Proposal
Proposal
A. Latar Belakang
Anak tunarungu adalah adalah anak yang mengalami hambatan atau gangguan pada
organ pendengaranya, sehingga mengalami kehilangan pendengaran atau pendengaranya
terganggu. Sensori pendengaran merupakan organ penangkap stimulasi yang bersifat
auditif. Dalam paradigma lama, digunakan istilah anak tunarungu sebagai sebutan untuk
anak dengan hambatan sensori pendengaran. Namun dalam paradigm baru pendidikan
anak berkebutuhan khusus, istilah tunarungu tersebut semakin dihilangkan, untuk
menghindari penggunaan labeling yang kurang tepat. Istilah hambatan sensori
pendengaran menunjukkan adanya gangguan pada fungsi organ pendengarannya.
Berdasarkan hal tersebut, dalam pemaparan selanjutnya penulis menggunakan istilah
gangguan pendengaran disamping hambatan sensori pendengaran dengan makna yang
sama..
Pada umumnya anak tunarungu memiliki intelegensi normal atau rata- rata, akan
tetapi karena perkembangan intelegensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa
maka anak tunarungu akan menampakkan intelegensi yang rendah disebabkan oleh
kesulitan memahami bahasa anak. Anak tunarungu akan mempunyai prestasi lebih rendah
jika dibandingkan dengan anak normal atau mendengar untuk materi pelajaran yang
diverbalisasikan. Tetapi untuk materi yang tidak diverbalisasikan, prestasi anak tunarungu
akan seimbang dengan anak yang mendengar.
Sekolah luar biasa merupakan suatu lembaga pendidikan formal bagi yang
mempunyai tugas pokok dalam membantu peserta didik mencapai perkembangan yang
optimal sesuai dengan tingkat jenis hambatannya. Pendidikan adalah wadah agar anak
tunarungu dapat berkembang layaknya anak yang normal pendengarannya. Sekolah suatu
lembaga untuk mengembangkan kemampuan anak. Dari lembaga inilah anak tunarungu
dapat mengembangkan bakatnya, memperluas pengetahuanya dan menerima berbagai
keterampilan yang telah tersedia.
1
Hak anak tunarungu memperoleh pendidikan dan pengajaran dilindungi oleh
Undang- Undang Dasar 1945 bab XIII pasal 31 ayat 1 yang berbunyi: Tiap- tiap warga
Negara berhak mendapatkan pengajaran pernyataan tersebut mengandung makna bahwa
semua warga negara tidak terkecuali warga negara yang tunarungu, berhak mendapatkan
pendidikan dan pengajaran.
Berdasarkan hasil observasi, salah satu pesertadidik masih sangat kurang dalam
memahami sistem komputer. Terlihat saat sebuah komputer menggalami kerusakan pada
sistem peserta didik tidak dapat memperbaikin nya kembali di karenakan peserta didik
tidak terlalu memahami sistem operasi komputer. Masalah ini disebabkan karena
kurangnya informasi tetang sistem komputer dan juga secara audiotori yang didapat oleh
peserta didik, sehingga siswa mengalami keterlambatan dalam memahami sebuah
informasi, sehinnga siswa membutuhkan media atau metode yang tepat untuk menigkatkan
kemampuan anak dalam memahami pelajaran.
Pemahman komputer sangat penting bagi peserta didik tidak terkecuali bagi siswa
tunarungu, karena pembelajaran komputer sangat di butuhkan di era sekarang yang di mana
teknologi semakin cepat berkembang. Pembelajaran komputer tidak hanya memahami
operasi komputer saja, tetapi peserta didik juga harus mampu untuk menjaga atau
memperbaiki sistem pengoperasian komputer itu sendiri
Install ulang sistem komputer adalah salah satu cara memperbaiki sebuah
komputer, dengan memiliki sebuah keterampilan instal ulang komputer peserta didik dapat
menjaga dan memperbaiki fasilitas komputer yang ada di sekolah atau pun di luar sekolah.
Keterampilan ini juga dapat di kembangkan ke dunia kerja yang di mana bagi peserta didik
yang mengalami hambatan ini bisa jadi sebuah peluang untuk masuk dalam dunia kerja
Berdasarkan permasalahan di atas yang peneliti kemukakan, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul Pengunaan metode picture and picture terhadap
operasi install ulang komputer pada siswa tunarungu kelas XII pada SLBN Cicendo
Bandung
2
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti
mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Siswa tunarungu SLBN Cicendo Bandung masih sangat sedikit dalam menguasai
sistem operasi computer
2. Siswa tunarungu SLBN Cicendo Bandung belum memahami cara menjaga dan
memperbaiki sistem operasi komputer
3. Metode yang di gunakan dalam pembelajran belum dapat memaksimalkan pemahaman
anak dalam memahami sistem komputer
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang semula direncanakan
sehingga mempermudah mendapatkan informasi yang diperlukan, maka penulis Peneliti
lebih memfokuskan anak dalam install ulang sistem komputer dengan mengunakan
metode picture and picture
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai
berikut: apakah penggunaan metode picture and picture dapat meningkatkan pemahaman
install ulang komputer ?.
3
1. Mengetahui kemampuan operasi install ulang sistem komputer siswa
tunarungu di SLBN Cicendo Bandung sebelum diberikan intervensi.
2. Mengetahui kemampuan operasi install ulang sistem komputer pada siswa
tunarungu di SLBN Cicendo Bandung setelah diberikan intervensi.
3. Mengetahui pengaruh penggunaan metode picture and picture terhadap
pembelajran operasi install ulang sistem komputer pada anak tunarungu di
SLBN Cicendo bandung
b. Manfaat Penelitian
1) Bagi guru, sebagai bahan masukan yang positif bahwa pengunaan metode picture
and picture bisa menjadi wadah pendidikan dan keterampilan, khususnya dalam
meningkatkan kemampuan operasi intall ulang komputer pada peserta didik
tunarungu.
2) Bagi siswa dengan menerapkan metode picture and picture siswa dapat
meningkatkan kemampuan operasi install ulang sistem komputer
3) Bagi sekolah hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas pesertadidik dalam
memahami komputer dan membantu sekolah dalam menjaga fasilitas sekolah
4
belum disusun secara berurutan dan yang menggunakannya adalah siswa, sedangkan media
gambar berupa gambar utuh yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dengan
adanya penyusunan gambar guru dapat mengetahui kemampuan siswa dalam memahami
konsep materi dan melatih berfikir logis dan sistematis.
Metode Picture and Picture adalah sebuah pola pengajaran yang menggunakan gambar
sebagai alat bantu pembelajaran yang kemudian gambar tersebut dipasangkan menjadi
suatu urutan. Tujuan Metode Picture and Picture Tujuan dari metode ini adalah untuk
melatih imaginasi dan logika siswa melalui gambar yang digunakan serta mendapatkan
gambaran secara semi konkrit.
Langkah langkah
1. Guru menyampaikan kopetensi yang ingin di capai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru mebagikan lebaran kegiatan siswa yang berisikan foto foto yang berkaitan dengan
materi operasi install ulang sistem komputer
4. Guru mengajak siswa untuk mengamati foto foto operasi install ulang sistem komputer
5. Siswa mendiskusikan tentang pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi
dalam rangka menemukan konsep pemahaman operasi instal ulang sistem komputer
b. Variabel Terikat
Variable terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011, hlmn. 64). Dalam hal ini yang menjadi variable
terikat adalah kemampuan memahami sistem operasi instal ulang.
Terkait dengan hal tersebut, banyak ahli yang memberikan batasan definisi tentang
kemampuan siswa. (Zul (2008: 134) mengemukakan bahwa kemampuan berasal dari kata
mampu yang mempunyai arti dapat atau bisa. Kemampuan juga disebut kompetensi.
Sistem operasi (bahasa Inggris: operating system ; OS) adalah seperangkat program
yang mengelola sumber daya perangkat keras komputer, dan menyediakan layanan umum
untuk aplikasi perangkat lunak. Sistem operasi adalah jenis yang paling penting dari
perangkat lunak sistem dalam sistem komputer.
5
G. Kajian Pustaka
1. Konsep Dasar Tunarungu
a. Definisi Tunarungu
Anak dengan hambatan sensori pendengaran adalah anak yang mengalami hambatan
atau gangguan pada organ pendengaranya, sehingga mengalami kehilangan pendengaran
atau pendengaranya terganggu. Sensori pendengaran merupakan organ penangkap
stimulasi yang bersifat auditif. Dalam paradigma lama, digunakan istilah anak tunarungu
sebagai sebutan untuk anak dengan hambatan sensori pendengaran. Namun dalam
paradigm baru pendidikan anak berkebutuhan khusus, istilah tunarungu tersebut semakin
dihilangkan, untuk menghindari penggunaan labeling yang kurang tepat. Istilah hambatan
sensori pendengaran menunjukkan adanya gangguan pada fungsi organ pendengarannya.
Berdasarkan hal tersebut, dalam pemaparan selanjutnya penulis menggunakan istilah
gangguan pendengaran disamping hambatan sensori pendengaran dengan makna yang
sama.
Kehilangan fungsi pendengaran yang dialami anak bervariasi tingkatnya, dimulai dari
tingkatan ringan sampai yang berat sekali. Kondisi tersebut membawa dampak terhadap
perkembangannya secara kompleks, bukan saja pada aspek komunikasi, melainkan juga
pada aspek lainya seperti kognitif, emosi dan sosial.
Adanya hambatan perkembangan pada berbagai aspek tersebut menimbulkan
hambatan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, atau mengalami hambatan
dalam proses belajarnya. Oleh karena itu, mereka memiliki berbagai kebutuhan khusus
untuk meminimalisasi dampak dari hambatan yang dialaminya, disamping kebutuhan lain
sebagaimana anak pada umumnya.
6
e dalam tunarungu ringan, sedang, agak berat, berat, dan berat sekali (Kirk & Gllagher,
1989:301).
a) Gangguan pendengaran ringan
Anak dengan gangguan pendegaran ringan mengalami kehilangan
pendengaran antara 27- 40 dB. Anak tersebut mengalami kesulitan untuk
mendengar suara yang jatuh sehingga membutuhkan tempat duduk yang letaknya
strategis serta terapi bicara.
7
2) Berdasarkan saat terjadinya, gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a) Ketulian prabahasa, (prelingual deafness) yaitu kehilangan pendengaran yang
terjadi sebelum kemampuan bicara dan bahasa berkembang. Ketulian prabahasa ini
seringkali menimbulkan masalah pendidikan yang serius.
b) Ketulian pasca bahasa (post lingual deafness), yaitu kehilangan pendengaran yang
terjadi setelah berkembangnya kemampuan bicara dan bahasa secara spontan (Kirk
& Gallagher, 1989: 301- 302).
8
c. Karakteristik Anak Tunarungu
Secara umum anak dengan gangguan pendengaran memiliki ciri- ciri sebagai
berikut:
1. Secara nyata tidak mampu mendengar
2. Terlambat perkembangan bahasa
3. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
4. Kurang/ tidak tanggap saat diajakberbicara
5. Ucapan kata tidak jelas
6. Kualitas suara aneh/ monoton
Untuk lebih lengkapnya akan diuraikan ciri- ciri anak bergangguan pendengaran
menurut Streng (dalam Sumekar, Ganda. 2009: hlmn 74), yang disesuaikan dengan
klasifikasinya sebagai berikut:
1) Kehilangan kemampuan mendengar 20- 30 deciBell atau dB (Mild Hearing Losses),
mempunyai ciri- ciri:
a. Sukar mendengar percakapan yang lemah, percakapan melalui pendengaran, tidak
mendapat kesukaran mendengar dalam suasana kelas biasa asalkan tempat duduk
diperhatikan.
b. Mereka menuntut sedikit perhatian khusus dari system sekolah dan kesadaran dari
pihak guru tentang kesulitanya.
c. Tidak mempunyai kelainan bicara
d. Kebutuhan dalam pendidikan perlu latihan membaca ujaran, perlu diperhatikan
mengenai perkembangan penguasaan perbendaharaan kata nya
e. Jika kehilangan pendengaran melebihi 20 dB dan mendekati 30 dB, perlu alat bantu
dengar
9
b. Percakapan lemah hanya bisa ditangkap 50%, dan bila si pembicara tidak terlihat
yang ditangkap akan lebih sedikit atau di bawah 50%.
c. Mereka akan mengalami sedikit kelainan dalam bicara dan perbendaharaan kata
terbatas.
d. Kebutuhan dalam program pendidikan antara lain belajar membaca ujaran, latihan
mendengar, penggunaan alat bantu dengar, latihan bicara, latihan artikulasi dan
perhatian dalam perkembangan perbendaharaan kata
e. Bila kecerdasanya diatas rata- rata dapat ditempatkan di kelas biasa asalkan tempat
duduk diperhatikan. Bagi yang kecerdasan kurang memerlukan kelas khusus.
10
d. Kadang- kadang mereka dapat dilatih untuk dapat mendengar dengan alat bantu
dengar dan selanjutnya dapat digolongkan terhadap kelompok kurang dengar
e. Mereka masih bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, misalnya mesin pesawat
terbang, klakson mobil, dll.
f. Karena masih mempunyai sisa pendengaran mereka dapat dilatih melalui latihan
pendengaran (Auditiry training)
g. Mereka dapat membedakan huruf hidup tetapi tidak dapat membedakan bunyi-
bunyi huruf konsonan
h. Diperlukan latihan membaca ujaran dan pelajaran yang dapat mengembangkan
bahasa dan bicara dari guru khusus, karena itu mereka harus dimasukkan ke SLB/B,
kecuali bagi anak genius dapat mengikuti kelas normal.
11
2. Konsep operasi komputer
a. Definisi komputer
Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut prosedur yang telah
dirumuskan. Kata computer pada awalnya dipergunakan untuk menggambarkan orang
yang perkerjaannya melakukan perhitungan aritmetika, dengan atau tanpa alat bantu, tetapi
arti kata ini kemudian dipindahkan kepada mesin itu sendiri.
H. Kerangka Berfikir
Tunarungu adalah anak yang karena beberapa hal menjadikan pendengaranya
mendapat gangguan atau mengalami kerusakan sehingga sangat menganggu aktifitas
kehidupanya. Siswa tunarungu memiliki hambatan dalam menerima informasi secara
12
auditori, oleh sebab itu dapat mengoptimalkan indera- indera lain seperti pengelihatan.
Karena hambatan pendengaran yang mereka alami seringkali membuat mereka mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi.
Metode picture and picture dapat membantu siswa dalam meningkatkan
kemampuan install ulang sistem komputer .
Metode
picture and Pemahama
picture n
rendah
Metode picture and picture yang
menarik siswa dapat berimajinasi
tentang apa yang mereka lihat
kemudian mengaplikasi kan
dalam bentuk yang sebenar nya
1. Pembelajaran
secara visual
2. Pembelajaran
bervariasi
Nilai- nilai yang
terkandung:
1. Berwarna
2. Menarik
3. menyenangkan
4. visual
Dilatih Meningkat
13
Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2011, hlmn. 99) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah
menyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah
Terdapat pengaruh dari penggunaan metode picture and picture terhadap kemampuan
install ulang sistem komputer pada siswa tunarungu di SLBN Cicendo Bandung pada
kelas XII SMALB.
I. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen.
Menurut (Sugiyono, 2011, hlmn. 11) metode penelitian eksperimen dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment tertentu
(perlakuan) dalam kondisi yang terkontrol (laboratorium). Penelitian eksperimen ini
menggunakan subjek tunggal (Single Subject Research) dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh dari setiap perlakuan (intervensi) yang diberikan kepada subjek
secara berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Rosnow dan Rosenthal (dalam Sunanto, 2005, hlm. 56) mengemukakan
desain penelitian eksperimen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: (1) desain
kelompok (group design) dan (2) desain tunggal (single subject design). Desain kelompok
memfokuskan pada data yang berasal dari kelompok individu, sedangkan desain subyek
tunggal memfokuskan pada data individu sebagai sampel penelitian . Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan eksperimen dengan subjek tunggal atau Single Subject Design (SSR)
dengan desain reversal yaitu desain A-B-A. Menurut (Sunanto, 2005, hlmn. 61) desain A-
B-A merupakan salah satu pengembangan dari desain A-B, desain A-B-A ini telah
menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dengan variabel
bebas.
14
Desain A-B-A memiliki tiga tahap yaitu baseline-1 (A-1), intervensi (B), baseline-2
(A-2). Adapun grafik desain A-B-A dapat digambarkan pada grafik berikut.
Target Behavior
Sesi (Waktu)
Subjek penelitian dipilih berdasarkan hasil observasi dan asesmen yang dilakukan oleh
peneliti. Berdasarkan hasil observasi dan asesmen dalam pembelajaran komputer Y
terlihat , hal tersebut dikarenakan Y kurang menguasai operasi sistem komputer. Terlihat
saat guru memberikan interuksi pada siswa untuk melakukan operasi sistem komputer Y
mengalami kesulitan memahami nya.
15
3. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
b. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk lembar
pengamatan kerja siswa. Lembar pengamatan yang telah dibuat harus diujicobakan terlebih
dahulu untuk mengetahui kelayakan dari instrumen tersebut. data yang telah diujicobakan
selanjutnya akan diolah dan dianalisis agar mendapatkan gambaran mengenai validitas dan
reliabilitas instrumen penelitian.
16
Sementara itu statistik deskriptif yang digunakan pada penelitian eksperime subjek
tunggal adalah statistik deskriptif sederhana dimana data dari hasil penelitian digambarkan
secara detail dalam bentuk grafik atau diagram dengan demikian akan terlihat jelas apakah
ada pengaruh positif atau negatif dari suatu intervensi terhadap target behavior.
J. Daftar Pustaka
http://dewirima26fkipuns.blogspot.co.id/2014/05/metode-pembelajaran-picture-and-
picture.html
http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-picture-and-picture.html
Astati, dkk . 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Jurusan Pendidikan
Khusus FIP UPI.
Deco. 2010. Bab XIII Pendidikan Dan Kebudayaan Pasal 31 UDD 1945. http://tugas-
dey.blogspot.co.id/2010/02/bab-xiii-pendidikan-dan-kebudayaan.html. Diakses 1
oktober 2016.
http://kaizercadllelfirdaus.blogspot.co.id/
http://kaizercadllelfirdaus.blogspot.co.id/2016/04/model-pembelajaran-picture-and-
picture.html
17
Sarif, Husin. 2013. Manfaat dari Menguasai Vocabulary.
http://www.carabelajarmudahbahasainggris.com/2015/01/manfaat-dari-menguasai-
vocabulary.html. Diakses 13 Novemberr 2016.
Sugiyono, (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
18