Elva Patabang
NIM 102014029
Email : ELVA.2014fk029@civitas.ukrida.ac.id
Abstract
Bones can not function as a motion if it is not driven by the muscle, because the bone can not
nergerak itself without the help of muscles. Then the bone is a means of passive motion,
whereas locomotor muscle is active because of their role as a driver of bone. Muscles based
structure, which can build up the body can be divided into three types: smooth muscle,
striated muscle or skeletal muscle, and cardiac muscle. Muscle begins to contract if there is
stimulation. In bone and muscle activity is a very important component in sustaining the
body. Musculoskeletal a supporting body shape and are responsible for the movement.
Human musculoskeletal system is a series of various tissues, both connective tissue, bones
and muscles are interconnected very special and very complex. Dislocation in the bones is
complete separation of the surfaces due to attraction of the capsule. Dislocations can be a
complication of fractures of the humerus. One of the joints that often fractured humerus is the
glenohumeral joint, because over all directions it is prone to injury.
Abstrak
Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak bila tidak digerakkan oleh otot, karena tulang
tidak dapat nergerak sendirinya tanpa bantuan otot. Maka tulang merupakan alat gerak pasif,
sedangkan otot merupakan alat gerak aktif karena berperan sebagai penggerak tulang. Otot
berdasarkan strukturnya, yang dapat membangun tubuh dapat dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu otot polos, otot lurik atau otot rangka, dan otot jantung. Otot mulai berkontraksi apabila
ada rangsangan. Dalam beraktivitas tulang dan otot merupakan komponen yang sangat
penting dalam menopang tubuh. Muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggungjawab terhadap pergerakan. Sistem muskuloskeletal manusia merupakan
rangkaian berbagai jaringan, baik itu jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling
berhubungan sangat khusus dan sangat kompleks. Dislokasi pada tulang adalah pemisahan
lengkap dari permukaan-permukaan yang disebabkan tertariknya kapsul. Dislokasi dapat
merupakan komplikasi fraktur pada humerus. Salah satu sendi pada humerus yang sering
mengalami fraktur ialah sendi glenohumeral, karena lebih ke segala arah maka rentan untuk
terjadi cedera.
1
Pendahuluan
Manusia memiliki kemampuan yang sangat baik untuk melakukan berbagai variasi
gerakan. Gerak tubuh manusia dapat terjadi karena adanya kerja sama antara tulang dan otot.
Tulang merupakan jaringan tubuh yang berfungsi untuk menopang tubuh dan bagian-
bagiannya. Karena fungsi untuk menopang tulang mempunyai struktur yang kaku. Otot
berfungsi untuk menggerakkan bagian-bagian tubuh. Ada yang untuk menggerakkan tulang
dan sendi, ada yang untuk menggerakkan organ tubuh, dan ada yang khusus untuk memompa
darah di jantung. Tulang dan otot memiliki struktur yang saling berhubungan. Keduanya
memiliki serat kolagen yang merupakan serabut sangat kuat. Perbedaannya terletak pada sifat
dan jaringan yang berada disekitar serat kolagen itu. Tulang di bentuk jaringan utama yang
terdiri dari kalsium yang kaku, sedangkan pada otot diisi sel atau serabut otot yang dapat
berkontraksi.
Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh serta memberikan bentuk pada tubuh
tubuh, dan melindungi organ-organ vital manusia. Tulang termasuk salah satu alat gerak pasif
karena tulang baru akan bergerak bila digerakan oleh otot sehingga tubuh dapat digerakan
dan dapat merespon berbagai macam rangasangan yang ada di sekitar. Hubungan antar tulang
yang satu dengan tulang yang lainnya, dihubung- kan oleh persendian (sendi). Dalam seluruh
kegiatan manusia diperlukan peran penting dari tulang, otot, dan sendi . Apabila salah satu
mengalami gangguan, maka aktivitas manusia itu sendiri menjadi terganggu dan tidak
maksimal karena satu sama lain saling berhubungan. Tidak banyak orang mengetahui betapa
pentingnya menjaga kesehatan tulang dan otot sehingga kerap kali hanya dapat
menggunakannya tanpa memikirkan sesuatu hal yang akan terjadi apabila tulang dan otot
dipakai untuk kontraksi berlebihan yang dapat menyebabkan kefatalan pada tulang dan otot
seperti fraktur/patah tulang yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memulihkan
kondisinya seperti semula.
Pembahasan
2
Pada potongan tulang terdapat 2 macam struktur yaitu: substantia spongiosa
(berongga) dan substantia compacta (padat). Bagian diaphysis tulang panjang yang berbentuk
sebagai pipa dindingnya merupakan tulang padat, sedang ujung-ujungnya sebagian besar
merupakan tulang berongga yang dilapisi oleh tulang padat yang tipis. Ruangan dari tulang
berongga saling berhubungan dan juga dengan rongga sumsum tulang, dapat dilihat pada
gambar berikut :3
Struktur kasar. Bila digergaji secara longitudinal (memanjang), dapat dilihat ada
jaringan kompak dan jaringan berbentuk jala. Bila ujung tulangnya dipotong, ruangan
dalam jaringan kanselus tampak berisi sumsum tulang yang merah. Sumsum tulang
yang merah tempat terbentuknya baik sel darah merah maupun sel darah putih.
Misalnya pada tulang padat.2
Struktur halus. Irisan transversal (melintang) dalam lapisan tulang yang padat.
Memperlihatkan lingkaran-lingkaran. Dalam pusat setiap lingkaran terdapat kanal
(saluran) Havers. Lempeng tulang atau lamela disusun konsentris sekitar saluran dan
3
diantara lempeng lempeng itu terdapat ruangan kecil-kecil yang disebut lakuna.
Ruangan-ruangan ini mengandung sel-sel tulang, saling bersambungan, dan juga
disambungkan dengan saluran Havers ditengah-tengah atau saluran-saluran kecil
bernama kanalikuli. Setiap lukisan yang terbentuk dengan demikian merupakan satu
sistem Havers yang lengkap terdiri atas :2
1. Saluran Havers pusat yang berisi urat saraf, pembuluh darah, dan saluran limfe.
2. Lamela yang tersusun konstris
3. Lakuna yang mengandung sel tulang.
4. Kanaliku yang memancar diantara lakuna dan menggandengkannya dengan saluran
Havers
Daerah diantara sistem-sistem Havers ini terdiri atas lamela interstisiil, sedangkan
kanalikuli tersusun agak berlainan. Saluran Havers berjalan memanjang melalui tulang.
Lamena dalam jaringan berbentuk jala tersusun kurang teratur dan tidak mempunyai
saluran Haver, sedangkan pembuluh darah bercabang-cabang dalam ruangan interstisiil yang
berisi sumsum untuk memberih persediaan darah kepada pembuluh darah yang lebih halus.2
4
sel pelapis tulang: dibentuk oleh osteoblas disepanjang permukaan tulang orang
dewasa. sel tulang ini mengatur pergerakan kalsiun dan fosfat dari dan kedalam
tulang.
Matriks Tulang
Kira-kira 50% dari berat kering matriks tulang adalah bahan anorganik. Yang
teristimewa banyak dijumpai adalah kalsium dan fosfor, namun bikarbonat sitrat, magnesium,
kalium dannatrium juga ditemukan. Studi difraksi sinar X memperlihatkan bahwa kalsium
dan fosfor membentuk kristal hidroksiapatit dengan komposisi Ca10(PO4)6(OH2). Meskipun
begitu,kristal-kristal ini menunjukkan ketidaksempurnaan dan tidak identik dengan
hidroksiapatit yang ditemukan dalam mineral karang. Kalsium amorf (nonkristal) juga cukup
banyak dijumpai. Pada mikrogaf elektron, kristal hidroksiapatit tulang tampak sebagai
lempenganyang terletak di samping serabut kolagen, namun dikelilingi oleh substansi dasar.
Ion permukaan hidroksiapatit berhidrasi dan selapis air dan ion terbentuk di sekitar
kristal.Lapisan ini, yaitu lapisan hidrasi, membantu pertukaran ion antara kristal dan cairan
tubuh.3
Bahan organik dalam matriks tulang adalah kolagen tipe I dan substansi dasar,
yangmengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein struktural spesifik.
Glikoproteintulang mungkin bertanggung jawab atas kelancaran kalsifikasi matriks tulang.
Jaringan lainyang mengandung kolagen tipe I biasanya tidak mengapur dan tidak
mengandungglikoprotein tersebut. Karena kandungan kolagennya yang tinggi, matriks tulang
yangterdekalsifikasi terikat kuat dengan pewarna serat kolagen.3
Gabungan mineral dengan serat kolagen memberikan sifat keras dan ketahanan
pada jaringan tulang. Setelah tulang mengalami dekalsifikasi, bentuknya tetap terjaga, namun
lebih fleksibel mirip tendon. Dengan menghilangkan bagian organik dari matriks, yang
terutama berupa kolagen, bentuk tulang juga masih terjaga, namun kini menjadi rapuh,
mudah patah dan hancur bila dipegang.4
5
Makroskopik dan Mikroskopik Otot
Otot merupakan suatu organ/alat yang dapat bergerak ini adalah suatu penting bagi
organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel sitoplasma ini
merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Unit dasar dari seluruh jenis
otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang berukuran sangat kecil yang tersusun dari
protein kompleks , yaitu filamen aktin dan miosin. Pada saat berkontraksi, filamen-filamen
tersebut saling bertautan yang mendapatkan energi dari mitokondriadi sekitar miofibil. Kalau
sel otot yang mendapatkan rangasangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel
otot akan memendekkan dirinya kearah tertentu, dapat dilihat pada gambar. 4. 6
Dalam garis besarnya sel otot dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan yaitu otot polos,
otot lurik dan otot jantung.
1. Otot lurik atau otot skelet. Otot ini membentuk sekitar 40 persen dari berat badan total.
Otot ini berfungsi dalam membentuk gerakan volunteer dan menegakan tubuh.2 Setiap
serabut otot itu bergaris melintang oleh adanya gambaran selang-seling antara warna muda
dan tua. Setiap serabut terbentuk oleh sejumlah miofibril dan diselumbungi membran
halus yaitu sarkolemma (selaput otot). Sejumlah serabut berkumpul untuk membentuk
berkas-berkas itu yang diikat menjadi satu oleh jaringan ikat untuk membentuk otot besar
dan otot kecil. Bila otot berkontraksi maka menjadi pendek, dan setiap serabut turut
bergerak dengan berkontraksi jika dirangsang oleh rangsangan saraf.2
6
2. Otot polos (otot tidak bergaris, otot licin, otot tidak sadar). Jenis ini dapat berkontraksi
tanpa rangsangan saraf. Meskipun disebagian besar tempat di tubuh kegiatannya berada
dibawah pengendalian saraf otonomik (tak sadar). Otot ini banyak ditemukan di pembuluh
darah dan limfe, pada dinding saluran pencernaan dan visera (alat dalam) yang berongga.2
3. Otot jantung ditemukan hanya pada jantung. Otot ini bergaris seperti pada otot sadar .
perbedaanya ialah bahwa serabutnya bercabang dan mengadakan anastomose
(bersambungan satu sama lain, tersusun memanjang seperti otot bergaris, berciri merah
khas, dan tidak dikendalikan oleh kemauan). Otot jantung memiliki kemampuan untuk
mengadakan kontraksi otomatis dan ritmis tanpa terganggu pada ada tidaknya rangsangan
saraf. Cara kerja ini disebut miogenik. Perbedaan antara otot lurik, otot polos dan otot
jantung dapat dilihat pada gambar 2.2,7
Gambar 3. Gambar mikroskopik otot lurik, otot polos dan otot jantung
Kontraksi Otot
Otot mulai berkontraksi apabila ada rangsang. Kontraksi otot diawali dengan datangnya
implus saraf. Pada saat datang impuls, sinapsis atau daerah hubungan antara saraf dan serabut
7
otot dipenuhi oleh asetil kolin . Asetil kolin ini akan membereskan ion-ion kalsium (Ca2+) ke
serabut otot. Ion kalsium akan bersenyawa dengan molekul troponin, tropomiosin yang
menyebabkan adanya sisi aktif pada filamen tipis tepat pada sisi aktif. Gabungan sisi aktif
dengan kepala myosin disebut jembatan penyebrangan (cross bridges). Segera setelah
terbentuk, Jembatan penyebrangan tersebut membebaskan sejumlah energi dan
menyampaikan energi tersebut kearah filament tipis (aktin). Proses ini menyebabkan aktin
mengkerut. Secara keseluruhan sarkomer ikut mengkerut yang mengakibatkan otot pun
berkerut. Kepeala myosin akan lepas dari aktin. Proses ini memerlukan ATP yang diambil
dari sekitarnya. Dengan peristiwa ini, maka aktin akan lepas dari miosin. Secara keseluruhan
otot akan relaksasi kembali. Proses ini berulang selama 5 kali dalam jangka waktu satu detik.
Jadi, kontraksi otot akan berlangsung selama ada rangsangan. Apabila tidak ada rangsangan
maka ion kalsium akan di reabsorspi. Pada saat itu pun tropinin dan tropomiosin tidak
memiliki sifat sisi aktif lagi dan sarkomer dalam keadaan istirahat memanjang berelaksasi.8
Relaksasi Otot
Relaksasi merupakan proses perenggangan otot setlah berkontraksi. Jika kalsium dipompa
kembali ke dalam retikulum sarkoplasma maka serat otot melemas. Pemompaan kalsium
merupakan proses aktif di membran retikulum sarkoplasma. Proses ini menggunakan energi
yang berasal dari penguraian molekul ATP. Jika kadar kalsium turun, maka troponin dan
tropomiosin kembali menghambat pengikatan aktin dan miosin dan kontraksi otot berhenti.8
Sendi Glenohumeral
8
Sendi Glenohumeralis merupakan sendi peluru (ball and socket) yang dibentuk oleh
caput humerus yang berbentuk bola kecil dan fossa glenoid scapula yang dangkal. Permukaan
cavitas glenoidalis menghadap ke lateral serong ventrocranial. Caput humeri membentuk
inklinasi 130o 150o terhadap shaft humeri dan retroversi 20o 30o. Oleh karena caput
humerinya besar maka hanya caput humeri yang dapat kontak dengan fossa glenoid
pada gerakan tertentu. Fossa glenoid adalah struktur yang dangkal, yang diperdalam oleh
labrum glenoidalis yang mengelilingi pinggiran fossa glenoid. Faktor lain yang memberikan
stabilitas pada sendi ini adalah glenoid yang menghadap kearah bawah. Humeri dan
permukaan artikularis glenoid dibatasi oleh kartilago sendi. Kartilago paling tebal pada
perifer fossa glenoid dan pada pusat caput humeri.9
Sendi glenohumeral di bentuk oleh caput humeri yang bulat dan cavitas
glenoidaliscapula yang dangkal dan berbentuk buah per. Permukaan sendi diliputi oleh
tulang rawan hyaline dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya labrum glenoidale.
Merupakan kapsul sendi longgar sehingga memungkinkan gerakan dengan jarak gerak yang
lebih luas. Proteksi terhadap sendi glenohumeral diselenggarakan oleh acromion, processus
coracoideus, dan ligamen-ligamen. Tegangan otot diperlukan untuk mempertahankan agar
caput hemerus selalu dipelihara pada cavitas glenoidalis-nya. Ligamen-ligamen yang
memperkuat sendi glenohumeral oleh ligament glenohumeral dan ligament cocacohumeral,.
Gerakan pada sendi glenohumeral yaitu :9
- Fleksi
- Ekstensi
- Adduksi
- Medial rotasi
- Lateral rotasi
Sendi glenohumeral berada pada pertemuan antara tulang belikat dan tulang lengan atas.
Sendi glenohumeral merupakan sendi dengan macam gerakan yang paling banyak pada tubuh
kita, oleh karena itu sendi tersebut menjadi sendi yang paling sering mengalami dislokasi /
pergeseran dibandingkan dengan sendi lainnya. Dislokasi bahu terjadi saat bonggol tulang
lengan atas bergeser dari tempatnya di tulang belikat.10
Modeling dan remodeling akan mencapai dua hal dalam kehidupan seseorang yaitu:
pemanjangan tulang (longitudinal bone growth) dan kepadatan tulang (bone massa).
Proses remodeling meliputi dua aktivitas yaitu: proses pembongkaran tulang (bone
resorption) yang diikuti oleh proses pembentukan tulang baru (bone formation), proses yang
pertama dikenal sebagai aktivitas osteoklas sedang yang kedua dikenal sebagai aktivitas
osteoblas. Proses remodeling melibatkan dua sel utama yaitu osteoblas dan osteoklas, dan
kedua sel tersebut berasal dari sumsum tulang (bone marrow). Osteoblas berasal dari
pluripotent mesenchymal stem cell yaitu: fibroblast coloni forming unit, sedang osteoklas
berasal dari hematopoietic stem cell yaitu granulocyt-macrophage colony-forming units.
Proses remodeling tulang merupakan suatu siklus yang meliputi tahapan yang komplek
yaitu:
1. Tahap aktivasi (activation phase) adalah tahap interaksi antara prekusor osteoblas dan
osteoklas, kemudian terjadi proses diferensiasi, migrasi, dan fusi multinucleated osteclast
dan osteoklas yang terbentuk kemudian akan melekat pada permukaan matrik tulang dan
akan dimulai tahap berikutnya yaitu tahap resorpsi. Sebelum migrasi ke matrik tulang
osteoklas tersebut akan melewati sederetan lining sel osteoblas pada permukaan tulang
untuk dapat mengeluarkan enzim proteolitik. Interaksi sel antara stromal cell (sel stroma)
dan hematopoietik cell (sel hematopoietik) menjadi faktor penentu perkembangan
osteoklas. Perkembangan osteoklas dari prekusor hematopoietik tidak bisa diselesaikan
jika tidak ada kehadiran sel stroma. Oleh karena itu hormon sistemik dan lokal yang
10
mempengaruhi perkembangan osteoklas disediakan oleh stromal-osteoblastic lineage (sel
stroma).
2. Tahap resorpsi (resorption phase) adalah tahap pada waktu osteoklas akan mensekresi ion
hydrogen dan enzim lisosom terutama cathepsin K dan akan mendegradasi seluruh
komponen matriks tulang termasuk kolagen. Setelah terjadi resorpsi maka osteoklas akan
membentuk lekukan atau cekungan tidak teratur yang biasa disebut lakuna howship pada
tulang trabekular dan saluran haversian pada tulang kortikal.
3. Tahap reversal (reversal phase), adalah tahap pada waktu permukaan tulang sementara
tidak didapatkan adanya sel kecuali beberapa sel mononuclear yakni makrofag, kemudian
akan terjadi degradasi kolagen lebih lanjut dan terjadi deposisi proteoglycan untuk
membentuk coment line yang akan melepaskan faktor pertumbuhan untuk dimulainya
tahap formasi.
4. Tahap formasi (formation phase), adalah tahap pada waktu terjadi proliferasi dan
diferensiasi prekusor osteoblas yang dilanjutkan dengan pembentukan matrik tulang yang
baru dan akan mengalami mineralisasi. Tahap formasi akan berakhir ketika defek
(cekungan) yang dibentuk oleh osteoklas telah diisi.
Proses remodeling adalah aktivitas yang meliputi pembentukan tulang dan resorpsi
tulang. Faktor pengatur pembentukan dan resorpsi tulang dilaksanakan melalui dua proses
yang selalu berada dalam keadaan seimbang yang disebut coupling. Proses coupling ini
memungkinkan aktivitas pembentukan tulang sebanding dengan resorpsi tulang.5
Jaringan ikat
Sel sel di dalam suatu jaringan sebagian besar tidak berkontak fisik secara langsung
dengan sel-sel tetangganya. Sel sel tersebut disatukan oleh matriks ekstra sel atau yang sering
disebut jaringan ikat, suatu jalinan protein fibrosa yang rumit dan terbenam di dalam
substansi berair mirip gel yang tersusun dari karbohidrat kompleks. Gel cair tersebut
merupakan untuk difusi berbagai zat gizi, zat sisa, dan zat zat lain yang larut dalam air, antara
darah dan sel jaringan. Di dalam gel ini terjalin tiga jenis serat protein utama: kolagen, elastin
dan fibronektin.6,11
Kolagen, komponen utama sebagian besar jaringan ikat, membentuk sekitar 25%
protein mamalia. Di jaringan manusia, telah ditemukan paling sedikit 25 tipe kolagen berbeda
yang dibentuk oleh lebih dari 30 rantai polipeptida berbeda. kolagen membentuk serat-serat
11
seperti kabel atau lembaran yang menghasilkan kekuatan tensil (resistensi terhadap stres
longitudinal). Keadaan yang disebabkan oleh diferensiasi vitamin c, serat-serat ini tidak
terbentuk sempurna. Akibatnya, jaringan, terutama kulit dan pembuluh darah, menjadi sangat
rapuh. Hal ini akan menimbulkna pendarahan di kulit dan membran mukosa, terutama jelas
terlihat di gusi.6
Elastin adalah serat protein seperti karet, paling banyak terdapat di jaringan harusa
mampu terengang dan kembali ke bentuk semula setelah perengangan dihentikan. Sebagai
contoh, serat ini dijumpai di paru yang terus menerus mengembang dan mengempis sewaktu
udara masuk dan keluar.6
Fibronektin adalah glikoprotein utama jaringan ikat, yang juga ditemukan dalam bentuk
larut dalam plasma. Protein ini terdiri dari dua subunit identik, yang disatukan oleh jembatan
disulfida di dekat terminal karboksilnya.6
Jaringan ikat disekeresikan oleh sel-sel lokal, terutama oleh fibroblas yang terdapat di
matriks. Matriks ditambah sel sel didalamnya secara kolektif sering disebut sebagai jaringan
ikat, karena mereka menghubungkan sel-sel menjadi jaringan dan jaringan menjadi organ.
Pada beberapa jaringan matriks mengalami spesialisasi untuk membentuk struktur tertentu
misalnya kartilago atau tendon atau, setelah mengalami klasifikasi yang sesuai, menjadi
struktur keras misalnya tulang dan gigi. 11
12
Kesimpulan
Mekanisme kontraksi otot rangka disebabkan karena adanya peranan ion Ca yang berada
didalam reticulum sarkoplasma yang menyebabkan otot berkontraksi. Kelebihan kontraksi
otot yang bekerja terus menerus dapat menyebabkan terjadinya dislokasi ataupun fraktur
pada tulang. Sendi Glenohumeral adalah sendi yang berada pada cingulum membri superior
(gelang bahu), termasuk sendi peluru yang lebih ke segala arah. Oleh karena ke segala arah
maka sendi ini rentan untuk mengalami cedera.
Daftar Pustaka
5. Tambayong J. Histologi dasar: teks dan atlas. Edisi ke-10. Jakarta: EGC; 2007.h.134-
7.
6. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Ed.27. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC;h. 598-9
7. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta : EGC. 2003. h. 58-9
8. Firmansyah R, Mawardi AH, Riadi MU. Mudah dan aktif belajar biologi. Jakarta:
Gramedia: 2008. hal 51,2
9. Diunduh dari:
https://www.academia.edu/8869945/Tinjauan_pustaka_Frozen_Shoulder. 29 Maret
2015
10. Diunduh dari: http://www.ismc.co.id/component/k2/item/5-dislokasi-bahu. 29 Maret
2015
11. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed. 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2001. H. 54.
13