HUJAN (PRESIPITASI)
data untuk melengkapi data hujan yang tidak kontinyu, data hujan yang mengalami
perubahan dengan metode analisa double mass curve, hujan rata-rata dengan metoda :
arithmatic, Thiessen, Isohyet, hubungan antara intensitas dan tinggi hujan, hubungan
antara intensitasa dan waktu hujan dengan metoda : Talbot, Sherman, Ishiguro,
MonoNobe, hubungan antara tinggi dan waktu hujan dengan metoda Haspers dan
lain-lain.
Bila udara lembab bergerak ke atas kemudian menjadi dingin sampai melalui
titik embun, maka uap air didalamnya mengkondensir sampai membentuk butir-butir
air. Bila proses pendinginan ini terjadi secara besar-besaran, maka butir-butir air akan
jatuh sebagai Hujan (Presipitasi). Sebenarnya presipitasi yang terjadi dapat juga
berupa salju, es, dan sebagainya. Derasnya hujan tergantung dari banyaknya uap air di
dalam udara. Pada umumnya semakin deras hujannya, semakin pendek waktunya,
oleh karena itu setelah sebagian uap air mengkondensir udara semakin kering maka
3.1.Type Hujan
Hujan dibagi atas tiga type sesuai dengan cara udara naik ke daerah yang lebih dingin.
a. Hujan Siklonik : yaitu berasal dari naiknya udara yang dipusatkan di daerah
b. Hujan Konvektif : yaitu berasal dari naiknya udara ketempat yang lebih dingin.
berupa pegunungan.
Hujan sangat dipengaruhi oleh iklim dan keadaan topografi daerah, sehingga
keadaannya sangat berbeda untuk masing-masing daerah. Hujan yang terjadi disuatu
daerah kadang-kadang sangat sulit ditentukan typenya sehingga data yang demikian
jarang disebutkan.
Data hujan yang diperlukan dalam analisa hidrologi biasa meliputi data :
Curah hujan : adalah tinggi hujan dalam satu hari, bulan atau tahun
dinyatakan dalam mm, cm atau inchi, misal : 124 mm per hari; 462 mm per
Waktu hujan : adalah lama terjadinya satu kali hujan (duration of one
Intensitas hujan : adalah banyaknya hujan yang jatuh dalam periode tertentu,
tinggi hujan tertentu. Misal curah hujan 115 mm per hari akan terjadi atau
dilampaui sekali dalam 20 tahun; curah hujan 2500 mm per tahun akan
Data tersebut di atas dapat diperoleh dengan memasang alat-alat penakar hujan (rain
Tempat dimana alat penakar hujan dipasang disebut sebagai Stasiun Hujan,
yang dapat dipasang tersebar diseluruh daerah aliran. Banyaknya stasiun hujan pada
suatu daerah aliran tergantung dari kebutuhan dan ketelitian data yang diperlukan,
demikian juga dengan type penakar hujan yang dipasang. Sebagai perkiraan
banyaknya alat penakar hujan yang dipasang terhadap luas daerah yang diwakili
Table 3.1. Jumlah Penakar Hujan pada suatu daerah yang diwakilinya
yang juga mengumpulkan, mengolah dan juga menyajikan data hujan secara periodik.
Jaringan stasiun hujan nasional jumlahnya 4000 buah tersebar di seluruh Indonesia
(Table 3.2).
kali diperlukan data tambahan dan ketelitian data dengan memasang alat penakar
Besarnya tinggi hujan yang jatuh dan dinyatakan dalam satuan mm, cm atau
inchi pada suatu daerah dapat diketahui dengan cara memasang atau mengoperasikan
alat penakar hujan di daerah tersebut. Ada dua jenis alat penakar hujan, yaitu
a) Pencatatan manual
Alat penakar hujan dengan pencatatan manual ini terdiri dari suatu tabung dengan
diameter 8 inchi (20,3 cm) yang dilengkapi dengan corong penerima, tabung
pengukur yang mempunyai luas penampang 1/10 atau 1/100 kali dari luas
guna memudahkan ketelitian baca hasil pengukuran. Air hujan yang masuk
perbandingan luas penampang yang lebih kecil. Pengukuran tinggi air hujan di
dalam tabung pengukur, dipakai tongkat pengukur atau skala bacaan yang ada
yang ada pada tabung. Hasil bacaan tinggi air hujan di dalam tabung pengukur
masih harus dikalikan dengan faktor perbandingan antara luas penampang tabung
pengukur dan luas corong pengumpul, baru didapat data tinggi hujan yang terjadi.
Data yang didapat dari pencatatan hujan dengan alat penakar jenis ini adalah data
hujan harian yaitu tinggi hujan yang terjadi dalam 24 jam (etmal), karena
pengukuran dilakukan satu kali dalam sehari semalam, biasanya pagi hari. Kalau
dilakukan pengukuran dua kali pagi dan sore, datanya dicatat sebagai hujan
b) Penakar automatik
Alat penakar hujan automatik atau Automatic Rain Gauge adalah alat yang dapat
mencatat hasil pengukuran hujan secara automatik dalam setiap kejadian hujan.
Pengoperasian alat ini bisa satu mingguan dengan mengganti kertas grafik
Ada tiga type automatic rain gauge yang banyak dipakai yaitu, Weighing Bucket
Rain Gauge, Tipping Bucket Rain Gauge, Syphon Automatic Rainfall Recorder.
Hujan yang jatuh di atas corong akan diteruskan masuk ke dalam bucket yang
ber alaskan plat form. Penambahan air hujan yang masuk ke dalam bucket
menggerakkan lengan pena pencatat yang akan terlihat hasilnya pada kertas
grafik yang berputar sesuai dengan waktu. Hasil pencatatan yang ditunjukkan
Hujan yang jatuh di atas corong akan diteruskan masuk ke dalam bucket yang
terdiri dari dua sisi menyerupai timbangan. Air hujan mengisi timbangan sisi
sebelah kiri, maka akan terjadi gerakan pada bucket ini akibat berat air hujan.
Bila bucket sisi sebelah kiri terisi penuh maka air akan mengalir keluar dari
bucket dan ganti bucket sisi kanan yang terisi air hujan dari corong. Proses ini
berjalan terus selama terjadi hujan dan gerakan bucket ini dimonitor oleh
Alat type ini sering disebut juga dengan Float Recording Gauge, dimana
pencatatan yang dilakukan pada kertas grafik didasarkan atas naik turunnya
pelampung dalam bak pengumpul. Hujan yang jatuh di atas corong akan
pelampung dalam bak akan naik karena air dalam bak naik. Gerakan
pelampung ini diikuti oleh goresan pena pencatat pada kertas grafik yang
berputar sesuai dengan waktu. Bila muka air dalam bak pengumpul sama
dengan bengkokan pipa siphon maka air dalam bak pengumpul akan tersedot
keluar melalui pipa siphon dan terjadi pengosongan dalam bak pengumpul.
Peritiwa pengosongan ini akan akan diikuti oleh penurunan pelampung yang
berlangsung sangat cepat, terlihat dalam kertas grafik pencatat garis pencatat
Bila hujan masih berlangsung bak pengumpul terisi air hujan lagi dan
hujan berhenti.
automatis tipe siphon. Terlihat sampai jam 07.00 hari senin garis pencatatan
mendatar pada skala 2,5 cm, ini berarti pada bak penampung tidak terjadi
penambahan air akibat hujan, sehingga pelampung tidak bergerak naik. Jam
07.00 sampai jam 08.00 terlihat garis pencatatan naik mulai skala 2,5 cm dan
berhenti pada skala 4,2 cm kemudian mendatar lagi. Pada saat garis pencatatan
naik berarti ada penambahan air pada bak penampung yang berarti terjadi
hujan. Tinggi hujan yang tercatat adalah 17 mm dengan lama hujan (duration)
1 jam.
Pada hari selasa jam 04.30 terlihat garis pencatatan naik mulai dari skala 8,5
selanjutnya naik lagi sampai skala 5,4 cm pada jam 08.10 lalu garisnya
mendatar. Terlihat bahwa pada jam 05.10 muka air pada bak penampung
mencapai bengkokan pipa siphon sehingga terjadi pengosongan air pada bak
cm, karena hujan masih berlangsung maka garis pencatatan naik lagi sampai
terjadi hujan, sedang bila garis pencatatan naik berarti terjadi hujan dimana
kalau terjadi garis pencatatan menurun berarti pada saat itu terjadi
pengosongan bak penampung. Data hujan yang diperoleh dari analisa grafik
Alat penakar hujan otomatik lain yang ada adalah Aerodynamic Rain Gauge
Data yang diperoleh dari stasiun penakar hujan adalah tabel data tinggi hujan
harian atau grafik akumulasi tinggi hujan dari penakar hujan automatis. Data tersebut
dapat diolah dan disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan grafik.
Tinggi hujan maupun akumulasi tinggi hujan dari suatu stasiun dapat disajikan
dalam bentuk tabel, tergantung dari keperluannya. Unit waktu dapat diambil tiap
jam, tiap hari, tiap 10 harian, tiap bulan, tiap tahun bahkan kadang-kadang tiap 5
tahunan. Contoh tabel hujan seperti pada Tabel 3.3. dan Tabel 3.4.
tahun J P N A M J J A S O N D Tahunan
1975 97 160 123 150 204 162 172 183 173 156 52 67 1699
1976 50 40 47 136 155 250 67 22 44 61 144 68 1084
1977 84 92 90 175 72 122 27 65 9 0 - 155 -
1978 127 33 145 98 106 47 126 86 108 97 60 107 1140
1979 46 132 147 138 96 106 46 3 48 11 96 166 1035
1980 119 62 72 226 144 372 16 114 9 124 75 87 1420
1981 27 54 131 198 230 57 - - - - - - -
2
Rata 79 82 115 160 144 159 76 79 65 73 85 108 1227 1)
max 127 160 181 226 230 372 172 183 173 156 144 156 2290 2)
min 27 33 47 98 72 47 16 3 9 0 52 67 471 3)
Sumber : data hujan pada stasiun Baraka Sulsel
- Tidak ada data
1) Total rata-rata bulanan 2) Hujan tahunan maksimum 3) Hujan tahunan minimum
Tinggi hujan dari suatu stasiun juga dapat disajikan dalam bentuk diagram yang
tidak disajikan dalam bentuk diagram. Gambar 3.6 adalah contoh diagram tinggi
hujan jam-jaman pada stasiun Jrengek pada daerah aliran KLI Klampis, data untuk
Bila pada diagram tinggi hujan ditarik garis ratanya, maka didapat grafik tinggi
menggambarkan titik-titik tersebut. Dengan cara yang sama lengkung massa hujan
dapat juga dibuat. Gambar 3.8 adalah contoh grafik tinggi hujan rata-rata bulanan
dan Gambar 3.9 adalah contoh grafik/lengkung massa dari hujan jam-jaman dari
Gambar 3.7.
Hasil pencatatan tinggi hujan dari penakar hujan adalah merupakan data dasar
yang digunakan dalam analisa hidrologi. Jumlah penakar hujan dalam suatu daerah
aliran tergantung dari kebutuhan dan besarnya presentase kesalahan yang tertentu
untuk hujan rata-rata di daerah aliran. Untuk menentukan cukup tidaknya jumlah
penakar hujan pada suatu daerah aliran dengan prresentase kesalahan hujan rata-
1
Rm = Rtot (3.2)
n
d. Hitung variannya :
1
Rs R 2 tot
S2 = n (3.4)
n 1
100 S 2
Cv = (3.5)
Rm
2
C
N = v (p dalam presen) (3.6)
p
Dalam suatu daerah aliran terdapat empat stasiun penakar hujan dengan data
hujan normal tahunan adalah 800, 520, 440 dan 400 mm. Hitung jumlah
Penyelesaian :
Rm = x 2160 = 540 mm
n 4
100 32,533
Cv = = 33,4
540
2
33,4
N = = 7,8 8
12
jadi jumlah stasiun penakar hujan yang harus ditambahkan di daerah aliran
adalah : 8 4 = 4 stasiun.
Sering dijumpai dalam data hujan yang disajikan terdapat data yang tidak
disebabkan oleh data tidak tercatat atau memang datanya hilang, dimana didalam
diantaranya:
Cara ini dapat digunakan bila selisih hujan rata-rata tahunannya untuk stasiun
yang datanya hilang dengan stasiun yang datanya komplit (stasiun index)
adalah stasiun index. Maka besarnya data yang harus diisikan untuk
Rx =
1
(R A + RB + RC ) (3.7)
3
X.
Bila selisih hujan rata-rata tahunannya untuk stasiun yang datanya hilang
dengan stasiun index lebih dari 10 %, maka besarnya data yang harus diisikan
1 N N N
R x = X R A + X RB + X RC (3.8)
3 NA NB NC
dimana :
3. Cara korelasi :
Cara ini hanya dipakai untuk analisa hujan tahunan dengan menggambarkan
korelasi tinggi hujan yang bersamaan waktunya (tahun) dari stasiun index
dengan stasiun yang datanya hilang. Bila didapat korelasi yang baik maka
tidak didapat korelasi yang baik, sulit memperkirakan tinggi hujan untuk
300
200
datanya
150
100
50
0
0 50 100 150 200 250 300
Tinggi hujan stasiun index
Dari Gambar 3.10 di atas data mempunyai korelasi baik, untuk mengisi data
hujan yang hilang tinggal melihat besarnya tinggi hujan pada stasiun index
pada waktu yang sama dengan data yang harus dilengkapi, kemudian ditarik
Bila sudah tidak ada data hujan yang hilang dari periode pengamatan yang
ditentukan, maka harus dicek akan kemungkinan stasiun dipindah tempatnya, penakar
hujan diganti typenya atau lain-lain hal yang akan berpengaruh terhadap hasil
pencatatannya. Cara yang dipakai untuk mengecek data hujan akan perubahan-
hujan tahunan dari stasiun yang dicek dengan stasiun index, dan menarik garis
melalui titik-titik tersebut yang disebut garis korelasi massa hujan. Perubahan
kemiringan dari garis korelasi memberikan indikasi adanya suatu perubahan (Gambar
3.12).
Pada Gambar 3.12 terlihat bahwa lengkung korelasi berubah secara mendadak ditahun
1978. Jika yang berubah keadaan meteorologinya, maka stasiun index juga akan
perubahan. Dengan adanya perubahan kemiringan, maka data lama sebelum 1978
harus disesuaikan dengan data sesudah 1979 dengan perumusan sebagai berikut :
IO
R A = RO
IA
dimana :
Tinggi hujan di suatu tempat tiap tahunnya tidak sama. Disamping variasi
tahunan juga terjadi variasi bulanan, bahkan mungkin terdapat variasi harian.
a. Variasi tahunan
lengkung massa hujan tahunan dan lengkung massa hujan rata-rata tahunan,
Dari Gambar 3.13 terlihat bahwa lengkung massa hujan tahun 1961 dan 1962
rata-rata hujan yang berarti tahun 1961 dan 1962 tinggi hujannya lebih rendah
Sedang dari tahun 1963 sampai 1965 terlihat bahwa kemiringan lengkung
massa hujannya lebih besar dari kemiringan lengkung massa hujan rata-rata
Variasi tahun kering dan tahun basah ini sangatlah tergantung dari cara
terlalu pendek, kemungkinan akan didapat harga rata-rata yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Kurang adanya variasi tahunan pada data hujan, maka
harga rata-rata yang tepat. Untuk mendapatkan harga rata-rata tahunan yang
tidak jauh berbeda dengan harga rata-rata sejati maka data pengamatan hujan
harga rata-rata sejati, dan ini cukup teliti untuk keperluan-keperluan praktis.
b. Variasi bulanan
Untuk keperluan pertanian Mohr telah menentukan adanya bulan basah dan
bulan kering sebagai variasi hujan bulanan. Menurut Mohr variasi bulanan
1. Bulan Basah, tinggi hujan lebih banyak dari tinggi air yang diuapkan
bila tinggi hujan dalam satu bulan lebih besar dari 100 mm.
2. Bulan Kering, tinggi hujan kurang dari tinggi air yang mungkin dapat
diuapkan. Batasannya bila tinggi hujan dalam satu bulan kurang dari
60 mm.
kurang dari 100 mm. Bulan normal disebut juga sebagai Bulan
Lembab.
c. Variasi harian
Di Indonesia terlihat juga adanya variasi yang teratur dalam satu hari dengan
dalam satu hari yang berlangsung tiap-tiap hari hujan terjadi di daerah-daerah
lereng gunung yang dapat terjadi hujan karena perbedaan temperatur di atas
Data hujan yang tercatat disetiap stasiun penakar hujan adalah tinggi hujan
disekitar stasiun tersebut atau disebut sebagai Point Rainfall. Karena stasiun penakar
hujan tersebar di daerah aliran maka akan banyak data tinggi hujan yang diperoleh
yang besarnya tidak sama. Didalam analisa hidrologi diperlukan data hujan rata-rata
Ada tiga cara untuk menghitung hujan rata-rata daerah aliran atau disebut Area
Biasanya cara ini dipakai pada daerah yang datar dan banyak stasiun penakar
hujannya dan dengan anggapan, bahwa di daerah tersebut sifat curah hujannya
R=
1
(R1 + R2 + R3 + ..... + Rn ) (3.9)
n
dimana :
rainfall)
Cara ini memasukkan factor pengaruh daerah yang diwakili oleh stasiun
penakar hujan yang disebut sebagai faktor pembobot (weighing factor) atau
tergantung dari luas daerah pengaruh yang diwakili oleh stasiun yang dibatasi
stasiun (An) dan luas daerah aliran (A) dapat dihitung. Hujan rata-rata daerah
A1 A A A
R= R 1 + 2 R 2 + 3 R 3 + ........ + n R n (3.11)
A A A A
atau :
1 n
R= Ai R i
A i=1
(3.12)
c. Cara Isohyet :
Isohyet adalah garis yang menunjukkan tempat kedudukan dari harga tinggi
hujan yang sama. Isohyet ini diperoleh dengan cara interpolasi harga-harga
tinggi hujan local (Point rainfall). Polygon Thiessen adalah tetap tidak
tergantung dari harga-harga Point Rainfall, tetapi pola Isohyet berubah dengan
hujannya tetap.
R1, 2 =
1
(I 1 + I 2 )
2
Sedang dengan menggunakan planimeter luas antara dua Isohyet (A1,2) dan
luas daerah aliran (A) dapat dihitung. Hujan rata-rata daerah aliran dapat
A1,2 A A
R= R 1,2 + 2,3 R 2,3 + ...... + n,n +1 R n,n +1 (3.13)
A A A
atau :
1 n
R= A i,i+1 R i,i+1
A i=1
(3.14)
dimana :
Sebenarnya masih ada cara lain menghitung Area Rainfall dari Point Rainfall
seperti yang dikemukakan oleh Melchior, Weduwen dan Haspers yang sering
pola intensitasnya, tetapi hanya dalam bentuk tabel. Pola intensitas suatu hujan dapat
dianalisa dari kemiringan lengkung massa hujan atau lengkung yang didapatkan
dalam pengukuran hujan otomatis. Kalau hujan dibagi dalam interval waktu, maka
(Gambar 3.16)
pencatatan hujan otomatis. Terlihat hujan terjadi mulai jam 16 11 dan berhenti jam 17
00
dengan pola seperti pada Tabel 3.5 kolom 1, 2 dan 3.
Intensitas adalah kemiringan dari grafik pencatatan hujan otomatis yang tidak lain
R
I= (3.15)
t
1,8 mm
Dalam Tabel 3.5 pada kolom 4 baris 1, I 1 = = 9 mm/jam
12 menit
Dari hasil perhitungan intensitas hujan seperti pada Table 3.5 dapat digambarkan
diagram pola intensitasnya yang disebut Hyetograp (Gambar 3.17). Melihat pola
Hujan dengan intensitas besar umumnya terjadi dalam waktu yang pendek.
Hubungan intensitas dan waktu hujan banyak dirumuskan yang pada umumnya
Besarnya intensitas curah hujan itu berbeda-beda dan disebabkan oleh waktu
curah hujan dan frekwensi kejadiannya. Beberapa rumus intensitas hujan yang
berhubungan dengan hal ini disusun sebagai rumus-rumus empiris yang dapat
a. Untuk hujan dengan waktu kurang dari dua jam Prof. Talbot (1881)
menuliskan perumusan :
a
I= (3.16)
t+b
dimana :
b. Untuk hujan dengan waktu lebih dari dua jam Prof. Sherman (1905)
menuliskan perumusan :
c
I= (3.17)
tn
dimana :
dimana :
Analisa dari perumusan pada persamaan (3.16); (3.17) dan (3.18) memerlukan
data hujan dengan waktu mulai dari pendek sampai kurang dari 24 jam (hujan
jam-jaman). Untuk data hujan harian perumusan di atas tidak bisa digunakan.
berikut :
m
R 24 24
I= (3.19)
24 t
dimana :
m = konstanta (= 2/3)
Besarnya tinggi hujan yang dipakai dalam perumusan persamaan di atas selalu
hujan harian, sedangkan untuk perhitungan analisa hidrologi sering diperlukan tinggi
hujan dalam waktu kurang dari atau lebih dari satu hari. Di Indonesia dipergunakan
tiga macam perumusan untuk hujan dengan waktu lebih dari satu hari, kurang dari
tinggi dan waktu hujan untuk hujan 1 hari sampai 10 hari sebagai berikut :
(3.20)
dimana :
100 R
= dalam prosen
R 24
Contoh 3.2.
Perkirakan besarnya hujan selama 4 hari dari data hujan R24 = 180 mm.
Penyelesaian :
sebagai berikut :
100 R
Untuk t = 4 hari, maka = 156 %
R 24
2
100 R 11300 t
= (3.21)
R 24 t + 3,12
dimana :
R, R24 = dalam mm
100 R
= dalam persen
R 24
Contoh 3.3.
Perkirakan tinggi hujan dalam 4 jam dari data hujan R24 = 240 mm.
Penyelesaian :
100 R
untuk t = 4 jam, maka : = 97,7 %
R 24
distribusi hujan tiap jamnya (methode rasional) dari data hujan harian.
2
R 5 3
R t = 24 (3.22)
5 t
R ' t = t R t (t - 1) R ( t - 1) (3.23)
dimana :
Penyelesaian :
Pada jam ke 1 :
2
240 5 3
Rt = = 140.4 mm
5 1
Pada jam ke 2
2
240 5 3
Rt = = 88.4 mm
5 2
Pada jam ke 3
2
240 5 3
Rt = = 67.5 mm
5 3
Pada jam ke 4
2
240 5 3
Rt = = 55.7 mm
5 4
a R 24
R= (3.24)
R 24 + b
dimana :
R, R24 = dalam mm
t(menit) a b t (menit) a b
1 5,85 21,6 35 774 1781
5 29,1 116 40 1159 2544
10 73,8 254 45 1811 3816
15 138 424 50 3131 6360
20 228 636 55 7119 13990
25 351 909 59 39083 75048
30 524 1272
Contoh 3.5.
Perkirakan besarnya hujan dengan waktu 30 menit dari data hujan harian R24
= 140 mm.
Penyelesaian :
Untuk t = 30 menit, maka dari Tabel 3.7. diperoleh : a = 524 dan b = 1272
524 * 140
Jadi : R = = 52 mm
140 + 1272
antara tinggi hujan dan lama hujan adalah tinggi hujan maximum dengan
hubungan ini dapat digambarkan grafiknya. Selain dari pada itu hubungan
antara tinggi hujan dan waktu hujan masih dapat juga dikaitkan hubungannya
hujan tertentu dalam massa tertentu pula, yang juga disebut sebagai massa ulang
(return periode).
Hujan dengan tinggi tertentu disamai atau dilampaui 5 kali dalam pengamatan
data selama 50 tahun, ini berarti tinggi hujan tersebut rata-rata mempunyai frekwensi
atau periode ulang sekali dalam 10 tahun. Bukan berarti setiap 10 tahun sekali
(interval 10 tahun) akan terjadi tinggi hujan yang sama atau dilampaui, tetapi rata-rata
dalam 50 tahun terjadi 5 kali peristiwa disamai atau dilampaui. Frekwensi hujan ini
dapat berupa harga-harga tinggi hujan maksimum atau tinggi hujan minimum.
Biasanya tinggi hujan yang maksimum dan minimum yang pernah terjadi
yang sebenarnya tidak juga dapat terukur. Tinggi hujan ekstrim maksimum dan
minimum ini dapat didekati dengan analisa statistik dari data pengamatan yang
terkumpul.
Pengembangan Sumber-sumber Air (PSA) dipakai suatu tinggi hujan tertentu sebagai
dasar untuk menentukan dimensi suatu bangunan. Hal ini dilakukan karena hujan
direncanakan, misalnya gorong-gorong pada jalan raya, weir pada daerah irigasi,
spillway pada dam reservoir air dan lain sebagainya. Hujan yang dipakai dasar design
Harga tinggi hujan rencana tergantung dari besar kecilnya bahaya dan
kerugian yang dapat ditimbulkan oleh suatu kegagalan bangunan sehingga resiko
yang besar maka untuk perencanaan biasanya diambil tinggi hujan rencana yang
mendekati harga extrim maximum, karena resiko yang kita ambil adalah kecil.
Sedang kalau kegagalan bangunan hanya menimbulkan kerugian yang tidak begitu
besar, maka diambil resiko yang lebih besar dengan mengambil tinggi curah hujan
1. Dalam suatu daerah aliran terdapat lima stasiun penakar hujan dengan data hujan
normal tahunan adalah 700, 620, 430 dan 340 mm. Hitung jumlah stasiun
penakar hujan yang harus ditambahkan dengan batas kesalahan untuk hujan rata-
2. Hitunglah perkiraan besarnya hujan selama 3 hari dari sebuah data hujan harian
3. Perkirakan distribusi tinggi hujan untuk t = 5 jam dari harian R24 = 130 mm
4. Perkirakan besarnya hujan dengan waktu 20 dan 45 menit dari data hujan harian