Anda di halaman 1dari 12

Stuktur dan Mekanisme Penghantaran Impuls Medulla Spinalis

Kelompok F5

Kressa stiffensi saparang (102010126)


Martha simanjuntak (102013226)
Fendy (102013345)
Elva Patabang (102014029)
Andres Vidianto Salim (102014048)
Esa Claudia Haning (102014171)
Thavinaash Ramany (102014239)
Wulan Sri Astuti (102014254)

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510
Telp : 021-56942061, Fax : 021-5631731

1
Abstrak
Aktivitas di dalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Salah satunya adalah sistem
saraf pusat yang terdiri dari otak dan medulla spinalis. Rangsangan yang ada dari luar atau
tanggapan dari tubuh akan rangsangan tersebut terjadi karena adanya hubungan antar saraf
melalui sebuah mekanisme penghantaran impuls. Dimana mekanisme penghantaran impuls
ini melalui sistem motorik dan sistem sensorik dan penghantarannya. Pada saat penghantaran
impus, impuls dapat dihambat oleh zat-zat kimia yang menghambat kerja dari impuls tersebut
yang disebut dengan neurotransmitter, contohnya norepinefrine dan serotonin. Zat-zat kimia
ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron. Adapun zat-zat yang berguna untuk
menunjang kerja dari sistem saraf, yaitu vitamin neurotropik, yaitu vitamin B1, B6 dan B12.

Kata kunci: Saraf, medulla spinalis, neurotransmitter, neurotropik

Abstract

Activity in the body controlled by the nervous system .One of the nervous system is the
central nervous system, there are brain and spinal cord . The stimulation from outside or
response from the body will be responsed because of the relationship between nerve through
the impulses mechanism. This mechanism are motoric ans sensoric system. Impulses can be
blocked by chemical substances, neurotransmitter such as norepinefrine and serotonin .
These chemical substances causes permeability modification of neuron cell. There are some
useful substances to support the work of the nervous system : vitamin neurotropik such as
vitamin b1 , b6 and b12 .

Keyword: Nerves, spinal cord, neurotransmitter, neurotropc

Pendahuluan

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri
terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan
stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas atau
sensitivitas terhadap stimulus dan konduktivitas atau kemampuan untuk mentransmisi suatu
respons terhadap stimulasi diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama : Input sensorik,
sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor, yang terletak di tubuh baik
eksternal (reseptor somatic) maupun internal (reseptor viseral). Antivitas integrati, reseptor
mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak

2
dan medulla spinalis yang kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus
sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi. Output motorik, input dari otak dan medulla
spinalis memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh yang disebut sebagai
efektor.

Struktur Makroskopis Medulla Spinalis

Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh yang berfungsi melindungi Medulla spinalis
dan menunjang berat kepala serta batang tubuh.1 Columna vertebralis terdiri atas vertebrae
cervicales, vertebrae thoracicae, vertebrae lumbales, os sacrum, dan os coccygis. Sedangkan
medulla spinalis sendiri tersusun atas segmenta cervicalia (C1-C8), segmenta thoracica (T1-
T12), segmenta lumbalia (L1-L5), segmenta sacralia (S1-S5) dan segmenta coccygea (Co1-
Co3). Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang berbentuk seperti pedang dan
berdiameter 1-1,5 cm. Medulla spinalis memanjang dari medulla oblongata di Truncus
encephali. Segmenta cervicalia et lumbalia bertambah diameternya dan membentuk
intumenscentia cervicalis (C5-T1) dan Intumescentia lumbosacralis (L2-S3). Di struktur ini
terdapat banyak neuron dan serabut saraf yang terutama mengurusi persarafan ektremitas.
Pada orang dewasa, Medulla spinalis hanya meluas hingga ketingkat vertebrae lumbales LI
LII. Dibawah LI-LII susunan nervi spinalis di dalam canalis vertebralis menyerupai ekor
kuda sehingga dinamai cauda equina (gambar 1).2

Medulla spinalis menerima darah yang berasal dari arteri spinalis yang merupakan cabang
dari Aa. Vertebrali, interkostalis, lumbalis, dan sacralis lateral. Arteri arteri di medulla
spinalis (gambar 1) dilihat dari ventral terdapat tiga sumber suplai arteri untuk medulla
spinalis :2

Melalui A. Subclavia (servikal) lewat A. Spinal anterior dan Rr. Radiculares anteriores et
posteriores dari Aa. Vertebralis, cervicalis ascendens, et cervicalis profunda

Melalui Aorta thoracica (torasik) lewat A. Interocostalis suprema dan Aa. Intercostales
posteriores

Melalui Aorta abdominalis (lumbosakral) lewat Aa. Lumbales

3
Gambar 1. Struktur dan arteri- arteri Medulla spinalis

Sumber : Dokumen pribadi (25 April 2015)

Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, servikal dan lumbal. Dari
penebalan ini, plexus-plexus saraf bergerak guna melayani anggota badan atas dan bawah.
Plexus dari daerah thorax membentuk saraf-saraf interkostalis yang berfungsi mengadakan
komunikasi antara otak dan semua bag ian tubuh dan bergerak refleks.2

Medulla spinalis dilindungi oleh lapisan pelindung yaitu meninges, yang melindungi dan
menunjang struktur SSP di dalam canalis vertebralis. Medulla spinalis dilapisi oleh tiga
lapisan meninges yaitu dura mater spinalis, pia mater spinalis, dan arachnoidea mater
spinalis. Dura mater spinalis merupakan yang terkuat dan terletak paling jauh diluar. Di
dalam dura, terdapat arachnoid mater spinalis yang dipisahkan dari pia mater spinalis oleh
spatium subarachnoideum yang diisi oleh liquor cerebrospinalis. Pia mater spinalis adalah
satu membran yang kaya akan pembuluh darah yang melekat erat dengan permukaan medulla
spinalis. Lapisan ini ini meluas jauh ke dalam ke Fissura mediana anterior, menciptakan
lapisan mirip selumbung di sekeliling Radices posteriores et anteriores nervi spinales dan
menyertainya di dalam perjalanan melintasi Spatium subarachnoideum. Di area masuk dan
keluarnya Radices, Pia mater spinalis bertransisi ke dalam Arachnoidea mater spinalis. Ligg.
denticulata meerupakan kepanjangan Pia mater spinalis ke arah lateral menuju Arachnoideum
mater spinalis dan Dura mater spinalis disepanjang kedua sisi Medulla spinalis. Ligg.
denticulata berperan meleketkan Medulla spinalis di tengah Spatium subarachnoideum. Pia
mater dan arachnoidea mater spinalis dihubungkan oleh Trabeculae arachnoideae. Jaringan

4
ini juga melindungi pembuluh darah yang terletak di dalam Spatium subarachnoideum.
Lapisan pelindung Medulla spinalis dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2. Struktur meninges

Sumber : Dokumen pribadi (25 April 2015)

Di dalam ruang sub arachnoid di sekitar otak dan medulla spinalis terdapat cairan
serebrospinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak. Cairan cerebrospinalis
menyerupai plasma darah dan cairan interstisial, tetapi tidak mengandung protein. Cairan
serebrospinalis dihasilkan oleh pleksus koroid dan sekresi oleh sel-sel ependimal yang
mengitari pembuluh darah serebral dan melapisikanal sentral medulla spinalis. Fungsi cairan
cerebrospinalis adalah sebagai bantalan untuk pemeriksaan lunak otak dan medulla spinalis,
juga berperan sebagai media pertukaran nutrient dan zat buangan antara darah dan otak serta
medulla spinalis.3
Struktur Mikroskopis Medulla Spinalis

Potongan melintang Medulla spinalis terdiri atas substansia alba (sebelah luar) dan
substansia grisea (sebelah dalam) berbentuk struktur H atau kupu-kupu. Pada bagian tengah
dari medulla spinalis terdapat kanalis sentralis. Bagian bawah yang berbentuk H meluas dari
bagian atas dan bersamaan menuju bagian tanduk anterior (anterior born). Tanduk tanduk
ini merupakan sel sel yang mempunyai serabut-serabut yang membentuk ujung akar
anterior (motorik) dan berfungsi untuk aktivitas yang disadari dan aktivitas dari otot-otot
yang berhubungan dengan medulla spinalis. Sel saraf motorik ini merupakan sel saraf
multipolar. Neuron motorik terletak di kornu anterior medulla spinalis dan mengandung

5
dendrit, akson, inti sel, dan anak inti sel yang jelas (gambar 4). Badan sel atau perikarion,
suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron. Dendrit merupakan
perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi untuk
menghantar impuls ke sel tubuh. Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan
lebih panjang dari dendrit. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain,
ke sel lain (sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson. Akson
terdiri atas akson yang bermielin dan tidak bermielin. Mielin berfungsi untuk mempercepat
impuls saraf.4

Bagian posterior yang tipis mengandung sel-sel berupa serabut-serabut yang masuk ke
ujung akar posterior dan kemudian bertindak sebagai relay station dalam jaras atau sensorik.4

Substansia alba berisi akson termielinisasi yang berfungsi khusus yaitu motorik dan
sensoris yang disebut funikulus. Ada tiga funikulus yaitu funikulus dorsal, ventral, dan
lateral. Di dalam funikulus terdapat fasiukulus atau traktus. Traktus ini diberi nama sesuai
dengan lokasi, asal, dan tujuannya.4

Dendrit

Akson

Gambar 4. Potongan melintang medulla spinalis

Sumber : www.google.com

Mekanisme Impuls

Sinaps merupakan suatu penghubung diantara kedua neuron. Peristiwa sinaps tersebut
melibatkan suatu pertautan antara sebuah terminal akson di satu neuron dan dendrit atau
badan sel neuron yang lain. Yang jarang terjadi adalah hubungan akson ke akson ataupun
hubungan dendrite ke dendrit.5

6
Mekanisme penghantaran impuls ada yang dibagi menjadi melalui sel saraf dan melalui
sinapsis. Mekanisme penghantaran impuls yang melalui sel saraf lebih dikenal dengan
potensial membran. Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan
melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara
bagian luar dan bagian dalam sel. Potensial membran konstan yang terdapat di sel-sel
jaringan tidak peka rangsang dan sel-sel jaringan peka rangsang dalam keadaan istirahat yaitu
ketika sel-sel tersebut tidak menghasilkan sinyal listrik dikenal sebagai potensial membran
istirahat. Pada saat potensial membrane istirahat, kutub positif berada di luar sel sedangkan
kutub negatif berada di dalam sel.6

Pada peristiwa perhantaran impuls melalui sinaps, terdapat terminal akson neurosinaps,
yang menghantarkan potensialaksi (impuls) menuju ke sinaps, berakhir di sebuah ujung yang
menggelembung disebut kepala sinaps (synaptic knob). Kepala sinaps mengandung vesikel
sinaps, yang menyimpan zat perantara kimiawi spesifik, yakni suatu neurotransmitter, yang
telah disintesis dan dikemas oleh neuron prasinaps. Kepala sinaps berada sangat dekat, tetapi
tidak berkontak secara langsung, dengan neuron pascasinaps, yaitu neuron yang potensial
aksinya menjalar menjauhi sinaps. Antara neuron prasinaps dengan neuron pascasinaps
terdapat sebuah celah yang diberi nama celah sinaps. Celah sinaps sangat lebar dan tidak
memungkinkan adanya penghantaran secara langsung potensial aksi dari neuron prasinaps
menuju neuron pascasinaps. Bagian dari membrane pascasinaps yang tepat berada di bawah
kepala sinaps disebut membrane subsinaps.6

Peristiwa sinaps hanya terjadi secara satu arah. Maksudnya, neuron prasinaps
mempengaruhi neuron pascasinaps tetapi neuron pascarsinaps tidak dapat mempengaruhi
neuron prasinaps. Ketika suatu potensial aksi di neuron prasinaps telah merambat sampai ke
terminal akson, perubahan potensial ini akan mencetuskan pembukaan saluran-saluran Ca2+
gerbang voltase di kepala sinaps . Karena konsentrasi Ca2+ jauh lebih tinggi di CES (cairan
ekstraseluler), ion ini akan mengalir ke dalam kepala sinaps. Melalui proses eksositosis, ion
tersebut menginduksi pelepasan suatu neurotransmitter dari sebagian vesikel sinaps ke dalam
celah sinaps. Neurotransmitter yang dibebaskan akan berdifusi melintasi celah dan berikatan
dengan reseptor protein spesifik di membran subsinaps. Pengikatan ini mencetuskan
pembuatan saluran-saluran ion spesifik ke membrane subsinaps, sehingga terjadi perubahan
permeabilitas neuron pascasinaps. Ini adalah suatu contoh saluran gerbang perantara kimia,
berbeda dengan saluran gerbang voltase yang bertanggung jawab terhadap potensial aksi dan
influx Ca2+ ke kepala sinaps. Karena hanya terminal prasinaps yang dapat megeluarkan

7
neurotransmitter dan hanya membrane subsinaps di neuron pascasinaps yang memiliki
reseptor untuk neurotransmitter, sinaps hanya dapat beroperasi dengan arah dari neuron
sinaps ke pascasinaps.6

Mekanisme Nyeri
Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir
pada setiap jaringan tubuh
.Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem
pertama terdiri dari serabut A bermielin halus bergaris tengah 2-5 m, dengan kecepatan
hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-
1.2 m, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.Serabut A berperan dalam menghantarkan
"Nyeri cepat" dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan
serabut C menghantarkan "nyeri Lambat" dan menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal
dan perasaan tidak enak. Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir
pada neuron traktus spinotalamus lateral danimpuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini
ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus.Dari sini impuls diteruskan
ke gyrus post sentral dari korteks otak.3,7

Berdasarkan mekanismenya, nyeri dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu :

Nyeri fisiologis, terjadinya nyeri oleh karena stimulasi singkat yang tidak merusak
jaringan, misalnya pukulan ringan akan menimbulkan nyeri yang ringan. Ciri khas nyeri
sederhana adalah terdapatnya korelasi positif antara kuatnya stimuli dan persepsi nyeri,
seperti semakin kuat stimuli maka semakin berat nyeri yang dialami.3,7
Nyeri inflamasi, terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang sangat kuat sehingga merusak
jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami inflamasi dan menyebabkan fungsi berbagai
komponen nosiseptif berubah. Jaringan yang mengalami inflamasi mengeluarkan
berbagai mediator inflamasi, seperti: bradikinin, leukotrin, prostaglandin, purin dan
sitokin yang dapat mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor secara langsung maupun
tidak langsung. Aktivasi nosiseptor menyebabkan nyeri, sedangkan sensitisasi nosiseptor
menyebabkan hiperalgesia. Meskipun nyeri merupakan salah satu gejala utama dari
proses inflamasi, tetapi sebagian besar pasien tidak mengeluhkan nyeri terus menerus.
Kebanyakan pasien mengeluhkan nyeri bila jaringan atau organ yang berlesi mendapat
stimuli, misalnya: sakit gigi semakin berat bila terkena air es atau saat makan, sendi yang
sakit semakin hebat bila digerakkan.3,7

8
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului dan disebabkan adanya disfungsi primer
ataupun lesi pada sistem saraf yang diakibatkan: trauma, kompresi, keracunan toksin atau
gangguan metabolik. Akibat lesi, maka terjadi perubahan khususnya pada Serabut Saraf
Aferen (SSA) atau fungsi neuron sensorik yang dalam keadaan normal dipertahankan
secara aktif oleh keseimbangan antara neuron dengan lingkungannya,sehingga
menimbulkan gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan tersebut dapat melalui
perubahan molekuler sehingga aktivasi SSA (mekanisme perifer) menjadi abnormal yang
selanjutnya menyebabkan gangguan fungsi sentral (mekanisme sentral).3,7

Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), berdasarkan
kemunculan nyeri dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
Nyeri akut, nyeri yang biasanya berhubungan dengan kejadian atau kondisi yang dapat
dideteksi dengan mudah. Nyeri akut merupakan suatu gejala biologis yang merespon
stimuli nosiseptor (reseptor rasa nyeri) karena terjadinya kerusakan jaringan tubuh akibat
penyakit atau trauma. Nyeri ini biasanya berlangsung sementara, kemudian akan mereda
bila terjadi penurunan intensitas stimulus pada nosiseptor dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu. Contoh nyeri akut ialah nyeri akibat kecelakaan atau nyeri pasca
bedah.3
Nyeri kronik, nyeri yang dapat berhubungan ataupun tidak dengan fenomena
patofisiologik yang dapat diidentifikasi dengan mudah, berlangsung dalam periode
yanglama dan merupakan proses dari suatu penyakit. Nyeri kronik berhubungan dengan
kelainan patologis yang telah berlangsung terus menerus atau menetap setelah terjadi
penyembuhan penyakit atau trauma dan biasanya tidak terlokalisir dengan jelas. Nyeri
wajah atipikal adalah salah satu nyeri kronik.7
Neurotransmitter

Neurotransmitter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam
gelombang sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui
eksositosis dan direabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmitter merupakan cara komunikasi
antar neuron. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga
neuron menjadi lebih kurang dapat menyalurkan impuls, tergantung dari neuron dan
transmitter tersebut. contoh-contoh neurotransmitter adalah norepinerin, asetilkolon,
dompamine, serotonin, asam gama amino butirat (GABA), dan glisin.6

9
Asetilkolin merupakan subtansi transmitter yang disintesis diujung presinaps dari koenzim
asetil A dan kolin dengan menggunakan enzim kolin asetiltransferase. Asetilkolin adalah
salah satu neurotransmitter yang umum ditemukan pada invertebrate maupun vertebrata. Pada
persambungan neuromuscular vertebrata, yaitu sinapsis antara neuron motoris dan sel rangka,
asetilkolin dilepaskan dari terminal sinaptik neuron motoris tersebut. Asetilkolin ini akan
berikatan dengan reseptor yang merangsang membrane plasma sel otot. Amina biogenik
adalah neurotransmitter yang disintesis dari asam amino. Satu kelompok, yang dikenal
sebagai katekolamina. Dihasilkan dari asam amino tirosin. Kelompok ini meliputi epinefrin
dan norepinefrin, yang juga berfungsi sebagai hormone, dan sebuah senyawa yang
berhubungan erat dengan dopamine.8

Amino biogenik lainnya, serotonin, disentesis dari asam amio triptofan. Amina biogenic
umumnya berfungsi sebagai transmitter di dalam SSP (sistem saraf pusat). Akan tetapi,
norepinefrin juga berfungsi dalam cabang sistem saraf tepi yang disebut sistem saraf otonom.
Dopamin dan serotonin tersebuar luas dalam otak dan mempengaruhi keadaan tidur, suasana
hati, perhatian dan pembelajaran. Empat asam amino juga dikenal sebagai neurotransmitter
SP adalah asam gamma aminobiurat (gamma aminobutyric acid, GABA), glisin, glutamate
dan aspartat. GABA diyakini menjadi transmitter pada sebagian besar sinapsis inhibitoris di
otak, menghasilkan IPSP dengan cara meningkatkan permeabilitas ion klorida membran
pascasimpatik.

Vitamin Neurotropik
Vitamin neurotropik adalah vitamin yang berguna untuk sistem saraf. Ada 3 jenis vitamin
ini yaitu B1 (tiamin), B6 (piridoksin) dan B12 (kobalamin). Vitamin B1 atau yang biasa disebut
tiamin memiliki peran yang sangat penting dalam metabolism penghasil energi, khususnya
metabolism karbohidrat. Tiamin difosfat adalah koenzim untuk tiga kompleks multi enzim
yang mengkatalisis reaksi dekarboksilasi oksidatif. Selain itu tiamin difosfat juga merupakan
koenzim untuk transketolase pada jalur pentose fosfat. Tiamin trifosfat memiliki peran dalam
hantaran saraf, senyawa ini memfosforilasi kanal klorida di membrane saraf. Peran tiamin
difosfat dalam piruvat dehydrogenase memiliki arti bahwa pada defisiensi akan terjadi
gangguan perubahan piruvat menjadi asetil KoA.9

Vitamin B6 atau yang biasa disebut piridoksin dan beberapa keturunannya dengan
koenzimnya yang aktif adalah piridoksal fosfat. Piridoksal fosfat ini adalah suatu koenzim
bagi banyak enzim yang terlibat dalam metabolism asam amino, khususnya transaminase dan

10
dekarboksilasi. Vitamin ini juga merupakan kofaktor glikogen fosforilase dan gugus fosfat
pentin guntuk katalisis. Selain itu, B6 penting bagi kerja hormone steroid. Pada defisiensi
vitamin B6, terjadi peningkatan kepekaan terhadap kerja estrogen, androgen, kortisol, vitamin
D konsentrasi rendah. Defisiensi tingkat sedang menyebabkan kelainan metabolism triptofan
dan metionin.9

Vitamin B12 atau yang biasa disebu tkobalamin diserap dalam keadaan terikat pada faktor
intrinsik, suatu glikoprotein kecil yang disekresikan oleh sel parietal mukosa lambung. Asam
lambung dan pepsin membebaskan vitamin dari ikatan dengan protein dalam makanan dan
menyebabkan vitamin dapat berikatan dengan kobalofilin, suatu protein pengikat yang
disekresikan di air liur. Metionin sintase adalah enzim yang dependen pada vitamin B12.
Fungsi dari metionin sintase ini adalah untuk membentuk gugus metil pada tempat-tempat
yang diperlukan adanya gugus metil untuk berfungsi. Defisiensi dari B12 ini akan
menyebabkan terjadinya anemia pernisiosa, terjadi jika defisiensi vitamin ini mengganggu
metabolisme asam folat yang menyebabkan defisiensi folat fungsional. Hal ini akan
mengganggu eritropoiesis sehingga precursor imatur eritrosit dibebaskan ke dalam sirkulasi
(anemia megaloblastik). Penyebab terjadinya anemia ini adalah kegagalan penyerapan
vitamin tersebut dan bukan defisensi dari makanan.8

Kesimpulan

Hipotesis diterima. Karena adanya hubungan antara saraf maka rangsangan dapat
disalurkan dan tubuh dapat memberikan respon. Jatuh terduduk menyebabkan cedera nervus
spinalis setinggi pinggang (lumbal). Kemudian rangsangan tersebut dihantarkan oleh sistem
saraf dan membuat kita dapat merasakan sakit atau sensasi. Dalam membantu kerja dari
sistem saraf dibutuhkan vitamin neurotopik (B1, B6, B12) yang menunjang kerja dari sistem
saraf sehingga dapat beraktivitas dengan lancar dan berguna untuk menunjang penyembuhan
pada tubuh.

11
Daftar Pustaka
1. Pearce, Evelyn. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia; 2009.
2. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas anatomi manusia jilid 3. Edisi ke-23. Jakarta :
EGC; 2010. h.327-9
3. Ganong, WF. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 2010.
4. Nugroho. Anatomi dan fisiologi sistem saraf. Lampung: Universitas Lampung; 2013.
5. Pearce, Evelyn. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia; 2009.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2014. h.145-79
7. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2005.
8. Murray K, Granner D K. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009. h.502-3
9. Bender DA. Mikronutrien: vitamin dan mineral. Dalam: Murray RK, Bender DA,
Botham KM, etc. Biokimia Harper. Ed 29. Jakarta:EGC;2012 : h. 603-11

12

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Filariasis
    Makalah Filariasis
    Dokumen23 halaman
    Makalah Filariasis
    sri wahyuni
    83% (6)
  • Cerpen
    Cerpen
    Dokumen3 halaman
    Cerpen
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 9 - Elva
    Blok 9 - Elva
    Dokumen15 halaman
    Blok 9 - Elva
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Mariska - SKEN 6
    Mariska - SKEN 6
    Dokumen23 halaman
    Mariska - SKEN 6
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 29 Baru
    Blok 29 Baru
    Dokumen16 halaman
    Blok 29 Baru
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Dokumen15 halaman
    Skenario 1
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Dokumen15 halaman
    Skenario 1
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 16
    Blok 16
    Dokumen22 halaman
    Blok 16
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 5
    Skenario 5
    Dokumen17 halaman
    Skenario 5
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 7
    Skenario 7
    Dokumen17 halaman
    Skenario 7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 18
    Blok 18
    Dokumen21 halaman
    Blok 18
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Ensefalopati Hepaticum
    Ensefalopati Hepaticum
    Dokumen17 halaman
    Ensefalopati Hepaticum
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 8
    Skenario 8
    Dokumen14 halaman
    Skenario 8
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 8
    Skenario 8
    Dokumen14 halaman
    Skenario 8
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 5
    Skenario 5
    Dokumen14 halaman
    Skenario 5
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Arteri Basilaris
    Arteri Basilaris
    Dokumen2 halaman
    Arteri Basilaris
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Sken.7
    Makalah Sken.7
    Dokumen13 halaman
    Makalah Sken.7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Hemo Filia
    Hemo Filia
    Dokumen19 halaman
    Hemo Filia
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • BLOK 14 - Fraktur Tibia
    BLOK 14 - Fraktur Tibia
    Dokumen19 halaman
    BLOK 14 - Fraktur Tibia
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Hemo Filia
    Hemo Filia
    Dokumen19 halaman
    Hemo Filia
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Mumps
    Mumps
    Dokumen10 halaman
    Mumps
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Blok 6
    Makalah Blok 6
    Dokumen13 halaman
    Makalah Blok 6
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • E8 - Skenario 7
    E8 - Skenario 7
    Dokumen21 halaman
    E8 - Skenario 7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Adaptasi Sel
    Adaptasi Sel
    Dokumen9 halaman
    Adaptasi Sel
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • E8 - Skenario 9
    E8 - Skenario 9
    Dokumen15 halaman
    E8 - Skenario 9
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • E8 - Skenario 9
    E8 - Skenario 9
    Dokumen15 halaman
    E8 - Skenario 9
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 9 - E7
    Skenario 9 - E7
    Dokumen26 halaman
    Skenario 9 - E7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 18
    Blok 18
    Dokumen25 halaman
    Blok 18
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Katara K
    Katara K
    Dokumen24 halaman
    Katara K
    Elva patabang
    Belum ada peringkat