Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan


pemabuk dalamminuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada
peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari Cina bagian utara menunjukkan
bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah dari
masa Neolitik.[6] Etanol pertama kali dibuat secara sintetik pada tahun 1826 secara
terpisah oleh Henry Hennel dari Britania Raya dan S.G. Srullas dari Perancis. Pada
tahun 1828, Michael Faraday berhasil membuat etanol dari hidrasi etilena yang
dikatalisis oleh asam. Proses ini mirip dengan proses sintesis etanol industri
modern.

Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal
yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga
telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk
kegunaan industri seringkali dihasilkan dari etilena.

Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu penemuan awal di bidang
bioteknologi. Efek memabukkan akibat konsumsi etanol telah dikenal sejak zaman
kuno dan telah digunakan sebagai minuman beralkohol. Bukti tertua adanya
minuman beralkohol adalah di Tiongkok sekitar 9000 tahun yang lalu. Meskipun
proses distilasi telah dikenal di Yunani dan Arab, namun yang tercatat pertama kali
memproduksi dari anggur adalah seorang alkemis dari School of Salerno pada abad
ke-12. Yang pertama kali menyebutkan bahwa alkohol berbeda dengan campuran
alkohol dan air adalah Raymon Lull. Pada tahun 1796, seorang ahli kimia Jerman-
Rusia Johann Tobias Lowitz berhasil memperoleh etanol murni dengan penyulingan.
Kimiawan Perancis Antoine Lavoisier pertama kali menjelaskan bahwa etanol
merupakan senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen. Namun rumus kimianya baru
ditentukan pada tahun 1807 oleh Nicolas-Thodore de Saussure.
Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahun 1825 oleh Michael
Faraday. Dia menemukan bahwa asam sulfat bisa menyerap gas batubara dalam
jumlah besar. Dia tidak sengaja menemukan bahwa etanol dapat diproduksi dari
etilena (komponen gas batubara) oleh asam-katalis hidrasi, proses yang sama
dengan industri etanol sintetis saat ini. Etanol digunakan sebagai bahan bakar
lampu di Amerika Serikat pada awal 1840, tetapi pajak yang dikenakan pada industri
alkohol selama Perang Saudara menyebabkan penggunaan etanol sebagai sumber
energi menjadi tidak ekonomis. Pajak tersebut dicabut pada tahun 1906.
Penggunaan etanol untuk bahan bakar kendaraan bermotor pertama kali dilakukan
pada tahun 1908. Ford Model T dapat berjalan dengan bensin atau etanol. Etanol
saat ini menjadi bahan bakar lampu spiritus. Etanol pernah digunakan sebagai
bahan bakar roket V-2 buatan Jerman pada saat Perang Dunia II dan roket
Redstone yang digunakan untuk meluncurkan satelit Amerika Serikat pertama.
Alkohol menjadi bahan bakar yang paling efisien untuk roket.

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dari penulisan ini alah sebagai berikut:
1. Bagaimana penjelasan tentang Etanol?
2. Bagaimana penjelasan tentang Bioetanol?
3. Bagaimana penjelasan tentang proses produksi Etanol?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari Etanol


2. Untuk mengetahui rumus kimia Etanol
3. Untuk mengetahui sifat kimia Etanol
4. Untuk mengetahui kemunculan Etanol secara alami
5. Untuk mengetahui pengertian Bioetanol
6. Untuk mengetahui proses produksi Etanol
7. Untuk mengetahui Proses pembuatan Bioetanol dari SIngkong
8. Untuk memenuhi tugas matakuliah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etanol

Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alcohol saja,
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang
paling tua.

Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal
yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga
telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk
kegunaan industri seringkali dihasilkan dari etilena.

Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang


ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut
yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.
Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.

B. Rumus Kimia Etanol

Etanol adalah alkohol 2-karbon dengan rumus molekul CH3CH2OH dan notasi
alternatifnya adalah CH3CH2OH yang mengindikasikan bahwa karbon dari gugus
metil (CH3) terikat dengan oksigen dari gugus hidroksil (OH). Etanol sering
disingkat sebagai EtOH, menggunakan notasi kimia yang mewakili etil (C 2H5)
dengan Et.
C. Sifat Kimia Etanol

Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang
berikatan dengan gugus hidroksil paling tidak memiliki dua hidrogen atom yang
terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh etanol kebanyakan
berkutat pada gugus hidroksilnya.

1. Reaksi Asam-Basa
Gugus hidroksil etanol membuat molekul ini sedikit basa. Ia hampir netral dalam
air, dengan pH 100% etanol adalah 7,33, berbanding dengan pH air murni yang
sebesar 7,00. Etanol dapat diubah menjadi konjugat basanya,
ion etoksida (CH3CH2O) dengan mereaksikannya dengan logam
alkaliseperti natrium:
2CH3CH2OH + 2Na 2CH3CH2ONa + H2
ataupun dengan basa kuat seperti natrium hidrida:
CH3CH2OH + NaH CH3CH2ONa + H2.
Reaksi seperti ini tidak dapat dilakukan dalam larutan akuatik, karena air lebih
asam daripada etanol, sehingga pembentukan hidroksida lebih difavoritkan
daripada pembentuk etoksida.
2. Halogenasi
Etanol bereaksi dengan hidrogen halida dan menghasilkan etil halida sepertietil
klorida dan etil bromida:
CH3CH2OH + HCl CH3CH2Cl + H2O
Reaksi dengan HCl memerlukan katalis seperti seng klorida. Hidrogen klorida
dengan keberadaan seng klorida dikenal sebagai reagen Lucas.
CH3CH2OH + HBr CH3CH2Br + H2O
Reaksi dengan HBr memerlukan proses refluks dengan katalis asam sulfat. Etil
halida juga dapat dihasilkan dengan mereaksikan alkohol dengan agen
halogenasi yang khusus, seperti tionil klorida untuk pembuatan etil klorida,
ataupun fosforus tribromida untuk pembuatan etil bromida.
CH3CH2OH + SOCl2 CH3CH2Cl + SO2 + HCl
3. Pembentukan Ester
Kondisi di bawah katalis asam, etanol bereaksi dengan asam karboksilat dan
menghasilkan senyawa etil eter dan air:
RCOOH + HOCH2CH3 RCOOCH2CH3 + H2O.
Agar reaksi ini menghasilkan rendemen yang cukup tinggi, air perlu dipisahkan
dari campuran reaksi seketika ia terbentuk.
Etanol juga dapat membentuk senyawa ester dengan asam anorganik. Dietil
sulfat dan trietil fosfat dihasilkan dengan mereaksikan etanol dengan asam
sulfat dan asam fosfat. Senyawa yang dihasilkan oleh reaksi ini sangat berguna
sebagai agen etilasi dalam sintesis organik.
4. Dehidrasi
Asam kuat yang sangat higroskopis seperti asam sulfat akan menyebabkan
dehidrasi etanol dan menghasilkan etilena maupun dietil eter:
2 CH3CH2OH CH3CH2OCH2CH3 + H2O (pada 120'C)

CH3CH2OH H2C=CH2 + H2O (pada 180'C)

5. Oksidasi
Etanol dapat dioksidasi menjadi asetaldehida, yang kemudian dapat dioksidasi
lebih lanjut menjadi asam asetat. Dalam tubuh manusia, reaksi oksidasi ini
dikatalisis oleh enzim tubuh.Pada laboratorium, larutan akuatik oksidator
seperti asam kromat ataupun kalium permanganat digunakan untuk
mengoksidasi etanol menjadi asam asetat. Proses ini akan sangat sulit
menghasilkan asetaldehida oleh karena terjadinya overoksidasi. Etanol dapat
dioksidasi menjadi asetaldehida tanpa oksidasi lebih lanjut menjadi asam asetat
menggunakan piridinium kloro kromat (Pyridinium chloro chromate, PCC).
C2H5OH + 2[O] CH3COOH + H2O
Produk oksidasi etanol, asam asetat, digunakan sebagai nutrien oleh tubuh
manusia sebagai asetil-koA.
6. Pembekaran
Pembakaran etanol akan menghasilkan karbon dioksida dan air:
C2H5OH(g) + 3 O2(g) 2 CO2(g) + 3 H2O(l);(Hr = 1409 kJ/mol
D. Pengertian Bioetanol

Bio-etanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan
tumbuhan) di samping Biodiesel. Bio-etanol adalah etanol yang dihasilkan dari
fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses destilasi. Bioetanol
merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak
premium. Untuk pengganti premium, terdapat alternatif gasohol yang merupakan
campuran antara bensin dan bioetanol.

E. Proses Produksi Etanol


Secara sintesis, dilakukan dengan menggunakan reaksi elementer ( hidrasi
katalitik etena), untuk mengubah bahan baku menjadi etanol. Adapun secara
fermentasi, dilakukan dengan bantuan aktifitas mikroorganisme.
Fermentasi Bioetanol
Proses produksi bioetanol dari tetes (molase)
1. Pengolahan Tetes
Pengolahan ini dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi
yangoptimumkan untuk pertumbuhan ragi dan untuk selanjutnya. Yang
perlu disesuaikan dalam pengolahan ini adalah pH, konsentrasi gula dan
pemakaian nutrisi.Tetes yan dihadapkan dari pabrik gula biasanya masih
terlalu paket (850 Brix),oleh karena itu perlu diadakan pengenceran lebih
dahulu untuk mendapatkankadar gula yang optimum (12 0 Brix untuk
pembibitan dan 240 Brix padafermentasi).Pengaturan pH diatur dengan
penambahan asam H2SO4 hingga dicapai pH 4 5.Meskipun tetes cukup
mengandung zat sumber nitrogen namun seperti ammonium sulfat atau
ammonium fosfat.
2. Tahap Penimbangan Tetes
Pada penimbangan tetes ini dipakai jenis timbangan cepat dengan
kapasitas timbang tertentu, dilengkapi dengan alat pembuka dan penutup
berupa katup buangan yang dioperasikan secara manual. Dan juga panel
on-off pompa tetes yang yang diatur secara otomatis. Cara kerjanya
dengan menimbang tetes yang dipompa dari gudang penyimpan tetes
untuk setiap harinya.
3. Tahap Pencampuran Tetes.
Tahap pencampuran tetes ini menggunakan tangki pencampur
tetes dengan kapasitas tertentu yang dilengkapi pancaran uap air panas
(steam), yang berfungsi sebagai pengaduk dan pemanas tetes. Cara
kerjanya yaitu pertamatama air panas bersuhu 70o C dimasukkan ke
dalam tangki pencampur tetes (mixing tank), kemudian disusul dengan
tetes yang telah ditimbang. Setelah itu disirkulasi dengan menggunakan
pompa hingga tetes dan air tercampur dengan baik. Pencampuran
dianggap selesai dengan indikasi kepekatan mencapai 90o brix dan
dipanskan dengan uap air panas (steam) sampai suhunya mencapai 90o
C. Tujuan diberikannya air panas adalah untuk mempercepat proses
pelarutan, sedangkan pemanasan dengan uap air panas (steam) adalah
untuk sterilisasi larutan tetes. Setelah semua tercampur dengan baik
ditambahkan asam sulfat (H2SO4) teknis dengan kepekatan 96,5 %
sampai pH mencapai 4,5 - 5. Pemberian asam sulfat (H2SO4) ini
bertujuan untuk mengendapkan garam garam mineral di dalam tetes dan
untuk memecah di-sakarida (sukrosa) didalam tetes menjadi
monosakarida berupa senyawa d-glukosa dan d-fruktosa.
4. Tahap pengendapan
Pada tahap pengendapan ini menggunakan tangki yang dilengkapi
dengan pipa decanter. Pada tahap ini larutan tetes dengan kepekatan 40o
brix dari tangki pencampur ditampung dalam tangki ini dan diendapkan
selama 5 jam untuk mengendapkan kotoran-kotoran tetes (sludge),
terutama endapan garam. Pengendapan ini bertujuan untuk mengurangi
kerak yang terjadi pada mash column (kolom destilasi pertama). Setelah 5
jam, cairan tetes dipompa menuju tangki fermentor melalui decanter dan
heat exchanger (HE). Heat exchanger ini berfungsi untuk menurunkan
suhu sampai 30oC sebagai syarat operasi fermentasi. Sedangkan cairan
sisa yang berupa endapan kotoran-kotoran dan sebagian cairan tetes
dipompa ke tangki pencuci endapan kotoran tetes (tangki sludge).
5. Tahap Separator
Tangki Pencuci Endapan Kotoran Tetes.
Sisa cairan tetes sebanyak 5% volume dari tangki pengendap
tetes yang berupa endapan kotoran-kotoran dipompa keluar dari tangki
pengendap melalui pipa decanter untuk ditampung di tangki sludge hingga
mencapai volume tertentu. Kemudian cairan tetes diendapkan hingga
waktu tertentu untuk selanjutnya dipompa kembali ke tangki mixing.
Tujuan pencucian kotoran tetes ini adalah untuk efisiensi bahan baku
berupa tetes agar bahan baku dapat dipakai semaksimal mungkin tanpa
harus membuang sebagian yang tersisa.
6. Tahap Fermentasi
Proses fermentasi ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap
pembiakan ragi dan fermentasi.
Tahap pembiakan ragi
Tahap ini menggunakan tangki prefermentor yang dilengkapi
pipa aliran udara dan pipa aliran air pendingin pada bagian luar
dinding tangki. Tahap ini bertujuan untuk mengembangbiakkan ragi
jenis saccharomycescereviseae dengan menggunakan media
tetes. Untuk pembuatan larutan ragi, mula-mula diawali dengan
cara memasukkan air proses bersuhu 15o C dan tetes 40o brix dari
tangki pengendap tetes ke dalam tangki seeding dan
mencampurnya hingga mencapai kekentalan sekitar 12 - 13o brix
yang disertai aliran udara dari blower dengan fungsi ganda yaitu
untuk mempercepat tercampurnya tetes dengan air dan juga untuk
konsumsi kebutuhan oksigen bagi ragi saccharomyces
cereviseae yang berlangsung pada suasana aerob. Selain itu juga
menjaga suhu tangki konstan pada 30o C dengan mengalirkan air
pada dinding luar tangki. Jika tidak dijaga, maka ragi sedang
dikembangbiakkan akan terganggu kelangsungan hidupnya dan
kemudian akan mati. Kemudian memasukkan ragi roti (gist) yang
telah dilarutkan dengan air secukupnya. Untuk nutrisinya,
dimasukkan urea, diammonium phospat, dan ammonia. PHP juga
ditambahkan ke dalam larutan ini dengan tujuan untuk
mempertahankan pH agar tetap konstan yaitu 4.5 5. Dari hasil
campuran ini didapatkan biakan ragi. Pada Tangki pre-fermentor
terdapat beberapa reaksi yaitu: reaksi hidrolisa, reaksi penguraian
urea serta reaksi pertumbuhan yeast. Asumsi pada reaksi hidrolisa
adalah konversi yang terjadi 95%.

Persamaan reaksi hidrolisa sebagai berikut:

C12H22O11 +H2O 2C6H12O6

Persamaan reaksi pada 95% konversi proses penguraian urea


adalah:

(NH2)2CO + H2O 2NH3 + H2O

Persamaan reaksi untuk pertumbuhan yeast adalah:

C6H12O6+3.198O2+0.316NH3 1.929CH1.703N0.171O0.459
+4.098CO2+ 4.813H2O (Hr 298 = -855.7055 kcal/kg)

Tahap Fermentasi
Tahap ini menggunakan tangki fermentor dengan dilengkapi
pipa aliran udara dan pipa aliran
Air pendingin yang berasal dari air sungai untuk menjaga
suhu fermentasi pada 30-32o C. Fermentasi ini bertujuan untuk
mendapatkan alcohol dengan kadar 8,5 9 % atau lebih. Pertama-
tama dimulai dengan sterilisasi tangki fermentor yang masih
kosong dengan uap
Air panas (steam) sampai suhu 121o C lalu membiarkan
suhu di dalam tangki turun sampai 30o C. Setelah itu memasukkan
air proses dengan suhu 30o C, larutan tetes 40o brix, proses
fermentasi ini berjalan secara aerob. Selanjutnya biakan ragi yang
telah dibiakkan pada tangki pre-fermentor dipompa masuk ke
tangki fermentor. Setelah itu, tetes 40o brix dipompa masuk ke
tangki dan proses berlangsung selama 36 jam. Untuk pH larutan ini
dijaga sekitar 4,5 - 5. Kemudian memasukkan ragi roti yang telah
dilarutkan dengan air secukupnya dan yeast cream. Untuk
nutrisinya, dimasukkan urea, ammonium, dan diammonium
phospat. Sedangkan turkey red oil ditambahkan sebagai anti foam
untuk mencegah pembentukan foam selama proses terjadi. Hal ini
dilakukan selama 15 menit setelah persiapan media pada tangki
fermentor selesai. Kemudian dimasukkan ke dalam 2 tangki
fermentor pada waktu yang disesuaikan dengan jam awal
fermentasi. Tahap fermentasi ini berlangsung selama 24 jam
hingga kadar alkohol mencapai 8,5 - 9% dan kekentalan 6,5 - 7o
brix. Setelah kadar alkohol sebesar 8,5 - 9% terpenuhi, larutan
hasil fermentasi dipompa menuju separator untuk dipisahkan
antara hasil fermentasi (cairan mash) dengan ragi (yeast cream).
Separator ini menggunakan alat rotary vacuum filter yang
merupakan alat dengan prinsip vacuum sehingga
Ragi (yeast cream) dan cairan hasil fermentasi (cairan
mash) yang memilliki perbedaan massa jenis dapat dipisahkan.
Ragi yang didapatkan masih dalam konsentrasi yang tinggi. Dari
hasil fermentasi tidak semuanya dipisahkan raginya, hanya sekitar
80-90% saja. Sisanya 10-20% tidak diambil raginya karena
mengandung kotorankotoran sisa berupa endapan garam mineral.
Hasil fermentasi yang telah dipisahkan ini langsung masuk ke
tangki mash (mash tank). Dan selanjutnya didestilasi hingga
menjadi alkohol prima (fine alkohol) dengan kadar mencapai
96,5%. Pada tahap fermentasi ini terjadi reaksi hidrolisa, dimana
sukrosa diubah menjadi glukosa.
Persamaan reaksi hidrolisa yaitu:

C12H22O11 +H2O 2C6H12O6

Sedangkan reaksi utama adalah reaksi fermentasi, dimana glukosa


diubah menjadi etanol dan air. Persamaan reaksinya adalah:

C6H12O6 2 C2H5OH + 2CO2

Pada main fermenter selain terbentuk etanol, juga akan terbentuk


produk samping. Hasil samping dalam persen berat (%gula) adalah
sebagai berikut:

Asam asetat = 0,65%

Fusel Oil = 0,85%

Asetaldehid = 0,05%

Reaksi samping yang terjadi pada main fermenter yaitu:

C6H12O6 C3H8O3 + CH3CHO + 2 CO2

C6H12O6 + H2O 2 C3H8O3 + CH3COOH + C2H5OH +


2CO2 (Hr 298 = -324.3860 kcal/kg)

Komponen pada fusel oil meliputi:

Propanol = 12,5 %

Isobutyl alcohol = 15 %

Amyl alcohol = 30 %

Isoamyl alcohol = 32,5 %

Etanol = 10 %
7. Tahap Distilasi
Produk hasil fermentasi mengandung alkohol yang rendah, disebut
bir (beer)dan sebab itu perlu di naikkan konsentrasinya dengan jalan
distilasi bertingkat.Beer mengandung 8 10% alkohol. Maksud dan
proses distilasi adalah untuk memisahkan etanol dari campuranetanol air.
Untuk larutan yang terdiri dari komponen-komponen yang berbedanyata
suhu didihnya, distilasi merupakan cara yang paling mudah
dioperasikandan juga merupakan cara pemisahan yang secara thermal
adalah efisien. Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada 1000C dan
etanol mendidih padasekitar 770C. perbedaan dalam titik didih inilah yang
memungkinkan pemisahancampuran etanol air.
Prinsip : Jika larutan campuran etanol air dipanaskan, maka akan
lebih banyak molekul etanol menguap dari pada air. Jika uap-uap ini
didinginkan(dikondensasi), maka konsentrasi etanol dalam cairan yang
dikondensasikan ituakan lebih tinggi dari pada dalam larutan aslinya. Jika
kondensat ini dipanaskan lagi dan kemudian dikondensasikan, maka
konsentrasi etanol akan lebih tinggi lagi. Proses ini bisa diulangi terus,
sampai sebagian besar dari etanol dikonsentrasikan dalam suatu fasa.
Namun hal ini ada batasnya.
Pada larutan 96% etanol, didapatkan suatu campuran dengan titik
didih yang sama(azeotrop). Pada keadaan ini, jika larutan 95-96% alkohol
ini dipanaskan, maka rasio molekul air dan etanol dalam kondensat akan
teap konstan sama. Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan
dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa
menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor
pada etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar
airnya kurang lebih 99.5%.
Fermentasi Etanol dari Bahan yang mengandung Pati
Proses produksi etanol dari hasil pertanian yang mengandung pati (
seperti jagung, gandum, dan lain-lain) hampir sama dengan proses
produksi etanol dengan bahan dasar molase. Namun, dalam proses
fermentasi kali ini, pada tahap awal akan dibutuhkan proses tambahan
yang tidak dilakukan pada fermentasi molase. Tahap tahap nya adalah
sebagai berikut:
1. Proses Gelatinasi
Dalam proses gelatinasi, bahan baku ubi kayu, ubi jalar, atau
jagung dihancurkan dandicampur air sehingga menjadi bubur, yang
diperkirakan mengandung pati 27-30 persen.Kemudian bubur pati
tersebut dimasak atau dipanaskan selama 2 jam sehingga
berbentuk gel. Proses gelatinasi tersebut dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu: Bubur pati dipanaskan sampai 130 oC selama 30 menit,
kemudian didinginkan sampai mencapai temperatur 95 oC yang
diperkirakan memerlukan waktu sekitar jam. Temperatur 95 oC
tersebut dipertahankan selama sekitar 11/4 jam, sehingga total waktu
yang dibutuhkan mencapai 2 jam. Bubur pati ditambah enzyme
termamyl dipanaskan langsung sampai mencapai temperatur 130 oC
selama 2 jam.
Gelatinasi cara pertama, yaitu cara pemanasan bertahap
mempunyai keuntungan , yaitu pada suhu 95 0C aktifitas termamyl
merupakan yang paling tertinggi, sehingga mengakibatkan yeast atau
ragi cepat aktif. Pemanasan dengan suhu tinggi (130 0C) pada cara
pertama ini dimaksudkan untuk memecah granula pati, sehingga lebih
mudah terjadi kontak dengan air enzyme. Perlakuan pada suhu tinggi
tersebut juga dapat berfungsi untuk sterilisasi bahan, sehingga bahan
tersebut tidak mudah terkontaminasi.
Gelatinasi cara kedua, yaitu cara pemanasan langsung (gelatinasi
dengan enzymetermamyl) pada temperature 130oC menghasilkan
hasil yang kurang baik, karenamengurangi aktifitas yeast. Hal tersebut
disebabkan gelatinasi dengan enzyme pada suhu130oC akan
terbentuk tri-phenyl-furane yang mempunyai sifat racun terhadap
yeast.Gelatinasi pada suhu tinggi tersebut juga akan berpengaruh
terhadap penurunan aktifitastermamyl, karena aktifitas termamyl akan
semakin menurun setelah melewati suhu 95oC(Wasito, 1981).
2. Proses Saccharifikasi
Tahap sakarifikasi merupakan tahap pemecahan gula kompleks
menjadi gula sederhanayang dilakukan pada sebuah tabung pada
rangkaian peralatan untuk produksi bioethanol.Saccharifikasi
melibatkan proses sebagai berikut:
- Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi
bekerja
- Pengaturan pH optimum enzim Penambahan enzim
(glukoamilase) secara tepat
- Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd
600C, sampai proses saccharifikasi selesai (Dilakukan dengan
pengetesan gula sederhana yang dihasilkan).
3. Fermentasi
Proses fermentasi akan berjalan beberapa jam setelah semua
bahan dimasukkan ke dalam fermentor. Kalau anda menggunakan
fermentor yang tembus padang (dari kaca misalnya), maka akan
tampak gelembung-gelembung udara kecil-kecil dari dalam fermentor.
Gelembung-gelembung udara ini adalah gas CO2 yang dihasilkan
selama proses fermentasi. Kadang-kadang terdengar suara gemuruh
selama proses fermentasi ini. Selama proses fermentasi ini usahakan
agar suhu tidak melebihi 36oC dan pH nya dipertahankan 4.5 5.
Proses fermentasi berjalan kurang lebih selama 66 jam atau kira-kira
2.5 hari. Salah satu tanda bahwa fermentasi sudah selesai adalah
tidak terlihat lagi adanya gelembung-gelembung udara. Kadar etanol di
dalam cairan fermentasi kurang lebih 7% 10 %.
4. Distilasi dan Dehidrasi
Setelah proses fermentasi selesai, masukkan cairan fermentasi ke
dalam evaporator atau boiler. Panaskan evaporator dan suhunya
dipertahankan antara 79 81oC. Pada suhu ini etanol sudah
menguap, tetapi air tidak menguap. Uap etanol dialirkan ke distilator.
Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran distilator. Distilasi
pertama, biasanya kadar etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar
etanol masih di bawah 95%, distilasi perlu diulangi lagi (reflux) hingga
kadar etanolnya 95%. Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan
dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa
menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor
pada etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar
airnya kurang lebih 99.5%

F. Proses Pembuatan Bioetanol dari Singkong

Singkong diolah menjadi bioetanol, pengganti premium. Menurut Dr Ir Tatang H


Soerawidjaja, dari Tcknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), singkong salah
satu sumber pati. Pati senyawa karbohidrat kompleks. Sebelum difermentasi, pati
diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih sederhana. Untuk mengurai pati,
perlu bantuan cendawan Aspergillus sp. Cendawan itu menghasilkan enzim
alfamilase dan gliikoamilase yang berperan mengurai pati menjadi glukosa alias
gula sederhana. Setelah menjadi gula, bam difermentasi menjadi etanol.
Lalu bagaimana cara mengolah singkong menjadi etanol? Berikut Langkah-langkah
pembuatan bioetanol berbahan singkong yang dilerapkan Tatang H Soerawidjaja.
Pengolahan berikut ini berkapasitas 10 liter per hari.

1. Kupas 125 kg singkong segar, semua jenis dapal dimanfaatkan. Bersihkan dan
cacah berukuran kecil-kecil.
2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16%. Persis
singkong yang dikeringkan menjadi gaplek. Tujuannya agar lebih awet sehingga
produsen dapat menyimpan sebagai cadangan bahan baku
3. Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless si eel berkapasitas 120 liter,
lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter. Panaskan gaplek hingga
100"C selama 0,5 jam. Aduk rebusan gaplek sampai menjadi bubur dan
mengental.
4. Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam langki sakarifikasi. Sakarifikasi
adalah proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin, masukkan
cendawan Aspergillus yang akan memecah pati menjadi glukosa. Untuk
menguraikan 100 liter bubur pati singkong. perlu 10 liter larutan cendawan
Aspergillus atau 10% dari total bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100-juta
sel/ml. Sebclum digunakan, Aspergilhis dikuhurkan pada bubur gaplek yang
telah dimasak tadi agar adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek. Cendawan
berkembang biak dan bekerja mengurai pati
5. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan: air dan endapan
gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke dalam
tangki fermentasi. Namun, sebelum difermentasi pastikan kadar gula larutan pati
maksimal 1718%. Itu adalah kadar gula maksimum yang disukai bakteri
Saccharomyces unluk hidup dan bekerja mengurai gula menjadi alkohol. Jika
kadar gula lebth tinggi, tambahkan air hingga mencapai kadar yang diinginkan.
Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir agar mencapai kadar gula
maksimum.
6. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Saccharomyces
bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob alias
tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada 2832"C
dan pH 4,55,5.
7. Setelah 23 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah
berupa endapan protein. Di atasnya air, dan etanol. Hasil fermentasi itu disebut
bir yang mengandung 612% etanol
8. Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1
mikron untuk menyaring endapan protein.
9. Meski telah disaring, etanol masih bercampurair. Untuk memisahkannya, lakukan
destilasi atau penyulingan. Panaskan campuran air dan etanol pada suhu 78"C
atau setara titik didih etanol. Pada suhu itu etanol lebih dulu menguap ketimbang
air yang bertitik didih 100C. Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air
sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
10. Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar
larul, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab itu,
perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu dipanaskan 100"C. Pada suhu ilu,
etanol dan air menguap. Uap keduanya kemudian dilewatkan ke dalam pipa
yang dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap kadar air tersisa
hingga diperoleh etanol 99% yang siap dieampur denganbensin. Sepuluh liter
etanol 99%, membutuhkan 120 130 lifer bir yang dihasilkan dari 25 kg gaplek.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alcohol saja,
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang
paling tua.

Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu penemuan awal di bidang
bioteknologi. Efek memabukkan akibat konsumsi etanol telah dikenal sejak zaman
kuno dan telah digunakan sebagai minuman beralkohol. Bukti tertua adanya
minuman beralkohol adalah di Tiongkok sekitar 9000 tahun yang lalu. Meskipun
proses distilasi telah dikenal di Yunani dan Arab, namun yang tercatat pertama kali
memproduksi dari anggur adalah seorang alkemis dari School of Salerno pada abad
ke-12.

Proses Produksi Etanol secara sintesis, dilakukan dengan menggunakan reaksi


elementer ( hidrasi katalitik etena), untuk mengubah bahan baku menjadi etanol.
Adapun secara fermentasi, dilakukan dengan bantuan aktifitas mikroorganisme.

Anda mungkin juga menyukai