Anda di halaman 1dari 3

Elva Patabang

Hujan memiliki sahabat


Ribuan juta jarum-jarum air merajam jatuh, pecah di daratan jogja. Tampak dari
kejauhan seorang gadis remaja berlari kecil. Senyumnya merekah ketika tahu halte tinggal
sepelempar batu lagi jaraknya. Kini ia mempercepat laju larinya agar lekas sampai pada halte.
Hanya dia seorang diri di sana, maklum bus yang baru pergi adalah bus terakhir di sore itu.
Semenit, dua menit berlalu hujan tak kunjung reda, maka gadis itu hanya memandang lurus
kedepan dan mengkhayal sejauh dan setinggi yang dia dapat bayangkan.
Matahari hendak berlalu, tetapi hujan masih saja betah. Nandita meresa seragamnya
mulai lengket, dia tak sadar satu jam telah termakan habis oleh lamunannya. Sayang, dia
tidak dapat melangkah maju, hujan masih menahannya.
Bagi seorang Senandung Nandita, selalu ada yang istimewa dibalik hujan, baginya
hujan selalu hadir dengan berjuta pesona. Pesona ketika hujan bernyanyi diatas atap
rumahnya, waahhh mereka selalu membawakan lagu favorite ku. Pesona ketika mereka
pecah, terhambur lalu melebur bersama tanah kemudian membawa wangi tanah yang khas.
Saat-saat seperti ini, saat-saat dimana dia terjebak bersama hujan adalah saat yang sangat
nandita sukai. Bersama sepi menikmati hujan di tengah kota. Membayangkan hal-hal yang
ingin ia gapai di masa mendatang. sungguh aku mencintai saat ini nandita bergumam dan
mengembangkan senyum.
Nandita mungkin terlalu menikmati hujan, sedangkan laki-laki tegap di sebelahnya
sungguh terganggu dan benci kepada hujan. hujan lagi hujan lagi laki-laki itu mengumpat.
Laki-laki itu juga berseragam tetapi seragamnya berbeda, nampaknya dia dari sekolah elit.
Nandita melirik sejenak Jeremiah Bagaskara tertulis di papan nama yang mengantung
miring di samping dadanya. Nama yang indah, Nandita kembali mengkhayal.
heh, sekolah negeri baru pulang jam segini ya? laki-laki itu memulai pembicaraan.
Sungguh sangat tidak sopan caranya bertanya, karna itu Nandita malas menjawabnya. oke
kalau malas menjawab, tapi buat apa remaja putri duduk di halte jam segini dengan seragam
basah kuyup? terdengar nada selidik, mengejek, dan menuduh di sana. Tetapi Nandita hanya
bergeming, dia hanya terlalu malas membalas ejekan orang di suasana seperti ini.

Elva Patabang
Jeremiah berperawakan tinggi, putih mulus, hidung mancung, wajahnya dibingkai
dengan kacamata kotak berwarna hitam. Nandita menoleh hendak melihat paras wajah Jerry.
sungguh tampan Tuhan Nandita menjerit dalam hati. Sayang sikapnya sungguh membuat
nandita dongkol. Nandita kemudian melirik jam tangannya whattt? Jam 5? mata nandita
membelalak dengan tergesa-gesa Nandita berlari. Kini tinggallah Jerry seorang diri. Tak lama
berselang Honda jazz berhenti tepat di depannya. Di dalam mobil itu ada adiknya David
Bagaskara, menjemputnya. David dan Jerry memang tidak satu sekolah. Seperti kakak dan
adik lainnya mereka berdua sering berselisih. Jerry lebih rapi, teratur, dan berprestasi
sedangkan David urak-urakan, malas tau, berantakan, suka membolos, dan selalu memiliki
nilai dibawah rata-rata.
***
Bulan mengganti matahari. Kini langit berhiaskan kegelapan dan hawa dingin. Jendela kamar
Jerry masih terbuka. Entah kenapa Ia tak dapat fokus belajar malam ini. Ia hanya memandang
langit yang berangsur-angsur cerah dengan bintang yang mengkilap. gadis itu siapa ya?
Kenapa dia tidak membalas ejekanku yang merendahkannya? Mana dia senyum-senyum
sendiri gitu lagi! penasaran menjalar sampai ke ubun-ubunnya.
Seperti biasanya jerry tidak dapat tidur di bawah jam 1 malam, karna itu sekarang dia
ada di sini, di teras atas rumahnya memegang gitar dan memandang langit berpita bulan dan
bintang. Sembari mengalunkan petikan-petikan gitar terlintas penasaran tentang gadis itu
masih berlanjut? Siapa dia? Siapa dia? Ahh sudahlah.. jrengjrengjreng suara petikan gitar
mulai keras tanpa peduli dengan suasana malam yang sepi hening, ssssstttt diam... tiba-tiba
terdengar suara dari tetangga rumah sebelah, sebenarnya jarak rumahnya agak jauh sih!
Tetapi tetap saja suara gitarnya menganggu, pikir gadis bertubuh mungil. Alunan petikan gitar
jerry masih saja berlanjut, iiihhh apa-apaan dia ini sudah malam tau! hey hey kamu bisa diam
gak sih berisik tau, dengan nada keras. Jerry terkaget dan menoleh, nampaknya tetangga
sebelah yang menegurnya adalah gadis yang tadi diejeknya, hahaha kau rupanya sedang apa
kau disini!!. Nandita tidak menjawab pertanyaan yang terlontar dari laki-laki tampan
bertubuh tinggi itu. Bisa Diam gak sih, lalu Nandita masuk meninggalkan jerry yang lagi-lagi
kaget. Jerry bingung penasaran ini kedua kalinya gadis itu gak menjawab pertanyaannya.
Salah satu alis jerry naik, hmm.. semakin penasaran!! lihat saja nanti akan ku tau namanya.
Minggu yang menunggu, duduk di teras pura-pura memainkan hp, buka galeri liat foto-foto,
buka pesan baca sms, buka game ahh bosan main game.. memang benar-benar gak ada

Elva Patabang
kerjaan!! Gitar kesayanganya masih tetap berdiri disampingnya, tumben tidak disentuh. Mana
gadis yang tadi malam menegurku sih?? gumamnya penasaran. Pukul 3 sore belum juga
terlihat batang hidung gadis itu, awan hitam mulai menampakkan dirinya tetes demi tetes
hujan mulai turun. Lagi-lagi hujan!! Dengan nada kesal terjelas dengar oleh gadis yang
dibuatnya penasaran. gadis itu sengaja basah kuyup menikmati rintikan-rintikan hujan berlari
sana-sini. Hey kamu sini! teriak gadis itu kepada Jerry maksud mengajaknya menikmati
hujan. Suara itu tidak asing terdengar, akhirnya gadis penasaran itu muncul juga hmm
kesempatan untuk berkenalan. Eh hey? Namaku bukan hey tau!! Namaku JER-RY, dengan
mengeja kelima huruf namanya. Kalo nama kamu?. Gadis itu tertawa, dasar laki-laki modus!!
Teriak si gadis, jerry menghampiri di tengah hujan yang dibencinya, gak papa deh dalam
hatinya, nama kamu?. NAN-DI-TA gadis itu mengejek jerry dengan menjawab namanya
mengikuti ejaan yang jerry lakukan. Hahaha jerry tertawa, penasarannya sudah terjawab.
Hujan membuat mereka lupa bahwa mereka adalah dua orang asing yang baru saja
berkenalan dan kini menjadi akrab, saling mengejar layaknya dua sahabat anak kecil tertawa
riang yang bermain hujan dengan kaki kosong.

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Filariasis
    Makalah Filariasis
    Dokumen23 halaman
    Makalah Filariasis
    sri wahyuni
    83% (6)
  • Cerpen
    Cerpen
    Dokumen3 halaman
    Cerpen
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 9 - Elva
    Blok 9 - Elva
    Dokumen15 halaman
    Blok 9 - Elva
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Mariska - SKEN 6
    Mariska - SKEN 6
    Dokumen23 halaman
    Mariska - SKEN 6
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 29 Baru
    Blok 29 Baru
    Dokumen16 halaman
    Blok 29 Baru
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Dokumen15 halaman
    Skenario 1
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Dokumen15 halaman
    Skenario 1
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Ensefalopati Hepaticum
    Ensefalopati Hepaticum
    Dokumen17 halaman
    Ensefalopati Hepaticum
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 7
    Skenario 7
    Dokumen17 halaman
    Skenario 7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 5
    Skenario 5
    Dokumen17 halaman
    Skenario 5
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 18
    Blok 18
    Dokumen21 halaman
    Blok 18
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 16
    Blok 16
    Dokumen22 halaman
    Blok 16
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 8
    Skenario 8
    Dokumen14 halaman
    Skenario 8
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 8
    Skenario 8
    Dokumen14 halaman
    Skenario 8
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 5
    Skenario 5
    Dokumen14 halaman
    Skenario 5
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Arteri Basilaris
    Arteri Basilaris
    Dokumen2 halaman
    Arteri Basilaris
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Sken.7
    Makalah Sken.7
    Dokumen13 halaman
    Makalah Sken.7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Hemo Filia
    Hemo Filia
    Dokumen19 halaman
    Hemo Filia
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • BLOK 14 - Fraktur Tibia
    BLOK 14 - Fraktur Tibia
    Dokumen19 halaman
    BLOK 14 - Fraktur Tibia
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Hemo Filia
    Hemo Filia
    Dokumen19 halaman
    Hemo Filia
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Mumps
    Mumps
    Dokumen10 halaman
    Mumps
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Blok 6
    Makalah Blok 6
    Dokumen13 halaman
    Makalah Blok 6
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • E8 - Skenario 9
    E8 - Skenario 9
    Dokumen15 halaman
    E8 - Skenario 9
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Skenario 12 - PBL F5
    Makalah Skenario 12 - PBL F5
    Dokumen12 halaman
    Makalah Skenario 12 - PBL F5
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Adaptasi Sel
    Adaptasi Sel
    Dokumen9 halaman
    Adaptasi Sel
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • E8 - Skenario 9
    E8 - Skenario 9
    Dokumen15 halaman
    E8 - Skenario 9
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 9 - E7
    Skenario 9 - E7
    Dokumen26 halaman
    Skenario 9 - E7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 18
    Blok 18
    Dokumen25 halaman
    Blok 18
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • E8 - Skenario 7
    E8 - Skenario 7
    Dokumen21 halaman
    E8 - Skenario 7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Katara K
    Katara K
    Dokumen24 halaman
    Katara K
    Elva patabang
    Belum ada peringkat