Anda di halaman 1dari 10

Analisa Infeksi Mumps dan Penatalaksanaannya

Elva Patabang
102014029
Email : : ELVA.2014fk029@civitas.ukrida.ac.id
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna no. 6. Jakarta 11510

Abstrak
Gondongan adalah infeksi virus yang terutama mempengaruhi kelenjar parotis, yaitu
salah satu dari tiga pasang kelenjar ludah yang terletak di bawah dan di depan telinga. Jika
seseorang terkena gondongan, hal ini dapat menyebabkan pembengkakan pada salah satu atau
kedua kelenjar parotis. Gondongan merupakan penyakit umum di Amerika Serikat sebelum
adanya vaksinasi secara rutin. Sejak dilakukannya vaksinasi, jumlah kasus telah menurun drastis,
sehingga peluang kita untuk terinfeksi rendah. Komplikasi gondongan, seperti gangguan
pendengaran, mempunyai potensi yang serius, tapi jarang terjadi. Tidak ada pengobatan khusus
untuk penyakit gondongan. Wabah penyakit ini masih terjadi di Amerika Serikat, dan masih
umum di banyak bagian dunia, sehingga vaksinasi untuk mencegah penyakit ini merupakan hal
yang penting.

Kata kunci : virus, gondongan, parotis

Abstract
Mumps is a viral infection that primarily affects the parotid glands, which is one of three
pairs of salivary glands, situated below and in front of ears. If someone contracts with mumps, it
can cause swelling in one or both parotid glands. Mumps was common in the United States until
mumps vaccination became routine. Since then, the number of cases has dropped dramatically,
so our odds of getting mumps are low. Complications of mumps, such as hearing loss, are
potentially serious, but rare. There's no specific treatment for mumps. Mumps outbreaks still
occur in the United States, and mumps is still common in many parts of the world, so getting a
vaccination to prevent mumps remains important.

1
Keywords : virus, mumps, parotid

Pendahuluan
Kelainan akibat infeksi virus merupakan kasus yang cukup sering terjadi di dunia
kedokteran. Infeksi yang diakibatkan virus ada bermacam-macam, contohnya adalah penyakit
mumps / gondongan, dimana penyakit ini dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar parotis.
Kelainan lain yang dapat dicurigai yaitu adanya abses pada sub-mandibula, virus parainfluenza
serta berbagai efek samping obat-obatan dan kelainan metabolik dalam tubuh.
Tinjauan pustaka ini dibuat dengan memfokuskan ke berbagai penyakit yang
diakibatkan oleh infeksi virus khusunya mumps dan bagaimana cara penatalaksanaan yang tepat,
serta tinjauan ini juga akan membahas berbagai penyakit yang mirip dengan mumps agar
pembaca dapat mengetahui dan memahami perbedaan tersebut.

Anamnesis
Anamnesis merupakan wawancara riwayat kesehatan pasien baik secara langsung atau
tidak langsung yang memiliki tiga tujuan utama, yaitu mengumpulkan informasi, membagi
informasi, dan membina hubungan saling percaya untuk mendukung kesejahteraan pasien.
Informasi atau data yang dokter dapatkan dari wawancara merupakan data subjektif berisi hal
yang diutarakan pasien kepada dokter mulai dari keluhan utama hingga riwayat pribadi dan
sosial.1
Riwayat kesehatan yang perlu dikumpulkan secara komprehensif khususnya untuk
individu yang sudah dewasa meliputi (1) Identifikasi data meliputi nama, usia, jenis kelamin,
alamat, agama, suku bangsa, pekerjaan, dan status perkawinan; (2) Keluhan utama, yaitu satu
atau lebih gejala yang menyebabkan pasien pergi ke dokter; (3) Riwayat penyakit sekarang yang
meliputi perincian tentang tujuh karakteristik gejala dari keluhan utama yaitu lokasi, kualitas,
kuantitas, waktu terjadinya gejala, kondisi saat gejala terjadi, faktor yang meredakan atau
memperburuk penyakit, dan manifestasi terkait (hal-hal lain yang menyertai gejala); (4) Riwayat
kesehatan masa lalu yaitu seperti pemeliharaan kesehatan (imunisasi dan tes skrining), riwayat
penyakit yang diderita pada masa kanak-kanak, penyakit yang dialami saat dewasa lengkap
dengan waktunya yang mencakup empat kategori, yaitu medis (contohnya penyakit asma,
diabetes, dan hipertensi), pembedahan (tanggal pembedahan, indikasi, dan jenisnya), obstetrik

2
(riwayat haid, keluarga berencana, dan fungsi seksual), dan psikiatrik (meliputi tanggal,
diagnosis, perawatan di rumah sakit dan pengobatannya); (5) Riwayat keluarga, yang meliputi
usia dan status kesehatan, atau usia dan penyebab kematian dari setiap hubungan keluarga yang
paling dekat mencakup kakek-nenek, orang tua, saudara kandung, anak, cucu dan (6) Riwayat
pribadi dan sosial yang mencakup aktivitas dan gaya hidup sehari-hari, situasi rumah dan orang
terdekat, sumber stres jangka pendek dan panjang, pekerjaan dan pendidikan.2
Pada kasus, didapatkan pasien mengalami demam hilang timbul, dan leher akan terasa
nyeri jika makan asam.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan-
temuan dalam anamnesis, karena data yang diperoleh dari anamnesis adalah data subjektif,
sehingga harus diperkuat dengan data objektif, yang bisa didapatkan dari pemeriksaan fisik.3
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan dengan memeriksa tanda-tanda vital.
Pemeriksaan tanda-tanda vital mencakup pemeriksaan nadi, pernapasan, suhu, dan tekanan
darah, serta pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada bagian-bagian tubuh
tertentu. Semua komponen harus diukur dalam setiap pemeriksaan yang lengkap. Pemeriksaan-
pemeriksaan tersebut vital karena mengandung ukuran-ukuran klinis kuantitatif. 3 Yang pertama
adalah (1) Intensitas nadi, yaitu berhubungan dengan karakteristik pembuluh darah dan tekanan
nadi dimana kecepatan denyut nadi normal pada dewasa yang sehat berkisar dari 50-100
denyut/menit; (2) Kecepatan pernapasan, dimana pada orang normal, peningkatan konsentrasi
karbondioksida dan ion hidrogen dalam darah merangsang peningkatan ventilasi dan juga
pemeriksa harus waspada bahwa, peningkatan kecepatan pernapasan involunter sering terjadi
bila subjek menyadari bahwa pernapasannya sedang diamati sehingga penghitungan kecepatan
pernapasan dilakukan secara diam-diam. Kecepatan pernapasan normal adalah 12-18x/menit
pada orang dewasa; (3) Suhu tubuh, dimana suhu tubuh manusia konstan pada keadaan sehat,
suhu fisiologis manusia rata-rata yaitu 37oC; dan (4) Tekanan darah, dimana tekanan darah
normal pada kebanyakan orang dewasa sehat yaitu 120/80.3
Pemeriksaan fisik selanjutnya adalah dengan melakukan inspeksi, yaitu melakukan
observasi pada bagian-bagian tubuh pasien, contohnya observasi pada kelopak mata dan sklera
serta konjungtiva tiap-tiap mata. Selain inspeksi, ada pemeriksaan palpasi, yaitu pemeriksaan

3
dengan cara menyentuh secara lembut dan dalam, contohnya palpasi abdomen, selanjutnya
pemeriksaan perkusi, yaitu pemeriksaan dengan mengetuk menggunakan jari tengah terhadap
jari tengah tangan lainnya sebagai tumpuan, dapat digunakan contohnya untuk pemeriksaan
hepar dan lien. Pemeriksaan berikutnya adalah dengan auskultasi yaitu pemeriksaan
menggunakan stetoskop untuk mendengar suara-suara, contohnya suara jantung.2,3
Pada kasus, didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadarannya
compos mentis, T = 38C, RR = 20x/menit, HR = 100x/menit, TD = normal, dengan inspeksi
diketahui kelenjar parotis tampak membesar, dengan palpasi kelenjar tersebut teraba hangat dan
tidak nyeri tekan, tidak dilakukan perkusi dan auskultasi.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung diagnosis
yang ingin didapatkan, salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu
pemeriksaan darah rutin yang terdiri dari pemeriksaan (1) Hemoglobin (Hb) dimana saat
pengambilan, tourniquet dipasangkan dan harus terpasang dalam kurun waktu kurang dari satu
menit. Untuk pengambilan darah lewat vena, darah yang diambil biasanya berjumlah 3 sampai 5
ml. Kadar normal Hb untuk pria dewasa adalah 13.5-17 g/dl, wanita dewasa 12-15 g/dl, anak 11-
16 g/dl, dan bayi 10-17 g/dl; (2) Hematokrit (Ht), yaitu saat pengambilan tourniquet yang
terpasang harus kurang dari kurun waktu dua menit. Untuk pengambilan darah lewat vena, darah
yang diambil biasanya berjumlah 3 sampai 5 ml. Kadar normal Ht pada pria dewasa adalah 40-
54%, wanita dewasa 36-46%, usia 4-10 tahun 31-43%, dan usia 1-3 tahun 29-40%; (3) Sel darah
putih (Leukosit), untuk perhitungan sel darah putih dapat diketahui dari pemeriksaan darah
lengkap dan diperlukan rumus tertentu, perhitungan leukosit bertujuan untuk menentukan adanya
infeksi atau tidak. Jumlah normal sel darah putih pada dewasa sehat adalah 5.000-10.000 l, usia
10 tahun 5.000-13.500 l, usia 2 tahun 6.000-17.000 l, dan bayi 9.000-30.000 l; (4)
Trombosit, cara pengambilan darah sama seperti perhitungan Hb dan Ht, yaitu jika yang diambil
darah vena, maka biasanya diambil 3-5 ml. Jumlah normal trombosit pada dewasa adalah
150.000-400.000 l dan pada bayi 200.000-475.000 l.4
Pada pasien dengan parotiditis selama 2 hari atau lebih, dugaan terjadinya mumps dapat
dihilangkan dengan melakukan tes virologi ataupun tes serologi. Tes ini dilakukan dengan
mengisolasi virus dalam kultur sel, pendeteksian antigen virus dengan immunoflourescence,

4
ataupun dengan identifikasi asam nukleat dengan reverse transcriptase PCR. Virus dapat diambil
dari sekresi traktus respiratorius atas, cairan otak (cerebrospinal fluid CSF), atau bahkan urin
pada kasus-kasus yang berat.5 Pada kasus kali ini, darah pasien tampak normal.

Diagnosis Kerja
Diagnosis kerja adalah kesimpulan yang dibuat setelah dievaluasi adanya penemuan
positif dan negatif yang bermakna dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan diagnosis
kerja ini, maka pengobatan serta tindakan yang perlu dapat segera dilaksanakan.6
Pada kasus ini, diagnosis kerja yang didapatkan adalah mumps / gondongan. Diagnosis
ini didapatkan berdasarkan gambaran klinis yang khas yaitu pembesaran dan nyeri pada kelenjar
parotis disertai gejala prodromal. Diagnosis juga dapat diperkuat pada pemeriksaan fisik yaitu
tidak adanya nyeri tekan pada pembesaran kelenjar parotis serta pemeriksaan laboratorium yaitu
pemeriksaan jumlah leukosit yang tetap normal atau leukopenia dengan limfositosis relatif. Bila
didapatkan meningitis, pankreatitis, atau orkitis, sering ditemukan leukositosis dengan shift to
the left. Amilase serum juga meningkat selama 2-3 minggu.7

Mumps
Mumps merupakan infeksi virus akut sistemik yang terutama mengenai anak usia
sekolah dan dewasa muda dengan manifestasi klinis utama pembesaran kelenjar parotis. 7 Pada
kepustakaan lama penyakit ini disebut dengan parotitis epidemika. Infeksi ini umumnya bersifat
ringan dan dapat sembuh sendiri, sepertiga orang terinfeksi tidak menunjukkan gejala klinis.
Pada orang dewasa dan usia tua manifestasi klinis biasanya lebih berat.7

Diagnosis Banding
Beberapa virus seperti virus golongan paramyxovirus yaitu virus parainfluenza 3, virus
coxsackie, virus influenza A juga dapat menyebabkan parotitis. Pada kondisi ini, untuk
membedakan dengan mumps harus dilakukan pemeriksaan serologi atau kultur virus.
Pembesaran kelenjar parotis bilateral pada anak-anak sering disebabkan oleh virus HIV. Parotitis
supuratif biasanya disebabkan Staphylococcus aureus atau bakteri gram negatif. Pembesaran
kelenjar parotis yang disebabkan oleh obat-obatan (fenilbutazon, tiourasil, iodide, fenotiazin)

5
atau kelainan metabolik (diabetes mellitus, malnutrisi, sirosis, uremia) biasanya bilateral dan
asimptomatik. Penyakit lain yang menyerupai mumps adalah Mikuliczs syndrome.7,8
Sindrom Mikulicz adalah kondisi kronis yang ditandai dengan pembesaran abnormal
kelenjar di kepala dan leher, termasuk kelenjar dekat telinga (parotis), mata (lakrimal) dan mulut
(saliva). Meskipun gangguan tersebut hampir selalu digambarkan sebagai jinak, selalu terjadi
gangguan lain seperti tuberkulosis, dan leukemia. Beberapa orang dengan sindrom Mikulicz
mungkin mengalami demam berulang. Demam dapat disertai dengan mata kering, produksi air
mata berkurang (lakrimasi), dan radang di berbagai bagian mata (uveitis). Pembesaran kelenjar
lakrimal dan parotis, mulut mata kering adalah tanda-tanda klasik. Penyebab pasti sindrom
Mikulicz tidak diketahui, penyebab sindrom ini diduga oleh gangguan autoimun. Sindrom
Mikulicz juga mempengaruhi lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki dan paling sering
menyajikan selama masa dewasa tengah.9
Dapat juga dicurigai terjadinya abses submandibula, yaitu abses leher yang terbentuk di
dalam ruang potensial di antara leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai
sumber, seperti gigi, mulut, tenggorokan, sinus paranasal, telinga tengah, dan leher. Gejala dan
tanda klinis biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam. Penyebab abses
umumnya adalah bakteri golongan Streptococcus dan Staphylococcus.10

Manifestasi Klinis
Masa inkubasi mumps antara 2-4 minggu, kebanyakan 16-18 hari. Gejala prodromal
tidak khas, mencakup demam ringan, anoreksia, malaise, sakit kepala. Dalam waktu 1 hari
manifestasi klinis penyakit menjadi nyata dengan timbulnya sakit telinga dan nyeri pada kelenjar
unilateral. Dalam waktu 2-3 hari kelenjar parotis membesar dan mencapai ukuran maksimal
disertai nyeri hebat. Umumnya kelenjar parotis lainnya membesar 1-2 hari kemudian.
Pembesaran kelenjar parotis unilateral terjadi pada 25% kasus. Pembesaran parotis bisa
menyebabkan trismus dan kesulitan berbicara dan menelan. Setelah parotis mencapai besar
maksimal, nyeri dan demam segera berkurang dan kelenjar parotis kembali ke ukuran normal
dalam waktu 1 minggu.7,8

Patofisiologi

6
Transmisi virus (Rubulavirus) terjadi melalui kontak langsung, droplet nuclei, muntahan
yang masuk melalui hidung atau mulut. Satu-satunya hospes yang diketahui sampai saat ini
adalah manusia. Masa puncak penularan terjadi sesaat sebelum atau saat timbul parotitis.
Diperkirakan pada masa inkubasi, virus berproliferasi pada epitel saluran napas bagian atas dan
terjadi viremia, pada tahap selanjutnya terlokalisasi pada kelenjar dan jaringan saraf.7,8

Etiologi
Penyebab mumps adalah infeksi dari virus. Virus mumps merupakan famili
Paramyxoviridae dengan genus Rubulavirus. Virus mumps berbentuk sferis irregular dengan
diameter 90-300 nm. Genom virus mengkode 8 protein dan terdapat 13 genotipe virus. Pada suhu
4C virus dapat dapat bertahan selama beberapa hari, namun pada suhu -65 C virus dapat hidup
berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun.7,11

Epidemiologi
Mumps endemis di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, kejadian mumps menurun drastis
sejak dimulainya vaksinasi tahun 1967 (pada tahun 1968 dilaporkan 185.691 kasus dan tahun
2001 hanya 266 kasus). Insidensi puncak terjadi pada sekitar Juni 2009 sampai Januari 2010 di
New Jersey yang mencapai 1.521 kasus dimana 91 % pasien berusia >6 tahun dan 85% pernah
mendapat vaksin MMR (measles, mumps, rubella) 2 dosis.7 Epidemi mumps telah dilaporkan
pada barak militer, penjara, asrama, sekolah, dan kapal. Mumps jarang terjadi pada bayi di
bawah satu tahun dan di Amerika 49% infeksi dilaporkan pada orang ber-usia diatas 15 tahun.8,12
Secara umum, mumps sering ditemukan pada usia 5-19 tahun. Pria lebih punya
kesempatan terkena dibanding dengan wanita dengan rasio 3:1. Individu dengan ras hispanik
juga lebih berkesempatan untuk terkena dibanding ras lain.13

Penatalaksanaan
Terapi parotitis mumps adalah simptomatik dan suportif. Diberikan analgesik-antipiretik
untuk mengurangi nyeri karena pembengkakan parotis dan menurunkan demam. Pada pasien
meningitis atau pankreatitis dengan intake yang kurang atau muntah-muntah diperlukan
pemberian cairan intravena. Sebuah penelitian melaporkan bahwa pemberian interferon-alfa 2b
pada 4 pasien dengan orkitis mumps bilateral menunjukkan perbaikan gejala yang cepat dan

7
tidak terjadi atrofi testis atau oligospermia selama pemantauan. Dilaporkan bahwa pemberian 20
ml imunoglonulin mumps pada pasien pria dewasa, mengurangi kejadian orkitis dari 27,4%
menjadi 7,8%.7,8

Komplikasi
Komplikasi mumps dapat terjadi, berikut beberapa contoh komplikasi yang didapatkan
dari mumps. Meningitis didapatkan pada 1-10% kasus, biasanya terjadi 4 hari setelah parotitis,
namun dapat terjadi 1 minggu sebelum atau 2 minggu setelah parotitis. Kejadian pada pria 3 kali
lebih sering daripada wanita. Meningitis karena mumps biasanya bersifat ringan dan sembuh
total tanpa skuele. Ensefalitis dilaporkan terjadi pada 1 diantara 400 kasus dan muncul
bersamaan dengan munculnya parotitis sebagai akibat invasi virus pada neuron dan sebagian
besar terjadi 7-10 hari setelah onset parotitis (proses demielinasi pasca-infeksi) yang
berhubungan dengan respon imun hospes terhadap virus. Manifestasi klinis ensefalitis mumps
meliputi demam tinggi, penurunan kesadaran, kejang, paresis, afasia, gerakan involunter.
Kematian terjadi pada 1,4% kasus dan biasanya pada fase awal invasi virus ke susunan saraf
pusat. Gejala neurologi membaik dalam waktu 1-2 minggu, namun dilaporkan adanya sekuele
seperti gangguan psikomotor dan kelainan konvulsif. Gangguan pendengaran pada frekuensi
tinggi yang bersifat sementara dilaporkan pada 4,4% kasus dan pada 1:20.000 kasus terjadi tuli
permanen unilateral. Manifestasi neurologi lainnya meliputi ataksia serebelar, facial palsy,
transverse myelitis, ascending poliradiculitis yang dapat menyebabkan hidrosefalus.7,8
Pada orang dewasa, epididimo-orkitis merupakan manifestasi di luar kelenjar
ludah yang paling sering (20-30%).6,9 Dua pertiga kasus terjadi pada minggu pertama parotitis
dan 25% terjadi pada minggu kedua. Namun demikian, keterlibatan gonad dapat terjadi sebelum
parotitis muncul atau menjadi satu-satunya manifestasi mumps. Gambaran klinisnya adalah
pembesaran skrotum disertai rasa nyeri dan kemerahan.7,8

Pencegahan
Pasien dengan mumps sebaiknya diisolasi selama 5 hari setelah onset parotitis, meskipun
upaya ini kurang efektif karena virus dapat menyebar sebelum muncul gejala klinis. Dewasa ini
pencegahan mumps menggunakan vaksin MMR (measles, mumps, rubella) yang dianjurkan pada
anak usia 12-15 bulan sebanyak 2 dosis, dimana dosis kedua dilakukan pada anak usia 4-6

8
tahun.6 Vaksin tidak boleh diberikan pada wanita hamil, pasien dengan terapi imunosupresan,
demam tinggi, atau penyakit imunodefisiensi kongenital maupun didapat.7 Vaksin MMR yang
tersedia di Indonesia saat ini adalah Trimovax Merieux dan MMR II.

Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan penyakit mumps tanpa komplikasi sangat baik. Untuk
pasien dengan ensefalitis, prognosis umumnya. Kematian akibat infeksi mumps jarang terjadi.
Mayoritas korban (> 50%) terjadi pada pasien yang lebih tua dari 19 tahun.12

Kesimpulan
Mumps (gondongan) disebabkan oleh virus dari famili Paramyxovirus dan genus
Rubulavirus. Penyakit ini paling sering dialami oleh anak-anak pada usia 5-15 tahun. Suhu tubuh
biasanya naik sampai 38C-39C, kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis yang mula-
mula unilateral tetapi kemudian dapat menjadi bilateral yang merupakan gejala klinis dari
mumps (gondongan).

Daftar Pustaka

1. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2006.h.286-287


2. Bickley LS, Szilagyi PG. Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates: buku saku. Edisi
ke-5. Jakarta: EGC; 2008.h.1-6,11-2.
3. Willms JL, Schneiderman H, Algranati PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis dan fungsi
di bangsal. Jakarta: EGC; 2005.h. 30-1.
4. Kee JL. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2008.
5. Mason WH. Mumps. In: Kliegman RM. Nelson textbook of pediatrics. 18 th Ed.
Philadelphia: Elsevier; 2007. Chapter 245, Mumps; p.1341-4.
6. Santoso M. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan Diabetes
Indonesia; 2005.h.13-5.

9
7. Gunawan CA. Mumps. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Dalam: Mandell GL, Bennett JE,
Dolin R. Principles and practice of infectious diseases. Mumps virus. Jakarta:
InternalPublishing; 2014.h.735-6.
8. Gunawan CA. Mumps. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Dalam: Kasper DL, Braunwald E,
Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrisons principle of internal medicine.
Jakarta: InternalPublishing; 2014.h.735.
9. National Organization for Rare Disorders (NORD). Mikulicz syndrome. Diunduh dari
https://rarediseases.org/rare-diseases/mikulicz-syndrome/, Diakses 15 November 2015.
10. Fachruddin D. Abses leher dalam. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorokan kepala dan leher. Edisi 6. Jakarta: UI; 2007.h.229.
11. Knipe DM, Howley PM. Field virology. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and
Wilkins; 2007.p.1527-32.
12. Center for Diseases and Prevention (CDC). Morbidity and mortality week report
(MMWR). February 12, 2010; 59 (05); 125-9.
13. Defendi GL. Mumps. Diunduh dari http://reference.medscape.com/article/966678-
overview#a4, Diakses 15 November 2015.

10

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Filariasis
    Makalah Filariasis
    Dokumen23 halaman
    Makalah Filariasis
    sri wahyuni
    83% (6)
  • Cerpen
    Cerpen
    Dokumen3 halaman
    Cerpen
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 9 - Elva
    Blok 9 - Elva
    Dokumen15 halaman
    Blok 9 - Elva
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Mariska - SKEN 6
    Mariska - SKEN 6
    Dokumen23 halaman
    Mariska - SKEN 6
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 29 Baru
    Blok 29 Baru
    Dokumen16 halaman
    Blok 29 Baru
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Dokumen15 halaman
    Skenario 1
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Dokumen15 halaman
    Skenario 1
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 16
    Blok 16
    Dokumen22 halaman
    Blok 16
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 5
    Skenario 5
    Dokumen17 halaman
    Skenario 5
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 7
    Skenario 7
    Dokumen17 halaman
    Skenario 7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 18
    Blok 18
    Dokumen21 halaman
    Blok 18
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Ensefalopati Hepaticum
    Ensefalopati Hepaticum
    Dokumen17 halaman
    Ensefalopati Hepaticum
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 8
    Skenario 8
    Dokumen14 halaman
    Skenario 8
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 8
    Skenario 8
    Dokumen14 halaman
    Skenario 8
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 5
    Skenario 5
    Dokumen14 halaman
    Skenario 5
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Skenario 12 - PBL F5
    Makalah Skenario 12 - PBL F5
    Dokumen12 halaman
    Makalah Skenario 12 - PBL F5
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Sken.7
    Makalah Sken.7
    Dokumen13 halaman
    Makalah Sken.7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Blok 6
    Makalah Blok 6
    Dokumen13 halaman
    Makalah Blok 6
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • BLOK 14 - Fraktur Tibia
    BLOK 14 - Fraktur Tibia
    Dokumen19 halaman
    BLOK 14 - Fraktur Tibia
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Hemo Filia
    Hemo Filia
    Dokumen19 halaman
    Hemo Filia
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Hemo Filia
    Hemo Filia
    Dokumen19 halaman
    Hemo Filia
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Arteri Basilaris
    Arteri Basilaris
    Dokumen2 halaman
    Arteri Basilaris
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • E8 - Skenario 7
    E8 - Skenario 7
    Dokumen21 halaman
    E8 - Skenario 7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Adaptasi Sel
    Adaptasi Sel
    Dokumen9 halaman
    Adaptasi Sel
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • E8 - Skenario 9
    E8 - Skenario 9
    Dokumen15 halaman
    E8 - Skenario 9
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • E8 - Skenario 9
    E8 - Skenario 9
    Dokumen15 halaman
    E8 - Skenario 9
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Skenario 9 - E7
    Skenario 9 - E7
    Dokumen26 halaman
    Skenario 9 - E7
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Blok 18
    Blok 18
    Dokumen25 halaman
    Blok 18
    Elva patabang
    Belum ada peringkat
  • Katara K
    Katara K
    Dokumen24 halaman
    Katara K
    Elva patabang
    Belum ada peringkat