Anda di halaman 1dari 39

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

PERSEDIAAN DARAH KOTA YOGYAKARTA


METODE FORECASTING

Studi Kasus di PMI cabang Kota Yogyakarta


Jln. Tegalgendu 25, Prenggan, Kotagede, Yogyakarta

Dosen Pembimbing: Yandra Rahadian, M.T.

Disusun oleh:

Bayu Dwiwinarko (08660032)


Muh. Misbah (08660056)
Risal Ngisudin (08660065)
Muh. Iqbal Hardian (08660067)
Dian Wisnu Kholiki (08660080)
Arum Tri Utami (09660001)
Dini Kusuma Dewi (09660005)
Mahmud Basuki (09660006)
Tiastono Taufiq (09660020)
Marhabban Faizi R. (09660030)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pada dasarnya konsumen mengharapkan dapat memperoleh produk
yang memiliki manfaat pada tingkat harga yang dapat diterima. Untuk
mewujudkan keinginan konsumen tersebut maka setiap perusahaan berusaha
secara optimal untuk menggunakan seluruh asset dan kemampuan yang
dimiliki untuk memberikan value terhadap harapan konsumen. Implementasi
upaya ini tentunya menimbulkan konsekuensi biaya yang berbeda di setiap
perusahaan termasuk para pesaingnya. Untuk dapat memberikan produk yang
menarik, setiap perusahaan harus berusaha menekan atau mereduksi seluruh
biaya tanpa mengurangi kualitas produk maupun standar yang sudah
ditetapkan. Salah satu upaya untuk mereduksi biaya tersebut adalah melalui
optimalisasi distribusi material dari pemasok, aliran material dalam proses
produksi sampai dengan distribusi produk ke tangan konsumen. Distribusi
yang optimal dalam hal ini dapat dicapai melalui penerapan konsep Supply
Chain Management (SCM). SCM sesungguhnya bukan merupakan suatu
konsep yang baru. SCM merupakan pengembangan lebih lanjut dari
manajemen distribusi produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep
ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari
supplier, manufaktur, retailer hingga kepada konsumen. Dari sini aktivitas
antara supplier hingga konsumen akhir adalah dalam satu kesatuan tanpa sekat
pembatas yang besar, sehingga mekanisme informasi antara berbagai elemen
tersebut berlangsung secara transparan.SCM merupakan suatu konsep
menyangkut pola pendistribusian produk yang mampu menggantikan pola-
pola pendistribusian produk secara optimal. Pola baru ini menyangkut
aktivitas pendistribusian, jadwal produksi, dan logistik.
Beberapa tahun terakhir ini, permintaan darah di kota Yogyakarta
semakin meningkat seiring banyaknya pasien yang membutuhkan tranfusi
darah di berbagai rumah sakit di Yogyakarta. Namun kebutuhan darah yang
begitu besar itu tidak diimbangi dengan antusiasme masyarakat untuk
mendonorkan darahnya. Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Yogyakarta
selama ini kesulitan untuk memenuhi permintaan darah dari pasien rumah
sakit dan hanya mampu memenuhi 50 persennya tiap bulan. Hal ini
disebabkan karena proses distribusi dan pengumpulan darah yang kurang
maksimal serta kurangnya apresiasi pemerintah. Selain itu, rendahnya minat
masyarakat untuk mendonorkan darahnya secara rutin atau menjadi pendonor
aktif juga menjadi penyebab kebutuhan akan stok darah di kota Yogyakarta
tidak terpenuhi. Penyebab lain yang mengakibatkan jumlah stok darah
semakin menurun adalah tidak adanya metode khusus untuk meramalkan
jumlah kebutuhan darah di masa yang akan datang, sehingga ketika kebutuhan
akan darah itu meningkat drastis, pihak pengelola darah tidak mampu
memenuhinya. Untuk itu, sangat diperlukan adanya sebuah penelitian yang
mampu meramalkan jumlah kebutuhan darah untuk memperkecil peluang
kehabisan stok darah. Dengan mengetahui data permintaan darah di masa yang
akan datang, pihak PMI akan lebih memiliki persiapan dalam mencari para
pendonor dengan mudah. Dengan demikian, kebutuhan akan stok darah dapat
terpenuhi.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah yang akan
diselesaikan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses distribusi darah di Kota Yogyakarta dari pendonor
hingga pasien?
2. Bagaimana aliran informasi tentang proses pencarian darah di kota
Yogyakarta?
3. Bagaimana perkembangan jumlah kebutuhan darah di PMI kota
Yogyakarta dalam beberapa tahun terakhir?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian tentang Supply Chain
Manajemen Persediaan Darah Kota Yogyakarta Metode Forecasting ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses distribusi darah dari pendonor hingga pasien.
2. Untuk mengetahui aliran informasi pencarian darah dan aliran dana
keuangan.
3. Untuk mengetahui jumlah stok darah, jumlah kebutuhan darah, jumlah
pendonor, jumlah darah tiap golongan, harga darah, dan jumlah pasien
di Kota Yogyakarta dalam kurun waktu 1 tahun terakhir.
4. Untuk meramalkan jumlah kebutuhan darah di kota Yogyakarta
beberapa bulan selanjutnya.
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Bagi PMI
Adapun manfaat dari penelitian tentang Supply Chain
Manajemen Persediaan Darah Kota Yogyakarta Metode Forecasting
ini bagi PMI adalah sebagai berikut:
1. Membantu PMI dalam mengatasi kekurangan stok darah.
2. Mampu meramalkan jumlah kebutuhan darah di masa yang
akan datang, sehingga dapat memperkecil peluang kekurangan
stok darah.
3. Menjalin kerja sama dan mempererat hubungan antara pihak
universitas dengan PMI kota Yogyakarta.
1.4.2. Manfaat Bagi Mahasiswa
Adapun manfaat dari penelitian tentang Supply Chain
Manajemen Persediaan Darah Kota Yogyakarta Metode Forecasting
ini bagi Mahasiswa adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang diterima dari bangku
kuliah secara nyata.
2. Mahasiswa dapat melakukan peramalan kebutuhan darah
untuk beberapa bulan kedepan.
1.5.Batasan dan Asumsi
1.5.1. Batasan
Adapun batasan-batasan dalam penelitian mengenai Supply
Chain Manajemen Persediaan Darah Kota Yogyakarta Metode
Forecasting ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya dilakukan di PMI cabang kota
Yogyakarta, Jalan Tegalgendu, Kotagede.
2. Penelitian ini hanya dilakukan oleh 10 mahasiswa Teknik
Industri UIN Sunan Kalijaaga Yogyakarta.
1.5.2. Asumsi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Narasumber dianggap sebagai sumber informasi yang tepat
dan akurat.
2. Data yang diperoleh pada penelitian kali ini dianggap sudah
cukup dan memenuhi standar.
BAB II
PROFIL PALANG MERAH INDONESIA (PMI)

2.1. Sejarah PMI


Organisasi Palang Merah di Indonesia dimulai sejak masa sebelum
Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873,
pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah dengan nama
Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), organisasi ini dibubarkan
pada saat Indonesia dibawah pendudukan Jepang. Perjuangan mendirikan
Palang Merah Indonesia dimulai lagi sekitar tahun 1932. perjuangan ini
dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut
mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka
berusaha keras membawa rancangan organisasi tersebut ke dalam sidang
Konferensi Nerkai pada tahun 1940 dan akhirnya ditolak mentah-mentah. Saat
pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba membentuk Badan Palang
Merah Nasional, namun sekali lagi upaya ini mendapat halangan dari
Pemerintah Tentara Jepang.
Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945,
yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan
perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah
Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945
membentuk Panitia 5 yang terdiri dari dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder
Djohan (Penulis), dan dr Djuhana, dr Marzuki, serta dr. Sitanala (anggota).
Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17
September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang
revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang
sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat
pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota
Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional
melalui Kepres No.25 tahun 1950 dan kemudian diperkuat dengan Kepres
No.246 tahun 1963.
2.2. Visi dan Misi
2.2.1. Visi
Palang Merah Indonesia (PMI) mampu dan siap menyediakan
dan memberikan pelayanan kepalangmerahan secara cepat dan tepat
dengan berpegang teguh pada Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
2.2.2. Misi
1. Menyebarluaskan dan mendorong aplikasi secara konsisten
Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Internasional.
2. Melaksanakan kesiapsiagaan di dalam penanganan bencana dan
konflik.
3. Memberikan bantuan di bidang kesehatan.
4. Pengelolaan Transfusi Darah secara profesional.
5. Berperan aktif dalam penanganan bahaya HIV/AIDS dan
penyalahgunaan NAPZA.
6. Menggerakkan generasi muda dan masyarakat dalam tugas-tugas
kemanusiaan.
7. Meningkatkan kapasitas organisasi secara berkesinambungan
disertai dengan perlindungan terhadap relawan dan karyawan
dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.
8. Pengembangan dan penguatan kapasitas organisasi guna
meningkatkan kualitas Sumber daya manusia dan dana untuk
mewujudkan visi organisasi secara berkesinambungan.
2.3.Tujuan
Misi PMI bertujuan meringankan penderitaan sesama manusia apapun
sebabnya, dengan tidak membeda-bedakan agama, bangsa, suku bangsa,
golongan, warna kulit, jenis kelamin, bahasa dan pandangan politik.
2.4. Struktur Organisasi PMI Kota Yogyakarta

KETUA UMUM

Prof. DR.dr. Adi Heru Husodo,


MSC., DCN., DLSHTM

Wakil Ketua I Wakil Ketua II Wakil Ketua III

Ir. Heru Bj Mulyanto Dr. Teguh Wiyono, M.Kes Awang Trisnamurti

Sekretaris Bendahara Anggota

Sunarto, S.E., M.M Endang Sriningsih, S.E Tun Yulianto

Edi Haryanto, S.H.

Haris Usman Syarif


Wakil Sekretaris

Yunanto Tri Hascaryo


BAB III
DASAR TEORI

3.1.Palang Merah Indonesia (PMI)


Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan
nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI
selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang
Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan,
kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI
telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang
(tingkat kota/kabupaten) di seluruh indonesia. Palang Merah Indonesia tidak
berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Palang
Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan
tetapi mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan
segera untuk keselamatan jiwanya (www.wikipedia.com).
Dalam berbagai kegiatan, PMI komitmen terhadap kemanusiaan
seperti Strategi 2010 yang berisi tentang memperbaiki hajat hidup masyarakat
rentan melalui promosi prinsip nilai kemanusiaan, penanggulangan bencana,
kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kesehatan dan perawatan di
masyarakat. Deklarasi Hanoi (United for Action) berisi penanganan program
pada isu-isu penanggulangan bencana, penanggulangan wabah penyakit,
remaja dan manula, kemitraan dengan pemerintah, organisasi dan manajemen
kapasitas sumber daya serta humas dan promosi, maupun Plan of Action
merupakan keputusan dari Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
ke-27 di Jenewa Swiss tahun 1999. Guna mengantisipasi berbagai
kemungkinan yang terjadi pada saat-saat yang akan datang, saat ini PMI
tengah mengembangkan Program Community Based Disarter Preparedness
(Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat). Program ini dimaksudkan
mendorong pemberdayaan kapasitas masyarakat untuk menyiagakan dalam
mencegah serta mengurangi dampak dan risiko bencana yang terjadi di
lingkungannya. Hal ini sangat penting karena masyarakat sebagai pihak yang
secara langsung terkena dampak bila terjadi bencana.
3.2.Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)
Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) adalah integrasi
aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang
setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh
aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan pengalihdayaan (outsourcing),
ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara pemasok dan
distributor (Heizer & Render, 2008).
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), Supply Chain
Management (SCM) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan
barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga
merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan
mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungking menyelenggarakan
pengadaan atau barang tersebut, istilah supply chain meliputi juga proses
perubahan barang tersebut, misalnya dari barang mentah menjadi barang jadi.
Konsep supply chain merupakan konsep baru dalam melihat
persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik sebagai persoalan intern
masing-masing perusahaan dan pemecahannya dititik beratkan pada
pemecahan secara intern di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru
ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas dan terbentang
sangat panjang mulai dari bahan baku sampai produk jadi yang digunakan
oleh konsumen akhir. Konsep rantai pasok yang relatif baru sebetulnya tidak
sepenuhnya baru karena konsep tersebut merupakan perpanjangan dari konsep
logistik. Hanya manajemen logistik lebih terfokus pada pengaturan aliran di
dalam suatu perusahaan, sedangkan manajemen rantai pasok menganggap
bahwa integrasi dalam suatu perusahaan tidaklah cukup. Integrasi harus
dicapai untuk seluruh mata rantai pengadaan barang, mulai dari yang paling
hulu sampai dengan yang paling hilir. Oleh karena itu, rantai pasok terfokus
pada pengaturan aliran barang antar perusahaan yang terkait, dari hulu sampai
hilir bahkan sampai pada konsumen terakhir (Indrajit dan Djokopranoto,
2002).
Secara umum penerapan konsep SCM dalam perusahaan akan
memberikan manfaat yaitu kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan,
menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang semakin tinggi, peningkatan laba,
dan perusahaan semakin besar.
1. Kepuasan pelanggan.
Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dari
aktivitas proses produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan.
Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam konteks ini tentunya
konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Untuk
menjadikan konsumen setia, maka terlebih dahulu konsumen harus
puas dengan pelayanan yang disampaikan oleh perusahaan.
2. Meningkatkan pendapatan.
Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra perusahaan
berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga
produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan terbuang
percuma, karena diminati konsumen.
3. Menurunnya biaya.
Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada konsumen akhir
berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi.
4. Pemanfaatan asset semakin tinggi.
Aset terutama faktor manusia akan semakin terlatih dan terampil baik
dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga manusia akan
mampu memberdayakan penggunaan teknologi tinggi sebagaimana
yang dituntut dalam pelaksanaan SCM.
5. Peningkatan laba.
Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia dan
menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan laba
perusahaan.
6. Perusahaan semakin besar.
Perusahaan yang mendapat keuntungan dari segi proses distribusi
produknya lambat laun akan menjadi besar,dan tumbuh lebih kuat.
3.3. Forecasting (Peramalan)
3.3.1. Pengertian Peramalan
Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang
memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang.
Peramalan diperlukan karena adanya perbedaan waktu antara keadaan
akan dibutuhkan dibutuhkannya suatu kebijakan baru. Apabila
perbedaan waktu tersebut panjang, maka peramalan menjadi penting
dan sangat dibutuhkan, terutama dalam penentuan kapan terjadi suatu
peristiwa sehingga dapat dipersiapkan tindakan-tindakan yang
diperlukan. Kegunaan dari suatu peramalan dapat dilihat pada saat
pengambilan keputusan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang
didasarkan oleh pertimbangan apa yang akan terjadi saat keputusan
tersebut dilakukan. Apabila keputusan yang diambil kurang tepat
sebaiknya keputusan tersebut tidak dilaksanakan. Oleh karena masalah
pengambilan keputusan merupakan masalah yang dihadapi, maka
peramalan juga merupakan masalah yang harus dihadapi, karena
peramalan berkaitan erat dengan pengambilan suatu keputusan.
Kegunaan paramalan dalam suatu penelitian adalah
melakukan analisa terhadap situasi yang diteliti untuk memperkirakan
situasi dan kondisi yang akan terjadi dari sesuatu yang diteliti di masa
depan. Peramalan merupakan suatu alat Bantu yang penting dalam
perencanaan yang efektif dan efisien. Dalam hal ini penyusunan suatu
rencana untuk mencapai tujuan atau sasaran suatu organisasi terdapat
perbedaan waktu antara kegiatan apa saja yang perlu dilakukan,
kapan waktu pelaksanaan dan oleh siapa dilaksanakan perencanaan
dan peramalan sanagat erat kaitannya, ini dapat dilihat dalam hal
penyusunan rencana, dimana dalam penyusunan ini melibatkan
masalah peramalan juga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
peramalan merupakan dasar untuk menyusun rencana.
3.3.2. Metode Peramalan
a. Moving Average
Moving average atau rata-rata bergerak diperoleh dengan
mencari rata-rata permintaan berdasarkan data masa lalu yang
terbaru. Metode ini mempergunakan sejumlah data yang ada.
Berdasarkan sejumlah data tersebut dapat dihitung rata-rata
nilainya dan kemudian menggunakan rata-rata tersebut untuk
melakukan peramalan pada periode berikutnya. Tujuan utama
penggunaan moving average ini adalah untuk mengurangi atau
menghilangkan variasi acak permintaan dalam hubungannya
dengan waktu. Disebut rata-rata bergerak karena tiap observasi
yang baru diikutsertakan untuk dihitung dengan menghilangkan
observasi yang lama dari rata-rata. Rata-rata terbaru digunakan
untuk meramalkan periode berikutnya. Jadi jumlah data yang
dipergunakan dari waktu ke waktu selalu konstan. Metode moving
average biasanya dinyatakan dalam moving average n bulanan.
Perhitungan untuk moving average n bulanan untuk suatu periode
adalah rata-rata n data permintaan aktual terakhir. Rumusnya
adalah sebagai berikut:

b. Single Exponential Smoothing


Metode single exponential smoothing banyak digunakan di
dalam peramalan sederhana, efisien didalam perhitungan,
perubahan peramalan mudah disesuaikan dengan perubahan data,
dan ketelitian metode ini cukup besar. Single exponential
smoothing banyak digunakan untuk peramalan jangka pendek.
Metode ini biasanya digunakan jika data cukup konstan (data
mengandung trend yang tidak terlalu signifikan). Hal utama yang
dilakukan dalam metode single exponential smoothing adalah
menentukan nilai . Nilai ini dapat disesuaikan dengan pola
historis data aktual. Apabila pola historis dari data aktual sangat
bergejolak atau tidak stabil dari waktu ke waktu, nilai yang
dipilih yang mendekati 1. Jika pola historis dari data aktual tidak
berfluktuasi atau relatif stabil dari waktu ke waktu, nilai dipilih
yang mendekati 0. Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan iterasi sehingga meminimumkan SSE. Nilai S0
dapat diberi nilai rata-rata beberapa data pertama dan biasanya
diambil 6 data pertama.

= 1 + (1 1 )

Dimana A : Permintaan Aktual


: Konstanta Smoothing (0<<1)
t : Bulan
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Obyek Penelitian


Obyek penelitian kali ini mengenai persediaan darah di Palang Merah
Indonesia (PMI) cabang kota Yogyakarta, yang berlokasi di Jl. Tegalgendu
25, Prenggan, Kotagede, Yogyakarta.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu : 16 Mei 2012 Selesai
Tempat: Palang Merah Indonesia (PMI) cabang kota Yogyakarta, Jl.
Tegalgendu 25, Prenggan, Kotagede, Yogyakarta.

4.3. Data yang digunakan


Data-data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
1. Data Jumlah Kantong Darah Terambil.
2. Data Jumlah Pendonor menurut Golongan Darah.

4.4. Mekanisme Pengumpulan Data


a. Observasi
Observasi dilakukan untuk pencarian data-data yang bersifat umum.
Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap mekanisme
kerja di PMI cabang kota Yogyakarta.
b. Wawancara
Melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang
berkompeten dan terkait secara langsung untuk melakukan pengambilan
data sesuai dengan penelitian. Dalam hal ini, wawancara dilakukan dengan
Bapak Noor Edy Hidayatullah.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan penelusuran referensi baik dari
buku, media massa, web site, maupun segala bentuk referensi yang
berkaitan dengan tema dalam studi kasus.
4.5.Kerangka Penelitian

Mulai

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data

Analisis Data

Pembuatan Laporan

Kesimpulan

Selesai
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Tabel 5.1. Data Kebutuhan Darah

DATA KEBUTUHAN DARAH

No Bulan Golongan Darah Jumlah


A 526
B 654
1 Jan-11
O 734
AB 135
A 492
B 517
2 Feb-11
O 775
AB 196
A 512
B 640
3 Mar-11
O 954
AB 150
A 525
B 614
4 Apr-11
O 843
AB 127
A 493
May- B 590
5
11 O 755
AB 155
A 453
B 521
6 Jun-11
O 737
AB 119
A 568
B 824
7 Jul-11
O 1168
AB 168
A 322
B 397
8 Aug-11
O 571
AB 103
A 549
B 709
9 Sep-11
O 921
AB 172
A 728
B 877
10 Oct-11
O 1208
AB 212
A 476
B 628
11 Nov-11
O 788
AB 159
A 526
B 580
12 Dec-11
O 798
AB 168

Tabel 5.2. Data Jumlah Kebutuhan Darah

DATA JUMLAH KEBUTUHAN


DARAH PER BULAN
No Bulan Jumlah
1 Jan-11 2049
2 Feb-11 1980
3 Mar-11 2256
4 Apr-11 2109
5 May-11 1993
6 Jun-11 1830
7 Jul-11 2728
8 Aug-11 1393
9 Sep-11 2351
10 Oct-11 3025
11 Nov-11 2051
12 Dec-11 2072
5.2. Pengolahan Data
5.2.1. Langkah Sofware
Tabel 5.3. Langkah 1

Tabel 5.4. Langkah Kedua


Tabel 5.5. Langkah ketiga

Tabel 5.6. Langkah Keempat


Tabel 5.7. Langkah Kelima

5.2.2.Metode Moving Average

Tabel 5.8. Moving Average Gol.A


Berdasarkan tabel di atas, maka hasil peramalan untuk 11 bulan
kedepan khusus golongan darah A dengan metode Moving Average
adalah 570 kantong darah.
Tabel 5.9. Moving Average Gol.B

Berdasarkan tabel di atas, maka hasil peramalan untuk 11 bulan


kedepan khusus golongan darah B dengan metode Moving Average
adalah 699 kantong darah.
Tabel 5.10. Moving Average Gol.O
Berdasarkan tabel di atas, maka hasil peramalan untuk 11 bulan
kedepan khusus golongan darah O dengan metode Moving Average
adalah 929 kantong darah.
Tabel 5.11. Moving Average Gol. AB

Berdasarkan tabel di atas, maka hasil peramalan untuk 11 bulan


kedepan khusus golongan darah AB dengan metode Moving Average
adalah 178 kantong darah.

Grafik 5.1. Grafik MA Gol.A


Berdasarkan grafik Moving Average Golongan darah A di atas,
dapat diketahui bahwa data Actual dengan data Forecast terdapat
perbedaan yang terlihat cukup jelas.

Grafik 5.2. Grafik MA Gol.B

Berdasarkan grafik Moving Average Golongan darah B di atas,


dapat diketahui bahwa data Actual dengan data Forecast terdapat
perbedaan yang terlihat cukup jelas.

Grafik 5.3. Grafik MA Gol.O


Berdasarkan grafik Moving Average Golongan darah O di atas,
dapat diketahui bahwa data Actual dengan data Forecast terdapat
perbedaan yang terlihat cukup jelas.

Grafik 5.4. Grafik MA Gol.AB

Berdasarkan grafik Moving Average Golongan darah AB di


atas, dapat diketahui bahwa data Actual dengan data Forecast terdapat
perbedaan yang terlihat cukup jelas.

5.2.3. Metode Single Exponential Smoothing


Tabel 5.12. SES Gol. A
Berdasarkan tabel di atas, maka hasil peramalan untuk 11 bulan
kedepan khusus golongan darah A dengan metode Single Exponential
Smoothing adalah 523 kantong darah.

Tabel 5.13. SES Gol. B

Berdasarkan tabel di atas, maka hasil peramalan untuk 11 bulan


kedepan khusus golongan darah B dengan metode Single Exponential
Smoothing adalah 587 kantong darah.

Tabel 5.14. SES Gol.O


Berdasarkan tabel di atas, maka hasil peramalan untuk 11 bulan
kedepan khusus golongan darah O dengan metode Single Exponential
Smoothing adalah 800 kantong darah.

Tabel 5.15. SES Gol. AB

Berdasarkan tabel di atas, maka hasil peramalan untuk 11 bulan


kedepan khusus golongan darah AB dengan metode Single
Exponential Smoothing adalah 168 kantong darah.

Grafik 5.5. Grafik SES Gol. A


Berdasarkan grafik Exponential Smoothing Golongan darah A
di atas, dapat diketahui bahwa pola data Actual dengan data Forecast
memiliki kesamaan.

Grafik 5.6. Grafik SES Gol.B


Berdasarkan grafik Exponential Smoothing Golongan darah B
di atas, dapat diketahui bahwa pola data Actual dengan data Forecast
memiliki kesamaan.

Grafik 5.7. Grafik SES Gol. O


Berdasarkan grafik Exponential Smoothing Golongan darah O
di atas, dapat diketahui bahwa pola data Actual dengan data Forecast
memiliki kesamaan.

Grafik 5.8. Grafik SES Gol. AB

Berdasarkan grafik Exponential Smoothing Golongan darah AB


di atas, dapat diketahui bahwa pola data Actual dengan data Forecast
memiliki kesamaan.
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1.Informasi Umum
Kebutuhan darah UDD (Unit Donor Darah) kota Yogyakarta 100-500
kantong sehari. Jumlah Rumah Sakit yang dilayani UTD PMI Kota
Yogyakarta kurang lebih 80 Rumah Sakit (Swasta dan Negeri) Se-DIY dan
Jateng Bagian Selatan. Darah dibutuhkan bagi orang yang kehilangan darah
atau komponen darah, kelainan darah, penyakit yang menyebabkan
kehilangan darah/ komponen darah.
Manfaat Donor Darah:
1. Menyelamatkan darah.
2. Diperiksa laboratorium.
3. Merangsang produksi sel darah biru.
4. Perbuatan mulia.
5. Mendapat pahala (ikhlas).
Persyaratan menjadi donor sukarela:
1. Pria dan wanita.
2. Sehat jasmani dan rohani.
3. Umur donor 17-60 tahun.
4. Berat badan minimal 50 kg.
5. Suhu tubuh tidak lebih dari 37c.
6. Nadi:60-100x/menit dan teratur.
7. Tekanan darah sistolik 100-160 mm Hg dan diastolic 60-100
mm Hg.
8. Hemoglobin > 12,5 gr/dl.
9. Bagi wanita: tidak sedang haid dan menyusui.
10. Tidak mengidap penyakit infeksi melalui darah seperti silfis,
hepatitis C & B, kemungkinan HIV/AIDS.
11. Tidak sedang/menjalani operasi/pengobatan.
Prosedur donor darah:
1. Pendaftaran/ mengisi inform concent.
2. Menimbang berat badan.
3. Mengukur tekanan darah.
4. Tesh Hb dan golongan darah.
Pendonor diperiksa kesehatan
1. Pemeriksaan Hemoglobin.
2. Pemeriksaan Tekanan darah.
3. Anamnesa (Tanya jawab).
Pengambilan Darah
1. Donor diambil 350 CC.
2. Type kantong Single, Double, Triple.
3. Waktu pengambilan 5-15 menit tergantung venanya.
4. Jangka waktu donor minimal 75 hari sekali (3 bulan).
Syarat mengadakan mobil unit
1. Calon donor 30 orang.
2. Mengajukan surat kerjasama ke UDD PMI Kota beserta CP-
nya.
3. UDD PMI akan men-support kegiatan berupa leaflet donor,
petugas, peralatan medis, menu donor, fielbed, kasur, bantal,
dll.
RINCIAN BPPD (Biaya Pengganti Pengolahan Darah)

NO URAIAN UNIT COST KET


1 Kelompokan jasa, admin, pemeliharaan, 36.000
penyusutan, & pengembangan
2 Kelompok habis pakai: 214.000
a. Kantong darah 28.000
b. Golongan darah Rh, Hb, & 28.000
konfirmasi golongan
c. Reagensia cross match 45.000
d. HBsAg 20.000
e. Anti HCV 45.000
f. VDRL 15.000
g. HIV 30.000
h. Bahan habis pakai 3.000
Total 250.000
Piagam Penghargaan
1. DD 10 x: piagam (Ka. UDD PMI Kota Yogyakarta)
2. DD 25 x: piagam dan plakat (Ketua PMI Kota)
3. DD 50 x: Piagam dan plakat (Ka. PMI DIY)
4. DD 75 x: Piagam, Plakat, dan Cincin Emas
5. 100 x: Piagam, Plakat dan cincin emas, Satya Lencana
Kebaktian Sosial dari Presiden.
Pemeriksaan Darah
Semua sample darah donor diperiksa Laboratorium dari penyakit
1. Hepatitis B
2. Hepatitis C
3. HIV
4. Syphilis
Pengolahan Darah
Satu kantong darah 350 CC diolah menjadi
1. Whole Blood (WB)
2. Packed Red Cell (PRC)
3. Trombosit (TC)
4. Fresh Frozen Plasma (FFP)
5. Fresh Plasma
6.2. Supply Chain Aliran Darah di PMI

DONOR DARAH PENGGANTI


PEMISAHAN DARAH

PENGAMBILAN
CALON DITERIMA
DARAH
PMI PEMERIKSAAN DARAH

KELUARGA PROSEDUR PENERIMA DONOR


PENDONOR
PMI DONOR DARAH
PENGOLAHAN DARAH
CALON DITOLAK

PENYIMPANAN DARAH
PENDAFTARAN/
MENGISI FORM
CONCENT

MENIMBANG BERAT
BADAN

DARAH RUSAK
PT. ARA
MENGUKUR TEKANAN
(PENGELOLAAN
DARAH
DARAH EXPIRED LIMBAH DARAH)

TEST HB & GOL


DARAH
Donor darah pengganti dilakukan ketika sesorang pendonor hendak
mendonorkan darah kepada pihak tertentu sesuai yang dikehendaki pendonor.
Prosedur donor darah pengganti dimulai dari pendonor mendaftar dan mengisi
blangko atau formulir berwarna merah muda. Setelah itu calon pendonor
menimbang berat badan dengan berat minimal 50 kg baik pria maupun wanita,
mengukur tekanan darah minimal 110 mm Hg namun apabila calon pendonor
mempunyai tekanan darah yang tinggi dianjurkan untuk tidak melakukan
transfuse darah. Setelah itu darah dilakukan uji lab terhadap empat penyakit yaitu
hepatitis B dan C, HIV, Syphilis. Setelah sampel darah bebas dari indikasi
penyakit kemudian langsung di olah sesuai kebutuhan whole blood (WB), packed
red cell (PRC), Trombosit (TC), Fresh Frozen Plasma (FFP), dll. Apabila jenis
darah sudah sesuai dengan kebutuhan maka dapat di transfusikan kepada
penerima donor darah.
DONOR DARAH SUKARELA

PEMISAHAN DARAH
PMI
PENERIMA DONOR
PENGAMBILAN PEMERIKSAAN
PENGERAHAN
CALON DITERIMA
DARAH
PMI DARAH
PENDONOR PROSEDUR
CALON
DONOR
PENDONOR
DARAH PENGOLAHAN
MOBIL UNIT DARAH
CALON DITOLAK
RUMAH SAKIT
KEGIATAN RUTIN PENYIMPANAN
DARAH
PENDAFTARAN/
MENGISI FORM
CONCENT

MENIMBANG BERAT
BADAN

DARAH RUSAK
PT. ARA
MENGUKUR
(PENGELOLAAN
TEKANAN DARAH
DARAH EXPIRED LIMBAH DARAH)

TEST HB & GOL


DARAH
Untuk donor darah sukarela prosedur dan prinsip pengambilan darah sama,
tetapi yang membedakan hanya calon pendonor. Jika donor darah pengganti orang
yang mendonorkan darah hanya khusus untuk keluarga, tetangga atau sesuai
dengan tujuan pendonor, sedangkan untuk pendonor sukarela motif mereka
mendonorkan darah adalah untuk membantu sesama meskipun tidak ada keluarga
dekat yang membutuhkannya. Para pendonor darah sukarela ini biasanya
melakukan donor darah dengan mendatangi kantor PMI secara langsung ataupun
dalam event pengerahan masa yang dilakukan oleh PMI yang bekerja sama
dengan organisasi maupun instansi tertentu. Pendonor darah sukarela ini
selanjutnya dapat disebut sebagai pendonor darah tetap apabila mereka secara
rutin melakukan donor darah dalam siklius yang telah digambarkan oleh PMI.
Prosedur donor darah sukarela dimulai dari pendonor mendaftar dan mengisi
blangko atau formulir berwarna merah muda. Setelah itu calon pendonor
menimbang berat badan dengan berat minimal 50 kg baik pria maupun wanita,
mengukur tekanan darah minimal 110 mm Hg namun apabila calon pendonor
mempunyai tekanan darah yang tinggi dianjurkan untuk tidak melakukan
transfuse darah. Setelah itu darah dilakukan uji lab terhadap empat penyakit yaitu
hepatitis B dan C, HIV, Syphilis. Setelah sampel darah bebas dari indikasi
penyakit kemudian langsung di olah sesuai kebutuhan whole blood (WB), packed
red cell (PRC), Trombosit (TC), Fresh Frozen Plasma (FFP), dll. Apabila jenis
darah sudah sesuai dengan kebutuhan maka dapat di transfusikan
GAMBARAN SECARA UMUM SCM DARAH

KELUARGA RUMAH SAKIT


PENDONOR & PROSEDUR PENERIMA
PMI
CALON DONOR DARAH DONOR
PENDONOR STOK DARAH

Proses distribusi darah secara umum adalah para calon pendonor pergi ke
PMI atau event pengerahan masa yang dilakukan oleh PMI dan organisasi
maupun instansi yang mengadakan event donor darah massal. Setelah dilokasi,
calon pendonor akan dituntun untuk melalui prosedur dalam proses donor darah
oleh petugas dari PMI. Ada beberapa persyaratan yang diberikan oleh PMI agar
calon pendonor dapat menjadi pendonor sesuai dengan criteria yang telah
ditetapkan. Setelah melalui proses transfuse darah maka darah akan dibawa ke
PMI untuk di uji laboratorium agar mampu mendeteksi kemungkinan akan
penyakit yang terkandung dalam darah pendonor, apabila darah pendonor
terinfeksi penyakit maka akan langsung di sortir untuk disiapkan dalam proses
pemusnahan. Bila darah tersebut lolos dari uji laboratorium maka akan diolah
menjadi beberapa jenis kebutuhan darah menurut golongannya. Kemudian darah
disimpan didalam freezer untuk proses pengawetan dan pencegahan dari infeksi.
Kemudian darah tersebut didistribusaikan kepada rumah sakit yang membutuhkan
darah dan yang mempunyai instalasi pengolahan darah. Selain itu, darah tersebut
dapat didistribusikan kepada masyarakat yang sedang membutuhkan darah dengan
mengakses layanan informasi di PMI maupun mendatangi langsung kantor PMI
untuk mendapatkan darah tersebut. Dalam proses pengawetannya darah tersebut
hanya mempunyai waktu tahan hanya sampai lima hari, apabila darah tersebut
telah expired atau menjelang expired makan akan dikumpulkan untuk
dimusnahkan.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Proses distribusi darah dari pendonor ke pasien adalah dimulai dari
pengerahan pendonor lalu proses pemeriksaan calon pendonor lalu
dilanjutkan dengan proses pengambilan darah lalu pengujian lab terhadap
indikasi penyakit lalu diolah dan kemudian didistribusikan baik ke rumah
sakit atau pasien.
2. Informasi tentang persediaan darah dapat diperolah melalui media cetak
yang di update setiap hari, radio, maupun dapat menghubungi langsung ke
PMI melalui telepon. Sedangkan untuk informasi mengenai pengerahan
pendonor dapat diakses melalui media elektronik dan cetak maupun
instansi pemerintah.
3. Perkembangan jumlah kebutuhan darah di PMI Kota Yogyakarta tidak
dapat diprediksi secara akurat karena jumlah penerima darah memiliki
jumlah yang fluktuatif.
7.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk PMI Kota Yogyakarta adalah
sebagai berikut:
1. Aliran informasi terhadap stok darah harus lebih ditingkatkan sehingga
dapat mencapai skala nasional tidak hanya daerah.
2. Pihak PMI harus lebih aktif dalam kegiatan pengerahan pendonor.
3. Pihak PMI harus mampu memprediksi kebutuhan darah agar tidak terjadi
penumpukan darah atau kekurangan darah
DAFTAR PUSTAKA
www.pmi-yogya.org
wawancara dengan bapak Noor Edy Hidayatullah

Anda mungkin juga menyukai