Anda di halaman 1dari 15

BAB III

ANALISIS MASALAH

1. Histologi, Anatomi dan Fisiologi Payudara


a. Histologi Payudara
Payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar tubuloalveolar
yang dipisahkan oleh jaringan ikat padat interlobaris. Setiap lobus akan
bermuara ke papila mammae melalui duktus laktiferus. Dalam lobus
payudara terdapat lobuluslobulus yang terdiri dari duktus intralobularis
yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar rendah dan pada bagian
dasar terdapat mioepitel kontraktil. Pada duktus intralobularis
mengandung banyak pembuluh darah, venula, dan arteriol (Eroschenko,
2008).

b. Anantomi payudara
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan kelenjar
dan jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi lobus dan duktus.
Sedangkan jaringan stromal meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat.
Payudara terdapat dalam fasia superfisialis dinding torak ventral yang
berkembang menonjol tegak dari subklavikula sampai dengan costae atau
intercostae kelima sampai keenam (Haryono et al., 2011; Moore et al.,
2009).

Sistem Pembuluh Darah Payudara


a. Arteri
Payudara mendapat vaskularisasi dari 2 arteri utama yaitu arteri
mammaria interna dan arteri torakalis lateralis. Kurang lebih 60%
payudara mendapat perdarahan dari arteri perforantes mammaria interna
yaitu meliputi bagian medial dan sentral dan bagian kranial. Sementara itu
bagian atas dan lateral pal,udara diperdarahi oleh arteri torakalis lateralis.
Selain itu, yang ikut memperdarahi paludara sebagian kecil adalah arteri
torakoakromialis cabang pektoralis, cabang arteria interkostales III, serta
a/v subkapular dan torakodorsalis (Prawirohardjo, 2014)
b. Vena
Dalam sistem vaskularisasi payudara terdiri dari tiga grup vena dalam
yang keluar dari payudara yaitu:
o Vena interkostalis: yang melintang di regio posterior dari payrudara dari
interkosta 2 sampai interkosta 6 dan mengalirkan darah vena ke vena
vertebralis bagian posterior dan akhirnya ke v. azigos untuk berakhir di
vena cava superior.
o Vena aksilaris: mengalirkan darah vena dari dinding dada m. pektoralis
dan payudara.
o Vena mammaria interna: merupakan pleksus vena terbesar yang
mengalirkan darah vena dari payrdara. Vena ini kemudian bermuara di v.
Inominata (Prawirohardjo, 2014).

Sistem Pembuluh Limfatik Payudara


a. Pembuluh Getah Bening
1) Pembuluh getah bening aksila
Pembuluh getah bening aksila ini mengalirkan getah bening
dari daerah sekitar areola, payudara kuadran lateral bawah dan
kuadran lateral atas payudara (Prawirohardjo, 2014).

2) Pembuluh getah bening mammaria interna


Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam
dan medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektoralis
lalu menembus fasia tersebut dan masuk ke dalam m. pektoralis
mayor. Lalu jalan ke medial bersama-sama dengan sistem perforantes
menembus m. interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah
bening mammaria interna. Dari kelenjar mammaria interna, getah
bening mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
Sebagian akan bermuarapada v. kava, sebagian akan bermuara ke
duktus torasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus dekstra (untuk
sisi kanan) (Prawirohardjo, 2014).
3) Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial
bawah payudara.
Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior,
menembus fasia rektus dan masuk ke dalam m. rektus abdominis.
Saluran ini bermuara ke dalam kelenjar getah bening preperikardial
anterior yang terletak di tepi atas diafragma di atas ligamentum
falsiforme. Kelenjar getah bening ini juga menampung getah bening
dari diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian antero-superior
hepar. Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus limfatikus
mammaria interna (Prawirohardjo, 2014).

Persarafan sensorik payudara


Persarafan sensorik payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis
dan cabang saraf interkostalis kedua sampai keenam sehingga dapat
menyebabkan penyebaran rasa nyeri terutama pada punggung, skapula, lengan
bagian tengah, dan leher (Moore et al., 2009).

b. Fisiologi dari payudara serta proses laktasi


Payudara biasanya mulai tumbuh ketika seseorang sudah menache.
Usia menarche adalah 10-12 tahun, segera setalah haid untuk yang
pertama kalinya, perubahan hormonal yang terjadi akan mempengaruhi
pertumbuhan dari payudara. Hormon yang berperan dalam pertumbuhan
payudara adalah GnRH, FSH, LH dan estrogen.(Sarwono, 2010)
Fase perkembangan payudara wanita
Fase I Preadolesen elevasi dari nipple dengan
Usia Pubertas tidak adanya massa galndular yang teraba
dan tidak ada pigmentasi areola.
Fase II Timbulnya jaringan glandular subareolar
Usia 11,1+1,1 nipple dan payudara mulai tampak
sebagai tonjolan di dada.
Fase III Meningkatnya massa glandular dengan
Usia 12,2+1,9 pembesaran payudara dan meningkatnya
diameter dan pigmentasi areola. Kontur
payudara dan nipple pada satu dataran.
Fase IV Pembesaran areola dan pigmentasi
Usia 13,1+1,2 bertambah, nipple dan areola mulai
terbentuk tonjolan tersendiri di payudara.
Fase V Akhir dari masa pertumbuhan adolesen
Usia 14,2+1,7 payudara dengan kontur yang licin
dengan tidak adanya pengerasan areola
dan nipple.
(Osborne, 1996)
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi
dan pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18 -
19 mnggu, dan baru selesai ketika mulai menstruasi, dengan terbentuknya
hormon estrogen dan progesteron yang berfungsi untuk maturasi alveoli.
Sedangkan hormon prolaktin adalah hormon yang berfungsi untuk
produksi ASI disamping hormon lain seperti insulin, tiroksin, dan
sebagainya.
Perubahan pada hormon yang bersirkulasi menghasilkan perubahan
yang lebih dalam pada pertumbuhan duktus-lobus-lobulus selama
kehamilan. Placental lactogen, prolaktin, dan chorionic gonadotropin
berkontribusi terhadap kecepatan pertumbuhannya.
Dari sejak bulan ketiga kehamilan, bahan-bahan yang disekresi
seperti colostrum muncul pada alveolus. Pada trimester kedua, laktogen
plasenta mulai merangsang produksi kolostrum. Karenanya, wanita muda
dibawah 16 tahun yang hamil dapat menghasilkan kolostrum meskipun
bayinya tak dapat hidup. Hingga saat melahirkan, produksi susu ditekan
oleh prolactin inhibiting hormone yang dihasilkan oleh plasenta. Hormon
progesteron yang diproduksi dari plasenta dikenal penting dalam
menghambat produksi susu saat kehamilan. Pada saat melahirkan,
penarikan kembali hormon sex plasental dan luteal dan daya hisap bayi
menyebabkan hilangnya hormon penghambat dan merangsang pelepasan
prolactin releasing factor.
Awal pelepasan air susu saat melahirkan dan produksi yang
berlangsung terus menerus terjadi karena payudara telah berkembang
secara ekstensif saat kehamilan. Sistem duktus telah terbendung untuk
membentuk jejaring yang kuat pada duktus kolektikus. Alveolus kaya
akan lapisan sel epitel, beragam dalam bentuk dari gepeng hingga
silindris, kesemuanya mampu menghasilkan air susu. Beberapa sel nya
menjulang/menonjol, sementara yang lainnya pendek dan halus. Lumen
alveolus penuh oleh bahan granul halus dan droplet lemak. Diferensiasi
sel epitel mammae dan sel alveolar presekretori dengan sel sekretori
pelepasan susu alveolar menyempurnakan persiapan produksi susu.
Biosintesis susu menyangkut sisi sel yang ini, sementara proses metabolik
berlangsung. Pada ujung terminal duktus terdapat sel stem dan sel alveolar
sekretori yang berdiferensiasi tinggi. Sel stem distimulasi oleh hormon
pertumbuhan dan insulin, yang bergabung dengan prolaktin untuk
merangsang aktivitas sekretori sel. Payudara bereaksi terhadap interaksi
hormon pituitari, thyroid, pankreatik, adrenal, dan ovarium.
Proses sintesis air susu menyangkut sekresi de novo poruduction dari
lemak dan protein dari sintesis laktosa menjadi glukosa. Ion ion berdifusi
melewati membran, dan pada beberapa kasus, ditransport aktif. Susu
alveolar pertama kemudian dilarutkan dalam lumen untuk menjadi
isotonis dengan plasma dan air yang berdifusi dari cairan ekstraseluler.
Jalur sintesis air susu dan sekresi ke alveolus mammae menyangkut : (1)
exositosis protein dan laktosa, (2) pembentukan globulus lemak susu, (3)
sekresi air dan ion, (4) pinositosis dan eksositosis dari imunoglobulin, (5)
jalur paraseluler.
Karena menyusui itu diantisipasi, tubuh mempersiapkan payudara
selama kehamilan dan juga mengembangkan cadangan kebutuhan gizi
maternal yang akan sangat dibutuhkan selama menyusui, untuk memenuhi
kebutuhan sesuai kenaikan berat badan 6 8 pound dari berat badan bayi
selain uterus dan isinya. Ketika menyusui dimulai, ada redistribusi suplai
darah dari uterus ke payudara, dimana terjadi peningkatan kebutuhan gizi
dan metabolik untuk mengakomodasi kebutuhan produsi air susu. Aliran
darah kelenjar mammae, kardiak output, dan sekresi susu, tergantung pada
ranpppgsang hisap. Rangsang hisap menginduksi pelepasan hormon
pituitari anterior, yaitu prolaktin dan oksitosin, yang akan bertindak secara
langsung pada jaringan payudara dan uterus.
Sebagai persiapan, area nipel dan areola juga dipersiapkan untuk
laktasi. Terjadi peningkatan vaskularisasi. Kelenjar montgomery, sebagai
kelenjar sebacea, membesar dan mulai mensekresikan substansi yang
dapat melubrikasi dan melindungi areola dan nipel selama kehamilan dan
laktasi.
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat, tetapi
ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen
dan progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan
dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Denagan menyusukan lebih
dini, terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh
hiposfisis, sehingga sekresi ASI makin lancar. Dua refleks pada ibu yang
sangat penting dalam proses laktasi; refleks prolaktin dan refleks aliran
timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.
1. Refleks prolactin
Seperti telah dijelaskan di muka, dalam kelenjar puting susu
terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini dirangsang, timbul
impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis
bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluatkan hormone prolaktin.
Hormon inilah yang berperan dalam produksi ASI tingkat
alveoli.Dengan demikian mudah dipahami bahwa semakin sering
rangsangan penyusuan makin banyak pula produksi ASI.
2. Refleks aliran (let down reflex)
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai kelenjar
hipofisis depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang, yang
mengeluarkan hormone oksitosin. Hormon ini berfugsi memacu
kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran
makin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu makin
kecil, dan menyusui akan makin lancar. Saluran ASI yang mengalami
bendungan tidak hanya mengganggu penyusuan, tetapi juga berakibat
mudah terkena infeksi.
Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi rahim
makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu terasa mulas yang sangat
pada hari-hari pertama menyusui dan ini adalah mekanisme alamiah untuk
kembalinya rahim ke bentuk semula ( Coad, 2006 ).

2. Mengapa pasien mengeluh demam dan nyeri pada payudara kirinya?


Demam dapat disebabkan karena fisiologis maupun patologis. Demam
fisiologis dapat disebabkan karena dehidrasi dan suhu lingkungan yang terlalu
panas, maka harus disingkirkan penyebab demam fisiologis tersebut apabila
tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Demam yang patologis dapat
disebabkan karena infeksi maupun non infeksi. Jika disebabkan karena infeksi
dapat disertai peningkatan jumlah leukosit/limfosit dalam darah serta suhu
tubuh yang cukup tinggi (Price, 2006). Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri
payudara yang disebut mastalgia. Nyeri pada payudara, atau yang dikenal
dengan mastalgia adalah gejala nyeri pada payudara tanpa adanya
abnormalitas fisiologis dan patologis pada parenkim atau stroma payudara.
Mastalgia dibagi menjadi dua kelompok, yakni yang ringan dimana nyeri
berdurasi 2-3 hari setiap bulannya dan hanya memerlukan psikoterapi serta
atau terapi diet dan mastalgia sedang-berat dengan durasi lebih dari 5 hari.
Selain itu pada mastalgia sedang-berat keluhan dirasakan setiap bulan dan
menimbulkan gangguan aktifitas serta dibutuhkannya pengobatan (Sarwono,
2010). Ada dua jenis mastalgia yaitu, Mastalgia Siklik Merupakan nyeri
payudara yang berhubungan dengan siklus menstruasi dan terjadi selama late
luteal phase pada siklus menstruasi serta dapat berhubungan dengan
premenstrual syndrome ataupun tidak. Mastalgia siklik merupakan tipe
mastalgia yang paling sering terjadi, yaitu 2/3 dari seluruh kasus mastalgia.
Penyebab pasti mastalgia siklik sampai saat ini masih belum diketahui secara
jelas. Aktivitas hormonal dicurigai berhubungan dengan meningkatnya
sensitivitas jaringan payudara terhadap esterogen dan kemungkinan
berhubungan dengan meningkatnya kadar prolaktin. Selain itu, ada juga
penelitian yang menemukan adanya penurunan kadar gamma linoleic
acidpada penderita mastalgia siklik. Pada penelitian lainnya, mastalgia siklik
juga dikaitkan dengan kelainan histopatologi, nutrisi, atau gangguan psikiatri.
Mastalgia Nonsiklik Merupakan mastalgia yangtidak berkaitan dengan siklus
menstruasi dan terjadi pada dekade usia lebih lanjut dibandingkan mastalgia
siklik. Mastalgia jenis ini lebih jarang ditemukan, yaitu sekitar 1/3 dari
seluruh kasus mastalgia. Kondisi mastalgia nonsiklik dapat dibagi menjadi 2,
yaitu berasal dari payudara (true noncyclic breast pain) dan selain payudara
(extramammary pain). Penyebab pasti true noncyclic breast pain sampai saat
ini masih belum diketahui secara jelas.
Beberapa etiologi dari mastalgia/nyeri payudara adalah :
a. Abnormalitas sistem endokrin
Ketidakseimbangan sistem hormonal dikatakan sebagai salah satu
kunci penyebab terjadinya mastalgia, yaitu berupa: relative
hyperoestrogenism, menurunnya produksi progesteron, dan
hyperprolactinemia (Mansel, 2009).
b. Duct ectasia
Keadaan dimana duktus yang bermuara pada nipple mengalami
dilatasi (ectasia). Apabila terdapat cairan yang menumpuk dan menyumbat
duktus kemudian menyebabkan terjadinya ulserasi pada dinding duktus.
Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya inflamasi dan menimbulkan
rasa nyeri (mastalgia) (Murshid, 2005).
c. Retensi cairan
Edema akibat retensi cairan dicurigai sebagai salah satu penyebab
mastalgia karena pada wanita yang sedang berada pada akhir siklus
menstruasi mengalami peningkatan berat badan, peningkatan volume
payudara, dan bengkak pada pergelangan kaki. Selain itu, inflamasi edema
mungkin bisa dipertimbangkan sebagai penyebab munculnya nyeri pada
payudara (terutama kategori siklik) (Mansel, 2009).
d. Konsumsi kafein berlebihan
Menurut beberapa studi, konsumsi kafein yang berlebihan
menyebabkan gangguan degradasi adenosine triphosphate (ATP) oleh
metyhlxanthine yang menyebabkan terjadinya stimulasi yang berlebihan
pada payudara dan menyebabkan nyeri (Mansel, 2009).
e. Konsumsi asam lemak esensial yang tidak adekuat
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa konsumsi asam lemak esensial
yang rendah mengakibatkan terjadinya gangguan pada sintesis
prostalglandin, terutama prostaglandin E1. Hal ini mengakibatkan terjadi
gangguan efek prolaktin pada sel-sel payudara, yang kemudian
dihubungkan dengan munculnya gejala mastalgia (Mansel, 2009).
f. Psikoneurosis
Belum ada penelitian yang menjelaskan secara pasti hubungan antara
faktor psikologi dan terjadinya mastalgia. Namun, beberapa studi
menujukkan penderita yang memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang
tinggi serta adanya gangguan sosial, memberikan gejala mastalgia yang
lebih berat dan respon terapi yang rendah (Mansel, 2009; Rosolowich,
2006).
g. Konsumsi obat-obatan tertentu
Berdasarkan beberapa penelitian, obatobat yang dicurigai sebagai
penyebab mastalgia antara lain psikotopik, herbal (misalnya ginseng), atau
orang yang mendapat hormone replacement therapy (HRT). Namun belum ada
yang dapat menjelaskan secara pasti hubungannya dengan mastalgia (Mansel,
2009; Ndhuluni, 2009).
berikut adalah mekanisme mengapa pasien mengeluh nyeri dan merasa demam

Sering menyusui
anaknya

Kemungkinan
ada luka disekitar
puting

Port d'entry

Bakteri masuk
lewat luka

Menyebar
hematogen

Dihadang sistem
Masuk
pertahanan
hipotalamus
tubuh

Keluar mediator
Sekresi PGE2
inflamasi

Set poin >>> Bengkak Nyeri Kemerahan

Demam

(Sarwono, 2010).
3. Mengapa payudara bengkak?

` Papilla mamae memerlukan sedikit perhatian selain kebersihan dan


perhatian terhadap fissura kulit. Fissura pada papilla mamae ini menimbulkan
nyeri bila menyusui dan pengaruh yang membahayakan terhadap produksi
ASI.
Retakan tersebut juga memberikan jalan masuk terhadap bakteri piogenik.
Karena susu yang kering kemungkinan besar berakumulasi dan mengiritasi
papilla mamae, pembersihan areola dengan air dan sabun lembut bersifat
membantu sebelum dan setelah menyusui.
Ketika papilla mamae terisi atau terdapat fissura maka diperlukan penggunaan
lanolin topikal dan pelindung papilla mamae selama 24jam atau lebih. Jika
fissuranya berat, bayi sebaiknya jangan disusui pada payudara tersebut. Selain
itu payudara dikosongkan secara teratur.
(Cunningham, 2012).
Kandungan ASI pada bayi :
- Limfosit T/B
- Makrofag
- Neutrofil
- IgA Sekretorik
- Mukus
- Laktoferm

(Sherwood, 2012)

4. Hubungan keluhan dan menyusui?


Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau
ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi
terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran
yang timbul akibat perang sangan puting susu dikarenakan isapan bayi
(Sarwono, 2011).
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas
prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi.
Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus
luteum maka esterogen dan progesterone juga berkurang (Guyton, 2014).
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis
hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemicu sekresi
prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu (Coad, 2006).
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal pada 3 bulan
setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan
ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air
susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan
menjadi normal pada minggu ke 2 3. Sedangkan pada
ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau
pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu (Sarwono,
2011).
Rangsangan yang berasal dari isapan bayidilanjutkan ke hipofise posterior
(neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui
aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi.
Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari
alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir
melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi (Sarwono, 2011).
Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus
mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara
ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi
menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Ketika cara
menyusui tidak baik, maka dapat terjadi luka yang dapat menyebabkan lesi
yang juga dapat meyebabkan bayi tidak mau menyusu lagi (Sylvia, 2003).
Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang
berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi
datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa
komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk
ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu
respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan
memudahkan terjadinya infeksi (Sylvia, 2003).

5. jenis jenis kelainan payudara


Pada dasarnya kelainan patologi payudara dapat digolongkan menjadi
empat golongan besar yaitu kelainan kongenital, infeksi, kelainan akibat
ketidakseimbangan hormonal, dan neoplasma (Soetrisno, 2010).
Kelainan kongenital tidak diketahui dengan pasti etiologinya, tetapi
segala sesuatu yang bersifat menimbulkan kegagalan secara total maupun
parsial perkembangan somatik payudara akan berakibat kurang atau gagalnya
pembentukan komponen payudara. Kelainan kongenital dapat berupa
agenesis, hipoplasia dan hipotrofi, polythelia atau jumlah puting susu yang
berlebihan, polymastia atau terdapat lebih dari sepasang payudara, dan lain
lain (Fadjari, 2012).
Kelainan payudara akibat ketidakseimbangan hormon terutama
hormon estrogen disebut hyperestrenisme. Kelainan ini akan menimbulkan
penyimpangan pertumbuhan dan komponen jaringan payudara yang disebut
mammary dysplasia pada wanita dan gynecomastia pada pria. Bila terdapat
bentuk kista yang tidak teratur baik letak maupun ukurannya dan disertai
peningkatan unsur jaringan ikat ekstralobular akan didapatkan fibrokistik
payudara (Soetrisno, 2010).
Lesi jinak pada wanita terbanyak adalah fibroadenoma yang terjadi
pada rentang usia 2055 tahun. Sedangkan lesi ganas terbanyak adalah
karsinoma duktal invasif dengan prevalensi pada umur lebih dari 45 tahun dan
pada masa menopause. Sebagian besar lesi mamma terdiri dari satu atau lebih
benjolan yang bentuk dan ukuran sangat bervariasi. Benjolan ini dapat
berbatas tegas maupun tidak, nodul tunggal atau multipel, lunak atau keras,
dapat digerakkan dari dasarnya atau tidak. Hal ini yang dapatmembantu
membedakan lesi jinak atau lesi ganas pada payudara (Underwood & Cross,
2010; Utami et al., 2014).

Anda mungkin juga menyukai