Anda di halaman 1dari 15

Struktur, Mekanisme Kerja Ginjal dan Pembentukan urin

KELOMPOK PBL B1

Skenario 1

Ratri Puspitaningrum 102011447

Joceline Valencia 102013072

Bryan Raka Alim 102013145

Augustinus Yohanes Karni Lando 102013341

Dola lonita 102013342

Elva Patabang 102014029

Rezki Natalina Putri 102014087

Christovel Liempepas 102014153

Deishielanny Nair Narayanan 102014241

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.06 Jakarta Barat

1
Abstrak

Ginjal merupakan organ yang sangat penting dan berpengaruh dalam tubuh manusia. Ginjal
manusia berbentuk seperti kacang merah. Ginjal kanan terletak dibawah dibandingkan dengan ginjal
kiri karena pada sisi kanan terdapat hepar. Organ ini berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa organik,
pengaturan konsentrasi ion-ion penting, pengaturan keseimbangan asam basa, pengaturan produksi sel
darah merah, pengaturan tekanan darah, pengendalian yang terbatas terhadap konsentrasi glukosa
darah dan asam amino darah, dan untuk mengeluarkan zat yang beracun. Dalam susunan internal
ginjal terdapat glomerulus, tubulus kontortus proksimal, ansa henle, tubulus kontortus distal, dan
duktus pengumpul. Ginjal diperdarahi oleh arteri renalis yang merupakan cabang dari aorta
abdominalis. Urine sebelum dikeluarkan oleh tubuh diproses terlebih dahulu pada ginjal dengan
melewati fase filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Dalam refleksnya seseorang untuk berkemih, jumlah
urine yang dikeluarkan, dan juga faktor yang menyebabkan produksi urine ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor juga hormon tertentu.

Kata Kunci: Ginjal, zat sisa

Abstract

Kidney is very important organ in the human body and effect . Human kidney shaped like
kidney beans . Right kidney is located below the left kidney as compared to the right side there is the
liver . This organ serves to remove residual organic substances , setting the concentration of
important ions , regulation of acid -base balance , regulation of red blood cell production , blood
pressure regulation , which is limited to the control of blood glucose concentration and blood amino
acids , and to remove toxic substances . In the kidney is an internal arrangement of glomeruli ,
proximal convoluted tubule , ansa Henle , distal convoluted tubule and collecting duct . Diperdarahi
kidney by the renal artery which is a branch of the abdominal aorta. Urine excreted by the body
before it is processed first in the kidneys with a passing phase filtration , reabsorption , and secretion
. In reflexes someone to urinate , urine amount issued , and also the factors that led to the production
of urine is influenced by several factors too certain hormones .

Keywords : kidney , residual substances

2
Pendahuluan

Dalam proses pembentukan urine maka dibutuhkan ginjal untuk melakukan filtrasi,
reabsorpsi, maupun sekresi. Ginjal berperan penting untuk menentukan warna urine, jumlah urine
yang dikeluarkan tubuh, zat apa saja yang dikeluarkan tubuh, dan juga untuk mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh misalnya keseimbangan elektrolit maupun keseimbangan asam dan basa
dalam tubuh. Selain ginjal juga terdapat organ penunjang lainnya. Jika terjadinya refleks berkemih
pada seseorang hal ini akan berhubungan juga dengan otot-otot pada jalan keluarnya urine sehingga
terjadinya refleks berkemih. Hal ini berkaitan dengan M.sphincter ani ekxternus yang diatur pada
pusat somatik dimana seseorang menyadari akan berkemih, berbeda dengan M.sphincter ani internus
yang jika terbuka orang tersebut tidak akan mengetahuinya.

Struktur Makroskopis
Ren atau ginjal terletak retroperitoneal yaitu diantara parietal dan fascia transversa abdominis,
pada sebelah dextra dan sinistra collumna vertebralis. Ren sisnitra bagian anterior terletak setinggi
costa XI dan dibagian posterior setinggi vertebra lumbal 2-3. Sedangkan ren dexter bagian anterior
terletak setinggi costa XI dan bagian posterior setinggi vertebra lumbal 3-4. Jarak antara extremitas
superior ren dextra dan sinistra adalah 7cm, sedangkan jarak pada extremitas inferion ren dextra dan
sinistra adalah 11cm, dan jarak dari extremitas inferior ke crista iliaca adalah 3cm pada dextra dan
5cm pada sinistra.1

Gambar 1. Letak anatomi ginjal


Sumber: Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Penerbit Buku EGC. 2011.

Pada extremitas superior terdapat glandula suprarenalis yang dipisahkan dari ginjal oleh
perinealis. Sisi daripada ginjal ada margo medialis dan margo lateralis, pada bagian margo medialis
berbentuk konkaf sedangkan margo lateralis berbentuk konveks. Pada margo medialis terdapat suatu

3
pintu yang disebut hilus renalis yaitu pintu masuknya pembuluh darah, limfe, saraf, dan ureter. Hilus
renalis ini di kelilingi oleh sinus renalis yang terdapat pembuluh darah, saraf, limfe dan pelvis renis.
Pada ginjal terdiri dari dua permukaan facies anterior dan posterior. Facies anterior berbentuk
cembung dan facies posterior sedikit datar. Facies anterior dan posterior merupakan bagian yang
berhubungan dengan organ sekitarnya sehingga masig-masing facies anterior ren memiliki
karakteristik masing-masing1 :
Facies anterior ren dextra
Facies anterior ren dextra berhubungan dengan affixa hepatis. Pada margo medialis berhubungan
dengan pars descendens duodeni yang dipisahkan oleh fascia renalis. Mendekati extremitas inferior
berhubungan dengan colon ascendens atau flexura coli dextra. Sebagian besar facies anterior dan
margo lateralis berhubungan dengan facies inferior hepar. Mendekati extremitas inferior berhubungan
dengan lengkung-lengkung ileum yang dipisahkan oleh peritoneum.
Facies anterior ren sinistra
Facies anterior ren sinistra berhubungan dengan organ sekitarnya di bagian craniolateral menghadap
facies posteroinferior gaster yang dipisahkan oleh peritoneum. Margo lateralinya berhubungan dengan
impressio renalis dan cauda pancreatic, dan margo medialis, caudal hilus renalis berhubungan dengan
lengkung jejunum atau disebut dengan facies jejunalis. Margomedialis dan cranial facies jejunalis
bethubungan dengan corpus pancreatis dan v.lienalis. mendekati extremitas inferior renalis
berhubungan dengan flexura coli sinistra atau colon descendens.
Facies posterior sinistra
Bagain cranialnya berhadapana dengan diaphragma dan costa XII dan sedikir costa XI. Disebelah
medial facies diaphragmatica berhadapan dengan crus diaphragmatica dan processus transversus
vertebra lumbal 1, sedangkan sebelah lateral berhadapan dengan arcus lumbocostalis medialis dan
lateralis. Daerah yang terletak cranial arcus lumbocostalis disebut trigonum lumbocostale. Pada
daerah segitiga ini sering tidak lengkap pertumbuhannya sehingga facies posterior ginjal hanya
dipisahkan oleh jaringan lemak dari pleura. Caudal facies diaphrgamatica berhubungan berturut-turut
dari medial ke lateral : M. Psoas major, M. quadratus lumborum, Aponeurosis m. Tranversus
abdominis.
Facies posterior dextra
Facies posterior dextra menyerupai facies posterior ren sinistra tapi hanya berhubungan dengan costa
XII saja karena letak ginjal kiri lebih rendah. Extremitas superior ren dextra lebih tebal dan membulat
dibandingkan extremitas inferior. Juga lebih dekat bidang median karena letak extremitas superior dan
extremitas inferior berbeda letaknya dengan bidang median maka axis memanjang ginjal terbentang
dari mediocranial ke laterocaudal atau sesuai dengan arah M. psoas major.

Ginjal dilapisi oleh tiga lapisan yaitu : capsula fibrosa, capsula adiposa dan fascia renalis 2

4
Capsula fibrosa melekat pada ren dan mudah dikupas, tetapi capsula fibrosa hanya melekat
pada ginjal tidak termasuk glandula supra renalis.
Capsula adiposa mengandung banyak lemak dan membungkus ginjal beserta glandula
suprarenalis. Capsula adiposa dibagian depan relatif lebin tipis dibandingkan di bagian
belakang. Posisi ginjal dipertahankan oleh fascia adiposa. Pada keadaan tertentu capsula
adiposa sangat tipis sehingga jaringan ikat yang menghubungkan capsula fibrosa dan capsula
renalis kendor sehingga ginjal turun yang disebut nephroptosis. Nephroptosis sering terjadi
pada gran multipara (ibu sering melahirkan).
Fascia renalis terletak diluar capsula fibrosa dan terdiri dari dua lembar : fascia prerenalis
dibagian depar dan fascia retrorenalis di bagian belakang. Kedua lembar fascia renalis ke
caudal tetap terpisah, sedangkan ke cranial bersatu sehingga kantong ginjal terbuka ke bawah
oleh karena itu sering terjdi ascending infection.

Secara antomis ginjal dibagi menjadi dua bagian korteks dan medula ginjal. Kerteks ginjal
terletak lebih superfisial dan didalmnya terdapat berjuta-juta nephron. Nephron merupaakn unit
fungsional terkecil ginjal. Cortex renis terdiri dari glomelurus dan pembuluh darah. Di dalam
glomeluruss darah disaring dan disalurkan ke dalam medula. Pada medlua saluran tersebut akan
bermuara pada papila renalis sehingga tampak garis-garis pada medulla yang disebut processus
medullaris (ferheini). Medula ginjal terletak lebih profundus banyak terdapat duktuli atau saluran
kecil yang mengalirkan hasil ultrafiltrasi berupa urine. Pada medula renis dapat dijumpai papilla
renalis sesuai ujung ginjal yang berbentuk segitiga disebut sebagai pyramid renalis. Saluran yang
menembus papila disebut ductuli papillares yaitu tempat tembus berupa ayakan yang disebut area
cribriformis. Papilla renalis nantinya akakna menonjol ke calyx minor, diantara pyiramis terdapat
collumna renalis. Pada beberapa calyx minor (2-4) membentuk calyx major. Beberapa calyx major
bergabung menjadi pyleum atau pelvis renis kemudian menjadi ureter. Ruangan tempat calyx disebut
sinus renalis. 2

Vaskularisasi Ginjal

Arteri renalis

Arteri renalis dipercabangkan dari aorta abdominalis setinggi vertebra lumbal 1 dan 2. A. renalis
kanan lebih panjang dari A. renalis kiri karena harus menyilangh V. cava inferior dibelakangnya. A.
renalis masuk kedalam ginjal melaluui hillius renalis dan mempercabangkan dua cabang besar.
Cabang pertama berjalan ke deoan ginjal yang memperdarahi ginjal bagian depan. Sedangkan
cabagng yang kedua berjalan ke belakang ginjal dan mendarahi ginjal bagian belakang. Kedua cabang
a. renalis bagian depan dan bagian belakang akan bertemu di lateral pada garis tengah ginjal atau yang

5
biasa disebut garis broedle. Pembedahan ginjal dilakukan pada garis broedel karena perdarahannya
minimal. A. renalis berjalan diantara libus ginjal dan bercanga lagi menjadi a.interlobaris. 3

Arteri interlobaris

Arteri interlobaris pada perbatasan cortex dan medula akan bercabang menjadi arteri arcuata yang
akan mengelilingi cortex dan medula sehingga disebut a. arciformis. 3

Arteri arcuata

Arteri arcuata atau arteri arciformis mempercabangkan a.interlobularis dan berjalan samapai tepi
ginjal (cortex) kemudian mempercabangkan vasa afferens pada glomerolus. Dalam glomerolus
membentuk anyaman atau pembuluh kapiler sebagai vasa efferens. 3

Pembuluh balik pada ren mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sebagai kapiler dan
kemudian berkumpul ke dalam v.interobularis atau Vv.stellatae (Verheyeni). Dari v. Interlobularis
v. Arcuta v. Interlobaris v. Renalis v. cava inferior. 3

Ginjal mendapatkan persarafan melalui plexus renalis, yang serata berjalan bersama dengan
arteri renalis. Input dari sistem simpatik menyebabkan vasokontriksi yang menghambat aliran darah
ke ginjal. Ginjal diduga tidak mendapat persarapan parasimpatik. Impuls sensorik dari ginjal berjalan
menuju korda spinalis segmen thoracal 10-11 dan memberikan sinyal sesuai dengan level
dermatomnya.

Gambar 2. Bagian ginjal

Sumber: Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Penerbit Buku EGC. 2011.

Struktur Mikroskopis

Pembagian ginjal sama seperti halnya pada struktur makroskopis terdiri dari dua bagian
korteks dan medula ginjal. Dalam jaringan korteks ginjal terdapat:

6
Glomerolus ginjal (korteks marpighi), bangunan ini bentuknya khas, bulat dengan warna yang
lebih gelap daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih padat. Permukaan luarnya diliputi
epitel selapis gepeng yang disebut kapsula bowman pars parietal. Kadang ditemukannya tautan antara
kapsula bowman pars parietal dengan tubulus kontortus proksimal yang membentuk polus tubularis.
Dibawah kapsula bowman pars parietal terdapat ruangan kosong yang dalam keadaan hidup terisi
cairan ultrafiltrat (urine primer). Pada sisi berlawan dengan polus tubularis terdapat polus vaskularis,
tempat masuk dan keluarnya arteriol pada glomerolus. Arteriol yang masuk disebut arteri afferen,
yang kemudian bercabang menjadi sebuah kapiler bergelung-gelung membentuk glomerolus.
Pembuluh kapiler tadi sebenarnya diliputi oleh podosit yang merupakan sel endotel kapiler bowman
pasr viseralis. Dengan mikroskop cahaya biasanya sulit membedakan sel endotel kapiler dari podosit.
Semua pembuluh kapiler tadi kemudian menjadi satu lagi membentuk arteri yang selanjutnya keluar
dari glomerolus dan disebut arteri efferen. 4

Gambar 3. korteks ginjal

Sumber: Junqueria LC. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Edisi 10. Penerbit Buku EGC. 2010.

Pada beberapa glomerolus dapat dibedakan arteri afferen dari arteri efferen karena kebetulan
terpotong pada apparatus yuxtaglomerularis. Bangunan ini terdiri atas makula densa dan sel
yuxtaglomerularis. Arteri afferen ikut membentuk bangunan ini karena sel yuxtaglomerularis
sebenarnya merupakan sel otot polos dinging arteri afferen didekat glomerolus yang bersifat menjadi
sel epiteloid. Sel-sel tersebut tampak jernih dan kadang-kadang didalam sitoplasmanya terdapat
granula. Ditempat ini, arteriol tidak mempunyai tunika elastika interna. Sisa luar sel yuxtaglomerular
berhimpit dengan sel yang menyusun makula densa yang merupakan epitel dinidng tubulus kontortus
distalis. Pada bagian ini sel dinding tubulus tersusun lebih padat daripada bagian lain. Sel makula
densa dan sel yuxtaglomerular bersama-sama membentuk apparatus yuxtaglomerularis dan tempat
keluarnya arteri efferen glomeroluss terdapat kelompokan sel-ssel kecil yang jernih yaitu sel
mesangial atau sel polkisen.4

7
Tubulus kontortus proksimal. Saluran ini selalu terpotong dibagian bidang karena jalannya
berkelok-kelok. Dindingnya terdiri atas selapis sel kuboid dengan batas-batas sel yang sukar
dilihat. Intinya bulat, biru dan biasanya terletak agak berjauhan dengan initi disebelahnya.
Sitoplasma berwarna asidofil. Dinidng lateral sel tidak jelas dan permukaan sel menghadap
lumen mempunyai brus border. 4
Tubulus kontortus distal. Seperti yang proksimal, dinidngnya terdiri atas selapis sel kuboid
yang batas antar selnya agak lebih jelas dibanding yang proksimal. Inti sel bulat berwarna
biru tetapi bila diperhatikan jarak antara inti sel disebelahnya agak berdekatan satu samalain.
Sitoplasmanya berwarna basofil dan permukaan sel yang menghadap lumen tidak mempunyai
brush border. 4
Arteri dan vena interlobularis. Pembuluh ini disebut juga arteri atau vena kortikalis radiata.
Kedua pembuluh ini sering terlihat berjalan berdampingan dan tergolong arteriol dan venula.
Bergantung pada arah potonganya, kedua pembuluh ini dapat terpotong melintang atau
memanjang tetapi selalu berada didalam jaringan korteks ginjal. Pada daerah yang berbatasan
dengan jaringan medula (pyramid) pada beberapa sajian dapat ditemukan arteri atau vena
arcuata yang tergolong arteriol dan venula yang lebih besar daripada arteri atau vena
interlobulaaris. 5
Kolumna renalis bertini. Jaringan kortek ginnjal sebagian kecil menjorok kedaerah medula
membentuk kolom mengisi celah diantasa pyramid. Jaringan medula sepertri itulah yang
disebut kolumna enalis bertini. Pada beberapa sajian di sinipun dapat ditemukan pembuluh
darah yang juga tergolong arteriol atau venula dan disebut arteri atau vena interlobaris. 5

Medula ginjal

Jaringan medula ginjal hanya teerdiri atas saluran-saluran kurang lebih berjalan lurus.
Jaringan medula ada juga yang menjorok masuk kedalam daerah korteks, didalam korteks ginjal
jaringan medula ini membentuk berkas-berkas yang disebut processus ferreini. Didalam berkas ini
terdapat sekelompok saluran yang gambaranya berbeda dari saluran yang ada didalam jaringan
korteks. Jika berkas itu terpotong melintang biasanya tampak sejumlah saluran lumennya lebih kecil
dan dindingnyapun lebih tipis. Didalam jaringan medula ginjal, yang terdapat pada processus ferreini
maupun pada pyramid.5

8
Gambar 4. Medula ginjal

Sumber: Eroschenko VP. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Edisi ke-9. Penerbit
Buku EGC. 2012.

Ansa henle segmen tipis (pars ascendends) atau tubulus rectus distal gambarnya mirip tubulus
kontortus distal tetapi garis tengahnya lebih kecil.
Ansa henle segmen tipis. Gambaranya mirip pembuluh kapiler darah tetapi epitelnya hanya
terdiri dari selapis sel gepeng, sedikit lebih tebal sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat
selain itu lumennya tampak kosong.
Ansa henle segmen tebal (pars descendens) atau tubulus rectus proksimal. Gambaranya mirip
dengan tubulus kontortus proksimal tetapi diameternya lebih kecil.
Ductus koligens. Gambarnya mirip tubulus kontortus distal tetapi dinidng sel epitelnya jauh
lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat. Jaringan medula yang terdapat di dalam
pyramid ga,barnnya sam dengan yang terdapat iddalam processus ferreini. Tetapi makin dekat
ke papilla renis saluran-saluran yang ada didalmnya tampak berdiameter lebih besar,
dindingnya dilapisi epitel kubis tinggi selapis torak dan disebut ductus papilaris bellini.
Saluran terakhir ini bermuara kedalam calyx minor.

Mekanisme kerja ginjal


Ginjal memiliki tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urin yaitu filtrasi
glomerulus, reabsorbsi tubulus, sekresi tubulus. Pada saat darah mengalir melalui glomerulus, terjadi
filtrasi plasma ke dalam kapsula bowman. Proses ini yang dikenal sebagai filtrasi glomerulus, yang
merupakan langkah pertama dalam pembentukan urin. Pada saat filtrasi mengalir melalui tubulus, zat-

9
zat yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan bahan-
bahan yang bersifat selektif dari bagian dalam tubulus ke dalam darah ini disebut reabsorbsi tubulus.
Zat-zat yang direabsorbsi tidak keluar dari tubulus melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler
peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan.6
Proses ginjal ketiga, sekresi tubulus yang mengacu pada perpindahan selektif zat-zat darah
kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk ke
dalam tubulus ginjal. Eksresi utin mengacu pada eliminasi zat-zat dari tubuh di urin. Proses ini bukan
suatu proses terpisah tetapi merupakan hasil dari ketiga proses utama. 6

Filtrasi Glomerulus
Cairan yang difiltrasi dari dari glomerulus ke dalam kapsula bowman harus melewati tiga
lapisan yang membentuk membrana glomerulus : dinidng kapiler glomerulus, membrana basalis, dan
lapisan dalam kapsula bowman. Ketiga lapisan tersebut berfungsi sebagai saringan molekul halus
yang menahan sel darah merah dan protein plasma tetapi melewatkan air dan zat terlarut lain yang
ukuran molekulnya cukup kecil. Pada glomerulus terdapat celah sempit yang membentuk jalan bagi
cairan untuk keluar dari kapiler glomerulus dan masuk ke lumen kapsula bowma. Dengan demikian
rute yang diambil oleh glomerulus seharusnya bersifat ekstrasel peryama melalui pori-pori kapiler
kemudian membrana basalis aseluler dan terahir melalui celah filtrasi kapsular. 6
Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat suatu gaya mendorong sebagain
plasma dalam glomerulus menembus lubang membaran glomerulus. Filtrasi glomerulus disebakan
oleh adanya gaya fisik pasif yang serupa dengan gaya yang terdapat di kapiler bagian tubuh lainnya.
Kapiler glomerulus memiliki sifat permeabilitas yang tinggi, sehingga untuk tekanan filtrasi yang
sama lebih banyak cairan yang difiltrasi dan keseimbangan gaya di kedua sisi membran glomerulus
adalah sedemikian rupa, sehingga filtrasi berlangsung di keseluruhan kapiler. Pada filtrasi terdapat
tiga gaya fisik yang terkibat dalam filtrasi glomerulus7 :

Tekanan hidrostatik kapiler glomerolus


Tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler glomerolus. Tekanan ini
akhirnya bergantung pada kontraksi jantung dan resistensi arteriol afferen dan efferen
terhadap aliran darah. Sementara tekanan darah kapiler glomerulus mendorong filtrasi.
Tekanan hidrostatik kapsula bowman
Tekanan ini, cenderung mendorong cairan keluar dari kapsula bowman, melawan filtrasi
cairan dari glomerulus ke kapsula bowman.
Tekanan osmotik osmotik koloid plasma
Ditimbulkan oleh distribusi protein plasma yang tidak seimbang di kedua sisi membran
glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi, protein plasma yang terdapat di kapiler glomerulus

10
tetapi tidak di temukan pada kapsula bowman. Dengan demikian konsentrasi air di kapsula
bowman lebih tinggi daripada kapiler glomerulus. Akibatnya adalah kecenderungan air untuk
berpindah secara osmostis mengikuti penurunan gradien konsentrasi dari kapsula bowman ke
kapiler glomerulus yang melawan arah filtrasi glomerolus.

Reabsorbsi tubulus
Reabsorbsi adalah suatu proses yang sangat selektif. Di dalam filtrat glomerulus, semua konstituen
kecuali protein plasma, berada dalam konsentrasi yang sama dengan konsentrasi plasma. Umumnya
jumlah yang diperlukan untuk mempertahankan komposisi dan volume lingkungan cairan internal
yang sesuai. Di sepanjang tubulus yang dilaluinya, beberapa zat dari filtral direabsorbsi kembali
secara selektif dari tubulus dan kembali ke darah sedangkan yang lain disekresikan dari darah ke
dalam lumen tubulus. Meresapnya zat-zat pada tubulus terjadi dengan dua cara. Gula dan asam amino
melalui proses difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus
proksimal dan tuulus distal. 7

a. Reabsorbsi tubulus proksimal


Banyak zat yang diperoleh melalui mikropunksi ternyata masa isoosmotik sampai ke ujung tubulus
proksimal. Pada tubuls proksimal ini, air akan keluar dari tubulus secara pasif akibat perbedaan
osmotik yang dihasilkan oleh transport aktif zat terlarut sehingga keadaan isotonik bisa dipertahankan.
Zat organik terlarut sepeerti glukosa, asam amino dan bikarbonat lebih banyak di reabsorbsi dari pada
air sehingga konsentrasi zat tersebut menurun secara nyata. 7

Reabsorbsi glukosa
Glukosa, asam amino dan bikarbonat direabsorbsi bersamaan dengan natrium di bagian awal
tubulus proksimal. Mendekati akhir tubulus, natrium akan direabsorbsi bersamaan dengan
klorida. Glukosa direabsorbsi melalu transport aktif sekunder. Ambang ginjal untuk glukosa
ialah kadar plasma yang pertama kali menyebabkan glukosa di temukan dalam urin dengan
jumlah kecil yang biasa diekresikan, ambang ginjal untuk glukosa adalah 375% mg/menit.7
Reabsorbsi ion natrium
Ion-ion natrium di transport secara pasif melalui difusi terfasilitasi (dengan carrier) dari lumen
tubulus kontortus proksimal ke dalam sel-sel epitel tubulus yang konsentrasi ion natriumnya
lebih rendah. Ion natrium yang ditransport secara aktif dengan pompa natrium kalium akan
keluar dari sel-sel epitel untuk masuk ke cairan interstsial di dekat kapiler peritubular. 7

b. Reabsorbsi ansa henle


Ansa henle terdiri dari tiga segmen fungsional yang berbeda : segmen tipis descendens, segmen tipis
asncendens dan segmen tebal asncendens. Bagian segmen tipis ascendens sangat impermeabel

11
terhadap kebanyakan zat terlarut termasuk ureum dan natrium termasuk air. Sektar 20% dari air yang
difiltrasi akan direabsorbsi di ansa henle, dan hampir semua terjadi di lengkung tipis descendens
karena lengkung tipis dan tebal ascendens impermeabel terhadap air. Segmen tebal ansa henle, yang
mereabsorbsi secara aktif natrium, klorida, dan kalium. Segmen tipis lengkung ascendens mempunyai
kemapuan reabsorbsi yang lebih rendah daripada segmen tebal, dan lengkung tipis descendens tidak
mereabsorbsi zat terlarut ini dalam jumlah bermakna.8

c. Reabsorbsi tubulus distal


Segmen tebal ascendens ansa henle berlanjut ke dalam tubulus distal. Bagian tubulus ini mempunyai
kesamaan aktivitas reabsorbsi seperti segmen tebal ansa henle, artinya mereabsorbis natrium, klorida,
dan kalium, impermeabel terhadap air dan ureum. Oleh karena itu, segmen ini disebut segmen
pengencer. 8

d. Reabsorbsi duktus koligens


Duktus ini bagian akhir dalam pemrosesan urin sehingga memainkan peranan penting dalam
menentukan keluaran akhir dari air dan zat terlarut dari uyrin. Permeabilitas duktus koligen bagian
medula terhadap air di kontrol oleh kadar ADH. Dengan kadar ADH yang tinggi, air banyak
direabsorbsi ke dalam intestinum medula. Duktus koligen pada bagian medula permeabel terhadap
ureum. 8

Sekresi
Sekresi tibulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan epitel reabsorbsi tubulus,
tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorbsi, sekresi rubulus dapat aktif dan pasif.
Bahan yang paling penting di sekreesikan adalah ion hidrogen dan ion kalium, anion dan kation
organik, serta senyawa-senyawa asing bagi tubuh. 8

Eksresi
Dari 125 ml/menit cairan yang difiltrasi di glomerulus dalam keadaan normal hanya 1 ml/ menit yang
tertinggal di tubulus dan diekresikan sebagai urin. Hanya zat-zat sisa dan kelebihan elektrolit yang
tidak diperlukan oleh tubuh dibiarkan didalam tubulus. Ginjal mampu mengeksresikan urin dengan
volume dan konsentrasi yang berbeda-beda baik untuk menahan atau mengeluarkan H2O, masing-
masing bergantung pada apakah tubuh mengalami kelebihan H2O.

Sistem Counter Current Multipilier


Terdapat di lengkung henle, suatu bagian nefron yang panjang dan melengkung dan terletak diantara
tubulus proksimal dan distal. Sistem multiplikasi tersebut memiliki lima langkah dasar dan
bergantung pada trasnport aktif natrium (dan klorida) keluar dari pars ascendens lengkung tersebut.

12
Sistem tersebut juga bergantung pada impermeabilitas relatif bagian lengkung ini terhadap ait yang
menjaga air tidak keluar mengikuti natrium. Akhirnya sistem ini mengandalkan permeabilitas duktus
pengumpul terhadap air. Langkah-langkah pada counter current multiplier :
a) Tungkai descendens ansa henle sangat permeabel terhadap air dan relatif impermeabel
terhadap zat terlarut seperti NaCl. Tungkai ini tidak secara aktif mentrasnport setiap zat.8
b) Tungkai ascendens impermeabel terhadap air, tetapi permeabel terhadap NaCl. Ion klorida
secara aktif memompa filtrat keluar tungkai ascendens menuju cairan interstisial pertibular
yang diikuti dengan aliran ion natrium katena tarikan listrik ion klorida negatif, hal ini
meningkatkan konsentrasi osmotin NaCl dalam cairan interstisial. 8
c) Akibat penigkatan osmolaritas cairan interstisial, air bergerak keluar tungkai descendens dan
lengkung menuju cairan interstisial tubular melalui proses osmosis. Hal ini menyebabkan
konsentrasi zat terlarut dalam cairan tubular lebih besar karena zat tersebut berbalik pada
lengkungan jepit ansa henle. Osmolaritas cairan ini meningkat samapo mencapai konsentrasi
maksimum 1.200 miliosmol/l. Empat kali lebih banyak dibandingkan konsentrasi cairan
normal. 8
d) Karena filtrat bergerak di sepanjang tungkai ascendens, kandungan ion natriumnya pun
semakin berkurang. NaCl berdifusi secara pasif keluar lengkung henle di awal tungkai
ascendens dan secara aktif di transport ke luar saat filtrat melewati tungkai ascendens. Karena
tungkai ascendens impermeabel terhadap air, maka air tidak ikut keluar dan cairan tubular
kemudian memnjadi lebih encer (hipoosmotik) saat menanjak menuju korteks.
e) Sebagian NaCl yang keluar dari tungkai ascendens ke cairan interstisial berdifusi ke dalam
tungksi descendens. Juga NaCl baru dalam filtrat glomerolus terus bergerak ke dalam inflow
tubulus unutk dikeluarkan dari tungkai ascendens ke cairan interstisial oeritubulat. Dengan
demikian mekanisme daur ulang ini menggandakan konsentrasi NaCl. 8
f) Akibatnya adalah cairan interstisial yang menyelubungi ansa genle mengandung garam
berkonsentrasi tinggi. Seperti halnya filtrar dalam ansa henle. Gradien konsentrasi vertikel
dari korteks (isoosmotik) ke medula (hiperosmotik) dapat dipertahankan.

13
Gambar 9 . sistem counter current
Sumber: Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Penerbit Buku EGC. 2010.

Komposisi dan Sifat-sifat Urin

Sifat fisik

Warna. Urin encer biasanya kuning pucat dan kuning pekat jika kental. Urine segar biasanya
jernih dan menjadi keruh jika didiamkan.
Bau. Urin memiliki bau yang khas dan cenderung berbau amonia jika didiamkan. Bau ini
dapat bervariasi sesuai dengan diet; misalnya, setelah makan asparagus. Pada diabetes yang
tidak terkontrol, aseton menghasilkan bau manis pada urin.
Asiditas atau alkalinitas. pH urin bervariasi antara 4,8 sampai 7,5 dan biasanya sekitar 6,0;
tetapi juga bergantung pada diet. Ingesti makanan yang berprotein tinggi akan meningkatkan
asiditas, sementara diet sayuran akan meningkatkan alkalinitas.9
Berat jenis urin berkisar antara 1,001 sampai 1,035; bergantung pada konsentrasi urin.

Sifat dan susunan urin setiap 24 jam tidak banyak berubah, tetapi antara urin sewaktu sepanjang
hari dapat berbeda bermakna. Oleh karena itu, sampel urin perlu dipilih sesuai tujuan pemeriksaan.
Misalnya untuk analisis kuantitatif harus digunakan sampel urin yang dikumpulkan24 jam. Apabila
sampel urin dibiarkan tanpa pengawet, sifat dan susunan urin dapat berubah misalnya lebih asam atau
menjadi lebih basa dan bila urin tersebut mengandung gula maka konsentrasi gula yang terdapat di
dalamnya dapat berkurang akibat aktivitas bakteri sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Oleh
karena itu, pengawetan urin menjadi penting apabilatidak segera dilakukan pemeriksaan seperti pada
pengambilan sampel urin 24 jam.Kandungan zat padat dalam urin 24 jam adalah sebagai berikut:9

a. Klorida sebagai NaCl : kurang lebih 10g

b. Ca2+, Mg 2+, Iodium : sedikit

c. Urea : kurang lebih 20-30 g

14
d. Kreatinin : 1,5 g

e. Amonium : 0,7 g

f. Asam urat : 0,7 g

Kesimpulan
Dalam kehidupan sehari-hari, ginjal mempunyai berbagai fungsi. Salah satunya untuk mengeluarkan
sisa metabolisme. Dalam ginjal terdapat unit fungsional ginjal yang didalamnya terjadi proses penting
yaitu filtrasi, reabsorbsi, sekresi dan eksresi. Bila mekanisme filtrasi dalam ginjal rusak maka akan
berpengaruh warna urin. Seperti dalam kasus dimana seorang anak terkena glomerulonefritis warna
urinnya berubah karena kerusakan filtrasi.

Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2011.h. 325-6.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2013.h.120-30.
3. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2011.h.250-4.
4. Junqueria LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2010. h. 369-73.
5. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta: EGC;
2012.h.248-55.
6. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FA Davis Company;
2013.h.250-80.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi 2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC ; 2012.h.510-90.
8. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2010.h. 320.
9. Marks D, Marks A, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta:EGC; 2012.h.245-85.

15

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Filariasis
    Makalah Filariasis
    Dokumen23 halaman
    Makalah Filariasis
    sri wahyuni
    83% (6)
  • Cerpen
    Cerpen
    Dokumen3 halaman
    Cerpen
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 9 - Elva
    Blok 9 - Elva
    Dokumen15 halaman
    Blok 9 - Elva
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Mariska - SKEN 6
    Mariska - SKEN 6
    Dokumen23 halaman
    Mariska - SKEN 6
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 29 Baru
    Blok 29 Baru
    Dokumen16 halaman
    Blok 29 Baru
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Dokumen15 halaman
    Skenario 1
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 5
    Skenario 5
    Dokumen17 halaman
    Skenario 5
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Ensefalopati Hepaticum
    Ensefalopati Hepaticum
    Dokumen17 halaman
    Ensefalopati Hepaticum
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 7
    Skenario 7
    Dokumen17 halaman
    Skenario 7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 8
    Skenario 8
    Dokumen14 halaman
    Skenario 8
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 16
    Blok 16
    Dokumen22 halaman
    Blok 16
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 8
    Skenario 8
    Dokumen14 halaman
    Skenario 8
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 18
    Blok 18
    Dokumen21 halaman
    Blok 18
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 5
    Skenario 5
    Dokumen14 halaman
    Skenario 5
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • BLOK 14 - Fraktur Tibia
    BLOK 14 - Fraktur Tibia
    Dokumen19 halaman
    BLOK 14 - Fraktur Tibia
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Skenario 12 - PBL F5
    Makalah Skenario 12 - PBL F5
    Dokumen12 halaman
    Makalah Skenario 12 - PBL F5
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Mumps
    Mumps
    Dokumen10 halaman
    Mumps
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Blok 6
    Makalah Blok 6
    Dokumen13 halaman
    Makalah Blok 6
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Sken.7
    Makalah Sken.7
    Dokumen13 halaman
    Makalah Sken.7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Hemo Filia
    Hemo Filia
    Dokumen19 halaman
    Hemo Filia
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Hemo Filia
    Hemo Filia
    Dokumen19 halaman
    Hemo Filia
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Arteri Basilaris
    Arteri Basilaris
    Dokumen2 halaman
    Arteri Basilaris
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • E8 - Skenario 7
    E8 - Skenario 7
    Dokumen21 halaman
    E8 - Skenario 7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Adaptasi Sel
    Adaptasi Sel
    Dokumen9 halaman
    Adaptasi Sel
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • E8 - Skenario 9
    E8 - Skenario 9
    Dokumen15 halaman
    E8 - Skenario 9
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • E8 - Skenario 9
    E8 - Skenario 9
    Dokumen15 halaman
    E8 - Skenario 9
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 9 - E7
    Skenario 9 - E7
    Dokumen26 halaman
    Skenario 9 - E7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 18
    Blok 18
    Dokumen25 halaman
    Blok 18
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Katara K
    Katara K
    Dokumen24 halaman
    Katara K
    Elva patabang
    Belum ada peringkat