Tonsilitis Kronis Referat
Tonsilitis Kronis Referat
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang atas karunia-
Nya karena saya dapat menyusun referat Tonsilitis ini sesuai tugas yang diberikan.
Referat ini saya susun, mengacu pada kompensasi selama saya dirawat (opname) dan
juga sebagai prasyarat ujian kepaniteraan klinik THT RS Immanuel Bandar lampung.
Tujuan dari penyusunan referat ini adalah untuk mempermudah proses belajar kami
Saya menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
saya mohon dengan sangat kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar proses
pembelajaran bagi kami selama kepaniteraan THT dapat dimengerti dengan baik serta
Akhir kata, kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang kami punyai serta teman-teman koass yang telah membantu memberi masukan
dalam penulisan referat ini. Semoga Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang
Penyusun
Pendahuluan
Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri
dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian
organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok.
Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil Lingual
yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus
tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini.
Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki
virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau
mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya
tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk
membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak
dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam
beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis
membranosa, dan tonsillitis kronis.
Pada permulaan pertumbuhan tonsil, terjadi invaginasi kantong brakial ke II ke
dinding faring akibat pertumbuhan faring ke lateral. Selanjutnya terbentuk fosa tonsil
pada bagian dorsal kantong tersebut, yang kemudian ditutupi epitel. Bagian yang
mengalami invaginasi akan membagi lagi dalam beberapa bagian, sehingga terjadi kripta.
Kripta tumbuh pada bulan ke 3 hingga ke 6 kehidupan janin, berasal dari epitel
permukaan. Pada bulan ke 3 tumbuh limfosit di dekat epitel tersebut dan terjadi nodul
pada bulan ke 6, yang akhirnya terbentuk jaringan ikat limfoid. Kapsul dan jaringan ikat
lain tumbuh pada bulan ke 5 dan berasal dari mesenkim, dengan demikian terbentuklah
massa jaringan tonsil.
Anatomi
Fosa Tonsil
Fosa tonsil atau sinus tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior
adalah otot palatoglosus, batas lateral atau dinding luarnya adalah otot konstriktor faring
superior. Pilar anterior mempunyai bentuk seperti kipas pada rongga mulut, mulai dari
palatum mole dan berakhir di sisi lateral lidah. Pilar posterior adalah otot vertikal yang ke
atas mencapai palatum mole, tuba eustachius dan dasar tengkorak dan ke arah bawah
meluas hingga dinding lateral esofagus, sehingga pada tonsilektomi harus hati-hati agar
pilar posterior tidak terluka. Pilar anterior dan pilar posterior bersatu di bagian atas pada
palatum mole, ke arah bawah terpisah dan masuk ke jaringan di pangkal lidah dan
dinding lateral faring.
Kapsul Tonsil
Bagian permukaan lateral tonsil ditutupi oleh suatu membran jaringan ikat, yang
disebut kapsul. Walaupun para pakar anatomi menyangkal adanya kapsul ini, tetapi para
klinisi menyatakan bahwa kapsul adalah jaringan ikat putih yang menutupi 4/5 bagian
tonsil.
Plika Triangularis
Diantara pangkal lidah dan bagian anterior kutub bawah tonsil terdapat plika
triangularis yang merupakan suatu struktur normal yang telah ada sejak masa embrio.
Serabut ini dapat menjadi penyebab kesukaran saat pengangkatan tonsil dengan jerat.
Komplikasi yang sering terjadi adalah terdapatnya sisa tonsil atau terpotongnya pangkal
lidah.
Pendarahan
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang A. karotis eksterna, yaitu 1) A.
maksilaris eksterna (A. fasialis) dengan cabangnya A. tonsilaris dan A. palatina asenden;
2) A. maksilaris interna dengan cabangnya A. palatina desenden; 3) A. lingualis dengan
cabangnya A. lingualis dorsal; 4) A. faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian
anterior diperdarahi oleh A. lingualis dorsal dan bagian posterior oleh A. palatina
asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh A. tonsilaris. Kutub atas tonsil
diperdarahi oleh A. faringeal asenden dan A. palatina desenden. Vena-vena dari tonsil
membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui
pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal.
Persarafan
Tonsil bagian atas mendapat sensasi dari serabut saraf ke V melalui ganglion
sfenopalatina dan bagian bawah dari saraf glosofaringeus.
Imunologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit, 0,1-0,2% dari
keseluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa. Proporsi limfosit B dan T pada tonsil
adalah 50%:50%, sedangkan di darah 55-75%:15-30%. Pada tonsil terdapat sistim imun
kompleks yang terdiri atas sel M (sel membran), makrofag, sel dendrit dan APCs
(antigen presenting cells) yang berperan dalam proses transportasi antigen ke sel limfosit
sehingga terjadi sintesis imunoglobulin spesifik. Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T,
sel plasma dan sel pembawa IgG.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1)
menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama
produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.
T0 : Post tonsilektomi
T1 : Tonsil berada dalam fossa tonsil
T2 : Tonsil sudah melewati fossa tonsil tapi masih berada diantara garis
khayal yang terbentuk antara fossa tonsil dan uvula ( Paramedian line )
T3 : Tonsil sudah melewati Paramedian line dan menyentuh uvula
Tonsilitis Akut
Definisi dan Etiologi
Tonsilitis akut adalah radang akut pada tonsil akibat infeksi kuman.Tonsillitis akut
ini lebih disebabkan oleh kuman grup A Streptokokus beta hemolitikus, pneumokokus,
Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes. Virus terkadang juga menjadi
penyebab penyakit ini. Tonsillitis ini seringkali terjadi mendadak pada anak-anak dengan
peningkatan suhu 1-4 derajat celcius.Tonsilitis akut paling sering terjadi pada anak-anak,
terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun. Penyebarannya melalui droplet infection, yaitu
alat makan dan makanan.
Patofisiologi
Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan
epitel, kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi,
terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklea.
Saat folikel mengalami peradangan, tonsil akan membengkak dan membentuk
eksudat yang akan mengalir dalam saluran (kanal) lalu keluar dan mengisi kripta yang
terlihat sebagai kotoran putih atau bercak kuning. Kotoran ini disebut detritus. Detritus
sendiri terdiri atas kumpulan leukosit polimorfonuklear, bakteri yang mati dan epitel
tonsil yang terlepas. Tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis
folikularis. Tonsilitis akut dengan detritus yang menyatu lalu membentuk kanal-kanal
disebut tonsilitis lakunaris.
Detritus dapat melebar dan membentuk membran semu (pseudomembran) yang
menutupi tonsil. Adanya pseudomembran ini menjadi alasan utama tonsilitis akut
didiagnosa banding dengan angina Plaut Vincent, angina agranulositosis, tonsilitis difteri.
Diagnosis
Penderita tonsilitis akut awalnya mengeluh rasa kering di tenggorok. Kemudian
berubah menjadi rasa nyeri di tenggorok dan rasa nyeri saat menelan. Makin lama rasa
nyeri ini semakin bertambah nyeri sehingga anak menjadi tidak mau makan. Nyeri hebat
ini dapat menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi dan telinga. Nyeri pada telinga
(otalgia) tersebut tersebar melalui nervus glossofaringeus (IX).
Keluhan lainnya berupa demam yang suhunya dapat sangat tinggi sampai
menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan lesu dan nafsu
makan berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. Suara pasien terdengar seperti
orang yang mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini disebut plummy voice.
Mulut berbau busuk (foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri
telan yang hebat (ptialismus).
Pemeriksaan tonsilitis akut ditemukan tonsil yang udem, hiperemis dan terdapat
detritus yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau
pseudomembran. Ismus fausium tampak menyempit. Palatum mole, arkus anterior dan
arkus posterior juga tampak udem dan hiperemis. Kelenjar submandibula yang terletak di
belakang angulus mandibula terlihat membesar dan ada nyeri tekan.
Komplikasi
Meskipun jarang, tonsilitis akut dapat menimbulkan komplikasi lokal yaitu abses
peritonsil, abses parafaring dan pada anak sering menimbulkan otitis media akut.
Komplikasi lain yang bersifat sistemik dapat timbul terutama oleh kuman Streptokokus
beta hemolitikus berupa sepsis dan infeksinya dapat tersebar ke organ lain seperti
bronkus (bronkitis), ginjal (nefritis akut & glomerulonefritis akut), jantung (miokarditis
& endokarditis), sendi (artritis) dan vaskuler (plebitis).
Pemeriksaan
Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam
tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam reumatik,
glomerulnefritis.
Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
Terapi
Tonsilitis akut pada dasarnya termasuk penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-
limiting disease) terutama pada pasien dengan daya tahan tubuh yang baik. Pasien
dianjurkan istirahat dan makan makanan yang lunak. Berikan pengobatan simtomatik
berupa analgetik, antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan. Berikan
antibiotik spektrum luas misalnya sulfonamid. Ada yang menganjurkan pemberian
antibiotik hanya pada pasien bayi dan orang tua.
TONSILITIS MEMBRANOSA
Ada beberapa macam penyakit yang termasuk dalam tonsillitis membranosa
beberapa diantaranya yaitu Tonsilitis difteri, Tonsilitis septic, serta Angina Plaut Vincent.
TONSILITIS DIFTERI
Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteriae yaitu suatu bakteri
gram positis pleomorfik penghuni saluran pernapasan atas yang dapat menimbulkan
abnormalitas toksik yang dapat mematikan bila terinfeksi bakteriofag.
Patofisiologi
Bakteri masuk melalui mukosa lalu melekat serta berkembang biak pada
permukaan mukosa saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi toksin yang
merembes ke sekeliling lalu selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalu pembuluh
darah dan limfe. Toksin ini merupakan suatu protein yang mempunyai 2 fragmen
yaitu aminoterminal sebagai fragmen A dan fragmen B, carboxyterminal yang
disatukan melalui ikatan disulfide.
Manifestasi klinis
Tonsillitis difteri ini lebih sering terjadi pada anak-anak pada usia 2-5 tahun.
Penularan melalui udara, benda atau makanan uang terkontaminasai dengan masa in
kubasi 2-7 hari. Gejala umum dari penyaki ini adalah terjadi kenaikan suhu subfebril,
nyeri tnggorok, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, dan nadi lambat.
Gejala local berupa nyeri tenggorok, tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor
makin lama makin meluas dan menyatu membentuk membran semu. Membran ini
melekat erat pada dasar dan bila diangkat akan timbul pendarahan. Jika menutupi
laring akan menimbulkan serak dan stridor inspirasi, bila menghebat akan terjadi
sesak nafas. Bila infeksi tidak terbendung kelenjar limfa leher akan membengkak
menyerupai leher sapi. Gejala eksotoksin akan menimbulkan kerusakan pada jantung
berupa miokarditis sampai decompensation cordis .
Komplikasi
Laryngitis difteri, miokarditis, kelumpuhan otot palatum mole, kelumpuhan
otot mata, otot faring laring sehingga suara parau, kelumpuhan otot pernapasan, dan
albuminuria.
Diagnosis
Diagnosis tonsillitis difteri harus dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis
karena penundaan pengobatan akan membahayakan jiwa penderita. Pemeriksaan
preparat langsung diidentifikasi secara fluorescent antibody technique yang
memerlukan seorang ahli. Diagnosis pasti dengan isolasi C, diphteriae dengan
pembiakan pada media Loffler dilanjutkan tes toksinogenesitas secara vivo dan vitro.
Cara PCR (Polymerase Chain Reaction) dapat membantu menegakkan diagnosis tapi
pemeriksaan ini mahal dan masih memerlukan penjagn lebih lanjut untuk
menggunakan secara luas.
Pemeriksaan
Tes Laboratorium
Dilakukan dengan cara preparat langsung kuman(dari permukaan bawah
membrane semu). Medium transport yang dapat dipaki adalah agar Mac conkey
atauLoffler.
Tes Schick (tes kerentanan terhadap diphteria)
Pengobatan
Tujuan dari pengobatan penderita diphtheria adalah menginaktivasi toksin
yang belum terikat secepatnya, mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang
terjadi minimal, mengeliminasi C.diphteria untuk mencegah penularan serta
mengobati infeksi penyerta dan penyulit diphtheria. Secara umum dapat dilakukan
dengan cara istirahat selama kurang lebih 2 minggu serta pemberian cairan.
Pencegahan
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan pada
diri anak serta memberikan penyuluhan tentang penyakit ini pada anak-anak. Selain itu
juga diberikan imunisasi yang terdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan carrier.
Kekebalan aktif diperoleh dengan cara inapparent infection dan imunisasi dengan toksoid
diphtheria. Kekebalan pasif diperoleh secara transplasental dari ibu yang kebal terhadap
diphtheria (sampai 6 bulan) dan suntikan antitoksin (2-3 minggu).
TONSILITIS SEPTIK
Penyebab dari tonsillitis ini adalah Streptokokus hemolitiku yang terdapat dala
susu sapi sehingga dapat timbul epidemic. Oleh karena itu perlu adanya pasteurisasi
sebelum mengkonsumsi susu sapi tersebut.
Manifestasi klinis
Penyakit ini biasanya ditandai dengan demam sampai 39o celcius, nuyeri
kepala, badan lemah, dan terkadang terdapat gangguan pencernaan. Rasa nyeri di
mulut, hipersalivasi, gigi, dan gusi berdarah.
Pemeriksaan
Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membrane putih keabuan di atas
tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris, mulut berbau dan kelenjar
submanibula membesar.
Pengobatan
Memperbaiki hygiene mulut, antibiotika spectrum lebar selama 1 minggu,
juga pemberian vitamin C dan B kompleks.
TONSILITIS KRONIS
Etiologi
bakteri penyebab tonsillitis kronis sama halnya dengan tonsillitis akut , namun
terkadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan Gram negatif.
Faktor prediposisi
Rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higine mulut
yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak
adekuat.
Patofisiologi
Karena proses rang berulang maka epitel mukosa dan jarinagn limfoid terkikis,
sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut yang
akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi
oleh detritus.proses ini meluas sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya
menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini
disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula.
Manisfetasi klinis
Adanya keluhan pasien di tenggorokan seperti ada penghalang atau mengganjal,
tenggorokan terasa kering, pernapasan berbau. Saat pemeriksaan ditemukan tonsil
membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi oleh detritus.
Komplikasi
Radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi kedaerah sekitarnya berupa
rhinitis kronis, sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi lebih jauh
terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, arthritis, miositis,
nefritis, uveitis, iridosiklitus, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan furunkulosis.
Pemeriksaan
Terapi
a. Terapi mulut (terapi lokal) ditujukan kepada hygiene mulut dengan berkumur atau
obat isap.
b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa tidak berhasil.
Faktor penunjang
Kultur dan uji resistensi kuman dari sedian apus tonsil.
Definisi Tonsilektomi
Tonsilektomi didefinisikan sebagai operasi pengangkatan seluruh tonsil palatina.
Tonsiloadenoidektomi adalah pengangkatan tonsil palatina dan jaringan limfoid di
nasofaring yang dikenal sebagai adenoid atau tonsil faringeal.
Epidemiologi
Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman, namun hal ini
bukan berarti tonsilektomi merupakan operasi minor karena tetap memerlukan
keterampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam pelaksanaannya. Di AS
karena kekhawatiran komplikasi, tonsilektomi digolongkan pada operasi mayor. Di
Indonesia, tonsilektomi digolongkan pada operasi sedang karena durasi operasi pendek
dan teknik tidak sulit.
Di Indonesia, data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi atau
tonsiloadenoidektomi belum ada. Namun, data yang didapatkan dari RSUPNCM selama
5 tahun terakhir (1999-2003) menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah operasi
tonsilektomi. Fenomena ini juga terlihat pada jumlah operasi tonsiloadenoidektomi
dengan puncak kenaikan pada tahun kedua (275 kasus) dan terus menurun sampai tahun
2003 (152 kasus).10 Sedangkan data dari rumah sakit Fatmawati dalam 3 tahun terakhir
(2002-2004) menunjukkan kecenderungan kenaikan jumlah operasi tonsilektomi dan
penurunan jumlah operasi tonsiloadenoidektomi.
Indikasi Tonsilektomi
Indikasi tonsilektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat perbedaan
prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsilektomi pada saat ini. Dulu tonsilektomi
diindikasikan untuk terapi tonsilitis kronik dan berulang. Saat ini, indikasi yang lebih
utama adalah obstruksi saluran napas dan hipertrofi tonsil.
Untuk keadaan emergency seperti adanya obstruksi saluran napas, indikasi
tonsilektomi sudah tidak diperdebatkan lagi (indikasi absolut). Namun, indikasi relatif
tonsilektomi pada keadaan non emergency dan perlunya batasan usia pada keadaan ini
masih menjadi perdebatan. Sebuah kepustakaan menyebutkan bahwa usia tidak
menentukan boleh tidaknya dilakukan tonsilektomi.
Indikasi Absolut
Indikasi Relatif
a. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik
adekuat
b. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi
medis
c. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik
dengan pemberian antibiotik -laktamase resisten
d. Pada keadaan tertentu seperti pada abses peritonsilar (Quinsy), tonsilektomi dapat
dilaksanakan bersamaan dengan insisi abses.
e. Saat mempertimbangkan tonsilektomi untuk pasien dewasa harus dibedakan
apakah mereka mutlak memerlukan operasi tersebut atau hanya sebagai kandidat.
Dugaan keganasan dan obstruksi saluran nafas merupakan indikasi absolut untuk
tonsilektomi. Tetapi hanya sedikit tonsilektomi pada dewasa yang dilakukan atas
indikasi tersebut, kebanyakan karena infeksi kronik. Akan tetapi semua bentuk
tonsilitis kronik tidak sama, gejala dapat sangat sederhana seperti halitosis, debris
kriptus dari tonsil (cryptic tonsillitis) dan pada keadaan yang lebih berat dapat
timbul gejala seperti nyeri telinga dan nyeri atau rasa tidak enak di tenggorok
yang menetap. Indikasi tonsilektomi mungkin dapat berdasarkan terdapat dan
beratnya satu atau lebih dari gejala tersebut dan pasien seperti ini harus
dipertimbangkan sebagai kandidat untuk tonsilektomi karena gejala tersebut dapat
mempengaruhi kualitas hidup walaupun tidak mengancam nyawa.
f. Kontraindikasi
g. Terdapat beberapa keadaan yang disebutkan sebagai kontraindikasi, namun bila
sebelumnya dapat diatasi, operasi dapat dilaksanakan dengan tetap
memperhitungkan imbang manfaat dan risiko. Keadaan tersebut adalah:8
h. Gangguan perdarahan
i. Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat
j. Anemia
k. Infeksi akut yang berat
Pencegahan
a. Sering cuci tangan adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya berbagai jenis
infeksi, termasuk juga tonsilitis. Seringlah cuci tangan anda, dan beri dorongan
pada anak-anak anda untuk melakukan hal yang sama.
b. Bila anda menggunakan sabun dan air: Basahi tangan anda dengan air hangat
yang mengalir dan gunakan sabun cair atau sabun batangan yang bersih. Gosok
hingga berbusa.Gosok dengan kuat selama setidaknya 15 detik. Ajarkan pada
anak-anak anda untuk mencuci tangannya selama mereka menyanyi lagu ABS,
Row, Row, Row Your Boat atau Selamat ulang tahun hingga selesai.Gosok
semua permukaan tangan, termasuk bagian belakang tangan, pergelangan tangan,
diantara jari-jari dan dibawah kuku jari anda.
c. Bilas dengan bersih.
d. Keringkan tangan dengan menggunakan handuk yang bersih.
e. Gunakan handuk tersebut untuk mematikan keran air.
f. Bila sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih tangan yang berbahan dasar
alkohol. Tuang sekitar sendok teh bahan pembersih tersebut ke tangan anda.
Gosok-gosok kedua tangan anda, sehingga cairan pembersih tersebut melumuri
permukaan tangan anda, hingga cairan tersebut kering.
g. Pencegahan lain yang menggunakan logika juga dapat digunakan. Pada saat batuk
atau bersin gunakan tisu atau lengan anda. Jangan menggunakan gelas minum dan
peralatan makan untuk bersama-sama. Hindari berada dekat dengan orang yang
sedang sakit. Cari tempat penitipan anak yang mempraktekkan kebijakan soal
kebersihan dan meminta agar anak-anak yang sakit tetap berada di rumah.
Perawatan sendiri
Sakit tenggorokan dapat membuat anda menderita sekali. Tip-tip berikut ini mungkin
dapat membantu.
Minum lebih banyak cairan. Cairan yang hangatseperti sup, kaldu
adalah pilihan yang baik.
Berkumur dengan air garam yang hangat. Campur sendok the garam
dengan 8 ons (sekitar 30ml) air hangat, kumur-kumur kemudian buang air
tersebut.
Gunakan madu dan jeruk. Aduk madu dan jeruk sesuai selera dalam gelas
yang berisi air hangat. Biarkan sebentar hingga dinginnya sesuai dengan
suhu ruangan sebelum anda minum. Madu akan melapisi dan meringankan
tenggorokan anda yang sakit, sedangkan jeruk akan mengurangi lendir
yang terjadi. Catatan: Jangan gunakan madu atau sirup jagung dalam
minuman untuk anak-anak berusia kurang dari 1 tahun.
Menghisap permen pelega tenggorokan atau permen yang keras. Tindakan
ini akan mendorong produksi air liur, yang akan membasahi dan
membersihka tenggorokan anda.
Melembabkan udara disekitar anda. Menambah kelembaban udara
disekitar anda dapat mengurangi iritasi pada tenggorokan yang anda
rasakan dan membuat anda lebih mudah untuk jatuh tertidur. Yakinkan
anda mengganti air yang ada pada alat pelembab udara setiap hari dan
membersihkan alat tersebut setidaknya setiap tiga hari sekali untuk
membantu mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur.
Hindari asap rokok dan polutan udara lainnya. Asap rokok dapat
meneyebabkan iritasi pada tenggorokan yang sakit.
Istirahatkan suara anda. Berbicara dapat menyebabkan iritasi tenggorokan
yang lebih parah dan menyebabkan hilangnya suara anda untuk sementara
waktu (laryngitis).
DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher,fakultas
kedokteran universitas indonesia edisi ke lima.Dr.H.Efiatyarsyad soepardi
SpTHT,Prof.Dr.H.Nurbuati iskandar SpTHT.
Boies fundamentals of otolaryngology,text book or ear,nose and throats desease
6th edision.
www.goggle.com ear,nose and trhoats desease.Balenger JJ desease of the
oropharnyk.
www.emedicine.com tonsilitis, Prof.Dr franklin junior MD,2007 may,center unit
otorhinolaryngology head and neck surgery 15th edision.
www.goggle.com Tonsilektomi,Hatmansjah Bagian Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorokan Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura, Jayapura.
www.goggle.com TONSILEKTOMI Writed by: Dr. Arwansyah Wanri (2007)
Edited by: Harry Wahyudhy Utama, S.Ked Dedicated to: Dr. H. Hanafi
Zainuddin, SpTHT-KL DEPARTEMEN TELINGA, HIDUNG DAN
TENGGOROK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG 2007
www.yahoo.com all about ear,nose and throats desease on tonsilitis.Dr kumar
Phd.University of chamberlain,UK,india center of hospital ear,nose and throats.
Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Tonsillitis)
www.sehatgroup.web.id
www.henysartika.com
TONSILITIS
Di Susun Oleh
WILLIAM
(11-2009-008)