Anda di halaman 1dari 16

KARYA TULIS ILMIAH

PERSEPSI PACARAN PADA SISWA


TINJAUAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PACARAN
PADA SISWA SMA PGRI 1 KUDUS

Diajukan Dalam Rangka


Mengikuti Seleksi Lomba Karya Tulis Ilmiah Fakultas Teknik
Universitas Muria Kudus
Tahun 2017

Disusun Oleh :
1. YENI NORMALIA
2. REVINDA BERLIANA

SMA PGRI 1 KUDUS


Jl. Mejobo No. 73 Mlatinorowito Kudus (0291) 4251077
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Persepsi Pacaran Pada Siswa, Tinjauan Pengetahuan, Sikap


dan Perilaku Pacaran pada Siswa SMA PGRI 1 Kudus

Penulis : 1. Yeni Normalia


2. Revinda

Telah disahkan dan diterima oleh pembimbing.

Kudus, 25 April 2017


Pembimbing

VIRAWAN SEPTYA

Mengetahui
Kepala SMA PGRI 1 Kudus

BAMBANG SUGIARTO, SPD


NIP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugrah
yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
penelitian ini dengan judul Persepsi Pacaran Siswa, Tinjauan Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku Pacaran pada Siswa SMA PGRI 1 Kudus.
Namun demikian, kami menyadari bahwa keberhasilan penyusunan
laporan penelitian ini berkat bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu, dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Bambang Sugiarto, S.Pd selaku kepala SMA PGRI 1 Kudus
2. Bapak Ibu Guru beserta Staff dan karyawan SMA PGRI 1 Kudus
3. Bapak Virawan Septya, S.Pd selaku pembimbing
4. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dorongan dan semangat
serta doa restunya
5. Rekan-rekan dan saudara-saudara kami yang telah memberikan motivasi,
dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan
laporan ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan penelitian ini jauh dari
predikat sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan berbagai masukan baik
saran maupun kritik yang membangun. Harapan kami, sederhana apapun
penulisan ini semoga dapat memberikan manfaat yang berarti. Kiranya Tuhan
sumber segala berkat selalu memberkati kita.

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................... 1
C. TUJUAN PENELITIAN ................................................................... 1
D. MANFAAT PENELITIAN ................................................................ 1
BAB II LANDASAN TEORI............................. 2
A. PENGERTIAN PERSEPSI.............................................................. 2
B. PENGERTIAN PACARAN................................................................ 2
C. PACARAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM 4
D. PENGERTIAN SIKAP DAN PERILAKU . 4
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 6
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ............................................... 6
B. POPULASI PENELITIAN DAN SAMPLING ...................................... 7
C. METODE PENGUMPULAN DATA.................................................... 7
D.TEKNIK ANALISI DATA ............................................................... 8
BAB IV PEMBAHASAN 9
A. PERSEPSI SISWA SMA PGRI 1 KUDUS TENTANG PACARAN .. 9
B. PENANGANAN YANG TEPAT .........10
BAB V PENUTUP ................................................................11
A. KESIMPULAN .................................................................................. 11
B. SARAN ............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. v
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak kepada masa
dewasa. Masa dewasa atau remaja merupakan masa pencarian identitas diri.
Jiwa remaja penuh gejolak dan pemberontakan. Gejolak ingin mendapatkan
pengakuan atas keberadaannya, ingin mendapatkan kepercayaan, ingin
mendapatkan penghargaan, ingin berprestasi, ingin menunjukkan keberanian,
ingin mendapatkan kebebasan dan kemandirian. Salah satunya adalah aktivitas
berpacaran.
Soal pacaran di zaman sekarang tampaknya menjadi gejala umum di
kalangan kawula muda. Barang kali fenomena ini sebagai akibat pengaruh
kisah-kisah percintaan dalam roman, novel, film dan syair lagu sehingga
terkesan bahwa hidup di masa remaja memang harus diberi dengan bunga-
bunga percintaan, kisah-kisah asmara, harus ada pasangan tetap sebagai
tempat untuk bertukar cerita dan berbagi rasa.
Kecenderungan siswa berpacaran tidak dapat dilepaskan dari peran dan
aktivitas di sekolah. Sekolah, selain sebagai tempat untuk mengembangkan
bakat dan minat juga merupakan tempat yang tepat bagi para pelajar untuk
bersosialisasi dengan teman sebaya.
Dewasa ini, aktivitas berpacaran di kalangan pelajar lebih dianggap
sebagai kebutuhan. Seorang siswa tidak dikatakan gaul jika tidak
mempunyai pacar. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mengambil
judul Persepsi Pacaran pada Siswa, Tinjauan Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Pacaran Pada Siswa SMA PGRI 1 Kudus.

B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat dalam
tulisan ini adalah :
1. Bagaimana persepsi siswa SMA PGRI 1 Kudus tentang pacaran, baik dari
aspek pengetahuan, sikap maupun perilaku?
2. Bagaimana penanganan yang tepat dalam menghadapi kasus pacaran?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui persepsi siswa SMA PGRI 1 Kudus tentang pacaran
2. Untuk mengetahui upaya yang harus dilakukan dalam penanganan kasus
pacaran.

D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti seleksi lomba karya tulis ilmiah
BEM FT Universitas Muria Kudus tahun 2017.
2. Sebagai kontribusi bagi kesadaran pelajar perlu tidaknya pacaran.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu
dengan menggunakan panca indra (Drever dalam sasanti, 2003). Kesan yang
diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah
diperoleh melalui proses berfikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor
yang berasal dari dalam diri individu.
Sarbi (1993) mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang
memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai
kepadanya melalui alat inderanya, kemampuan itulah yang memungkinkan
individu mengenalii milleu (lingkungan pergaulannya) hidupnya.
Persepsi berarti tanggapan terhadap suatu hal. Sedangkan siswa berarti
peserta didik yang mengenyam bangku pendidikan. Jadi secara ilmiyah
persepsi siswa adalah tanggapan sejumlah peserta didik terhadap suatu hal.
Tanggapan tersebut bermacam-macam. Hal tersebut dipengaruhi oleh
pandangan dan pemikiran mereka, sehingga persepsi antara orang yang satu
dengan orang yang lain itu berbeda.

B. Pengertian Pacaran
Tak kenal maka tak sayang! Itulah sebuah ungkapan yang telah populer
di kehidupan kita. Bahkan, ungkapan itu memang berlaku umum, yaitu sejak
seseorang mulai mengenal lingkungan hidupnya. Dalam konteks hubungan
antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, istilah "tak kenal maka
tak sayang" adalah awal dari terjalinnya hubungan saling mencintai. Apa lagi,
di zaman sekarang ini hubungan seperti itu sudah umum terjadi di masyarakat.
Yaitu, suatu hubungan yang tidak hanya sekadar kenal, tetapi sudah
berhubungan erat dan saling menyayangi. Hubungan seperti ini oleh
masyarakat dikenal dengan istilah "pacaran". Istilah pacaran berasal dari kata
dasar pacar yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta
kasih. Istilah pacaran dalam bahasa Arab disebut tahabbub. Pacaran berarti
bercintaan; berkasih-kasihan, yaitu dari sebuah pasangan laki-laki dan
perempuan yang bukan mahram.
Pengertian pacaran adalah sebuah hubungan romantis atau suatu
hubungan hasil kombinasi antara passion, komitmen dan intimasi (perasaan
kedekatan secara fisik dan emosional). Hubungan pacaran berarti tahap untuk
saling mengenal antara seorang pemuda dan pemudi yang saling tertarik dan
berniat untuk mengadakan hubungan yang eksklusif (terpisah, sendiri,
istimewa). Dengan pengertian itu, berarti pacaran memang diarahkan untuk
suatu hubungan yang lebih lanjut, lebih dalam, dan lebih pribadi lagi. Ini tidak
boleh diartikan sebagai keharusan untuk melanjutkan. Pacaran dimaksudkan
sebagai situasi yang memungkinkan pasangan yang berelasi semakin dekat
dan akhirnya menemukan kecocokan satu sama lain untuk melanjutkan hidup
bersama dalam suatu hubungan resmi, baik pertunangan maupun perkawinan.
Sedangkan pengertian pacaran jarak jauh adalah bagaimana jarak, intensitas
dan frekuensi berkomunikasi terbatas dan tidak dapat bertatap muka secara
langsung
Pacaran mempunyai aturan main yang harus ditaati kalau pasangan
yang saling tertarik masih mau dianggap berpacaran. Aturan main itu secara
singkat adalah sebagai berikut:
1. Setuju untuk mengadakan hubungan yang khusus dan akan menghentikan
semua hubungan khusus dengan orang-orang lain dari lawan jenis.

2. Masih ingin saling kenal lebih jauh, tapi jelas masih ada hal-hal pribadi
yang hanya boleh diketahui oleh orang itu sendiri (masih punya rahasia).

3. Persahabatan khusus itu disertai dengan belajar saling memperhatikan,


melayani, dan menyayangi dalam arti yang lebih luas dan pribadi.

4. Tahap ini selalu ditandai dengan penyelidikan kemungkinan bahwa


pacarnya memang tepat menjadi jodoh masa depannya(unsur coba-coba
kepribadian).

5. Bebas memutuskan hubungan kalau kemudian dirasakan (tidak perlu


sampai dibuktikan) tidak menemui kecocokan. Pemutusan selalu disertai
dengan pembicaraan bersama yang baik.

6. Jangan menodai pacaran dengan hubungan seks yang mengarah pada


regenerasi/prokreasi. Hubungan seks bukanlah tahap pacaran.

7. Mengingat ciri-ciri dari hubungan pacaran ini, kita dapat melihat dan
menilai kembali apakah caraku berpacaran sudah merupakan pacaran
dalam arti yang paling pas, sehat, dan menggembirakan aku dan pacarku
saat ini dan kelak.
Selama ini tempaknya belum ada pengertian baku tentang pacaran.
Namun setidak-tidaknya di dalamnya akan ada suatu bentuk pergaulan antara
laki-laki dan wanita tanpa nikah.
Kalau ditinjau lebih jauh sebenarnya pacaran menjadi bagian dari kultur
Barat. Sebab biasanya masyarakat Barat mensahkan adanya fase-fase
hubungan hetero seksual dalam kehidupan manusia sebelum menikah seperti
puppy love (cinta monyet), dating (kencan), going steady (pacaran), dan
engagement (tunangan).
C. Pacaran dalam Perspektif Islam
Cinta kepada lain jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena
sebab cintalah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu,
Allah Taala menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi
penghuni surga. Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur
bagaimana menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan
lil alamin. Namun, bagaimanakah jika cinta itu disalurkan melalui cara yang
tidak syar`i? Fenomena itulah yang melanda hampir sebagian besar anak muda
saat ini. Penyaluran cinta ala mereka biasa disebut dengan pacaran.
Agama Islam itu adalah agama yang tidak menentang fitrah manusia.
Islam sangat sempurna di dalam memandang hal semacam ini. Manusia
diciptakan oleh Allah SWT memiliki dorongan sek. Oleh karena itu, Islam
menempatkan syariat pernikahan sebagai salah satu sunah nabi-Nya.
Hubungan sepasang kekasih mencapai puncak kedekatan setelah
menjalin hubungan suami-istri. Dengan pernikahan, seseorang sesungguhnya
telah dihalalkan untuk berbuat sesukannya terhadap istri/suaminya (dalam hal
mencari kepuasan libido seksualnya: hubungan badan), asalkan saja tidak
melanggar larangan yang telah diundangkan oleh syariat.
Kita tidak menyangkal bahwa di dalam kenyataan sekarang ini
meskipun sepasang kekasih belum melangsungkan pernikahan, tetapi tidak
jarang mereka melakukan hubungan sebagaimana layaknya hubungan suami-
istri. Oleh karena itu, kita sering mendengar seorang pemudi hamil tanpa
diketahui dengan jelas siapa yang menghamilinya. Bahkan, banyak orang yang
melakukan aborsi (pengguguran kandungan) karena tidak sanggup menahan
malu memomong bayi dari hasil perbuatan zina.
Jika suatu hubungan muda-mudi yang bukan mahram (belum menikah)
sudah seperti hubungan suami istri, sudah tidak diragukan lagi bahwa
hubungan ini sudah mencapai puncak kemaksiatan. Sampai hubungan pada
tingkatan ini, yaitu perzinaan, banyak pihak yang dirugikan dan banyak hal
telah hilang, yaitu ruginya lingkungan tempat mereka tinggal dan hilangnya
harga diri dan agama bagi sepasang kekasih yang melakukan perzinaan. Selain
itu, sistem nilai-nilai keagamaan di masyarakat juga ikut hancur.

D. Pengertian Sikap dan Perilaku


Menurut kamus bahasa Indonesia oleh W.J.S. Poerwodarminto
pengertian sikap adalah perbuatan yang didasari oleh keyakinan berdasarkan
normanorma yang ada di masyarakat dan biasanya norma agama. Namun
demikian perbuatan yang akan dilakukan manusia biasanya tergantung apa
permasalahannya serta benarbenar berdasarkan keyakinan atau
kepercayaannya masing-masing
Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri
(Notoatmodjo, 1993 : 55)
Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu
respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari
luar subjek tersebut. (Notoatmodjo,1993 : 58). Perilaku
diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap
lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang
diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut
rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan
reaksi atau perilaku tertentu. (Notoatmojo, 1997 : 60) Perilaku
manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus
dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun
tidak langsung.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 1 Kudus dengan
pertimbangan bahwa siswa di sekolah ini cenderung
bervariasi sehingga memungkinkan untuk memperoleh
banyak informasi yang kaya makna. Di samping itu, jumlah
siswa dan kelas yang tergolong cukup besar memungkinkan
hasil penelitian ini untuk digunakan di sekolah lain karena
karakteristik siswa di sekolah ini relatif dapat mewakili
karakteristik siswa di sekolah lain. Kelas yang dijadikan subjek
penelitian adalah kelas XII IPS dan XI IPS. Dengan
pertimbangan bahwa siswa kelas XII IPS tergolong usia yang
cukup untuk mengenal pacaran.
Penelitian dilakukan selama tiga minggu dengan rincian:
minggu pertama dilaksanakan pembagian angket. Minggu
kedua, ketiga, dan keempat secara berturut-turut
dilaksanakan analisis data dan pembuatan laporan.

B. Populasi Penelitian dan Sampling


1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya
akan diduga. (Singarimbun, Masri, 1982:108). Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga
disebut studi populasi atau studi sensus. (arikunto, Suharsimi, 1998:115)
Penelitian ini berusaha mengetahui persepsi siswa
SMA PGRI 1 Kudus tentang pacaran baik ditinjau dari aspek
pengetahuan, sikap dan perilaku pacaran dengan subjek
penelitiannya adalah siswa kelas XII IPS dan XI IPS SMA
PGRI 1 Kudus. Oleh karena itu populasi target (target
population) penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA PGRI 1
Kudus sedangkan populasi terjangkau (accessible
population) adalah siswa kelas XI SMA PGRI 1 Kudus. Subjek
penelitian ini adalah seluruh kelas XII IPS dan XI IPS tahun pelajaran
20016/2017 siswa SMA PGRI 1 Kudus dengan jumlah 60 siswa.
2. Sampling
Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan
penentu jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan
digunakan menjadi objek penelitian. Sampel yang diteliti representatif
yaitu mewakili populasi baik dalam karakteristik maupun jumlah.
Menurut Sukmadinata (2006:253) salah satu cara pengambilan
sampel yang representatif adalah secara acak atau random.
Pengambilan sampel secara acak berarti setiap individu dalam
populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Oleh
karena itu teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah sample random sampling.
Tabel 1 proporsi pengambilan sampel siswa kelas XII IPS
dan XI IPS tahun pelajaran 2016/2017
No Kelas Jumlah

1 XII IPS. 1 44

2 XI IPS. 1 16

JUMLAH 60
Sumber data bagian tata usaha

C. Metode Pengumpulan Data


1. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian
kualitatif dan sumber data yang akan digunakan, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
analisis dokumen, observasi dan wawancara. Untuk
mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan
cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu, sehingga
proses penelitian dapat berjalan lancar. Berkaitan dengan
proses pengumpulan data tersebut, Arikunto (2006: 89),
mengatakan bahwa pengumpulan data dalam penelitian
bermaksud memperoleh bahan bahan yang relevan, akurat
dan reliabel. Untuk memperoleh data seperti yang
dimaksudkan itu pekerjaan research menggunakan teknik,
prosedur, alat-alat serta kegiatan yang dependable, yang
dapat diandalkan.
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif pada
umumnya menggunakan teknik observasi dan studi
dokumenter, atas dasar konsep tersebut, maka ketiga
teknik pengumpulan data diatas digunakan dalam
penelitian ini.
2. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan
data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang
berada di sekolah ataupun yang berada berada di luar
sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian
tersebut. Dalam penelitian ini dokumen adalah setiap
bahan tertulis yang disimpan dan dirawat sedemikian rupa
sehingga sewaktu waktu dibutuhkan mudah mencari dan
memanfaatkannya. Dokumentasi dalam penelitian
digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan
siswa dan data tentang siswa.
3. Angket (kuesioner)
Metode angket atau kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan
rangkain pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti.
Untuk memperoleh data, angket akan disebarkan pada responden (orang-
orang yang menjawab jadi yang diselidiki), terutama pada penelitian survai
(Narbuko, Cholid & Abu Achmad, 2003:76). Adapun angket yang digunakan
adalah angket tertutup, yaitu angket yang disajikan dengan serangkaian
alternative. respondent cukup memberikan tanda silang, melingkar ataupun
mencentang (sesuai permintaan) pada jawaban yang dianggapnya sesuai
dengan keadaan dirinya.

D. TEKNIK ANALISIS DATA


Teknik analisis data bersifat deskriptif dengan analisis frekuensi dan
presentase yaitu frekuensi dan frekuensi data responden, dengan menggunakan
tabulasi tunggal. Data primer yang didapatkan di lapangan kemudian
dianalisis frekuensi dan presentasenya untuk diambil kesimpulan.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PERSEPSI SISWA SMA PGRI 1 KUDUS TENTANG PACARAN, BAIK


DARI ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP MAUPUN PERILAKU

1. Gambaran Umum Lokasi


SMA PGRI 1 KUDUS merupakan salah satu sekolah swasta di kabupaten
Kudus yang berada di Jl. Mejobo No. 73 Mlatinorowito Kudus. Sekolah
ini lebih dikenal dengan sebutan Mentenx.
2. Karakteristik Subjek
Penentuan dan pengambilan subjek sudah sesuai dengan jumlah sampel
yang diharapkan. Subjek yang diambil sebanyak 60 siswa, yaitu :

a. Tingkat Pengetahuan siswa tentang pacaran terhadap lawan jenisnya.


Distribusi Pengetahuan siswa SMA PGRI 1 KUDUS Tahun
pelajaran 2016/2017 tentang pacaran terhadap lawan jenisnya, dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

Pengetahuan tentang pacaran Jumlah (n) Presentase (%)


Mengetahui 20 33,33
Tidak Mengetahui 40 66,67
Total 60 100

b. Sikap Siswa tentang perilaku pacaran


Distribusi pendapat siswa SMA PGRI1 KUDUS tahun pelajaran
2016/2017 tentang pengaruh pacaran terhadap prestasi akademik siswa
secara umum, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Sikap Siswa terhadap praktik pacaran Jumlah(n) Presentase


Setuju adanya pacaran 18 30 %
Tidak setuju adanya pacaran 42 70 %
Total 60 100 %

c. Tingkat Giatnya siswa ketika berpacaran.


Distribusi Siswa SMA PGRI 1 KUDUS dapat memberikan
motivasi dalam belajar, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tingkat pengaruh pacaran
Jumlah(n) Presentase(%)
terhadap semangat belajar
Merasa lebih giat belajar ketika 6 33,33 %
berpacaran
Merasa malas belajar ketika 12 66,67 %
berpacaran
Total 18 100 %

Tiga table di atas menunjukkan jika siswa SMA PGRI tahun pelajaran
2016/ 2017 sebanyak 66,67 % siswa tidak memahami arti sebenarnya pacaran
dan hanya 33,33 % siswa yang memahami arti dari pacaran. Tabel di atas juga
menunjukkan sebanyak 30 % setuju terhadap praktek pacaran dan 70 % tidak
setuju adanya praktik pacaran. Hasil yang ketiga menunjukkan sebanyak
33,33% pelaku pacaran menjadikan lebih semangat sedangkan 66,67% siswa
merasa malas belajar ketika berpacaran.

B. PENANGANAN YANG TEPAT DALAM MENGHADAPI KASUS


PACARAN
Pacaran memang unik karena bias membuat prahara pada diri
seseorang. Pelaku pacaran memiliki keunggulan membuat mereka tidak
canggung ketika berhadapan dengan lawan jenis. Akan tetapi, ketika tidak
bias mengendalikan dan mengarahkan dengan baik pacaran dapat menjadi
awal dosa bersar yaitu zina.
Di sisi lain, orang yang tidak pacaran membuat mereka canggung dan
kaku ketika berhubungan dengan lawan jenis. Maka dari itu siswa yang tidak
pacaran harus mengimbanginya dengan memperbanyak kegiatan positif.
Dalam penelitian ini ditemukan 18 orang yang melakukan pacaran.
Dari 18 orang tersebut ada 6 orang yang merasa lebih giat belajar ketika
berpacaran dan 12 orang justru menjadikan siswa merasa malas belajar. Maka
dari itu, siswa siswa sebaiknya tidak melakukan pacaran jika tidak bias
menjadikan lebih semangat dalam belajar. Apalagi kalau hanya sekedar ikut-
ikutan apa yang dilihat baik pada televise ataupun teman-temanya.
Berdasarkan perihal-perihal di atas, Penanganan yang tepat terhadap
fenomena pacaran ada 2, yaitu:
1. Bagi pelaku pacaran
Pacaran harus diarahkan kepada peningkatan kegiatan-kegiatan yang
menjadikan prestasi sekolah meningkat.
2. Bagi bukan pelaku pacaran
Bagi siswa yang tidak melakukan pacaran bukan berarti tidak ada
kegiatan lain. Siswa yang tidak pacaran harus memperbanyak aktivitas,
memperbanyak relasi baik sesame jenis maupun relasi lawan jenis
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil dan kajian karya tulis ini dapat diajukan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Siswa SMA PGRI tahun pelajaran 2016/ 2017 sebanyak 66,67 % siswa
tidak memahami arti sebenarnya pacaran dan hanya 33,33 % siswa yang
memahami arti dari pacaran. Tabel di atas juga menunjukkan sebanyak
30 % setuju terhadap praktek pacaran dan 70 % tidak setuju adanya
praktik pacaran. Hasil yang ketiga menunjukkan sebanyak 33,33%
pelaku pacaran menjadikan lebih semangat sedangkan 66,67% siswa
merasa malas belajar ketika berpacaran.
2. Penanganan yang tepat terhadap fenomena pacaran ada 2, yaitu:
a. Bagi pelaku pacaran
Pacaran harus diarahkan kepada peningkatan kegiatan-kegiatan yang
menjadikan prestasi sekolah meningkat.
b. Bagi bukan pelaku pacaran
Bagi siswa yang tidak melakukan pacaran bukan berarti tidak ada
kegiatan lain. Siswa yang tidak pacaran harus memperbanyak
aktivitas, memperbanyak relasi baik sesame jenis maupun relasi
lawan jenis
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat penulis sarankan sebagai
berikut :
1. Seorang siswa harus pandai dalam menentukan keputusan berpacaran
atau tidak dengan menimbang-nimbang kemampuan diri dalam
mengarahkan pacaran tersebut.
2. Jika merasa pacaran tidak memberikan efek positif maka lebih baik tidak
melakukan pacaran dan mengalihkanya dengan menambah kegiatan
positif dengan tidak meninggalkan hubungan dengan lawan jenis.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Cholid Narbuko, dan Abu Achmadi. (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Drever, James (Penterjemah Nancy Simanjuntak). 2003. Kamus Psikologi.
Jakarta: Bina Aksara.
Notoatmodjo, Soekidjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Poerwadarminta. W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai.
Pustaka
Sabri, M. Alisuf, 1993. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya .
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendy.1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta :
LP3ES.
Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya

Anda mungkin juga menyukai