberalisasikan perdagangan jasa di
berbagai sektor antara Negara Anggota ASEAN dan
Korea. Tingkat komitmen liberalisasi dalam perjanjian ini
lebih tinggi dibandingkan dengan komitmen yang diberikan
dalam General Agreement on Trade in Services (GATS)
WTO. Oleh karenanya komitmen dalam perjanjian ini
dikenal dengan prinsip GATS Plus.
82
Selanjutnya ASEAN Korea memiliki sebuah platform
baru sebagai landasan untuk lebih memperkokoh
kerjasamanya, yakni ASEAN-ROK Centre yang secara
resmi didirikan di Seoul pada 13 Maret 2009. Pendirian
ASEAN-ROK Centre ini merupakan tonggak penting
(milestones) yang akan menempatkan ASEAN Korea
sebagai mitra strategis ke jenjang hubungan yang lebih
tinggi, khususnya dalam rangka meningkatkan volume
perdagangan, investasi, pariwisata dan pertukaran budaya
antara Korea dengan 10 negara Anggota ASEAN.
83
a. Transposisi AANZFTA Tariff Reduction Schedule
ke dalam HS 2007.
Hingga saat ini baru Australia, New Zealand, Thailand,
Vietnam, dan Philippines yang telah menyelesaikan
proses transposisi, dan dapat diterima seluruh pihak
setelah melalui proses verifikasi.
Indonesia masih melakukan konsultasi trilateral
dengan Australia dan New Zealand guna
memverifikasi transposisi ke dalam HS 2007. Sejauh
ini terdapat 335 pos tarif hasil transposisi Indonesia
yang belum dapat diterima Australia dan New
Zealand. Ke tiga negara telah sepakat untuk secara
bersama mencari solusi terhadap masalah ini.
b. Ratifikasi AANZFTA
Negara anggota ASEAN yang sedang dalam proses
penyelesaian ratifikasi adalah Kamboja, Indonesia,
Laos, dan Malaysia.
84
building in implementing commitments under the
Trade in Service Chapter, (v) public outreach to
enable the private sector especially the SMEs to
comply with the AANZFTA requirements.
85
Informal Meeting disepakati gagasan Enterprise for
ASEAN Intiative (EAI) sebagai dasar pembentukan US
ASEAN Trade and Investment Framework Agreement
(TIFA) secara regional. Melalui TIFA, AS menawarkan
peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi
dengan pembentukan FTA bilateral dengan negara
ASEAN yang mencakup sembilan sektor kerja sama,
yaitu Trade and Investment Facilitation; Agriculture, HRD
and Capacity Building, IPR, Standards, ICT, Customs,
SMEs, dan Biotechnology.
86
(Doha Round). Dalam konteks kebijakan antiterorisme,
faktor stabilitas Asia Tenggara merupakan hal yang sangat
vital bagi kepentingan AS dalam strategi perang melawan
terorisme. AS senantiasa menekankan pentingnya
demokrasi dan sistem perdagangan bebas di kawasan
tersebut untuk mencapai kemakmuran, sekaligus sebagai
kunci stabilitas kawasan dalam mencegah terjadinya
failed states yang merupakan sarang bagi tumbuhnya
terorisme.
Pada pertemuan 1st ASEAN-US Joint Cooperation
Committee (JCC) diselenggarakan pada tanggal 16-
17 April 2009 di Washington Athletic Club, Seattle,
Washington, Amerika Serikat, Mr. Olivier Carduner,
Mission Director, USAID Regional Development Mission/
Asia, Bangkok, menegaskan komitmen AS terhadap
kerja sama ASEAN-AS. Untuk FY 2008, AS telah
mengalokasikan US$ 629,5 juta bagi kawasan ASEAN
yang difokuskan pada pengembangan infrastruktur
sumber daya manusia dan kebijakan, termasuk untuk
kerjasama bilateral. Dalam kerangka ADVANCE, antara
lain telah dilakukan ASW program di Indonesia dan
Malaysia untuk pelayanan custom clearance di pelabuhan
laut dan bandara yang hanya memerlukan waktu 30
menit. Jika ASW berhasil diterapkan di ASEAN, maka
akan menjadi yang pertama di dunia untuk organisasi
regional.
Indonesia menyampaikan bahwa kerja sama ASEAN-
AS telah mencapai kematangan, dan harus melangkah
lebih maju ke depan. Pendekatan program telah terbukti
efektif dan komprehensif dalam pelaksanaan PoA yang
mencakup Eight Enhanced Partnership Prioirities.
Perlu ditekankan bahwa kerja sama ASEAN-AS harus
mencerminkan perkembangan di ASEAN seiring
berlakunya Piagam dengan cetak biru ketiga pilarnya
guna mencapai pembentukan komunitas ASEAN 2015.
Di bidang perdagangan dan investasi, kegiatan di bawah
payung TIFA Work Programme yang meliputi ASW,
87
Pharmaceutical Regulatory Harmonisation, dan SPS
Standards Regulations telah berjalan dan berkembang
baik. ASW tampak menjadi salah satu perhatian utama AS.
US Agency for International Development (USAID) telah
memulai proyek 5 tahun khususnya dalam mendukung
implementasi ASW. Tercatat pelaksanaan program to
assist in development of ASW for custom clearance, legal
advisor to the ASW Implementation, working group dan
workshop terkait penerapan standar internasional untuk
ASW.
88
pertemuan konsultasi ASEAN-Canada pada November
2007.
89
Kedua dokumen tersebut memuat paragraf kesepakatan
peningkatan kerjasama ekonomi kedua kawasan.
90
government procurement), namun sifatnya sukarela.
Sedangkan kelompok kedua hanya merundingkan
traditional issues.
91
terkait dengan investasi. Arrangement terdiri dari sejumlah skema,
rencana aksi (action plan), dan program yang spesifik. Ada sejumlah
persetujuan ASEAN lainnya yang terkait dengan kegiatan investasi
asing (FDI), namun AIA Agreement merupakan instrumen utama
yang mengatur dan berusaha meningkatkan arus investasi di
kawasan.
92
ACIA ditandatangani pada Februari 2009. Persetujuan tersebut
dijadwalkan berlaku pada 2010.
93
4. Pertemuan Para Menteri Keuangan ASEAN (ASEAN
Finance Ministers Meeting/AFMM)
94
dimana AFMM berkomitmen untuk memfasilitasi perdagangan dan
investasi di kawasan ASEAN secara progresif dengan memperluas
liberalisasi jasa keuangan di antara negara-negara anggota
ASEAN; c) Pengembangan pembiayaan infrastruktur; d) Kerjasama
di bidang perpajakan dimana AFMM menyepakati kerjasama di
bidang perpajakan untuk mempercepat penyelesaian Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dan pencapaian kerjasama
regional di bidang perpajakan di tahun 2010.
95
Kerja sama pertanian ASEAN sebenarnya telah dimulai sejak
1968 walaupun AMAF sendiri baru dilembagakan pada 1979.
Dalam mengembangkan tanggung jawabnya, AMAF didukung oleh
Pertemuan Tingkat Pejabat Senior AMAF (Senior Officials Meeting
of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry atau SOM-
AMAF) dan Pertemuan Tingkat Pejabat Senior Kehutanan (ASEAN
Senior Officials on Forestry atau ASOF).
96
ketersediaan bahan pangan (beras) dalam situasi bencana.
APTERR diharapkan dapat disetujui dalam waktu dekat; dan
v. Disepakatinya ASEAN Common Position Paper on Reducing
Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD),
yang kemudian diajukan pada UN Framework Convention on
Climate Change Conference of Parties ke-14 di Poznan.
a. Kerjasama Pertanian
1) Ketahanan Pangan (Food Security)
Secara umum situasi pangan ASEAN pada 2009
stabil. Data dari ASEAN Food Security Information
System (AFSIS) mengungkapkan bahwa pada 2009
produksi beras negara ASEAN secara keseluruhan
mencapai sekitar 125.45 juta ton, sementara total
konsumsi mencapai 107.87 juta ton. Dengan jumlah
cadangan beras di awal 2009 yang mencapai 20.59
juta ton, rasio ketahanan pangan (food security
ratio) terkait beras di ASEAN pada 2009 mencapai
19.09% dan dinilai cukup baik.
Walaupun demikian, negara-negara ASEAN
menyadari bahwa tantangan dalam menyediakan
pangan yang cukup dengan harga terjangkau akan
semakin berat di masa mendatang. Berangkat dari
pemikiran ini, para pemimpin ASEAN pada Maret
2009 menyepakati Statement on Food Security in the
ASEAN Region, yang antara lain memuat komitmen
bersama untuk menjadikan isu ketahanan pangan
sebagai kebijakan yang permanen dan berprioritas
tinggi. Statement tersebut juga menekankan antara
lain pentingnya alih teknologi di bidang pertanian
guna meningkatkan produksi pangan.
Para pemimpin ASEAN pada 2009 juga menyepakati
ASEAN Integrated Food Security (AIFS) Framework
yang mengedepankan berbagai pendekatan
pragmatis yang dapat dilakukan ASEAN dalam
menjaga ketahanan pangan. AIFS kemudian
dijabarkan lebih lanjut dalam Strategic Plan of Action
97
on Food Security in the ASEAN Region (SPA-FS).
Secara praktis, SPA-FS memuat berbagai upaya
untuk meningkatkan produksi pangan, mengurangi
resiko kegagalan panen, menciptakan pasar yang
kondusif bagi perdagangan produk pertanian,
memastikan stabilitas pangan, mendorong keter-
sediaan dan akses terhadap bahan pangan, dan
melaksanakan pengaturan regional bahan pangan
untuk situasi darurat.
ASEAN juga menyadari dampak terjadinya
perubahan iklim terhadap sektor pertanian,
perikanan, dan kehutanan; yang pada gilirannya
akan mempengaruhi upaya menjaga ketahanan
pangan. Dari pemikiran ini, pada 2009 ASEAN
menyepakati ASEAN Multi-Sectoral Framework on
Climate Change (AFCC) : Agriculture and Forestry
towards Food Security. AFCC mengedepankan
program-program lintas-sektor guna mengeratkan
koordinasi antar-instansi yang berwenang dan
mengefektifkan pembuatan kebijakan. Implementasi
AFCC akan diupayakan lewat kerja sama dengan
Sekretariat ASEAN dengan lembaga-lembaga donor
internasional.
Kerja sama ketahanan pangan juga dijalin dengan
RRC, Jepang, dan Korea Selatan (dikenal dengan
sebutan ASEAN Plus Three). Lewat skema tersebut,
dua proyek telah berhasil dilaksanakan yaitu East
Asia Emergency Rice Reserves (EAERR) dan
ASEAN Food Security Information System (AFSIS).
EAERR terutama difokuskan pada penyediaan
beras di saat situasi darurat, misalnya ketika terjadi
bencana alam. Selama 2008-2009, EAERR telah
membantu pengadaan beras untuk para korban
bencana taifun Nargis di Myanmar dan korban banjir
di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Indonesia.
Pada 2009, ASEAN Plus Three sepakat untuk
mentransformasikan EAERR menjadi suatu lembaga
permanen guna lebih mengefektifkan pengumpulan
98
dan penyaluran beras saat situasi darurat. Lembaga
tersebut, ASEAN Plus Three Emergency Rice
Reserve (APTERR), diharapkan terbentuk dalam
waktu dekat.
Sementara itu, kegiatan AFSIS difokuskan pada
pengembangan jaringan informasi mengenai
ketahanan pangan dan pengembangan sumber
daya manusia. Sebuah website telah dibentuk
khusus untuk memberi informasi mengenai situasi
dan perencanaan kebijakan ketahanan pangan di
kawasan.
99
leci), phosalone (durian), ethion (jeruk pumelo), dan
deltamethrin (cabai).
ASEAN juga terus mengupayakan harmonisasi
standar dan kualitas, jaminan keamanan pangan, dan
standarisasi sertifikasi perdagangan produk-produk
pertaniannya. Upaya tersebut ditunjukkan antara
lain dengan pengesahan ASEAN Good Agricultural
Practices (ASEAN GAP) untuk produksi, panen dan
pengolahan pasca panen buah dan sayuran segar.
Selain itu telah disepakati Standar ASEAN untuk
mangga, nanas, durian, pepaya, jeruk pumelo,
rambutan, jeruk mandarin, duku, jambu, manggis,
dan semangka. Standar ASEAN terakhir disepakati
pada Pertemuan Menteri Pertanian dan Kehutanan
ASEAN pada Oktober 2009, yaitu standar untuk
kelapa muda, pisang, bawang merah, dan bawang
putih.
Sebagai salah satu upaya dalam mengendalikan
penggunaan pestisida, ASEAN telah memiliki laman
untuk lembaga pengawasan pestisida aseanpest
(http://agrolink.moa.my/doa/aseanpest), sebagai
forum saling bertukar informasi dan database
serta diskusi penanganan masalah-masalah yang
berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
pestisida.
100
laman ASEAN Food Safety Network (ASEAN FSN).
Laman ASEAN FSN disiapkan untuk menyediakan
berbagai informasi terkait keamanan pangan
kepada dunia usaha dan masyarakat umum.
Beberapa isu yang mendapat perhatian ASEAN
FSN seperti Sanitary and Phytosanitary (SPS),
keputusan-keputusan yang diambil oleh badan-
badan penetapan standar internasional (Codex, OIE,
dan IPPC), serta hasil kerja dari berbagai badan di
ASEAN terkait keamanan pangan.
Sejak 1998, ASEAN telah mengembangkan
ASEAN General Guidelines on the Preparation
and Handling of Halal Food. Guna mengefektifkan
pelaksanaan Guidelines tersebut, ASEAN secara
berkala memperbarui daftar zat-zat makanan
halal dan mengupayakan harmonisasi standar
produk makanan halal. Saat ini sedang diusahakan
pengembangan laman mengenai produk makanan
halal di ASEAN.
101
Sejumlah aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan
pekerja dan petani telah pula dilaksanakan, di
antaranya adalah Regional Training on Edible
and Medicinal Mushroom Production Technology
for ASEAN Extension Workers and Farmers
yang dilaksanakan di Vietnam, serta pertukaran
pejabat, pelatih dan petani yang diselenggarakan di
Indonesia.
102
7) Bioteknologi
ASEAN menyadari pentingnya bioteknologi
pertanian sebagai cara untuk meningkatkan
produktivitas pangan secara berkelanjutan. Namun
demikian, disadari masih terdapat kekhawatiran
publik terhadap penggunaan makanan hasil
modifikasi genetik (Genetically Modified Food /
GMF). Mempertimbangkan hal ini pada 1999 ASEAN
menyepakati Guidelines on the Risk Assessment of
Agriculture-related Genetically Modified Organisms
(GMOs).
Panduan ini menyediakan pendekatan dan
pemahaman bersama bagi negara-negara ASEAN
saat melakukan evaluasi ilmiah terhadap peluncuran
GMOs di bidang pertanian. Panduan ini memuat
prosedur notifikasi, persetujuan, dan registrasi
GMOs di bidang pertanian.
ASEAN juga telah mengembangkan Program
Kesadaran Publik terhadap GMOs. Dalam program
ini, Frequently Asked Questions (FAQs) mengenai
GMOs dari seluruh negara ASEAN akan dikumpulkan
dan diterbitkan untuk informasi publik.
b. Kerjasama Peternakan
Kerjasama ASEAN di bidang peternakan telah
berkembang pesat, meliputi antara lain penanganan
penyakit hewan, standar vaksin dan sistem registrasinya,
akreditasi lembaga pengetes vaksin, dan sistem
akreditasi peternakan. Dalam upaya mengatur produksi
dan pemanfaatan vaksin hewan, ASEAN telah menyetujui
untuk memperbaiki mekanisme yang ada serta prosedur
registrasi vaksin hewan yang diproduksi di dalam dan di
luar negara ASEAN.
Untuk tujuan ini, sebuah mekanisme tunggal akan dipakai.
Pada 2007 telah disepakati ASEAN Standard for Live
Infectious Bronchitis Vaccine dan Inactivated Infectious
Bronchitis Vaccine. Para Menteri Pertanian ASEAN juga
103
telah mengakreditasi ulang National Veterinary Drug
Assay Laboratory (NVDAL), Gunung Sindur, Indonesia
sebagai laboratorium pengetesan vaksin untuk sembilan
vaksin hewan selama periode tiga tahun.
Munculnya Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) di
beberapa Negara Anggota ASEAN sejak Desember 2003
memiliki dampak yang cukup besar terhadap perekonomian
kawasan. Salah satu kekhawatiran bersumber pada
kemampuan virus tersebut untuk menyebar dari unggas
ke manusia. Untuk menanganinya, dibentuk Regional
Framework for Control and Eradication of HPAI. ASEAN
telah menyelesaikan implementasi delapan komponen
dalam kerangka regional tersebut, bekerjasama dengan
organisasi internasional/mitra wicara. Guna lebih
mengintensifkan upaya pencegahan dan penanganan
HPAI, ASEAN telah menyetujui ASEAN Regional Strategy
for the Progressive Control and Eradication of HPAI 2008-
2010.
Beberapa kesepakatan utama ASEAN lainnya di bidang
peternakan antara lain Agreement for Establishment
of the ASEAN Animal Health Trust Fund (AHTF) untuk
mendukung aktivitas ASEAN mengendalikan dan
memberantas penyakit hewan di kawasan, Regularization
of Production and Utilization of Animal Vaccines, Promotion
of International Trade in Livestock and Livestock Products,
dan Strengthening Animal Diseases Control Programme.
Kesepakatan terakhir yang dicapai pada Pertemuan
Menteri Pertanian dan Kehutanan ASEAN, Oktober 2009,
adalah Accreditation of the Veterinary Biologics Assay
Division (VBAD), Pakchong, Thailand, dan ASEAN Criteria
for Accreditation of Milk Processing Establishment.
104
ASEAN Working Group on Fisheries (ASWGFi). Upaya
meningkatkan kerjasama ASEAN dilakukan melalui
beberapa mekanisme kerjasama lainnya seperti
Pengembangan Budidaya Ikan (Development of
Aquaculture), ASEAN Network of Fisheries Postharvest
Technology (FPHT), dan Harmonisation of Fisheries
Sanitary and Phytosanitary Measures.
Sebelumnya pada tahun 1967 Jepang dan negara-
negara Asia Tenggara telah membentuk Southeast Asia
Fisheries Development Center (SEAFDEC) dengan
tujuannya mendorong pengembangan sektor perikanan
secara berkelanjutan. Beberapa kegiatan yang telah
dilaksanakan SEAFDEC antara lain ASEAN-SEAFDEC
Collaboration on Sustainable Fisheries Management in
the Southeast Asia Region, HACCP Training Programmes,
dan Regional Code of Conduct on Post-Harvest Practices
and Trade.
ASEAN juga menjalin kerja sama dengan SEAFDEC, di
bawah payung ASEAN-SEAFDEC Strategic Partnership
(ASSP), yang menghasilkan beberapa kegiatan seperti
ASEAN-SEAFDEC Conference on Sustainable Fisheries
for Food Security Towards 2020, dan ASEAN-SEAFDEC
Cooperation in the Implementation of ASEAN Integrated
Food Security Framework.
Guna mendukung budidaya perikanan secara
berkelanjutan, ASEAN telah mengembangkan Manual on
Good Shrimp Farm Management Practices, Harmonization
of Hatchery Production on Penaeus Monodon (tiger
prawn) in ASEAN, dan Manual on Practical Guidelines
for the Development of High-health Penaeus Monodon
Broodstoc. Ke tiga manual tersebut telah diterjemahkan ke
dalam bahasa nasional masing-masing negara ASEAN.
105
saing produk hutan ASEAN, menggalang posisi bersama
ASEAN terkait masalah kehutanan serta mengintensifkan
alih teknologi sektor kehutanan.
ASEAN sebelumnya telah mengembangkan Regional
Framework on a Pan ASEAN Timber Certification guna
memastikan agar sertifikasi produk kayu ASEAN diterima
di pasar internasional. ASEAN telah menyepakati dokumen
panduan bersama untuk Phased Approach to Certification
(PACt), yang berisi petunjuk bertahap bagi negara-
negara ASEAN dalam mencapai Manajemen Hutan yang
Berkelanjutan (Sustainable Forest Management). Salah
satu unsur PACt adalah standar bersama keabsahan
kayu tebangan, yang telah disahkan pada 2009.
Beberapa dokumen kerja sama kehutanan ASEAN yang
telah disepakati antara lain :
1) ASEAN Criteria and Indicators for Sustainable
Management of Tropical Forests;
2) Monitoring, Asssesment and Reporting Format for
Sustainable Forest Management in ASEAN;
3) ASEAN Guidelines for the Implementation of IPF/IFF
proposals for Action;
4) ASEAN Criteria and Indicators for Legality of Timber;
dan
5) ASEAN Guideline on Phased Approach to Forest
Certification.
106
Di bawah program ASEAN-German Regional Forest
Program, ASEAN Forestry Clearing House Mechanism
(CHM) telah dibentuk untuk memberikan informasi
mengenai isu-isu sektor kehutanan yang menjadi
kepentingan bersama.
ASEAN juga menjalin kerja sama dalam menginventarisir
tanaman-tanaman obat di kawasan ASEAN. Hasil utama
kerja sama ini adalah penyelesaian volume pertama
Database on ASEAN Herbal and Medicinal Plants, yang
mendaftar 64 species tanaman. Saat ini ASEAN tengah
menyelesaikan volume kedua Database tersebut yang
diharapkan berisi 50 species.
ASEAN juga berkomitmen untuk bekerjasama secara
lebih proaktif dan intensif dalam melaksanakan
Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Komitmen ini
antara lain tertuang dalam ASEAN Statement on CITES
yang disepakati pada 2004, dan pengesahan ASEAN
Regional Action Plan on Trade in Wild Fauna and Flora
2005-2010.
107
Tujuan kerjasama ASEAN di bidang energi di antaranya adalah:
a. Mengembangkan diversifikasi energi dan energi terbarukan;
b. Mengurangi ketergantungan kawasan terhadap minyak bumi
dan meningkatkan efisiensi energi; dan
c. Mengembangkan program bersama dalam menjaga ketahanan
energi di kawasan; menciptakan kebijakan energi regional yang
responsif yang secara bertahap akan mendorong reformasi
pasar; menciptakan program energi yang mendukung upaya
penjagaan lingkungan hidup, serta pelibatan sektor swasta
dalam upaya mengamankan cadangan energi regional.
108
adalah pembentukan ASCOPE Gas Centre, ASEAN Power Grid
Consultative Council, kerjasama batubara dengan mitra wicara, 19
proyek Energy Efficiency and Conservation (EE & C) dan 48 proyek
energi terbarukan, pelatihan bagi ASEAN engineers and technicians,
kompetisi tahunan di sektor EE&C dan renewable energy (RE), dan
pembentukan Regional Energy Policy and Planning Sub-sector
Network.
109
2) Kerja sama ASEAN Plus Three di bidang energi
110
membahas dampak krisis finansial dan ekonomi global serta
ketidakstabilan harga energi di kawasan Asia Timur. Negara-
negara EAS menggarisbawahi komitmennya ntuk mempererat
berbagai upaya kerjsama untuk meningkatkan energi,
penggunaan energi yang lebih bersih, termasuk sumber energi
alternatif dan terbarukan seperti bio-fuels, serta meningkatkan
integrasi pasar energi di kawasan. Hal ini tercermin dalam
berbagai kerjasama EAS Energy Cooperation Task Force
(ECTF) di bawah tiga kerangka kerja, yaitu Energy Efficiency
and Conservation, Bio-fuels for Transport and Other Purposes,
dan Energy Market Integration.
111
dan pertambangan yang dimulai dari survey umum, eksplorasi,
eksploitasi, pengolahan, transportasi termasuk pengembangan
sumber daya manusia/tenaga kerja, lingkungan, perdagangan dan
investasi. Koordinasi perencanaan dan implementasi kerjasama
dilakukan dengan instansi terkait yaitu Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (KESDM).
112
Untuk mendanai berbagai program, proyek, dan kegiatan di
bidang kerjasama mineral, ASEAN berencana membentuk ASEAN
Mineral Trust Fund yang Terms of Reference (TOR)nya telah
disahkan pada 2nd AMMin di Manila tanggal 16 Oktober 2008.
113
telekomunikasi dan teknologi informasi ASEAN dilaksanakan oleh
ASEAN Telecommunications Senior Officials Meeting (TELSOM).
114
melalui Siem Reap Ministerial Declaration on Enhancing Universal
Access on ICT Services in ASEAN yang disepakati dalam pertemuan
ASEAN Telecommunications & Information Technology Senior
Officials (TELSOM)/ ASEAN Telecommunications & Informations
Technology Ministers Meeting (TELMIN) ke-7 tahun 2007 di Siem
Reap, Kamboja.
115
daerah yang tidak berbatasan dengan laut dan daerah pinggiran
dengan ekonomi nasional dan global.
116
a. Jasa Angkutan Udara (Air Transport Services)
Hingga saat ini, ASEAN telah mencapai kemajuan yang sangat
signifikan dalam upaya liberalisasi di bidang jasa melalui
serangkaian negosiasi ASEAN Framework Agreement on
Services, yang telah berhasil menyelesaikan 7th Package of
AFAS Commitments. Di samping itu juga, telah ditandatangani
ASEAN Multilateral Agreement on the Full Liberalization of Air
Freight Services and the ASEAN Multilateral Agreement on Air
Services pada Pertemuan ke-14 ASEAN Transport Ministers
Meeting, Mei 2009.
Adapun beberapa perjanjian lainnya yang belum ditandatangani
antara lain Multilateral Agreement on the Full Liberalization of
Passenger Air Services (MAFLPAS) beserta protokolnya dan
yang masih dalam tahap negosiasi adalah draft ASEAN-China
Air Transport Agreement (AC-ATA). Sedangkan untuk ASEAN
Single Aviation Market (ASAM) dan ASEAN Air Transport
Integration Project (AATIP) saat ini masih dalam tahap
persiapan untuk negosiasi.
Negosiasi kerjasama perhubungan udara ASEAN diwadahi
oleh sebuah Kelompok Kerja yang disebut dengan Air Transport
Working Group (ATWG) dan Air Transport Sectoral Negotiations
(ATSN). ATWG/ATSN akan melaporkan hasil negosiasi kepada
Senior Transport Official Meeting (STOM) yang kemudian akan
disahkan oleh ASEAN Transport Ministers (ATM).
Saat ini Senior Transport Officials Meeting (STOM) telah
mengadopsi the Guidelines for Liberalisation of the ASEAN
Air Transport Ancillary Services yang mencakup 7 (tujuh) jasa
pendukung baru di sektor perhubungan udara yang akan
dijadikan sebagai sub-sub sektor baru pada perundingan-
perundingan negosiasi dari tahun 2010-2015.
117
dengan hal tersebut, negara anggota ASEAN sepakat untuk
mengaktifkan kembali Air Transport Technical Cooperation dan
Air Transport Economic Cooperation Sub-Working Group untuk
mengkaji dan memfinalisasi ASAM. Konsep ToR dari kedua
Sub-Working Group dimaksud disampaikan pada STOM ke-29
di Brunei Daussalam, Juni 2010 .
Protocol to Implement the 6th Package of Air Transport
Services Commitments under ASEAN Framework Agreement
on Services (AFAS), telah ditandatangani pada Pertemuan
ATM ke-15 di Hanoi, Vietnam, Desember 2009. Negosiasi
untuk putaran berikutnya akan dilakukan setiap dua tahun
sekali untuk Paket ke-7 (2010-2011) dan Paket ke-8 (2012-
2013).
118
Untuk lebih meningkatkan integrasi jasa perhubungan laut,
Pertemuan ASEAN Maritime Transport Working Group
(MTWG) ke-13 yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand
pada Mei 2007 telah menyepakati draft teks Roadmap Towards
an Integrated and Competitive Maritime Transport in ASEAN
yang berisi peta jalan peningkatan kerjasama dan integrasi
subsektor jasa angkutan laut ASEAN untuk menunjang realisasi
komunitas ekonomi ASEAN 2015.
119
dahulu, terutama bagi Indonesia mengingat isu maritim yang
dirasakan cukup sensitif.
120
lain untuk mendorong pembangunan daerah Mekong yang ekonomis
dan berkelanjutan, mendorong proses dialog dan identifikasi proyek
umum yang bisa menghasilkan kemitraan ekonomi dan saling
menguntungkan, serta menguatkan interkoneksi dan hubungan
ekonomi antara negara-negara anggota ASEAN dengan negara-
negara di kawasan Mekong.
121
Dalam rangka mewujudkan tujuan-tujuan dari Komunitas Ekonomi ASEAN, Dewan
Komunitas Ekonomi ASEAN bertugas untuk:
a. Menjamin pelaksanaan keputusan-keputusan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di bidang
ekonomi;
b. Mengoordinasikan kerja dari berbagai sektor yang berada di lingkup kerja sama ekonomi,
dan isu-isu lintas Dewan Komunitas lainnya; dan
c. Menyerahkan laporan-laporan dan rekomendasi-rekomendasi kepada Konferensi Tingkat
Tinggi
C. ASEAN mengenai hal-hal
Komunitas Sosial terkait
dandengan perkembangan ekonomi.
Budaya
Pilar
C. Komunitas ketiga
Sosial dalam
dan Budaya Komunitas ASEAN adalah Pilar Komunitas
Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community/ASCC).
Pilar ketiga dalam Komunitas ASEAN adalah Pilar Komunitas Sosial Budaya ASEAN
Pilar ini kemudian dijabarkan dalam bentuk tindakan-tindakan yang
(ASEAN Socio-Cultural Community/ASCC). Pilar ini kemudian dijabarkan dalam bentuk
tertuang yang
tindakan-tindakan dalam Cetak
tertuang Biru
dalam Komunitas
Cetak Sosial
Biru Komunitas Budaya
Sosial Budaya ASEAN.
ASEAN.
Kerja sama
Kerjadi bidang
samasosial-budaya
di bidang
menjadi salah satu titik tolak utama untuk
sosial-budaya
meningkatkan integrasi menjadi salah
ASEAN melalui
satu titik
terciptanya a tolak
caring utama untuk
and sharing
community, yaitu sebuah masyarakat
meningkatkan integrasi
ASEAN yang saling peduli dan berbagi.
ASEAN
Kerja sama sosialmelalui terciptanya
budaya mencakup kerja
sama di abidang
caring and perempuan,
kepemudaan, sharing
perlindungan anak, kepegawaian,
community,
penerangan, yaitupendidikan,
kebudayaan, sebuah
ilmu masyarakat
pengetahuan ASEAN dan yang
teknologi,
lingkungan
saling hidup,
peduli danpenanggulangan
berbagi.
bencana alam, kesehatan, pembangunan
sosial, Kerja sama sosialkemiskinan,
pengentasan budaya
mencakup
ketenagakerjaan, kerja ASEAN.
dan Yayasan sama
di bidang
Komunitas Sosialkepemudaan,
Budaya ASEAN
perempuan, perlindungan
merupakan pilar yang saling terkait dan Penganugerahan Duta Muda ASEAN oleh Djauhari
saling anak, kepegawaian,
melengkapi dalam pene- Oratmangun,
kerangka Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN.
rangan, kebudayaan, Sumber: www.deplu.go.id
pendidikan, ilmu 71
122
Centered approach): dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat. Komunitas sosial budaya ASEAN mencakup kerja sama
yang sangat luas dan multi-sektor serta peningkatan kesadaran
masyarakat tentang keberadaan ASEAN (ASEAN Awareness).
123
saja sebagai kawasan yang bebas tetapi juga mampu mengelola
sengketa dengan bijaksana.
Cetak
Cetak biru biru diarahkan
diarahkan untukkontribusi
untuk memberikan memberikan kontribusi
dalam memperkuat integrasidalam
ASEAN
memperkuat
yang berpusat padaintegrasi
masyarakat ASEAN yang
(people-centred) sertaberpusat
memperkokohpada masyarakat
kesadaran, solidaritas,
kemitraan dan rasa kepemilikan masyarakat (We Feeling) terhadap ASEAN. Cetak Biru
(people-centred)
Komunitas Sosial BudayasertaASEAN memperkokoh
memuat enam elemenkesadaran, solidaritas,
utama (Core Element) & 348
kemitraan
Tindakan dan rasa
(Action-lines). kepemilikan
Struktur masyarakat
Cetak Biru Komunitas (We Feeling)
Sosial Budaya terhadap
ASEAN adalah sebagai
berikut:
I. Pengantar (Introduction)
124Karakteristik dan Elemen-elemen (Characteristic and Elements)
II.
A. Pembangunan Manusia (Human Development), terdiri dari 60 tindakan;
B. Kesejahteraan Sosial dan Perlindungan Sosial (Social Welfare and Protection), terdiri
dari 94 tindakan;
C. Keadilan Sosial dan Hak-hak (Social Justice and Rights), terdiri dari 28 tindakan;
D. Penjaminan Kelestarian Lingkungan (Ensuring Environmental Sustainability), terdiri dari
ASEAN. Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN memuat
enam elemen utama (Core Element) & 348 Tindakan (Action-lines).
Struktur Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN adalah
sebagai berikut:
I. Pengantar (Introduction)
125
kalangan masyarakat madani maupun anggota masyarakat secara
luas.
126
Peran informasi dan media cukup penting dalam mendukung
upaya integrasi ASEAN dan mencapai tujuan ASEAN. Diharapkan
dari pertemuan ini semua negara anggota dapat memperoleh
peluang, mendiskusikan dan mengadopsi mekanisme teknik-teknik
baru, pengetahuan dan kerja sama informasi guna memenuhi
kebutuhan tuntutan global. Hal ini dibutuhkan untuk meningkatkan
kesadaran dan saling pengertian antara masyarakat di negara-
negara ASEAN di berbagai bidang.
127
diadakan pada tanggal 22-26 Maret 2010 di Pampanga, Filipina.
Di tingkat pejabat senior, ada pula Pertemuan Pejabat Senior Yang
Bertanggungjawab di Bidang Kebudayaan dan Kesenian (Senior
Officials Meeting Responsible for Culture and Arts/SOMCA).
128
kali diusulkan oleh Sekretaris Jenderal ASEAN pada Pertemuan
AMCA ke-3. Kegiatan ini dianggap sebagai contoh sukses dalam
memajukan dan mengapresiasi kekayaan warisan budaya dari
Komunitas ASEAN serta menjembatani budaya di antara negara-
negara anggota ASEAN. Adapun beberapa usulan terkait perluasan
kegiatan ini diantaranya dengan memasukkan aspek-aspek budaya
seperti teater, musik, budaya, dan kerajinan; pengorganisasian
kegiatan secara rutin setiap tahun oleh negara anggota ASEAN
berdasarkan sistem rotasi; dan melibatkan partisipasi dari negara-
negara Plus Three (China, Republik Korea, dan Jepang).
129
3. Pertemuan Para Menteri di bidang Pendidikan (ASEAN
Education Ministers Meeting/ASED)
130
untuk memajukan kesadaran akan ASEAN di sekolah-sekolah,
termasuk mempromosikan Studi ASEAN di sekolah dasar dan
menengah.
131
memandu para pejabat pendidikan senior ASEAN (SOMED)
dalam memperkuat, memperdalam, dan memperluas kerja sama
pendidikan intra ASEAN dan dengan negara-negara Plus Three,
negara-negara East Asia Summit (EAS), dan mitra wicara ASEAN
lainnya. Dalam hal penguatan kerja sama pendidikan regional,
pertemuan ini mendukung keputusan SOMED untuk memanfaatkan
kerja sama di antara negara EAS seperti Australia, China, India,
Jepang, Republik Korea, dan Selandia Baru demi terwujudnya daya
saing dan pembangunan komunitas regional.
132
tahun 2004. Sidang AMMDM diadakan sekali dalam dua tahun.
Pertemuan terakhir, yakni 1st AMMDM, diadakan pada tanggal
7-8 Desember 2004 di Phnom Penh, Kamboja. Di tingkat pejabat
senior, ada pula Pertemuan Pejabat Senior di Bidang Penanganan
Bencana (ASEAN committee on Disaster Management/ACDM).
133
untuk Penanggulangan Bencana (Regional Summit on Disaster
Management).
134
Misi utama yang ingin dicapai ASEAN dalam kerja sama
lingkungan adalah mewujudkan ASEAN sebagai kawasan yang
bersih dan hijau (creating clean and green ASEAN), dengan mengacu
pada prinsip-prinsip mekanisme pembangunan yang berkelanjutan,
ramah lingkungan serta melakukan pengelolaan sumber daya alam
secara arif dan lestari.
135
2008-2012), yang siap untuk disinergikan dengan program
nasional melalui kurikulum sekolah, agar isu kepedulian pada
lingkungan menjadi bagian dari pendidikan formal maupun non
formal.
c. Peluncuran buku panduan Kriteria Kualitas Air Laut ASEAN:
Pedoman dan Pengawasan Managemen (ASEAN Marine Water
Quality Criteria: Management Guidelines and Monitoring), yang
akan menjadi bahan referensi bagi masing-masing negara
dalam mendukung program konservasi dan pengelolaan
kawasan pantai dan sumber daya laut di tingkat nasional.
136
Haze Pollution/MSC) yang beranggotakan lima negara sub-
kawasan ASEAN yang selama ini terkena dampak dari pencemaran
asap lintas batas, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,
Singapura dan Thailand.
137
ASEAN dalam Bidang Ilmu pengetahuan dan Teknologi (Progress of
the ASEAN Plan of Action on S&T (APAST) Flagship Programmes),
terutama dalam hal peningkatan kerja sama dengan Jepang melalui
Komite Kerja Sama ASEAN-Jepang dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (ASEAN-Japan Cooperation Committee on Science
and Technology/AJCCST) dan Uni Eropa melalui Pertemuan
Pembicaraan ASEAN untuk Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(ASEAN Dialogue Meeting on Science and Technology). Selain hal
tersebut juga dibahas mengenai draf Persetujuan dalam Bidang
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ASEAN-Amerika Serikat (ASEAN-
US S&T Agreement) yang pembahasannya pada sektor teknis telah
diselesaikan dan tinggal menyelesaikan legal wording dari dokumen
dimaksud.
138
Kerja sama yang paling menonjol di bidang kesehatan adalah
upaya penanggulangan penyakit menular. Penanggulangan penyakit
menular di ASEAN dilakukan melalui mekanisme Kelompok ahli
ASEAN dalam Bidang Penyakit Menular (ASEAN Expert Group on
Communicable Diseases/AEGCD). Program utama dalam kerangka
AEGCD dilaksanakan melalui Program ASEAN+3 untuk Penyakit
Menular (ASEAN+3 Infectious Diseases Programme/ASEAN+3 EID
Programme). Fase kedua program tersebut (2006-2009), terdiri dari
sejumlah prioritas sebagai berikut:
a. Identifikasi dini penyakit menular/emerging infectious
diseases (termasuk HIV dan AIDS; SARS, AI), serta langkah
penanggulangannya,
b. Pembangunan kapasitas yang terkait dengan emerging
concerns di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial
c. Penyusunan kebijakan dan pendekatan terpadu dalam
penanganan kesehatan bagi para manula serta obat
tradisional.
139
implementasi kerja sama kesehatan ASEAN sebagaimana tercakup
dalam action lines Cetak Biru ASCC. Sidang juga menyepakati
penyelenggaraan Sidang SOMHD menjadi setahun sekali dan
masa kepemimpinan Ketua SOMHD yang diperpanjang menjadi
2 tahun, serta mencatat ASEAN akan memperingati Hari Demam
Berdarah (Dengue Day) setiap tanggal 15 Juni dan untuk pertama
kali Indonesia bersedia menjadi tuan rumah peresmian Hari Demam
Berdarah ASEAN tingkat kawasan pada tanggal 15 Juni 2011.
Sedangkan negara-negara ASEAN lainnya akan memperingati hari
demam berdarah pada tingkat nasional secara masing-masing.
140
Dalam bidang pekerja migran, KTT ASEAN Ke-12 di Cebu
telah menghasilkan Deklarasi ASEAN mengenai Perlindungan
dan Pemajuan Hak Pekerja Migran (Declaration on the Protection
and Promotion of the Rights of Migrant Workers) yang memuat
kewajiban negara pengirim, negara penerima maupun ASEAN
dalam memberikan perlindungan dan pemajuan hak pekerja migran.
Sebagai tindak lanjut, pada Pertemuan ke-40 AMM di Manila, tanggal
30 Juli 2007, telah dibentuk Komite ASEAN mengenai Implementasi
Deklarasi ASEAN mengenai Perlindungan dan Pemajuan Hak-
hak Tenaga Migran (ASEAN Committee on the Implementation of
the Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of
Migrant Workers/ACMW), sebagai penanggung jawab pelaksana
ASEAN dalam mengkoordinasikan implementasi Deklarasi
serta memfasilitasi pengembangan instrumen perlindungan dan
pemajuan hak-hak pekerja migran, yang saat ini sedang disusun
oleh Tim Penyusun ACMW (ACMW-Drafting Team). Sementara
pada pertemuan SLOM Ke-5, tanggal 15-16 Mei 2007, telah dibentuk
Forum Tenaga Migran (Forum on Migrant Workers) sebagai forum
pertemuan seluruh pemiliki kepentingan di bidang tenaga migran.
141
oleh ACMW-DT yang lebih khusus, guna diperoleh pandangan
umum dan pendekatan baru bagi pembentukan inisial penyusunan
draf dimaksud. Pertemuan ACMW-DT sudah dilaksanakan sebanyak
tiga kali namun belum dapat menghasilkan yang positif. Masih
terdapat perbedaan persepsi terkait pekerja migrant yang resmi dan
tidak resmi terutama terhadap perlindungan hak mereka.
142
lain telah disahkan Kerangka Acuan pengembangan kerja sama
penanggulangan kemiskinan, antara ASEAN dengan negara
anggota Plus Three (Jepang, Cina dan Korea). Dalam Kerangka
Acuan telah diidentifikasikan bentuk-bentuk kerja sama yang akan
diprioritaskan untuk dikembangkan, yaitu meliputi antara lain: (1)
Forum Masyarakat (Peoples Forum), (2) Pembangunan Kapasitas
(Capacity Building), (3) Pembangunan Perusahaan Menengah Kecil
dan Sosial (SME and Social Enterprises Development), (4). Program
Dampak Perdagangan Bebas dan Pengurangan Kemiskinan (Impact
Trade Liberalization on Poverty Alleviation Programmes) dan (5)
Pendanaan Mikro (Micro Financing).
143
hanya diselenggarakan sekali dalam 3 tahun. Pertemuan terakhir
adalah pertemuan ke-6 AMMSWD, 7 Desember 2007, di Hanoi,
Vietnam. Sedangkan pertemuan pada tingkat pejabat senior disebut
Pertemuan Pejabat Senior yang Menangani Kesejahteraan Sosial
dan Pembangunan (Senior Official Meeting on Social Welfare and
Development/SOMSWD). Kerja sama di bidang pembangunan dan
kesejahteraan sosial dilakukan melalui AMMSWD dan SOMSWD
dengan memfokuskan pada program kesejahteraan sosial yang
meliputi antara lain kependudukan, anak-anak, penyandang cacat,
lansia dan keluarga.
144
dan berlangsung secara bersamaan dengan Sidang SOMSWD dan
AMMSWD. Pada pertemuan SOMSWD terakhir di Singapura tanggal
11 14 Januari 2010, telah dibahas perkembangan dan tindak lanjut
kerja sama negara-negara ASEAN di bidang kesejahteraan sosial
dan pembangunan.
145
melibatkan LSM dengan dibentuknya Komite Kerja Sama Pemuda
ASEAN (Committee for ASEAN Youth Cooperation/CAYC).
146
dan meningkatkan identitas tentang ASEAN melalui program Camp
Pemuda dan pertukaran pemuda. Pelaksanaan kegiatan mengenai
pemuda sebenarnya menjadi tanggung jawab SOMY namun
mengingat kegiatan tersebut merupakan kegiatan lintas sektoral,
maka implementasi juga melibatkan badan sektoral lainnya
yang mulai dikoordinasi melalui Coordinating Conference for the
ASEAN Socio-Cultural Community (SOCCOM) sejak pertemuan di
Sekretariat ASEAN Jakarta, pada bulan November 2006.
147
e. ASEAN-India: ASEAN Youth Visit to India
f. ASEAN Youth Day Meeting and ASEAN Youth Award
g. Cina ASEAN Young Enterpreneurship
148
untuk menyusun langkah strategi melaksanakan Rencana Kerja
dimaksud. Pertemuan menyambut baik usulan Indonesia untuk
menjajaki kemungkinan menjalin kerja sama dengan negara-
negara Plus Three (Cina, Jepang dan Republik Korea) di bidang
kepegawaian negeri sipil dan mengesahkan proposal Indonesia dan
Singapura mengenai diadakannya Forum Akuntabilitas Pegawai Sipil
dan Pemerintahan Yang Baik (Forum on Civil Service Accountability
and Good Governance) yang diharapkan dapat dilakukan secara
rutin sebelum pelaksanaan konferensi utama atau pertemuan teknis
ACCSM setiap tahun.
149
c. Deklarasi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasu dan
Kekerasan terhadap Perempuan (The Declaration on the
Elimination of Al l Forms of Discrimination and Violence against
Women/DEVAW), tahun 2004.
150
masukan dari unsur pemerintah dan non-pemerintah. Pembentukan
ACWC telah menjadi agenda ASEAN mulai dari Vientiane Action
Program 2004-2010 (VAP) tahun 2004 dan kemudian dilanjutkan
dengan tiga Cetak Biru Pembentukan Komunitas ASEAN 2015.
Pemajuan dan perlindungan hak Perempuan dan Anak tercantum
dalam Cetak Biru Komunitas Politik Keamanan ASEAN dan Cetak
Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN.
151
Di samping ASOD juga terdapat pertemuan lainnya yang menangani
isu yang sama yakni Pertemuan Pejabat Senior Terkait Kejahatan
Transnasional (ASEAN Senior Official Meeting on Transnational
Crimes/SOMTC).
152
dengan Negara anggota lainnya dalam kemitraan dengan
media. Agar ASOD mencari proyek mengenai pendidikan bagi
remaja sebagai inisiatif lintas sektoral.
c. Working Group on Treatment and Rehabilitation (TR) di-
pimpin Malaysia terutama merekomendasikan antisipasi
penyalahgunaan narkoba melalui dihirup dan agar industri
bahan kimiawi mendukung program TR dari pemerintah.
d. Working Group on Law Enforcement dipimpin Thailand mere-
komendasikan Workshop Legal Matters for Drug Control
bagi anggota ACCORD, agar perundang-undangan domestik
dan internasional lebih dipahami.
e. Working Group on Research dipimpin Singapura mere-
komendasikan penjajakan penggunaan cairan biologi selain
urine, misalnya keringat dan deteksi napas manusia untuk
menguji adanya zat Toluene dalam deteksi penyalahgunaan
narkoba dengan cara dihirup. Indonesia memberi rekomendasi
agar dilakukan kerja sama dengan pabrik pengguna zat Toluene
untuk mencari zat pengganti.
153
b. Pengurangan Produksi Ilegal Narkoba dan Kejahatan
yang Berhubungan dengan Narkoba secara Signifikan dan
Berkelanjutan (Significant and Sustainable Reduction in Illicit
Manufacturing and Trafficking of Drugs and Drugs Related
Crime), dan
c. Pengurangan Popularitas Penggunaan Obat-obatan Ilegal
secara Signifikan dan Berkelanjutan (Significant and
Sustainable Reduction of the Prevalence of Illicit Drug Use).
154
Solidarity Fund), Perancis, China, Republik Korea, Kanada
(International Development Research Centre), dan dari sektor
swasta yaitu Microsoft Indonesia dan Hewlett Packard Indonesia.
155
identitas ASEAN, interaksi diantara masyarakat (people-to-people)
dan kolaborasi yang lebih erat dengan sektor swasta, masyarakat
madani, akademisi, dan pemilik kepentingan lain di kawasan.
156
bawah Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN. Disamping itu
SOCA dapat pula menjadi tempat pembahasan dan mengajukan
dokumen/deklarasi/nota saling pengertian kepada para kepala
negara pemerintahan untuk disahkan/diadopsi/ditandatangani.
SOCA juga berfungsi untuk memonitor perkembangan kegiatan
yang sifatnya cross-cutting issues antara badan-badan sektoral.
157
158
BAB IV
KERJA SAMA EKSTERNAL ASEAN
A. Pendahuluan
159
Traktat Persahabatan dan Kerja sama (Treaty of Amity and
Cooperation/TAC), Wilayah Damai, Bebas dan Netral (Zone of
Peace, Freedom and Nutrality/ZOPFAN) dan Wilayah Bebas
Senjata Nuklir Asia Tenggara (Southeast Asia Nuclear Weapon
Free Zone/SEANWFZ). Calon negara Mitra Wicara dapat
memberikan bantuan teknis dan/atau pembangunan.
160
Sektoral, Mitra Pembangunan, Pengamat Khusus, tamu atau status
lainnya. Pihak eksternal dapat diundang pada pertemuan-pertemuan
ASEAN atau kegiatan kerja sama ASEAN tanpa diberikan status
formal apapun, sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku.
1. ASEAN-Amerika Serikat
161
direvisi dalam Kerangka Kemitraan ASEAN-AS yang Diperluas
(Revised Priorities for Cooperation under the ASEAN-US
Enhanced Partnership 2009).
162
yang diorganisir oleh Kantor Merek Dagang dan Paten AS (US
Patent and Trademark Office) dan akan diteruskan dengan
tahap II.
Pada Dialog ASEAN-AS ke-23 yang berlangsung di
Manila, Filipina, 6-8 Mei 2010, ASEAN dan AS juga membahas
kondisi ekonomi global yang antara lain menegaskan komitmen
bersama meningkatkan perdagangan dan kerja sama
ekonomi sebagai salah satu langkah pemulihan. ASEAN dan
AS perlu melihat peluang peningkatan kerja sama di bidang
perdagangan dan investasi guna menciptakan arsitektur
finansial internasional yang lebih berimbang dan mendorong
reformasi insitusi finansial internasional.
Mekanisme kerja sama di bidang pembangunan dan
ekonomi perdagangan ASEAN AS yang telah berlangsung
dengan baik antara lain adalah Rencana Kerja sama ASEAN-
AS (ASEAN-US Cooperation Plan/ACP). Sementara untuk
ADVANCE Pemerintah AS memberikan komitmen untuk
memberikan dana mendukung proyek-proyek kerja sama
selama 5 tahun. Sebagian besar dana implementasi ACP
dikoordinasikan melalui USAID sehingga pada dasarnya dana-
dana tersebut terikat pada ketentuan Bantuan Pembangunan
Luar Negeri AS (Overseas Development Assistance/ODA),
dimana yang dapat menerimanya hingga saat ini hanya 5
negara ASEAN yaitu Indonesia, Filipina, Laos, Kamboja dan
Viet Nam. Namun terdapat juga proyek-proyek khusus untuk
ASEAN yang biasanya ditujukan untuk penguatan Sekretariat
ASEAN dan mekanisme kerja sama ASEAN-AS.
Dalam kerja sama sosial budaya, ASEAN - AS telah
melaksanakan Program Kunjungan Ilmuwan ke ASEAN oleh
Fullbright untuk pejabat pemerintah, akademisi dan peneliti yang
ingin mengkaji isu-isu mengenai hubungan ASEAN-Amerika
Serikat. Di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini
ASEAN-AS masih dalam tahap penyelesaian draf Persetujuan
Kerja sama Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ASEAN-AS
(ASEAN-US Science and Technology Agreement).
Dalam forum dialog ASEAN-AS dilaksanakan pada
tingkat ahli sampai Kepala Negara/Kepala Pemerintahan.
163
Pada pertemuan Kelompok Kerja ke-1 ASEAN-AS dihasilkan
draft pengelompokan kembali prioritas kerja sama Kemitraan
ASEAN-AS yang Diperluas dalam 8 bidang sesuai ketiga pilar
dalam masyarakat ASEAN, yaitu: (1) kejahatan lintas negara,
termasuk kontra terorisme, (2) pembangunan kapasitas untuk
Pemerintahan yang Baik, penegakan hukum dan sistim hukum,
promosi hak-hak asasi manusia; (3) program ekonomi, (4)
kerja sama keuangan, (5) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
(6) Penanganan Bencana Alam, (7) Lingkungan, perubahan
iklim, keamanan pangan dan energi, dan (8) Pendidikan,
termasuk program beasiswa dan pelatihan. Pertemuan ke-
2 Kelompok Kerja menghasilkan antara lain tindak lanjut
Pernyataan Bersama Pertemuan ke-1 Pemimpin ASEAN-AS,
pembentukan Kelompok Ahli ASEAN-AS (ASEAN-US EPG)
dan rencana penyelenggaraan Promosi Keliling ke AS.
164
forum tertinggi dalam skema dialog kemitraan ASEAN-AS.
Pertemuan tersebut di atas menghasilkan Pernyataan Bersama
ASEAN-AS bagi Kemitraan yang Diperluas untuk Perdamaian
Langgeng dan Kemakmuran (ASEAN-US Joint Statement
Enhanced Partnership for Enduring Peace and Prosperity)
yang menegaskan posisi bersama ASEAN-AS terhadap isu-
isu global antara lain pembangunan tatanan ekonomi global,
non-proliferasi dan perlucutan senjata, perubahan iklim,
penanganan bencana alam, masalah kesehatan dan penyakit
pandemik, keamanan energi dan ketahanan pangan, dan kerja
sama penanggulangan kejahatan lintas negara.
2. ASEAN-Australia
Kerja sama ASEAN Australia yang dimulai pada tahun
1974, diawali dengan pembentukan Pertemuan Konsultatif
ASEAN-Australia (ASEAN - Australia Consultative Meeting/
AACM) yang kemudian diikuti dengan berbagai dialog ASEAN
Australia pada berbagai tingkatan antara lain: Forum Regional
ASEAN (ARF), PMC, Konsultasi Infromal antara Menteri
Ekonomi ASEAN dengan Menteri Negara-negara Hubungan
Ekonomi yang Lebih Dekat (Informal Consultations between
ASEAN Economic Ministers (AEM) dan Ministers from the Closer
Economic Relation (CER) Countries, Forum ASEAN-Australia,
Komite Perencanaan Bersama ASEWAN-Australia (ASEAN-
Australia Joint Planning Committee/JPC), Komite Koordinasi
Proyek (Project Coordination Committees/PCCs), Komite
ASEAN-Canberra dan berbagai kelompok kerja meliputi antara
lain di bidang perdagangan dan investasi, telekomunikasi,
pendidikan dan pelatihan, industri dan teknologi, lingkungan
hidup serta budaya dan informasi. Tahapan penting kerja sama
ASEAN-Australia adalah aksesi Australia kedalam TAC pada
tahun 2005.
Beberapa kerja sama ASEAN-Australia yang menonjol
terkait isu-isu transnasional adalah pertemuan kawasan
tingkat menteri mengenai penyelundupan manusia dan
kejahatan lintas Negara. Terkait isu terorisme, Australia telah
menandatangani Deklarasi Bersama ASEAN-Australia untuk
Kontra Terorisme (ASEAN-Australia Joint Declaration on
165
Counter Terrorism) pada pertemuan AMM/PMC/ARF ke-37,
Juli 2004 di Jakarta. Kerja sama ASEAN-Australia pada tahun
2007 mengalami perkembangan yang signifikan yaitu dengan
ditandatanganinya Deklarasi Bersama tentang Kemitraan
Komprehensif ASEAN-Australia (Joint Declaration on ASEAN-
Australia Comprehensive Partnership) tanggal 1 Agustus
2007 di Manila, Filipina. Selain itu, Australia telah mengangkat
Duta Besar Ms. Gillian Bird sebagai Duta Besar pertama
Australia untuk ASEAN pada tanggal 17 September 2008 yang
berkedudukan di Canberra.
166
didukung oleh Program Kerja sama Pembangunan ASEAN-
Australia Tahap I (2002-2008) dengan dana sebesar A$ 45 juta
yang bertujuan untuk membantu integrasi ekonomi ASEAN.
Program AADCP I ini telah berakhir pada bulan Juni 2008 dan
Australia kemudian dilanjutkan dengan AADCP II (2008-2015)
dengan dana A$ 57 juta.
Australia terlihat mempunyai keinginan kuat untuk
melakukan kerja sama di bidang penanggulangan bencana
alam. Namun hingga saat ini, kerja sama penanggulangan
bencana alam tersebut baru berjalan melalui kerja sama
bilateral dengan Indonesia seperti mekanisme Fasilitas
Australia Indonesia bagi Pengurangan Bencana (Australia
Indonesia Facility for Disaster Reduction/AIFDR). Mekanisme
AIFDR antara lain akan diimplementasikan melalui Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dimana untuk
sementara Pusat Koordinasi Bantuan Kemanusiaan dan
Penanggulangan Bencana ASEAN (the ASEAN Co-ordinating
Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management/
AHA Centre) sekarang berlokasi. Untuk itu, potensi kerja sama
penanggulangan bencana alam tersebut dapat dikembangkan
di tingkat ASEAN.
3. ASEAN-China
Hubungan kerja sama ASEAN dengan China telah
dimulai secara informal pada tahun 1991. China dikukuhkan
menjadi mitra wicara penuh ASEAN pada Pertemuan Tingkat
Menteri ke-29 di Jakarta, tahun 1996. Kerja sama kemitraan
ASEAN dan China semakin meningkat yang ditandai dengan
pengesahan berbagai dokumen, antara lain: Deklarasi
Bersama para Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN dan
Republik Rakyat China tentang Kemitraan Strategis bagi
Perdamaian dan Kemakmuran (Joint Declaration of the Heads
of State/Government of the Association of the Southeast Asian
Nations and the Peoples Republic of China on Strategic
Partnership for Peace and Prosperity) pada KTT ke-7 ASEAN-
China di Bali, tahun 2003; Rencana Aksi Deklarasi Bersama
ASEAN-China tentang Kemitraan Strategis bagi Perdamaian
dan Kemakmuran (Plan of Action of the ASEAN-China Joint
167
Declaration on Strategic Partnership for Peace and Prosperity/
PoA) di Vientiane, tahun 2004 serta Pernyataan Bersama
KTT Peringatan Hubungan ASEAN-China (Joint Statement
of ASEAN-China Commemorative Summit) di Nanning, tahun
2006.
168
Januari 2010 untuk mempersiapkan revisi MoU tersebut.
Pada pertemuan pertama AMMTC+China Consultation
dalam rangkaian pertemuan ke-7 AMMTC di Siem Reap,
Kamboja tanggal 19 November 2009, ASEAN dan China telah
menandatangani ASEAN-China MoU on Cooperation in the
Field of Non-traditional Security Issues periode 2010-2014.
169
tahun 2010 untuk Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura, Thailand dan China, dan tahun 2015 untuk
Kamboja, Laos, Myanmar dan Viet Nam.
170
Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) telah ditunjuk
sebagai lembaga pemrakarsa. Pada KTT ke-13 ASEAN-China
di Ha Noi, Viet Nam bulan Oktober 2010 yang akan datang
diharapkan ASEAN dan China sepakat untuk meluncurkan
Pusat Virtual ASEAN-China sebagai tahap pertama pendirian
Pusat ASEAN-China di Beijing, China pada tahun 2011.
171
Pada tanggal 31 Desember 2008, China telah menunjuk
H.E. Mrs. Xue Hanqin sebagai Duta Besar China untuk ASEAN.
Saat ini China tengah dalam proses membuka Kantor China
untuk ASEAN yang melekat dengan Perwakilan (Kedutaan
Besar RRC) bilateralnya di Jakarta.
4. ASEAN-India
172
India (SOM), Komite Bersama Kerja Sama ASEAN-India,
Kelompok Kerja ASEAN-India, ARF dan berbagai konsultasi/
pertemuan sektoral di bidang politik dan keamanan, ekonomi
dan sosial budaya. Dalam kerja sama dengan ASEAN, India
menyatakan komitmennya untuk meningkatkan hubungan
ASEAN-India dengan memberikan kontribusi melalui Dana
Pembangunan ASEAN dan Dana ASEAN-India yang digunakan
untuk mendanai berbagai proyek kerja sama ASEAN-India.
Sejak tahun 1994, Pemerintah India secara rutin memberikan
kontribusi dana pada Dana ASEAN-India yang hingga sekarang
berjumlah total US$ 11.406.407,43.
173
Meteri Ekonomi ASEAN bulan Agustus 2009 dan mulai berlaku
efektif pada 1 Januari 2010. Pertemuan ke-12 ASEAN-India
SOM, mencatat bahwa sejak penandatanganan AI-TIGA baru
lima negara yang telah menyelesaikan proses ratifikasi, yaitu
Vietnam, Malaysia, Singapura, Thailand dan India. Diharapkan
semua pihak dapat segera menyelesaikan proses ratifikasi agar
perjanjian tersebut dapat diimplementasikan secara efektif.
Saat ini ASEAN dan India sedang berupaya menyelesai-
kan negosiasi di bidang jasa dan investasi. Diharapkan
negosiasi di kedua bidang ini dapat diselesaikan pada tahun
2010. Volume perdagangan ASEAN-India pada tahun 2008 telah
mencapai US$ 48 milyar. Hal ini sejalan dengan target untuk
meningkatkan volume perdagangan ASEAN-India menjadi
US$ 50 milyar pada tahun 2010. Berdasarkan pencapaian
tersebut, pada KTT ke-7 ASEAN-India para Pemimpin sepakat
untuk meningkatkan target volume perdagangan ASEAN-India
menjadi US$ 70 milyar untuk dua tahun ke depan.
Sebagai tindak lanjut KTT ke-7 ASEAN-India, saat
ini ASEAN dan India sedang mempersiapkan rencana
penyelenggaraan Dewan Bisnis ASEAN-India (Business
Council/AIBC), KTT Bisnis ASEAN-India (ASEAN-India
Business Summit/AIBS), Pekan Bisnis ASEAN-India dan
Pameran Industri dan Perdagangan ASEAN. Kerja sama
ASEAN-India juga menekankan perlunya peningkatan kerja
sama pariwisata.
Kerja sama sosial-budaya ASEAN-India meliputi
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi informasi
dan komunikasi, bioteknologi, farmasi dan kesehatan,
pengembangan sumber daya manusia, pariwisata, budaya,
hubungan antar masyarakat, Kursus Khusus untuk Diplomat
Negara-negara ASEAN, Kunjungan 100 Mahasiswa ASEAN ke
India, Program Pertukaran Media ASEAN-India, kunjungan dan
pertukaran kelompok ahli di berbagai bidang, dan pelaksanaan
proyek di bawah Inisiatif Integrasi ASEAN (Initiative for ASEAN
Integration/IAI).
Dalam rangka meningkatkan kerja sama di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, pada bulan November 2006,
174
telah diselenggarakan KTT Teknologi di India. Menindaklanjuti
pertemuan tersebut, pada KTT ke-5 ASEAN-India di Cebu,
Filipina tanggal 14 Januari 2007, PM India mengajukan proposal
untuk membentuk Dana Pengembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi ASEAN-India (ASEAN-India Science and
Technology Development Fund/AISTDF) dengan kontribusi
awal dari India sejumlah US$ 1 juta. Pertemuan ke-12 AIJCC
di Sekretariat ASEAN bulan Mei 2010 telah mengesahkan
Pedoman Manajemen AISTDF.
175
5. ASEAN-Jepang
Kerja sama ASEAN dan Jepang mulai lakukan dialog
informal pada tahun 1973 dan hubungan formal mulai terbentuk
dengan terwujudnya Forum ASEAN-Jepang pada bulan Maret
1977. Hubungan ASEAN-Jepang pada awalnya ditekankan
pada hubungan kerja sama ekonomi. Pada tanggal 25 Mei 1981
berdiri Pusat Promosi Perdagangan, Investasi dan Pariwisata
berdasarkan persetujuan antara Negara-negara ASEAN dan
Jepang. Pusat ASEAN-Jepang (ASEAN-Japan Centre/AJC)
ini dalam perkembangannya memperluas fungsi dan aktivitas
sesuai keputusan KTT Peringatan Hubungan ASEAN-Jepang
pada tahun 2003. Berdasarkan rekomendasi Eminent Persons
Committee perjanjian AJC kemudian diamandemen dan
disahkan oleh Dewan Direktur AJC tanggal 20 November 2007.
Indonesia telah meratifikasi amandemen tersebut. Mekanisme
pertemuan ASEAN-Jepang terdiri atas: KTT ASEAN-Jepang,
PMC ASEAN-Jepang, ASEAN Japan Forum (tingkat SOM), the
Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF) Committee/JMC. Namun
demikian, berbeda dengan mekanisme pertemuan ASEAN
dengan mitra wicara lainnya, ASEAN-Jepang tidak memiliki
mekanisme pertemuan di tingkat Direktur Jen dan tingkat
kelompok kerja. Untuk ASEAN-Jepang, pertemuan di tingkat
kelompok kerja adalah Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF)
Management Committee (JMC) Meeting. Pertemuan pada
tingkat Direktur Jenderal dengan mitra wicara diselenggarakan
di Jakarta di bawah kerangka ASEAN Committee of Permanent
Representatives (CPR). Penyesuaian mekanisme ini mulai
diterapkan pada pelaksanaan the 6th Japan-ASEAN Integration
Fund (JAIF) Management Committee (JMC) Meeting pada
tanggal 12 April 2010 dengan merubah pertemuan tersebut
menjadi open ended dengan maksud agar dapat dihadiri
seluruh Negara Anggota ASEAN dan disebut expanded JMC
Meeting. Pada pertemuan ini juga disepakati untuk merubah
Guideline of JAIF dan Rules of Procedures JMC Meeting serta
membetuk 1 mekanisme baru yaitu pertemuan ASEAN-Japan
Joint Coordinating Committee.
Penguatan kerja sama ASEAN-Jepang ditandai dengan
pelaksanaan KTT Peringatan Hubungan ASEAN-Jepang, 11-
176
12 Desember 2003 di Tokyo dan ditandatanganinya Tokyo
Declaration for the Dynamic and Enduring ASEAN-Japan
Partnership in the New Millennium seta disahkannya Rencana
Aksi ASEAN-Japan yang merupakan cetak biru kerja sama
ASEAN-Jepang yang komprehensif. Pada KTT ASEAN-Jepang
ke-10 di Cebu tanggal 14 Januari 2007, disepakati usulan
Jepang untuk membentuk Kelompok Ahli guna mengelaborasi
9th ASEAN-Japan Summit Joint Statement on Deepening
and Broadening of ASEAN-Japan Strategic Partnership guna
mewujudkan kerja sama yang lebih nyata. Rekomendasi
Kelompok Ahli dalam bentuk Report of the ASEAN-Japan
Eminent Persons Group telah dilaporkan kepada para
Pemimpin pada KTT ASEAN-Jepang ke-12 di Hua Hin, Thailand
tanggal 24 Oktober 2009. Pada KTT ASEAN-Jepang ke-11
tanggal 21 November 2007 telah dikeluarkan Joint Statement
on the Conclusion of the Negotiations for the ASEAN-Japan
Comprehensive Economic Partnership Agreement (AJCEP)
yang mencakup perdagangan barang, perdagangan jasa,
investasi dan kerja sama ekonomi. Negosiasi Persetujuan
AJCEP telah selesai dan ditandatangani pada awal tahun
2008. Terkait AJCEP Jepang dan ASEAN akan melakukan
negosiasi di bidang jasa dan investasi setelah satu tahun
AJCEP diratifikasi semua negara. Dalam kerangka kerja sama
KTT Asia Timur (East Asia Summit/EAS), ASEAN-Jepang
memandang penting pertukaran di kalangan masyarakat.
Pada KTT ASEAN-Jepang ke-10, Jepang berkomitmen
melaksanakan program untuk mengundang 6000 pemuda dari
Negara-negara EAS per tahun selama lima tahun. Program
kunjungan ke Jepang Jaringan Pertukaran Siswa dan Pemuda
Jepang-Asia Timur (Japan-East Asia Network of Exchange
for Students and Youths/JENESYS) akan melibatkan banyak
siswa pelajar. Jepang juga akan mengundang guru-guru muda
sebagai upaya meningkatkan pengetahuan publik tentang
ASEAN dan Jepang. Selain itu Jepang merupakan penggagas
studi mengenai Institut Riset Ekonomi untuk ASEAN dan Asia
Timur (Economic Research Institute for ASEAN and East Asia/
ERIA). Sebagai tindak lanjut pada 3rd EAS, para pemimpin telah
menyepakati pembentukan ERIA untuk dapat diakomodasi
sementara di Sekretariat ASEAN, Jakarta. Kegiatan ERIA
177
akan dilaksanakan berdasarkan tiga pilar kebijakan penelitian
yakni memperdalam integrasi ekonomi, mempersempit jurang
perbedaan pembangunan, dan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan. ERIA saat ini berada di bawah payung kerja
sama EAS dan memiliki fokus pada kajian-kajian strategis guna
mendorong integrasi kawasan dan memperkuat kemitraan di
Asia Timur. Disamping itu, Jepang juga merupakan penggagas
studi mengenai Kemitraan Ekonomi Komprehensif di Asia
Timur (Comprehensive Economic Partnership in East Asia/
CEPEA) untuk menjajaki kemungkinan membentuk kerangka
kerja sama bagi integrasi ekonomi di Asia Timur. Pada KTT
ASEAN-Jepang ke-11 di Singapura tahun 2007 Jepang
telah mengusulkan pembentukan Dialog ASEAN-Jepang
untuk Kerja sama Lingkungan (ASEAN-Japan Dialogue on
Environmental Cooperation/AJDEC) yang bertujuan antara
lain untuk bertukar pandangan dan mengidentifikasi kerja
sama di bidang lingkungan dan memajukan proyek terkait
lingkungan. Dalam pertemuan ASEAN PMC ke-42 di Phuket,
Thailand, tanggal 22 Juli 2009, Indonesia secara resmi telah
menjadi Negara Koordinator hubungan kerja sama ASEAN-
Jepang mulai bulan Juli 2009 sampai Juli 2012 menggantikan
Lao PDR. ASEAM sepakat dengan komitmennya untuk lebih
meningkatkan kemitraan strategis ASEAN dan Jepang dalam
mengimplementasikan Joint Statement of the Ninth ASEAN-
Japan Summit: Deepening and Broadening of ASEAN-Japan
Strategic Partnership in the New Millennium. Negara-negara
Anggota ASEAN menyambut baik bantuan dan komitmen
Jepang terhadap proses integrasi ASEAN dan penanganan
krisis ekonomi melalui mekanisme Chiang Mai Initiative
Multilateralization (CMIM). Jepang melalui Japan-ASEAN
Integration Fund (JAIF) mendukung dana sebesar US$ 62 juta
untuk CMIM. Kerja sama ASEAN-Jepang dibiayai melalui Trust
Funds ASEAN-Jepang yaitu Japan ASEAN General Exchange
Fund (JAGEF), Japan ASEAN Exchange Project (JAEP)
Fund, dan Japan ASEAN Integration Fund (JAIF). Dalam
rangka intensifikasi kerja sama ASEAN-Jepang, disepakati
mengkonsolidasi trust funds tersebut kedalam Japan ASEAN
Integration Fund (JAIF) yang mulai efektif sejak Agustus 2008.
Dana JAIF 28 Februari 2010 sebesar lebih dari US$ 108 juta.
178
Pada pertemuan JAPANASEAN Integration Fund (JAIF)
Management Committee (JMC) pada tanggal 9-10 Februari
2009, Jepang menyatakan tetap memberikan prioritas
kerja sama ASEAN-Jepang pada lima bidang, yaitu: kontra
terorisme, lingkungan hidup, penanganan bencana alam,
Public Outreach, dan lainnya. Pada pertemuan ke-6 JMC pada
tanggal 12 April 2010, Jepang menambah prioritas kerja sama
yaitu menjadi: kemitraan ekonomi; lingkungan hidup dan
perubahan iklim; penanganan bencana alam, kontra terorisme,
kesehatan dan kesejahteraan; keamanan maritim termasuk
penanganan pembajakan laut; dan pertukaran masyarakat.
Disamping itu, Jepang menambah kontribusinya untuk JAIF
sebesar US$ 90 juta bagi program Economic Partnership
Agreement (EPA)-Japanese Language Training (US$14.3 juta),
Emergency Economic Assistance (US$61.9juta) dan Disaster
Management (US$ 13.3juta). Program EPA Language Training
lebih bersifat bilateral dan subkawasan bagi Negara-negara
ASEAN yang telah memiliki EPA dan ditujukan untuk pelatihan
bahasa Jepang bagi tenaga perawat. Indonesia menerima
paket EPA Language Training untuk tahun 2009, disusul oleh
Filipina. Program Emergency Economic Assistance akan
dialokasikan bagi kerja sama ASEAN Plus Three. Sementara
Disaster Management akan mendukung fasilitas ASEAN
Humanitarian Assistance Centre (AHA) di Jakarta dan Asian
Disaster Reduction Centre (ADRC) di Kobe. Kerja sama di
bidang politik Jepang telah mengaksesi TAC pada tanggal
2 Juli 2004 di Jakarta. Jepang pernah menyampaikan visi
untuk membangun suatu East Asia community (EAc). Jepang
berkomitmen mendukung terbentuknya Komunitas ASEAN
2015 dengan ASEAN sebagai kekuatan penggerak utama.
ASEAN menyambut baik Doktrin Fukuda dimana PM Yasuo
Fukuda menyebutkan ASEAN adalah mitra yang memiliki visi
yang sama dengan Jepang khususnya dalam konteks guliran
arsitektur kawasan. Jepang menunjuk Duta Besarnya untuk
ASEAN pada tanggal 17 Oktober 2008 yang berbasis di Tokyo,
namun kemudian tanggal 8 April 2010, Pemerintah Jepang
menempatkan Duta Besarnya untuk ASEAN di Jakarta. Para
Pemimpin ASEAN dan Jepang menegaskan komitmennya
dalam menghadapi ancaman terorisme melalui mekanisme
179
Partnership in the New Millennium dan dalam pelaksanaan Rencana Aksi ASEAN-
Jepang.
PertemuanPertemuan
Dirjen Kerja Dirjen Kerja sama
sama ASEAN denganASEAN dengan
Wakil Menteri Wakil
Luar Menteri
Negeri JepangLuar Negeri
dalam rangka
Jepang dalamIndonesia
Coordinatorship untuk ASEAN-Jepang
rangka koordinasi 2009-2012.
Coordinatorship Sumber:untuk
Indonesia Ditjen ASEAN-Jepang
KS ASEAN
2009-2012. Sumber: Ditjen KS ASEAN
Pada pertemuan the First ASEAN Senior Economic Officials Meeting of the 41st
AEM (SEOM 1/41) tanggal 18-21 Januari 2010 di Da Nang, Vietnam, mencatat bahwa
Kamboja dan Indonesia telah meratifikasi ASEAN-Japan Economic Partnership
6. ASEAN-Kanada
Agreement (AJCEP), sehingga hanya Filipina yang belum meratifikasi. Ratifikasi
Indonesia mengenai persetujuan AJCEP tersebut ditetapkan melalui Peraturan Presiden
No. 5/2009 Kerja 19 sama
tanggal NovemberASEAN
2009. dan Kanada pertama kali
dilaksanakan melalui ASEAN Standing Committee (ASC) pada
bulan Februari 1977. Pada Pertemuan tersebut, Menteri Luar 107
180
Negeri Kanada saat itu menyampaikan komitmen bantuan
program pembangunan untuk ASEAN. Komitmen tersebut
kemudian diwujudkan dengan ditandatanganinya ASEAN-
Canada Economic Cooperation Agreement (ACECA) pada
tanggal 25 September 1981 di New York, Amerika Serikat.
Persetujuan tersebut diikuti dengan pembentukan ASEAN-
Canada Joint Cooperation Committee (JCC) pada tanggal 1
Juni 1982 yang berfungsi sebagai forum dialog bagi ASEAN
dan Kanada untuk membahas kerja sama di bidang-bidang
ekonomi, perdagangan, investasi, industri, dan kerja sama
pembangunan.
181
Kegiatan prioritas dalam 2nd ACJCWP lainnya yang
telah diselenggarakan adalah ASEAN-Canada Dialogue
on Interfaith Initiatives pada tanggal 5-7 November 2008 di
Surabaya. Bersama Kanada, Indonesia merupakan ketua
bersama dialog tersebut. Dialog tersebut merupakan kegiatan
dialog antar keyakinan pertama di ASEAN maupun mitra
wicara. Dialog tersebut dihadiri seluruh Negara Anggota
ASEAN, Kanada dan Sekretariat ASEAN, yang terdiri atas
unsur-unsur pemerintahan, masyarakat madani, pendidikan,
dan media massa. Sedangkan di bidang Hak Asasi Manusia
(HAM), Kanada juga telah mendanai kegiatan Workshop on
Supporting the Establishment of a Regional Human Rights
Mechanism in ASEAN pada tanggal 15-17 Mei 2008 di Bali.
182
Pengaturan ini belum dapat diselesaikan namun kedua pihak
sepakat untuk segera menyelesaikan pengaturan tersebut.
183
7. ASEAN-Republik Korea
184
Selain itu, Agreement on Investment under the Framework
Agreement on Comprehensive Economic Cooperation among
the Governments of the Member Countries of the Association
of Southeast Asian Nations and the Republic of Korea juga
ditandatangani melengkapi pembentukan ASEAN-ROK FTA
yang sebelumnya juga telah ditandatanganinya the Agreement
on Trade in Goods dan Agreement on Trade in Services.
185
ROK juga telah mengaksesi TAC pada ASEAN-ROK
Ministerial Meeting pada tanggal 27 November 2004. Hal ini
menunjukan komitmen ROK untuk memperkuat hubungan
politik dan keamanan dengan ASEAN. Pada tanggal 23
Desember 2008, Pemerintah ROK telah mengangkat Duta
Besar ROK untuk Indonesia merangkap sebagai Duta
Besar ROK untuk ASEAN. Sebagai wujud nyata kerja sama
ASEAN dan ROK pada KTT ke-11 ASEAN-ROK Desember
2007 di Singapura, para Menteri Luar Negeri ASEAN dan
ROK menandatangani MoU on Establishing the ASEAN-
Korea Centre (AKC) yang bertujuan untuk meningkatkan
perdagangan, mempermudah aliran investasi, mendorong
kunjungan pariwisata dan pertukaran misi kebudayaan antara
Negara Anggota ASEAN dan ROK. Seluruh Negara Anggota
ASEAN telah meratifikasi MoU dimaksud. Disamping itu juga
dibentuk ASEAN Forest Cooperation Organization (AFoCO)
atas dasar Joint Statement at the ASEAN-Republic of Korea
Commemorative Summit. Gagasan ROK mendapat dukungan
dari ASEAN Senior Officials on Forestry (ASOF) dengan
menyepakati agar masing-masing Negara Anggota ASEAN
dan ROK menunjuk pihak berkepentingan (focal point) untuk
menyusun draft Agreement on the Establishment of the
Asian Forest Cooperation (AFoCO). Pada pertemuan 2ndt
Ad-hoc Working Group for the Establishment of Asian Forest
Cooperation (AFoCO) Maret 2010 di Jeju Island, ROK setujui
permintaan ASEAN untuk mengganti kata Asian menjadi
ASEAN pada nama organisasi AFoCO.
8. ASEAN-Rusia
Kerja sama ASEAN-Rusia telah dimulai sejak tahun
1991. Rusia secara resmi menjadi mitra wicara ASEAN pada
pertemuan ke-29 AMM/PMC di Jakarta pada bulan Juli 1996.
Rusia menjadi mitra ASEAN karena pasar ekonomi Rusia
serta sumber daya alam yang dimilikinya merupakan peluang
bagi ASEAN. Kerja sama dengan Rusia dikembangkan di
sektor pembangunan, ilmu pengetahuan dan teknologi,
perdagangan, sumber daya manusia, investasi dan ekonomi,
lingkungan hidup, pariwisata, kebudayaan serta peningkatan
186
hubungan antar masyarakat. Kerja sama ASEAN-Rusia
secara komprehensif baru terbentuk tahun 2005 setelah
ditandatanganinya dokumen-dokumen sebagai berikut:
1) Joint Declaration of the Heads of State/Government of
ASEAN and Russian Federation on Progressive and
Comprehensive Partnership;
2) Comprehensive Programme of Action to Promote
Cooperation between ASEAN and Russian Federation
2005-2015;
3) Agreement between the Governments of the Member
Countries of the Association of Southeast Asian Nations
and the Government of the Russian Federation on
Economic and Development Cooperation.
187
2) Joint Declaration on Cooperation to Combat International
Terrorism tahun 2004;
3) Aksesi Rusia pada Treaty of Amity and Cooperation (TAC)
in Southeast Asia tahun 2004.
188
Desember 2005 di Kuala Lumpur, Malaysia. ASEAN dan Rusia
juga menyepakati untuk mengaktifkan kembali forum ASEAN-
Russia Working Group on Trade and Economy (ARWGTEC)
dan SEOM-Russia Consultations sebagai wadah pembahasan
kerja sama ekonomi. Volume perdagangan Rusia dan
Negara-negara ASEAN pada tahun 2008 tercatat sebesar
US$10,2 milyar meningkat hampir 2 kali dibandingkan tahun
sebelumnya Nilai ekspor Rusia ke Negara-negara ASEAN
pada pertengahan 2009 mencapai US$ 2 milyar dan impor
Rusia dari Negara-negara ASEAN pada periode yang sama
senilai US$2,3 milyar.
189
untuk para operator pariwisata dari seluruh negara ASEAN.
Kegiatan ini dilakukan melalui 2 tahap, yaitu: e-learning course
dan in-class course dan kegiatan in-class cours.
Terkait keputusan para Kepala Negara/Pemerintahan
ASEAN yang mendorong Rusia dan Amerika Serikat untuk
mempererat hubungan mereka dalam perkembangan arsitektur
kawasan, termasuk kemungkinan keterlibatan mereka dengan
EAS melalui modalitas yang tepat. Rusia telah menunjuk
Dubes Rusia untuk Indonesia merangkap sebagai Duta Besar
Rusia untuk ASEAN. Penunjukan tersebut memperlihatkan
langkah politis yang positif dan diharapkan dapat mendorong
peningkatan kerja sama ASEAN-Rusia ke depan.
Pada bulan Mei 2009, Rusia memberikan tambahan
kontribusi sebesar US$ 750.000 pada ASEAN-Russia
Dialogue Partnership Financial Fund (DPFF). Total kontribusi
Rusia terhadap DPFF hingga saat ini telah mencapai
US$1.750.000.
Pembukaan Kursus Bahasa Rusia bagi para operator pariwisata ASEAN di Jakarta. Sumber: Ditjen KSA
Pembukaan Kursus Bahasa Rusia bagi para operator pariwisata ASEAN di Jakarta
Rusia telahSumber:
menunjuk H.E. Mr.
Direktorat Alexander
Jenderal A. Ivanov,
Kerja Sama ASEANDubes Rusia untuk
Indonesia sebagai Duta Besar Rusia untuk ASEAN. Selain itu, Rusia juga telah
mengirimkan staf baru dari Kemlu Rusia khusus untuk menangani kerja sama ASEAN-
Rusia. Penunjukan tersebut memperlihatkan langkah politis yang positif dan diharapkan
dapat mendorong peningkatan kerja sama ASEAN-Rusia ke depan.
190
9. ASEAN-Selandia Baru
Hubungan kerja sama ASEAN Selandia Baru telah berlangsung sejak tahun
1975 dengan dibentuknya ASEAN-New Zealand Dialogue Relations. Sejumlah kerja
9. ASEAN-Selandia Baru
191
Pada ASEAN PMC+1 dengan Selandia Baru di Singapura
pada tanggal 23 Juli 2008, ASEAN dan Selandia Baru sepakat
melanjutkan implementasi ASEAN-New Zealand Framework
Cooperation 2006-2010 dengan mengembangkan kerja sama
di bidang kontra terorisme dan kejahatan linta negara, dialog
antar keyakinan, pengembangan sumber daya manusia,
pendidikan, dan pertukaran masyarakat. Berakhirnya ASEAN-
New Zealand Framework Cooperation 2006-2010, ASEAN
dan Selandia Baru telah menyiapkan kerangka kerja sama
baru yaitu Draft Joint Declaration for an AEAN-New Zealand
Comprehensive Partnership dan Draft ASEAN-New Zealand
Cooperation Plan of Action to Implement the Joint Declaration
for an ASEAN-New Zealand Comprehensive Partnership 2010-
2015. Kedua draft tersebut telah disyahkan oleh para Menteri
Luar Negeri ASEAN dengan Selandia Baru pada bulan Juli
2010 dan diharapkan dapat disahkan pada KTT Peringatan
Hubungan ASEAN-Selandia Baru 2010 pada bulan Oktober di
Ha Noi, Viet Nam.
Di bidang ekonomi, ASEAN-Selandia Baru berkomitmen
untuk terus meningkatkan kerja sama dalam bidang fasilitasi
perdagangan dan investasi dibawah Framework for AFTA-CER
Closer Economic Partnership yang telah disepakati di Brunei
Darussalam, September 2002, sebagai awal pembentukan
AFTA-CER FTA. Perkembangan terakhir kerja sama ekonomi
ASEAN-Selandia Baru adalah ditandatanganinya ASEAN-
Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA)
oleh menteri-menteri ekonomi negara ASEAN pada tanggal
26 Februari 2009 di sela-sela KTT ke-14 ASEAN, di Thailand.
AANZFTA dapat membuka pasar bagi 600 juta orang di wilayah
ASEAN, Australia dan Selandia Baru dengan total GDP sebesar
US$ 2,3 triliun.
Pada KTT Peringatan Hubungan ASEAN-Selandia Baru
di Vientiane, Laos pada bulan November 2004, para Pemimpin
ASEAN dan Selandia Baru sepakat untuk meningkatkan kerja
sama dalam bidang pengembangan sumber daya manusia
melalui pertukaran dan pemberian beasiswa bagi pelajar dan
pemuda, sekaligus pencegahan terhadap penyakit menular
seperti HIV/AIDS, SARS dan Avian Influenza.
192
Selandia Baru telah mengangkat Duta Besar Selandia
Baru untuk Indonesia Phillip Gibson merangkap sebagai Duta
Besar Selandia Baru pertama untuk ASEAN pada tanggal 17
Oktober 2008.
193
negara anggota UE yang telah mengaksesi TAC pada tahun
2007.
194
dalam mekanisme TREATI, READI dan ASEAN Programme
for Regional Integration Support (APRIS) II. Capaian lainnya
adalah penandatanganan Declaration on Accession to the
TAC by the European Union and European Community dan
ASEAN Declaration of Consent to the Accession to the TAC
by the European Union and European Community serta upaya
penyelesaian amandemen Third Protocol dari TAC untuk
memungkinkan UE mengaksesi TAC.
195
Asia Timur yakni Cina, Jepang, dan Korea. KTT APT ke-1
diselenggarakan pada bulan Desember 1997 di Kuala Lumpur
pada saat kawasan Asia sedang dilanda krisis ekonomi.
Selama 10 (sepuluh) tahun pertama 1997-2007 kerja sama
APT didasarkan kepada Joint Statement on East Asia
Cooperation, East Asia Vision Group Report dan Report of
the East Asia Study Group. China, Jepang, dan Korea Selatan
telah mengaksesi Treaty of Amity and Cooperation in Southeast
Asia (TAC) masing-masing pada tahun 2003 (China) dan tahun
2004 (Jepang dan Korea Selatan).
196
9 program kerja sama jangka menengah dan panjang yang
antara lain mengenai pembentukan East Asian Free Trade
Area, East Asia Investment Area, mekanisme mata uang di
kawasan yang lebih terkoordinasi, dan pelibatan LSM dalam
konsultasi dan koordinasi kebijakan.
Dalam konteks pelaksanaan East Asia Study Group
Measures, Indonesia telah memberikan komitmen untuk
menjadi prime-mover bagi pelaksanaan jangka pendek,
menengah dan panjang yang telah diwujudkan dengan program
kegiatan sebagai berikut: Promotion of Language Programme
untuk ASEAN Plus Three Junior Diplomat, masing-masing
tahun 2005 di Yogyakarta, tahun 2006 di Bandung, tahun 2007
dan 2008 di Yogyakarta, dan tahun 2009 di Jakarta; empat
kali melaksanakan ASEAN Plus Three Diplomatic Training
Course di Jakarta pada tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010; dan
melaksanakan Workshop on Work Closely with NGOs in Policy
Consultation and Coordination to Encourage Civic Participation
and State-Civil Partnership in Tackling with Social Problems
pada tanggal 22-23 Oktober 2007 di Jakarta.
Dalam mengevaluasi kerja sama 10 tahun yang telah
lewat dan menyongsong kerja sama 10 tahun ke depan, para
pemimpin Pemerintahan APT telah mengesahkan the Second
Joint Statement on East Asia Cooperation beserta Work Plan
2007-2017 pada Special Ceremony 10 (sepuluh) tahun kerja
sama APT pada KTT ke-11 APT di Singapura tahun 2007.
Terdapat lima bidang kerja sama di dalam the Second Joint
Statement yaitu: politik dan keamanan; ekonomi dan keuangan;
energi, pembangunan, lingkungan hidup, perubahan iklim dan
pembangunan yang berkesinambungan; sosial-budaya dan
pembangunan; dan dukungan institusional dan hubungan
kerangka kerja sama yang lebih luas. The Second Joint
Statement juga menyepakati dibentuknya suatu ASEAN
Plus Three Cooperation Fund (APTCF) dengan kerangka
acuan dana awal APTCF US$ 3.000.000 dan proporsi 9:1
yaitu Negara-negara Plus Three sebesar US$ 2.700.000 dan
ASEAN secara keseluruhan sebesar US$ 300.000. Kerangka
acuan mendapatkan pengesahan para Menteri Luar Negeri
197
APT pada Pertemuan Tingkat Menteri APT. Dana APTCF akan
digunakan untuk mendukung implementasi proyek-proyek
yang telah ditetapkan dalam the Second Joint Statement on
East Asia Cooperation beserta Work Plan 2007-2017.
198
negara ASEAN Plus Three untuk menjaga ketahanan pangan
dan energi di kawasan dalam skema pembangunan yang
berkelanjutan, dan komitmen untuk memperkuat kerja sama
kawasan dalam kerangka ASEAN Plus Three merespon
dampak krisis global. Namun karena situasi politik dalam
negeri Thailand pembahasan tersebut tidak jadi dilaksanakan.
199
Selain itu, KTT juga mencatat laporan akhir Phase II Feasibility
Study of the East Asia Free Trade Area (EAFTA). Laporan
tersebut merekomendasikan pembentukan EAFTA untuk
memperkuat ketahanan perekonomian kawasan Asia Timur
dan melakukan negosiasi EAFTA paling lambat pada tahun
2012. KTT juga mengharapkan agar Chiang Mai Initiative
Multilateralisation dapat beroperasi pada akhir tahun 2009
dan membahas perlunya pendirian Credit Guarantee and
Investment Mechanism (CGIM) dibawah kerangka Asian Bond
Market Initiative. KTT juga mendorong untuk mempercepat
pendirian ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve
(APTERR) untuk menjamin kelanjutan mekanisme kerja sama
ketahanan pangan di kawasan setelah berakhirnya East Asia
Emergency Rice Reserve Pilot Project pada bulan Februari
2010.
200
12. KTT Asia Timur (East Asia Summit/EAS)
201
juga telah menugaskan para pejabat tinggi dan badan-badan
terkait penanggulangan bencana untuk membahas cara-
cara mengimplementasikan rekomendasi dari Cha-am Hua
Hin Statement on EAS Disaster Management, termasuk
pengembangan kapasitas yang terintegrasi dalam tanggap
bencana dan pengurangan dampak bencana di kawasan serta
mengkaji kemungkinan pembentukan suatu jejaring kawasan
dari para contact points penanggulangan bencana melalui
kerangka kerja dan mekanisme yang ada di ASEAN.
202
antara ASEAN dengan mitranya di EAS. KTT ke-4 Asia Timur
menyampaikan penghargaan terhadap kontribusi Economic
Research Institute from ASEAN and East Asia (ERIA) yang
telah memberikan rekomendasi mengenai penelitian dan
kebijakan praktis yang bermanfaat. KTT ke-4 Asia Timur
mendorong ERIA untuk bekerja sama dengan ADB and dan
Sekretariat ASEAN untuk untuk mempercepat penyelesaian
Comprehensive Asia Development Plan guna meningkatkan
konektifitas di kawasan.
Pakistan
Pakistan resmi menjadi mitra wicara sektoral ASEAN
pada Pertemuan Peresmian Pembentukan Hubungan Dialog
ASEAN-Pakistan November 1997. Pada pertemuan tersebut
disusun Terms of Reference tentang ASEAN-Pakistan Joint
Sectoral Cooperation Committee (APJSCC).
Pada pertemuan ke-11 ASEAN Regional Forum (ARF),
tanggal 2 Juli 2004, di Jakarta, Pakistan mengaksesi Traktat
Persahabatan dan Kerja sama (TAC) dan menjadi anggota ARF
ke-24. Pakistan juga telah menandatangani ASEAN-Pakistan
Joint Declaration for Cooperation to Combat Terrorism pada
AMM/PMC/ARF Juli 2005 di Vientiane, Lao PDR.
Pada pertemuan pertama ASEAN Senior Officials Meeting
on Transnational Crime (SOMTC) + Pakistan Consultation
bulan Juni 2007 di Vientiane, Lao PDR, menyepakati proposal
Pakistan untuk memulai kunjungan penegak hukum Negara-
negara ASEAN ke Islamabad, untuk mengidentifikasi kegiatan-
kegiatan yang dapat dilaksanakan sebagai implementasi dari
ASEAN-Pakistan Joint Declaration for Cooperation to Combat
International Terrorism.
Setelah pertemuan pertama APJSCC, dua kegiatan di
bidang perdagangan telah diadakan yaitu ASEAN-Pakistan
Business Council dan ASEAN-Pakistan Trade Facilitation
Workshop. Pada pertemuan Senior Economics Officials
203
Meeting (SEOM) Januari 2006 di Vientiane, diputuskan untuk
mengadakan ASEAN-Pakistan Feasibility Study on ASEAN
Pakistan Free Trade Area dan menyepakati ToR ASEAN-
Pakistan Free Trade Agreement Joint Feasibility Study.
Pertemuan SEOM-Pakistan Consultations yang diadakan Juli
2006 menyetujui implementasi joint study ASEAN-Pakistan
Free Trade Area yang akan dibiayai oleh ASEAN-Pakistan
Cooperation Fund (APCF).
204
Pakistan. Pakistan menawarkan 10 beasiswa penuh kepada
Negara-negara Anggota ASEAN untuk belajar pada institusi
pendidikan tinggi di Pakistan dalam bidang-bidang seperti
teknologi informasi, perbankan, teknik, dan kedokteran.
Pakistan juga menawarkan beasiswa tahunan kepada Negara-
negara Anggota ASEAN untuk belajar bahasa Inggris pada
English Language Training Programme at National University
of Modern Languages (NUML), Islamabad. Beasiswa ini akan
ditawarkan setiap tahunnya selama 5 tahun. Terkait dengan
keinginan Pakistan untuk membantu proses integrasi ASEAN.
Pakistan berencana menawarkan beasiswa khusus untuk
Negara-negara CLMV.
1. ASEAN-UNDP
205
program-program kegiatan ASEAN pada awal tahun 1970-
an. Inisiatif-inisiatif kerja sama ASEAN-UNDP menjadi dasar
bagi kerja sama ASEAN selanjutnya di bidang pembangunan
industri, pertanian dan kehutanan, transportasi, keuangan,
jasa-jasa moneter dan asuransi. UNDP ditetapkan sebagai
mitra wicara ASEAN pada tahun 1977 dan sejauh ini adalah
satu-satunya badan PBB yang mempunyai status sebagai
mitra wicara ASEAN.
2. ASEAN-PBB
206
on Conflict Prevention, Conflict Resolution and Peace Building
in Southeast Asia berturut-turut tahun 2001 hingga 2004.
207
proyek-proyek yang menjadi kepentingan bersama; dan
Sekretaris jenderal ASEAN dan Sekretaris jenderal PBB wajib
membuat pengaturan-pengaturan administratif yang layak
guna menjamin kerja sama yang efektif dan menghubungkan
sekretariat ASEAN dan PBB.
3. ASEAN-GCC
208
sertifikasi makanan halal, penanggulangan terorisme dan
kejahatan lintas batas negara. PTM ASEAN-GCC di New York
September 2005 telah membahas kemungkinan kerja sama
untuk mengadakan seminar bersama mengenai perdagangan
dan investasi, mempromosikan inter-faith dialogue, dan
meningkatkan kerja sama institusional antara ASEAN-
GCC dalam bentuk MoU antara kedua belah pihak. Pada
pertemuan di sela-sela Sidang ke-61 Majelis Umum PBB di
New York, 20 September 2006, ASEAN dan GCC disepakati
mengembangkan potensi kerja sama kedua belah pihak di
berbagai bidang investasi dan perdagangan serta energi. Untuk
itu, disepakati perlunya menyelenggarakan pertemuan antara
Sekretaris jenderal ASEAN dan Sekretaris jenderal GCC guna
membahas modalitas bagi rencana Pertemuan Tingkat Menteri
Luar Negeri ASEAN-GCC. Sebagai tindak lanjut, Sekretaris
jenderal ASEAN mengadakan pertemuan dengan Sekretaris
jenderal GCC di Riyadh pada tanggal 17 September 2008 untuk
membahas modalitas kerja sama ASEAN-GCC. Pertemuan
tersebut yang juga dihadiri oleh ASEAN Riyadh Committee
menyepakati untuk melembagakan kerja sama ASEAN-GCC
dan meningkatkan hubungan pada tingkat menteri.
Menurut Catatan Sekretariat ASEAN, volume perdaga-
ngan kedua wilayah meningkat dari US$18,3 milyar pada
tahun 2002 menjadi US$57,1 milyar pada tahun 2006. Total
perdagangan kedua wilayah juga meningkat selama periode
5 tahun tersebut, yang mencapai US$160,1 milyar atau
mengalami pertumbuhan sebesar 213%.
Pertemuan Menteri ASEAN-GCC ke-1 diselenggarakan
tanggal 29-30 Juni 2009 di Manama, Bahrain. Pertemuan
diketuai bersama oleh Bahrain dan Thailand, dengan topik/
agenda utama yaitu Pertukaran Pandangan mengenai
Peningkatan Kemitraan Ekonomi (Informal Exchange of
Views on Enhancement of Economic Partnership). Pada
pembahasan pengembangan kerja sama ekonomi ASEAN-
GCC, dapat dicatat bahwa para Ketua Delegasi ASEAN dan
GCC sepakat untuk peningkatan kerja sama ekonomi dan
perdagangan antara dua organisasi. Beberapa area kerja
sama yang diusulkan untuk dikembangkan meliputi pengkajian
209
pembentukan wilayah perdagangan bebas ASEAN-GCC
dan pengembangan kerja sama keamanan pangan, energi,
keuangan, perbankan, perdagangan, investasi, pariwisata,
kesehatan, pertanian, hubungan antar masyarakat, tenaga
kerja, perubahan iklim, dialog antar kepercayaan, kebudayaan,
dan keamanan maritim.
210
daya manusia, pangan, perbankan, keuangan, dan investasi.
Mengembangkan lebih jauh antara Kelompok Kerja Energi
GCC dengan Kelompok Kerja dari ASEAN di Sekretariat GCC.
Menjajagi kerja sama baru seperti olah raga, penelitian dan
pengembangan energi, antar kepercayaan dan kerja sama
antar kebudayaan, serta infrastruktur.
4. ASEAN-MERCOSUR
211
Breakfast Meeting di sela-sela the 3rd Foreign Ministers
Meeting of the Forum for East Asia-Latin America Cooperation
(FEALAC) pada tanggal 22 Agustus 2007 di Brasilia, Brazil.
Pada Pertemuan tersebut para Menteri Luar Negeri ASEAN
dan MERCOSUR sepakat untuk menggali berbagai upaya
memperkuat ikatan ASEAN-MERCOSUR.
212
ASEAN-MERCOSUR, Pertemuan Pertama ASEAN Senior
Economic Officials Meeting (SEOM) ke-41 di Da Nang, tanggal
20-21 Januari 2010 menyepakati untuk merekomendasikan
kepada para Menteri Ekonomi mengenai perlunya untuk
melakukan pemahaman yang lebih baik terlebih dahulu
terhadap MERCOSUR sebagai organisasi kawasan, termasuk
rejim perdagangan dan investasi. Hal yang dapat dilakukan
terlebih dahulu adalah dengan melakukan kerja sama antar
Sekretariat kedua organisasi serta kerja sama pada tataran
pejabat tinggi.
5. ASEAN-ECO
213
York. Para Menteri Luar Negeri kedua organisasi menyetujui
adanya kontak antara Sekretariat ASEAN dan Sekretariat ECO,
serta menyepakati untuk megembangkan modalitas pertukaran
informasi, studi bersama, dan pertukaran kunjungan. Disepakati
pula untuk diadakannya pertemuan tahunan para Menteri Luar
Negeri ASEAN dan ECO di sela-sela SMU PBB yang dihadiri
pula oleh Sekretaris jenderal kedua organisasi.
6. ASEAN-SAARC
214
Sekretaris Jenderal SAARC. Pertemuan menyepakati hal-hal
sebagai berikut:
1) Pertemuan ASEAN-SAARC akan diselenggarakan
setiap tahunan di New York di sela-sela sidang Majelis
Umum PBB. Pertemuan tersebut juga akan dihadiri
oleh Sekretaris jenderal ASEAN dan Sekretaris jenderal
SAARC;
2) ASEAN dan SAARC akan melakukan koordinasi posisi
mereka dalam persidangan WTO melalui Perwakilan
masing-masing di Jenewa. Untuk ASEAN, misi Negara-
negara Anggota ASEAN untuk PBB di Jenewa, yang
tergabung dalam Komite ASEAN Jenewa (ASEAN
Geneva Committee/AGC), akan bertemu secara regular
untuk membahas isu-isu PBB dan WTO yang menjadi
perhatian bersama;
3) Para Duta Besar Negara-negara anggota SAARC di
Jakarta akan didorong untuk membangun ataupun
meningkatkan kontak mereka dengan Sekretariat ASEAN.
Dari tujuh negara anggota SAARC, hanya Bhutan dan
Maladewa yang belum memiliki Kedutaan mereka di
Jakarta. Demikian pula, para Duta Besar ASEAN di
Kathmandu akan didorong untuk meningkatkan kontak
mereka dengan Sekretariat SAARC. Namun, Negara-
negara Anggota ASEAN yang memiliki Perwakilannya di
ibukota Nepal tersebut hanya Malaysia, Myanmar dan
Thailand;
4) ASEAN akan berbagi pengalaman dengan SAARC dalam
hal kerja sama ekonomi khususnya pembentukan FTA
serta semua langkah fasilitasi perdagangan lainnya yang
relevan;
5) Sekretaris jenderal dan Sekretariat dua organisasi tersebut
akan terus bekerja sama untuk membangun kerja sama
antara kedua pihak.
215
dari kedua Sekretariat telah melakukan kontak langsung untuk
melakukan pertukaran informasi. Selain itu, pejabat ekonomi
dan perdagangan ASEAN dan SAARC telah melakukan
kunjungan ke Sekretariat ASEAN untuk mempelajari lebih
banyak tentang kerja sama ekonomi ASEAN, terutama skema
untuk membangun Pasar Bebas ASEAN.
216
BAB V
KERJA SAMA ASEAN DAN PERKEMBANGAN TERKINI
217
mengadakan forum secara berkala dimana masing-masing negara
dapat menyampaikan praktik-praktik terbaik dan pengalaman dalam
hal penanganan penegakan HAM. Forum AICHR ini bersifat sukarela
dan tidak bersifat mengikat. Usulan ini didukung oleh negara-negara
lain di ASEAN. Indonesia selaku penggagas Komisi HAM ASEAN
menunjukkan penghargaannya atas independensi Komisi dengan
melakukan pemilihan terbuka bagi penunjukan wakil Indonesia yang
duduk di Komisi ini. Terpilihnya wakil dari LSM menunjukkan bahwa
Indonesia demokratis, lebih siap, serta lebih terbuka bagi pelibatan
unsur masyarakat madani untuk duduk sebagai wakil di Komisi ini.
Pengakuan dan dukungan Internasional atas keberadaan Komisi
HAM ASEAN ditandai dengan diterimanya undangan untuk bertukar
pikiran dan pengalaman dalam pelaksanaan HAM dari berbagai
belahan dunia, seperti dari Amerika, Eropa maupun Afrika.
218
di Singapura, Juli 2008 secara resmi dibentuk dan dilakukan
pertemuan pertama High Level Legal Experts Group on the Follow-
up to the ASEAN Charter (HLEG).
219
Pembentukan CPR merupakan jawaban ASEAN atas tantangan
dinamika perkembangan kerja sama yang makin pesat, luas, dan
berat di kawasan. Komite Wakil Tetap untuk ASEAN bertempat di
Jakarta dan akan menjadi jembatan antara Sekretariat ASEAN dan
negara-negara anggota ASEAN. Pertemuan pertama CPR telah
diselenggarakan di Sekretariat ASEAN, Jakarta, pada tanggal 21
Mei 2009
220
E. Forum Maritim ASEAN (ASEAN Maritime Forum/AMF)
221
yang ada merefleksikan isu-isu lintas sektoral yang dihadapi oleh
masing-masing unit sektoral ASEAN.
222
KTT ke-15 ASEAN juga menyepakati pembentukan Gugus
Tugas Tingkat Tinggi Konektivitas ASEAN (High Level Task Force
on ASEAN Connectivity/HLTF-AC). HLTF-AC tersebut terdiri dari
para ahli seluruh Negara Anggota ASEAN yang memiliki kapasitas
di bidang yang relevan dengan konektivitas. Mandat yang diberikan
para pemimpin ASEAN kepada HLTF adalah menyusun Kerangka
Induk Konektivitas ASEAN (ASEAN Master Plan on ASEAN
Connectivity/MP-AC).
223
yaitu antara ASEAN-6 dengan negara-negara CLMV (Cambodia,
Laos, Myanmar, Vietnam) untuk meningkatkan daya saing kolektif
ASEAN.
Fokus utama IAI adalah program-program yang berorientasi
pada pengentasan kemiskinan. Pelaksanaan proyek pada umumnya
mendapat pendanaan dari ASEAN-6, Mitra Wicara atau Lembaga
Internasional, dan ditujukan kepada CLMV baik dalam kerangka IAI
maupun secara bilateral.
ASEAN sepakat bahwa IAI merupakan program 6 tahunan.
Pelaksanaan proyek umumnya didanai oleh negara atau lembaga
internasional dan sebagian oleh salah satu negara ASEAN-6 yang
bertindak sebagai co-shepperd. Rencana Kerja (Work Plan) IAI I
(2002-2008) telah selesai dilaksanakan dan saat ini Rencana Kerja
(Work Plan) IAI II (2009-2015) telah mulai dilaksanakan.
Proyek-proyek Rencana Kerja IAI I difokuskan pada 7 (tujuh)
sektor yang telah disepakati, yaitu: infrastruktur (energi dan
transportasi), pengembangan SDM (peningkatan kemampuan
sektor publik, perburuhan dan tenaga kerja serta pendidikan tinggi),
teknologi informasi dan komunikasi, integrasi ekonomi regional
(perdagangan barang dan jasa, kepabeanan, standardisasi dan
investasi), pariwisata, kemiskinan dan kualitas hidup, dan General
Coverage Projects. Sedangkan proyek-proyek untuk Rencana Kerja
(IAI II 2009-2015) dilaksanakan berdasarkan Peta Jalan Komunitas
(Community Roadmap) dari masing-masing pilar komunitas ASEAN
2015.
Sampai saat ini program yang dilaksanakan lebih bersifat
pengembangan kapasitas (capacity building) khususnya dalam
rangka penguatan SDM. Metode utamanya adalah ASEAN-6
berupaya untuk membagi informasi dan kebiasaan yang berlaku
(practices) dalam berbagai bidang kepada negara-negara CLMV.
Sejauh ini pemilihan dan penentuan proyek lebih ditentukan oleh
negara-negara penyumbang (donor driven), khususnya pada
proyek-proyek yang menggunakan pendanaan dari mitra wicara
ASEAN.
Untuk menjamin keberlanjutan dan efektifitas proyek-proyek
IAI bagi CLMV, ASEAN telah menyepakati kriteria dan prosedur
224
pengajuan proposal proyek IAI yaitu proyek diajukan oleh Pengusul
Proyek IAI (IAI Project Proponents) dalam bentuk pelatihan
kerja (Training/Workshop) atau Penelitian (Research/Studies).
Pengawasan proyek-proyek IAI dilakukan melalui mekanisme
pelaporan dari ASEAN-6 dan CLMV.
225
Serena Kalibonso dari Mitra Perempuan (Womens Crisis Centre)
dan Ahmad Taufan Damanik dari Yayasan Kelompok Kerja Sosial
Perkotaan (KKSP) untuk Isu Anak.
226
isu ketenagakerjaan, khususnya dalam menindaklanjuti ASEAN
Declaration on the Promotion of the Rights of Migrant Workers tahun
2007. Dalam kaitan ini, ASEAN telah membentuk ASEAN Committee
on Migrant Workers (ACMW) pada tahun 2008 sebagai focal point
ASEAN dalam mengkoordinasikan implementasi Deklarasi serta
menfasilitasi pengembangan instrumen perlindungan dan pemajuan
hak-hak pekerja migran.
J. Perubahan Iklim
227
kerangka Kelompok-77 +Cina). Posisi dan pemahaman tersebut
diharapkan dapat memberikan nilai positif bagi komitmen ASEAN
terhadap isu perubahan iklim di fora internasional.
228
K. Penanggulangan Bencana
229
L. Arsitektur Kawasan
230
memainkan peranan penting dalam proses pembentukan komunitas
di kawasan. Selain itu, para Pemimpin EAS juga menyepakati
Deklarasi KTT Asia Timur mengenai Pencegahan, Kontrol dan
Tanggapan terhadap Influenza Burung (Asia Summit Declaration on
Avian Influenza Prevention, Control and Response). Sampai saat ini
EAS telah berlangsung empat kali. Perkembangan secara lebih rinci
tentang East Asia Summit dapat dilihat pada Bab IV Kerja Sama
Eksternal.
231
arsitektur kawasan; (2) mempunyai posisi bersama; dan (3)
memfokuskan pada pengembangan proses-proses regional yang
telah ada, yang meliputi proses-proses pengembangan Komunitas
ASEAN, ASEAN+1, ASEAN+3, EAS dan ARF.
232
perhatian terhadap perkembangan arsitektur kawasan. Menyusul
penguatan kemitraan ASEAN dan AS melalui aksesi AS ke dalam
TAC maupun penyelenggaraan 1st ASEAN-US Leaders Meeting, AS
semakin menunjukkan keinginannya untuk menjadi sebagai salah
satu pemilik kepentingan (stakeholder) yang memainkan peranan
yang penting dalam perkembangan di kawasan.
233
dan AS bergabung dalam EAS dengan pengaturan (arrangements)
dan waktu yang sesuai.
234
serta Pertemuan Tingkat Menteri. Pertemuan-pertemuan tersebut
juga akan didahului dengan pertemuan tingkat pejabat senior atau
Pertemuan Pejabat Tinggi (Senior Officials Meeting). Waktu dan
tempat pelaksanaan kedua KTT dan ASEAN Ministerial Meeting ke-
44 pada tahun 2011 diusulkan sebagai berikut:
1. KTT ASEAN ke-18 di Jakarta, pada minggu ketiga, bulan April
2011.
2. KTT ASEAN ke-19 dan KTT Terkait Lainnya di Bali, pada
minggu keempat, bulan Oktober 2011.
3. Rangkaian AMM ke-44 direncanakan akan diselenggarakan di
Bali pada bulan Juli 2010.
235
236
BAB VI
PENUTUP
237
Perwujudan Komunitas Keamanan ASEAN didasarkan pada
prinsip non-intervensi, konsensus, national and regional resilience,
kedaulatan, pencegahan penggunaan senjata dalam situasi konflik,
dan peaceful settlement of disputes. Prinsip-prinsip ini juga dianut
dalam Treaty of Amity and Cooperation (TAC) dan penyelesaian
konflik yang akan mempengaruhi perdamaian dan stabilitas
kawasan yang diarahkan pada penyelesaian secara politis. TAC
merupakan kunci code of conduct hubungan antarnegara dan
berfungsi sebagai instrumen diplomatik dalam mempertahankan
perdamaian dan stabilitas kawasan. Aksesi negara-negara di luar
ASEAN, khususnya negara-negara besar di kawasan Asia, telah
membuktikan penghargaan atas meningkatnya peran ASEAN di
kawasan.
238
Dalam menghadapi hal tersebut, Indonesia perlu bersinergi
dengan seluruh pemilik kepentingan di tanah air agar memiliki
kesamaan pandangan dan langkah. Dengan demikian, Indonesia
diharapkan dapat menarik manfaat dari integrasi ekonomi kawasan
yang berdaya saing tinggi dan terintegrasi dalam ekonomi global
sehingga pada gilirannya akan memberikan manfaat ekonomi
secara luas bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai langkah tindak lanjut dari KTT Asia Timur (East Asia
Summit), telah ditetapkan 5 sektor prioritas, yaitu energi, keuangan,
pendidikan, avian flu, dan disaster management. Namun, EAS tetap
merupakan Leaders Lead Forum yang membahas isu-isu strategis
dan kawasan. Dalam kaitan kerja sama dengan mitra wicara, ASEAN
tetap memainkan peran sentral.
239
Komunitas ASEAN 2015. Selain itu, kerja sama yang dikembangkan
juga dimaksudkan untuk memberikan kontribusi bagi pemeliharaan
perdamaian dan mendorong kesejahteraan di kawasan. Berbagai
perjanjian dan kesepakatan telah dilakukan dengan negara-negara
mitra wicara, tetapi masih banyak yang belum diimplementasikan
secara optimal.
240
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 1
IDENTITAS ASEAN
IDENTITAS ASEAN
1. Bahasa ASEAN adalah Bahasa Inggris
1. Bahasa ASEAN adalah Bahasa Inggris
2. Motto ASEAN: Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas (One Vision, One
2. Motto ASEAN: Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas (One
Identity, One Community)
Vision, One Identity, One Community)
3. Bendera dan Lambang ASEAN:
3. Bendera dan Lambang ASEAN:
Bendera Bendera
dan dan lambang
lambang ASEAN
menggambarkan ASEANASEAN yang stabil,
menggambarkan
damai, bersatu,ASEAN
dan dinamis. Warna-warna
yang stabil, damai,
yang tertuang dalam lambangbiru,
bersatu, dan dinamis. merah,
putih dan kuning-merupakan
Warna-warna yang warna-warna
tertuang
utama lambang-lambang Negara-negara
dalam lambangbiru,
Anggota ASEAN. Biru melambangkan
perdamaian merah,
dan putih dan kuning-
stabilitas, merah
menggambarkan merupakan warna-warna
keberanian dan
utama
dinamisme, putih lambang-lambang
menunjukkan kesucian,
Negara-negara
dan kuning melambangkan Anggota Ikatan
kemakmuran. ASEAN. Birupadimelambangkan
rumpun melambangkan
harapan para perdamaian dan ASEAN
tokoh-tokoh pendiri stabilitas, merah yang
agar ASEAN menggambarkan
beranggotakan
seluruh negarakeberanian
yang berada dandi dinamisme,
Asia Tenggara bersama-sama
putih menunjukkanterikat dalam
kesucian,
persahabatan dan
dan solidaritas. Lingkaran melambangkan
kuning melambangkan kemakmuran.kesatuan
Ikatan ASEAN.
rumpun padi
melambangkan harapan para tokoh-tokoh pendiri ASEAN agar
Bendera dan lambang ASEAN harus digunakan untuk mempromosikan ASEAN
ASEAN yang beranggotakan seluruh negara yang berada di
dan tidak dapat digunakan untuk tujuan politik yang merusak martabat ASEAN,
Asia Tenggara
dan tujuan komersial, kecuali bersama-sama
telah mendapatterikat
tujuandalam persahabatan
persetujuan dan
resmi sesuai
solidaritas.
dengan prosedur. Lingkaran melambangkan kesatuan ASEAN.
Negara anggota Bendera
ASEAN dandapatlambang ASEAN
menggunakan harusdandigunakan
bendera untuk
lambang ASEAN
mempromosikan ASEAN dan tidak dapat
pada acara resmi yang berhubungan dengan ASEAN. Lambang ASEAN digunakan untuk
tujuan kanan
diletakkan di sebelah politiksimbol
yang nasional
merusak martabat
negara ASEAN,
anggota ASEAN.dan tujuan
komersial, kecuali telah mendapat tujuan persetujuan resmi
sesuai dengan
4. Lagu ASEAN (ASEAN Anthem)prosedur.
Lagu ASEAN dapat digunakan pada pertemuan resmi dan aktivitas terkait
241
ASEAN, termasuk dengan Mitra Wicara, yang dimaksudkan untuk
mempromosikan kepentingan ASEAN.
4. Lagu ASEAN (ASEAN Anthem)
Lagu ASEAN dipilih melalui sebuah kompetisi terbuka
(Kompetisi ASEAN Anthem) yang dilaksanakan mulai bulan
Juni sampai dengan November 2008. Pada putaran final
penjurian Kompetisi ASEAN Anthem tingkat ASEAN di
Bangkok, Thailand, 20 November 2008, lagu berjudul The
ASEAN Way karya Kittikhun Sodprasert, Sampao Triudom
dan Payom Valaiphatchra dari Thailand ditetapkan sebagai
Lagu resmi ASEAN.
Lagu ASEAN dapat digunakan pada pertemuan resmi dan
aktivitas terkait ASEAN, termasuk dengan Mitra Wicara, yang
dimaksudkan untuk mempromosikan kepentingan ASEAN.
Negara anggota ASEAN diharapkan dapat menerjemahkan
Lagu ASEAN ini dalam bahasa lokal guna mempromosikan
lagu tersebut dan meningkatkan kesadaran ASEAN di negara
masing-masing.
242
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 2
PROFIL NEGARA-NEGARA ASEAN
PROFIL NEGARA-NEGARA ASEAN
I. I. BRUNEI DARUSSALAM
BRUNEI DARUSSALAM
Nama Resmi
Nama ResmiNegara
Negara : Brunei Darussalam
: Brunei Darussalam
Tanggal Kemerdekaan : 1 Januari
Tanggal Kemerdekaan : 1 Januari19841984
Bentuk Pemerintahan : Monarki Konstitusional
Bentuk Pemerintahan : Monarki Konstitusional
GEOGRAFI
GEOGRAFI
Ibu Kota : Bandar Seri Begawan
Ibu
LuasKota
Wilayah KM2 Seri Begawan
: Bandar
: 5.765
Perbatasan
Luas Wilayah : Laut China Selatan dan Malaysia
: 5.765 KM2
Perbatasan : Laut China Selatan dan Malaysia
DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk : 406.200 (2009)
DEMOGRAFI
Pertumbuhan Penduduk : 2,1 % (2009)
Jumlah
KelompokPenduduk
Etnis : 406.200
: Melayu 67 %,(2009)
China 15 %, lain-lain 18 %
Agama
Pertumbuhan : Islam
Penduduk : 2,1(agama
% (2009)resmi) 67 %, Budha 13 %,
Kelompok Etnis Kristen 10 %,
: Melayu 67lain-lain
%, China10 %15 %,
Bahasa : Melayu (bahasa resmi), Inggris, China
lain-lain 18 %
Agama
PEREKONOMIAN : Islam (agama resmi) 67 %,
Gross Domestic Budha 13 %, Kristen 10 %,
Product (GDP)
: USD $ 14.146
lain-lain 10juta
% (2009)
Pertumbuhan
Bahasa GDP : -0,5 % (2009)
: Melayu (bahasa resmi), Inggris,
GDP Perkapita : USD $ 34.827 (2009)
China
PEREKONOMIAN
Gross Domestic
Product (GDP) : USD $ 14.146 juta (2009)
Pertumbuhan GDP : -0,5 % (2009)
GDP Perkapita : USD $ 34.827 (2009)
243
II. KAMBOJA
II. KAMBOJA
Nama ResmiNegara
Nama Resmi Negara : Kingdom
: Kingdom of Cambodia
of Cambodia
Tanggal Kemerdekaan
Tanggal Kemerdekaan : 9: November 19531953
9 November
Bentuk Pemerintahan
Bentuk Pemerintahan : Monarki Konstitusional
: Monarki Konstitusional
GEOGRAFI
GEOGRAFI
Ibu Kota : Phnom Penh
Ibu
LuasKota
Wilayah : Phnom
: 181.035 KMPenh
2
Perbatasan
Luas Wilayah : Teluk Thailand,
: 181.035 KM2 Thailand, Laos, dan Viet Nam
Perbatasan : Teluk Thailand, Thailand, Laos,
DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk
dan Viet Nam
: 14.957.800 (2009)
Pertumbuhan Penduduk : 2,1 % (2009)
DEMOGRAFI
Kelompok Etnis : Khmer 90 %, Viet Nam 5 %, China 1 %, lain 4 %
Jumlah
Agama Penduduk : 14.957.800
: Budha Theravada (2009)
95 %, lain-lain 5 %
Bahasa
Pertumbuhan : Khmer
Penduduk : (bahasa
2,1 % (2009)resmi) 95 %, Prancis, Inggris
Kelompok Etnis : Khmer 90 %, Viet Nam 5 %,
PEREKONOMIAN
Gross Domestic China 1 %, lain 4 %
Agama
Product (GDP) : Budha
: USD Theravada
$ 10.368 95 %,
juta (2009)
Pertumbuhan GDP : 0,1lain-lain
% (2009)5 %
GDP Perkapita
Bahasa : USD $ 693,2
: Khmer (2009) resmi) 95 %,
(bahasa
Prancis, Inggris
PEREKONOMIAN
Gross Domestic
Product (GDP) : USD $ 10.368 juta (2009)
Pertumbuhan GDP : 0,1 % (2009)
GDP Perkapita : USD $ 693,2 (2009)
244
III.
III. INDONESIA
INDONESIA
PEREKONOMIAN
Gross Domestic
Product (GDP) : USD $ 546.527 juta (2009)
Pertumbuhan GDP : 4,5 % (2009)
GDP Perkapita : USD $ 2.362 (2009)
245
IV.
IV. LAO PDR
LAO PDR
Nama Resmi
Nama ResmiNegara
Negara : Lao Peoples
: Lao Democratic
Peoples Republic
Democratic Republic
Tanggal Kemerdekaan : 19 Juli 1949
Tanggal Kemerdekaan : 19 Juli 1949
Bentuk Pemerintahan : Republik Sosialis
Bentuk Pemerintahan : Republik Sosialis
GEOGRAFI
GEOGRAFI
Ibu Kota : Vientiane
LuasKota
Ibu Wilayah : 236.800 KM2
: Vientiane
Perbatasan
Luas Wilayah : Myanmar,
: 236.800Kamboja,
KM2 China, Thailand, dan Viet Nam
Perbatasan
DEMOGRAFI : Myanmar, Kamboja, China,
Jumlah Penduduk Thailand,
: 5.922.100 dan Viet Nam
(2009)
Pertumbuhan Penduduk : 2,8 % (2009)
Kelompok Etnis
DEMOGRAFI : Lao Loum 68 %, Lao Theung 22 %, Lao Soung
Jumlah Penduduk (Hmong danYao)
: 5.922.100 9 %, Viet Nam dan China 1 %
(2009)
Agama : Budha 65 %, animisme 32,9 %, Kristen 1,3%, lain-
Pertumbuhan Penduduk : 2,8 %
lain 0,8 %
(2009)
Kelompok
Bahasa Etnis : Lao
: Lao Loumresmi),
(bahasa 68 %,Prancis,
Lao Theung
Inggris22 %,
Lao Soung (Hmong danYao) 9 %,
PEREKONOMIAN Viet Nam dan China 1 %
Gross Domestic
Agama : Budha 65 %, animisme 32,9 %,
Product (GDP) : USD $ 5.579 juta (2009)
Kristen 1,3%, lain-lain 0,8 %
Pertumbuhan GDP : 7.6 % (2009)
Bahasa
GDP Perkapita : Lao (bahasa
: USD $ 942 (2009)resmi), Prancis,
Inggris
PEREKONOMIAN
Gross Domestic
Product (GDP) : USD $ 5.579 juta (2009)
Pertumbuhan GDP : 7.6 % (2009)
GDP Perkapita : USD $ 942 (2009)
246
V. V. MALAYSIA
MALAYSIA
Nama Resmi
Nama ResmiNegara
Negara : Malaysia
: Malaysia
Tanggal Kemerdekaan
Tanggal Kemerdekaan : 31 Agustus
: 31 19571957
Agustus
Bentuk Pemerintahan
Bentuk Pemerintahan : Monarki Konstitusional
: Monarki Konstitusional
GEOGRAFI
GEOGRAFI
Ibu Kota : Kuala Lumpur
2
Ibu
LuasKota
Wilayah : KualaKM
: 330.252 Lumpur
Perbatasan
Luas Wilayah : Brunei Darussalam,
: 330.252 KM2 Indonesia, Thailand, Singapura,
Perbatasan dan
: Filipina
Brunei Darussalam, Indonesia,
Thailand, Singapura, dan Filipina
DEMOGRAFI
DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk : 28.306.700 (2009)
Pertumbuhan
Jumlah Penduduk : :
Penduduk 2,128.306.700
% (2009) (2009)
Kelompok EtnisPenduduk :
Pertumbuhan : Melayu
2,1 % 62%, China 24%, India 8 %, lain-lain 6 %
(2009)
Agama : Islam (60,4 %), Budha (19,2 %), Kristen (9,1 %),
Kelompok Etnis :Hindu
Melayu 62%, China 24%, India 8 %,
(6,3%), Konfusianisme (2,6%), lainnya 2,4 %
Bahasa lain-lain 6 %
: Bahasa Melayu (bahasa resmi), China, Inggris, Tamil
Agama : Islam (60,4 %), Budha (19,2 %),
PEREKONOMIAN Kristen (9,1 %), Hindu (6,3%),
Gross Domestic
Konfusianisme (2,6%), lainnya 2,4 %
Product (GDP) : USD $ 193.107 juta (Oktober 2007)
Bahasa : Bahasa Melayu (bahasa resmi),
Pertumbuhan GDP : -1,7 % (2009)
GDP Perkapita : USDChina, Inggris,
$ 6.822 Tamil
(2009)
PEREKONOMIAN
Gross Domestic
Product (GDP) : USD $ 193.107 juta
(Oktober 2007)
Pertumbuhan GDP : -1,7 % (2009)
GDP Perkapita : USD $ 6.822 (2009)
247
VI. MYANMAR
VI. MYANMAR
PEREKONOMIAN
Gross Domestic
Product (GDP) : USD $ 24.972 juta (2009)
Pertumbuhan GDP : 4,8 % (2009)
GDP Perkapita : USD $ 419,5 (2009)
248
VII. FILIPINA
VII. FILIPINA
Nama ResmiNegara
Nama Resmi Negara : Republic
: Republic
of theofPhilippines
the Philippines
Tanggal Kemerdekaan : 4 Juli
Tanggal Kemerdekaan : 4 Juli 1946 1946
Bentuk Pemerintahan : Republik
Bentuk Pemerintahan : Republik
GEOGRAFI
GEOGRAFI
Ibu Kota : Manila
Ibu
LuasKota
Wilayah : Manila
: 300.000 KM2
Luas Wilayah
Perbatasan : 300.000 KM2 Laut Sulawesi, Laut Filipina, dan
: Laut China Selatan,
Perbatasan : Laut
Laut SuluChina Selatan, Laut Sulawesi,
Laut Filipina, dan Laut Sulu
DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk : 92.226.600 (2009)
DEMOGRAFI
Pertumbuhan Penduduk : 2,0 % (2009)
Jumlah
KelompokPenduduk
Etnis : 92.226.600
: Tagalog 28,1 %, (2009)
Cebuano 13,1 %, Ilocano 9 %,
Pertumbuhan Penduduk : 2,0 % (2009)7,6 %, Hiligaynon Ilonggo 7,5 %,
Bisaya/ Binisaya
Kelompok Etnis : Tagalog
Bikol 28,13,4
6%, Waray %,%,Cebuano 13,1%%,
lain-lain 25,3
Agama
: Katholik
Ilocano819%,%,Kristen 9 %, Muslim7,6
Bisaya/Binisaya 5 %,
%,lain-lain 5 %
Bahasa : Filipino/Tagalog (bahasa resmi) dan Inggris
Hiligaynon Ilonggo 7,5 %, Bikol 6%,
Waray 3,4 %, lain-lain 25,3 %
Agama
PEREKONOMIAN : Katholik 81 %, Kristen 9 %,
Gross Domestic Muslim 5 %, lain-lain 5 %
Product (GDP)
Bahasa : USD $ 161.357 juta (2009)
: Filipino/Tagalog (bahasa resmi)
Pertumbuhan GDP
: 1,1dan
% (2009)
Inggris
GDP Perkapita : USD $ 1.749 (2009)
PEREKONOMIAN
Gross Domestic
Product (GDP) : USD $ 161.357 juta (2009)
Pertumbuhan GDP : 1,1 % (2009)
GDP Perkapita : USD $ 1.749 (2009)
249
VIII. SINGAPURA
VIII. SINGAPURA
Nama ResmiNegara
Nama Resmi Negara : Republic
: Republic of Singapore
of Singapore
Tanggal
Tanggal Kemerdekaan : 9 Agustus 19651965
Kemerdekaan : 9 Agustus
Bentuk Pemerintahan
Bentuk Pemerintahan : Republik
: Republik
GEOGRAFI
GEOGRAFI
Ibu Kota : Singapore
Ibu
LuasKota
Wilayah : Singapore
: 710,2 KM2
Luas Wilayah
Perbatasan : 710,2 KM2
: Malaysia dan Indonesia
Perbatasan : Malaysia dan Indonesia
DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk : 4.987.600 (2009)
DEMOGRAFI
Pertumbuhan Penduduk : 3,1 % (2009)
Jumlah Penduduk
Kelompok Etnis : 4.987.600
: China (2009) 13,9 %, India 7,9 %, lain-lain
76,8 %, Melayu
Pertumbuhan Penduduk :1,4 3,1
% % (2009)
Kelompok
Agama Etnis : China
: Budha 76,8
42,5 %, Melayu
%, Islam 14,9 %,13,9 %,8,5 %, Hindu 4
Taoist
%,India Katholik
7,94,8
%,%, Kristen 1,4
lain-lain 9,8 %,
% lain-lain 0,7%, tidak
Agama beragama 14,8 %
: Budha 42,5 %, Islam 14,9 %,
Bahasa : Mandarin (bahasa resmi), Inggris, Melayu, Tamil
Taoist 8,5 %, Hindu 4 %,
PEREKONOMIAN Katholik 4,8 %, Kristen 9,8 %,
Gross Domestic lain-lain 0,7%, tidak beragama 14,8 %
Product (GDP)
Bahasa : USD $ 182.701(bahasa
: Mandarin juta (2009)
resmi),
Pertumbuhan GDP
: -1,3% (2009)Melayu, Tamil
Inggris,
GDP Perkapita : USD $ 36.631 (2009)
PEREKONOMIAN
Gross Domestic
Product (GDP) : USD $ 182.701 juta (2009)
Pertumbuhan GDP : -1,3% (2009)
GDP Perkapita : USD $ 36.631 (2009)
250
IX.
IX. THAILAND
THAILAND
Nama Resmi
Nama ResmiNegara
Negara : The Kingdom
: The of Thailand
Kingdom of Thailand
Tanggal Kemerdekaan
Tanggal Kemerdekaan : Tidak pernah
: Tidak dijajah
pernah dijajah
Bentuk Pemerintahan : Monarki Konstitusional
Bentuk Pemerintahan : Monarki Konstitusional
GEOGRAFI
GEOGRAFI
Ibu Kota : Bangkok
Luas
Ibu Wilayah
Kota : 513.155 km2 (sumber Thailand Govt)
: Bangkok
Perbatasan
Luas Wilayah : Laut Andaman,
: 513.155 km2 Teluk Thailand, Myanmar,
Kamboja, Laos, dan Malaysia
(sumber Thailand Govt)
Perbatasan
DEMOGRAFI : Laut Andaman, Teluk Thailand,
Jumlah Penduduk Myanmar,
: 66.903 (2009) Kamboja, Laos,
Pertumbuhan Penduduk : 0,6dan Malaysia
% (2009)
Kelompok Etnis : Thai 75 %, China 14 %, lain-lain 11 %
Agama : Budha 93-94%, Islam 5-6 %, Kristen 1 %, lain-
DEMOGRAFI
lain 0,1 %
Jumlah
Bahasa Penduduk : 66.903
: Thai (2009)
(bahasa resmi), Inggris
Pertumbuhan Penduduk : 0,6 % (2009)
Kelompok Etnis
PEREKONOMIAN : Thai 75 %, China 14 %,
Gross Domestic
lain-lain 11 %
Product (GDP)
Agama : USD $ 264.322
: Budha juta (2009)
93-94%, Islam 5-6 %,
Pertumbuhan GDP : -2,2 % (2009)
GDP Perkapita Kristen 1 %,
: USD $ 3.950 (2009)lain-lain 0,1 %
Bahasa : Thai (bahasa resmi), Inggris
PEREKONOMIAN
Gross Domestic
Product (GDP) : USD $ 264.322 juta (2009)
Pertumbuhan GDP : -2,2 % (2009)
GDP Perkapita : USD $ 3.950 (2009)
251
X. VIETNAM
X. VIETNAM
Nama Resmi
Nama Resmi Negara
Negara : Socialist Republic
: Socialist of
Republic Viet
of Nam
Viet Nam
Tanggal Kemerdekaan
Tanggal Kemerdekaan : 2: September 19451945
2 September
Bentuk Pemerintahan : Republik Sosialis
Bentuk Pemerintahan : Republik Sosialis
GEOGRAFI
GEOGRAFI
Ibu Kota : Ha Noi
Ibu Kota
Luas Wilayah : Ha Noi
: 329.560 KM2
Perbatasan
Luas Wilayah : Teluk Thailand,
: 329.560 KM2 Teluk Tonkin, Laut China
Perbatasan : Selatan, China, Laos, dan Kamboja
Teluk Thailand, Teluk Tonkin,
DEMOGRAFI Laut China Selatan, China, Laos,
Jumlah Penduduk dan Kamboja
: 86.024.600 (2009)
Pertumbuhan Penduduk : 1,2 % (2009)
Kelompok Etnis
DEMOGRAFI : Kinh (Viet) 86,2 %, Tay 1,9 %, Thai 1,7 %, Muong
Jumlah Penduduk : 1,5%, Khome 1,4
86.024.600 %, Hoa 1,1 %, Nun 1,1 %,
(2009)
Hmong 1 %, lain-lain 4,1 %
Pertumbuhan
Agama Penduduk : 1,2 %9,3
: Budha (2009)
%, Katholik 6,7 %, Hoa Hao 1,5 %, Cao
Kelompok Etnis : Dai
Kinh (Viet) 86,2 %,0,5%,
1,1 %, Protestant Tay Islam
1,9 %, 0,1 %, tidak
beragama Thai 1,780,8
%, Muong
% 1,5%,
Bahasa
: Viet Nam (bahasa
Khome 1,4 %, Hoaresmi),
1,1Inggris,
%, Perancis, China,
Khmer Nun 1,1 %, Hmong 1 %,
PEREKONOMIAN
lain-lain 4,1 %
Agama
Gross Domestic : Budha 9,3 %, Katholik 6,7 %,
Product (GDP) Hoa Hao
: USD $ 96.317 1,5juta
%,(2009)
Cao Dai 1,1 %,
Pertumbuhan GDP : 5.2 Protestant
% (2009) 0,5%, Islam 0,1 %,
GDP Perkapita
: USD $ 1.104
tidak (2009)80,8 %
beragama
Bahasa : Viet Nam (bahasa resmi),
Inggris, Perancis, China, Khmer
PEREKONOMIAN
Gross Domestic
Product (GDP) : USD $ 96.317 juta (2009)
Pertumbuhan GDP : 5.2 % (2009)
GDP Perkapita : USD $ 1.104 (2009)
252
LAMPIRAN
LAMPIRAN 3 3
ASEAN ANTHEM
ASEAN ANTHEM
253
LAMPIRAN 4
SINGKATAN KATA
254
ABC : ASEAN Brussels Committee
ABF : ASEAN Bintulu Fertilizer
ABIS : ASEAN Business and Investment Summit
ABSNAT : ASEAN Benchmark Sites Network for Agro
technology Transfer
ACA : ASEAN Contractors Organization
ACAP : ASEAN Common Agricultural Policy (COFAF)
ACAT : ASEAN Centre for Appropriate Technology
(COST)
ACB : ASEAN Committee in Beijing
ACBC : ASEAN - Canada Business Council
ACC : ASEAN - Canberra Committee
ACCM : ASEAN - Canberra Consultative Meeting
ACCPMS : ASEAN - Canada Cooperative Programme on
Marine Science
ACCSM : ASEAN Cooperation in Civil Service Matters
ACCTC : ASEAN Center for Combating Transnational
Crime
ACC-WG : ASEAN - Canberra Committee Working Group
ACDM : ASEAN Committee on Disaster Management
ACE : ASEAN Confederation of Employers
ACE : ASEAN Centre for Energy
ACEDAC : ASEAN Centre for the Development of
Agricultural Cooperative
ACF : ASEAN Cardiologists Federation
ACF : ASEAN Constructors Federation
ACF : ASEAN Cultural Fund
ACIC : ASEAN Ceramic Industry Clubs (ASEAN-CCI)
255
ACITAR : ASEAN Customs Institute for Training and
Research
ACM : ASEAN Committee in Moscow
ACMB : ASEAN Compliance and Monitoring Body
ACMECS : Ayeyawady-Chao Phraya-Mekong Economic
Cooperation Strategy
ACO : ASEAN Cooperative Organization
ACPA : ASEAN Consumers Protective Agency
ACPL : ASEAN Cable ship Private Limited
ACPHP : ASEAN Crops Post Harvest Programme
ACRAQS : ASEAN Common Regional Animal Quarantine
Centre
ACRCS : ASEAN Conference on Reforms of Civil
Service
ACS : ASEAN College of Surgeons
ACS : ASEAN Committee in Seoul
ACT : ASEAN Committee in Tokyo
ACT : ASEAN Council of Teachers
ACT : ASEAN Consultation to Solve Trade and
Investment Issues
ACTT : ASEAN Communication Team for Tourism
ACTS : ASEAN Communication and Transport System
(COTAC)
ACTS : ASEAN Cargo Transportation Study
ACTU : ASEAN Council of Trade Union
ACU : ASEAN Cooperation Unit
ACW : ASEAN Committee in Wellington
ACWO : ASEAN Confederation of Women Organization
ADB : ASEAN Development Bank
256
ADBC : ASEAN Data Bank on Commodities
ADCF : ASEAN Development Cooperation Forum
ADCP : ASEAN - Australia Development Cooperation
Programme
ADE : Automated Data Exchange
ADEP : ASEAN Development Education Programme
(COSD)
ADF : ASEAN Development Fund
ADPC : Agriculture Development Planning Centre
(COFAF)
AEC : ASEAN Economic Community
AEC PoA : ASEAN Economic Community Plan of Action
AEGC : ASEAN Expert Group on Coal
AEGDM : ASEAN Experts Group on Disasters
Management
AEGE : ASEAN Expert Group on Environment
AEGND : ASEAN Expert Group on National Disasters
AEEMTRC : ASEAN-EC Energy Management, Training and
Research Centre
AEA : ASEAN Execute Agency
AEBF : ASEAN Energy Business Forum
AEM : ASEAN Economic Ministers
AEMEC : ASEAN Economic Ministers on Energy
Cooperation
AEMM : ASEAN - EC Ministerial Meeting
AEMMEC : ASEAN Economic Ministers Meeting on Energy
Cooperation
AEMTRC : ASEAN Energy Management Training and
Research Centre
257
AEROSAT : Aeronautical Satellite Programme (COTAC)
AERR : ASEAN Emergency Rice Reserve
AFA : ASEAN Federation of Accountants
AFAA : ASEAN Federation of Automotive Association
AFAMM : ASEAN Federation of Agricultural Machinery
Manufacturers
AFAS : ASEAN Framefork Agreement on Services
AFC : ASEAN Finance Corporation
AFC : ASEAN Food Conference
AFCB : ASEAN Fisheries Consultative Body
AFCM : ASEAN Federation of Cement Manufacturers
(ASEAN-CCI)
AFDC : ASEAN Fisheries Development Centre
AFDM : ASEAN Finance Deputies Meeting
AFEEC : ASEAN Federation of Electrical Engineering
Contractors
AFEO : ASEAN Federation of Engineering Organization
AFF : ASEAN Film Festival
AFF : ASEAN Fisheries Federation
AFF : ASEAN Football Federation
AFFMA : ASEAN Federation of Furniture Manufacturers
Association
AFFPI : ASEAN Federation of Food Processing Industries
(ASEAN-CCI)
AFGM : ASEAN Federation of Glass Manufacturers
(ASEAN-CCI)
AFHB : ASEAN Food Handling Bureau (COFAF)
AFJ : ASEAN Federation of Jurists
258
AFMA : ASEAN Federation of Mining Association
AFMM : ASEAN Finance Ministers Meeting
AFOC : ASEAN Forum on Coal
AFPMH : ASEAN Federation of Psychiatric and Mental
Health
AFSIP : ASEAN Food Safety Implementation Plan
AFSIS : ASEAN Food Security Information System
AFSO : ASEAN Food Standard Office
AFSR : ASEAN Food Security Reserve (COFAF)
AFSRB : ASEAN Food Security Reserve Board (COFAF)
AFTA : ASEAN Free Trade Area
AFTA-CER FTA : AFTA-Closer Economic Relation Free Trade
Area
AFTEX : ASEAN Federation of Textile Industries
AGC : ASEAN Geneva Committee
AGCC : ASEAN Gas Consultative Council
AGPP : ASEAN Grain Post-Harvest Programme
AGROTECH : ASEAN Small-scale Agro-Engineering Post-
harvest Technology Project
AHIPSA : Animal Health and Production Information
System for ASEAN
AHPADA : ASEAN Handicraft Promotion and Development
Association
AHPP : ASEAN Heads of Population Programme
AHRDP : ASEAN Human Resources Development
Programme
AHTF : ASOEN Haze Technical Task Force
AHTN : ASEAN Harmonised Tariff Nomenclature
259
AIA : ASEAN Investment Area
AIC : ASEAN Islamabad Committee
AIC : ASEAN Industrial Complementation
AIC : ASEAN Industrial Council
AICO : ASEAN Industrial Cooperation
AICs : ASEAN Insurance Commissioners
AIFM : ASEAN Institute of Forest Management
AII : ASEAN Information Infrastructure
AIJVs : ASEAN Industrial Joint Ventures
AIMS : ASEAN Interconnection Master Plan Study
AIP : ASEAN Industrial Projects
AIPO : ASEAN Inter-Parliamentary Organization
AIREP : ASEAN Routine Weather Report From Aircraft in
Flight Programme
AISIF : ASEAN Iron and Steel Industry Federation
AISP : ASEAN Integration System of Preference
AJDF : ASEAN - Japan Development Fund
AJSTD : ASEAN Journal on Science and Technology for
Development
AJVP : ASEAN Joint Venture Project
ALA : ASEAN Law Association
ALC : ASEAN - London Committee
ALINE : ASEAN Labor Information Network
ALMM : ASEAN Labor Ministers Meeting
APBSD : ASEAN Policy Blueprint for SMEs Development
AMA : ASEAN Mining Association
AMAF : ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry
260
AMBDC : ASEAN Mekong Basin Development
Cooperation
AMPC : ASEAN Minerals Plan Cooperation
AME : ASEAN Ministers of the Environment
AMEM : ASEAN Ministers on Energy Meeting
AMIA : ASEAN Music Industry Association
AMIS : ASEAN Mineral Information System
AMM : ASEAN Ministerial Meeting
AMMH : ASEAN Ministerial Meeting on Haze
AMMM : ASEAN Ministerial Meeting on Minerals
AMMTC : ASEAN Ministerial Meeting on Transnational
Crime
AMPCC : ASEAN Marine Pollution Control Centre
AMPPA : ASEAN Motion Picture Producers Association
AMST : ASEAN Ministers of Science and Technology
AMTIC : ASEAN Materials Technology Information
Centre
ANDC : ASEAN New Delhi Committee
ANDEX : ASEAN Network of Development Education
Centres (COSD)
ANDIN : ASEAN Natural Disasters Information Network
ANEX : ASEAN News Exchange
ANS : ASEAN Neurological Society
ANWRA : ASEAN Network of Water Resources Agencies
ANYC : ASEAN New York Committee
ANZAP : ASEAN - New Zealand A forestation Project
ANZCERTA : Australian - New Zealand Closer Economic
Relation Trade
261
AOA : ASEAN Orthopedic Association
AOC : ASEAN Ottawa Committee
AOFSCN : ASEAN Optical Fiber Submarine Cable Network
APA : ASEAN Puppetry Association
APA : ASEAN Peoples Assembly
APAA : ASEAN Port Authorities Association
APAEC : ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation
APC : ASEAN Promotion Centre on Trade, Investment
and Tourism
APC : ASEAN Paris Committee
APC-HRD : ASEAN -Pacific Cooperation on Human
Recourse
APCU : ASEAN Populations Coordinating Unit (COSD)
APDRTC : ASEAN Poultry Disease Research and Training
Centre
APEX : ASEAN Post-Harvest Exchange Regional
Information Newt
APF : ASEAN Pediatric Federation
APFME : Agricultural Project Formulation, Monitoring and
Evaluation
APHCN : ASEAN Plant Health Cooperation Network
APIRLAS : ASEAN Programmes on Industrial Relations and
Labour Stud
APLAC : Asia-Pacific Laboratory Accreditation
Cooperation
APP : ASEAN Population Programme (COSD)
APPS : ASEAN Pioneer Project Scheme
APSA : ASEAN Petroleum Security Agreement
APPIC : ASEAN Paper and Pulp Industry Club (ASEAN-
CCI)
262
ARC : ASEAN Reinsurance Corporation
ARCBC : ASEAN Regional Centre of Biodiversity
Conservation
ARCIE : ASEAN Resource Centre on Information
Exchange
ARDCMR : ASEAN Regional Development Centre in Mineral
Resources
ARF : ASEAN Regional Forum
ARGMC : ASEAN Railway General Managers
Conference
ARSMC : ASEAN Regional Specialized Meteorological
Centre
ARSPP : ASEAN Regional Studies Promotion
Programme
ASC : ASEAN Standing Committee
ASC : ASEAN Steel Committee
ASC : ASEAN Security Community
ASC PoA : ASEAN Security Community Plan of Action
AScC : ASEAN Socio-cultural Community
AScC PoA : ASEAN Socio-cultural Community Plan of
Action
ASCH & N : ASEAN Sub-Committee, on Health & Nutrition
ASCCARS : ASEAN Sub-Committce on Civil Aviation and
Related Services
ASCLA : ASEAN Sub-Committee on Labour Affairs
ASCOE : ASEAN Sub-Committee on Education
ASCOPE : ASEAN Council on Petroleum
ASCW : ASEAN Sub-Committee on Women
ASDF : ASEAN Social Development Fund
263
ASEAN : Association of South East Asian Nations
ASEAN-CCI : ASEAN Chambers of Commerce and Industry
ASEANCOM : ASEAN Council of Museum
ASEANTA : ASEAN Tourism Association
ASEAN NTOs : ASEAN National Tourism Organizations
ASEP : ASEAN Environmental Programme
ASF : ASEAN Science Fund
ASLOM : ASEAN Senior Law Official Meeting
ASMC : ASEAN Specialized Meteorological Centre
ASO : Annual Security Outlook
ASOD : ASEAN Senior Officials on Drug Matters
ASOEN : ASEAN Senior Officials on Environment
ASOF : ASEAN Senior Officials on Forestry
ASOMM : ASEAN Senior Official Meeting on Minerals
ASP-ATMPH : ASEAN Scholarship Programme for Applied
Tropical Medicine
ASP : ASEAN Surveillance Process
ASPR : ASEAN Surveillance Process Report
ASSC : ASEAN Schools Sport Council
ASTNET : ASEAN Science and Technology Network
ASTP : Australian System of Trade Preferences
ASTW : The ASEAN Science and Technology Week
ASW : ASEAN Sub Committee on Women
ASY : ASEAN Sub-Committee on Youth
ATA : ASEAN Tourism Agreement
ATC : ASEAN Training Centre
ATEC : ASEAN Treaty of Economic Cooperation
264
ATF : ASEAN Tourism Forum
ATIC : ASEAN Tourism Information Centre
ATC : ASEAN Timber Technology Centre
ATM : ASEAN Tourism Ministers
ATRC : ASEAN Telecommunications Regulators
Council
ATUC : ASEAN Trade Union Council
ATWG : ASEAN Technical Working Group
AUN : ASEAN University Networking
AUCPMS : ASEAN-US Cooperation Programme on Marine
Science
AUI : ASEAN-US Initiative
AUSC : ASEAN-US University Sport Council
AVA : ASEAN Values Association
AVIST : ASEAN Virtual Institute of Science and
Technology
AVRDC : ASEAN-Asia Vegetable Research and
Development Center
AWC : ASEAN Washington Committee
AWGCM : ASEAN Working Group on Customs Matters
AWGCME : ASEAN Working Group on Coastal and Marine
Etivironm
AWGMEA : ASEAN Working Group on Multilateral
Environmental Agreements
AWGNCB : ASEAN Working Group on Nature Conservation
and Biodiversity
AWGTM : ASEAN Working Group on Tax Matters
AWP : ASEAN Womens Programme (COSD)
BAAIC : Basic Agreement on ASEAN Industrial
Complementation
265
BAAIJV : Basic Agreement on ASEAN Industrial Joint
Ventures
BAC : Bonn ASEAN Committee
BADC : Brackisliwater Aquaculture Development Centre
BBC : Brand-to-Brand Complementation
BCM : Business Council Meeting
BIMP-EAGA : Brunei, Indonesia, Malaysia, Philippines East
ASEAN Growth Area
BOP : Board of Planners
BRMM-CT : Bali Regional Ministerial Meeting on Counter
Terrorism
BSA : Bilateral Swap Arrangement
BSE : Bovine Spongiform Encephalophaty
BTS : Brokers Telegraph System
CADEX : Council of ASEAN Directors on Agricultural
Extension
CAJ : Confederation on ASEAN Journalists
CAYC : Committee on ASEAN Youth Cooperation
CBMs : Confidence Building Measures
CBWM : Common Border Whole Sale Market
CCC : Customs Cooperation Council
CCCA : Coordinating Committee on CEPT for AFTA
CCCN : Customs Cooperation Council Nomenclature
CCOP : Coordinating Committee for Coastal and Offshore
Geoscience Programmes in East and Southeast
Asia
CCS : Coordinating Committee on Services
CCEM : CEPT Concession Exchange Manual
266
CEPs : Closer Economic Partnerships
CEPT : Common Effective Preferential Tariff
CERTs : Computer Emergency Response Teams
CEVEST : Centre for Vocational and Extension Service
Training
CGC : Coordinating Group on Crops
CGDK : Coalition Government of Democratic
Kampuchea
CGFI : Coordinating Group on Fisheries
CGFO : Coordinating Group on Forestry
CGL : Coordinating Group on Livestock
CIAST : Centre for Instructors and Advanced Skills
Training
CIDA : Canadian International Development Agency
CISMA : Centre for Irrigation System Management for
ASEAN
CITES : Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Fauna and Flora
CLV : Cambodia, Laos, Vietnam
CLMV : Cambodia, Laos, Myanmar, and Viet Nam
CMI : Chiang Mai Initiative
CMO : Comprehensive Multidisciplinary Outline
COCI : Committee on Culture and Information
COFAB : Committee on Finance and Banking
COFAF : Committee on Food, Agriculture and Forestry
COIME : Committee on Industry, Minerals and Energy
COSD : Committee on Social Development
COST : Committee on Science and Technology
267
COTAC : Committee on Transportation and
Communications
COTT : Committee on Trade and Tourism
CR : Conflict Resolution
CRC : Convention on the Rights of the Child
CRM : Customs Reform and Modernisation
DOC : Declaration on the Conduct of Parties in the
South China Sea
DSM : ASEAN Dispute Settlement Mechanism
EABC : East ASEAN Business Council
EAS : East Asia Summit
EE&C-SSN : Energy Efficiency and Conservation - Sub Sector
Network
EEZ : Exclusive Economic Zones
EID : Emerging Infectious Diseases
ESI : Electric Supply Industry
FA-AIA : Framework Agreement on ASEAN Investment
Area
FDI : Foreign Direct Investment
FFRT : The Fift Freedom Rights of Traffic
FLEG : Forest Law Enforcement and Governance
FMD : foot and mouth diseases
GE : General Exception
GMS : Greater Mekong Sub-region
HAPUA : Heads of ASEAN Power Utilities/Authorities
HLTF : High Level Task Force
HPA : Hanoi Plan of Action
HS : Harmonised System
268
AHTTF : ASOEN Haze Technical Task Force
IAEA : International Atomic Energy Agency
IAI : Initiative for ASEAN Integration
ICT : Information and CommunicationTechnologies
IL : Inclusion List
ILAC : International Laboratory Accreditation
Cooperation
IMO : International Maritime Organisation
IMS-GT : Indonesia, Malaysia, Singapore-GrowthTriangle
IMT-GT : Indonesia, Malaysia,Thailand-Growth Triangle
IPM : Integrated Pest Management
IPR : Intellectual Property Rights
ISIC : International Standard Industrial Classification
for All Economic Activities
ISIS : ASEAN Institute for Strategic and International
Studies
ISM : Intersessional Meeting
ISM on CT-TC : ISM on Counter-Terrorism and Transnational
Crime
ISM-DR : ISM on Disaster Relief
ITS : International Trade in Services
JCLEC : Jakarta Center for Law Enforcement
Cooperation
JCM : Joint Consultative Meeting
JMM : Joint Ministerial Meeting
LSEs : Large-Scale Enterprises
MOP : Margin of Preferences
MRAs : Mutual Recognition Arrangements
269
NEAC : National Economic Action Council
NFPWGFPPS : National Focal Points Working Group for Forest
Products Promotion Scheme
NRSE-SSN : New and Renewable Sources of Energy -Sub
Sector Network
NSM : National Secretariats Meeting
NTBs : Non-Tariff Barriers
NTMs : Non-Tariff Measures
PCA : Customs Post Clearance Audit
PD : Preventif Diplomasi
PoA : Plan of Action
PSI : Pollutant Standard Index
PTA : Preferential Trading Arrangement
RIA : Roadmap for the Integration of ASEAN
ROO : Scheme Rules of Origin
ROP : Rule of Procedures
RTAs : Regional Trading Arrangements
SAARC : South Asian Association for Regional
Cooperation
SCB : Sub-Committee on Biotechnology
SCC : Sub-Committee on Climatologic
SCCAN : Special Coordinating Committee of ASEAN
SCCARS : Sub-Committee on Civil Aviation and Related
Service
SCFST : Sub-Committee on Food Science & Technology
SCIRD : Sub-Committee on S & T Instructure and
Resources Development
SCLT : Sub-Committee on Land Transportation
270
SCMG : Sub-Committee on Meteorology & Geophysics
SCMIT : Sub-Committee on Microelectronic and
Information Technology
SCMS : Sub-Committee on Marine Sciences
SCMST : Sub-Committee on Materials Science &
Technology
SCNCER : Sub-Committee on Non Conventional Energy
Research
SCOE : Sub-Committee of Education
SCOP : Sub-Committee on Protein
SCOT : Sub-Committee on Tourism
SCPT : Sub-Committee on Posts and
Telecommunication
SCSP : Sub-Committee on Shipping and Ports
SDFZ : Specific Disease Free Zone
SEAFDEC : Southeast Asian Fisheries Development Center
SEAMEO : South East Asian Ministers of Education
Organization
SEAMEO-RELC: South East Asian Ministers of Education
Organization Regional English Language
Centre
SEANWFZ : South East Asia Nuclear Weapon Free Zone
SEASEE : Southeast Asia Association on Seismology and
Earthquake Engineering
SEOM : Senior Economic Officials Meeting
SFM : Sustainable Forest Management
SIAP : ASEAN Strategic Investment Action Plan
SICT : Standard International Trade Classification
SKRL : Singapore-Kunming Rail Link
271
SL : Sensitive List
SLOM : Senior Legal Officials Meeting
SLOM : Senior Labour Officials Meeting
SME : Small and Medium Enterprises
SMEs : Small and Medium Enterprises
SMI : Small and Medium Industry
SNOC : Singapore National Oil Company
SOER : ASEAN State of the Environment Report
SOM : Senior Officials Meeting
SOMEC : Senior Officials Meeting on Energy Cooperation
SOME : Senior Officials Meeting on Energy
SOMHD : Senior Officials Meeting on Health Development
SOMRDPE : Senior Officials Meeting on Rural Development
and Poverty Eradication
SOMSWD : Senior Officials Meeting on Social Welfare and
Development
SOMY : Senior Officials Meeting on Youth
SPS : Sanitary and Phytosanitary
SRFA : Sub - Regional Fire Fighting Arrangements
STABEX : Stabilization of Export
STOM : Senior Transport Officials Meeting
STO-MTN : Senior Trade Officials on Multilateral Trading
Negotiations
TAC : Treaty of Amity and Co-operation
TAGP : Trans-ASEAN Gas Pipeline
TCPHC : Training Centre for Primary Health Care
TELs : Temporary Exclusion Lists
TELSOM : Telecommunication Senior Officials Meeting
272
TIPP : Trade and Investment Promotion Programme
TNC : Trade Negotiation Committee
TPNG : Trade Preference Negotiating Group (COTT)
TWG : Timber Working Group
TWG : Technical Working Group
UAP : Unprocessed Agriculture Product
UN : United Nations
UNCED : United Nations Conference on Environment and
Development
UNDCP : United Nations Drug Control Programme
UNDP : United Nations Development Program
UNFPA : United Nations Fund for Population Activities
UNINET : University Networking
VAC : Visit ASEAN Campaign
VADP : Veterinary Administration Development
Programme
VAP : Vientiane Action Programme
VAY : Visit ASEAN Year
WCO : World Customs Organisation
WGEFMMP : Working Group on Environment-Friendly Mining
and Mineral Processing
WGFAF : Working Group on Food, Agriculture and
Forestry
WGIC : Working Group on Industrial Cooperation
WGMD : Working Group on Mineral Data Base
WGTIM : Working Group on Trade and Investment in
Minerals
WGTM : Working Group on Training in Mineral
273
WTO : World Trade Organization
ZOPFAN : Zone of Peace, Freedom and Neutrality
WG-FTRD : Working Group on Food Technology Research
and Development Projects
WGMST : Working Group on Material Science and
Technology
WG-NCGR : Working Group on Non-Conventional Research
Project
274
TIM PENYUSUN
BUKU ASEAN SELAYANG PANDANG 2010
EDISI KE-19
PELINDUNG : Djauhari Oratmangun
Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN
275