Elva Patabang
Jeremiah berperawakan tinggi, putih mulus, hidung mancung, wajahnya dibingkai
dengan kacamata kotak berwarna hitam. Nandita menoleh hendak melihat paras wajah Jerry.
sungguh tampan Tuhan Nandita menjerit dalam hati. Sayang sikapnya sungguh membuat
nandita dongkol. Nandita kemudian melirik jam tangannya whattt? Jam 5? mata nandita
membelalak dengan tergesa-gesa Nandita berlari. Kini tinggallah Jerry seorang diri. Tak lama
berselang Honda jazz berhenti tepat di depannya. Di dalam mobil itu ada adiknya David
Bagaskara, menjemputnya. David dan Jerry memang tidak satu sekolah. Seperti kakak dan
adik lainnya mereka berdua sering berselisih. Jerry lebih rapi, teratur, dan berprestasi
sedangkan David urak-urakan, malas tau, berantakan, suka membolos, dan selalu memiliki
nilai dibawah rata-rata.
***
Bulan mengganti matahari. Kini langit berhiaskan kegelapan dan hawa dingin. Jendela kamar
Jerry masih terbuka. Entah kenapa Ia tak dapat fokus belajar malam ini. Ia hanya memandang
langit yang berangsur-angsur cerah dengan bintang yang mengkilap. gadis itu siapa ya?
Kenapa dia tidak membalas ejekanku yang merendahkannya? Mana dia senyum-senyum
sendiri gitu lagi! penasaran menjalar sampai ke ubun-ubunnya.
Seperti biasanya jerry tidak dapat tidur di bawah jam 1 malam, karna itu sekarang dia
ada di sini, di teras atas rumahnya memegang gitar dan memandang langit berpita bulan dan
bintang. Sembari mengalunkan petikan-petikan gitar terlintas penasaran tentang gadis itu
masih berlanjut? Siapa dia? Siapa dia? Ahh sudahlah.. jrengjrengjreng suara petikan gitar
mulai keras tanpa peduli dengan suasana malam yang sepi hening, ssssstttt diam... tiba-tiba
terdengar suara dari tetangga rumah sebelah, sebenarnya jarak rumahnya agak jauh sih!
Tetapi tetap saja suara gitarnya menganggu, pikir gadis bertubuh mungil. Alunan petikan gitar
jerry masih saja berlanjut, iiihhh apa-apaan dia ini sudah malam tau! hey hey kamu bisa diam
gak sih berisik tau, dengan nada keras. Jerry terkaget dan menoleh, nampaknya tetangga
sebelah yang menegurnya adalah gadis yang tadi diejeknya, hahaha kau rupanya sedang apa
kau disini!!. Nandita tidak menjawab pertanyaan yang terlontar dari laki-laki tampan
bertubuh tinggi itu. Bisa Diam gak sih, lalu Nandita masuk meninggalkan jerry yang lagi-lagi
kaget. Jerry bingung penasaran ini kedua kalinya gadis itu gak menjawab pertanyaannya.
Salah satu alis jerry naik, hmm.. semakin penasaran!! lihat saja nanti akan ku tau namanya.
Minggu yang menunggu, duduk di teras pura-pura memainkan hp, buka galeri liat foto-foto,
buka pesan baca sms, buka game ahh bosan main game.. memang benar-benar gak ada
Elva Patabang
kerjaan!! Gitar kesayanganya masih tetap berdiri disampingnya, tumben tidak disentuh. Mana
gadis yang tadi malam menegurku sih?? gumamnya penasaran. Pukul 3 sore belum juga
terlihat batang hidung gadis itu, awan hitam mulai menampakkan dirinya tetes demi tetes
hujan mulai turun. Lagi-lagi hujan!! Dengan nada kesal terjelas dengar oleh gadis yang
dibuatnya penasaran. gadis itu sengaja basah kuyup menikmati rintikan-rintikan hujan berlari
sana-sini. Hey kamu sini! teriak gadis itu kepada Jerry maksud mengajaknya menikmati
hujan. Suara itu tidak asing terdengar, akhirnya gadis penasaran itu muncul juga hmm
kesempatan untuk berkenalan. Eh hey? Namaku bukan hey tau!! Namaku JER-RY, dengan
mengeja kelima huruf namanya. Kalo nama kamu?. Gadis itu tertawa, dasar laki-laki modus!!
Teriak si gadis, jerry menghampiri di tengah hujan yang dibencinya, gak papa deh dalam
hatinya, nama kamu?. NAN-DI-TA gadis itu mengejek jerry dengan menjawab namanya
mengikuti ejaan yang jerry lakukan. Hahaha jerry tertawa, penasarannya sudah terjawab.
Hujan membuat mereka lupa bahwa mereka adalah dua orang asing yang baru saja
berkenalan dan kini menjadi akrab, saling mengejar layaknya dua sahabat anak kecil tertawa
riang yang bermain hujan dengan kaki kosong.