Anda di halaman 1dari 18

PENGUNAAN METODE PICTURE AND PICTURE DALAM

OPERASI INSTALL ULANG SISTEM KOMPUTER PADA SISWA


TUNARUNGU KELAS XII SLBN CICENDO
KOTA BANDUNG

A. Latar Belakang
Anak tunarungu adalah adalah anak yang mengalami hambatan atau gangguan pada
organ pendengaranya, sehingga mengalami kehilangan pendengaran atau pendengaranya
terganggu. Sensori pendengaran merupakan organ penangkap stimulasi yang bersifat
auditif. Dalam paradigma lama, digunakan istilah anak tunarungu sebagai sebutan untuk
anak dengan hambatan sensori pendengaran. Namun dalam paradigm baru pendidikan
anak berkebutuhan khusus, istilah tunarungu tersebut semakin dihilangkan, untuk
menghindari penggunaan labeling yang kurang tepat. Istilah hambatan sensori
pendengaran menunjukkan adanya gangguan pada fungsi organ pendengarannya.
Berdasarkan hal tersebut, dalam pemaparan selanjutnya penulis menggunakan istilah
gangguan pendengaran disamping hambatan sensori pendengaran dengan makna yang
sama..
Pada umumnya anak tunarungu memiliki intelegensi normal atau rata- rata, akan
tetapi karena perkembangan intelegensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa
maka anak tunarungu akan menampakkan intelegensi yang rendah disebabkan oleh
kesulitan memahami bahasa anak. Anak tunarungu akan mempunyai prestasi lebih rendah
jika dibandingkan dengan anak normal atau mendengar untuk materi pelajaran yang
diverbalisasikan. Tetapi untuk materi yang tidak diverbalisasikan, prestasi anak tunarungu
akan seimbang dengan anak yang mendengar.
Sekolah luar biasa merupakan suatu lembaga pendidikan formal bagi yang
mempunyai tugas pokok dalam membantu peserta didik mencapai perkembangan yang
optimal sesuai dengan tingkat jenis hambatannya. Pendidikan adalah wadah agar anak
tunarungu dapat berkembang layaknya anak yang normal pendengarannya. Sekolah suatu
lembaga untuk mengembangkan kemampuan anak. Dari lembaga inilah anak tunarungu
dapat mengembangkan bakatnya, memperluas pengetahuanya dan menerima berbagai
keterampilan yang telah tersedia.

1
Hak anak tunarungu memperoleh pendidikan dan pengajaran dilindungi oleh
Undang- Undang Dasar 1945 bab XIII pasal 31 ayat 1 yang berbunyi: Tiap- tiap warga
Negara berhak mendapatkan pengajaran pernyataan tersebut mengandung makna bahwa
semua warga negara tidak terkecuali warga negara yang tunarungu, berhak mendapatkan
pendidikan dan pengajaran.
Berdasarkan hasil observasi, salah satu pesertadidik masih sangat kurang dalam
memahami sistem komputer. Terlihat saat sebuah komputer menggalami kerusakan pada
sistem peserta didik tidak dapat memperbaikin nya kembali di karenakan peserta didik
tidak terlalu memahami sistem operasi komputer. Masalah ini disebabkan karena
kurangnya informasi tetang sistem komputer dan juga secara audiotori yang didapat oleh
peserta didik, sehingga siswa mengalami keterlambatan dalam memahami sebuah
informasi, sehinnga siswa membutuhkan media atau metode yang tepat untuk menigkatkan
kemampuan anak dalam memahami pelajaran.
Pemahman komputer sangat penting bagi peserta didik tidak terkecuali bagi siswa
tunarungu, karena pembelajaran komputer sangat di butuhkan di era sekarang yang di mana
teknologi semakin cepat berkembang. Pembelajaran komputer tidak hanya memahami
operasi komputer saja, tetapi peserta didik juga harus mampu untuk menjaga atau
memperbaiki sistem pengoperasian komputer itu sendiri
Install ulang sistem komputer adalah salah satu cara memperbaiki sebuah
komputer, dengan memiliki sebuah keterampilan instal ulang komputer peserta didik dapat
menjaga dan memperbaiki fasilitas komputer yang ada di sekolah atau pun di luar sekolah.
Keterampilan ini juga dapat di kembangkan ke dunia kerja yang di mana bagi peserta didik
yang mengalami hambatan ini bisa jadi sebuah peluang untuk masuk dalam dunia kerja
Berdasarkan permasalahan di atas yang peneliti kemukakan, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul Pengunaan metode picture and picture terhadap
operasi install ulang komputer pada siswa tunarungu kelas XII pada SLBN Cicendo
Bandung

2
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti
mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Siswa tunarungu SLBN Cicendo Bandung masih sangat sedikit dalam menguasai
sistem operasi computer
2. Siswa tunarungu SLBN Cicendo Bandung belum memahami cara menjaga dan
memperbaiki sistem operasi komputer
3. Metode yang di gunakan dalam pembelajran belum dapat memaksimalkan pemahaman
anak dalam memahami sistem komputer

C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang semula direncanakan
sehingga mempermudah mendapatkan informasi yang diperlukan, maka penulis Peneliti
lebih memfokuskan anak dalam install ulang sistem komputer dengan mengunakan
metode picture and picture

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai
berikut: apakah penggunaan metode picture and picture dapat meningkatkan pemahaman
install ulang komputer ?.

E. Tujuan Penelitian dan KegunaanPenelitian


a. Tujuan Penelitian
1) Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan metode
picture and picture dalam meningkatkan pemahaman install ulang sistem .

2) Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

3
1. Mengetahui kemampuan operasi install ulang sistem komputer siswa
tunarungu di SLBN Cicendo Bandung sebelum diberikan intervensi.
2. Mengetahui kemampuan operasi install ulang sistem komputer pada siswa
tunarungu di SLBN Cicendo Bandung setelah diberikan intervensi.
3. Mengetahui pengaruh penggunaan metode picture and picture terhadap
pembelajran operasi install ulang sistem komputer pada anak tunarungu di
SLBN Cicendo bandung

b. Manfaat Penelitian
1) Bagi guru, sebagai bahan masukan yang positif bahwa pengunaan metode picture
and picture bisa menjadi wadah pendidikan dan keterampilan, khususnya dalam
meningkatkan kemampuan operasi intall ulang komputer pada peserta didik
tunarungu.
2) Bagi siswa dengan menerapkan metode picture and picture siswa dapat
meningkatkan kemampuan operasi install ulang sistem komputer
3) Bagi sekolah hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas pesertadidik dalam
memahami komputer dan membantu sekolah dalam menjaga fasilitas sekolah

F. Definisi Operasional Variabel


a. Variabel Bebas
Variabel bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
berubahanya atau timbulnya variabel terikat. (Sugiyono, 2011, hlmn. 64). Dalam hal ini
yang menjadi variabel bebas adalah metode picture and picture.
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Eka Prihatin, 2008:59
dalam KBBI).
Menurut Ahmadi (2011) Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Picture and
Picture ini berbeda dengan media gambar dimana Picture and Picture berupa gambar yang

4
belum disusun secara berurutan dan yang menggunakannya adalah siswa, sedangkan media
gambar berupa gambar utuh yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dengan
adanya penyusunan gambar guru dapat mengetahui kemampuan siswa dalam memahami
konsep materi dan melatih berfikir logis dan sistematis.
Metode Picture and Picture adalah sebuah pola pengajaran yang menggunakan gambar
sebagai alat bantu pembelajaran yang kemudian gambar tersebut dipasangkan menjadi
suatu urutan. Tujuan Metode Picture and Picture Tujuan dari metode ini adalah untuk
melatih imaginasi dan logika siswa melalui gambar yang digunakan serta mendapatkan
gambaran secara semi konkrit.

Langkah langkah
1. Guru menyampaikan kopetensi yang ingin di capai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru mebagikan lebaran kegiatan siswa yang berisikan foto foto yang berkaitan dengan
materi operasi install ulang sistem komputer
4. Guru mengajak siswa untuk mengamati foto foto operasi install ulang sistem komputer
5. Siswa mendiskusikan tentang pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi
dalam rangka menemukan konsep pemahaman operasi instal ulang sistem komputer

b. Variabel Terikat
Variable terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011, hlmn. 64). Dalam hal ini yang menjadi variable
terikat adalah kemampuan memahami sistem operasi instal ulang.
Terkait dengan hal tersebut, banyak ahli yang memberikan batasan definisi tentang
kemampuan siswa. (Zul (2008: 134) mengemukakan bahwa kemampuan berasal dari kata
mampu yang mempunyai arti dapat atau bisa. Kemampuan juga disebut kompetensi.
Sistem operasi (bahasa Inggris: operating system ; OS) adalah seperangkat program
yang mengelola sumber daya perangkat keras komputer, dan menyediakan layanan umum
untuk aplikasi perangkat lunak. Sistem operasi adalah jenis yang paling penting dari
perangkat lunak sistem dalam sistem komputer.

5
G. Kajian Pustaka
1. Konsep Dasar Tunarungu
a. Definisi Tunarungu
Anak dengan hambatan sensori pendengaran adalah anak yang mengalami hambatan
atau gangguan pada organ pendengaranya, sehingga mengalami kehilangan pendengaran
atau pendengaranya terganggu. Sensori pendengaran merupakan organ penangkap
stimulasi yang bersifat auditif. Dalam paradigma lama, digunakan istilah anak tunarungu
sebagai sebutan untuk anak dengan hambatan sensori pendengaran. Namun dalam
paradigm baru pendidikan anak berkebutuhan khusus, istilah tunarungu tersebut semakin
dihilangkan, untuk menghindari penggunaan labeling yang kurang tepat. Istilah hambatan
sensori pendengaran menunjukkan adanya gangguan pada fungsi organ pendengarannya.
Berdasarkan hal tersebut, dalam pemaparan selanjutnya penulis menggunakan istilah
gangguan pendengaran disamping hambatan sensori pendengaran dengan makna yang
sama.
Kehilangan fungsi pendengaran yang dialami anak bervariasi tingkatnya, dimulai dari
tingkatan ringan sampai yang berat sekali. Kondisi tersebut membawa dampak terhadap
perkembangannya secara kompleks, bukan saja pada aspek komunikasi, melainkan juga
pada aspek lainya seperti kognitif, emosi dan sosial.
Adanya hambatan perkembangan pada berbagai aspek tersebut menimbulkan
hambatan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, atau mengalami hambatan
dalam proses belajarnya. Oleh karena itu, mereka memiliki berbagai kebutuhan khusus
untuk meminimalisasi dampak dari hambatan yang dialaminya, disamping kebutuhan lain
sebagaimana anak pada umumnya.

b. Klasifikasi Anak Tunarungu


Gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu tingkat
kehilangan pendegaran, saat terjadinya gangguan/ kehilangan, letak gangguan
pendengaran secara antomis, secara etiologi
1) Berdasarkan tingkat kehilangan pendgaran mealui tes pendengaran dengan
menggunakan audiometer, gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan secara khusus

6
e dalam tunarungu ringan, sedang, agak berat, berat, dan berat sekali (Kirk & Gllagher,
1989:301).
a) Gangguan pendengaran ringan
Anak dengan gangguan pendegaran ringan mengalami kehilangan
pendengaran antara 27- 40 dB. Anak tersebut mengalami kesulitan untuk
mendengar suara yang jatuh sehingga membutuhkan tempat duduk yang letaknya
strategis serta terapi bicara.

b) Gangguan pendengaran sedang


Anak dengan gangguan pendengaran sedang mengalami kehilangan
pendegaran anatar 41- 55 dB. Anak tersebut dapat mengerti percakapan dari jarak
3- 5 feet secara berhadapan (face to face), tetapi tidak dapt mengikuti diskusi kelas.
Ia membuthkan alat bantu dengar serta terapi bicara.
c) Gangguan pendengaran agak berat
Anak dengan gangguan pendengaran agak berat mengalami kehilangan
pendegaran antara 56- 70 dB. Anak tersebut hanya dapt mendengar suara dari jarak
dekkat, sehingga ia perlu menggunakan hearing aid. Kepada anak tersebut perlu
diberikan latihan pendengaran serta latihan intensif untuk mnegembangkan
kemampuan bicara dan bahasanya.
d) Anak dengan gangguan pendegaran berat
mengalami kehilangan pendengaran antara 71- 90 dB, sehingga ia hanya
dapat mendengar suara- suara yang keras dari jarak dekat. Anak tersebut
membutuhkan pendidikan khusus secara intensif, alat bantu dengar, serta latihan
untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya.
e) Gangguan pendengaran berat sekali
Anak dengan gangguan pendengaran berat sekali mengalami kehilangan
pendengaran lebih dari 91 dB. Anak ini mungkn masih menyadari suara yang keras
dan getaranya (vibrations). Ia lenih mengandalkan pengelihatanya dari pada
pendengaranya dalam proses penerimaan informasi dan yang bersangkutan betul-
betul tuli (deaf)

7
2) Berdasarkan saat terjadinya, gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a) Ketulian prabahasa, (prelingual deafness) yaitu kehilangan pendengaran yang
terjadi sebelum kemampuan bicara dan bahasa berkembang. Ketulian prabahasa ini
seringkali menimbulkan masalah pendidikan yang serius.
b) Ketulian pasca bahasa (post lingual deafness), yaitu kehilangan pendengaran yang
terjadi setelah berkembangnya kemampuan bicara dan bahasa secara spontan (Kirk
& Gallagher, 1989: 301- 302).

3) Berdasarkan letak gangguan pendengaransecara anatomis, gangguan pendengaran


dapat diklasisfikasikan sebcagai berikut:
a) Gangguan pendengaran tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran yang
disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga bagian luar dan tengah. Telinga
bagian tersebut berfungsi sebagai alat konduksi atau penghantar getaran suara
menuju telinga bagian dalam.
b) Gangguan pendengaran tipe sensorineural, disebabkan oleh terjadinya kerusakan
pada telinga dalam serta syaraf pendengaran (nervus Choclearis).
c) Gangguan pendengaran tipe campuran yang merupakan gabungan tpe konduktif
dan sesorineural, artinya kerusakan aterjadi pada telinga luar/ tengah dengan telinga
dalam/ syaraf pendengaran.

4) Berdasarkan etiologi, gangguan pendengaran diklasifikasikan sebagai berikut:


a) Gangguan pendengaran endogen, yaitu gangguan yang disebabkan oleh faktor
genetik
b) Gangguan pendengaran eksogen, yaitu gangguan yang disebabkan oleh faktor non
genetik.

8
c. Karakteristik Anak Tunarungu
Secara umum anak dengan gangguan pendengaran memiliki ciri- ciri sebagai
berikut:
1. Secara nyata tidak mampu mendengar
2. Terlambat perkembangan bahasa
3. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
4. Kurang/ tidak tanggap saat diajakberbicara
5. Ucapan kata tidak jelas
6. Kualitas suara aneh/ monoton

Untuk lebih lengkapnya akan diuraikan ciri- ciri anak bergangguan pendengaran
menurut Streng (dalam Sumekar, Ganda. 2009: hlmn 74), yang disesuaikan dengan
klasifikasinya sebagai berikut:
1) Kehilangan kemampuan mendengar 20- 30 deciBell atau dB (Mild Hearing Losses),
mempunyai ciri- ciri:
a. Sukar mendengar percakapan yang lemah, percakapan melalui pendengaran, tidak
mendapat kesukaran mendengar dalam suasana kelas biasa asalkan tempat duduk
diperhatikan.
b. Mereka menuntut sedikit perhatian khusus dari system sekolah dan kesadaran dari
pihak guru tentang kesulitanya.
c. Tidak mempunyai kelainan bicara
d. Kebutuhan dalam pendidikan perlu latihan membaca ujaran, perlu diperhatikan
mengenai perkembangan penguasaan perbendaharaan kata nya
e. Jika kehilangan pendengaran melebihi 20 dB dan mendekati 30 dB, perlu alat bantu
dengar

2) Kehilangan kemampuan mendengar 30- 40 dB (Marginal Hearing Losess), ciri-


cirinya:
a. Mereka mengerti percakapan biasa pada jarak satu meter. Mereka sulit menangkap
percakapan dengan pendengaran pada jarak normal dan kadang- kadang mereka
mendapat kesulitan menangkap percakapan kelompok.

9
b. Percakapan lemah hanya bisa ditangkap 50%, dan bila si pembicara tidak terlihat
yang ditangkap akan lebih sedikit atau di bawah 50%.
c. Mereka akan mengalami sedikit kelainan dalam bicara dan perbendaharaan kata
terbatas.
d. Kebutuhan dalam program pendidikan antara lain belajar membaca ujaran, latihan
mendengar, penggunaan alat bantu dengar, latihan bicara, latihan artikulasi dan
perhatian dalam perkembangan perbendaharaan kata
e. Bila kecerdasanya diatas rata- rata dapat ditempatkan di kelas biasa asalkan tempat
duduk diperhatikan. Bagi yang kecerdasan kurang memerlukan kelas khusus.

3) Kehilangan kemampuan mendengar 40- 60 dB (Moderat Hearing Losess), ciri- cirinya:


a. Mereka mempunyai pendengaran yang cukup untuk mempelajari bahasa dan
percakapan, memerlukan alat bantu mendengar
b. Mereka mengerti percakapan yang keras pada jarak satu meter
c. Mereka sering salah faham, mengalami kesukaran- kesukaran di sekolah umum,
mempunyai kelainan umum
d. Untuk program pendidikan mereka membutuhkan alat bantu dengar untuk
menguatkan sisa pendengaranya dan penambahan alat- alat bantu pengajaran yang
sifatnya visual, perlu latihan artikulasi dan membaca ujaran serta perlu pertolongan
khusus dalam bahasa.

4) Kehilangan kemampuan mendengar 60- 70 dB (Severe Hearing Losess), ciri- cirinya:


a. Mereka mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan
menggunakan alat bantu dengar dan dengan cara khusus
b. Karena mereka tidak belajar bahasa dan percakapan secara spontan pada usia muda,
mereka kadang- kadang disebut Tuli secara pendidikan (Educationally), yang
berarti mereka dididik seperti orang yang sungguh- sungguh tuli.
c. Mereka diajar dalam satu kelas yang khusus untuk anak- anak begangguan
pendengaran, karena mereka tidak cukup sisa pendengaranya untuk belajar bahasa
dan bicara melalui telinga, walaupun masih mempunyai sisa pendengaran yang
digunakan dalam pendidikan

10
d. Kadang- kadang mereka dapat dilatih untuk dapat mendengar dengan alat bantu
dengar dan selanjutnya dapat digolongkan terhadap kelompok kurang dengar
e. Mereka masih bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, misalnya mesin pesawat
terbang, klakson mobil, dll.
f. Karena masih mempunyai sisa pendengaran mereka dapat dilatih melalui latihan
pendengaran (Auditiry training)
g. Mereka dapat membedakan huruf hidup tetapi tidak dapat membedakan bunyi-
bunyi huruf konsonan
h. Diperlukan latihan membaca ujaran dan pelajaran yang dapat mengembangkan
bahasa dan bicara dari guru khusus, karena itu mereka harus dimasukkan ke SLB/B,
kecuali bagi anak genius dapat mengikuti kelas normal.

5) Kehilangan kemampuan mendengar 75 dB ke atas (Profound Hearing Losses),c ciri-


cirinya
a. Mereka dapt mendengar suara yang keras dari jarak satu inci (2,54 cm) atau sama
sekali tidak mendengar
b. Mereka tidak sadar akan bunyi- bunyi kelas, tetapi mungkin ada reaksi akalu dekat
dengan telinga, meskipun menggunakan pengeras suara mereka tidak dapat
menggunakan pendengaranya untuk menangkap dan memahami bahasa
c. Mereka tidak belajar bahasa dan bicara melalui pendengaran walaupun
menggunakan alat bantu dengar (hearing aid)
d. Mereka memerlukan pengajaran khusus yang intensif di segala bidang, tanpa
menggunakan mayoritas indera pendengaran
e. Yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pendidikan ialah: membaca ujaran.
Latihan mendengar, fungsinya untuk mempertahankan sisa pendengaran yang
masih ada, meskipun hanya sedikit
f. Diperlukan teknik khusus untuk mengembangkan bicara dengan metode visual,
taktil, kinestetik, serta semua hal yang dapat membantu terhadap perkembangan
bicara dan bahasanya.

11
2. Konsep operasi komputer
a. Definisi komputer
Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut prosedur yang telah
dirumuskan. Kata computer pada awalnya dipergunakan untuk menggambarkan orang
yang perkerjaannya melakukan perhitungan aritmetika, dengan atau tanpa alat bantu, tetapi
arti kata ini kemudian dipindahkan kepada mesin itu sendiri.

b. Definisi operasi intal ulang komputer


Operasi intal ulang komputer atau yang sering di sebut intal ulang komputer adalah
salah satu cara mengembalikan atau memperbaiki sebuah perangkat komputer yang
mengalami ganguan atau kerusakan pada sistem operasi (OS) itu sendiri. Dengan
menlakukan operasi intal ulang komputer makan sebuah komputer akan mengalami
sebuah pembaharuan sistem kembali

c. Manfaat Mempelajari operasi instal ulang komputer


Mempelajari operasi install ulang sistem komputer dapat membantu peserta didik
untuk memahami sistem kerja operasi komputer itu sendiri, dengan memahami operasi
komputer makan peserta didik dapat melakukan operasi install ulang sistem komputer
yang di mana install ulang sistem komputer adalah sebuah kemampuan untuk
memperbaiki komputer yang mengalami kerusakan atau kegagalan dapa sistem operasi
komputer itu sendiri.
Dengan memahami operasi install ulang sistem komputer maka peserta didik
mendapatkan keterampilan khusu untuk memperbaiki sebuah komputer.

H. Kerangka Berfikir
Tunarungu adalah anak yang karena beberapa hal menjadikan pendengaranya
mendapat gangguan atau mengalami kerusakan sehingga sangat menganggu aktifitas
kehidupanya. Siswa tunarungu memiliki hambatan dalam menerima informasi secara

12
auditori, oleh sebab itu dapat mengoptimalkan indera- indera lain seperti pengelihatan.
Karena hambatan pendengaran yang mereka alami seringkali membuat mereka mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi.
Metode picture and picture dapat membantu siswa dalam meningkatkan
kemampuan install ulang sistem komputer .

Tunarungu adalah anak yang karena beberapa hal menjadikan


pendengaranya mendapat gangguan atau mengalami kerusakan
sehingga sangat menganggu aktifitas kehidupanya.

Metode
picture and Pemahama
picture n

rendah
Metode picture and picture yang
menarik siswa dapat berimajinasi
tentang apa yang mereka lihat
kemudian mengaplikasi kan
dalam bentuk yang sebenar nya

1. Pembelajaran
secara visual
2. Pembelajaran
bervariasi
Nilai- nilai yang
terkandung:

1. Berwarna
2. Menarik
3. menyenangkan
4. visual
Dilatih Meningkat

13
Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2011, hlmn. 99) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah
menyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah
Terdapat pengaruh dari penggunaan metode picture and picture terhadap kemampuan
install ulang sistem komputer pada siswa tunarungu di SLBN Cicendo Bandung pada
kelas XII SMALB.

I. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen.
Menurut (Sugiyono, 2011, hlmn. 11) metode penelitian eksperimen dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment tertentu
(perlakuan) dalam kondisi yang terkontrol (laboratorium). Penelitian eksperimen ini
menggunakan subjek tunggal (Single Subject Research) dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh dari setiap perlakuan (intervensi) yang diberikan kepada subjek
secara berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Rosnow dan Rosenthal (dalam Sunanto, 2005, hlm. 56) mengemukakan
desain penelitian eksperimen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: (1) desain
kelompok (group design) dan (2) desain tunggal (single subject design). Desain kelompok
memfokuskan pada data yang berasal dari kelompok individu, sedangkan desain subyek
tunggal memfokuskan pada data individu sebagai sampel penelitian . Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan eksperimen dengan subjek tunggal atau Single Subject Design (SSR)
dengan desain reversal yaitu desain A-B-A. Menurut (Sunanto, 2005, hlmn. 61) desain A-
B-A merupakan salah satu pengembangan dari desain A-B, desain A-B-A ini telah
menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dengan variabel
bebas.

14
Desain A-B-A memiliki tiga tahap yaitu baseline-1 (A-1), intervensi (B), baseline-2
(A-2). Adapun grafik desain A-B-A dapat digambarkan pada grafik berikut.

Baseline (A1) Intervensi (B) Baseline (A2)

Target Behavior

Sesi (Waktu)

2. Subjek Penelitian dan Tempat Penelitian


Subjek penelitian yang diambil adalah seorang peserta didik tunarungu di SLBN A
Citeureup Cimahi dengan identitas sebagai berikut:
Nama :Y
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-Laki
Kelas : XII- SMALB

Subjek penelitian dipilih berdasarkan hasil observasi dan asesmen yang dilakukan oleh
peneliti. Berdasarkan hasil observasi dan asesmen dalam pembelajaran komputer Y
terlihat , hal tersebut dikarenakan Y kurang menguasai operasi sistem komputer. Terlihat
saat guru memberikan interuksi pada siswa untuk melakukan operasi sistem komputer Y
mengalami kesulitan memahami nya.

15
3. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

a. Teknik Pengumpulan Data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang dapat memperlihatkan
pengaruh penggunaan metode picture and picture untuk peningkatan kemampuan operasi
install sistem komputer
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa tes. Menurut Margono (2009:
hlmn 170) mengungkapkan bahwa tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang
diberikan seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dijadikan dasar bagi
penetapan skor angka. Tes dilakukan pada fase 1 sebelum mendapatkan perlakuan. Pada
fase treatment ini subjek mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan
media animasi gambar, selanjutnya dibebrikan tesulang pada fase baseline 2 untuk
mengukur tingkat pemahaman subjek dalam meningkatkan kemampuan membuat kalimat.
Tujuan tes ini adalah untuk mengukur tingkat penggunaan picture and picture untuk
meningkatkan kemampuan mebuat kalimat.

b. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk lembar
pengamatan kerja siswa. Lembar pengamatan yang telah dibuat harus diujicobakan terlebih
dahulu untuk mengetahui kelayakan dari instrumen tersebut. data yang telah diujicobakan
selanjutnya akan diolah dan dianalisis agar mendapatkan gambaran mengenai validitas dan
reliabilitas instrumen penelitian.

c. Teknik Pengolahan Data


Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis statistik deskriptif, Sugiyono ( 2013: 147) dalam tulisan Suci Maryani menyatakan
bahwa:
Statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi.

16
Sementara itu statistik deskriptif yang digunakan pada penelitian eksperime subjek
tunggal adalah statistik deskriptif sederhana dimana data dari hasil penelitian digambarkan
secara detail dalam bentuk grafik atau diagram dengan demikian akan terlihat jelas apakah
ada pengaruh positif atau negatif dari suatu intervensi terhadap target behavior.

J. Daftar Pustaka

Ali, Mohammad. 2007. Modul Teori dan Praktek Pembelajaran Pendidikan


Dasar.Bandung: UPI Press.
Dikutip dari pengeritan kalimat dan kemampuan

http://dewirima26fkipuns.blogspot.co.id/2014/05/metode-pembelajaran-picture-and-
picture.html

http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-picture-and-picture.html

Astati, dkk . 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Jurusan Pendidikan
Khusus FIP UPI.

Basindo_a.blogspot.com . 2011. Menulis Artikel Ilmiah.


http://basindoa.blogspot.co.id/2010/01/vocabulary-dalam-bahasa-inggris.html.
Diakses 13 November 2016.

Deco. 2010. Bab XIII Pendidikan Dan Kebudayaan Pasal 31 UDD 1945. http://tugas-
dey.blogspot.co.id/2010/02/bab-xiii-pendidikan-dan-kebudayaan.html. Diakses 1
oktober 2016.

http://kaizercadllelfirdaus.blogspot.co.id/

http://kaizercadllelfirdaus.blogspot.co.id/2016/04/model-pembelajaran-picture-and-
picture.html

Ganda, Sumekar. 2009. Anak Berkebutuhan Khusus. Padang: UNP Press.

17
Sarif, Husin. 2013. Manfaat dari Menguasai Vocabulary.
http://www.carabelajarmudahbahasainggris.com/2015/01/manfaat-dari-menguasai-
vocabulary.html. Diakses 13 Novemberr 2016.
Sugiyono, (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Sunanto, J, dkk. (2005). Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Bandung: Universitas


Pendidikan Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai