Anda di halaman 1dari 191

DRAF BUKU AJAR

MATAKULIAH EKONOMI TEKNIK

DISUSUN OLEH:

Prof. Ir. Salengke, M.Sc., Ph.D

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Desember 2011
MODUL 1

TOPIK BAHASAN : Overview: Cakupan Ekonomi Teknik dan Konsep


Pengambilan Keputusan berdasarkan kriteria teknik dan
kriteria ekonomi

SASARAN : Mahasiswa mampu menerapkan teknik pengambilan


BELAJAR keputusan, melakukan analisis biaya dan pendapatan dari
setiap investasi, menghitung nilai equivalen dari suatu arus
kas pada berbagai titik waktu, dan menerapkan berbagai
metode analisis ekonomi dalam mengevaluasi kelayakan
finansial setiap proyak atau investasi serta dalam
pengambilan keputusan investasi.

SASARAN : Mahasiswa dapat menerapkan konsep dan tahapan-


PEMBELAJARAN
tahapan dalam pengambilan keputusan serta memahami
pentingnya menetapkan sasaran sebagai titik awal dan
akhir dalam evaluasi alternatif investasi dan pengambilan
keputusan.

KOMPETENSI : Kompetensi #7: Kemampuan dalam memecahkan


SASARAN
persoalan-persoalan dalam bidang
keteknikan pertanian.
Kompetensi #11: Kemampuan untuk mengembangkan
diri dan berfikir logisanalitis
Kompetensi #12: Kemampuan Manajerial dan
Kewirausahaan.
17

MODUL 1
OVERVIEW
1.1. Ekonomi Teknik
Pertanyaan pertama yang mungkin muncul pada saat anda membaca judul buku ini
adalah apa itu ekonomi teknik, mengapa penting dipelajari, dan apa hubungannya
engan pengambilan keputusan. Mahasiswa dalam bidang keteknikan umumnya
beranggapan bahwa mereka hanya akan mengerjakan hal-hal yang berhubungan
dengan aspek keteknikan pada saat mereka mengerjakan suatu proyek atau pada saat
mereka bekerja pada suatu institusi atau perusahaan. Menurut perkiraan mereka,
masalah yang berhubungan dengan aspek finansial dari suatu proyek akan dipikirkan
dan ditangani oleh orang lain.

Badan Akreditasi Pendidikan Keteknikan dan Teknologi di Amerika Serikat


(Accreditation Board for Engineering and Technology) telah menggariskan bahwa
bidang keteknikan merupakan suatu profesi dimana pengetahuan matematika dan
ilmu-ilmu sains dasar dimanfaatkan untuk mengembangkan cara-cara memanfaatkan
secara ekonomis sumber daya dan hukum-hukum alam demi kemaslahatan ummat
manusia. Definisi ini menggariskan dua peran yang harus dijalankan oleh setiap
sarjana dalam bidang keteknikan: peran yang menyangkut aspek ekonomi dan peran
yang menyangkut aspek teknis.

Sejatinya, setiap sarjana keteknikan akan diperhadapkan pada masalah-masalah yang


berhubungan dengan kegiatan perencanaan, perekayasaan ataupun perancangan suatu
produk atau suatu proyek. Mereka seringkali diperhadapkan pada keharusan untuk
mengambil keputusan yang didasarkan atas kelayakan teknis dan kelayakan financial
dari produk atau proyek yang mereka rancang. Selain itu, dalam proses perancangan,
akan terdapat banyak hal yang membutuhkan keputusan rasional dari sang perancang.
Keputusan tentang jenis bahan yang harus digunakan, spesifikasi disain, jenis-
jenis
18

fitur yang harus dimiliki, serta target biaya dan harga dari produk yang dirancang
harus diambil pada saat produk atau proyek tersebut mulai direncanakan. Hal ini
penting karena kesuksesan suatu perusahaan atau suatu proyek sangat tergantung pada
berapa efektif dan akurat para pengambil keputusan dalam memutuskan apa yang
harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, kapan pekerjaan tersebut harus
dilakukan, dan siapa yang harus mengerjakannya. Setiap keputusan yang diambil akan
berimplikasi pada biaya produksi dan biaya proyek secara keseluruhan.

Setiap proyek keteknikan (engineering project) seperti disain produk baru atau
pembangunan dan pengoperasian suatu fasilitas produksi hanya akan berhasil apabila
memiliki aspek teknis yang handal dan didukung oleh prospek ekonomi yang baik -
Engineering without sound economy is destined to fail on the market. Sebagai contoh,
rangka sepeda tiga roda untuk anak-anak dapat dibuat dari serat karbon yang lebih
kuat dan lebih ringan seperti yang digunakan pada rangka sepeda balap. Akan tetapi,
biaya produksinya akan sangat mahal dan mungkin tidak akan banyak konsumen yang
ingin mengeluarkan uang jutaan rupiah hanya untuk sebuah sepeda tiga roda. Oleh
karena itu, para sarjana keteknikan harus mampu melakukan analisis ekonomi dalam
upaya-upaya kreatif mereka sehingga mereka dapat merancang suatu proyek atau
memproduksi suatu produk yang tidak hanya handal secara teknis tetapi juga layak
secara ekonomi.
Contoh diatas memperlihatkan sebuah produk yang secara teknis dapat diproduksi dan
memiliki keunggulan tetapi secara ekonomi mungkin tidak akan layak karena jumlah
permintaan untuk produk tersebut kemungkinan akan sangat kecil. Contoh tersebut
juga memperlihatkan bahwa faktor ekonomi harus dipertimbangkan dalam proses
perencanaan dan perancangan suatu produk. Dengan demikian, aspek ekonomi teknik
merupakan bagian tak terpisahkan dari proses perencanaan atau perancangan suatu
proyek atau produk.

Aplikasi prinsip-prinsip ekonomi teknik tidak hanya dibutuhkan dalam analisis


kelayakan ekonomi proyek-proyek keteknikan tetapi juga dapat membantu dalam
pengambilan keputusan untuk hal-hal yang bersifat pribadi yang akan member
dampak finansial dimasa yang akan datang. Misalnya, sebagai seorang mahasiswa
yang cerdas, anda ditawari bekerja pada tiga perusahaan setelah kelak anda lulus
dari
19

universitas. Untuk menentukan pilihan yang tepat, salah satu aspek yang anda harus
pertimbangkan adalah aspek finansial yang merupakan konsekwensi dari pilihan atau
keputusan yang anda akan buat. Dalam hal semacam ini, prinsip-prinsip ekonomi
teknik dapat anda pergunakan untuk membantu anda mengambil keputusan yang akan
memberikan konsekwensi finansial yang terbaik.

Contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa ekonomi teknik merupakan suatu alat yang
sangat berguna bagi para sarjana keteknikan dalam melakukan analisis ekonomi atas
proyek-proyek yang direncanakan serta dalam pengambilan keputusan mengenai
proyek atau investasi yang paling layak dilaksanakan. Ekonomi teknik dapat member
pemahaman mengenai pengambilan keputusan berdasarkan parameter ekonomi yang
meliputi, antara lain, laju pengembalian modal (rate of return), ekuivalensi nilai
bersih sekarang (net present value), ekuivalensi nilai arus kas tahunan (uniform
annual cash flow), ataupun rasio pendapatan terhadap biaya (benefit-cost ratio).
Dengan menggunakan teknik-teknik analisis yang dipelajari dalam matakuliah
Ekonomi Teknik, kita dapat mengambil keputusan yang tepat atas pengalokasian
sumberdaya sehingga akan diperoleh manfaat (benefit) yang maksimal dari setiap
sumberdaya yang diinvestasikan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa ekonomi teknik merupakan bidang
yang mempelajari metode evaluasi secara sistimatis terhadap perkiraan biaya dan
potensi pendapatan dari setiap proyek keteknikan yang direncanakan atau dijalankan.
Tujuan dari buku ini adalah untuk memberi pemahaman kepada para mahasiswa dan
praktisi dalam bidang keteknikan tentang prinsip-prinsip dan metodologi yang
diperlukan untuk dapat menjawab pertanyaan yang paling dasar dalam setiap kegiatan
perancangan: Apakah nilai manfaat yang akan diperoleh melebihi biaya yang harus
dikeluarkan? Sehubungan dengan itu, buku ini memaparkan dasar pemikiran, konsep,
metode, serta pengetahuan yang dapat digunakan oleh para insinyur dan sarjana
keteknikan dalam mengevaluasi kelayakan proyek-proyek keteknikan dan dalam
mengevaluasi aspek finansial dari setiap alternatif investasi yang ada. Selain itu, buku
ini juga diharapkan dapat memberi pemahaman yang luas tentang metode dan criteria
yang dapat digunakan untuk menentukan alternatif terbaik dari sederet alternative
investasi yang ada.
20

Agar tujuan diatas dapat dicapai, buku ini akan memaparkan secara sistimatis tentang
konsep dan teknik yang umum digunakan dalam evaluasi ekonomi proyek-proyek
keteknikan (engineering projects). Konsep dan topik utama yang akan dibahas dalam
buku ini meliputi konsep tentang bunga (interest), nilai uang menurut waktu (time
value of money), laju pengembalian modal (rate of return), ekuivalensi ekonomi
(economic equivalence), analisis dan perbandingan antar setiap alternatif investasi
(analysis and comparison of investment alternatives), pajak pendapatan (income
taxes), pengaruh inflasi (effects of inflation), biaya atas modal (cost of capital),
analisis penggantian alat/mesin (replacement analysis), dan pengalokasian modal
investasi (capital budgeting). Selain itu, topik-topik penting lainnya yang biasanya
diabaikan dalam banyak buku teks ekonomi teknik seperti teknik perkiraan biaya
(costs estimating) dan analisis keputusan (decision analysis) juga dibahas dalam buku
ini. Dengan mempelajari topik-topik ini, mahasiswa akan mempelajari cara
mengevaluasi alternatif-alternatif disain, alternatif operasional fasilitas, dan alternative
investasi berdasarkan aspek ekonomi. Oleh karena itu, topik-topik yang dibahas
dalam buku ini tidak hanya memberi pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa
tentang cara melakukan perhitungan finansil tetapi juga memperkaya mahasiswa
dengan pengetahuan tentang pengambilan keputusan investasi.

1.2. Pengambilan Keputusan


Proses pengambilan keputusan yang logis dan sistematis akan sangat membantu
dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang penting diperhatikan untuk menghasilkan
keputusan yang baik. Dengan menggunakan pendekatan yang terstruktur dan
sistematis, kita dapat terhindar dari kesalahan yang diakibatkan oleh terabaikannya
faktor-faktor yang penting untuk dipertimbangkan sehingga kita dapat menghasilkan
keputusan yang lebih baik. Agar kita dapat mengambil keputusan yang baik dan
efektif, ada enam langkah yang harus dilakukan yaitu: (1) ciptakan lingkungan yang
kondusif bagi setiap orang untuk berkontribusi secara efektif dalam proses
pengambilan keputusan, (2) identifikasi semua altiernatif penyelesaian yang mungkin
dilakukan, (3) uji setiap alternatif yang ada berdasarkan kriteria-kriteia kunci yang
disetujui bersama, (4) pilih alternatif terbaik berdasarkan kriteia-kriteria kunci yang
telah ditetapkaan, (5) cek ulang keputusan yang diambil, dan (6)
komunikasikan
21

keputusan yang diambil kepada pihak-pihak yang terkait dan lakukan aksi
berdasarkan keputusan yang telah diambil tersebut.
Untuk dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses pengambilan
keputusan, hal-hal dibawah harus dilakukan secara dini.
Tetapkan sasaran yang ingin dicapai.
Sepakati secara bersama proses yang akan digunakan untuk mencapai
keputusan yang diinginkan. Model Vroom-Yetton-Jago akan sangat membantu
dalam menentukan cara yang paling tepat untuk proses pengambilan
keputusan.
Pilih dan libatkan orang-orang yang tepat dalam proses pengambilan
keputusan. Walaupun keputusan akan diambil oleh satu orang (misalnya oleh
CEO atau pimpinan proyek), konsultasi ke berbagai stakeholder akan sangat
membantu dalam mengambil keputusan yang tepat.
Buka kesempatan kepada setiap orang untuk berkontribusi memberikan
masukan dan saran-saran. Harus diingat bahwa sasaran yang ingin dicapai
adalah membuat keputusan terbaik berdasarkan kondisi yang ada dan
bukannya menciptakan arena dimana individu-individu berkompetisi
menjadikan pendapatnya diterima dan diadopsi.

Dalam upaya untuk mencapai suatu keputusan yang baik dan komprehensif, kita harus
dapat mengidentifikasi semua alternatif penyelesaian yang mungkin dilakukan.
Tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting karena semakin banyak alternative
(opsi) yang dapat dipertimbangkan, semakin baik dan semakin lebih komprehensif
keputusan yang akan diambil. Ketika kita berusaha mengidentifikasi semua alternative
aksi yang mungkin diambil, kita memaksa diri kita untuk memikirkan lebih dalam
masalah-masalah yang dihadapi dan mencoba melihatnya dari berbagai sudut pandang.
Dengan demikian, kita dapat menemukan lebih banyak alternatif penyelesaian
sehingga memungkinkan kita membuat keputusan yang terbaik.

Untuk membantu kita menemukan alternatif-alternatif penyelesaian yang baik,


beberapa langkah perlu dilakukan. Langkah pertama adalah pengembangan ide-ide
penyelesaian melalui brainstorming dalam tim kecil atau focus group. Apabila ide-
ide
22

diharapkan muncul dari banyak stakeholder, penggunaan brainstorming kemungkinan


kurang efektif karena diskusi untuk memunculkan ide-ide baru akan susah
dikendalikan dan diskusi akan didominasi oleh beberapa orang saja. Untuk
menghindari hal ini, kita dapat menggunakan teknik brainstorming secara berjenjang
yang dikenal dengan nama Charette Procedure. Teknik ini merupakan sebuah proses
sistematis yang digunakan untuk mengembangkan ide-ide dari banyak stakeholder.

Teknik Charette Procedure dilakukan dengan mengelompokkan berbagai stakeholder


kedalam beberapa kelompok-kelompok kecil. Brainstorming akan dilakukan secara
berjenjang dari satu keompok ke kelompok berikutnya. Ide-ide yang dimunculkan
oleh satu kelompok kemudian dibawa ke kelompok berikutnya untuk didiskusikan,
disempurnakan, dan diperkaya. Hasil brainstorming dari kelompok ini dilanjutkan
lagi ke kelompok berikutnya sehingga akan dihasilkan ide-ide penyelesaian yang akan
diprioritaskan untuk dilaksanakan. Dengan demikian, brainstorming dengan
menggunakan teknik Charette Procedure akan memungkinkan kita mengembangkan
banyak ide tanpa mengorbankan kualitas dan efektifitas proses brainstorming yang
dilakukan. Teknik ini memungkinkan diperolehnya altenatif penyelesaian yang baik
karena ide-ide akhir yang dihasilkan telah disempurnakan dan diperkaya melalui
serangkaian proses brainstorming.

Langkah kedua yang perlu dilakukan untuk menemukan ide-ide penyelesaian adalah
dengan melihat masalah yang dihadapi dari berbagai sudut pandang. Misalnya,
apabila volume penjualan produk yang telah diperkenalkan ke pasar tidak sesuai
harapan, akar masalahnya dapat diidentifikasi dengan melihatnya dari empat aspek;
yaitu aspek produk, aspek perencanaan pemasaran, aspek potensi, dan aspek
konsumen. Dari segi produk, masalah penjualan dapat diakibatkan oleh harga,
penampakan, dan fitur teknis dari produk. Oleh karena itu, pertanyaan yang harus
dijawab adalah apakah harga yang ditetapkan untuk produk tersebut sudah tepat?
Apakah penampakan dari produk cukup menarik? Apakah produk tersebut sudah
sempurna dari segi teknis? Apabila jawaban terhadap ketiga pertanyaaan tersebut
adalah ya, maka permasalahan pemasaran yang dihadapi kemungkinan disebabkan
karena produk tersebut belum dikenal oleh pasar dan belum terbukti keunggulannya.
Dari segi perencanaan pemasaran, pertanyaan yang harus dijawab adalah apakah
strategi pemasaran yang diterapkan sudah tepat dan apakah segmen pasar yang
dipilih
23

sudah tepat. Dari aspek potensi, pertanyaan yang harus dijawab adalah bagaimana
strategi untuk meningkatkan penjualan. Dari aspek konsumen, pertanyaan yang perlu
dijawab adalah bagaimana pandangan konsumen terhadap produk tersebut dan
mengapa mereka lebih memilih produk lain. Ide-ide untuk penyelesaian beberapa
masalah diatas dapat dieproleh melalui kegiatan brainstorming dan focus group
discussion. Setelah proses pengumpulan dan pengembangan ide telah dilaksanakan,
maka langkah selanjutnya dari proses identifikasi ide-ide atau pengembangan
alternatif penyelesaian adalah mengorganisasi ide-ide atau alternatif yang telah
dihasilkan kedalam kelompok-kelompok berdasarkan jenis dan skala prioritas.

1.3. Ekonomi Teknik dan Pengambilan Keputusan Bisnis

Hidup ini penuh dengan pilihan sehingga kita sering diperhadapkan pada keharusan
mengambil keputusan; walaupun kadang-kadang tanpa kita sadari. Setiap hari, berpuluh-puluh
keputusan harus kita ambil. Sejak bangun pagi hari ini, misalnya, anda sudah diperhadapkan
dengan berbagai pilihan: berolahraga ringan sebelum mandi atau langsung melakukan aktifitas
lain; menu sarapan berupa roti, breakfast cereal, atau nasi disertai minuman berupa kopi, teh,
susu, atau air putih; berangkat ke kampus dengan kendaraan sendiri atau dengan kendaraan
umum; rute perjalanan yang akan dilalui (rute A, B, atau C); jam berapa harus meninggalkan
rumah; dan lain sebagainya. Pengambilan keputusan untuk hal-hal tersebut diatas umumnya
kita lakukan by default dan tanpa perlu pertimbangan yang dalam. Pada kasus lain,
keputusan yang tepat mungkin hanya dapat dicapai setelah melalui pertimbangan dan analisis
yang mendalam. Sebagai contoh, untuk kebutuhan transportasi selama anda kuliah di
universitas, ada dua alternatif yang tersedia dan anda harus pilih: (1) menggunakan angkutan
umum, atau (2) membeli kendaraan (motor atau mobil). Agar anda dapat memutuskan
alternatif mana yang terbaik, akan dibutuhkan suatu analisis yang lebih dalam, yang tidak
dapat dilakukan diluar kepala. Untuk sampai pada keputusan tersebut, anda harus menjawab
beberapa pertanyaan berikut:
Berapa biaya awal dan biaya setiap tahun yang harus dikeluarkan untuk
masing-masing alternatif?
Bagaimana cara pembayarannya (kontan atau kredit) apabila yang dipilih
alternatif (2)?
Apakah ada pajak atau bunga yang harus dibayar untuk setiap alternatif?
24

Parameter apa yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan dan
bagaimana menganalisanya?
Apasaja dan seberapa besar keuntungan tak terukur (intangible benefits) dari
masing-masing alternatif?
Seberapa besar resiko finansial dari masing-masing alternatif?
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, maka akan dibutuhkan hal-hal
sebagai berikut: perkiraan biaya (cost estimates), perencanaan finansial (financial
planning), peraturan pajak dan tingkat suku bungan (tax law and interest rates),
kriteria pemilihan dan teknik analisis (selection criteria and analysis techniques),
analisis manfaat (benefit analysis), dan analisis resiko (risk analysis).

Contoh-contoh diatas jelas memperlihatkan bahwa proses pengambilan keputusan


dapat cukup sederhana tetapi di lain pihak dapat menjadi sangat kompleks. Masalahmasalah
sederhana umumnya hanya membutuhkan proses pengambilan keputusan
yang sederhana pula. Sebaliknya, masalah-masalah yang kompleks biasanya
membutuhkan proses dan seperangkat alat pengambilan keputusan yang kompleks
pula. Suatu masalah menjadi kompleks apabila:
Terdapat banyak faktor yang saling memengaruhi yang harus dipertimbangkan
seperti faktor teknis, faktor ekonomi dan finansial, faktor sosial budaya, dll.
Dampak teknis, ekonomi, ataupun sosial yang akan ditimbulkan dari ketepatan
maupun kesalahan keputusan yang diambil sangat besar.
Outcome dari keputusan yang diambil sangat tergantung pada akurasi dari data
dan informasi yang digunakan sebagai dasar dalam proses pengambilan
keputusan. Semakin banyak data dasar yang harus diasumsikan karena tidak
tersedia maka semakin tinggi ketidakpastian (uncertainty) tercapainya
outcome yang dikehendaki dari keputusan yang diambil.

Oleh karena hal-hal tersebut diatas, cara terbaik yang harus dilakukan dalam
mengambil suatu keputusan yang sifatnya kompleks adalah dengan menggunakan
proses pengambilan keputusan yang terstruktur dan sistematis. Proses pengambilan
keputusan yang terstruktur dengan baik dapat menghasilkan keputusan yang konsisten
dan berkualitas.
25

Dalam proses pengambilan keputusan, akurasi dan kelengkapan data dan informasi
awal yang dimiliki akan sangat memengaruhi keakuratan keputusan yang diambil.
Dengan kata lain, tahap-tahap awal dalam proses pengambilan keputusan yang
meliputi pendefinisian masalah, identifikasi dan pengembangan alternative
penyelesaian, serta perkiraan biaya dan pendapatan (untuk pengembangan cash flow)
berpotensi memengaruhi keputusan investasi yang akan diambil. Oleh karena itu,
setiap tahapan dalam proses pengambilan keputusan harus dilakukan secara hati-hati
agar kita dapat sampai pada suatu keputusan investasi yang tepat. Proses pengambilan
keputusan dalam konteks analisis ekonomi teknik setidaknya terdiri atas enam tahap
yaitu (1) identifikasi dan pendefinisian masalah, (2) pengembangan alternative
penyelesaian atas masalah tersebut, (3) analisis biaya/pendapatan dan pengembangan
arus kas untuk setiap alternatif penyelesaian yang telah diidentifikasi, (4) analisis atas
arus kas dengan menggunakan konsep dan metode dasar analisis ekonomi teknik
(present worth, uniform annual cash flow, rate of return, benefit-cost ratio, payback
period, breakeven point, dan sensitivity analysis), (5) pemilihan alternatif terbaik
berdasarkan hasil analisis pada tahap sebelumnya, dan (6) analisis dan evaluasi pasca
implementasi keputusan.

Pada tahap identifikasi dan pendefinisian masalah, tim analis harus menetapkan
sasaran-sasaran logis yang ingin dicapai dan mengurutkan sasaran-sasaran tersebut
berdasarkan tingkat kepentingannya. Hal ini sangat krusial karena tingkat kepentingan
setiap tujuan yang ingin dicapai akan menjadi dasar dalam menetapkan criteria
penilaian setiap alternatif pemecahan yang akan dievaluasi. Oleh karena itu, sasaransasaran
rasional yang ditetapkan pada tahap awal sangat penting dalam proses
pengambilan keputusan.

Keputusan dalam bidang keteknikan dan bisnis sejatinya dibuat berdasarkan hasil
evaluasi semua alternatif penyelesaian yang mungkin ada. Apabila ada alternatif yang
terlewatkan dan tidak dipertimbangkan dalam analisis, penyelesaian atau keputusan
yang diambil mungkin saja bukanlah keputusan yang terbaik. Oleh karena itu, dalam
perencanaan proses produksi pada suatu industri, pengidenfitikasian semua alternative
penyelesaian harus dilakukan pada semua aspek yang meliputi antara lain: spesifikasi
disain, jenis bahan yang akan digunakan, sumber dan cara pengadaan bahan baku, jumlah
cadangan bahan baku yang harus dimiliki setiap saat, metode produksi dan
26

jenis peralatan/mesin yang dibutuhkan, jumlah produk yang harus diproduksi, dan
metode pendistribusian produk. Dalam setiap aspek tersebut, semua alternatif yang
mungkin ada harus dipertimbangkan dan dianalisa karena keputusan yang terbaik
hanya dapat dijamin apabila semua alternatif sudah dipertimbangkan. Sebagai contoh,
apabila tim perancang diperintahkan menggunakan plastik berkekuatan tinggi atau
besi cor untuk memproduksi komponen tertentu dari suatu peralatan/mesin, keputusan
yang mereka ambil belum dapat dijamin sebagai keputusan yang terbaik apabila
mereka hanya mempertimbangkan kedua jenis bahan tersebut karena bahan lain
seperti aluminium atau baja mungkin saja lebih baik dibandingkan kedua bahan
tersebut.

Pendekatan yang umum digunakan dalam pemilihan suatu alternatif penyelesaian


adalah dengan membandingkan alternatif secara berpasangan (pairwise comparison).
Dengan metode ini, apabila terdapat lebih dari dua alternatif, penentuan alternative
terbaik dilakukan melalui proses analisis dan evaluasi secara bertahap dengan
menggunakan teknik incremental analysis. Misalnya, apabila tim R&D telah berhasil
mengembangkan empat macam disain (A, B, C, dan D) yang dapat digunakan untuk
memproduksi suatu jenis produk, dimana masing-masing disain memiliki
konsekwensi finansial yang berbeda, maka harus dilakukan analisis secara bertahap
untuk menentukan disain yang paling baik berdasarkan kriteria ekonomi. Prosedur
evaluasi untuk menentukan jenis disain yang akan diadopsi (alternatif terbaik) dapat
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (1) mengurutkan alternatif disain
berdasarkan besarnya biaya investasi (dari terkecil ke terbesar), (2) membandingkan
dua alternatif yang memiliki biaya terendah (misalnya C dan A) dan memilih
alternatif yang memberikan konsekwensi finansial lebih baik, (3) membandingkan
alternatif terpilih (misalnya C) pada tahap (2) dengan alternatif berikutnya dalam
daftar urut (misalnya D) dan memilih alternatif yang memberikan konsekwensi
finansial lebih baik, dan (4) membandingkan alternatif terpilih pada tahap (3),
misalnya C, dengan alternatif berikutnya dalam daftar (alternatif B). Alternatif terpilih
pada tahap (4) merupakan alternatif terbaik dari empat alternatif yang ada.

Dalam sebagian besar buku-buku ekonomi teknik, pembahasan umumnya dititik


beratkan pada tahap (4) dan (5) sedang tahap (1), (2), dan (3) cenderung diabaikan
atau hanya dibahas seadanya. Tahap (1) dan (2) sejatinya merupakan tahap yang
27

sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena pada tahap inilah semua
alternatif yang akan dievaluasi ditetapkan. Selain itu, analisis biaya, potensi
pendapatan, dan arus kas (Tahap 3) sangat penting dilakukan secara akurat karena
akan menjadi dasar bagi analisis ekonomi teknik yang akan dilaksanakan pada tahap
selanjutnya. Dalam konteks ekonomi teknik, teknik-teknik perkiraan biaya dan cashflow
seharusnya diajarkan. Metode analisis yang meliputi analisis regresi, curvefitting,
dan exponential smoothing dapat digunakan untuk memperkirakan biaya
dimasa yang akan datang berdasarkan data biaya dan data parameter ekonomi lainnya
dimasa lampau. Oleh karena itu, dalam buku ini, perhatian juga diberikan pada tahap
(1) (3) karena hasil analisis yang diperoleh pada tahap (4) dan keputusan yang
diambil pada tahap (5) akan keliru atau tidak akan optimal apabila masalah dan semua
kemungkinan cara pemecahannya tidak berhasil diidentifikasi secara akurat pada
tahap (1) dan (2) dan perkiraan arus kas (cash-flow) untuk setiap alternatif pemecahan
tidak akurat karena tidak tersedianya data dan teknik estimasi yang akurat.

1.4. Analisis Finansial

Setelah kita berhasil mengembangkan ide-ide atau alternatif-alternatif pemecahan


masalah pada langkah kedua dari proses pengambilan keputusan, tahap selanjutnya
adalah mengeksplorasi dan menganalisa lebih dalam setiap alternatif yang ada. Halhal
yang harus dianalisa meliputi resiko dari setiap alternatif dan implikasi
(konsekuensi) yang akan muncul apabila alternatif tersebut yang dipilih. Dalam
analisis resiko dari setiap opsi, kita harus menentukan apakah resiko yang potensil
muncul dapat diatasi dan berapa biaya yang akan dibutuhkan untuk mengatasinya.
Selain resiko, dampak dari keputusan yang diambil juga harus dianalisa. Hal ini harus
dilakukan dengan melihat setiap alternatif dari berbagai perspektif seperti aspek teknis,
sosial, lingkungan, dan finansial. Dari sudut pandang ekonomi teknik, dampak dari
keputusan yang diambil harus dianalisis berdasarkan kriteria finansial.

Pengambilan keputusan berdasarkan kriteria ekonomi teknik umumnya didasarkan


atas salah satu atau lebih dari empat parameter finansial berikut: nilai bersih sekarang
(net present value), nilai arus kas tahunan (uniform annual cash flow), laju
pengembalian modal (rate of return), ataupun rasio pendapatan terhadap
biaya
28

(benefit-cost ratio). Dari berbagai metode analisis yang digunakan dalam buku ini,
dapat dilihat bahwa perhitungan nilai dari keempat parameter finansial tersebut sangat
mudah apabila arus kas (cash flow) setiap periode (bulan atau tahun) dan tingkat suku
bunga (kecuali untuk penentuan laju pengembalian modal) telah diketahui. Akan
tetapi, analisis arus kas dari suatu proyek hanya dapat dilakukan apabila spesifikasi
disain, metode produksi/pelaksanaan, dan jenis bahan/peralatan yang akan digunakan
telah diidentifikasi. Dengan demikian, hal pertama yang sejatinya harus dilakukan
dalam analisa ekonomi teknik adalah mengindentifikasi semua alternatif yang secara
teknis feasible, termasuk spesifikasi mengenai desain, metode produksi/pelaksanaan,
dan jenis bahan/peralatan yang akan digunakan, dll.

Analisis biaya dan manfaat (cost-benefit-analysis) merupakan teknik analisis yang


relatif sederhana dan sangat umum digunakan dalam menentukan aksi atau keputusan
yang akan diambil. Dalam bentuknya yang paling sederhana, analisis biaya dan
manfaat dilakukan dengan semata-mata mempertimbangkan aspek finansial (financial
costs dan financial benefits) dari setiap alternatif. Misalnya, dalam pembangunan
jalan baru untuk membuka kases bagi daerah-daerah yang terisolir, analisis biaya dan
manfaat hanya memperhitungkan biaya yang dikeluarkan untuk membangun jalan
tersebut dan besarnya manfaat finansial yang akan diperoleh dari pembukaan jalan
baru tersebut. Dalam hal ini, pengaruh pembukaan jalan terhadap kondisi lingkungan
serta manfaat nonfinansial yang akan dinikmati oleh penduduk disekitar jalan yang
dibangun tidak diperhitungkan dalam analisis biaya dan manfaat.

Analisis nilai bersih sekarang (net present value analysis) membandingkan antara
nilai sekarang dari semua biaya yang akan dikeluarkan dengan nilai sekarang dari
semua pendapatan yang akan diperoleh. Misalkan sebuah perusahaan membutuhkan
sebuah mesin produksi seharga Rp 450 juta dan mesin tersebut diperkirakan akan
menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 100 juta setiap tahun. Apabila mesin
tersebut diperkirakan dapat digunakan selama lima tahun, apakah investasi tersebut
layak dilakukan? Secara sepintas kita dapat menghitung bahwa biaya rata-rata per
tahun dari mesin tersebut adalah Rp 90 juta (diperoleh dari harga pembelian dibagi
dengan jumlah tahun mesin tersebut akan berproduksi). Dengan tingkat keuntungan
sebesar Rp 100 juta setiap tahun maka kita akan mengatakan bahwa investasi
pada
29

Mesin tersebut akan memberikan keuntungan sebesar Rp 10 juta setiap tahun.


Benarkah demikian?

Dalam analisis ekonomi teknik, kita akan mempelajari konsep pengaruh waktu
terhadap nilai uang. Berdasarkan konsep ini, uang sejumlah Rp 450 juta sekarang
tidak sama nilainya dengan uang yang akan diperoleh sebesar Rp 90 juta setiap tahun
selama lima tahun akibat adanya inflasi dan suku bunga. Dengan menggunakan teknik
analisis yang akan dipelajari pada Bab 4 dan Bab 5, kita dapat menghitung bahwa
nilai sekarang dari keseluruhan keuntungan yang akan diperoleh selama lima tahun
adalah sebesar Rp 432,95 juta pada tingkat suku bunga 5% per tahun, Rp 379,08 juta
pada tingkat suku bunga 10% per tahun, dan Rp 335,22 juta pada tingkat suku bunga
15% per tahun.

Nilai-nilai tersebut diatas masih lebih rendah dari nilai investasi yang harus
dikeluarkan untuk membeli mesin tersebut. Dengan menggunakan teknik perhitungan
pada Bab 4 dan Bab 6, kita juga akan menemukan bahwa nilai ekuivalen seragam
setiap tahun dari investasi yang harus dikeluarkan untuk membeli mesin tersebut
adalah sebesar Rp 103,94 juta pada tingkat suku bunga 5% per tahun, Rp 118,71 juta
pada tingkat suku bunga 10% per tahun, dan Rp 134,24 juta pada tingkat suku bunga
15% per tahun. Jelas terlihat bahwa biaya ekuivalen tahunan ini lebih tinggi dari
perkiraan keuntungan yang akan diperoleh setiap tahun.

Selain nilai net present value (NPV) dan nilai equivalent uniform annual value, nilai
internal rate of return (IRR) juga sangat sering digunakan dalam menilai kelayakan
finansial suatu investasi. Nilai IRR merupakan tingkat diskonto (discount rate)
dimana nilai sekarang (present value) dari semua aliran kas yang akan terjadi selama
kepemilikan suatu aset sama dengan nilai investasi yang dikeluarkan untuk
mendapatkan aset tersebut. Dengan menggunakan metode perhitungan IRR pada Bab
7, kita dapat mengetahui bahwa apabila mesin produksi pada kasus di atas dibeli maka
nilai IRR yang akan diperoleh hanya sekitar 3,6% per tahun. Nilai ini sangat rendah
untuk suatu investasi karena tingkat pengembalian yang akan diperoleh lebih rendah
dari bunga bank komersil. Dari beberapa perhitungan diatas, dapat disimpulkan
bahwa investasi pada mesin tersebut tidak dapat dilakukan karena konsekwensi biaya
yang ditimbulkan akan lebih tinggi dari potensi pendapatan yang akan diterima.
30

Dalam perencanaan suatu proyek dan operasional suatu perusahaan atau industri,
proses pengambilan keputusan jauh lebih kompleks karena sangat banyak alternative
yang harus dipertimbangkan dan setiap alternatif memiliki konsekwensi financial
yang sangat besar. Misalnya, dalam perencanaan dan disain suatu unit produksi atau
pabrik, tim perencana harus mempertimbangkan beberapa faktor antara lain: kapasitas
produksi yang paling optimal untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan kebutuhan 5
10 tahun yang akan datang, cara pengadaan bahan baku, jumlah stok bahan baku dan
produk jadi yang harus dipertahankan, metode produksi yang akan diterapkan
(manual, semi otomatis, atau otomatis penuh), merek mesin yang harus dibeli, cara
penyaluran produk yang akan digunakan (dengan armada angkutan sendiri atau
outsourcing ke perusahaan lain), serta jumlah dan lokasi gudang distribusi yang harus
dimiliki. Analisa yang harus dilakukan untuk mendapatkan pemecahan atau keputusan
yang tepat untuk hal-hal tersebut diatas dapat berupa analisis yang cukup sederhana
tetapi mungkin juga membutuhkan analisis yang kompleks.

Perlu diingat bahwa proses pengambilan keputusan untuk menentukan alternative


terbaik dari sekian banyak alternatif pemecahan masalah yang ada harus sejalan
dengan tujuan utama dari proyek yang direncanakan atau dijalankan. Misalnya, dalam
perencanaan dan operasional suatu industri atau perusahaan, sasaran utama yang ingin
dicapai adalah menciptakan keuntungan bagi pemilik dan pemegang saham
perusahaan melalui penjualan produk, penyediaan layanan, ataupun penjualan atau
lisensi rancangan/formulasi yang telah dihasilkan. Oleh karena itu, salah satu aspek
yang sangat penting dalam perencanaan adalah pengambilan keputusan yang tepat
yang memungkinkan dicapainya keuntungan jangka pendek yang memadai serta
memposisikan perusahaan pada jalur yang tepat untuk dapat menciptakan keuntungan
maksimal dan berdaya saing tinggi dimasa yang akan datang.

Pendekatan yang digunakan dalam buku ini akan benar-benar menjadikan ekonomi
teknik sebagai pusat kendali pengambilan keputusan (the heart of decision making).
Pendekatan ini diambil agar mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip dasar dan
metodologi ekonomi teknik dalam konteks pengambilan keputusan. Selain itu,
pendekatan yang digunakan diharapkan dapat membantu mahasiswa mengembangkan
profisiensi dalam proses pengambilan keputusan rasional sehingga menjadi pengambil
keputusan (decision makers) yang handal dalam kehidupan profesional mereka
kelak.
31

Pengenalan akar masalah sangat penting bagi mahasiswa agar mereka dapat membuat
formulasi dan mendefinisikan masalah yang mereka hadapi. Setelah mereka berhasil
mengidentifikasi akar masalah, maka langkah berikutnya adalah mereka harus
mempelajari cara mengidentifikasi semua alternatif pemecahan yang mungkin
dilakukan. Tahap ini sangat penting karena apabila alternatif pemecahan terbaik tidak
berhasil diidentifikasi pada tahap ini maka keputusan yang akan diambil bukanlah
keputusan yang terbaik.

1.5. Pokok-pokok Bahasan dan Struktur Pembelajaran

Buku ini terdiri atas 14 bab dimana setiap bab dirancang untuk dua jam pengajaran
dalam kelas, kecuali Bab 4 yang akan membutuhkan dua kali tatap muka.
Pengorganisasian ini dimaksudkan agar materi dalam buku ini dapat dengan mudah
diadopsi untuk rancangan pembelajaran dan perkuliahan dalam satu semester yang
umumnya terdiri atas 15 kali perkuliahan ditambah satu kali ujian tengah semester.

Bab 1 memperkenalkan konsep ekonomi teknik dan perannya dalam analisis


kelayakan suatu proyek ataupun produk. Bab ini juga memperkenalkan konsep dan
prosedur pengambilan keputusan dan metode-metode analisis ekonomi teknik yang
umum digunakan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan.

Bab 2 menguraikan terminologi tentang jenis-jenis biaya, metode memperkirakan


biaya, sumber-sumber biaya, dan penggunaan biaya sebagai dasar dalam analisis
keteknikan dan pengambilan keputusan. Perkiraan biaya dan pendapatan suatu
investasi pada masa yang akan datang akan sangat tergantung pada berbagai factor
seperti keadaan perusahaan dan keadaan perekonomian nasional, regional, dan global.
Metode-metode statistik dan matematik seperti analisis time-series, analisis korelasi,
serta model matematik akan sangat membantu dalam memperkirakan biaya dan
pendapatan pada masa yang akan datang. Bab ini juga memperkenalkan konsep
tentang aliran kas (cash flow) dan cara menggambarkan diagram aliran kas (cash flow
diagram).
32

Bab 3 membahas konsep tentang bunga, jenis-jenis bunga, serta formulasi dan cara
perhitungan bunga. Bab ini juga memperkenalkan konsep ekuivalensi nilai uang dan
konsep pengaruh waktu terhadap nilai uang (time value of money). Formulasi untuk
menghitung nilai ekuivalen yang akan datang berdasarkan model bunga sederhana
(simple interest model), model bunga majemuk (compound interest model), dan model
umum bunga (generalized interest model) dilakukan pada bab ini. Contoh-contoh
perhitungan dengan menggunakan persamaan-persamaan yang telah dikembangkan
juga diberikan.

Bab 4 memperlihatkan cara menurunkan faktor-faktor suku bunga (interest factors)


yang umum digunakan dalam analisis ekonomi teknik. Formulasi untuk menentukan
nilai sekarang (present value atau present worth), nilai yang akan datang (future value
atau future worth), dan nilai seragam tahunan (uniform annual value atau uniform
annual worth) diberikan pada bab ini. Formulasi yang melibatkan aliran kas yang
berubah dalam jumlah yang seragam (arithmatic gradient) atau berubah dalam
persentase yang tetap (geometric gradient) juga diberikan. Bab ini juga
memperkenalkan cara menggunakan faktor-faktor suku bunga dalam analisis ekonomi
teknik.

Bab 5 dan Bab 6 membahas tentang nilai ekuivakensi dari arus kas berbagai alternative
investasi. Dalam Bab 5 akan dibahas tentang aplikasi metode perhitungan nilai
sekarang (present value analysis) pada perhitungan net present value (NPV) dari suatu
investasi. Bab 5 juga mendemonstrasikan bagaimana keputusan investasi diambil
berdasarkan nilai NPV dari berbagai alternatif investasi yang dipertimbangkan. Pada
Bab 6 akan dibahas tentang aplikasi metode perhitungan nilai ekuivalen arus kas
tahunan pada perhitungan equivalent uniform annual cost (EUAC) dan equivalent
uniform annual benefit (EUAB). Bab 6 juga mendemonstrasikan bagaimana keputusan
investasi diambil berdasarkan nilai EUAC (apabila alternatif-alternatif yang
dipertimbangkan memiliki nilai benefit yang sama), EUAB (apabila alternatifalternatif
yang dipertimbangkan memiliki nilai biaya sama), maupun berdasarkan nilai
EUAB-EUAC (apabila alternatif-alternatif yang dipertimbangkan memiliki nilai biaya
dan manfaat tahunan yang berbeda). Analisis nilai bersih sekarang (net present value
analysis) sangat bermanfaat dalam membandingkan berbagai alternatif investasi
jangka panjang sedang analisis ekuivalensi nilai arus kas tahunan sangat
umum
33

digunakan dalam industri karena formatnya mirip dengan laporan laba-rugi


perusahaan. Metode analisis yang akan dibahas pada Bab 5 dan 6 meliputi analisis
kelayakan ekonomi untuk proyek tunggal, analisis yang melibatkan lebih dari satu
proyek, analisis yang melibatkan alternatif dengan umur teknis dan ekonomi yang
berbeda, dan analisis untuk proyek dengan lama pelayanan tak terhingga.

Bab 7 membahas tentang laju pengembalian modal (rate of return on investment)


yang dapat memberi gambaran tentang profitabilitas suatu investasi. Metode analisis
yang akan dibahas meliputi perhitungan IRR (internal rate of return) untuk proyek
tunggal dan untuk membandingkan alternatif terbaik dari beberapa alternative
proyek yang mungkin dilaksanakan. Metode perhitungan IRR yang akan dibahas
meliputi perhitungan dengan menggunakan metode nilai sekarang (present worth
method) dan perhitungan dengan menggunakan nilai ekuivalen seragam tahunan
(equivalent uniform annual worth method). Cara menentukan alternatif terbaik dari
beberapa alternatif investasi yang ada akan dibahas. Metode analisis yang akan
dibahas meliputi analisis berjenjang (incremental analysis) dengan menggunakan
persamaan nilai sekarang dan analisis berjenjang dengan menggunakan persamaan
nilai ekuivalen seragam.

Pada Bab 8, akan dibahas tentang metode penentuan laju pengembalian minimum
yang menarik bagi investor (minimum attractive rate of return, MARR) berdasarkan
biaya atas modal (cost of capital) yang digunakan. Hal-hal lain yang akan dibahas
pada bab ini meliputi jenis-jenis sumber pembiayaan, perhitungan biaya atas modal
berdasarkan sumber pembiayaan, dan perhitungan biaya atas modal dengan
menggunakan metode weighted average untuk investasi dengan pembiayaan dari
beberapa jenis sumber.

Bab 9 membahas tentang metode perhitungan benefit-cost-ratio (BCR). Pembahasan


meliputi metode perhitungan BCR untuk proyek tunggal dan metode pemilihan
alternatif terbaik berdasarkan analisis BCR berjenjang (incremental BCR analysis).
Metode analisis yang akan digunakan meliputi analisis BCR dengan menggunakan
nilai sekarang (present value) dan analisis BCR dengan menggunakan nilai ekuivalen
segaram tahunan (equivalent uniform annual value).
34

Bab 10 membahas tentang metode perhitungan titik impas (breakeven point) dan
perhitungan periode pengembalian modal (payback periode). Metode perhitungan
yang akan dibahas meliputi perhitungan breakeven point untuk proyek tunggal,
perhitungan breakeven point dengan menggunakan nilai sekarang (present value) dan
nilai ekuivalen segaram tahunan (equivalent uniform annual value) untuk dua
alternatif, dan perhitungan periode pengembalian modal (payback period) untuk
proyek tunggal. Metode pemilihan alternatif berdasarkan nilai breakeven point juga
akan dibahas pada bab ini.

Bab 11 membahas tentang model-model penyusutan (depreciation) atau capital


recovery suatu aset serta penentuan nilai buku (book value) dari aset tersebut setiap
tahun. Metode perhitungan penyusutan yang akan dibahas meliputi penyusutan dalam
jumlah yang tetap setiap tahun (straight-line method), penyusutan dalam persentase
yang tetap setiap tahun (declining-balance dan double declining-balance), dan
penyusutan berdasarkan tahun tersisa dan jumlah digit tahun (sum-of-year-digits).
Pada Bab 12 akan dibahas tentang analisis penggantian mesin-mesin dan peralatan
serta konsep tentang petahana (defender) dan penantang (challenger) dalam analisis
penggantian. Metode analisis yang akan dibahas pada bab ini meliputi analisis
penggantian dengan menggunakan planning horizon yang telah ditetapkan, analisis
dengan menggunakan pendekatan konvensional (conventional approach), dan analisis
dengan menggunakan pendekatan aliran kas (cash flow approach). Hal-hal lain yang
juga akan dibahas pada bab ini meliputi perhitungan jumlah tahun minimum yang
dibutuhkan dari suatu aset agar biaya totalnya minimum serta metode analisis untuk
menentukan apakah suatu peralatan masih dapat dipertahankan selama satu tahun atau
lebih.
Analisis sensitifitas akan dibahas pada Bab 13. Materi yang akan dibahas meliputi
pendekatan yang dapat digunakan dalam analisis sensitifitas, penentuan sensitifitas
dari setiap perkiraan, analisis sensitifitas dengan menggunakan faktor-faktor yang
diyakini berpengaruh, serta evaluasi anternatif dengan menggunakan decision trees.
Pada Bab 14, diberikan contoh kasus dimana teknik-teknik analisis yang telah
diperlajari akan digunakan untuk menentukan kelayakan finansial dari contoh kasus
yang diberikan.
35

MODUL 2

TOPIK BAHASAN : Costs, Benefits, And Cash Flows

SASARAN : Mahasiswa mampu menerapkan teknik pengambilan


BELAJAR keputusan, melakukan analisis biaya dan pendapatan dari
setiap investasi, menghitung nilai ekuivalen dari suatu arus
kas pada berbagai titik waktu, dan menerapkan berbagai
metode analisis ekonomi dalam mengevaluasi kelayakan
finansial setiap proyek atau investasi serta dalam
pengambilan keputusan investasi.

SASARAN : Mahasiswa mampu menerapkan metode dan teknik dalam


PEMBELAJARAN perhitungan biaya dan pendapatan dari suatu investasi
serta menganalisa perkiraan arus kas dari setiap alternatif
Investasi

KOMPETENSI : Kompetensi #7 : Kemampuan dalam memecahkan


SASARAN persoalan-persoalan dalam bidang
keteknikan pertanian.
Kompetensi #11: Kemampuan untuk mengembangkan
diri dan berfikir logisanalitis.
Kompetensi #12: Kemampuan Manajerial dan
Kewirausahaan.
36

MODUL 2
COSTS, BENEFITS, AND CASH FLOWS
2.1. Biaya (Costs)
Kemampuan setiap perusahaan untuk berkompetisi secara efektif di pasar
domestik maupun global sangat tergantung pada efisiensi biaya dalam proses produksi,
kualitas produk atau layanan yang dihasilkan, dan ketepatan waktu perluncuran
produk atau jasa yang ditawarkan. Manajemen biaya yang tepat merupakan salah satu
cara yang dapat digunakan oleh industri (perusahaan) atau pengelolah proyek untuk
meningkatkan keunggulan kompetitifnya, terutama industri atau proyek yang
memiliki asset terhitung (tangible assets) yang cukup besar (Lapasinskaite, et al.
2005).

Menurut Alfred Mashall, dalam bukunya yang berjudul Principles of


Economics, biaya adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk memproduksi
sesuatu (cost of production) atau harga yang harus dibayar untuk mendapatkan
sesuatu (supply price). Konsep tentang biaya dalam analisis ekonomi teknik sangat
penting dipahami karena semua analisis yang dilakukan didasarkan atas perkiraan
arus kas yang dikembangkan berdasarkan perkiraan biaya (cost estimate) dan proyeksi
pendapatan (revenue projection). Seperti yang akan diilustrasikan pada bab-bab
selanjutnya, profitabilitas dari suatu investasi akan sangat tergantung pada arus kas
(cash flow) investasi tersebut.

Analisis dan manajemen biaya suatu proyek atau industri harus dilakukan
secara berkesinambungan agar dapat menawarkan produk atau layanan dengan harga
yang bersaing. Pada fase awal pembangunan suatu proyek atau pengembangan suatu
produk, analisis biaya dilakukan untuk dapat mendisain proyek atau produk yang
kompetitif dari segi biaya, harga dan kualitas. Pada fase-fase berikutnya, analisis
biaya harus dilakukan secara periodik, mulai dari awal beroperasinya fasilitas yang
dibangun hingga habisnya umur teknis atau umur ekonomis fasilitas tersebut (project
life cycle) atau dari awal digunakannya suatu produk hingga akhir umur ekonomis
produk tersebut (product life cycle). Hal ini mutlak dilakukan untuk menjamin
37

profitabilitas selama umur ekonomis proyek atau untuk menjamin agar nilai manfaat
melebihi nilai biaya.
Dalam bidang manufacturing, hasil dari analisis biaya dapat digunakan antara
lain untuk mengevaluasi dan menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
berapa besar biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk pembangunan proyek
atau fasilitas produksi yang sedang direncanakan?
Berapa besar biaya operasional yang dibutuhkan untuk menjalan kan proyek atau
fasilitas tersebut?
apakah produk yang sedang dikembangkan dapat diproduksi dan didistribusi
dengan keuntungan yang memadai?
berapa harga jual yang layak untuk produk yang dihasilkan?
seberapa besar modal yang layak dikeluarkan untuk penggantian dan upgrading
mesin dan fasilitas produksi?

Dalam dunia bisnis yang penuh kompetisi, strategi perkiraan biaya dan
penetapan harga produk yang akan dihasilkan sangat penting. Dalam hal ini, ada dua
pendekatan yang umum digunakan yaitu pendekatan top-down dan pendekatan
bottom-up.

Pendekatan top-down menekankan pada penggunaan data-data biaya dan harga


dimasa lalu, termasuk data biaya dari proyek sejenis yang telah ada, untuk
memperkirakan biaya investasi dan tren biaya produksi serta proyeksi pendapatan dari
proyek yang direncanakan. Pendekatan top-down memandang biaya sebagai salah
satu input penting dalam proses perancangan suatu produk dan menekankan pada
penetapan biaya produksi dari produk yang akan dihasilkan agar dapat berkompetisi
dengan produk sejenis dari produsen lain. Target biaya ditetapkan berdasarkan selisih
antara harga produk sejenis dari produsen lain dengan besarnya keuntungan yang
diinginkan dari setiap unit produk. Pendekatan ini umumnya cocok digunakan pada
fase awal proses estimasi biaya atau pada fase pengembangan dan seleksi awal
alternatif produk yang akan diproduksi.

Pendekatan bottom-up merupakan pendekatan yang menekankan pada analisis


yang lebih detail. Proyek dipecah menjadi unit-unit kecil sehingga lebih mudah
dianalisis. Perkiraan biaya pada setiap unit yang meliputi biaya untuk peralatan
38

(tooling cost), biaya buruh (labor cost), biaya bahan (material cost), biaya supervisi,
biaya administrasi umum, dan overhead dianalisis secara detail dan dijumlahkan
untuk mendapatkan perkiraan biaya keseluruhan. Pendekatan bottom-up lebih cocok
digunakan apabila spesifikasi detail tentang produk yang akan dihasilkan telah
ditetapkan. Oleh karena itu, pendekatan ini umumnya digunakan dalam membuat
keputusan tentang produk apa yang dapat diproduksi dan bagaimana menetapkan
harga produk tersebut.

Perkiraan harga dan biaya dimasa yang akan datang berdasarkan data harga dan
biaya dimasa lampau sangat penting dalam analisis ekonomi teknik karena keputusan
yang tepat dalam pemilihan alternative investasi serta profitabilitas dari investasi
tersebut sangat tergantung pada ketepatan harga dan biaya yang digunakan dalam
analisis. Perkiraan harga dan biaya dimasa yang akan datang dapat ditetapkan
berdasarkan tren perubahan indeks harga konsumen (consumer price index) untuk
produk-produk konsumen dan indeks harga industri (industry price index) untuk
produk-produk industri yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik atau Kementerian
Perdagangan. Data indeks harga/biaya kemudian diregresikan terhadap waktu (tahun)
untuk mendapatkan persamaan yang akan digunakan untuk memperkirakan indeks
harga/biaya pada tahun-tahun yang dikehendaki dimasa yang akan datang.
Berdasarkan indeks perkiraan tersebut, maka harga/biaya pada tahun-tahun yang
dikehendaki dimasa yang akan datang dapat diperkirakan dengan menggunakan
Persamaan 2.1.

Pada Persamaan (2.1), Cx adalah harga/biaya perkiraan pada tahun x, 1 C adalah


harga/biaya pada tahun dasar, Ix adalah perkiraan indeks harga/biaya pada tahun x,
dan 1 I adalah indeks harga/biaya pada tahun dasar. Tahun dasar adalah tahun pertama
dalam data set yang digunakan dalam proses regresi untuk mendapatkan persamaan
regresi yang akan digunakan dalam memperkirakan nilai Ix .

Untuk kebutuhan pembiayaan jangka pendek seperti kebutuhan biaya untuk


pembangunan proyek/fasilitas (biaya investasi) dan kebutuhan operasional jangka
pendek (modal kerja awal), besaran biaya yang digunakan dalam analisis ekonomi
39

teknik umumnya didasarkan atas data harga dan standar biaya terbaru serta perkiraan
harga dan biaya jangka pendek. Perkiraan biaya jangka panjang digunakan untuk
memperkirakan biaya produksi dan biaya operasional selama life cycle dari proyek
atau investasi. Hal ini sangat penting karena keputusan teknik dan bisinis yang akan
diambil sangat tergantung pada perkiraan tentang besarnya biaya dan potensi
pendapatan yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Misalnya, keputusan untuk
berinvestasi pada pembangunan sebuah property seperti gedung perkantoran,
apartemen, dan hotel akan sangat tergantung pada perkiraan biaya investasi dan biaya
operasional serta perkiraan pendapatan yang akan diperoleh dari penyewaan atau
penjualan property tersebut. Harga yang akan ditetapkan untuk produk atau jasa yang
akan dihasilkan dari suatu investasi sangat tergantung pada perkiraan biaya produksi
dan biaya distribusi serta perkiraan supply-demand produk tersebut dimasa yang akan
datang.

2.2. Jenis-Jenis Biaya (Cost Types)

Dalam bidang manufacturing, biaya operasional selama satu periode dihitung


dengan menjumlahkan semua biaya yang meliputi biaya langsung (direct costs) dan
biaya tidak langsung (indirect costs, sering juga dikenal dengan istilah factory
expenses atau overhead costs). Biaya langsung meliputi biaya untuk upah tenaga kerja
yang terlibat langsung dalam proses produksi (direct labor costs) dan biaya untuk
semua bahan yang digunakan untuk memproduksi produk yang dihasilkan langsung
(direct material costs).

Biaya buruh langsung (direct labor costs) meliputi semua biaya buruh yang
dapat dibebankan secara langsung ke produk, proses, atau layanan yang dihasilkan.
Misalnya, upah untuk operator mesin dapat dibebankan secara langsung ke produk
yang dihasilkan dari kerja mesin tersebut. Untuk dapat mengkategorikan biaya buruh
sebagai biaya langsung, biaya tersebut harus dapat dihitung dan dibebankan ke unit
produk yang dihasilkan.

Biaya bahan langsung terdiri atas semua biaya bahan yang dapat dibebankan
secara langsung ke suatu produk. Biaya ini meliputi biaya pembelian bahan baku dan
bahan penunjang yang dibutuhkan dalam memproduksi suatu produk atau komponen
serta biaya transportasi untuk memindahkan bahan-bahan tersebut ke fasilitas
40

produksi. Dalam pembuatan komputer, misalnya, biaya bahan untuk pembuatan


circuit board, chasis, power supply, dll, dan biaya pengadaan untuk komponenkomponen
yang dibeli dari pabrikan lain (outsourced) seperti power cord, memory
card, hard drives, display screen, dll dapat dibebankan secara langsung ke computer
yang dihasilkan sehingga dapat dikategorikan sebagai biaya bahan langsung.
Sebaliknya, biaya untuk minyak pelumas dan bahan-bahan untuk pemeliharaan
mesin-mesin yang menghasilkan lebih dari satu macam produk umumnya
dikategorikan sebagai biaya bahan tidak langsung karena tidak akan ekonomis untuk
memperkirakan besarnya proporsi biaya tersebut untuk masing-masing produk yang
dihasilkan.

Biaya tidak langsung (indirect costs) meliputi semua pembelanjaan untuk


operasional pabrik (factory expenses) yang tidak dimasukkan kedalam kategori biaya
langsung (direct costs). Biaya ini umumnya meliputi gaji buruh atau staf yang tidak
terlibat langsung dalam proses produksi (misalnya supervisi, operator umum, staf
kantor, staf inventory, teknisi bengkel), bahan kebutuhan pabrik dan perkantoran (alat
tulis, komputer, peralatan kantor, peralatan bengkel, oli, gemuk, fanbelt, alat
pembersih, dll), biaya perawatan/pemeliharaan, biaya reparasi, depresiasi, asuransi,
pajak, biaya kebutuhan energi (listrik dan bahan bakar), dan biaya lain untuk
operasional proyek atau pabrik.

Berdasarkan uraian di atas, biaya-biaya yang digunakan dalam pembangunan


suatu proyek atau dalam pengoperasian suatu fasilitas secara umum dapat
digolongkan atas biaya yang dapat dihubungkan secara langsung ke satu produk,
komponen, atau aktifitas tertentu dan biaya yang tidak dapat dialokasikan secara
khusus ke suatu produk, komponen, atau aktifitas tertentu. Biaya yang timbul akibat
proses produksi suatu produk atau komponen tertentu umumnya digolongkan sebagai
traceable costs, sedang biaya yang timbul akibat proses atau aktifitas yang
menghasilkan lebih dari satu jenis produk atau komponen, dan biaya tersebut tidak
dapat dipilah, digolongkan sebagai biaya bersama (common costs).

Biaya-biaya langsung (direct costs) yang dibahas pada halaman sebelumnya


merupakan traceable costs yang secara mudah dapat dipisahkan dan dibebankan
secara langsung ke produk, proses, atau layanan tertentu. Dengan demikian, kita dapat
mendefinisikan biaya langsung (direct costs) sebagai biaya yang dapat diukur atau
41

diperkirakan dan dapat dibebankan atau dialokasikan ke setiap output yang dihasilkan
atau aktifitas yang dilaksanakan. Biaya-biaya tidak langsung (indirect costs) terdiri
atas traceable costs yang tidak dapat dibebankan atau dialokasikan secara langsung ke
suatu produk, proses, atau layanan dan semua common costs.

Kedua golongan biaya di atas (traceable dan common costs) sangat umum
ditemukan dalam berbagai inudstri seperti industri pengolahan pangan, industri kimia,
industri manufacturing, dan industri petroleum. Sebagai contoh, proses pengolahan
kakao dalam industri dapat menghasilkan tiga macam produk yaitu: (1) pasta kakao
(cocoa paste atau liquor), (2) lemak kakao (cocoa butter), dan (3) bungkil kakao
(cocoa cake). Pasta kakao merupakan produk yang diperoleh dari proses penggilingan
biji kakao (nib), sedang lemak dan bungkil kakao merupakan produk yang dihasilkan
dari proses pengepresan pasta kakao untuk memisahkan lemak dari bungkil. Bungkil
kakao dapat diproses lebih lanjut untuk menghasilkan bubuk coklat. Apabila pabrik
pengolahan hanya menghasilkan liquor, maka semua biaya yang dikeluarkan dapat
dihubungkan secara langsung ke produk tersebut sehingga biaya tersebut digolongkan
sebagai traceable cost. Sebaliknya, apabila pabrik melakukan proses pengepresan
liquor untuk menghasilkan lemak dan bubuk kakao, maka biaya yang dikeluarkan
tidak dapat dipilah untuk masing-masing produk karena proses pengepresan
menghasilkan kedua produk tersebut sekaligus. Dalam kasus ini, biaya yang
dikeluarkan digolongkan sebagai biaya bersama (common costs atau joint costs). Pada
contoh di atas, biaya untuk penggunaan listrik, air, dan bahan pelumas untuk
pemeliharaan mesin-mesin digolongkan sebagai common costs dari ketiga jenis
produk sedang biaya kemasan untuk masing-masing jenis produk dikategorikan
sebagai traceable cost.

Apabila kita mengamati secara lebih seksama pada contoh di atas, dapat kita
lihat bahwa apabila perusahaan (pabrik) ingin menjual lebih banyak produk dalam
bentuk liquor maka volume produksi untuk lemak dan bubuk akan turun, demikian
juga sebaliknya. Oleh karena itu, hubungan antara liquor dengan lemak dan bubuk
dikategorikan sebagai hubungan produk alternatif (alternatif product relationship).
Dilain pihak, hubungan antara lemak dan bubuk dikategorikan sebagai hubungan
produk bersama (joint product relationship) karena volume kedua produk tersebut
akan selalu naik atau turun secara sinkron, tergantung pada volume liquor yang diolah
dalam proses pemisahan lemak.
42

Keputusan tentang jenis produk dan jumlah dari masing-masing jenis yang
harus diproduksi umumnya didasarkan atas pertimbangan ekonomi (memaksimalkan
keuntungan) dan kemampuan teknologi yang dimiliki. Selain itu, pengambilan
keputusan harus juga mempertimbangkan keseimbangan antara supply dan demand
untuk setiap produk yang akan diproduksi karena over-supply atas suatu produk akan
menyebabkan terjadinya distorsi harga di pasaran yang selanjutnya dapat
mengakibatkan penurunan tingkat keuntungan.
Dalam praktek sehari-hari, proses produksi selalu diperhadapkan pada
berbagai faktor penghambat yang mempengaruhi komposisi produk (product mix)
yang harus diproduksi untuk mencapai efisiensi ekonomi yang maksimal. Komposisi
produk yang dapat diproduksi dalam batasan faktor-faktor penghambat yang ada
dapat digambarkan dalam sebuah kurva yang secara umum dinamai productionpossibilities
frontier. Pada contoh industri pengolahan kakao di atas, alternative
produksi dapat meliputi komposisi produk (product mix) seperti terlihat pada Tabel
2.1.
Data pada Tabel 2.1. memperlihatkan bahwa apabila semua biji kakao yang
digiling dijual dalam bentuk liquor (pasta), maka tidak ada lemak dan bubuk yang
akan diproduksi. Sebaliknya, apabila semua liquor yang dihasilkan diproses lebih
lanjut dalam proses pemisahan lemak, maka tidak ada liquor yang dapat dijual.
Apabila semua alternatif produksi atau product mix diplot, seperti terlihat pada
Gambar 2.1, maka akan diperoleh sebuah grafik production-possibilities frontier yang
menggambarkan product mix yang paling optimal.
Tabel 2.1. Komposisi produk yang dapat dihasilkan dari proses pengolahan
kakao dengan kapasitas maksimal 1000 ton/bulan.
43

Gambar 2.1. Kurva production possibilities frontier pengolahan kakao dengan


kapasitas terpasang 1000 ton/bulan.
Perlu dipahami bahwa setiap titik pada kurva production-possibilities frontier
memperlihatkan efisiensi produksi 100%. Pada titik mana pabrik harus beroperasi?
Keputusan harus diambil berdasarkan keseimbangan supply-demand dan proyeksi
harga setiap jenis produk di pasaran. Semua titik yang berada di bawah kurva
(misalnya titik X) menunjukkan efisiensi produksi kurang dari 100% dan semua titik
yang berada di sebelah atas kurva (misalnya Y) mewakili product mix yang mustahil
dicapai karena adanya faktor pembatas (dalam hal ini, hukum keseimbangan massa).
Faktor-faktor pembatas lainnya yang umum dijumpai dalam suatu proses produksi
meliputi antara lain: keterbatasan bahan baku, keterbatasan kemampuan teknologi
yang dimiliki, dan keterbatasan keterampilan/keahlian tenaga kerja.

Konsep production-posssibilities frontier seperti yang diuraikan di atas secara


intrinsik mengingatkan kita pada tiga konsep penting dalam teori produksi yaitu
kelangkaan input (input scarcity), ketersediaan sejumlah alternatif yang harus dipilih
(alternative selection), dan biaya intrinsik (opportunity cost) dari setiap alternatif.
Kelangkaan sumber daya (input) memaksa kita memilih alternatif terbaik.

2.3. Komponen Biaya (Cost Components)

Proses produksi pada suatu industri bertujuan untuk mengubah bahan baku
menjadi produk jadi melalui serangkaian proses sehingga diperoleh suatu nilai tambah
44

(added value). Pada setiap tahapan proses tersebut, diperlukan berbagai input yang
meliputi antara lain: bahan baku, tenaga kerja, mesin dan peralatan, dan fasilitas
gedung. Setiap input yang digunakan dalam proses produksi akan membutuhkan
biaya.

Biaya produksi secara umum dibagi atas dua komponen yaitu komponen biaya
tetap (fixed cost) dan komponen biaya tidak tetap (variable cost). Pengelompokan ini
didasarkan pada konsep biaya jangka pendek (short-run cost) dimana terdapat elemen
biaya yang tidak dapat diubah. Analisis biaya jangka pendek umumnya difokuskan
pada analisis perubahan total biaya akibat perubahan tingkat utilisasi fasilitas produksi.
Dalam dunia bisnis, biaya tetap sering disebut sebagai overhead, sedang biaya tidak
tetap sering dinamai biaya operasional (operating cost). Semua biaya yang harus
dikeluarkan dalam pengoperasian sebuah proyek atau industri harus dimasukkan ke
dalam salah satu dari kedua komponen biaya tersebut. Dengan demikian, total biaya
yang harus dikeluarkan setiap periode waktu dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan (2.2).

Pada persamaan di atas, C adalah total biaya BT adalah jumlah semua biaya tetap,
dan BTT adalah jumlah semua biaya tidak tetap. Struktur pembiayaan dari setiap
perusahaan atau industri manufacturing akan memperlihatkan komponen biaya tetap,
biaya tidak tetap, dan biaya total (total costs atau mixed costs) pada proporsi tertentu.
Ide untuk menelusuri dan menghitung biaya tetap (fixed costs) dan biaya tidak tetap
(variable costs) dalam suatu proses produksi bukanlah hal baru. Gantt (1915)
menyatakan bahwa biaya produksi suatu produk harus ditelusuri dan dihitung untuk
dapat menetapkan harga yang tepat dan menentukan profitabilitas produk tersebut.
Konsep tentang biaya tetap dan biaya tidak tetap dalam analisis ekonomi teknik
sangat penting karena biaya-biaya yang digunakan untuk membangun suatu proyek
atau mengoperasikan suatu industri atau perusahaan umumnya digolongkan atas
kedua jenis biaya tersebut. Selain itu, proporsi dari biaya tetap dan biaya tidak tetap
dalam suatu proses produksi akan sangat menentukan titik impas (breakeven point)
dari proses produksi tersebut.
45

Biaya tetap adalah komponen biaya yang besarnya relatif konstan dalam suatu
periode tertentu karena tidak dipengaruhi oleh tingkat aktifitas atau realisasi produksi
dalam kisaran kapasitas terpasang (installed capacity) yang tersedia. Komponen biaya
ini timbul akibat biaya yang harus dikeluarkan untuk factor-faktor produksi yang
tidak dapat diubah dalam periode waktu yang relatif pendek. Biaya tetap umumnya
berhubungan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan suatu asset
tetap yang dapat menghasilkan produk sesuai kapasitas yang direncanakan.

Keputusan investasi yang telah diambil dimasa lampau memberi konsekwensi


finansial selama masa operasional investasi tersebut. Misalnya, anda telah
memutuskan untuk berinvestasi pada usaha penambangan pasir, kerikil, dan batu kali.
Untuk usaha tersebut, anda telah membeli bulldozer, truk dan peralatan lain serta
menggaji beberapa operator, sopir, dan pegawai tetap. Jumlah peralatan yang anda
beli dan jumlah pegawai yang anda gaji sangat tergantung pada kapasitas
penambangan yang anda inginkan. Biaya tetap yang anda harus keluarkan meliputi
biaya perizinan, pembayaran bunga dan pokok pinjaman, biaya penyusutan mesin,
dan gaji pegawai tetap. Biaya ini harus dikeluarkan selama anda mempertahankan
aset-aset tersebut walaupun kegiatan penambangan tidak berjalan. Oleh karena itu,
biaya tetap sering juga disebut sebagai biaya kepemilikan (cost of possession). Biaya
tetap dapat juga dipandang sebagai biaya untuk mempertahankan setiap asset dalam
suatu investasi agar siap beroperasi pada kapasitas produksi yang diinginkan (cost of
production preparednesss) (Church, 1995). Dari kedua definisi tersebut, dapat dilihat
bahwa biaya tetap dari suatu proses produksi atau investasi sangat tergantung pada
keputusan bisnis yang telah diambil dimasa lalu sehingga jumlahnya diasumsikan
konstan dalam suatu kurun waktu tertentu. Dalam konteks ini, biaya tetap sangat tidak
relevan untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan tentang berapa banyak
unit produk yang harus diproduksi dan berapa harga jual per unit produk.
Meskipun demikian, dalam jangka waktu yang relatif panjang, keputusan
bisnis yang diambil dapat mengubah komponen biaya yang secara tradisional
dikategorikan biaya tetap. Misalnya, biaya penyusutan, upah buruh, dan overhead
lainnya dapat meningkat apabila manajemen perusahaan memutuskan untuk
melakukan ekspansi dan meningkatkan kapasitas produksi dengan menambah jumlah
peralatan dan jumlah pegawai tetap. Sebaliknya, apabila perusahaan memutuskan
untuk mengurangi skala produksi, biaya overhead dapat diturunkan dengan menjual
46

sebagian aset tetap dan memberhentikan sebagian staf dan operator mesin. Oleh
karena itu, untuk time horizon yang cukup panjang, perusahaan dapat mengambil
kebijakan-kebijakan baru atau melakukan serangkaian penyesuaian berdasarkan
pertimbangan ekonomi (economic adjustment) yang berdampak pada perubahan
struktur biaya, termasuk biaya tetap. Dengan demikian, dalam jangka waktu yang
cukup panjang, semua faktor produksi yang mempengaruhi biaya pada hakekatnya
dapat diubah sehingga semua biaya pada hakekatnya bersifat tidak tetap (variable).
Dalam analisis ekonomi teknik, economic adjustment yang sering kali harus
dipertimbangkan meliputi penggantian dan modernisasi mesin dan peralatan produksi
dan ekspansi skala produksi.

Biaya tidak tetap (variable costs atau operating costs) merupakan biaya
operasional yang berubah sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan atau tingkat
aktifitas yang dilaksanakan. Biaya ini meliputi antara lain biaya buruh langsung
(direct labor), biaya bahan langsung (direct material), biaya listrik dan bahan bakar,
biaya pemeliharaan dan perbaikan, biaya bahan penunjang, dan biaya penyusutan
(tergantung metode menghitungnya).

Pengelompokan biaya buruh langsung sebagai biaya tidak tetap sangat


tergantung pada kebijakan perusahaan. Apabila perusahaan memiliki kebebasan
penuh dalam menggaji dan memberhentikan buruh/pekerja sesuai kebutuhan produksi,
maka biaya buruh tepat dikategorikan sebagai biaya tidak tetap. Sebaliknya, apabila
perusahaan memiliki kebijakan untuk mempertahankan semua buruh/pekerja dalam
kondisi pasar yang lesuh sekalipun, maka biaya buruh lebih tepat dimasukkan sebagai
biaya tetap. Kebijakan pemerintah yang mengharuskan perusahaan untuk mengubah
status tenaga buruh lepas menjadi tenaga kontrak juga membatasi keleluasaan
perusahaan untuk mengurangi tenaga kerja pada kondisi yang sulit sehingga biaya
buruh lebih tepat dikategorikan sebagai biaya tetap.

Biaya penyusutan dapat dikategorikan sebagai biaya tetap apabila metode


yang digunakan dalam menghitungnya adalah metode standar seperti metode garis
lurus (straight line), metode jumlah digit tahun (Sum of Year Digit), metode
keseimbangan menurun (Declining Balance), metode keseimbangan menurun dua kali
(Double Declining Balance), dan metode Sinking Fund yang mengasumsikan bahwa
umur ekonomis dari suatu aset fisik (peralatan, mesin, dan gedung) hanya merupakan
47

fungsi dari waktu. Metode-metode di atas menetapkan biaya penyusutan aset fisik
setiap periode berdasarkan umur aset tanpa mempertimbangkan penggunaan ril atau
jumlah output yang dihasilkan. Sebaliknya, apabila penyusutan dihitung berdasarkan
intensitas penggunaan suatu aset setiap periode, yang berhubungan dengan volume
output yang dihasilkan pada periode tersebut, maka biaya penyusutan dikategorikan
sebagai biaya tidak tetap (variable cost). Dalam hal ini, biaya penyusutan dihitung
dengan menggunakan metode unit produksi (units-of-production) yang
mengasumsikan bahwa umur ekonomis dari suatu aset fisik ditentukan oleh faktorfaktor
yang berhubungan dengan tingkat penggunaan. Metode perhitungan biaya
penyusutan akan dibahas secara detail pada bab tersendiri.
Contoh paling sederhana dari biaya tetap dan biaya tidak tetap dapat dilihat
pada biaya telepon rumah dan biaya listrik. Biaya telepon rumah terdiri atas biaya
abodemen yang besarnya tetap setiap bulan (fixed cost) dan biaya pemakaian yang
besarnya ditentukan berdasarkan besarnya pemakaian (variable costs). Jumlah biaya
tidak tetap dalam hal ini berbanding lurus dengan jumlah pulsa yang digunakan
karena biaya per pulsa tetap konstan berapapun tingkat pemakaian. Biaya listrik
terdiri atas biaya beban yang besarnya tetap setiap bulan (fixed cost) dan biaya
pemakaian yang besarnya tergantung pada jumlah KWh yang digunakan setiap bulan
(variable cost). Tarif per KWh untuk pemakaian listrik bersifat progresif, yaitu
semakin tinggi jumlah pemakaian semakin tinggi tarif per KWh. Untuk kasus seperti
ini, kenaikan jumlah biaya tidak tetap per unit kenaikan jumlah pemakaian cenderung
meningkat. Dalam bidang manufacturing, kurva trend perubahan biaya tidak tetap
biasanya berbentuk sigmoid. Apabila fasilitas beroperasi jauh di bawah kapasitas
normalnya, peningkatan biaya untuk setiap peningkatan output sebesar satu satuan
cenderung tinggi. Dengan meningkatnya produksi mendekati kapasitas normal,
peningkatan biaya untuk setiap peningkatan output sebesar satu satuan cenderung
menurun. Apabila fasilitas dioperasikan melebihi kapasitas normalnya maka
peningkatan biaya untuk setiap peningkatan output sebesar satu satuan kembali
meningkat.

2.4. Elemen Biaya (Cost Elements)


Dalam analisis ekonomi teknik, elemen-elemen biaya dari suatu proyek atau proses
produksi umumnya digolongkan atas beberapa kelompok sebagai berikut.
48

Biaya investasi. Komponen biaya ini dapat terdiri atas biaya pengadaan lahan,
biaya pembangunan fasilitas fisik (gedung, jalan akses, instalasi listrik dan air,
dll), biaya pengadaan mesin-mesin dan peralatan pendukung, biaya instalasi
mesin-mesin, biaya pengadaan peralatan kantor dan meaubelair, dan biaya
perizinan.
Biaya operasional. Komponen biaya ini dapat terdiri atas biaya pengadaan bahan
baku, biaya listrik dan bahan bakar, biaya tenaga kerja dan gaji staf, biaya bahan
kemasan dan bahan pendukung lainnya, biaya distribusi, serta biaya umum dan
operasional kantor.
Biaya perawatan dan perbaikan mesin dan fasilitas lainnya.
Pembayaran bunga dan pokok pinjaman.
Biaya penyusutan aset fisik (mesin, peralatan, gedung, dan kendaraan
operasional).
Pajak perusahaan (Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Pertambahan nilai dan
Pajak Penghasilan).
Elemen-elemen biaya tersebut di atas secara umum dapat digolongkan atas dua
komponen biaya yang telah dibahas pada bagian sebelumnya yaitu biaya tetap (fixed
costs) dan biaya tidak tetap (variable costs). Ilustrasi untuk lebih memahami kedua
komponen biaya ini dapat dilihat pada Contoh 2.1.

Contoh 2.1
Sebuah perusahaan travel menawarkan paket biaya untuk perjalanan selama tiga hari
dari Makassar ke pusat wisata Tanah Toraja. Harga per paket untuk perjalanan dengan
mobil Minivan eksekutif yang dapat memuat sembilan wisatawan adalah Rp. 12,5 juta.
Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan travel tersebut untuk setiap paket
perjalanan selama 3 hari dapat dilihat pada tabel di bawah.
No. Jenis Pembiayaan Jumlah (Rp)
1. Perkiraan biaya penyusutan kendaraan 1.500.000
2. Bahan bakar 1.250.000
3. Oli pelumas 100.000
4. Sopir dan guide 1.000.000
5. Tiket masuk ke berbagai lokasi wisata (per orang) 150.000
6. Konsumsi (per orang). 500.000
49

Dari enam jenis pembiayaan pada tabel di atas, pembiayaan 1 4 dapat


dikategorikan sebagai biaya tetap karena besarnya tidak tergantung pada jumlah
anggota rombongan atau jumlah wisatawan yang diangkut. Sebaliknya, pembiayaan 5
dan 6 dikategorikan sebagai biaya tidak tetap karena walaupun kapasitas mobil adalah
untuk sembilan orang, besarnya biaya tiket masuk ke tempat-tempat yang dikunjungi
dan konsumsi yang harus dikeluarkan tergantung pada jumlah wisatawan dalam
rombongan. Perlu disadari bahwa overhead costs untuk menjalankan usaha tersebut
tidak dimasukkan dalam perincian biaya karena perusahaan tidak dapat
mengalokasikannya ke setiap kegiatan pengantaran. Oleh karena itu, perusahaan
secara intrinsik mengasumsikan bahwa dengan tarif pengantaran yang ditetapkan,
keuntungan yang diperoleh per periode waktu masih layak setelah overhead costs
pada periode tersebut diperhitungkan.

Berdasarkan perkiraan biaya di atas, total biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan travel untuk setiap paket wisata tiga hari dapat dihitung berdasarkan
Persamaan (2.3).

Pada Persamaan (2.3) di atas, n adalah jumlah wisatawan yang diantar.


Apabila jumlah wisatawan yang ikut adalah sembilan orang (full kapasitas), total
biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan travel tersebut adalah Rp. 9.700.000
(biaya tetap Rp. 3.850.000 dan biaya tidak tetap Rp. 5.850.000). Sebaliknya, apabila
jumlah wisatawan yang diantar hanya enam orang maka biaya yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan hanya sebesar Rp. 7.750.000 (biaya tetap Rp. 3.850.000 dan biaya
tidak tetap Rp. 3.900.000). Contoh ini jelas memperlihatkan bahwa biaya tetap akan
selalu konstan (tidak tergantung pada tingkat aktifitas atau realisasi volume produksi,
dalam contoh di atas jumlah wisatawan yang diantar) sedang biaya tidak tetap sangat
tergantung pada tingkat aktifitas atau realisasi volume produksi. Representasi grafis
dari biaya tetap (fixed cost), biaya tidak tetap (variable cost), dan biaya keseluruhan
(total cost) untuk kasus pada Contoh 2.1 dapat dilihat pada Gambar 2.2.
50

Gambar 2.2. Kurva biaya tetap, biaya tidak tetap, dan total biaya untuk jasa
pengantaran wisatawan pada Contoh 2.1.

Seperti terlihat pada Contoh 2.1, terdapat beberapa komponen pembiayaan


yang nilainya tidak dipengaruhi oleh tingkat aktifitas atau realisasi volume produksi
dan ada komponen pembiayaan yang nilainya sangat dipengaruhi oleh tingkat aktifitas
atau volume produksi. Kelompok yang pertama merupakan fixed costs dan kelompok
yang kedua merupakan variable costs. Hasil penjumlahan fixed costs dan variable
costs merupakan biaya total (total cost). Contoh fixed costs meliputi bunga atas modal,
biaya penyusutan, pajak bumi dan bangunan, biaya sewa, biaya asuransi, dan gaji
pegawai tetap dan eksekutif, biaya promosi dan iklan, dan biaya untuk urusan
administrasi dan perkantoran. Pembiayaan untuk upah buruh, bahan baku, dan biaya
penyusutan untuk aset tertentu yang penyusutannya dapat dihubungkan langsung
dengan tingkat pemakaian secara umum dapat dikategorikan sebagai variable costs.
Biaya total, yang merupakan gabungan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap,
juga dipengaruhi oleh volume produksi atau tingkat aktifitas tetapi perubahannya
tidak berbanding langsung dengan volume produksi karena didalamnya terdapat
komponen biaya tetap. Perlu diperhatikan pada contoh di atas bahwa perkiraan biaya
penyusutan diperhitungkan sebagai biaya tetap karena biaya ini mewakili penurunan
nilai buku (book value) dari mobil yang digunakan akibat penurunan nilai karena
pemakaian.
51

Biaya buku (book cost) bukan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan pada saat kegiatan pengantaran wisatawan dilaksanakan tetapi merupakan
amortisasi dari biaya masa lalu (amotisasi biaya pembelian mobil) yang dikeluarkan
untuk mendapatkan aset (dalam hal ini mobil yang digunakan untuk mengantar
wisatawan) yang masa penggunaannya selama beberapa tahun. Dalam accounting dan
perhitungan ekonomi teknik, biaya penyusutan (depreciation cost) dan biaya
penurunan nilai (depletion cost) akibat penggunaan suatu asset tetap (fixed asset)
merupakan contoh biaya buku yang paling umum dijumpai.
Dalam proses perencanaan suatu proyek atau produk, para perencana
seringkali dituntut untuk memisahkan komponen pembiayaan yang konstant dan
komponen pembiayaan yang berubah. Untuk tujuan tersebut, salah satu metode yang
sering digunakan adalah metode tinggi-rendah (High-Low Method) yang menganalisa
perubahan biaya apabila tingkat aktivitas atau volume produksi berubah. Metode ini
membandingkan biaya yang akan dikeluarkan pada tingkat aktifitas yang tinggi
dengan biaya yang akan dikeluarkan pada tingkat aktifitas yang rendah. Metode ini
memperkirakan komponen biaya yang konstan (fixed cost element) dan komponen
biaya yang berubah (variable cost element) dengan menggunakan data biaya tertinggi
dan biaya terendah pada berbagai tingkat volume produksi. Karena metode ini hanya
menggunakan dua titik data, model persamaan yang dihasilkan akan berbentuk linier
seperti terlihat pada Persamaan (2.4). Persamaan tersebut sering dikenal dengan istilah
fungsi biaya (cost function atau cost-volume formula) yang menggambarkan
hubungan antara total biaya dengan tingkat aktivitas atau volume produksi.

Pada Persamaan (2.4), C adalah total biaya, X adalah tingkat aktifitas atau
volume produksi, a adalah komponen biaya tetap (tidak tergantung pada X), dan b
adalah biaya rata-rata untuk setiap unit tingkat aktifitas atau setiap unit volume
produksi. Oleh karena biaya total merupakan penggabungan biaya tetap dan biaya
tidak tetap, biaya total sering juga diistilahkan biaya campuran (mixed cost) atau semivariable
cost. Cara penentuan komponen biaya tetap dan biaya tidak tetap
berdasarkan data biaya produksi dapat dilihat pada Contoh 2.2.
52

Dalam banyak kasus, elemen-elemen tertentu dari biaya tidak tetap dapat
berubah dengan tren yang berbeda. Ada elemen pembiayaan yang meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah atau volume produksi suatu komponen (akibat tuntutan
spesifikasi rancangan) dan ada elemen pembiayaan yang menurun akibat peningkatan
produksi volume komponen yang lain tersebut. Dengan tren perubahan biaya yang
bertolak belakang tersebut, kita dapat membuat sebuah model matematik untuk
menentukan spesifikasi rancangan yang akan memberikan biaya produksi atau biaya
pembangunan yang minimum seperti pada contoh kasus pada Contoh 2.3.

Contoh 2.2

Data produksi dan total biaya pada sebuah perusahaan penghasil komponen otomotif
dalam dua belas bulan terakhir diperlihatkan pada tabel berikut:

Jumlah produksi Total Biaya (Juta Jumlah produksi Total Biaya (Juta
(unit/bulan) rupiah/bulan) (unit/ bulan) Rupiah/bulan)
1000 545 1810 894
1300 688 1850 899
1700 876 1874 904
1743 886 1925 911
1800 886 1945 917
1806 892 1953 920

Dengan menggunakan metode High-Low, kita dapat menentukan komponen


biaya tetap (a) dan biaya tidak tetap (biaya rata-rata per unit komponen yang
dihasilkan, b) sebagai berikut:

Perlu diketahui bahwa metode high-low merupakan metode perkiraan yang


sangat kasar karena hanya menggunakan data terendah dan data tertinggi pada data
total produksi dan total biaya. Untuk mendapatkan perkiraan yang lebih akurat, kita
dapat menggunakan metode regresi linier yang menggunakan semua data dalam
data
53

set. Analisis regresi linier dengan menggunakan Microsoft Excel menghasilkan nilai
sebagai berikut:

a = Rp170.695.100
b = Rp394.748 per unit

Contoh 2.3

Pada pembangunan Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dan Madura,


biaya pembangunan secara umum dapat dibagi atas dua elemen pembiayaan yaitu (1)
elemen pembiayaan untuk pembangunan tiang-tiang penopang jembatan dan (2)
elemen pembiayaan untuk membangun bentangan jembatan. Apabila jarak antara
tiang-tiang penopang relatif dekat, panjang setiap bentangan menjadi pendek sehingga
ukuran balok dan kawat baja yang dibutuhkan untuk pembangunan bentangan
menjadi lebih kecil. Sebaliknya, apabila jarak antara tiang-tiang penopang relative
berjauhan, maka panjang setiap bentangan menjadi lebih besar dan ukuran balok dan
kawat baja yang dibutuhkan untuk bentangan menjadi lebih besar (butuh kekuatan
lebih tinggi). Dengan demikian, dengan semakin dekatnya jarak antara tiang-tiang
penopang, jumlah tiang penopang yang dibutuhkan untuk jembatan tersebut menjadi
lebih banyak sehingga biaya pembangunan tiang-tiang penopang (biaya bahan dan
biaya tenaga kerja) menjadi lebih tinggi tetapi biaya pembangunan bentangan
jembatan menjadi lebih rendah. Sebaliknya, apabila jarak antara tiang-tiang penopang
relatif berjauhan, jumlah tiang penopang yang dibutuhkan lebih sedikit sehingga biaya
pembangunannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi, biaya pembangunan bentangan
jembatan menjadi lebih tinggi. Tren perubahan komponen pembiayaan tersebut dapat
berbentuk linier ataupun non-linier. Apabila tren perubahan biaya berbentuk linier,
maka biaya pembangunan atau biaya produksi dapat dihitung dengan mnggunakan
model matematik seperti terlihat pada Persamaan (2.5).

Pada Persamaan (2.5) di atas, a, b, dan c merupakan konstanta bernilai positif


atau nol dan X adalah parameter yang berubah (jumlah produksi, ukuran fasilitas yang
dibangun, atau parameter disain lainnya). Parameter aX mewakili komponen
54

pembiayaan yang berbanding lurus dengan jumlah atau volume X sedang parameter
b/X merupakan komponen pembiayaan yang berbanding terbalik dengan X. Kedua
komponen pembiayaan ini merupakan representasi dari biaya tidak tetap (variable
costs) karena besarnya tergantung pada jumlah atau volume X. Konstanta c
merupakan konstanta yang mewakili komponen biaya tetap karena besarnya tidak
tergantung pada X. Pada contoh kasus pembangunan Jembatan Suramadu, aX adalah
biaya untuk pembangunan tiang-tiang penopang sedang b/X merupakan biaya untuk
pembangunan bentangan jembatan. Representasi grafis dari model persamaan di atas
disajikan pada Gambar 2.3 dengan nilai konstanta sebagai berikut: a=110, b=200000,
dan c=3500. Dapat juga dilihat pada Gambar 2.3 bahwa biaya minimum akan
diperoleh apabila unit produksi sekitar 43 atau pada titik dimana kurva aX dan b/X
berpotongan.

Gambar 2.3. Kurva biaya dengan dua variable costs dengan tren yang berbeda
dan satu fixed cost.
2.5. Biaya Lain-lain (Other Costs)

Biaya Peluang (Opportunity Costs)


Analisis ekonomi teknik dalam konteks pengambilan keputusan diarahkan
untuk membandingkan anternatif-alternatif investasi yang dapat dilakukan untuk
55

mendapatkan manfaat yang maksimal. Dalam proses tersebut, akan dipilih satu
alternatif investasi dan mengabaikan alternatif investasi lainnya. Dengan kata lain,
investasi pada suatu proyek yang dipilih akan mengalihkan sumber daya (dana, orang,
peralatan) dari proyek lain yang juga potensil dilaksanakan. Potensi pendapatan dari
proyek lain tersebut (alternatif terbaik yang diabaikan) merupakan opportunity cost
yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi. Nilai financial
potensi pendapatan dari alternatif terbaik yang diabaikan merupakan potensi
pendapatan yang hilang akibat memilih alternatif lain yang dianggap lebih baik.
Potensi pendapatan yang hilang tersebut dikenal dengan istilah opportunity cost.

Opportunity costs pada dasarnya merupakan biaya implisit atas sumber daya
yang telah dialokasikan pada suatu proses produksi sehingga sumber daya tersebut
tidak dapat lagi digunakan untuk aktifitas produktif lainnya. Misalkan lima tahun
setelah anda lulus dari universitas, anda sudah bekerja pada sebuah
instansi/perusahaan dengan gaji Rp 7,5 juta per bulan (Rp 90 juta per tahun) dengan
sejumlah bonus yang nilainya Rp 30 juta per tahun. Atas bujukan seorang teman, anda
kemudian meninggalkan pekerjaan tersebut dan mendirikan usaha sendiri. Setelah tiga
tahun beroperasi, neraca pembukuan perusahaan anda setiap akhir tahun
memperlihatkan data sebagai berikut:

A. PENDAPATAN
Nilai penjualan produk A : Rp 360.000.000
Nilai penjualan produk B : Rp 120.000.000
TOTAL PENDAPATAN : Rp 480.000.000

B. BIAYA
Biaya produksi produk A : Rp 224.000.000
Biaya produksi produk B : Rp 78.000.000
Biaya overhead : Rp 70.000.000
TOTAL BIAYA : Rp 372.000.000
56

Berdasarkan data pendapatan dan biaya, dapat dilihat bahwa perusahaan yang
anda dirikan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 108 juta per tahun. Tapi benarkah
anda untung?
Apabila anda hanya mempertimbangkan biaya eksplisit (jumlah uang yang
secara fisik anda keluarkan untuk membeli bahan baku, membayar tenaga kerja, dan
menjalankan perusahaan anda) maka anda akan menyimpulkan bahwa anda untung.
Akan tetapi, apabila anda mempertimbangkan biaya implisit berupa opportunity cost
yang timbul akibat hilangnya kesempatan anda memperoleh pendapatan dari
pekerjaan lama anda, maka sesungguhnya anda rugi karena opportunity cost dari
keputusan anda meninggalkan pekerjaan lama dan mendirikan usaha sendiri sebesar
Rp 120 juta per tahun (Rp 90 juta gaji + Rp 30 juta bonus). Dengan demikian,
penghasilan anda berkurang sebesar Rp 12 juta per tahun atau Rp 1 juta setiap bulan.
Konsep opportunity cost (biaya atas kesempatan yang hilang) sangat penting
dalam proses pengambilan keputusan rasional. Dengan mempertimbangkan
opportunity costs dalam proses pengambilan keputusan, maka keputusan investasi
yang diambil akan lebih baik. Biaya ini akan selalu ada dan seharusnya tidak
diabaikan karena setiap keputusan yang kita ambil akan selalu mengorbankan
alternatif lain yang mungkin dilakukan. Misalnya, dengan anda memilih kuliah,
kesempatan anda untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan tetap menjadi terbuang.
Biaya yang anda keluarkan karena memilih kuliah dibanding bekerja sesungguhnya
bukan hanya biaya kuliah, biaya buku, dan biaya-biaya lain yang anda bayar tetapi
juga konsekwensi finansial lainnya yang anda telah korbankan seperti potensi
pendapatan dari bekerja di suatu instansi atau perusahaan, dan kesempatan hidup yang
lebih baik sekarang ini. Sebalinya, apabila anda memutuskan untuk tidak kuliah dan
langsung bekerja setelah tamat SMA maka opportunity cost dari gaji yang anda terima
dari pekerjaan tersebut dan kehidupan yang lebih nyaman saat ini adalah hilangnya
kesempatan anda menikmati kehidupan kampus yang dinamis, hilangnya kesempatan
mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, dan berkurangnya kesempatan
mendapatkan posisi dan pendapatan yang lebih tinggi dan kehidupan yang lebih baik
dimasa yang akan datang.
Opportunity cost dari suatu keputusan dapat timbul dalam berbagai situasi.
Pada pabrik manufacturing yang sudah lama beroperasi, peralatan yang digunakan
57

kemungkinan sudah terdepresiasi penuh. Pertanyaan yang timbul adalah apakah mesin
tersebut harus diganti sekarang dengan mesin yang lebih moderen dan efisien
(alternatif 1) atau tetap dipertahankan beberapa tahun kedepan dengan konsekwensi
biaya perawatan lebih tinggi dan efisiensi kerja lebih rendah (alternatif 2).
Opportunity cost yang timbul apabila alternatif ke-2 yang dipilih adalah kemungkinan
berkurangnya nilai jual mesin bekas tersebut beberapa tahun kedepan serta hilangnya
penghematan yang akan diperoleh dari mesin baru yang lebih efisien.

Sunk Cost
Dalam perencanaan suatu investasi seperti investasi pada bidang
pertambangan, perkebunan, ataupun investasi pada pendirian pabrik baru, salah satu
pembiayaan yang cukup besar adalah biaya eksplorasi untuk menemukan deposit
bahan tambang (minyak, emas, tembaga, nikel, dll) dan biaya survey untuk
menemukan lokasi yang tepat untuk usaha perkebunan atau pabrik. Meskipun
jumlahnya sering kali cukup besar, biaya tersebut tidak dapat diperhitungkan dalam
analisis ekonomi teknik karena biaya-biaya yang telah dikeluarkan masa lalu tidak
boleh mempengaruhi keputusan investasi yang diambil masa sekarang. Misalnya,
jumlah biaya yang telah dikeluarkan untuk eksplorasi cadangan minyak tidak boleh
diperhitungkan dalam mengambil keputusan apakah perusahaan akan melanjutkan
dengan kegiatan ekspoitasi atau tidak. Apabila biaya eksploitasi (biaya investasi +
biaya operasional) lebih rendah dari potensi pendapatan (volume minyak yang
dihasilkan dikali harga per unit volume), keputusan rasional yang harus diambil
adalah lakukan kegiatan eksploitasi. Dalam perhitungan biaya di atas, biaya yang
telah dikeluarkan untuk kegiatan eksplorasi tidak dapat dimasukkan dalam
perhitungan. Dalam analisis ekonomi, biaya-biaya yang dikeluarkan dimasa lalu
akibat keputusan yang diambil dimasa lalu dikenal dengan nama sunk costs. Biaya
untuk iklan dan pembelanjaan dibidang R&D juga dikategorikan sebagai sunk cost.

Contoh lain dari sunk cost adalah biaya investasi atas mesin atau peralatan
yang belum kembali pada saat mesin tersebut diganti sebelum umur ekonomis yang
direncanakan dicapai (belum terdepresiasi penuh). Sebagai contoh, apabila sebuah
pabrik manufacturing komponen-komponen mesin menginvestasikan Rp 400 juta
untuk sebuah mesin bubut dengan perkiraan umur ekonomis 10 tahun dan nilai akhir
(salvage value) Rp 20 juta, maka biaya penyusutan rata-rata mesin tersebut adalah Rp
58

38 juta per tahun. Apabila mesin tersebut harus diganti setelah 3 tahun pemakaian
(karena permintaan konsumen untuk komponen dengan presisi yang lebih tinggi atau
karena tuntutan modernisasi sistim produksi), maka nilai buku (book value) mesin
tersebut pada saat penggantian adalah Rp 400 juta (3 x Rp 38 juta) = Rp 286 juta.
Apabila ada perusahaan lain yang ingin membeli mesin bubut tersebut sesuai dengan
nilai buku, maka sunk cost (nilai investasi yang tidak kembali) sama dengan nol.
Akan tetapi, apabila pernawaran tertinggi yang diperoleh hanya sebesar Rp 250 juta,
sunk cost yang harus ditanggung atas penggantian mesin tersebut sebesar Rp 36 juta.

2.6. Pendapatan (Revenues)

Dalam industri atau perusahaan, revenue (business turnover) merupakan


pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan dari aktifitas bisnis yang dilakukan,
misalnya dari penjualan produk atau layanan ke konsumen, dari dividen atau royalti,
dan dari bunga (Williams, et al., 2008). Untuk perusahaan manufacturing dan
perusahaan penyalur (ritel), sebagian besar pendapatan yang diperoleh bersumber dari
penjualan produk. Bisnis jasa seperti pengacara, dokter, tukang cukur, dan ahli pijat
memperoleh sebagian besar pendapatannya dari jasa yang diberikan.
Perkiraan besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu investasi atau
dari suatu proses produksi merupakan aspek yang sangat penting dalam analisis
ekonomi teknik karena perkiraan kinerja dari suatu investasi yang akan dilakukan
diukur berdasarkan selisih (margin) antara besarnya revenue dengan besarnya biaya
setiap periode waktu (bulan atau tahun) selama masa investasi. Margin tersebut
dikenal dengan istilah laba bersih (net profit) dan merupakan ukuran profitabilitas
suatu investasi.
Pendapatan (revenue) yang diperoleh dari suatu investasi, proyek, atau suatu
proses produksi dapat bersumber dari beberapa hal sebagai berikut:
Pendapatan dari penjualan produk atau layanan.
Pendapatan dari penjualan suatu aset pada saat penggantian atau pada akhir
umur ekonomis aset tersebut.
Penghematan yang diperoleh dari peralatan atau proses produksi yang lebih
efisien.
Pendapatan dari pinjaman (jangka pendek dan jangka panjang).
59

Pendapatan dari bunga, dividen, atau royalti.


Pendapatan yang diperoleh dari penjualan suatu produk atau layanan secara
sederhana dihitung dengan mengalikan antara jumlah output (produk atau layanan)
yang diproduksi (dijual) dengan harga per unit output. Dalam suatu sistim produksi,
jumlah output yang dihasilkan merupakan fungsi dari jumlah input yang digunakan
dalam proses produksi. Hubungan antara output dan input secara sederhana dapat
dinyatakan sebagai berikut:

dimana Qadalah jumlah output yang dihasilkan dari proses produksi atau aktifitas, I
adalah jumlah investasi (untuk mesin, peralatan/mesin, gedung, dll.), T adalah jumlah
tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi, dan B adalah ketersediaan bahan
baku. Jumlah investasi atas mesin-mesin produksi akan sangat mempengaruhi
kapasitas terpasang fasilitas produksi tersebut. Akan tetapi, jumlah produksi actual
yang dicapai sangat ditentukan oleh ketersediaan tenaga kerja untuk menunjang
proses produksi yang efisien dan optimal.
Perkiraan pendapatan dari penjualan produk atau layanan yang dihasilkan
bukanlah pekerjaan yang sederhana karena jumlah permintaan atas suatu produk
sangat dipengaruhi oleh harga produk tersebut. Dengan demikian, produsen atau
perusahaan tidak dapat secara bebas menetapkan jumlah produk yang diproduksi
karena hal ini akan sangat dipengaruhi oleh jumlah permintaan atas produk tersebut.
Di lain pihak, jumlah permintaan atas suatu produk sangat dipengaruhi oleh harga
produk tersebut. Interaksi antara jumlah produksi (supply), jumlah permintaan
(demand), dan harga (price) akan mempengaruhi kebijakan harga dan kebijakan
produksi yang harus diambil oleh produsen atau perusahaan. Dalam ilmu ekonomi
mikro, faktor-faktor pembatas seperti jumlah permintaan dan harga yang ingin
dibayar oleh konsumen atas suatu produk digolongkan sebagai faktor penghambat
pasar (market constrains).
Sumber pendapatan lainnya yang sering diperhitungkan dalam analisis
ekonomi teknik adalah pendapatan dari hasil penjualan suatu asset yang tidak
dibutuhkan lagi akibat telah habis umur teknis/ekonomisnya (fully depreciated assets)
ataupun karena aset tersebut telah ketinggalan zaman (obsolete assets). Nilai
60

penjualan dari aset-aset yang sudah tidak dibutuhkan tersebut sering kali diistilahkan
sebagai nilai akhir atau salvage value.

2.7. Aliran Kas (Cash Flows)

Aliran kas (cash flow) merupakan aliran pemasukan dan pengeluaran kas yang
mengubah kondisi kas proyek atau perusahaan setiap periode pembukuan (bulan,
triwulan, semester, atau tahun). Aliran kas masuk (cash inflows) dapat bersumber dari
aktifitas financing (bantuan pinjaman oleh pihak luar), hasil penjualan produk,
ataupun investasi oleh pihak lain. Aliran kas keluar (cash outflows) diakibatkan oleh
pembiayaan-pembiayaan yang dilakukan. Dengan demikian, aliran kas secara
sederhana merupakan pergerakan keluar dan masuknya kas ke suatu bisnis atau
proyek pada periode tertentu sehingga menggambarkan perubahan kondisi kas proyek
atau bisnis tersebut dari satu periode ke periode berikutnya. Selain itu, cash flows
dapat juga mewakili proyeksi aliran kas suatu peluang bisnis atau investasi yang
menggambarkan jumlah dan saat terjadinya pemasukan (income atau revenue) dan
pengeluaran (expenditure atau cost) selama life cycle dari proyek atau investasi
tersebut.
Dalam dunia bisnis, aliran kas dapat digunakan sebagai indikator dalam
mengukur kekuatan finansial dan nilai suatu proyek atau bisnis dan merupakan hal
yang sangat menentukan bagi hidup matinya suatu perusahaan. Aliran kas bersih (net
cash flow) sebuah bisnis selama periode tertentu dapat dihitung berdasarkan
perubahan jumlah kas yang dimiliki selama periode tersebut. Aliran kas bersih
bernilai positif apabila jumlah kas yang dimiliki bertambah selama periode tersebut
dan bernilai negatif apabila jumlah kas yang dimiliki berkurang. Proyek, perusahaan,
atau bisnis dengan aliran kas bersih yang positif (pemasukan lebih besar dari
pengeluaran) akan memiliki kemampuan untuk melakukan re-investasi kelebihan kas
yang dimiliki sehingga dapat menciptakan tambahan aliran kas masuk dan
keuntungan yang lebih besar.
Dalam konteks perencanaan atau evaluasi kelayakan suatu proyek atau suatu
peluang investasi, aliran kas menggambarkan perkiraan biaya investasi dan biaya
operasional serta proyeksi pendapatan dari proyek atau investasi yang direncanakan.
Perkiraan aliran kas yang akan terjadi di masa yang akan datang untuk setiap
61

alternatif investasi merupakan tahapan yang sangat penting dalam analisis ekonomi
teknik. Akan tetapi, upaya untuk memperkirakan dengan tepat semua biaya,
pendapatan, umur ekonomis, nilai akhir, dan resiko suatu investasi jangka panjang
merupakan hal yang sangat sulit sehingga sering kali membutuhkan biaya yang cukup
besar dan waktu yang lama.
Secara umum, aliran kas dapat dikelompokan sebagai berikut:
Aliran kas operasional (operational cash flows). Kelompok ini meliputi kas yang
diterima (pemasukan) dan kas yang dibelanjakan (pengeluaran) untuk aktifitas
bisnis dari proyek atau perusahaan. Pemasukan dapat bersumber dari hasil
penjualan produk atau layanan atau dari pinjaman untuk penguatan modal kerja
(working capital). Pengeluaran meliputi antara lain pembayaran gaji pegawai dan
buruh, pembelian bahan baku, biaya listrik dan sumber energi, pemeliharaan dan
perbaikan, biaya distribusi, dan biaya overhead. Agar proyek atau perusahaan
berada pada kondisi sehat dan menguntungkan, nilai bersih dari aliran kas
operasional harus positif.
Aliran kas investasi (investment cash flows) merupakan kas yang diterima dari
penjualan asset berumur panjang, atau kas yang dikeluarkan untuk belanja modal
seperti belanja untuk investasi, akusisi, dan pembiayaan aset berumur panjang.
Aliran kas untuk pendanaaan (financing cash flows). Kelompok ini terdiri atas
kas yang diterimah dari pinjaman dan penjualan saham, kas yang dibayarkan
sebagai dividen ke pemegang saham, kas yang digunakan untuk membeli
kembali saham yang dipegang oleh pihak luar, dan kas yang digunakan untuk
pembayaran pokok pinjaman dan bunga utang perusahaan.
Melalui informasi yang diperoleh dari aliran kas, kita dapat melakukan beberapa
hal sebagai berikut:
Menghitung nilai beberapa parameter finansial yang dapat digunakan untuk
menilai untung-ruginya atau layak-tidaknya suatu proyek atau bisnis. Data arus
kas suatu bisnis atau proyek dapat digunakan sebagai input dalam model-model
finansial seperti nilai bersih sekarang (net present value), laju pengembalian
modal (rate of return), dan laba tahunan seragam ekuivalen (equivalent uniform
annual profit).
62

Mengevaluasi status likuiditas suatu bisnis. Hal ini penting karena sebuah bisnis
dapat menghadapi masalah likuiditas (kekuarangan kas) dan gagal walaupun
bisnis tersebut dalam kondisi yang menguntungkan.
Dalam konteks perencanaan dan evaluasi kelayakan suatu proyek atau bisnis,
aliran keluar masuknya kas harus dapat diperkirakan sacara akurat agar jumlah
kas yang akan dihasilkan oleh proyek atau bisnis tersebut melebihi jumlah kas
yang harus dikeluarkan. Dengan demikian, perkiraan pendapatan (earning
forecast) sangat penting dilakukan agar pengendali proyek atau managemen
perusahaan dapat melakukan kontrol pembiayaan (cost control) secara akurat
untuk menjamin aliran kas bersih bernilai positif.

Evaluasi kelayakan suatu investasi seharusnya dilakukan dengan


menggunakan metode yang mempertimbangkan pengaruh waktu terhadap nilai uang
(time value of money). Secara umum, metode ini dikenal dengan nama discounted
cash flow (aliran kas terdiskonto) yang merupakan metode evaluasi yang umum
digunakan dalam analisis kelayakan suatu peluang investasi. Metode ini
mengggunakan proyeksi biaya dan pendapatan dimasa yang akan datang dan
mendiskontonya pada tingkat bunga tertentu untuk mendapatkan nilai ekuivalennya
pada saat in (nilai sekarang). Apabila nilai sekarang (peresent value) dari cash flow
lebih besar dari nilai sekarang dari total biaya investasi maka peluang investasi
tersebut dapat menguntungkan. Nilai sekarang dari biaya dan pendapatan yang akan
terjadi dimasa yang akan datang (discounted cash flow) dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (2.6),

dimana PV adalah nilai sekarang dari total aliran kas bersih (net cash flow) yang
diperkirakan akan terjadi dimasa yang akan datang, CF adalah aliran kas bersih
(benefit cost) setiap periode waktu, subscript 1,2, n adalah periode waktu ke 1
sampai ke n, dan r adalah tingkat suku bunga (interest rate) atau tingkat diskonto
(discount rate).
63

Diagram Aliran Kas (Cash Flow Diagram)


Data keuangan setiap proyek ataupun bisnis yang aktif akan memperlihatkan
aliran kas masuk (income) yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa yang
dihasilkan dan aliran kas keluar (expenditure) yang merupakan konsekwensi biaya
yang timbul akibat aktifitas yang harus dilakukan untuk menghasilkan produk atau
jasa yang dapat dijual. Aliran keluar masuknya kas suatu proyek atau bisnis dapat
digambarkan dalam bentuk diagram aliran kas yang menunjukkan semua aliran kas
masuk dan keluar pada setiap periode waktu selama life cycle proyek atau bisnis
tersebut.
Diagram aliran kas dapat juga dibuat untuk setiap aktifitas atau asset secara
tersendiri untuk melihat kontribusi aktifitas atau asset tersebut terhadap aliran kas
proyek secara keseluruhan. Diagram aliran kas sangat penting dalam proses analisis
karena dapat mempermudah kita dalam mengidentifikasi dan melakukan visualisasi
semua aliran kas yang telah terjadi atau diperkirakan akan terjadi pada setiap periode
selama life cycle suatu proyek atau selama umur ekonomis suatu alat/mesin.
Aliran keluar masuknya kas pada suatu proyek atau bisnis dapat terjadi kapan
saja dan berulang kali dalam setiap periode waktu. Akan tetapi, untuk memudahkan perhitungan,
semua aliran kas dalam suatu periode pembungaan diasumsikan terjadi
secara bersamaan pada akhir periode tersebut. Aturan ini dikenal dengan nama
konvensi akhir periode (end-of-period convention). Jadi, apabila pembungaan
dihitung setiap bulan, maka semua aliran kas yang terjadi dalam satu bulan
diasumsikan terjadi pada akhir bulan. Untuk periode pembungaan yang lebih lama
(misalnya setiap tahun), akhir periode tidak harus diasumsikan terjadi pada 31
Desember setiap tahun. Misalnya, apabila anda mendepositokan uang ke sebuah bank
pada tanggal 27 Agustus 2011 dan periode pembungaan diasumsikan per tahun, maka
akhir periode akan jatuh pada tanggal 26 Agustus setiap tahun dan bunga deposito
dapat anda cairkan setiap tanggal 27 Agustus.
Diagram aliran kas dimaksudkan sebagai representasi yang lengkap untuk
semua aliran kas yang terjadi dalam setiap periode pembungaan selama life cycle dari
suatu proyek atau bisnis. Selain itu, diagram aliran kas harus memuat semua informasi
yang dibutuhkan untuk dapat melalukan perhitungan berbagai kriteria (net present
value, annual cash flow, internal rate of return, profitability index, dan payback
64

period) yang dapat digunakan dalam menentukan tingkat profitabilitas dan kelayakan
suatu proyek atau rencana investasi. Dengan demikian, diagram aliran kas harus
memuat informasi sebagai berikut.

Life cycle dari proyek atau umur ekonomis dari alat/mesin yang dievaluasi.
Parameter ini dinyatakan sebagai periode pembungaan (compounding periods),
misalnya bulan atau tahun dan ditulis dengan simbol n.
Aliran kas yang masuk dan keluar pada setiap periode pembungaan selama life
cycle dari proyek atau bisnis.
Tingkat suku bunga (interest rate), atau laju pengembalian minimum yang
dikehendaki oleh investor (minimum attractive rate of return). Parameter ini
umumnya ditulis dengan simbol i atau dengan akronim MARR.
Parameter yang akan dicari dapat meliputi nilai sekarang (nilai ekuivalen pada
awal investasi, P), nilai yang akan datang (nilai ekuivalen pada akhir periode
investasi, F), atau nilai seragam setiap akhir periode pembungaan, A.

Dalam menggambarkan aliran kas yang masuk dan yang keluar, konvensi
yang umum diterapkan dalam buku-buku ekonomi teknik adalah aliran kas masuk
(income atau revenues) digambarkan dengan panah mengarah keatas, dan aliran kas
keluar (costs atau expenditures) digambarkan dengan panah mengarah kebawah.
Contoh-contoh di bawah ini mengilustrasikan diagram aliran kas yang dibuat
berdasarkan informasi yang diberikan dalam soal.

Contoh 2.4
Jika anda membeli sebuah hand phone tahun ini seharga Rp 4 juta dan berencana
menggunakannya maksimal selama 2 tahun serta menjualnya pada tahun ke-2.
Gambar diagram aliran kas berdasarkan statemen pada soal.
Penyelesaian:
65

Diagram aliran kas di atas memperlihatkan bahwa semua informasi yang


terdapat pada soal sudah dicantumkan dalam diagram. Akan tetapi, masih terdapat
dua informasi penting yang belum diberikan yaitu perkiraan harga penjualan hand
phone tersebut dua tahun yang akan datang (S) serta tingkat suku bunga yang akan
digunakan dalam mendiskonto nilai penjualan tersebut untuk mendapatkan nilai
ekuivalen saat ini.

Contoh 2.5
CV Anugrah mendapat pinjaman modal usaha dari sebuah bank sebesar Rp 50 juta
dengan bunga 12% per tahun dan periode pinjaman 5 tahun. CV Anugrah
merencanakan melakukan re-investasi semua keuntungan yang diperoleh selama
empat tahun pertama sehingga pembayaran pokok pinjaman dan bunga yang
terakumulasi akan dibayar pada akhir periode peminjaman (akhir tahun ke-5).
Gambarkan diagram arus kas untuk kasus ini.

Penyelesaian:
Pinjaman yang diperoleh dari bank pada akhir tahun ke nol merupakan pemasukan
bagi CV Anugrah sehingga digambarkan dengan anak panah mengarah ke atas.
Selama empat tahun pertama, CV Anugrah menginvestasikan semua keuntungan yang
diperoleh untuk memperbesar skala usahanya sehingga aliran kas bersih selama
periode tersebut bernilai nol. Hal ini disebabkan karena pemasukan yang diperoleh
dari keuntungan satiap periode sama dengan jumlah uang yang diinvestasikan kembali.
Pada akhir tahun ke lima, CV Anugrah melunasi semua pokok pinjaman dan bunga
yang terakumulasi selama lima tahun. Diagram aliran kas untuk kasus ini terlihat
sebagai berikut.
66

Contoh 2.6
Sebuah perusahaan percetakan menginvestasikan Rp 1,5 milyar untuk membangun
sebuah ruang percetakan dan membeli mesin cetak. Masa pengerjaan proyek selama
enam bulan dan fasilitas tersebut langsung dioperasikan setelah pembangunan dan
instalasi mesin selesai. Catatan pengeluaran dan pemasukan (dalam juta rupiah) bisnis
percetakan tersebut setelah empat tahun beroperasi terlihat sebagai berikut.

Tahun Tahun Tahun Tahun


Pendapatan / pengeluaran
I II III IV
Pendapatan dari jasa pencetakan 460 780 835 828
Biaya bahan 90 195 205 217
Biaya pemeliharaan/ perbaikan 2 5 7 8
Overhead 154 215 220 225

Penyelesaian:
Diagram aliran kas bisnis percetakan tersebut hingga tahun ke-4 dapat digambarkan
dalam dua bentuk sebagai berikut:
67

Diagram aliran kas di atas memperlihatkan beberapa hal sebagai berikut:


Pengeluaran untuk biaya investasi pembangunan ruang percetakan dan pembelian
masin cetak diasumsikan terjadi pada akhir tahun ke-0.
Aliran kas masuk dan keluar dapat terjadi kapan saja dalam setiap periode. Akan
tetapi, untuk kebutuhan analisis ekonomi teknik, semua aliran kas tersebut
diasumsikan terjadi pada akhir periode (mengikuti konvensi akhir periode).
Semua aliran kas masuk digambarkan dengan panah mengarah ke atas (+) dan
semua aliran kas keluar digambarkan dengan panah mengarah ke bawah (-).
Apabila sumber pemasukan atau pengeluaran dalam satu periode lebih dari satu,
maka masing-masing sumber pemasukan atau pengeluaran tersebut dapat
diwakili oleh satu anak panah (Diagram a pada Contoh 2.6). Apabila dikehendaki,
semua sumber pemasukan dalam suatu periode dijumlahkan dan diwakili oleh
satu anak panah (Diagram b pada Contoh 2.6). Dengan cara yang sama, semua
sumber pengeluaran dalam setiap periode dijumlahkan dan diwakili oleh satu
anak panah. Pada contoh di atas, sumber pengeluaran ada tiga (biaya bahan,
biaya pemeliharaan/perbaikan, dan overhead). Ketiga biaya tersebut dijumlahkan
dan diwakili oleh satu anak panah mengarah kebawah.
Pada periode tertentu selama masa operasi suatu proyek atau penggunaan suatu
produk, dapat terjadi suatu kondisi dimana aliran kas bernilai nol (tidak ada
aliran kas masuk maupun keluar) seperti terjadi pada tahun pertama pada Contoh
2.4 dan pada tahun 1-4 pada Contoh 2.5.

Soal Latihan

2-1. Jelaskan perbedaan antara sunk cost dan book cost.


2-2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konvensi akhir periode.
2-3. Sebuah pabrik makanan memproduksi lima macam produk: makaroni, spagetti,
tortelini, lasagna, dan pedocini. Kelima jenis produk tersebut diproduksi pada
lantai produksi yang sama. Berikan masing-maasing tiga contoh komponen biaya
yang dapat digolongkan biaya langsung (direct costs) dan biaya tidak langsung
(indirect costs).
2-4. Berikan dua contoh untuk masing-masing jenis biaya berikut: a) common cost, b)
traceable cost, c) opportunity cost, d) sunk cost, and e) book cost. Jelaskan secara
68

singkat mengapa anda menggolongkan contoh-contoh tersebut ke dalam masingmasing


jenis biaya tersebut.
2-5. PT Prima Indotim merencanakan memproduksi permen coklat kualitas premium
dengan menggunakan fasilitas produksi yang terletak di Kawasan Industri
Makassar. Fasilitas tersebut sudah tidak dioperasikan selama empat tahun dan
tidak ada alternatif penggunaan lainnya. Bagaimana anda menentukan sunk cost
dan opportunity cost apabila: a) fasilitas tersebut dibiarkan tidak termanfaatkan
(idle), b) fasilitas tersebut dimanfaatkan untuk memproduksi coklat seperti yang
direncanakan.
2-6. Apabila anda membeli sebuah Laptop satu tahun yang lalu dengan harga Rp 10
juta dan anda terpaksa menjualnya sekarang dengan harga Rp 5 juta, hitung nilai
sunk cost yang anda harus tanggung dan jelaskan asumsi yang anda gunakan
dalam menghitung nilai tersebut.
2-7. Misalkan orang tua anda memberi uang Rp 70.000.000 pada saat anda lulus S1.
Uang tersebut dapat anda gunakan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2
(total biaya Rp 35.000.000 per tahun selama 2 tahun) dan dapat juga anda
gunakan untuk membuka sebuah usaha kecil yang dapat memberi keuntungan Rp
30.000.000 per tahun. Berapa nilai opportunity cost dari alternatif yang anda pilih
apabila: a) anda memilih menggunakan uang tersebut untuk melanjutkan
pendidikan, dan b) anda memilih menggunakan uang tersebut untuk membuka
usaha tersebut.
2-8. Sebuah distributor mesin-mesin pertanian memiliki stok mesin panen yang belum
terjual. Mesin tersebut belum pernah digunakan tetapi sudah tersimpan digudang
selama 3 tahun dan sudah ketinggalan jaman (kapasitas kerjanya lebih rendah
dari model terbaru). Beberapa informasi harga/biaya adalah sebagai berikut:
Harga mesin tersebut tiga tahun lalu Rp 70 juta, biaya gudang hingga sekarang
Rp 3 juta, seorang pembeli menawar mesin tersebut dua tahun lalu dengan harga
Rp 50 juta, nilai buku mesin tersebut sekarang ini Rp 30 juta. Hitung nilai sunk
cost dan opportunity cost mesin panen tersebut.
2-9. Misalkan seseorang memiliki rekening tabungan dengan saldo pada tanggal 31
Desember 2011 sebesar Rp 8 juta. Pada bulan Januari 2012, ia menambah uang
ke rekeningnya sebesar Rp 4 juta. Pada bulan Juli sampai Desember 2012, ia
mengambil uang dari rekeningnya sebesar Rp 2 juta setiap bulan. Gambarkan
69

diagram aliran kas untuk rekening tersebut dengan mengasumsikan tingkat suku
bunga 6% per tahun.
2-10. Dua buah hotel memiliki data sebagai berikut:
Jenis Pembiayaan HOTEL A HOTEL B
Tarif kamar (Rp/hari) 120.000 100.000
Biaya Tetap (Rp/thn) 200.000.000 150.000.000
Biaya Tidak Tetap (Rp/kamar/hari) 23.000 17.000
Jumlah kamar 200 150

Catatan: Biaya Tidak Tetap diasumsikan nol apabila kamar tidak terisi.
Asumsikan jumlah hari dalam setahun 365 hari.
Tentukan:
a) Persamaan matematik untuk total biaya dan total pendapatan kedua hotel
tersebut.
b) Keuntungan atau kerugian per bulan pada masing-masing hotel apabila
tingkat hunian hanya 80% dari kapasitasnya.
c) Jumlah kamar yang harus terisi pada masing-masing hotel sehingga
menghasilkan total biaya yang sama dalam sebulan.
d) Jumlah kamar minimal yang harus terisi setiap hari agar masing-masing
hotel dapat memperoleh keuntungan.
2-11. Sebuah industri memproduksi 15 ribu unit produk per tahun dengan rincian biaya
(dalam satuan juta rupiah) seperti terlihat pada tabel.
Komponen Biaya Fixed Variable Total
Bahan langsung - 945 945
Buruh langsung - 425 425
Factory overhead 250 250 430
Iklan & pemasaran 120 160 280
Administarsi umum 75 45 120
Biaya lain-lain 298 - 298
Total Biaya 843 2150 2993

Berdasarkan data pada tabel, tentukan: a) biaya variabel per unit produk, b) biaya
tidak tetap (variable cost) dan biaya total untuk total realisasi produksi 1000
sampai 15000 (kapasitas normal) unit per tahun, dan c) apabila realisasi produksi
70

jauh di bawah kapasitas normal, misalnya hanya 5000 unit per tahun, jelaskan
apakah biaya produksi per unit produk akan tetap atau berubah (naik atau turun)?
2-12. Dengan menggunakan data pada soal 2-11, buktikan bahwa: a) biaya yang
dikategorikan tetap (fixed) dari sudut pandang total biaya sesungguhnya bernilai
variable apabila dilihat dari sudut pandang unit-cost (biaya per unit produk), dan
b) biaya yang dikategorikan tidak tetap (variable) dari sudut pandang total biaya
sesungguhnya bernilai tetap (fixed) apabila dilihat dari sudut pandang unit-cost.
2-13. Asumsikan anda telah membiasakan diri menabung secara rutin sebesar Rp 100
ribu per bulan sejak anda masuk ke universitas. Apabila anda berencana menarik
semua tabungan anda pada saat anda tamat dari universitas, gambarkan diagram
aliran kas untuk kasus ini. Asumsikan tingkat suku bunga 12% per tahun dan
periode pembungaan setiap bulan.
2-14. Sebuah pabrik semen merencanakan membangun sebuah unit pembangkit listrik
dengan kapasitas 4000 kW. Esimasi biaya pembangunan dan operasional
pembangkit listrik tersebut adalah sebagai berikut: (a) Biaya pembangunan
pembangkit Rp 12 juta per kW, (b) konsumsi batubara 30.000 ton per tahun
dengan harga Rp 200.000 per, (c) overhead Rp 1,3 milyar per tahun. Gambarkan
diagram aliran kas untuk pembangunan dan operasional pembangkit listrik
tersebut.
2-15. DTM Foods ingin memproduksi produk pangan dengan spesifikasi low-calory,
high nutrient. Produk tersebut dapat diproduksi dengan menggunakan teknologi
yang telah dipatenkan oleh sebuah laboratorium. Persyaratan dari laboratorium
tersebut untuk lisensi selama 10 tahun adalah sbb: DTM Foods harus membayar
Rp 500 juta pada awal kontrak kemudian membayar Rp 400 juta pada setiap
akhir tahun selama 10 tahun. Biaya produksi setiap unit produk dengan
menggunakan teknologi tersebut sebesar Rp 123 ribu. Penelitian pasar
menunjukkan bahwa permintaan pasar untuk produk tersebut diperkirakan
sebanyak 100 ribu unit per tahun dengan harga Rp 150 ribu per unit. Biaya
investasi untuk peralatan sebesar Rp 1,5 milyar. Gambarkan diagram aliran kas
untuk biaya dan proyeksi pendapatan apabila DTM Foods menggunakan
teknologi tersebut.
2-16. Misalkan anda membuka rekening tabungan empat tahun lalu dan menyetor uang
untuk ditabung sebesar Rp 7 juta. Dua tahun lalu anda mengeluarkan Rp 2 juta
71

dari rekening tersebut dan tahun ini anda menyetor Rp 4 juta ke rekening tersebut.
Gambarkan diagram aliran kas untuk rekening tersebut. Asumsikan tingkat suku
bunga 6% per tahun.
MODUL 3
TOPIK BAHASAN : Konsep Bunga dan Ekuivalensi Nilai Uang

SASARAN : Mahasiswa mampu menerapkan teknik pengambilan


BELAJAR keputusan, melakukan analisis biaya dan pendapatan dari
setiap investasi, menghitung nilai ekuivalen dari suatu arus
kas pada berbagai titik waktu, dan menerapkan berbagai
metode analisis ekonomi teknik dalam mengevaluasi
kelayakan finansial setiap proyek atau investasi serta
dalam pengambilan keputusan investasi.

SASARAN : Mahasiswa memahami konsep tentang bunga dan


PEMBELAJARAN pengaruhnya dalam analisis kelayakan investasi serta
memahami konsep ekuivalensi nilai uang pada berbagai
titik waktu.

KOMPETENSI : Kompetensi #7 : Kemampuan dalam memecahkan


SASARAN persoalan-persoalan dalam bidang
keteknikan pertanian.

Kompetensi #11: Kemampuan untuk mengembangkan


diri dan berfikir logisanalitis.

Kompetensi #12: Kemampuan Manajerial dan


Kewirausahaan.
73

MODUL 3
INTEREST and TIME VALUE of MONEY

Investasi pada sebuah bisnis seperti pada industri manufacturing ataupun industri jasa
umumnya bertujuan untuk menciptakan keuntungan (profit) dalam jangka waktu yang
lama. Selama masa operasional investasi tersebut, aliran kas masuk (dari hasil
penjualan produk, pinjaman modal, atau penjualan saham) dan aliran kas keluar
(untuk investasi awal, pembelian bahan baku, upah dan gaji karyawan, factory
overhead, dll.) akan terjadi kapan saja. Agar profitabilitas dari suatu bisnis dapat
dihitung secara lebih akurat, nilai dari setiap aliran kas yang terjadi selama masa
operasional bisnis tersebut harus dikonversi ke suatu nilai ekuivalen pada suatu titik
waktu tertentu.

Dalam konteks engineering dan business decision making, outcome dari setiap
alternatif investasi harus dibandingkan pada titik waktu yang sama. Hal ini didasari
oleh kenyataan bahwa setiap alternatif investasi akan memiliki aliran kas yang
berbeda, baik jumlah maupun saat terjadinya. Agar semua alternatif investasi dapat
dibandingkan secara akurat, aliran kas yang berbeda tersebut masing-masing harus
dikonversi ke nilai ekuivalennya pada titik waktu yang sama. Dalam ekonomi teknik,
nilai ekuivalen tersebut dapat berupa nilai sekarang (present value, P), nilai seragam
setiap periode (equivalent uniform value, A), atau nilai pada waktu tertentu dimasa
yang akan datang (future value, F).

Pertanyaan yang muncul sekarang adalah mengapa aliran kas harus dikonversi ke
nilai ekuivalennya pada titik waktu yang dikehendaki? Atau mengapa keputusan
investasi yang akan diambil bisa salah apabila perhitungan untung-rugi hanya
didasarkan atas aliran kas riil?

Keputusan yang akan diambil dalam setiap analisis ekonomi teknik umumnya
memiliki konsekuensi finansial jangka panjang. Bahkan, proyek pengembangan
fasilitas manufacturing atau pembangunan suatu fasilitas bisnis sering kali
dimaksudkan untuk dapat memberikan keuntungan dalam jangka waktu yang lama.
Apabila fasilitas tersebut dibangun dengan menggunakan dana pinjaman (loan
74

financing) dari pihak ketiga (misalnya bank), keuntungan bersih yang diperoleh setiap
tahun selama masa operasional fasilitas tersebut harus lebih besar dari jumlah pokok
pinjaman dan bunga yang harus dibayar setiap tahun. Demikian juga apabila biaya
pembangunan diperoleh dari penjualan saham perusahaan (equity financing), maka
laju pengembalian modal yang harus dicapai minimal sama dengan laju pengembalian
minimum yang dikehendaki (minimum attractive rate of return, MARR) oleh para
pemegang saham. Kedua kasus ini memperkenalkan kita konsep tentang suku bunga
(interest) dan laju pengembalian modal (rate of return) yang merupakan konsep
penting dalam analisis ekonomi teknik dan dalam proses pengambilan keputusan
bisnis.

3.1. Bunga (interest)

Setiap proyek atau bisnis harus memberi pengembalian (return) atau keuntungan
(profit) yang cukup agar proyek tersebut menarik secara finansil bagi para investor
atau penyedia dana. Pengembalian modal investasi (return on investment) dalam
bentuk bunga, dividen, atau keuntungan merupakan aspek yang sangat penting dalam
studi ekonomi teknik. Bunga dan keuntungan merupakan penghasilan yang
dibayarkan kepada penyedia modal dan dapat dipandang sebagai sewa atas
penggunaan modal tersebut. Dengan demikian, bunga secara sederhana dapat
diartikan sebagai biaya sewa yang dibebankan kepada seseorang atas penggunaan
uang pihak lain.

Bunga dapat juga dipandang sebagai pembayaran atas resiko yang ditanggung oleh
penyedia modal atau investor atas pemberian hak ke pihak lain untuk memanfaatkan
uang atau modal yang disediakan. Apabila anda mendepositokan uang pada sebuah
bank, pada hakekatnya anda memberikan hak ke bank tersebut untuk menggunakan
uang anda. Sebagai imbalannya, bank tersebut membayar bunga simpanan kepada
anda sebagai sewa atas penggunaan uang tersebut. Demikian juga sebaliknya, apabila
anda meminjam uang di bank untuk pendanaan sebuah bisnis atau proyek, maka anda
akan dikenakan biaya atas penggunaan uang tersebut. Pada kasus yang pertama,
jumlah uang anda setelah setiap periode pembungaan akan lebih besar dari jumlah
uang yang anda depositokan. Pada kasus yang kedua, jumlah utang anda pada bank
setelah setiap periode pembungaan akan l ebih besar dari jumlah uang yang anda
75

pinjam. Dengan demikian, nilai uang atau utang yang anda miliki akan terus
bertambah dengan semakin bertambahnya waktu atau periode pembungaan.

Dalam pandangan ilmu ekonomi, uang atau aset yang dimiliki merupakan modal yang
dapat digunakan untuk menghasilkan lebih banyak lagi uang atau aset. Dengan
demikian, nilai dari uang atau aset yang dimiliki akan berubah dari waktu ke waktu
(time dependent). Perubahan nilai uang menurut waktu dapat disebabkan oleh
perubahan daya beli (purchasing power), perubahan nilai uang akibat inflasi atau
deflasi, atau perubahan akibat keuntungan atau kerugian dari investasi yang dilakukan.
Konsep tentang perubahan nilai uang menurut waktu (time value of money)
merupakan konsep yang sangat penting dalam studi ekonomi teknik karena analisis
ekonomi teknik umumnya menyangkut komitmen investasi modal untuk jangka
waktu yang lama.

Berdasarkan konsep time value of money, uang sebesar Rp 1 juta sekarang tidak akan
sama nilainya dengan uang Rp 1 juta setahun atau dua tahun yang akan datang.
Apabila anda diberi uang sebanyak Rp 1 juta sekarang, anda dapat menyimpannya di
bawah bantal selama satu atau dua tahun atau anda dapat menyimpannya di bank dan
mendapatkan bunga. Apabila anda menyimpannya di bawah bantal, nilai nominalnya
setahun atau dua tahun yang akan datang masih tetap sebesar Rp 1 juta tetapi nilai
rilnya akan lebih kecil dari itu (tergantung besarnya tingkat inflasi). Apabila anda
menyimpan uang tersebut di bank, nilai nominalnya akan meningkat sebesar bunga
yang diperoleh dan nilai rilnya akan berubah berdasarkan selisih antara bunga bank
dengan tingkat inflasi. Besarnya perubahan nilai nominal dari uang yang
diinvestasikan atau uang yang dipinjam setelah suatu periode waktu dikenal dengan
nama bunga (interest). Berdasarkan definisi ini, bunga dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (3.1) sebagai berikut:

Secara tradisional, bunga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh peminjam
(borrower) kepada yang meminjamkan (lender) setiap periode waktu tertentu di luar
pembayaran pokok pinjaman. Jadi bunga merupakan kompensasi yang harus dibayar
oleh peminjam kepada pemilik uang atas uang yang dipinjam. Untuk suatu investasi,
bunga mungkin lebih tepat dilihat sebagai peningkatan nilai investasi akibat adanya
76

keuntungan yang diperoleh selama suatu periode tertentu. Dengan adanya bunga atau
pertumbuhan investasi, nilai dari suatu pinjaman atau investasi di masa yang akan
datang akan lebih tinggi dari nilai pokok pinjaman atau nilai awal investasi. Besarnya
perubahan nilai uang dari satu periode ke periode waktu berikutnya sangat ditentukan
oleh tingkat suku bunga (interest rate) yang dikenakan atas pinjaman atau tingkat
keuntungan (rate of return) yang diperoleh dari suatu investasi. Dengan demikian,
nilai sekarang dari suatu pinjaman atau investasi dapat dihubungkan dengan nilai
yang akan datang melalui faktor bunga seperti terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Hubungan antara nilai sekarang (P) dengan nilai yang akan datang (F).

Pada ilustrasi di atas, variabel I melambangkan jumlah bunga yang terakumulasi


selama periode pembungaan, yang besarnya tergantung pada tingkat suku bunga (i)
dan jumlah periode pembungaan (n). Tingkat suku bunga dapat dihitung sebagai
berikut:

Contoh 3.1
Sebuah koperasi simpan pinjam memberlakukan bunga sebesar Rp 25 ribu setiap
bulan kepada setiap anggota yang meminjam sebesar Rp 1 juta. Berapa tingkat suku
bunga yang diterapkan koperasi tersebut kepada setiap anggotanya?

Penyelesaian:
77

Berdasarkan contoh di atas dan uraian-uraian sebelumnya, dapat dipahami bahwa


nilai uang (pinjaman atau investasi) akan berubah dari satu titik waktu ke titik waktu
lainnya berdasarkan tingkat suku bunga atau tingkat pertumbuhan investasi dalam
setiap periode waktu. Dalam bab ini dan Bab 4, kita akan mengembangkan
persamaan-persamaan yang memungkinkan kita mengkonversi nilai uang dari satu
titik waktu ke titik waktu lainnya, misalnya mengkonversi nilai sekarang (present
value) ke nilai yang akan datang (future value), mengkonversi aliran kas yang
diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang (future cash flow) ke nilai
sekarang, atau mengkonversi nilai sekarang atau nilai yang akan datang ke nilai
seragam setiap periode (equivalent uniform cash flow). Konsep-konsep yang
dikembangkan pada bab ini dan Bab 4 merupakan perangkat dasar yang akan
digunakan dalam mengembangkan berbagai teknik analisis yang umum digunakan
dalam ekonomi teknik seperti analisis nilai bersih saat ini (net present value analysis),
analisis aliran kas seragam tahunan (uniform annual cash flow analysis), laju
pengembalian internal (internal rate of return), B-C ratio (benefit-cost ratio), dan
analisis titik impas (breakeven point).

3.2. Pehitungan Bunga (interest calculations)


Nilai dari sejumlah uang pada titik waktu yang berbeda ditentukan oleh tingkat suku
bunga dan jangka waktu pembungaan. Dengan pemikiran yang sama, kita dapat
mengatakan bahwa nilai dari suatu aset pada titik waktu yang berbeda sangat
ditentukan oleh laju perubahan nilai aset tersebut setiap periode waktu. Misalnya,
apabila anda membeli sebidang tanah di sebuah lokasi 10 tahun yang lalu dan
perubahan nilai jual objek pajak (NJOP) tanah di sekitar lokasi tersebut sebesar 15%
per tahun, maka nilai tanah anda sekarang sudah mencapai sekitar empat kali dari
nilai saat anda membelinya. Bagaimana cara menghitung nilai uang pada berbagai
titik waktu dan tingkat suku bunga? Secara umum, ada dua model yang dapat
digunakan yaitu model bunga sederhana (simple interest model) dan model bunga
majemuk (compound interest model). Selain itu, dalam buku ini diperkenalkan konsep
model bunga yang dapat berlaku umum. Model ini penulis namakan sebagai
generalized interest model.
78

Model Bunga Sederhana (Simple Interest Model)


Model perhitungan bunga sederhana (simple interest) didasarkan pada asumsi bahwa
bunga hanya dibayarkan atas pokok uang (pinjaman, tabungan, atau investasi awal).
Dengan kata lain, bunga yang terakumulasi pada periode sebelumnya tidak dikenakan
bunga pada periode-periode berikutnya. Dengan demikian, model bunga sederhaana
merupakan model perhitungan bunga dimana bunga yang terakumulasi pada periode
pembungaan sebelumnya tidak ditambahkan ke pokok uang (principal) yang
digunakan dalam menghitung bunga pada periode berikutnya. Dengan model bunga
sederhana, jumlah bunga atas suatu pinjaman setelah n periode pembungaan dihitung
dengan mengalikan antara pokok pinjaman (P) dengan tingkat suku bunga setiap
periode (i) dan jumlah periode pembungaan (n). Rumus perhitungan bunga sederhana
(Is) secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

dimana P adalah jumlah uang mula-mula (principal), i adalah tingkat suku bunga per
periode pembungaan (dalam desimal), dan n adalah jumlah periode pembungaan.
Dengan demikian, setelah n periode pembungaan dan dengan tingkat suku bunga
sebesar i, uang dengan jumlah awal P akan meningkat menjadi F. Nilai F dihitung
dengan menggunakan Persamaan (3.4).

Berdasarkan formula pada Persamaaan (3.3), dapat disimpulkan bahwa apabila bunga
yang dikenakan berhubungan secara linier dengan jumlah awal pinjaman atau
investasi, dengan jumlah periode pembungaan, dan dengan tingkat suku bunga, maka
bunga tersebut merupakan bunga sederhana.

Contoh 3.2
Hitunglah nilai uang anda sepuluh tahun yang akan datang apabila anda
mendepositokan uang sebanyak Rp 10 juta sekarang dan uang tersebut mendapatkan
bunga dengan sistem bunga sederhana sebesar 9% per tahun dan periode pembungaan
setiap bulan.
79

Penyelesaian:
Karena periode pembungaan setiap bulan, maka jumlah periode pembungaan selama
10 tahun adalah 10 x 12 = 120. Tingkat suku bunga per periode pembungaan adalah
9%/12 = 0,75% per bulan. Dengan menggunakan Persamaan (3.4), nilai uang yang
didepositokan beserta bunganya setelah sepuluh tahun adalah:

Pada contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa uang sejumlah Rp 10 juta sekarang
ekuivalen dengan uang sejumlah Rp 19 juta sepuluh tahun yang akan datang apabila
tingkat suku bunga 9% per tahun, periode pembungaan setiap bulan, dan system
pembungaan sederhana. Perlu pula dicatat bahwa dengan sistem bunga sederhana,
jumlah bunga yang harus dibayar per periode pembungaan tetap konstan karena yang
dikenakan bunga hanyalah pokok pinjaman.

Contoh 3.3
Seoarang mahasiswa mendapatkan kredit biaya kuliah sebesar Rp 2,5 juta per
semester selama delapan semester. Kredit tersebut dikenakan bunga sederhana sebesar
1,5% per bulan, mulai terhitung enam bulan setelah mahasiswa tersebut lulus dari
perguruan tinggi. Pokok pinjaman (Rp 2,5 juta/semester x 8 semester) dan semua
bunga yang terakumulasi harus dibayar sekaligus pada akhir tahun ke-4 setelah
mahasiswa tersebut lulus. Berapa beban bunga setiap bulan dan berapa total uang
yang harus dibayar?
Penyelesaian:
80

Contoh 3.4.
Apabila anda meminjam uang sebesar Rp 1 juta sekarang dan uang tersebut dikenakan
bunga sederhana sebesar 8% per tahun, berapa jumlah yang anda harus bayarkan
kembali setelah empat tahun?

Penyelesaian:

Compound Interest Model


Bunga majemuk (compound interest) adalah sistem pembungaan dimana bunga pada
suatu periode dihitung berdasarkan jumlah pokok uang dan bunga yang terakumulasi
hingga periode sebelumnya. Sistem pembungaan ini sering pula dinamai sistem bunga
berbunga. Sistem ini serupa dengan sistem pembungaan simpanan pada bank dimana
bunga yang terakumulasi juga mendapatkan bunga pada periode pembungaan
berikutnya. Model bunga majemuk dapat juga digunakan untuk menghitung nilai
suatu investasi pada masa yang akan datang apabila keuntungan yang diperoleh setiap
periode pembukuan diinvestasikan kembali secara keseluruhan dengan asumsi bahwa
tingkat keuntungan tetap konstan. Persamaan untuk menghitung bunga majemuk
dapat diturunkan secara matematis seperti disajikan pada Tabel 3.1.

Berdasarkan persamaan-persamaan pada Tabel 3.1, dapat dilihat bahwa bentuk umum
persamaan untuk mendapatkan nilai uang atau nilai investasi pada masa yang akan
datang (F) apabila uang atau investasi dengan jumlah P mengalami pertumbuhan
(mengikuti sistem bunga majemuk) sebesar i per periode pembungaan (bulan,
semester, atau tahun) dapat ditulis sebagai berikut:

dimana P adalah nilai uang atau nilai investasi mula-mula (nilai sekarang), F adalah
nilai pada akhir periode ke-n, n adalah jumlah periode pembungaan, dan i adalah
tingkat suku bunga (dinyatakan dalam nilai desimal) per periode pembungaan.
81

Tabel 3.1. Formula perhitungan nilai yang akan datang (F) berdasarkan model
bunga majemuk.

Perlu diperhatikan bahwa apabila i dinyatakan dalam bentuk bunga nominal (persen
per tahun) tetapi periode pembungaan lebih singkat (misalnya setiap bulan atau setiap
semester), maka nilai i yang digunakan adalah i/12 untuk periode pembungaan
perbulan dan i/2 untuk periode pembungaan per semester.

Untuk lebih memudahkan memahami metode perhitungan nilai yang akan datang (F)
dari sejumlah uang (P) yang dibungakan dengan sistem bunga majemuk, Persamaan
(3.5) dapat diuraikan sebagai berikut:

dimana F1, F2, F3, dan Fn masing-masing merupakan nilai pada akhir periode pertama,
kedua, ketiga, dan ke-n.
Dalam buku-buku ekonomi teknik, faktor pengali pada Persamaan (3.5) dan (3.6),
yaitu (1+i)n, dikenal dengan nama single payment compound-amount factor (SPCAF)
82

dan ditulis dengan notasi standar (F/P, i%, n). Nilai F/P pada berbagai tingkat suku
bunga dan periode waktu dapat dilihat pada tabel faktor bunga (interest factor table)
pada Lampiran A.

Contoh 3.5
Apabila anda mendepositokan uang sejumlah Rp 10 juta sekarang dan uang tersebut
mendapat bunga setiap bulan dengan sistem bunga majemuk, hitung jumlah uang
tersebut setelah 10 tahun apabila tingkat suku bunga 9% per tahun.

Penyelesaian:

Seperti halnya pada Contoh 3.2, karena periode pembungaan setiap bulan, total
periode pembungaan selama 10 tahun adalah 10 x 12 = 120 dengan tingkat suku
bunga per periode sebesar 9%/12 = 0,75% per bulan. Berdasarkan nilai-nilai ini, maka
nilai deposito setelah sepuluh tahun (120 periode pembungaan) adalah:

Hasil perhitungan nilai yang akan datang (F) pada Contoh 3.5 lebih besar
dibandingkan hasil perhitungan yang diperoleh pada Contoh 3.2. Perbedaan tersebut
diakibatkan oleh adanya bunga yang dihasilkan oleh bunga yang terakumulasi pada
periode pembungaan sebelumnya.

Nilai F pada soal di atas dapat juga dihitung dengan menggunakan nilai faktor pengali
(F/P, i%, n). Dari tabel faktor bunga, diperoleh bahwa pada i = 0,75% dan nilai n
=120, nilai faktor pengali (F/P, i%, n) = 2,451. Apabila nilai tersebut dikalikan
dengan nilai deposito awal, maka akan diperoleh nilai F = Rp 24.510.000. Perbedaan
hasil yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan Persamaan (3.5)
diakibatkan oleh pembulatan nilai-nilai pada tabel faktor bunga.

Selain perhitungan langsung dengan menggunakan Persamaan (3.5) atau dengan


menggunakan faktor pengali dari tabel faktor bunga, nilai F dapat juga dihitung
dengan menggunakan fungsi FV(rate,nper,pmt,pv,type) yang tersedia dalam
Microsoft Excel. Parameter input untuk fungsi ini adalah rate (tingkat suku bunga
efektif per periode pembungaan), nper (jumlah periode pembungaan), pmt (besarnya
83

pembayaran seragam per periode), pv (nilai sekarang), dan type (0 atau dibiarkan
kosong untuk pembayaran pada akhir periode dan 1 untuk pembayaran pada awal
periode). Untuk soal pada Contoh 3.5, nilai F dihitung dengan menggunakan perintah
=FV(0.75%,120,0,10000000) pada salah satu sel pada Excel sheet. Nilai F yang
diperoleh dengan menggunakan input di atas adalah 24.513.571. Nilai ini sama
dengan nilai yang diperoleh dari penyelesaian dengan menggunakan Persamaan (3.5).
Perlu dicatat bahwa nilai pmt pada parameter input ditetapkan sama dengan nol
karena tidak ada pembayaran yang dilakukan sebelum akhir periode ke 120.

Contoh 3.6

Jika anda berinvestasi sebesar Rp 25 juta pada instrumen Dana Syariah yang
diharapkan dapat mengalami pertumbuhan sebesar 12% per tahun, berapa nilai
investasi tersebut setiap akhir tahun dalam lima tahun ke depan?
Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan (3.5), nilai investasi pada akhir tahun ke-1 sampai
dengan ke-5 adalah sbb:

Hasil yang sama akan diperoleh dengan menggunakan Persamaan (3.6) seperti terlihat
dibawah ini.

Penyelesaian dengan menggunakan fungsi FV dalam Microsoft Excel memberikan


hasil sebagai berikut:
84

Penting untuk dicatat bahwa formulasi pada Persamaan (3.5) dan (3.6)
mengasumsikan bahwa tingkat suku bunga atau tingkat keuntungan seragam selama
masa pembungaan atau masa investasi. Kenyataannya, kita sering kali diperhadapkan
pada situasi dimana tingkat suku bunga atau tingkat keuntungan dari suatu investasi
selalu berubah dari satu periode ke periode berikutnya. Misalnya, apabila tingkat suku
bunga pada tahun pertama adalah i1, tahun kedua adalah i2, tahun ketiga adalah i3, dan
tahun ke-n adalah in, dimana i1, i2, i3 dan in tidak seragam, maka perhitungan nilai F
dengan menggunakan Persamaan (3.5) dan (3.6) harus dilakukan secara berjenjang
dari satu periode ke periode berikutnya. Jadi, apabila kita menginvestasikan uang
sebesar P, nilai uang tersebut setelah tahun pertama sampai tahun ke-n adalah sebagai
berikut.

Dengan mengikuti bentuk Persamaan (3.6) maka diperoleh:

Dari persamaan-persamaan di atas, rumus umum yang dapat digunakan untuk


menghitung nilai F apabila tingkat suku bunga tidak seragam adalah sebagai berikut.

Contoh 3.7
Apabila investasi anda pada Contoh 3.6 mengalami pertumbuhan sebesar 8% pada
tahun pertama, 9% pada tahun kedua, 10% pada tahun ketiga, 12% pada tahun
keempat, dan 8% pada tahun kelima, hitung nilai investasi tersebut dalam lima tahun
ke depan.
85

Penyelesaian:

Perhitungan dengan menggunakan model persamaan umum (Persamaan 3.9)


memberikan hasil sebagai berikut:

Model Bunga Umum (Generalized Interest Model)

Persamaan-persamaan perhitungan bunga yang telah dibahas sebelumnya berlaku


pada salah satu dari dua kondisi ekstrim. Persamaan bunga sederhana diperoleh
dengan mengasumsikan bahwa bunga atau hasil investasi pada setiap periode
dikeluarkan dari sistem pembungaan atau sistem investasi sehingga tidak
berkontribusi pada besarnya bunga atau hasil investasi yang akan diperoleh pada
periode berikutnya. Sebaliknya, persamaan bunga majemuk diperoleh dengan
mengasumsikan bahwa semua bunga atau hasil investasi yang diperoleh pada setiap
periode akan dibungakan atau diinvestasikan kembali secara keseluruhan sehingga
berkontribusi pada besarnya bunga atau hasil investasi yang akan diperoleh pada
periode-periode selanjutnya. Dengan demikian, persamaan untuk model bunga
majemuk yang telah diturunkan sebelumnya hanya berlaku apabila bunga atau hasil
investasi yang diperoleh pada setiap periode diinvestasikan kembali secara
keseluruhan dan menghasilkan tingkat bunga atau tingkat keuntungan yang sama
dengan investasi awal.

Kenyataannya, kita sering mendapatkan kondisi dimana sebagian dari keuntungan


investasi atau bunga yang diperoleh pada setiap periode dikeluarkan dari system
86

investasi atau sistem pembungaan setiap akhir periode sehingga hanya sebagian yang
diinvestasikan kembali. Fraksi pendapatan yang dikeluarkan dari sistem pembungaan
atau investasi tidak dapat lagi berkontribusi terhadap penciptaan pendapatan pada
periode berikutnya. Untuk dapat menghitung nilai investasi pada suatu titik waktu
pada masa yang akan datang (F) pada kondisi ini, persamaan bunga majemuk perlu
dimodifikasi agar diperoleh suatu model persamaan yang dapat berlaku lebih luas.

Generalized interest model (model bunga umum) merupakan model yang


dikembangkan dengan memodifikasi model bunga majemuk. Model ini dapat berlaku
untuk kondisi yang lebih luas yang meliputi: (a) kondisi dimana seluruh bunga atau
hasil investasi yang diperoleh setiap periode dikeluarkan dari sitem pembungaaan atau
sistem investasi (seperti yang diasumsikan pada model bunga sederhana), (b) kondisi
dimana seluruh bunga atau hasil investasi yang diperoleh setiap periode dibungakan
atau diinvestasikan kembali secara keseluruhan (seperti yang diasumsikan pada model
bunga majemuk), dan (c) kondisi dimana hanya sebagian dari bunga atau hasil
investasi yang diperoleh pada setiap periode yang dibungakan atau diinvestasikan
kembali.

Model umum bunga diturunkan dengan menggunakan metode yang digunakan pada
penurunan rumus bunga majemuk, tetapi dengan memasukkan sebuah faktor yang
mewakili fraksi dari pendapatan setiap periode yang diinvestasikan kembali. Apabila
fraksi dari bunga atau keuntungan pada setiap periode yang diinvestasi kembali
sebesar f , dimana , maka jumlah pokok uang pada awal periode (Pn ) sama
dengan jumlah pokok uang pada awal periode sebelumnya (Pn1) ditambah jumlah dari
bunga pada periode sebelumnya yang dibungakan atau diinvestasikan kembali

. Persamaan untuk menghitung nilai investasi pada akhir setiap periode (Fn )
berdasarkan model bunga umum dirangkum pada Tabel 3.2.

Dapat dilihat pada Tabel 3.2 bahwa untuk kasus dimana sebagian dari bunga atau
hasil investasi yang diperoleh diinvestasikan kembali, formula yang dapat digunakan
untuk menghitung nilai yang akan datang (F) adalah sebagai berikut:
87

Tabel 3.2. Formula perhitungan nilai yang akan datang (F) berdasarkan model umum
bunga.

Perlu dicatat bahwa apabila nilai f=1(bunga atau keuntungan investasi pada setiap

periode diinvestasikan atau dibungakan kembali secara keseluruhan), persamaan pada


Tabel 3.2 identik dengan persamaan pada Tabel 3.1. Apabila nilai f = 0 (tidak ada

bunga atau keuntungan yang diinvestasikan kembali seperti halnya asumsi yang
digunakan pada model bunga sederhana), maka bunga atau keuntungan investasi
setiap periode akan konstan dan nilainya sama dengan P=i . Dalam hal ini, total bunga

yang diperoleh setelah n periode adalah P.i.n , dan nilai investasi setelah n periode

adalah P P +i . n. P(1+ i . n) . Dengan demikian, persamaan model bunga umum

(generalized interest model) tidak hanya konsisten dengan model bunga majemuk
(compound interest model) tetapi juga konsisten dengan model bunga sederhana
(simple interest model).
Contoh 3.8
Jika anda berinvestasi sebesar Rp 25 juta pada instrumen Dana Syariah yang
diharapkan dapat mengalami pertumbuhan sebesar 12% per tahun, berapa nilai
investasi tersebut setiap akhir tahun dalam lima tahun ke depan apabila hanya 60%
dari penghasilan setiap periode (tahun) yang anda investasikan kembali?
88

Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan (3.10), diperoleh nilai investasi setiap akhir tahun
(F) sebagai berikut:

Nominal and Effective Interest Rates

Pada Contoh 3.2 dan 3.5, telah diperkenalkan suatu kondisi dimana tingkat suku
bunga dinyatakan dalam persen per tahun sedang periode pembungaan (compounding
period) ditetapkan setiap bulan. Kondisi ini umum dipraktekkan pada bank atau
lembaga perkreditan untuk berbagai jenis perkreditan seperti kredit perumahan,
kendaraan, dan usaha. Tingkat suku bunga per tahun yang diumumkan oleh lembagalembaga
perkreditan dikenal dengan nama suku bunga nominal (nominal interest rate).
Konsep suku bunga nominal tidak mempertimbangkan pembungaan yang terjadi pada
setiap periode. Pada kenyataannya, bunga yang terakumulasi pada suatu periode akan
mempengaruhi bunga yang akan dihasilkan pada periode selanjutnya. Apabila
pengaruh pembungaan pada setiap periode dipertimbangkan (seperti pada bunga
majemuk) maka bunga sesungguhnya yang akan terkamulasi lebih besar dari bunga
yang dihitung berdasarkan tingkat suku bunga nominal. Tingkat suku bunga ril yang
dihitung berdasarkan total bunga terakumulasi selama setahun dikenal dengan nama
suku bunga efektif (effective interest rate). Dengan demikian, suku bunga efektif
merupakan suku bunga yang dihitung dengan mempertimbangkan pembungaan pada
setiap periode pembungaan.

Contoh 3.9

Jika anda berinvestasi sebesar Rp 25 juta pada instrumen Dana Syariah yang
diharapkan dapat mengalami pertumbuhan sebesar 1% per bulan (suku bunga nominal
89

12% per tahun seperti pada Contoh 3.6), berapa nilai investasi tersebut setiap akhir
tahun dalam lima tahun ke depan?

Penyelesaian:
Nilai investasi setiap akhir tahun dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
(3.6). Nilai investasi setiap akhir tahun berdasarkan suku bunga nominal 12% per
tahun dengan periode pembungaan setiap tahun dapat dilihat pada Contoh 3.6.
Dengan mempertimbangkan pertumbuhan investasi yang terjadi setiap bulan (rata-rata
1% per bulan), maka nilai investasi setiap akhir tahun (12 bulan) adalah sebagai
berikut:

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, tingkat suku bunga efektif per tahun dapat
dihitung sbb:

Secara umum, apabila suku bunga nominal per tahun sebesar q, dan jumlah periode
pembungaan per tahun sebanyak s, maka tingkat suku bunga efektif per periode
pembungaan (i) adalah q/s. Dengan memasukkan nilai q/s untuk menggantikan nilai I
pada persamaan untuk menghitung nilai suatu investasi setiap akhir tahun (Persamaanb
3.6), diperoleh persamaan sebagai berikut:
90

Apabila kedua ruas dikurangi dengan Fn1 kemudian dibagi dengan Fn1 maka
diperoleh:

Dari perhitungan pada Contoh (3.9), diketahui bahwa nilai pada ruas sebelah kiri pada
Persamaan (3.12) merupakan tingkat suku bunga efektif per tahun. Dengan demikian,
hubungan antara tingkat suku bunga efektif per tahun dengan tingkat suku bunga
efektif per periode pembungaan dapat ditulis sebagai berikut.

Pada Persamaan (3.13), ieff adalah tingkat suku bunga efektif per tahun, i adalah
tingkat suku bunga efektif per periode pembungaan, dan s adalah jumlah periode
pembungaan per tahun (12 apabila pembungaan setiap bulan, 4 apabila pembungaan
setiap kuarter, dan 2 apabila tingkat pembungaan setiap semester).

Contoh 3.10

Sebuah investasi menghasilkan pendapatan bersih sebesar 2,1% per bulan. Hitung
tingkat pertumbuhan nominal dan laju pertumbuhan efektif investasi tersebut apabila
semua pendapatan yang diperoleh setiap bulan diinvestasikan kembali.

Penyelesaian:

Tingkat pertumbuhan nominal per tahun : q = 2,1% x 12 = 25,2%

Tingkat pertumbuhan efektif per tahun (ieff) dapat dihitung dengan menggunakanpersamaan (3.12)
dan (3.13).
Dengan menggunakan Persmaan (3.12):
91

Dengan menggunakan Persamaan (3.13):

Selain perhitungan secara manual dengan menggunakan Persamaan (3.12) dan (3.13),
suku bunga efektif dapat juga dihitung dengan menggunakan fungsi EFFECT dalam
Microsoft Excel yang menggunakan syntax =EFFECT(nominal_rate,npery). Pada
fungsi tersebut, nominal_rate adalah tingkat suku bunga nominal per tahun (dalam
persen) dan npery adalah jumlah periode pembungaan per tahun. Dengan
menggunakan nilai nominal_rate = 25.2% dan npery = 12, fungsi tersebut
memberikan penyelesaian sebagai berikut: =EFFECT(25.2%,12) = 0.283243.

Contoh 3.11

Seorang rentenir menyewakan uangnya dengan tingkat suku bunga sebesar 1% per
minggu. Apabila rentenir tersebut berhasil memengaruhi korbannya untuk meminjam
uang sebesar Rp 10 juta dan uang tersebut dibungakan selama satu tahun, hitung: (a)
jumlah uang yang harus dibayar oleh sang korban setelah satu tahun, (b) tingkat suku
bunga nominal dan efektif yang diberlakukan oleh rentenir tersebut.

Penyelesaian:

Diketahui: Bunga efektif per minggu = 1%; jumlah periode pembungaan 52 periode
per tahun (52 minggu dalam satu tahun).

(a) Jumlah yang harus dibayar oleh korban setelah satu tahun:

Nilai F dapat juga dihitung dengan menggunakan fungsi FV dalam Excel yang
memiliki syntax FV(rate,nper,pmt,pv,type). Pada fungsi ini, rate adalah
tingkat suku bunga efektif per periode pembungaan (1% per minggu), nper
adalah jumlah periode pembungaan (52 minggu), pmt adalah pembayaran
yang dilakukan setiap periode ( dalam hal ini nol karena tidak ada pembayaran
92

hingga akhir tahun), pv adalah nilai awal utang (10 juta), dan type adalah kode
digit untuk saat perhitungan bunga (0 untuk perhitungan pada setiap akhir
periode dan 1 untuk perhitungan pada setiap awal periode). Dalam
keseluruhan buku ini, kita menggunakan konvensi akhir periode sehingga nilai
untuk type selalu 0. Berdasarkan nilai-nilai input tersebut, maka fungsi FV
dieksekusi dengan syntax sebagai berikut: =FV(1%,52,0,10000000,0). Hasil
yang diperoleh dari fungsi ini adalah 16.776.889,21.
(b) Tingkat suku bunga per tahun:
Suku bunga nominal (q) = 1% x 52 = 52%

Suku bunga efektif (ieff ) = (1 0.01)52 1 = 0.677689 =67.7689%


Dengan menggunakan fungsi =EFFECT(52%,52) dalam Excel, diperoleh
tingkat suku bunga efektif sebesar 0.677689 atau 67.7689% per tahun.
Hasil perhitungan suku bunga efektif dengan menggunakan Persamaan (3.12) seperti
terlihat pada Tabel 3.3 memperlihatkan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan.
Pertama, apabila periode pembungaan satu kali setiap tahun, suku bunga efektif akan
sama dengan suku bunga nominal. Kedua, suku bunga efektif semakin besar apabila
jumlah periode pembungaan dalam setahun meningkat (misalnya dari sekali per tahun
menjadi dua belas kali per tahun). Secara matematik, tingkat suku bunga efektif dapat
dihitung untuk kondisi dimana periode pembungaan dalam setahun mendekati tak
terhingga. Apabila nilai i pada Persamaan (3.5) disubstitusi dengan q/s, dimana q
adalah suku bunga nominal per tahun dan s adalah jumlah periode pembungaan per
tahun, maka Persamaan (3.5) dapat ditulis menjadi:

Dengan mengasumsikan bahwa X=q/s atau s=q/X, maka Persamaan (3.14) dapat
ditulis menjadi:
93

Tabel 3.3. Suku bunga efektif pada berbagai tingkat suku bunga nominal dan
periode pembungaan.

Perlu diingat bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah periode pembungaan


setiap tahun (s mendekati nilai tak terhingga), nilai q/s atau X mendekati nol. Oleh
karena itu, Persamaan (3.15) dapat ditulis sebagai berikut.

Dari pelajaran kalkulus kita tahu bahwa:

Dengan demikian, Persamaan (3.16) dapat ditulis menjadi:


94

Dapat dilihat bahwa berdasarkan Persamaan (3.5) dan (3.17), apabila jumlah periode
pembungaan dalam setahun mendekati tak terhingga (pembungaan secara kontinyu)

maka (1i) eq dan suku bunga efektif per tahun untuk pembungaan secara kontinyu

dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.18).

Pada Persamaan (3.17) dan (3.18), q merupakan tingkat suku bunga nominal dalam
persen per tahun.

Contoh 3.12

Seorang pengusaha menawarkan peluang investasi dan menjanjikan system


pembungaan secara kontinyu dengan bunga nominal sebesar 14% per tahun. Berapa
nilai investasi tersebut setelah lima tahun apabila anda menginvestasikan Rp 5 juta?

Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaaan (3.17) diperoleh:

Catatan: Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tingkat suku bunga
sebesar 14%, nilai investasi tersebut menjadi sekitar dua kali lipat dari nilai awal
setelah lima tahun apabila pembungaan dilakukan secara kontinyu. Apabila nilai F
dihitung dengan menggunakan formula bunga majemuk dengan periode pembungaan
setiap tahun, maka akan diperoleh bahwa nilai investasi setelah lima tahun sebesar Rp
9.627.073.
Perkiraan kasar yang dapat digunakan untuk menghitung waktu yang dibutuhkan
suatu investasi tunggal untuk meningkat menjadi dua kali lipat dari nilai awal dikenal
dengan nama rule of 72. Metode ini memperkirakan bahwa jumlah periode
pembungaan yang dibutuhkan untuk meningkatkan nilai suatu investasi menjadi dua
kali lipat dapat dihitung dengan angka 72 dengan tingkat suku bunga setiap
95

periode. Dengan metode ini, jumlah periode pembungaan yang dibutuhkan untuk
melipatgandakan nilai suatu investasi dari Rp 5 juta menjadi Rp 10 juta pada tingkat
suku bunga 14% per periode pembungaan adalah 72/14 = 5 periode. Hasil
perhitungan nilai F dengan menggunakan persamaan bunga majemuk dengan periode
pembungaan setiap tahun menunjukkan bahwa dibutuhkan lebih dari lima tahun untuk
melipatgandakan investasi pada tingkat suku bunga 14% per tahun. Sebaliknya,
apabila pembungaan dilakukan secara kontinyu, lama waktu yang dibutuhkan kurang
dari lima tahun. Lama waktu yang dibutuhkan untuk melipatgandakan nilai suatu
investasi pada berbagai tingkat suku bunga dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Perkiraan jumlah periode yang dibutuhkan untuk menjadikan nilai
suatu investasi menjadi dua kali lipat dari nilai awal.

Nilai pada kolom 2 dan 3 di atas dihitung dengan memodifikasi Persamaan (3.6) dan
(3.17) masing-masing menjadi n = log 2/ log(1i) dan n = ln 2/ q , dan nilai pada

kolom 4 dihitung dengan menggunakan persamaan n = 72/i dimana i adalah tingkat


suku bunga (%).

Contoh 3.13
Untuk investasi pada Contoh 3.12, berapa tahun yang dibutuhkan agar nilai investasi
tersebut meningkat menjadi Rp 20 juta dan berapa nilai tingkat suku bunga efektif
dari investasi tersebut?
96

Penyelesaian:

Suku bunga efektif dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.18).

3.3. Equivalence
Pada beberapa contoh yang telah diberikan sebelumnya, dapat dilihat bahwa uang
dengan jumlah yang berbeda dan pada waktu yang berbeda dapat memiliki nilai
ekonomi yang setara (equivalent). Misalnya, uang sejumlah Rp 5 juta sekarang akan
setara dengan Rp 9.627.073 lima tahun yang akan datang apabila uang tersebut
diinvestasikan dengan tingkat suku bunga 14% per tahun.

Ekuivalensi didasarkan pada pandangan bahwa aliran kas yang diharapkan akanterjadi di masa
yang akan datang dapat ditukar dengan suatu aliran kas sekarang ini.
Apabila anda meminjam uang di sebuah bank pada waktu sekarang dan pinjaman
tersebut harus anda lunasi secara bertahap atau sekaligus di masa yang akan datang,
maka anda sesungguhnya mengkonversi aliran kas yang anda akan keluarkan untuk
membayar pinjaman tersebut pada masa yang akan datang (F) ke suatu nilai ekuivalen
sekarang ini (P). Sebaliknya, apabila anda meminjamkan uang anda ke bank (dalam
bentuk tabungan atau deposito) atau menginvestasikan uang tersebut dalam suatu
usaha, maka anda berusaha mengkonversi nilai uang yang anda investasikan (P) ke
aliran kas masuk (pendapatan) yang anda akan peroleh pada masa yang akan dating
(F). Dengan demikian, kedua aliran kas (P dan F) memiliki nilai ril yang ekuivalen
pada suatu tingkat suku bunga.

Konsep tentang kesetaraan nilai (equivalence) sangat penting dalam analisis ekonomi
teknik karena dalam setiap proses pengambilan keputusanf investasi, berbagai
alternatif dengan proyeksi aliran kas yang berbeda harus dibandingkan antara satu
dengan yang lainnya berdasarkan konsep kesetaraan nilai. Apabila dua alternatif
97

dengan aliran kas yang berbeda tetapi memiliki nilai yang setara pada suatu titik
waktu dan planning horizon yang sama, maka kedua alternatif tersebut akan
memberikan konsekuensi finansial yang sama. Dengan demikian, kita dapat dengan
bebas memilih salah satu dari kedua alternatif tersebut karena alternatif manapun
yang dipilih akan memberikan konsekuensi finansil yang sama. Oleh karena itu,
berdasarkan konsep ekuivalensi, penilaian untuk menentukan apakah sebuah alternative
lebih baik dibandingkan alternatif lainnya tidak dapat dilakukan berdasarkan nilai
mentah dari aliran kas masing-masing alternatif tetapi harus didasarkan pada nilai
ekuivalen dari semua aliran kas setiap alternatif pada suatu titik waktu yang sama.
Dengan demikian, konsep ekuivalensi memungkinkan kita membandingkan berbagai
alternatif berdasarkan nilai masing-masing alternatif pada basis waktu yang sama.
Dalam hal ini, semua aliran kas masing-masing alternatif harus direduksi ke nilai
ekuivalennya pada titik waktu tertentu sehingga kita dapat membandingkan semua
alternatif yang ada pada titik waktu tersebut.

Contoh 3.14.
Misalkan sebuah perusahaan menawarkan kepada anda peluang untuk ikut
berinvestasi dalam sebuah industri kecil yang menghasilkan berbagai produk beton
pra-cetak. Jangka waktu investasi yang ditawarkan adalah lima tahun dan harga setiap
unit investasi sebesar Rp 25 juta. Untuk setiap unit investasi, perusahaan menawarkan
pembayaran keuntungan dan pengembalian modal kepada anda melalui tiga opsi.

OPSI A: Anda akan dibayar Rp 8.5 juta setiap tahun selama 5 tahun untuk
pembayaran keuntungan dan pengembalian modal bagi anda sehingga pada akhir
tahun ke lima (setelah lima kali pembayaran) semua modal yang anda sertakan telah
dikembalikan dan tidak ada lagi pembayaran kepada anda setelah itu.

OPSI B: Anda akan dibayar Rp 4 juta setiap akhir tahun pada empat tahun pertama
dan pada akhir tahun ke-5 anda akan dibayar Rp 30 juta.

OPSI C: Anda akan dibayar Rp 50 juta pada akhir masa investasi (akhir tahun ke-5).

Secara sepintas dapat dilihat bahwa untuk setiap investasi sebesar Rp 25 juta, total
pendapatan selama lima tahun masa investasi untuk masing-masing opsi adalah Opsi
98

A sebesar Rp 42.5 juta, Opsi B sebesar Rp 46 juta, dan Opsi C sebesar Rp 50 juta.
Apakah hal ini menunjukkan bahwa Opsi C yang terbaik?

Untuk dapat menentukan opsi yang terbaik pada contoh di atas, kita harus terlebih
dahulu menghitung nilai ekuivalen dari setiap aliran kas pada suatu titik waktu
tertentu dan pada tingkat suku bunga atau tingkat diskonto yang diinginkan. Dengan
menggunakan teknik analisis yang dibahas pada Bab 4 dan 5, dapat diketahui bahwa
Opsi A akan memberikan nilai bersih sekarang (net present value) yang lebih tinggi
dibandingkan opsi lainnya. Selain itu, dengan menggunakan teknik analisis IRR
(internal rate of return) yang dibahas pada Bab 7 kita akan menemukan bahwa Opsi
A akan memberikan laju pengembalian sekitar 20% per tahun, Opsi B sekitar 16% per
tahun, dan Opsi C sekitar 14.9% per tahun.

Contoh di atas jelas memperlihatkan pentingnya konsep time value of money dalam
analisis ekonomi teknik dan pengambilan keputusan untuk alternatif investasi yang
menimbulkan konsekuensi finansial jangka panjang. Seperti yang telah dipaparkan
pada Bab 2, setiap aliran kas (masuk atau keluar) yang diperkirakan akan terjadi pada
masa yang akan datang digambarkan dalam bentuk sebuah diagram aliran kas atau
dicatat dalam sebuah tabel aliran kas. Diagram dan tabel tersebut menggambarkan
jumlah dan saat terjadinya setiap aliran kas sehingga memudahkan dalam menghitung
nilai ekuivalen dari setiap aliran kas pada titik waktu tertentu. Persamaan-persamaan
yang dapat digunakan untuk menghitung nilai ekuivalen setiap aliran kas pada titik
waktu tertentu akan dijabarkan secara detail pada Bab 4.

Soal Latihan

3-1. Jelaskan: (a) apa yang dimaksud dengan nilai uang menurut waktu (time value
of money) dan (b) mengapa uang dengan jumlah yang berbeda dapat memiliki
nilai yang ekuivalen.
3-2. Apabila nilai uniform series present worth factor (P/A, i%, n) pada tingkat suku
bunga (i) 7% dan jumlah periode (n) tertentu adalah 12,137, tentukan nilai
uniform series compound amount factor (F/A, i%, n) dan nilai uniform series
capital recovery factor (A/P, i%, n) pada nilai i dan n yang sama.
3-3. Seorang mahasiswa meminjam uang sebanyak Rp 2.5 juta di Koperasi
Mahasiswa untuk membayar uang kuliah. Apabila pinjaman tersebut dikenakan
99

bunga sederhana sebesar 0.8% per bulan, berapa besar cicilan yang harus
dibayar apabila pembayaran pinjaman tersebut dicicil setiap bulan selama enam
bulan?
3-4. Sebuak koperasi menawarkan pinjaman untuk modal usaha kepada anggotanya
sebesar Rp 25 juta yang harus dibayar kembali dalam bentuk cicilan setiap
akhir tahun selama lima tahun. Koperasi tersebut menawarkan dua pilihan
(opsi) bentuk pembungaan yaitu bunga sederhana dengan tingkat suku bunga
8% per tahun dan bunga majemuk dengan singkat suku bunga 6% per tahun.
Tentukan opsi mana yang harus diterima oleh anggota koperasi?
3-5. Berapa jumlah periode pembungaan yang dibutuhkan untuk menggandakan
nilai suatu deposito apabila suku bunga deposito sebesar 0.75% setiap periode?
3-6. Seorang pengusaha kecil meminjam modal usaha sebesar Rp 5 juta dari bank
perkreditan. Kontrak kredit tersebut menunjukkan bahwa pengusaha tersebut
harus membayar bunga sebesar Rp 100 ribu setiap bulan. Berapakah tingkat
suku bunga yang dikenakan atas pinjaman tersebut?
3-7. Iklan yang disebar oleh sebuah perusahaan financing menunjukkan bahwa
untuk sebuah motor dengan kapasitas mesin 125cc, pembelian dapat dilakukan
dengan membayar uang muka sebesar Rp 1 juta dan membayar cicilan sebesar
Rp 500.000 setiap bulan selama tiga tahun. Apabila motor yang sama dapat
dibeli secara kontan dengan harga Rp 13.750.000, berapa tingkat suku bunga
yang diberlakukan perusahaan financing tersebut?
3-8. Apabila anda menginvestasikan Rp 10 juta sekarang dan investasi tersebut
dijamin mendapatkan dividen atau bunga sebesar 11% per tahun, berapa nilai
investasi tersebut setelah sepuluh tahun apabila:
a. Semua dividen yang diperoleh diinvestasikan kembali secara keseluruhan
b. Hanya 40% dari dividen yang anda terima anda investasikan kembali.
3-9. Hitung:
a. Tingkat suku bunga nominal apabila tingkat suku bunga efektif sebesar efektif apabila
tingkat 24% per tahun dengan periode pembungaan setiap bulan.
b. Tingkat suku bunga efektif apabila tingkat suku bunga nominal sebesar 8%
per tahun dengan periode pembungaan setiap kuarter (empat kali
pembungaan setiap tahun).
100

3-10. Seorang karyawan bank ingin membeli sebuah rumah dengan membayar uang
muka sebesar Rp 25 juta dan menyicil sisa harga rumah tersebut melalui
fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) dari bank tempat ia bekerja. Apabila
bank tersebut memberlakukan bunga nominal sebesar 10% per tahun dan masa
penyicilan 15 tahun, berapakah harga tertinggi rumah yang dapat dibeli oleh
karyawan tersebut apabila ia hanya mampu membayar cicilan sebesar Rp 2.5
juta per bulan.
3-11. Sebuah bank perkreditan menyediakan kredit dengan tingkat suku bunga 0,5%
per bulan dan lama pengembalian tiga tahun. Pengembalian kredit tersebut
dapat dilakukan dengan cara penyicilian dalam jumlah yang seragam setiap
bulan. Apabila hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan anda dalam
membayar cicilan sebesar Rp 850 ribu per bulan, tentukan jumlah maksimum
yang anda dapat pinjam.
3-12. Tentukan tingkat suku bunga nominal apabila tingkat suku bunga efektif
sebesar 15% dan pembungaan dilakukan setiap semester, setiap bulan, setiap
hari, dan secara kontinyu.
3-13. Misalkan anda menginvestasikan Rp 35 juta dan investasi tersebut dijamin
memberikan keuntungan sebesar 8% per tahun, berapa jangka waktu minimal
investasi tersebut harus anda pertahankan agar nilainya tumbuh menjadi Rp 75
juta apabila metode pembungaan yang digunakan adalah (a) bunga sederhana,
dan (b) bunga majemuk.
3-14. CV Solid Growth menjanjikan kepada setiap calon investor bahwa nilai uang
yang diinvestasikan oleh setiap investor dapat meningkat menjadi dua kali lipat
dalam jangka waktu sekitar 8 tahun. Tentukan besarnya laju peningkatan nilai
investasi yang dijanjikan oleh CV Solid Growth.
3-15. Orang tua anda mendepositokan uang untuk persiapan biaya kuliah anda
sebanyak Rp 40 juta pada saat anda naik ke kelas XII di SMA. Apabila anda
menginginkan untuk mengambil uang tersebut dalam jumlah yang sama setiap
awal tahun ajaran baru (mulai tahun pertama hingga tahun kelima), gambarkan
diagram aliran kas untuk kasus ini dan hitung jumlah uang yang anda dapat
keluarkan setiap awal tahun ajaran sehingga uang tersebut habis dalam lima
kali pengambilan. Asumsikan tingkat suku bunga sebesar 8% per tahun.
101

3-16. Seorang pengusaha muda ingin membeli sebuah mobil operasional seharga Rp
425 juta. Mobil tersebut dapat dibeli melalui sebuah perusahaan financing
dengan membayar uang muka sebesar Rp 75 juta dan menyicil sisanya setiap
bulan selama lima tahun dengan tingkat suku bunga sebesar 1% per bulan.
Apabila uang yang anda gunakan untuk membayar uang muka tersebut
merupakan uang kredit dari bank dengan bunga sebesar 1.4% per bulan dan
lama penyicilan lima tahun, hitung jumlah uang yang harus dipersiapkan setiap
bulan untuk pembayaran kedua cicilan tersebut.
3-17. Seorang pengusaha roti menabung secara rutin sebanyak Rp 500 ribu setiap
bulan untuk persiapan hari tua. Berapa jumlah uang yang akan tersimpan di
dalam rekening pengusaha tersebut setelah 25 tahun menabung apabila tingkat
suku bunga nominal 9% per tahun dan periode pembungaan setiap bulan?
3-18. Misalkan orang tua anda membeli sebidang tanah sepuluh tahun yang lalu
seharga Rp 10 juta dan tanah tersebut dapat dijual sekarang ini dengan harga
Rp 35 juta. Apabila pada saat membeli tanah tersebut orang tua anda juga
memiliki kesempatan untuk menginvestasikan uang Rp 10 juta tersebut pada
sebuah deposito berjangka sepuluh tahun dengan tingkat suku bunga 15% per
tahun, apakah keputusan orang tua anda memilih membeli tanah tersebut
merupakan keputusan yang tepat?
3-19. Jika anda diberi dua peluang investasi sebagai berikut: a) Investasi sebesar Rp
25 juta sekarang dan dijamin akan dikembalikan sebesar Rp 50 juta lima tahun
yang akan datang (nilai investasi meningkat 100% dalam lima tahun), dan b)
anda dapat menginvestasikan uang sebanyak Rp 25 juta tersebut dalam bentuk
sertifikat deposito yang memberi bunga sebesar 18% per tahun. Investasi mana
yang lebih menguntung? Gunakan jangka waktu lima tahun sebagai basis
perhitungan.
3-20. Sebuah perusahaan pertambangan menawarkan paket investasi senilai Rp 100
juta kepada calon investor. Perusahaan tersebut menjamin akan membayar
kembali uang yang diinvestasikan oleh investor dalam bentuk pembayaran secara
sekaligus sebesar Rp 175 juta. Apabila tingkat pengembalian minimum yang
dikehendaki (minimum attractive rate of return, MARR) oleh investor sebesar
18% per tahun, tentukan kapan batas akhir pembayaran harus dilakukan oleh
perusahaan.
MODUL 4

TOPIK BAHASAN : Formulasi dan Penggunaan Faktor-Faktor Bunga

SASARAN : Mahasiswa mampu menerapkan teknik pengambilan


BELAJAR keputusan, melakukan analisis biaya dan pendapatan dari
setiap investasi, menghitung nilai ekuivalen dari suatu arus
kas pada berbagai titik waktu, dan menerapkan berbagai
metode analisis ekonomi dalam mengevaluasi kelayakan
finansial setiap proyek atau investasi serta dalam
pengambilan keputusan investasi.

SASARAN : Mahasiswa mampu menurunkan berbagai formula bunga


PEMBELAJARAN dan dapat menerapkan persamaan-persamaan bunga dalam
perhitungan nilai ekuivalensi dari suatu investasi pada
berbagai titik waktu.

KOMPETENSI : Kompetensi #7 : Kemampuan dalam memecahkan


SASARAN persoalan-persoalan dalam bidang
keteknikan pertanian.

Kompetensi #11 : Kemampuan untuk mengembangkan


diri dan berfikir logisanalitis.

Kompetensi #12 : Kemampuan Manajerial dan


Kewirausahaan.
103

MODUL 4
FORMULASI DAN PENGGUNAAN
FAKTOR-FAKTOR BUNGA

Pada bab sebelumnya, telah diperlihatkan bahwa nilai ekuivalen dari suatu aliran kas
dapat ditentukan dengan menggunakan fungsi yang menggambarkan ekuivalensi
matematik dari berbagai pola aliran kas yang umum ditemui. Fungsi-fungsi tersebut
secara umum dinamai faktor-faktor bunga majemuk (compound interest factors).
Faktor-faktor tersebut digunakan untuk mengkonversi aliran-aliran kas yang terjadi
pada titik waktu yang berbeda ke suatu nilai ekuivalen pada suatu titik waktu yang
sama atau mengkorversi suatu aliran kas ke nilai ekuivalennya pada titik waktu yang
dikehendaki.

Untuk menentukan ekuivalensi ekonomi atau nilai ekuivalen dari suatu arus kas,
diperlukan beberapa variabel yang akan digunakan dalam mencari formula untuk
faktor-faktor bunga (interest factors). Untuk memudahkan mahasiswa dalam
memahami konsep ekuivalensi dan konsep nilai dalam analisis ekonomi teknik, akan
digunakan simbol-simbol standar berdasarkan ANSI Z94 (ANSI, 1983) sebagai
representasi dari aliran kas dan faktor-faktor bunga. Simbol-simbol dari parameter
yang digunakan dalam buku ini disajikan pada Tabel 4.1.

Pada pembahasan tentang nilai uang menurut waktu (time value of money) pada Bab 3,
telah dijelaskan bahwa untuk menentukan apakah suatu alternatif investasi lebih baik
secara finansial dibandingkan dengan alternatif investasi lainnya, arus kas dari setiap
alternatif investasi harus dibandingkan pada suatu titik waktu yang sama. Untuk
keperluan tersebut, dibutuhkan faktor-faktor bunga (interest factors) yang merupakan
bilangan pengali yang dihitung dari formula bunga pada berbagai tingkat suku bunga
dan jumlah periode pembungaan. Formulasi untuk faktor-faktor bunga akan dilakukan
untuk aliran kas tunggal, aliran kas majemuk dalam jumlah yang seragam, aliran kas
majemuk yang berubah dalam jumlah yang tetap dari satu periode ke periode
berikutnya, serta aliran kas majemuk yang berubah dalam proporsi yang tetap. Aliran
kas semacam ini merupakan aliran kas yang terpola dan dapat dipandang sebagai
104

bentuk standar aliran kas dalam analisis ekonomi teknik. Meskipun demikian, harus
diingat bahwa pola-pola aliran kas yang ditemui dalam proyek-proyek bidang
keteknikan dan bisnis sangat beragam dan sering kali tidak sesuai dengan pola standar
tersebut di atas. Untuk kasus-kasus seperti ini, aliran kas yang ada seringkali harus
dianalisis dengan mengkombinasikan beberapa formulasi faktor-faktor bunga yang
dikembangkan dari pola aliran kas standar tersebut. Perlu pula dicatat bahwa untuk
setiap bentuk aliran kas yang dihadapi, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan
dalam menentukan nilai ekuivalennya pada titik waktu yang dikehendaki.

Tabel 4.1. Simbol dan pengertian dari parameter yang digunakan dalam
analisis ekonomi teknik.
Simbol Pengertian
A Pembayaran seragam setiap akhir periode atau nilai seragam
ekuivalen pada akhir setiap periode

P Nilai sekarang atau nilai ekuivalen saat ini dari satu atau lebih
aliran kas

F Nilai yang akan datang atau nilai ekuivalen pada suatu titik
waktu pada masa yang akan datang dari satu atau lebih aliran
kas

G Besarnya peningkatan atau penurunan secara seragam dari


serangkaian aliran kas

S Nilai sisa (salvage value) dari suatu aset atau investasi pada
akhir umur ekonomis atau umur teknisnya.

i Tingkat suku bunga efektif per periode pembungaan. Dihitung


dengan membagi tingkat suku bunga nominal per tahun (r)
dengan jumlah periode pembungaan dalam setahun

n Jumlah periode pembungaan. Dihitung dengan mengalikan


jumlah tahun dengan jumlah pembungaan per tahun.

Faktor-faktor bunga majemuk memungkinkan kita lebih mudah melakukan analisis


aliran kas dengan menggunakan tabel faktor bunga, dengan program spread sheet,
atau dengan fungsi finansial dalam Microsoft Excel. Pada bagian ini, akan diuraikan
formulasi faktor-faktor bunga untuk empat pola standar aliran kas yang umum
105

digunakan untuk memodel saat terjadinya pemasukan dan pengeluaran dalam analisis
ekonomi teknik. Keempat pola tersebut adalah sebagai berikut:
Pembayaran atau penerimaan tunggal (single payment),
Pembayaran atau penerimaan seragam setiap periode (Uniform Series Payment),
Pembayaran atau penerimaan yang berubah dalam jumlah yang seragam dari
satu periode ke periode berikutnya (arithmetic gradient)
Pembayaran atau penerimaan yang berubah dalam proporsi yang sama dari satu
periode ke periode berikutnya (geometric gradient)

4.1. Pembayaran atau penerimaan tunggal (single payment)


Dalam banyak hal, aliran kas dapat dimodel dengan menggunakan model pembayaran
atau penerimaan tunggal. Biaya yang anda keluarkan untuk membeli sebuah telepon
genggam, biaya untuk membeli sebuah mesin produksi, uang yang anda investasikan
atau depositokan pada saat ini, dan nilai akhir dari sebuah mesin atau peralatan setelah
umur ekonomisnya habis merupakan biaya atau penerimaan yang hanya terjadi sekali
selama umur ekonomis perlatan atau mesin tersebut. Aliran kas seperti ini dapat
dimodel sebagai pembayaran atau penerimaan tunggal. Nilai sekarang dari suatu
investasi (P) dapat dihubungkan dengan nilai pada suatu titik waktu di masa yang
akan datang (F) dengan menggunakan sebuah faktor pengali yang dikenal dengan
nama compound amount factor dan ditulis dengan notasi standar (F/P, i, n). Demikian
pula sebaliknya, aliran kas yang diperkirakan akan terjadi di masa yang akan dating
dapat dihitung nilai ekuivalennya sekarang ini dengan menggunakan faktor pengali
yang dikenal dengan nama present worth factor dan ditulis dengan notasi (P/F, i, n).
Dengan menggunakan faktor-faktor pengali tersebut, kita dapat menulis hubungan
antara nilai sekarang (P) dengan nilai yang akan datang (F) dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:

Berdasarkan Persamaan (4.1), compound amount factor (F/P, i, n) diperlukan dalam


menentukan nilai yang akan datang (F) dari sebuah investasi sebesar P yang
106

dilakukan sekarang apabila tingkat suku bunga atau pertumbuhan investasi tersebut
per tahun diketahui dan lama investasi ditetapkan. Sebaliknya, present worth factor
(P/F, i, n) diperlukan untuk menghitung nilai sekarang (P) yang ekuivalen dengan
nilai aliran kas yang diperkirakan akan terjadi pada satu titik waktu pada masa yang
akan datang (F) pada tingkat diskonto (discount rate) yang ditetapkan. Kedua factor
bunga modal diatas sangat penting dalam analisis ekonomi teknik karena faktor-faktor
tersebut dapat digunakan untuk mengkonversi setiap aliran kas yang terjadi pada satu
titik waktu ke nilai ekuivalennya pada titik waktu yang lain. Untuk membandingkan
aliran kas yang akan terjadi lima tahun yang akan datang (F) dengan aliran kas yang
terjadi sekarang (P), salah satu atau kedua aliran kas tersebut harus dikonversi ke nilai
ekuivalennya agar perbandingan kedua aliran kas dapat dilakukan pada titik waktu
yang sama. Dalam hal ini, nilai aliran kas yang diperkirakan akan terjadi lima tahun
yang akan datang dapat dikonversi ke nilai ekuivalennya sekarang dengan
mengalikannya dengan nilai present worth factor (PWF) pada tingkat diskonto yang
dikehendaki. Untuk tujuan yang sama, aliran kas yang terjadi sekarang dapat
dikonversi ke nilai ekuivalennya lima tahun yang akan datang dengan mengalikannya
dengan nilai compound amount factor (CAF) pada tingkat suku bunga yang
ditetapkan. Prinsip penting yang harus diingat adalah manakala kita membandingkan
aliran kas yang terjadi pada titik waktu yang berbeda, atau kita membandingkan aliran
kas antara satu alternatif investasi dengan alternatif investasi lainnya, perhitungan
atau perbandingan harus dilakukan pada titik waktu yang sama. Dengan demikian,
setiap aliran kas yang terjadi harus dikonversi ke nilai ekuivalennya pada satu titik
waktu yang dijadikan sebagai titik analisis.

Pada Bagian 3.2, telah ditunjukkan bahwa untuk menghitung nilai yang akan dating
(F) dari suatu pembayaran atau penerimaan tunggal sebesar P yang terjadi sekarang
ini (nilai sekarang), kita dapat menggunakan Persamaan 3.6 sebagai berikut:

F = P(1 i)n (3.6)

Dengan demikian, nilai dari compound amount factor (F/P, i, n) adalah (1+i)n. Karena
faktor tersebut didasarkan atas pembayaran tunggal sebesar P, faktor tersebut dikenal
juga dengan nama single-payment compound amount factor (SPCAF). Persamaan
107
(3.6) dapat dimodifikasi untuk menghitung nilai sekarang (P) dari suatu aliran kas
yang akan terjadi di masa yang akan datang (F).

Berdasarkan Persamaan (4.2), nilai dari present worth factor (P/F, i, n) adalah
1/(1+i)n. Faktor ini sering juga dinamai single-payment present worth factor
(SPPWF). Faktor ini memungkinkan kita menghitung nilai sekarang dari sebuah
aliran kas yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Perlu diingat bahwa selain
menggunaakan Persamaan (4.2), nilai P dapat pula dihitung dengan menggunakan
nilai SPPWF yang diperoleh dari tabel faktor bunga (interest factor table) atau dengan
menggunakan fungsi finansial PV(rate,nper,pmt,FV,type) yang tersedia dalam
Microsoft Excel. Parameter input untuk fungsi PV adalah rate (tingkat suku bunga
efektif per periode pembungaan), nper (jumlah periode pembungaan), pmt (besarnya
pembayaran seragam per periode), FV (nilai setelah n periode), dan type (0 atau
kosong untuk pembayaran pada akhir periode dan 1 untuk pembayaran pada awal
periode).

Contoh 4.1
Untuk mengantisipasi biaya overhaul mesin-mesin produksi di masa yang akan
datang, sebuah industri berencana berinvestasi dengan membeli sertifikat Surat Utang
Negara (SUN) yang menjamin memberi bunga sebesar 8% per tahun. Apabila
kegiatan overhaul dijadwalkan akan dilaksanakan 5 tahun yang akan datang,
berapakah nilai minimal sertifikat SUN yang harus dibeli apabila biaya overhaul yang
akan dibutuhkan diperkirakan minimal Rp 25 juta.

Penyelesaian
Dari statemen dalam soal, diketahui bahwa F = Rp 25 juta, i = 8% per tahun, dan n =
5 tahun. Dengan menggunakan Persamaan (4.2), nilai minimum sertifikat SUN yang
harus dibeli adalah sebagai berikut:
108

Nilai P dapat juga dihitung dengan menggunakan nilai (P/F, i%, n) pada tabel factor
bunga. Untuk i=8% dan n=5, nilai P/F adalah 0.6806. Dengan demikian, nilai
minimum dari sertifikat SUN yang harus dibeli adalah sebagai berikut:

P = F P/ F, i%, n = Rp 25.000.000 x (0.6806) = Rp 17.015.000

Perhitungan nilai P dengan menggunakan fungsi PV dalam Excel dilakukan dengan


mengeksekusi perintah =PV(8%,5,0,25000000) pada salah satu sel pada Excel sheet
dan diperoleh nilai 17.014.579,93. Perlu diperhatikan bahwa nilai-nilai input yang
digunakan adalah rate = 8%, nper = 5 tahun, pmt = 0 (karena tidak ada angsuran
setiap periode), dan FV = 25 juta (berdasarkan nilai dari sertifikat SUN setelah 5
tahun).

Penting untuk diingat bahwa Persamaan (3.6) dan (4.2) digunakan untuk
mengkonversi nilai dari suatu aliran kas tunggal ke nilai ekuivalennya pada masa
yang akan datang (Persamaan 3.6) atau ke nilai ekuivalennya sekarang ini (Persamaan
4.2). Apabila aliran kas yang akan terjadi pada masa yang akan datang lebih dari satu,
nilai ekuivalen sekarang (present value) dari semua aliran kas yang akan terjadi dapat
dihitung dengan menjumlahkan nilai ekuivalen sekarang dari setiap aliran kas tersebut
seperti terlihat pada Persamaan (4.3).

dimana F1, F2, F3, . . . Fn adalah arus kas bersih pada periode ke 1, 2, 3, dan n dan P
adalah total nilai sekarang dari semua arus kas tersebut.

Contoh 4.2
Seorang pengusaha muda berencana menginvestasikan Rp 800 juta untuk mendirikan
sebuah industri kecil yang memproduksi traktor tangan. Berdasarkan hasil analisis
biaya, analisis pasar dan proyeksi pendapatan, serta bisnis plan yang telah disusun,
laba bersih yang akan diperoleh dalam sepuluh tahun pertama pengoperasian pabrik
tersebut terlihat pada tabel dibawah. Tentukan: (a) Nilai ekuivalen saat ini dari semua
laba bersih yang akan diterima dalam sepuluh tahun pengoperasian industri tersebut,
(b) Apakah industri tersebut akan menguntungkan? Asumsikan i = 10% per tahun.
109

Tahun Laba Bersih (Rp) Tahun Laba Bersih (Rp)

I 56.000.000 VI 156.000.000
II 78.000.000 VII 170.000.000
III 124.000.000 VIII 175.000.000
IV 175.000.000 IX 170.000.000
V 174.000.000 X 187.000.000

Penyelesaian:
Nilai ekuivalen sekarang dari semua laba yang diharapkan akan diperoleh selama
sepuluh tahun dapat dihitung dengan menjumlahkan nilai sekarang dari laba bersih
yang diperoleh setiap tahun. Dengan menggunakan Persamaan (4.2), nilai sekarang
dari semua laba bersih yang diterima setiap tahun dapat dihitung sebagai berikut:

Nilai P dapat juga diperoleh dengan menggunakan fungsi PV dalam Excel sebagai
berikut:

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa nilai sekarang dari semua
laba bersih yang diperoleh dalam sepuluh tahun sudah lebih tinggi dari investasi awal
110

yang dikeluarkan. Dengan demikian, industri tersebut menguntungkan bagi pemilik


(investor) sehingga layak untuk didanai. Pembahasan yang lebih detail tentang
penggunaan analisis nilai sekarang dalam evaluasi kelayakan suatu proyek atau suatu
investasi akan disajikan secara lengkap pada Bab 5.

Pada contoh di atas, dapat dilihat bahwa tingkat suku bunga diasumsikan tetap
konstan. Hal seperti ini dapat terjadi pada kasus-kasus dimana tingkat suku bunga
sudah ditetapkan pada saat dilakukan kontrak untuk kredit jangka panjang. Untuk
kasus-kasus dimana tingkat suku bunga tidak konstan, Persamaan (4.2) dapat
dimodifikasi dengan menggunakan metode yang sama dengan metode yang
digunakan untuk mendapatkan Persamaan (3.8). Berdasarkan Persamaan (3.8),
Persamaan (4.2) dapat diubah menjadi:

dimana ik adalah tingkat suku bunga pada tahun atau periode k. Apabila aliran kas
yang akan terjadi pada masa yang akan datang lebih dari satu selama n periode, nilai
ekuivalen sekarang (present value) dari semua aliran kas dapat dihitung dengan
menjumlahkan nilai ekuivalen sekarang dari setiap aliran kas tersebut. Untuk kasus
dimana tingkat suku bunga tidak seragam, Persamaan (4.3) dapat dimodifikasi
menjadi:

dimana F1, F2, F3, dan Fn masing-masing merupakan aliran kas pada tahun ke 1, 2, 3,
dan n; sedang i1, i2, i3, dan in masing-masing merupakan tingkat suku bunga pada
tahun ke 1, 2, 3, dan n.
111

Contoh 4.3
Hasil audit terhadap sebuah investasi menunjukkan bahwa nilai investasi selama lima
tahun pertama telah meningkat sebesar 8% pada tahun pertama, 10% pada tahun
kedua, 14% pada tahun ketiga, 12% pada tahun keempat, dan 15% pada tahun kelima.
Apabila hasil audit pada akhir tahun kelima menunjukkan bahwa nilai investasi telah
mencapai Rp 1,5 milyar, tentukan nilai awal dari investasi tersebut.

Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan (4.4), nilai awal investasi dapat dihitung sebagai
berikut:

Akurasi dari Persamaan (4.4) dapat diuji dengan menghitung nilai investasi setiap
akhir tahun berdasarkan tingkat pertumbuhan nilai investasi pada masing-masing
tahun. Dengan menggunakan Persamaan (3.5), kita mendapatkan bahwa nilai
investasi pada akhir tahun pertama sampai tahun kelima masing-masing Rp
928.705.162, Rp 1.021.575.678, Rp 1.164.596.273, Rp 1.304.347.826, dan Rp
1.500.000.000. Dengan demikian, perhitungan dengan menggunakan Persamaan (4.4)
memberikan hasil yang akurat.

Contoh 4.4
Apabila tingkat suku bunga tahunan pada Contoh 4.2 masing-masing sebesar 8% pada
tahun pertama dan kedua, 10% pada tahun ketiga sampai kelima, 6% pada tahun
keenam sampai kedelapan, dan 9% pada tahun kesembilan dan kesepuluh, tentukan
nilai ekuivalen saat ini dari semua laba bersih yang akan diperoleh dalam sepuluh
tahun pengoperasian industri tersebut.

Penyelesaian:

Dengan menggunakan Persamaan (4.6), nilai sekarang dari keseluruhan laba yang
diperoleh selama sepuluh tahun dapat dihitung sebagai berikut:
112

4.2. Hubungan antara aliran kas seragam setiap periode (A) dengan nilai
Sekarang (P)
Dalam dunia bisnis, pembayaran atau angsuran seragam setiap periode waktu sangat
sering diterapkan. Misalnya, developer perumahan menerapkan sistim pembayaran
berupa pembayaran uang muka dan pembayaran angsuran secara seragam setiap bulan
kepada setiap orang yang membeli rumah. Kredit kepemilikan kendaraan dari bank
atau dari perusahaan financing juga menerapkan sistim pembayaran yang serupa.
Kredit dari bank untuk investasi jangka panjang juga sering harus dibayar kembali
melalui sistem pembayaran dengan jumlah angsuran yang tetap setiap periode waktu
(bulan atau tahun). Untuk kasus-kasus semacam ini, kita sering kali perlu mengetahui
nilai sekarang dari semua angsuran yang akan dibayar pada masa yang akan datang.

Perhitungan nilai sekarang dari suatu pembayaran atau pemasukan seragam yang akan
terjadi pada masa yang akan datang dapat dihitung dengan mengasumsikan bahwa F1,
F2, F3, . . ., dan Fn pada Persamaan (4.3) memiliki nilai yang sama dan ditulis dengan
113

simbol A. Berdasarkan Persamaan (4.3), nilai sekarang (P) dari suatu angsuran
seragam sebesar A yang dibayarkan selama n periode dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut.

Persamaan (4.7) dapat disederhanakan dengan mengalikan kedua sisi dengan 1/(1+i)
dan menggurangkan Persamaan (4.7) dari hasil perkalian tersebut.

Apabila kedua sisi pada Persamaan (4.9) dibagi dengan i/(1+i) maka akan diperoleh:
114

Faktor yang tertera di dalam tanda kurung besar pada Persamaan (4.10) dikenal
dengan nama uniform series present worth factor (USPWF) dan umumnya ditulis
dengan notasi (P/A, i%, n). Faktor pengali ini digunakan untuk menghitung nilai
sekarang dari serangkaian pembayaran seragam selama n periode pada masa yang
akan datang pada tingkat diskonto sebesar i% per periode. Dengan menggunakan
notasi standar untuk USPWF, Persamaan (4.10) dapat ditulis sebagai berikut.

Perlu diingat bahwa Persamaan (4.10) dan (4.11) diturunkan dengan mengasumsikanbahwa
pembayaran atau penerimaan pertama dari angsuran seragam sebesar A
dilakukan tepat satu periode setelah investasi sebesar P dilakukan seperti
diperlihatkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Hubungan antara pembayaran seragam (A) dengan nilai sekarang (P).

Persamaan (4.10) dan (4.11) dapat digunakan untuk menghitung nilai sekarang (P)
dari suatu pembayaran atau penerimaan seragam sebesar A setiap periode selama n
115

periode. Penyelesaian dengan menggunakan persamaan-persamaan tersebut dapat


dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator atau dengan program
spread sheet. Selain itu, penyelesaian dengan menggunakan fungsi finansial yang
tersedia dalam program spreadsheet dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Dalam
Microsoft Excel, fungsi finansial yang dapat digunakan untuk menghitung nilai P
apabila tingkat suku bunga (i), jumlah periode pembayaran (n), dan besarnya
pembayaran seragam setiap periode (A) diketahui adalah fungsi PV (present value)
yang dapat dieksekusi dengan menggunakan perintah =PV(rate,nper,pmt) pada salah
satu sel dalam Excel. Pada fungsi tersebut, rate adalah tingkat suku bunga (i) dalam
persen per periode, nper adalah jumlah periode pembayaran (n), dan pmt adalah
besarnya pembayaran seragam (A) setiap periode.

Contoh 4.5

Sebuah perusahaan property berinvestasi dengan membangun gedung perkantoran


yang akan dipersewakan ke perusahaan lain. Gedung tersebut dirancang untuk dapat
dipergunakan selama 30 tahun dan keuntungan bersih yang diperoleh dari penyewaan
gedung tersebut diperkirakan sebesar Rp 5 milyar per tahun. Hitung nilai sekarang
dari keseluruhan keuntungan selama 30 tahun apabila tingkat diskonto (discount rate)
yang digunakan sebesar 18% per tahun.

Penyelesaian:

Berdasarkan statemen dalam soal, diketahui bahwa A = Rp 5.000.000.000 per tahun, I


= 18% per tahun, dan n = 30 tahun.
Dengan menggunakan Persamaan (4.10), nilai sekarang (P) dari keseluruhan
keuntungan bersih yang diperoleh setiap tahun selama 30 tahun dapat dihitung
sebagai berikut:

Untuk menyelesaikan soal di atas, faktor pengali (nilai USPWF) dapat juga diperoleh
dari tabel faktor bunga (lihat lampiran). Pada tabel untuk tingkat suku bunga 18%
116

dan n = 30, diperoleh nilai (P/A, 18%, 30) = 5.5168. Dengan demikian, nilai P dapat
dihitung sebagai berikut:

Perbedaan hasil perhitungan antara perhitungan dengan Persamaan (4.10) dan


Persamaan (4.11) diakibatkan oleh pembulatan nilai USPWF ke empat desimal pada
tabel. Penyelesaian dengan menggunakan fungsi PV(rate,nper,pmt) dalam Excel
dengan menggunakan nilai rate = 18%, nper = 30, dan pmt = 5000000000 (perintah
dalam Excel =PV(18%,30,5000000000)) memberikan nilai 27,584,029,754.61. Hasil
ini sama dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan Persamaan (4.10).

Perlu diperhatikan bahwa Persamaan (4.10) dapat digunakan apabila jumlah periode
(n) bernilai finite (terbatas). Pada proyek-proyek penting seperti jalan raya, jaringan
perpipaan air bersih, jaringan irigasi, pembangkit lisrik, dan proyek-proyek yang
bersifat permanen lainnya, jangka waktu operasional proyek umumnya tak terhingga.
Dengan demikian, pemilik proyek (pemerintah atau perusahaan swasta) harus
menyisihkan uang sejumlah P secara permanen yang akan menjamin keberlanjutan
pelayanan dalam jangka waktu tak terhingga. Untuk menjamin ketersediaan uang
untuk pembiayaan pada masa yang akan datang, uang yang disisihkan (P) secara
permanen tidak boleh berkurang (tidak boleh dibelanjakan) sehingga semua
pembiayaan yang akan terjadi harus diambil dari bunga yang diperoleh dari uang yang
disisihkan tersebut.

Untuk menentukan jumlah uang yang harus disisihkan untuk pembiayaan suatu
proyek permanen, kita dapat menggunakan analisis nilai sekarang dengan
menggunakan nilai n yang tak terhingga (infinite period analysis). Dalam ekonomi
teknik, analisis ini dinamai capitalized cost analysis, yaitu analisis yang digunakan
untuk menghitung nilai biaya kapitalisasi (capitalized cost) dari sebuah proyek. Dari

Persamaan (4.10), apabila nilai n menuju tak terhingga, maka nilai (1i) n 1 = (1 i) n .

Dengan demikian, Persamaan (4.10) akan menjadi:


117

Penting untuk dicatat bahwa capitalized cost (P) dapat dipandang sebagai nilai
sekarang dari sejumlah uang yang harus tersedia atau disisihkan secara permanen agar
dapat menghasilkan pendapatan (bunga atau dividen) yang akan menutupi semua
kebutuhan pembiayaan (A) yang harus dikeluarkan setiap periode waktu dalam jangka
waktu tak terhingga pada masa yang akan datang. Dari Persamaan (4.12), capitalized
cost dapat juga dipandang sebagai nilai sekarang (present worth) dari suatu proyek
yang diharapkan akan beroperasi selamanya.

Kasus sebaliknya yang juga banyak dijumpai adalah adanya dana abadi (perpetual
fund) yang diinvestasi pada instrumen keuangan dan menghasilkan pendapatan
sebesar i persen setiap periode waktu. Pada kasus seperti ini, jumlah uang yang akan
diperoleh dari dana abadi yang diinvestasikan tersebut setiap periode waktu untuk
jangka waktu tak terhingga dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (4.13).

Perlu diperhatikan bahwa nilai A pada Persamaan (4.13) merupakan bunga sederhana
yang dibayarkan kepada pemegang dana abadi dan P adalah besarnya dana abadi yang
diinvestasikan. Perlu pula diingat bahwa Persamaan (4.13) hanya berlaku apabila
semua pendapatan yang diperoleh dari bunga atau hasil investasi dana abadi
dikeluarkan dari sistem pembungaan atau dari investasi pada akhir setiap periode
sehingga jumlah dana abadi yang dibungakan atau diinvestasikan pada setiap awal
periode pembungaan selalu konstan.

Contoh 4.6
Sebuah yayasan pemberi beasiswa bagi mahasiswa berprestasi merencanakan untuk
menyediakan beasiswa untuk 200 mahasiswa dengan nilai nominal Rp 500 ribu pe
mahasiswa setiap bulan. Berapakah jumlah dana abadi yang harus dimiliki oleh
yayasan tersebut agar dapat memberi beasiswa dalam jumlah yang sama dalam jangka
waktu tak terhingga apabila tingkat suku bunga sebesar 1% per bulan.

Penyelesaian:

Jumlah dana beasiswa yang harus disediakan setiap bulan:

A = 200 mahasiswa x @Rp 500.000 = Rp 100.000.000.


118

Besarnya dana abadi (capitalized cost) yang harus dimiliki:

Contoh 4.7
Seorang pilantropis menyumbangkan uangnya sebesar Rp 25 milyar untuk dijadikan
dana abadi pada Yayasan Lingkungan Lestari. Dana tersebut diinvestasikan pada
sebuah perusahaan yang menjanjikan pembagian dividen sebesar 8 persen per tahun.
Berapa besar dividen yang akan diterima oleh yayasan tersebut setiap tahun?

Penyelesaian:
Besarnya dividen yang diterima setiap tahun:
A = P = i = Rp 25.000.000.000 x 0.08 Rp 2.000.000.000

Perhitungan nilai A dengan menggunakan Persamaan (4.13) seperti terlihat pada


Contoh 4.7 berlaku untuk situasi dimana bunga atau dividen yang diperoleh
dikeluarkan keseluruhannya dari investasi atau dari rekening yang memberikan bunga.
Dalam banyak situasi, dividen atau bunga yang diperoleh tidak dikeluarkan dari
sistem investasi atau dari rekening sehingga nilai pokok investasi atau nilai yang
terakumulasi dalam rekening meningkat sebesar bunga atau dividen yang dihasilkan
setiap periode pembungaan. Dengan demikian, besarnya bunga atau dividen yang
akan diterima setiap periode akan selalu meningkat.

Dalam analisis ekonomi teknik, kita lebih tertarik untuk mengetahui nilai ekuivalen
seragam setiap periode waktu (bulan atau tahun) dari keseluruhan bunga atau dividen
yang akan diperoleh selama periode waktu tertentu (misalnya selama n tahun). Dalam
hal ini, kita akan menghitung nilai ekuivalen seragam (A) apabila nilai P, i, dan n
diketahui. Misalnya, apabila seorang investor menginvestasikan uang sebesar P dalam
sebuah bisnis yang diperkirakan dapat berproduksi dan memberi keuntungan selama
15 tahun, maka investor tersebut ingin mengetahui besarnya dividen yang harus
diperoleh setiap tahun pada tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan
agar investasi yang dilakukan menguntungkan. Untuk kasus seperti ini, Persamaan
119

(4.10) dapat dimodifikasi untuk mendapatkan Persamaan (4.14) yang dapat digunakan
untuk menghitung nilai A apabila nilai P diketahui.

Pada Persamaan (4.14), faktor pengali yang tertera di dalam tanda kurung besar
dikenal dengan nama capital recovery factor (CRF) dan umumnya ditulis dalam
bentuk notasi standar (A/P, i%, n). Dengan demikian, Persamaan (4.14) dapat ditulis
seperti terlihat pada Persamaan (4.15), dimana nilai CRF dapat dihitung berdasarkan
formulasi CRF pada Persamaan (4.14) atau diperoleh dari tabel faktor bunga (interest
factor tables) yang diberikan pada lampiran.

A = P A/ P, i%, n (4.15)

Perhitungan nilai A pada berbagai nilai P, i, dan n dapat juga dilakukan dengan
menggunakan fungsi PMT dalam Microsoft Excel. Fungsi ini dapat dieksekusi dengan
mengetik perintah =PMT(rate,Nper,pv) dimana rate adalah tingkat suku bunga per
periode pembayaran (dalam persen), Nper adalah jumlah periode pembayaran, dan pv
adalah nilai sekarang dari investasi.
Contoh 4.8.

Seorang investor menawarkan kepada anda untuk ikut berinvestasi pada industry
pemurnian garam yang sedang dirintis. Investor tersebut menawarkan pembayaran
pengembalian modal dan keuntungan kepada anda dalam jumlah yang tetap selama
sepuluh tahun. Berapakah pembayaran yang anda akan terima setiap tahun apabila
anda menginvestasikan Rp 100 juta dan tingkat keuntungan yang dijanjikan sebesar
15% per tahun.
Penyelesaian:
120

Dengan menggunakan Persamaan (4.15) dan tabel faktor bunga:

A = P A/ P, 15%, 10 = 100.000.000 x 0.1993 = Rp 19.930.000

Dengan menggunakan fungsi PMT dalam Excel:

A = PMT(rate, nper, pv) = PMT(15%,10,100000000) = Rp 19.925.206,25

4.3. Hubungan antara pembayaran atau penerimaan seragam setiap periode (A)
dengan nilai yang akan datang (F)

Pada bagian sebelumnya, kita telah membahas hubungan antara pembayaran atau
penerimaan seragam setiap periode dengan nilai sekarang dari total angsuran seragam
tersebut. Pada bagian ini kita akan membahas hubungan antara pembayaran atau
penerimaan seragam setiap periode (A) dengan nilai yang akan datang (F) dari total
angsuran seragam yang dibayar atau diperoleh setelah pembayaran atau penerimaan
terakhir terjadi. Diagram hubungan antara A dan F dapat digambarkan seperti terlihat
pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Hubungan antara pembayaran atau penerimaan seragam (A) dengan nilai
yang akan datang (F).

Berdasarkan diagram arus kas pada Gambar 4.2, dapat dilihat bahwa pembayaran dari
suatu angsuran seragam dilakukan pada setiap akhir periode dan nilai F dihitung tepat
pada saat pembayaran terakhir dilakukan. Dengan demikian, nilai F dapat dihitung
dengan menjumlahkan nilai yang akan datang dari semua angsuran yang dibayarkan
setiap akhir periode. Dengan mengasumsikan bahwa setiap angsuran merupakan
sebuah pembayaran tunggal (single payment), maka persamaan yang diturunkan untuk
menggambarkan hubungan antara nilai sekarang (P) dengan nilai yang akan datang
121

(F) dapat digunakan untuk menghitung nilai F dari masing-masing angsuran seragam
yang dibayarkan setiap akhir periode. Apabila angsuran dilakukan selama n periode,
hubungan antara A dengan F dapat dilihat pada Gambar (4.3).

Gambar 4.3. Diagram cash flow dan nilai ekuivalen dari setiap angsuran.

Berdasarkan diagram aliran kas pada Gambar (4.3), maka nilai F dapat dihitung
sebagai berikut:

Apabila kedua ruas pada Persamaan (4.16) diatas dikalikan dengan (1+i) maka akan
diperoleh persamaan sebagai berikut:

dan apabila Persamaan (4.16) dikurangi dari Persamaan (4.17) maka akan diperoleh:

Dari Persamaan (4.18) dapat diperoleh persamaan yang menggambarkan hubungan


antara F dengan A sebagai berikut.
122

Faktor yang terdapat dalam tanda kurung besar pada persamaan di atas dikenal
dengan nama uniform series compund amount factor (USCAF) dan ditulis dengan
notasi standar (F/A, i%, n). Persamaan (4.19) dapat digunakan untuk menghitung nilai
F apabila nilai angsuran seragam (A), tingkat suku bunga per periode (i), dan jumlah
periode (n) diketahui.
Sesungguhnya, Persamaan (4.19) dapat juga diperoleh dengan menggabungkan
Persamaan (4.2) dan (4.10) sebagai berikut:

Dari kedua persamaan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

Sehingga,

Contoh 4.9
Misalkan anda menabung secara rutin sebesar Rp 100 ribu setiap bulan selama
sepuluh tahun pada sebuah bank yang memberlakukan tingkat suku bunga nominal
sebesar 6% per tahun. Hitung: (a) nilai tabungan pada rekening tersebut tepat setelah
anda melakukan setoran yang terakhir pada tahun ke sepuluh, dan (b) nilai tabungan
pada rekening tersebut apabila anda mempertahankan rekening tersebut tanpa
melakukan penyetoran dan penarikan selama sepuluh tahun berikutnya.

Penyelesaian:

Tingkat suku bunga per bulan (i) = 6/12 = 0.5%


123

Jumlah periode penyetoran tabungan (n) = 12 x 10 = 120


a) Jumlah tabungan dalam rekening tepat setelah dilakukan setoran terakhir pada
tahun ke sepuluh:

Dengan menggunakan fungsi FV(rate, nper, pmt, [pv], [type]) dalam Excel, yang
dieksekusi dengan menggunakan perintah dan input =FV(0.5%, 120, 100000),
diperoleh nilai yang sama.
b) Jumlah tabungan dalam rekening sepuluh tahun berikutnya (120 periode
pembungaan):

F = P (1 i)n = Rp 16.387.934,68 x (1 0.005)120 = Rp 29.816.154,84

Nilai yang sama akan diperoleh dengan menggunakan fungsi FV dalam Excel
dengan input sebagai berikut: FV(0.5%, 120, 0, 16387934.68).
Persamaan (4.19) dapat dimodifikasi sehingga dapat digunakan untuk menghitung
nilai A apabila nilai equivalen di masa yang akan datang (F), tingkat suku bunga (i),
dan jumlah periode (n) diketahui.

Pada Persamaan (4.20), faktor yang terdapat dalam tanda kurung besar dikenal
dengan nama uniform series sinking fund factor (USSFF) atau secara singkat dinamai
sinking fund factor dan ditulis dengan notasi standar (A/F, i%, n). Nilai faktor ini
dapat diperoleh dari tabel faktor bunga. Selain penyelesaian dengan menggunakan
Persamaan (4.20), nilai angsuran seragam (A) dapat juga dihitung dengan
menggunakan fungsi PMT dalam Excel. Fungsi ini dieksekusi dengan menggunaka
perintah =PMT(rate, nper, pv, [fv], [type]), dimana rate adalah tingkat suku bunga per
periode pembungaan (%), nper adalah jumlah periode angsuran, pv adalah nilai
sekarang (nilainya nol apabila tidak ada penerimaan atau pembayaran uang muka
(down payment) pada awal periode pertama), fv adalah nilai ekuivalen yang
dikehendaki setelah akhir periode ke-n, dan type adalah kode digit untuk saat
pembayaran setiap periode (0 untuk pembayaran setiap akhir periode dan 1 untuk
124

pembayaran pada setiap awal periode). Karena fungsi PMT dapat digunakan untuk
menghitung nilai A apabila nilai P atau nilai F diketahui, nilai parameter input yang
mutlak harus ada adalah rate, nper, dan pv sedang parameter input yang ada dalam
tanda kurung [ ] menunjukkan bahwa parameter tersebut dapat diabaikan. Misalnya,
untuk menghitung nilai A yang harus dibayarkan setiap akhir periode apabila nilai P
diketahui maka syntax yang digunakan adalah =PMT(rate, nper, pv) sedang untuk
menghitung nilai A apabila nilai F diketahui maka digunakan syntax =PMT(rate, nper,
pv, fv), dimana pv bernilai nol apabila tidak ada pembayaran uang muka atau tidak ada
saldo awal dalam rekening.

Dalam ilmu ekonomi teknik, sinking fund merupakan besarnya angsuran seragam
yang harus dikeluarkan setiap periode agar pada akhir periode ke-n nilai ekuivalen
dari keseluruhan pembayaran tersebut mencapai suatu nilai yang dikehendaki sebesar
F. Misalnya, untuk menjamin ketersediaan biaya kuliah anak saya yang sekarang
sedang berada di Taman Kanak-Kanak, maka saya harus menabung sebesar A setiap
bulan sehingga pada saat anak saya masuk ke perguruan tinggi dua belas tahun yang
akan datang akan tersedia uang yang cukup untuk perkuliahannya hingga selesai.

Contoh 4.10

Hasil analisis seorang konsultan menunjukkan bahwa penggantian mesin-mesin


produksi pada sebuah industri kecil akan lebih menguntungkan apabila proses
penggantian dilakukan setiap siklus delapan tahun dan pembelian mesin-mesin
tersebut dilakukan secara kontan dari uang kas perusahaan. Apabila harga pembelian
dan biaya instalasi mesin-mesin tersebut diperkirakan sebesar Rp 75 juta dan tingkat
suku bunga simpanan pada bank sebesar 8% per tahun, hitung:
(a) besarnya uang yang harus ditabung setiap akhir tahun (asumsikan tidak ada
saldo pada awal setiap siklus).
(b) besarnya uang yang harus ditabung setiap akhir tahun apabila perusahaan
tersebut memiliki saldo pada awal setiap siklus sebesar Rp 25 juta.

Penyelesaian:
(a) Diagram aliran kas pada kasus (a) untuk setiap siklus penggantian mesin dapat
digambar sebagai berikut:
125

Penyelesaian dengan menggunakan nilai uniform series compound amount factor


(USCAF) dari tabel faktor bunga memberikan nilai sebagai berikut:

A = F (A/ F, 8%, 8) = Rp 75.000.000 x (0.0940) = Rp 7.050.000

dan penyelesaian dengan menggunakan fungsi PMT dalam Excel dengan input
=PMT(rate, nper, pv, fv), dimana rate = 8%, nper = 8, pv = 0, dan fv = 75000000,
memberikan nilai A = 7.051.107,04.
(b) Diagram aliran kas pada kasus (b) untuk setiap siklus penggantian dapat digambar
sebagai berikut:

126

Penyelesaian dengan menggunakan tabel faktor bunga dapat dilakukan sebagai


berikut:

dan penyelesaian dengan menggunakan fungsi PMT dengan menggunakan input


=PMT(rate, nper, pv, fv), dimana rate = 8%, nper = 8, pv = - 25000000, dan fv =
75000000, memberikan nilai A = 2.700.738,03. Perlu diperhatikan bahwa nilai pv
diberi tanda minus (-) karena nilai ekuivalennya di masa yang akan datang (FP) akan
dikurangkan dari nilai uang yang dikehendaki tersedia setelah delapan tahun.

Contoh 4.11

Untuk menyediakan kebutuhan air bersih pada sebuah kota satelit yang sedang
dikembangkan, pemerintah merencanakan untuk membangun jaringan perpipaan
dengan perkiraan biaya sebagai berikut. Biaya awal Rp 15 milyar dan biaya
operasional pada lima tahun pertama sebesar Rp 500 juta per tahun dan pada tahuntahun
selanjutnya sebesar Rp 750 juta per tahun. Selain itu, diperkirakan bahwa akan
dibutuhkan biaya sebesar Rp 1,5 milyar setiap 15 tahun untuk perbaikan atau
penggantian pipa-pipa dan pompa yang rusak. Hitung capitalized cost dari proyek
tersebut pada tingkat suku bunga 14% per tahun.

Penyelesaian:

Pada kasus ini, capitalized cost dihitung berdasarkan total nilai sekarang dari biaya
awal (P1), nilai sekarang dari biaya operasional yang dikeluarkan setiap tahun (P2),
dan nilai sekarang dari biaya pemeliharaan dan penggantian yang dilakukan setiap 15
tahun (P3). P2 dihitung dengan menjumlahkan nilai sekarang dari biaya operasional
selama lima tahun pertama (menggunakan Persamaan 4.10 atau 4.11) dan nilai
sekarang dari biaya operasional pada tahun keenam hingga waktu tak terhingga
(menggunakan Persamaan (4.12) untuk menghitung nilai ekuivalen pada awal tahun
127

keenam dari keseluruhan biaya operasional dari tahun keenam hingga waktu tak
terhingga dan hasilnya dikalikan dengan nilai single payment present worth factor
(P/F, i%, n)). P3 dihitung dua tahap; tahap pertama dengan menghitung nilai
ekuivalen tahunan dari biaya pemeliharaan dan perbaikan yang akan dilakukan setiap
lima belas tahun (menggunakan Persamaan 4.20), dan tahap kedua dengan
menghitung nilai sekarang dari nilai ekuivalen tahunan tersebut (menggunakan
Persamaan 4.12).

Perlu diperhatikan bahwa capitalized cost yang dihitung pada contoh di atas
merupakan total anggaran biaya yang harus tersedia pada awal proyek sehingga biaya
investasi awal juga diperhitungkan dalam perhitungan. Setelah tahap pengerjaan
proyek selesai, biaya yang harus ditanggung adalah biaya operasional setiap tahun dan
biaya pemeliharaan, perbaikan, dan penggantian komponen-komponen yang rusak
setiap lima belas tahun. Agar anggaran untuk menanggulangi biaya-biaya tersebut
tersedia, harus tersedia dana abadi yang akan menghasilkan pendapatan yang setara
dengan total kebutuhan biaya operasional dan biaya pemeliharaan dan penggantian
komponen. Besarnya dana abadi tersebut sama dengan selisih antara total capitalized
cost dengan biaya awal atau sebesar Rp 4.743.442.857.
4.4. Arithmetic Gradient
Arithmetic gradient merupakan suatu bentuk aliran kas (pendapatan atau pengeluaran)
dimana nilai dari aliran kas tersebut berubah dalam jumlah yang tetap dari satu
periode ke periode berikutnya. Perubahan ini dapat dalam bentuk peningkatan
maupun penurunan. Besarnya perubahan seragam aliran kas dari satu periode ke
periode berikutnya dinamai gradien; dan karena besarnya seragam (konstan) dari satu
128

periode ke periode berikutnya maka disebut juga uniform gradient. Misalnya, apabila
manajemen sebuah pabrik memperkirakan bahwa biaya perbaikan dan pemeliharaan
mesin-mesin produksi akan meningkat sebesar Rp 15 juta setiap tahun, maka
perhitungan biaya melibatkan arus kas yang meningkat secara seragam setiap tahun.
Apabila diperkirakan bahwa pabrik akan mengalami penurunan pendapatan sebesar
Rp 25 juta per tahun beberapa tahun ke depan akibat masuknya kompetitor baru,
maka kita diperhadapkan pada suatu aliran kas yang besarnya menurun dalam jumlah
yang tetap setiap tahun (negative gradient) selama periode tersebut.

Dalam mengembangkan formula untuk aliran kas yang berubah secara seragam dari
satu periode ke periode berikutnya, umumnya diasumsikan bahwa aliran kas
(pendapatan atau pengeluaran) pada tahun pertama merupakan aliran kas dasar (base
payment atau base income) yang didalamnya tidak mengandung gradien. Aliran kas
pada periode kedua dan seterusnya merupakan gabungan antara aliran kas dasar dan
besarnya perubahan yang merupakan kelipatan dari gradien. Diagram cash flow untuk
aliran kas yang nilainya berubah dalam jumlah yang tetap setiap periode serta diagram
cash flow ekuivalennya dapat dilihat pada Gambar (4.4).

Gambar 4.4. Diagram untuk aliran kas dalam bentuk arithmatic gradient serta
diagram aliran kas ekuivalennya.
Gambar 4.4 memperlihatkan bahwa aliran kas yang nilainya berubah dalam jumlah
yang tetap dari satu periode ke periode berikutnya dapat diwakili oleh dua diagram
aliran kas, dimana diagram pertama menggambarkan aliran kas seragam dan diagram
kedua menggambarkan aliran kas yang berubah dalam jumlah yang seragam (G).
Dengan demikian, nilai ekuivalen saat ini (P) dan nilai ekuivalen pada satu titik waktu
dimasa yang akan datang (F) dari suatu aliran kas yang berubah dalam jumlah yang
tetap dari satu periode ke periode berikutnya dapat dihitung sebagai berikut:
129

P = PA PG = A(P / A,i%, n) G(P /G,i%, n) (4.21)

F = FA FG = A(F / A,i%, n) G(F /G,i%,n) (4.22)

dimana suku pertama pada ruas sebelah kanan mewakili kontribusi dari serangkaian
aliran kas seragam (A) sedang suku kedua mewakili kontribusi dari aliran kas yang
berubah dalam jumlah yang tetap (G). Formula untuk menghitung nilai beberapa
faktor yang berhubungan dengan aliran kas seragam seperti uniform series present
worth factor (USPWF) yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang (P) dan
uniform series compound amount factor (USCAF) yang digunakan untuk menghitung
nilai yang akan datang (F) dari suatu aliran kas seragam telah diturunkan pada bagian
sebelumnya. Formula untuk menghitung nilai faktor-faktor yang berhubungan dengan
arithmatic gradient atau uniform gradient akan diturunkan pada bagian ini. Dalam hal
ini, kita dapat menggunakan berbagai formula yang telah diturunkan sebelumnya
seperti formula single payment present worth factor (SPPWF), single payment
compound amount factor (SPCAF), uniform series present worth factor (USPWF),
dan uniform series compound amount factor (USCAF) sebagai dasar formulasi.
Dengan menggunakan formula nilai sekarang (present worth) dari suatu aliran kas
tunggal, total nilai sekarang dari serangkaian aliran kas seperti terlihat pada diagram
ketiga pada Gambar 4.4 dapat dihitung sebagai berikut.

P = 0 G(P / F,i%, 2) 2G(P / F,i%,3) 3G(P / F,i%,4) .... (n 1)G(P / F,i%,n)

Perlu diperhatikan bahwa formulasi di atas didasarkan pada perhitungan nilai


sekarang (P) dari aliran kas yang akan terjadi dimasa yang akan datang (F). Dalam
hal ini, nilai kelipatan dari gradient (G) dipandang sebagai aliran kas yang akan
terjadi pada masa yang akan datang. Perlu juga diperhatikan bahwa formulasi di atas
didasarkan pada aliran kas pada diagram ketiga dalam Gambar 4.4 yang memiliki
nilai 0 pada akhir tahun pertama, 1G pada akhir tahun kedua, 2G pada akhir tahun
ketiga, 3G pada akhir tahun keempat, 4G pada akhir tahun kelima, dan (n-1)G pada
akhir tahun ke-n. Apabila notasi single payment present worth factor (P/F, i%, n)
pada formulasi di atas disubstitusi dengan formula single payment present worth
factor pada Persamaan 4.2, maka diperoleh:
130

Persamaan (4.23) dapat disederhanakan sebagai berikut:

Apabila kedua sisi dikalikan dengan (1+i), maka akan diperoleh Persamaan (4.25).

Penyederhanaan selanjutnya dapat dilakukan dengan mengurangkan Persamaan (4.24)


dari Persamaan (4.25) sehingga diperoleh formulasi berikut:

Perlu diingat bahwa deret yang berada dalam tanda kurung besar pada formulasi di
atas adalah uniform series present worth factor pada Persamaan (4.7) dan bentuk
sederhananya disajikan pada Persamaan (4.10). Dengan demikian, persamaan di atas
dapat ditulis menjadi:
131

dimana faktor yang terdapat di dalam tanda kurung besar dikenal dengan nama
arithmetic gradient present worth factor dan ditulis dengan notasi standar (P/G, i%,
n). Oleh karena itu, untuk suatu aliran kas yang mengandung komponen aliran kas
seragam dan aliran kas yang berubah dalam jumlah yang tetap dari satu periode ke
periode berikutnya, persamaan untuk menghitung nilai sekarang (P) dari aliran kas
tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

Perlu dicatat bahwa persamaan-persamaan yang telah diturunkan di atas hanya


berlaku apabila aliran kas dapat diwakili oleh komponen aliran kas seragam yang
terjadi setiap akhir periode, mulai dari tahun pertama hingga tahun ke-n, dan gradient
mulai pada akhir tahun kedua hingga tahun ke-n seperti terlihat pada Gambar 4.4.

Contoh 4.12

Hasil analisis perkiraan pendapatan sebuah industri yang baru dirintis menunjukkan
bahwa total pendapatan akan meningkat sebesar Rp 35 juta per tahun mulai tahun ini
hingga lima tahun yang akan datang. Apabila total pendapatan tahun ini diperkirakan
sebesar Rp 175 juta, hitung nilai sekarang dari keseluruhan pendapatan selama lima
tahun ke depan. Asumsikan tingkat suku bunga sebesar 12% per tahun.

Penyelesaian:

Diagram total pendapatan setiap tahun selama lima tahun ke depan serta diagram
aliran kas ekuivalennya dapat dilihat pada gambar di bawah.
Dengan menggunakan Persamaan (4.27), nilai sekarang dari perkiraan total
pendapatan dalam lima tahun ke depan dapat dihitung sebagai berikut:
132

Dengan menggunakan tabel faktor bunga, diperoleh penyelesaian sebagai berikut:

Dapat dilihat bahwa terdapat sedikit perbedaan antara hasil perhitungan langsung dari
Persamaan (4.27) dengan hasil perhitungan berdasarkan nilai (P/A) dan (P/G) dari
tabel faktor bunga. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh pembulatan nilai-nilai factor
dalam tabel faktor bunga.
Perlu diperhatikan bahwa Persamaan (4.21) dan (4.27) berlaku apabila perubahan
aliran kas bernilai positif, yaitu aliran kas meningkat dalam jumlah yang tetap dari
satu periode ke periode berikutnya. Apabila perubahan tersebut bernilai negatif (nilai
aliran kas menurun), Persamaan (4.21) dan (4.27) menjadi:
133

Contoh 4.13
Indotama Textile melakukan penggantian mesin tenun secara bertahap dalam lima
tahun kedepan untuk mengurangi waktu tidak beroperasinya mesin (machine
downtime) akibat kerusakan. Penggantian mesin secara bertahap tersebut juga akan
mengurangi secara bertahap biaya pemeliharaan dan perbaikan. Hitung nilai ekuivalen
saat ini (P) dari biaya perbaikan dalam lima tahun kedepan apabila perkiraan biaya
perbaikan seperti terlihat padaTabeldi bawah. Asumsikan i = 10% per tahun.

Tahun Biaya Perbaikan Gradient


1 270.000.000
2 215.000.000 -55.000.000
3 160.000.000 -55.000.000
4 105.000.000 -55.000.000
5 50.000.000 -55.000.000

Penyelesaian:
Diagram aliran kas untuk proyeksi biaya pemeliharaan dan perbaikan dapat
digambarkan sebagai berikut:
134

Dengan demikian, nilai sekarang dari perkiraan biaya perawatan dan perbaikan
selama lima tahun ke depan adalah Rp 646,1133 juta. Metode lain yang dapat
digunakan untuk menghitung nilai P adalah dengan menghitung nilai sekarang dari
biaya pemeliharaan dan perbaikan setiap tahun kemudian menjumlahkan hasilnya.
Dalam hal ini, kita dapat menggunakan Persamaan (4.3).

Dapat dilihat dari hasil perhitungan bahwa kedua cara perhitungan memberikan hasil
yang sama. Dengan demikian, formulasi yang diturunkan untuk arithmatic gradient
sudah tepat.

Hubungan antara nilai gradient (G) dengan nilai yang akan datang (F) dapat
diturunkan dengan menggunakan Persamaan (4.2) dan Persamaan (4.26). Dari kedua
persamaan tersebut diketahui bahwa:

Faktor yang terdapat dalam tanda kurung besar pada Persamaan (4.30) dikenal dengan
nama arithmetic gradient compound amount factor atau arithmetic gradient future
worth factor. Perlu diingat bahwa nilai F yang dihitung pada Persamaan (4.30) hanya

135

didasarkan pada komponen gradient dari suatu aliran kas yang berubah dalam jumlah
yang tetap dari satu periode ke periode berikutnya. Oleh karena itu, untuk suatu aliran
kas yang dapat dibagi menjadi komponen aliran kas seragam dan komponen aliran kas
yang mewakili gradient (G) seperti terlihat pada Gambar 4.4, persamaan untuk
menghitung nilai yang akan datang (F) dari aliran kas tersebut dapat ditulis seperti
terlihat pada Persamaan (4.31).

Perlu pula diperhatikan bahwa Persamaaan (4.22) dan (4.31) hanya berlaku apabila
nilai aliran kas meningkat dalam jumlah yang tetap dari satu periode ke periode
berikutnya (positive gradient). Apabila nilai aliran kas menurun setiap periode
(negative gradient), Persamaan (4.22) dan (4.31) masing-masing berubah menjadi:

Contoh 4.14
Untuk aliran kas pada Contoh 4.12, hitung nilai ekuivalen aliran kas tersebut pada
akhir tahun kelima.
Penyelesaian:
Diagram aliran kas pada Contoh 4.12 dimodifikasi untuk memperlihatkan bahwa nilai
yang akan dihitung adalah nilai F.
136

Untuk membuktikan kebenaran formulasi dan hasil perhitungan, nilai F dapat juga
dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.6) yaitu dengan mengalikan nilai P yang
diperoleh pada Contoh 4.12 dengan nilai dari single payment compound amount
factor.

Contoh 4.15
Untuk soal pada Contoh 4.13, hitung nilai ekuivalen dari biaya pemeliharaan dan
perbaikan pada akhir tahun kelima sejak dimulainya kegiatan penggantian mesin.

Penyelesaian:

Diagram aliran kas untuk menghitung nilai F dari biaya pemeliharaan dan perbaikan
mesin selama lima tahun ke depan digambarkaan sebagai berikut.

Nilai F dapat dihitung dengan menggunaakan Persamaan (4.33)


137

Hasil di atas menunjukkan bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan selama lima
tahun ke depan ekuivalen dengan Rp 1.040.572.000 lima tahun yang akan datang.
Selain menggunakan Persamaan (4.33), nilai F dapat juga dihitung dengan
menjumlahkan nilai yang akan datang dari biaya pemeliharaaan dan perbaikan pada
masing-masing tahun dengan menggunakan Persamaan (3.6). Perlu diperhatikan pada
diagram aliran kas bahwa jarak antara akhir tahun pertama dengan akhir tahun kelima
adalah empat tahun (n=4), jarak antara akhir tahun kedua dengan akhir tahun kelima
adalah tiga tahun (n=3), jarak antara akhir tahun ketiga dengan akhir tahun kelima
adalah dua tahun (n=2), dan jarak antara akhir tahun keempat dengan akhir tahun
kelima adalah satu tahun (n=1). Waktu perhitungan biaya perawatan dan perbaikan
pada tahun kelima bertepatan dengan waktu perhitungan nilai F sehingga jarak waktu
antara perhitungan biaya perawatan pada tahun kelima dengan perhitungan nilai F
adalah nol (n=0). Nilai-nilai ini digunakan pada Persamaan (3.6) sebagai berikut.

Hasil di atas menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh dengan menggunakan


Persamaan (4.33) dan Persamaan (3.6) sama.

Hubungan antara nilai gradient (G) dengan nilai aliran kas seragam (A) dapat
diturunkan dengan menggunakan Persamaan (4.10) dan Persamaan (4.26). Dari kedua
persamaan tersebut diketahui bahwa:

seingga
138

Faktor yang terdapat dalam tanda kurung besar pada Persamaan (4.34) dinamai
arithmetic gradient uniform series factor dan uniform gradient annual worth factor
dan ditulis dengan notasi (A/G, i%, n). Perlu pula dicatat bahwa nilai A yang dihitung
pada Persamaan (4.34) hanya didasarkan pada komponen gradient dari suatu aliran
kas yang berubah dalam jumlah yang tetap dari satu periode ke periode berikutnya.
Oleh karena itu, untuk suatu aliran kas yang dapat diwakili oleh komponen aliran kas
seragam (base payment atau base income) dan komponen aliran kas yang mewakili
gradient seperti terlihat pada Gambar 4.4, persamaan untuk menghitung nilai
ekuivalen pembayaran seragam (A) dari aliran kas tersebut dapat ditulis seperti
terlihat pada Persamaan (4.35).

Pada Persamaan (4.35), A' adalah komponen dari aliran kas yang diwakili oleh aliran
kas dasar (base payment atau base income) yang didalamnya tidak mengandung
gradient. Nilai dari aliran kas dasar ini diambil dari besarnya pembayaran atau
penerimaan pada periode pertama. Perlu dicatat bahwa Persamaan (4.35) berlaku
apabila nilai aliran kas meningkat dalam jumlah yang sama (positive gradient) dari
satu periode ke periode berikutnya. Apabila nilai dari aliran kas menurun dalam
jumlah yang tetap (negative gradient) dari satu periode ke periode berikutnya,
persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung nilai A adalah sebagai berikut.
139

Contoh 4.16
Untuk aliran kas pada Contoh 4.12, hitung nilai ekuivalen seragam setiap periode
(annual uniform worth) dari aliran kas tersebut.

Penyelesaian:
Aliran kas dasar (base payment) = Rp 175.000.000
Gradient = Rp 35.000.000
Dengan menggunakan Persamaan (4.36), diperoleh:

Dengan menggunakan nilai faktor A/G pada tabel faktor bunga, diperoleh:

Kebenaran formulasi dan hasil perhitungan dapat diverfikasi dengan menghitung nilai
ekuivalen pada tahun ke-nol (P) dan nilai ekuivalen pada akhir tahun kelima (F)
berdasarkan nilai aliran kas seragam (A) yang diperoleh. Hasil dari masing-masing
perhitungan harus sama dengan hasil yang diperoleh pada Contoh 4.12 dan 4.13.
Dari Persamaan (4.10):

Dengan menggunakan tabel faktor bunga:

Dari Persamaan (4.19):


140

Dengan menggunakan tabel faktor bunga:

Contoh 4.17
Untuk soal pada Contoh 4.13, hitung nilai ekuivalen seragam setiap periode (annual
uniform worth) dari biaya pemeliharaan dan perbaikan.

Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan (4.36):

Selain menggunakan Persamaan (4.36), nilai A dapat juga dihitung dengan


menggunakan Persamaan (4.14) dan nilai P yang diperoleh pada Contoh 4.13 atau
dengan menggunakan Persamaan (4.20) dan nilai F yang diperoleh pada Contoh 4.15.

Dengan menggunakan Persamaan (4.14) dan nilai P = Rp 646.113.300,

Dengan menggunakan Persamaan (4.20) dan nilai F = Rp 1.040.572.000,


141

Hasil-hasil perhitungan pada Contoh 4.12, 4.14, dan 4.16 menunjukkan hasil yang
konsisten, demikian juga dengan hasil perhitungan pada Contoh 4.13, 4.15, dan 4.17.

4.5. Geomethric Gradient (Escalating Series)


Pada Bagian 4.4, kita telah menurunkan formulasi untuk pola aliran kas yang
meningkat dalam jumlah yang seragam dari satu periode ke periode berikutnya.
Dalam dunia bisnis atau manufacturing, sering ditemukan situasi dimana aliran kas
berubah pada tingkat atau persentase yang relatif konstan dari satu periode ke periode
berikutnya. Misalnya, keuntungan bersih dari sebuah bisnis baru (start-up enterprise)
diperkirakan naik sekitar g (dalam persen) per tahun. Apabila keuntungan bersih pada
tahun pertama diperkirakan sebesar B1, maka perkiraan keuntungan bersih setiap
tahun dalam lima tahun pertama dapat dilihat pada tabel di bawah.

Bentuk diagram untuk aliran kas yang berubah dalam persentase yang tetap dari satu
periode ke periode berikutnya (geometric gradient) dapat dilihat pada Gambar 4.5.
142

Formula untuk menghitung nilai sekarang dari semua aliran kas (penerimaan atau
pengeluaran) yang akan diterima setiap tahun selama n tahun yang akan datang dapat
diturunkan dengan memandang bahwa aliran-aliran kas tersebut merupakan aliran kas
pembayaran tunggal (single payment cash flow) yang terjadi setiap tahun. Dengan
demikian, nilai sekarang dari keuntungan yang diperoleh atau biaya yang dikeluarkan
setiap tahun dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (4.2) dan total nilai
sekarang dari keseluruhan keuntungan selama n tahun dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (4.3). Dengan mensubstitusi nilai F pada Persamaan (4.3)
dengan nilai pada tabel di atas, maka Persamaan (4.3) dapat ditulis menjadi:

atau

Persamaan (4.37) dapat disederhanakan dengan mengalikan kedua sisi dengan


(1+g)/(1+i).

Apabila Persamaan (4.37) dikurangkan dari Persamaan (4.38) maka diperoleh:

Persamaan di atas dapat disederhanakan sebagai berikut:


143

Dengan demikian,

Faktor yang terdapat di dalam tanda kurung besar dikenal dengan nama geometric
series present worth factor dan ditulis dengan notasi P / A, g,i, n. Untuk kasus dimana

g = i , Persamaan (4.39) dapat dimodifikasi dengan menggunakan LHospital rule.

Contoh 4.18

Divisi Sales & Marketing sebuah pabrik manufacturing memperkirakan bahwa


keuntungan bersih perusahaan akan meningkat sebesar 20% per tahun dalam lima
tahun mendatang. Apabila keuntungan bersih pada tahun berjalan (Tahun 2012)
sebesar Rp 500 juta, hitung nilai sekarang dari seluruh keuntungan bersih yang akan
diterima dalam lima tahun (2012 - 2016) apabila tingkat suku bunga 13% per tahun.
Penyelesaian:
Pada soal ini, g = 20%, i = 13%, B1 = Rp 500 juta, dan n = 5 tahun. Dengan
menggunakan Persamaan (4.39), diperoleh:
144

Cara lain yang dapat digunakan untuk mencari nilai sekarang dari keseluruhan
keuntungan bersih yang akan diperoleh selama lima tahun adalah dengan menghitung
nilai sekarang dari keuntungan bersih setiap tahun. Dalam hal ini, kita dapat
mengggunakan Persamaan (4.3) sebagai berikut:

dimana F1, F2, F3, F4, dan F5 adalah keuntungan bersih yang akan diperoleh setiap
tahun dan i = 0.13 atau 13%. Dengan menggunakan nilai g = 0.2 (20%), nilai dari
keuntungan bersih setiap tahun dihitung sebagai berikut:

Dengan memasukkan nilai-nilai tersebut ke dalam Persamaan (4.3) diperoleh nilai P


yang sama yaitu Rp 2.504.002.885.
Formulasi untuk menghitung nilai yang akan datang (F) dari aliran kas yang berubah
(meningkat atau menurun) dengan persentase yang tetap dapat diturunkan dengan
menggunakan Persamaan (4.39) dan (4.2). Dari kedua persamaan tersebut, diketahui
bahwa:

Dengan demikian,

sehingga:
145

Contoh 4.19
Tentukan nilai ekuivalen pada akhir tahun kelima dari keseluruhan keuntungan yang
diperoleh setiap tahun pada Contoh 4.18.

Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan (4.41):

Perhitungan nilai F dapat juga dilakukan dengan menggunakan nilai P yang dihitung
dari Persamaan (4.39) dan Persamaan (3.6) kemudian digunakan untuk menghitung
nilai F.

Perlu diperhatikan bahwa nilai-nilai yang dihitung dengan menggunakan formulasi


dan cara yang berbeda memberikan hasil yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa
formulasi yang telah dikembangkan akurat.
Formulasi yang menggambarkan hubungan antara nilai g dengan nilai ekuivalen
tahunan (A) dapat juga diturunkan berdasarkan hubungan antara nilai sekarang (P)
dengan nilai ekuivalen tahunan (A) pada Persamaan (4.10) dan hubungan antara nilai
sekarang (P) dengan g pada Persamaan (4.39).

Dari kedua persamaan di atas, kita dapat menulis:


146

dan

Contoh 4.20
Tentukan nilai ekuivalen tahunan (uniform annual worth) dari keuntungan yang
diperoleh setiap tahun pada Contoh 4.18.

Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan (4.42) diperoleh:

Selain dengan menggunakan Persamaan (4.42), nilai A dapat juga diperoleh dengan
menggunakan Persamaan (4.14) dan nilai P yang diperoleh pada Contoh 4.18.

Hasil yang sama dapat juga diperoleh dengan menggunakan Persamaan (4.20) dan
nilai F yang diperoleh pada Contoh 4.19.

Persamaan-persamaan geometric gradient yang telah diturunkan sebelumnya berlaku


apabila aliran kas bertambah dalam persentase yang tetap dari satu periode ke periode
berikutnya. Apabila aliran kas (pemasukan atau pengeluaran) turun sebesar g% setiap
147

periode dan aliran kas pada tahun pertama diperkirakan sebesar B1, maka perkiraan
aliran kas setiap tahun dalam lima tahun pertama dapat dilihat pada tabel di bawah.

Bentuk diagram untuk aliran kas yang menurun dalam persentase yang tetap dari satu
periode ke periode berikutnya (geometric gradient) dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Diagram aliran kas untuk aliran kas menurun dalam bentuk
Geometric gradient.

Formula untuk menghitung nilai sekarang dari aliran kas menurun yang berbentuk
geometric gradient dapat diturunkan dengan menggunakan pendekatan yang
digunakan pada saat kita menurunkan persamaan geometric gradient untuk aliran kas
meningkat. Dalam hal ini, kita memandang bahwa setiap aliran kas yang terjadi setiap
periode waktu merupakan aliran kas tunggal (single cash flow). Dengan demikian,
nilai sekarang dari setiap aliran kas tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan (4.2) dan total nilai sekarang dari keseluruhan aliran kas selama n tahun
dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (4.3). Dengan mensubstitusi nilai F
pada Persamaan (4.3) dengan nilai aliran kas pada tabel di atas, maka Persamaan (4.3)
dapat ditulus menjadi:
148

Persamaan (4.43) dapat disederhanakan dengan mengalikan kedua sisi dengan (1-
g)/(1+i).

Apabila Persamaan (4.43) dikurangkan dari Persamaan (4.44) maka diperoleh:

Persamaan di atas dapat disederhanakan sebagai berikut:

Dengan demikian,
149

Contoh 4.21
Penghasilan bersih sebuah perusahaan penggergajian kayu diperkirakan akan
berkurang sebesar 15% per tahun akibat semakin berkembangnya penggunaan rangka
baja ringan dalam konstruksi bangunan. Apabila keuntungan bersih tahun ini
diperkirakan sebesar Rp 400 juta, hitung nilai sekarang dari keseluruhan keuntungan
bersih selama lima tahun ke depan. Asumsikan tingkat suku bunga 10% per tahun.

Penyelesaian:
Diketahui: B1 = Rp 400 juta, g = 0.15, i = 0.1, dan n=5. Nilai sekarang (P) dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan (4.45) sebagai berikut.

Nilai P dapat juga dihitung dengan menghitung nilai sekarang dari setiap aliran kas
(keuntungan bersih pada masing-masing tahun) kemudian menjumlahkan hasilnya.
Dengan menggunakan Persamaan (4.2) untuk menghitung nilai P dari keuntungan
bersih pada tahun pertama hingga kelima. Dari Persamaan (4.2), diketahui bahwa:
; dimana n adalah jarak waktu antara saat terjadinya aliran kas (akhir

setiap periode) dengan saat perhitungan nilai sekarang (umumnya diambil akhir
periode ke-0). Dengan demikian,

Sehingga
150

Formulasi untuk menghitung nilai yang akan datang atau nilai ekuivalen setelah n
periode (bulan atau tahun) dapat diperoleh berdasarkan Persamaan (4.2) dan (4.45).
Dari kedua persamaan tersebut, diketahui bahwa:

Dengan demikian,

atau

Contoh 4.22
Untuk soal pada Contoh (4.21), hitung nilai ekuivalen dari total pendapatan bersih
setelah lima tahun.

Penyelesaian:
Dengan menggunakan Persamaan (4.46), diperoleh:

Nilai F dapat juga dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.6) dan nilai P yang
dihitung pada Contoh 4.21.

Formulasi yang menggambarkan hubungan antara nilai g dengan nilai ekuivalen


tahunan (A) dapat juga diturunkan berdasarkan hubungan antara nilai sekarang (P)
151

dengan nilai ekuivalen tahunan (A) pada Persamaan (4.10) dan hubungan antara nilai
sekarang (P) dengan g pada Persamaan (4.45).

Dari kedua persamaan di atas, kita dapat menulis:

Contoh 4.23
Untuk soal pada Contoh 4.21, hitung nilai ekuivalen tahunan (A) dari keuntungan
bersih selama lima tahun.

Penyelesaian:
Dengan menggunakan nilai B1 = Rp 400.000.000, i = 0.1, g = 0.15, dan n = 5, maka:

Selain menggunakan Persamaaan (4.47), nilai A dapat juga diperoleh dengan


menggunakan Persamaan (4.14) dan nilai P yang diperoleh pada Contoh 4.21.
152

Cara lain untuk mendapatkan nilai A adalah dengan menggunakan Persamaan (4.20)
dan nilai F yang diperoleh pada Contoh 4.22.

Penting untuk diperhatikan bahwa hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan


dan metode perhitungan yang berbeda memberikan hasil yang sama. Hal ini
menunjukkan bahwa formulasi-formulasi yang telah dikembangkan sudah tepat.

Soal Latihan

4-1. Seorang karyawan BUMN merencanakan untuk memulai sebuah usaha baru
pada saat ia pensiun 25 tahun yang akan datang. Modal awal yang akan
dibutuhkan untuk memulai usaha tersebut diperkirakan sebesar Rp 250 juta.
Dengan mengasumsikan bahwa tingat suku bunga 0,5% per bulan, hitung:
a) Jumlah uang yang harus ditabung setiap bulan (seragam setiap bulan) agar
tersedia uang sebesar Rp 250 juta tepat pada saat karyawan tersebut
pensiun.
b) Jumlah uang yang harus didepositokan atau ditabung sekaligus saat ini
agar tersedia uang sebesar Rp 250 juta tepat pada saat karyawan tersebut
pensiun.
4-2. Sebuah perusahaan franchise, Delicious Burger, menyewa tempat pada sebuah
kompleks perbelanjaan selama sepuluh tahun dengan nilai kontrak Rp 45 juta
per tahun. Apabila perusahaan tersebut memutus kontrak sewa pada tahun
ketujuh (setelah enam kali pembayaran sewa), tentukan nilai sisa konstrak yang
harus dibayar pada saat pemutusan kontrak apabila tingkat suku bunga 13% per
tahun.
4-3. Misalkan anda bekerja paru waktu pada sebuah perusahaan konsultan
perencana dan mendapatkan gaji sebesar Rp 2.000.000 per bulan. Apabila 50%
dari gaji tersebut anda tabung pada sebuah bank yang memberikan bunga
sebesar 9% per tahun dengan periode pembungaan setiap bulan, tentukan
jumlah anda dalam rekening tabungan tersebut setelah lima tahun.
153

4-4. Apabila anda telah menginvestasikan Rp 50 juta pada sebuah usaha dan usaha
tersebut telah memberi keuntungan bersih sebesar Rp 15 juta pada tahun
pertama, Rp 20 juta pada tahun kedua, dan Rp 24 juta pada tahun ketiga,
apakah modal yang anda investasikan telah kembali secara keseluruhan setelah
tiga tahun? Kalau belum, berapa keuntungan bersih minimal pada tahun
keempat agar modal tersebut kembali secara keseluruhan? Asumsikan tingkat
suku bunga 15% per tahun.
4-5. Sebuah perusahaan manufacturing berhasil melepas tiga produk baru ke pasar.
Ketiga produk tersebut diperkirakan akan mampu meningkatkan nilai total
penjualan menjadi Rp 30 milyar enam tahun ke depan. Apabila total penjualan
tahun ini sebesar Rp 12 milyar, tentukan nilai dari total penjualan setiap tahun
serta gambarkan diagram cash flow untuk enam tahun ke depan apabila
besarnya kenaikan nilai penjualan diperkirakan tetap (uniform) setiap tahun
selama periode tersebut.
4-6. Sebuah perusahaan penyewaan alat-alat berat memiliki sebuah mesin loader
yang dibeli dengan harga Rp 1,4 milyar. Catatan menunjukkan bahwa biaya
operasional dan perawatan mesin loader tersebut Rp 35 juta per tahun dan
biaya perbaikan menyeluruh (overhaul) pada tahun keempat setelah pembelian
menelan biaya Rp 65 juta. Hitung nilai ekuivalen seragam per tahun dari
keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan untuk mesin loader tersebut.
4-7. Apabila dana untuk pembelian mesin loader pada Soal 4-6 diperoleh melalui
kredit perbankan dengan tingkat suku bunga 15% per tahun, tentukan berapa
kali pembayaran cicilan harus dilakukan apabila pembayaran tersebut
dilakukan setiap akhir tahun dengan jumlah tetap sebesar Rp 399.127.855 dan
penyicilan pertama dilakukan pada akhir tahun ketiga.
4-8. PT Eastern Construction yang baru didirikan akan meminjam modal dari
sebuah bank sebesar Rp 25 milyar dengan beban bunga sebesar 8% per tahun.
Apabila pembayaran pokok utang beserta bunganya harus dilakukan setiap
akhir tahun selama 12 tahun, berapa besar pembayaran yang harus dilakukan
setiap tahun?
4-9. Nilai Dana Abadi sebuah yayasan sosial diperkirakan akan meningkat menjadi
Rp 25 milyar 15 tahun yang akan dating apabila dana tersebut diinvestasikan
154

pada sebuah bisnis berbasis shariah yang akan menghasilkan keuntungan


sebesar 5% per tahun. Tentukan nilai sekarang dari Dana Abadi tersebut.
4-10. Seorang penjual bakso menabung secara rutin setiap bulan sebesar Rp 500 ribu
rupiah. Apabila tabungan tersebut mendapatkan bunga sebesar 0.5% setiap
bulan, tentukan nilai tabungan tersebut setelah 10 tahun.
4-11. Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya operasional sebuah pabrik akan turun
sebesar Rp 600 juta per tahun selama sepuluh tahun ke depan apabila dilakukan
penggantian pada mesin-mesin yang sudah tua. Apabila tingkat suku bunga
sebesar 8% per tahun, hitung:
a) Nilai sekarang dari keseluruhan penghematan yang akan diperoleh selama
periode sepuluh tahun tersebut.
b) Nilai nilai ekuivalen dari keseluruhan penghematan yang akan diperoleh
selama periode sepuluh tahun pada akhir tahun ke sepuluh.
4-12. Seorang investor menginvestasikan sejumlah uang pada PT DTM Industries
Tbk pada Tahun 2000 dan menerima dividen sebagai berikut.
Tahun Jumlah Dividen (Rp) Tahun Jumlah Dividen (Rp)
2001 27.000.000 2006 30.000.000
2002 31.500.000 2007 35.000.000
2003 24.000.000 2008 41.000.000
2003 26.000.000 2009 52.000.000
2005 37.000.000 2010 46.000.000

Apabila investor tersebut mendepositokan dividen yang diperoleh dari DTM


Industries pada tahun-tahun dengan digit terakhir bernilai ganjil (tahun 2001,
2003, 2005, 2007, dan 2009), gambarkan diagram aliran kas pada rekening
deposito tersebut serta tentukan nilai deposito tersebut pada akhir Tahun 2010.
Asumsikan tingkat suku bunga deposito 8% per tahun.
4-13. Apabila investor pada Soal 4-12 mendepositokan 50% dari dividen yang
diterima setiap tahun, hitung nilai deposito tersebut pada akhir Tahun 2010.
Asumsikan tingkat suku bunga deposito 8% per tahun.
4-14. Tentukan nilai tahunan seragam (uniform annual value) dari dividen yang
diperoleh oleh investor pada Soal 4-12.
4-15. Untuk mendapatkan handphone yang sangat diinginkan, seorang mahasiswa
memutuskan untuk mulai menabung secara rutin setiap bulan selama dua tahun
155

(24 bulan) sehingga pada akhir bulan ke-24 jumlah uang dalam tabungannya
mencapai minimal Rp 7 juta. Tentukan jumlah minimum yang harus ditabung
setiap bulan apabila tingkat suku bunga tabungan tersebut sebesar 0,5% per
bulan.
4-16. Seorang ayah mendepositokan sejumlah uang tepat pada hari anaknya lahir.
Sang ayah tersebut menginginkan agar nilai deposito tersebut mencapai Rp 75
juta saat anaknya mencapai umur 18 tahun dan masuk ke universitas pada
tahun tersebut. Hitung jumlah uang yang harus didepositokan apabila tingkat
suku bunga deposito sebesar 8% per tahun.
4-17. Apabila sang ayah pada Soal 4-16 menginginkan menarik uang dari rekening
depositonya masing-masing sebesar Rp 25 juta pada saat anaknya genap
berusia 18, 19, 20, 21, dan 22 tahun, tentukan jumlah uang yang harus
dideposito pada saat anak tersebut lahir. Asumsikan tingkat suku bunga
deposito sebesar 8% per tahun.
4-18. Pemilik sebuah industri kecil mendepositokan keuntungan usahanya pada
Tahun 1995 sebesar Rp 25 juta, tahun 1996 sebesar Rp 40 juta, dan tahun 1999
sebesar Rp 50 juta. Gambarkan diagram aliran kas dan hitung total nilai
deposito tersebut pada akhir tahun 2011 apabila tingkat suku bunga deposito
sebesar 10% per tahun.
4-19. Seorang pemegang hak konsesi pertambangan batubara di Kalimantan Timur
ingin menyewakan hak konsesinya ke sebuah perusahaan pertambangan untuk
jangka waktu 20 tahun. Perusahaan yang ingin menyewa hak konsesi tersebut
menawarkan pembayaran sebesar Rp 2 milyar setiap tahun selama 20 tahun.
Akan tetapi, pemegang hak konsesi menginginkan pembayaran kontan
keseluruhan biaya sewa pada saat penandatanganan kontrak (awal tahun
pertama atau akhir tahun ke nol). Tentukan nilai pembayaran secara kontan
yang harus diajukan oleh perusahaan penyewa agar nilainya tidak melebihi
nilai ekuivalen yang akan dibayar apabila metode pembayaran dilakukan
dengan cara penyicilan. Asumsikan tingkat suku bunga sebesar 10% per tahun.
4-20. Sebuah bank menawarkan kredit usaha sebesar Rp 500 juta. Kredit tersebut
harus dikembalikan dengan cara menyicil selama tiga tahun (36 bulan) dengan
tenggat pembayaran cicilan selama 24 bulan (pembayaran cicilan dimulai pada
bulan ke-25 setelah akad kredit dilakukan). Hitung besarnya cicilan seragam
156
yang harus dibayar setiap bulan apabila bank tersebut memberlakukan bunga
majemuk sebesar 1,5 persen per bulan. PETUNJUK: Nilai sekarang dari
keseluruhan cicilan harus sama dengan nilai kredit yang ditawarkan.
4-21. Rekaman pengeluaran (pembiayaan) sebuah bengkel otomotif selama sepuluh
tahun terakhir memperlihatkan data sebagai berikut: Pengeluaran untuk
overhead cost, spareparts, gaji pegawai, dan pajak sebesar Rp 1,2 milyar per
tahun, biaya overhaul mesin-mesin perbengkelan pada tahun keempat sebesar
Rp 200 juta, dan biaya pembelian dan instalasi mesin diagnostik pada tahun
ketujuh sebesar Rp 540 juta. Gambarkan diagram aliran kas untuk pembiayaan
bengkel tersebut serta hitung pendapatan minimal rata-rata setiap tahun
(uniform annual benefit) agar bengkel tersebut memiliki cash flow positif
selama periode tersebut. PETUNJUK: pendapatan minimal rata-rata setiap
tahun (uniform annual benefit) harus lebih besar dari nilai ekuivalen biaya ratarata
per tahun (equivalent uniform annual cost).
4-22. Upaya pengembangan teknologi yang dilakukan oleh DTM Industries telah
berhasil meningkatkan keuntungan bersih perusahaan seperti terlihat pada table
di bawah.

Keuntungan Keuntungan
Tahun Tahun
(Juta rupiah) (Juta rupiah)
2000 125 2006 325
2001 125 2007 375
2002 125 2008 425
2003 175 2009 475
2004 225 2010 525
2005 275 2011 575

Apabila tingkat suku bunga ditetapkan sebesar 12% per tahun, hitung nilai
ekuivalen dari total keuntungan selama periode tahun 2000 hingga 2011 pada
titik waktu sebagai berikut:
a) Awal tahun 2000 (present value, P)
b) Akhir tahun 2011 (future value, F)
c) Setiap tahun (uniform annual value, A)
4-23. Apabila tingkat suku bunga pada tahun 2000 sampai 2005 sebesar 16% dan
pada tahun 2007 sampai 2011 sebesar 8%, dengan menggunakan data pada
157

Soal 4-22, hitung nilai ekuivalen dari total keuntungan selama periode tahun
2000 hingga 2011 pada titik waktu sebagai berikut:
a) Awal tahun 2000 (present value, P)
b) Akhir tahun 2011 (future value, F)
c) Setiap tahun (uniform annual value, A)
4-24. Biaya operasional DTM Industries selama periode 2000 2011 terlihat sebagaibe
rikut:

Tahun Biaya Operasional Tahun Biaya Operasional


(Juta rupiah) (Juta rupiah)
2000 925 2006 500
2001 900 2007 575
2002 800 2008 650
2003 700 2009 725
2004 600 2010 800
2005 500 2011 875

Apabila tingkat suku bunga 12% per tahun, hitung nilai ekuivalen dari total
biaya operasional selama periode 20002011 pada titik waktu sebagai berikut:
a) Awal tahun 2000 (present value, P)
b) Akhir tahun 2011 (future value, F)
c) Setiap tahun (uniform annual value, A)
4-25. Apabila tingkat suku bunga pada tahun 2000 sampai 2004 sebesar 12%, tahun
2005 dan 2006 sebesar 10%, tahun 2007 sampai 2009 sebesar 8%, dan tahun
2010 dan 2011 sebesar 10%, dengan menggunakan data pada Soal 4-24, hitung
nilai ekuivalen dari total biaya operasional selama periode 20002011 pada
titik waktu sebagai berikut:
a) Awal tahun 2000 (present value, P)
b) Akhir tahun 2011 (future value, F)
c) Setiap tahun (uniform annual value, A)
4-26. Pada Tahun 2000, Phinisi Chocolate Industry membeli seperangkat mesin
untuk mengolah biji kakao menjadi permen coklat. Total harga mesin-mesin
tersebut Rp 7,5 milyar dan biaya operasionalnya sebesar Rp 75 juta per tahun
pada lima tahun pertama dan setelah itu meningkat sebesar Rp 25 juta setiap
tahun hingga umur ekonomisnya habis pada akhir tahun ke-15. Gambarkan
158

diagram aliran kas untuk pembiayaan mesin-mesin tersebut dan hitung nilai
ekuivalen pada awal Tahun 2000 dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan.
4-27. Seorang pengusaha menginvestasikan Rp 5 milyar pada tahun 2002 pada
sebuah pabrik yang mengolah kelapa sawit menjadi CPO (crude palm oil).
Pabrik tersebut mulai berproduksi pada tahun 2003 dan keuntungan bersih yang
diperoleh pada tahun tersebut sebesar Rp 600 juta. Apabila tingkat suku bunga
sebesar 12% per tahun dan keuntungan bersih pabrik tersebut mengalami
peningkatan sebesar 20% per tahun dari tahun 2003 hingga 2011, hitung nilai
ekuivalen dari keuntungan bersih yang diperoleh selama periode tersebut pada
titik waktu sebagai berikut:
a) Awal tahun 2003 (present value, P)
b) Akhir tahun 2011 (future value, F)
c) Setiap tahun (uniform annual value, A)
4-28. Sun Shine Manufacturing (SSM) yang memproduksi sepatu olah raga
mengalami penjualan yang relatif stagnan (tidak berubah) dari tahun 1996
sampai tahun 2000. Selama periode tersebut, nilai penjualan yang diperoleh
sebesar Rp 8 milyar per tahun. Sejak tahun 2001, SSM berhasil
memperkenalkan produk-produk baru dan menerapkan strategi pemasaran yang
lebih efektif sehingga nilai penjualan meningkat sebesar 25% per tahun. Pada
tingkat suku bunga 14% per tahun, hitung nilai ekuivalen dari nilai penjualan
yang diperoleh dari tahun 1996 sampai tahun 2010 pada titik waktu sebagai
berikut:
a) Awal tahun 1996 (present value, P)
b) Akhir tahun 2010 (future value, F)
c) Setiap tahun (uniform annual value, A)
4-29. DTM Industries membeli mesin-mesin baru pada tahun 2000 seharga Rp 15
milyar dan biaya operasional mesin-mesin tersebut pada Tahun 2000 sebesar
Rp 350 juta. Pengalaman menunjukkan bahwa total biaya operasional mesinmesin
tersebut cenderung meningkat sebesar 5% per tahun hingga tahun 2011.
Pada awal tahun 2012, mesin tersebut dijual dengan harga Rp 2,7 milyar.
Tentukan keuntungan bersih minimal yang harus diperoleh setiap tahun agar
operasional mesin-mesin tersebut menguntungkan. Asumsikan tingkat suku
bunga sebesar 12% per tahun.
160

LAMPIRAN A
Tabel Faktor Bunga Untuk Pembayaran Tunggal (Single
Payment) dan Pembayaran Seragam Setiap Periode (Uniform
Payment Series).
Nilai-nilai faktor dalam tabel faktor bunga dihitung dengan menggunakan
persamaan pada dibawah.
161

Lampiran A-1.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 0,25%.
162

Lampiran A-2.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 0,5%.
163

Lampiran A-3.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 0,667%.
164

Lampiran A-4.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 0,75%.
165

Lampiran A-5.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 0,833%.
166

Lampiran A-6.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 1%.
167

Lampiran A-7.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 1.25%.
168

Lampiran A-8.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 1.5%.
169

Lampiran A-9.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 1.75%.
170

Lampiran A-10.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 2%.
170

Lampiran A-11.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 2.5%.
171

Lampiran A-12.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 3%.
172

Lampiran A-13.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 3.5%.
173

Lampiran A-14.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 4%.
174

Lampiran A-15.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 4.5%.
175

Lampiran A-16.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 5%.
176

Lampiran A-17.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 6%.
177

Lampiran A-18.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 7%.
178

Lampiran A-19.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 8%.
179

Lampiran A-20.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 9%.
180

Lampiran A-21.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 10%.
181

Lampiran A-22.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 12%.
182

Lampiran A-23.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 14%.
183

Lampiran A-24.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 15%.
184
Lampiran A-25.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 16%.
185

Lampiran A-26.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 18%.
186

Lampiran A-27.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 20%.
187

Lampiran A-28.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 25%.
188

Lampiran A-29.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 30%.
189

Lampiran A-30.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 35%.
190

Lampiran A-31.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 40%.
191

Lampiran A-32.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 45%.
192

Lampiran A-33.
Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 50%.
194

LAMPIRAN B
Tabel Faktor Bunga untuk Arithmatic Gradient.

Nilai-nilai faktor dalam tabel faktor bunga pada Lampiran B dihitung dengan
menggunakan persamaan pada dibawah.
195

LAMPIRAN B-1
Arithmatic Gradient Present Worth Factor (P/G)
196

LAMPIRAN B-1
Arithmatic Gradient Present Worth Factor (P/G)
197

LAMPIRAN B-1
Arithmatic Gradient Present Worth Factor (P/G)
198

LAMPIRAN B-1
Arithmatic Gradient Present Worth Factor (P/G)
199

LAMPIRAN B-2
Arithmatic Gradient Compound Amount Factor (F/G)
200

LAMPIRAN B-2
Arithmatic Gradient Compound Amount Factor (F/G)
201

LAMPIRAN B-2
Arithmatic Gradient Compound Amount Factor (F/G)
202

LAMPIRAN B-2
Arithmatic Gradient Compound Amount Factor (F/G)
203

LAMPIRAN B-3
Arithmatic Gradient Uniform Series Factor (A/G)
204

LAMPIRAN B-3
Arithmatic Gradient Uniform Series Factor (A/G)
205

LAMPIRAN B-3
Arithmatic Gradient Uniform Series Factor (A/G)
206

LAMPIRAN B-3
Arithmatic Gradient Uniform Series Factor (A/G)

Anda mungkin juga menyukai