Anda di halaman 1dari 53

B.

1 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

B.1.1 TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA

Berdasarkan isi dari Kerangka Acuan Kerja (KAK) terhadap pekerjaan


Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ
Jember, maka tanggapan terhadap materi Kerangka Acuan Kerja antara lain
sebagai berikut :
a. Lokasi Pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman
Jalan di UPT LLAJ Jember adalah pada wilayah kerja UPT LLAJ Jember;
b. Tenaga ahli yang terlibat dalam pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan
Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember ada 2 (dua) orang
ahli dan dibantu dengan beberapa tenaga pendukung lainnya;
c. Waktu Pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman
Jalan di UPT LLAJ Jember adalah selama 1,5 (satu koma lima) bulan atau 45
(empat puluh lima) hari;
d. Biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan Perencanaan
Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember
adalah sebesar Rp. 114.298.000,00 (Seratus Empat Belas Juta Dua Ratus
Sembilan Puluh Delapan Ribu Rupiah)

1. Tanggapan Terhadap Latar Belakang


Pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman
Jalan di UPT LLAJ Jember ini dilatar belakangi oleh permasalahan transportasi di
Kabupaten Jember yaitu semakin tingginya angka kecelakaan dari tahun ke
tahun. Guardrail adalah alat kelengkapan pada jalan yang berfungsi sebagai
pencegah pertama bagi kendaraan bermotor yang tidak dapat dikendalikan lagi
agar tidak keluar dari jalur lalu lintas yang mengakibatkan kecelakaan fatal.
Alat kelengkapan jalan ini berupa suatu unit konstruksi yang terdiri dari
lempengan dan/atau batang besi, tiang penyangga dan pengikatnya yang
dipasangkan pada tepi jalan.
Fasilitas keselamatan LLAJ berupa perlengkapan jalan telah
berkembang baik pada sisi jumlah maupun lokasi-lokasi ruas jalan dimana
fasilitas tersebut terpasang. Pemenuhan terhadap jumlah fasilitas keselamatan
lalu lintas dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Walaupun
realisasi dari kebutuhan yang ada masih jauh dari harapan baik dari segi
kuantitas maupun dari segi kualitas. Pemenuhan kebutuhan fasilitas dimaksud
bersumber dari APBD Provinsi maupun APBN yang dipasang secara menyebar
pada ruas-ruas jalan nasional maupun jalan provinsi di wilayah Provinsi Jawa
Timur.
Pagar pengaman jalan (guardrail) adalah kelengkapan pada jalan yang
berfungsi sebagai pencegah pertama bagi kendaraan bermotor yang tidak dapat
dikendalikan lagi agar tidak keluar dari jalur lalu lintas yang mengakibatkan
kecelakaan fatal. Kelengkapan ini berupa suatu unit konstruksi yang terdiri dari
lempengan dan/atau batang besi, tiang penyangga dan pengikatnya yang
dipasangan pada tepi jalan.
Guna menunjang pertumbuhan lalu lintas yang cukup cepat terutama di
wilayah Provinsi Jawa Timur, maka sangat dibutuhkan pembangunan fasilitas
keselamatan jalan seperti pagar pengaman jalan (guardrail) ini. Pada
hakekatnya kebutuhan prasarana fasilitas umum jalan raya ini akan
mempengaruhi sistem transportasi yang ada. Perkembangan infrastruktur
transportasi terutama jalan raya sangat membutuhkan fasilitas pagar pengaman
jalan (guardrail) yang memadai. Rencana pembangunan fasilitas pagar
pengaman jalan ini memerlukan perencanaan terlebih dahulu sehingga dapat
diidentifikasi kebutuhan jumlah, biaya dan lokasi penempatan pagar pengaman
jalan (guardrail).

2. Tanggapan Terhadap Maksud dan Tujuan


Maksud pekerjaan perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar
Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember adalah untuk meningkatkan keselamatan
pengguna jalan dan mengurangi angka kecelakaan lalu lintas khususnya
angka kecelakaan di wilayah Kabupaten Jember.
Sedangkan tujuan dari pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan
Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember ini yaitu :
a) Analisis terhadap kebutuhan pembangunan Pagar Pengaman Jalan di
wilayah UPT LLAJ Jember;
b) Penentuan titik lokasi Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan
sehingga pemanfaatan pembangunan dapat tepat sasaran ;
c) Melakukan survey harga satuan bahan/material serta upah kerja yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar
Pengaman Jalan;
3. Tanggapan Terhadap Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai terkait dengan pekerjaan Perencanaan


Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember adalah
untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan sebagai upaya mengurangi
angka kecelakaan di jalan khususnya di wilayah UPT LLAJ Jember serta
terjadinya ketertiban di jalan dengan mematuhi Rambu - Rambu Lalu Lintas
sehingga mengurangi resiko kecelakaan.
4. Tanggapan Terhadap Lokasi Kegiatan
Kegiatan Perencanaan Pembangunan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ
Jember ini dilakukan pada wilayah UPT LLAJ Jember.

5. Tanggapan Terhadap Sumber Pendanaan


Sumber pendanaan yang digunakan dalam kegiatan Perencanaan
Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember dalam
kegiatan ini dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun
Anggaran 2015 Satuan Kerja Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa
Timur.

6. Tanggapan Terhadap Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen


Organisasi yang menyelenggarakan/melaksanakan pekerjaan
Perencanaan Pembangunan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember, adalah
Satuan Kerja Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Bidan Lalu
Lintas Jalan dengan Nama Pejabat Pembuat Komitmen adalah Bapak Gatot
Soebroto, A.Md, SE, M.PSDM

7. Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup Kegiatan


Penyelesaian pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar
Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember diperlukan penjabaran lingkup kegiatan ke
dalam langkah-langkah yang riil/nyata guna mencapai maksud dan tujuan
pekerjaan. Identifikasi kegiatan dalam rangka penyelesaian kegiatan ini
meliputi :

a) Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pembangunan dan alokasi


tenaga yang terlibat dalam pekerjaan tersebut;
b) Pengumpulan data data dari lapangan berdasarkan kondisi eksisting saat
ini serta data kondisi lingkungannya;
c) Membuat rencana tampak dan perlekatannya, serta membantu hasil hasil
penelitian dan pengujian anggaran untuk melaksanakan konstruksi fisik;
d) Membuat rencana kerja dan syarat syarat
e) Menyusun rencana volume dari setiap lokasi pembangunan pagar
pengaman jalan;
f) Menyusun kegiatan pelaksanaan Konstruksi fisik pada waktu
penyelenggaraan proses pemilahan/lelang;
g) Penyusunan dokumen pelaksanaan dan pengawasan fisik terhadap
pembangunan pagar pengaman jalan di wilayah UPT LLAJ Jember.
8. Tanggapan Terhadap Keluaran
Hasil keluaran dari pekerjaan perencanaan pembangunan pagar
pengaman jalan di UPT LLAJ Jember ini yaitu tercapainya tujuan melalui hasil
keluaran sebagaimana diharapkan dalam pekerjaan ini. Hasil dari pekerjaan
Perencanaan Pembangunan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember ini
antara lain:
a) Gambar detail perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di UPT
LLAJ Jember;
b) Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dibutuhkan dalam pekerjaan
perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di UPT LLAJ Jember;
c) Syarat- Syarat Teknis yang digunakan sebagai acuan dalam pekerjaan
perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di UPT LLAJ Jember;
d) Dokumen gambar perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan dibuat
dalam bentuk gambar Auto Cad.

9. Tanggapan Terhadap Peralatan, Material dan Personil Dari Pejabat Pembuat


Komitmen
Mengenai peralatan, material dan personil dalam pekerjaan
Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ
disediakan oleh penyedia jasa. Terhadao kebutuhan peralatan, material dan
personil dalam pekerjaan ini konsultan telah mempunyai peralatan, material
dan personil yang dibutuhkan.

10. Tanggapan Terhadap Peralatan dan Material Dari Penyedia Jasa Konsultansi
Dalam hal peralatan dan material dari penyedia jasa konstruksi,
penyedia barang/jasa wajib menyediakan peralatan yang digunakan dalam
menunjang pekerjaan perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di
UPT LLAJ Jember adalah sebagai berikut :
a) Mobil dengan jumlah yang disyaratkan sebanyak 1 unit
b) Komputer/Laptop dengan jumlah yang disyaratkan sebanyak 4 unit
c) Printer/ploter dengan jumlah yang disyaratkan sebanyak 4 unit

11. Tanggapan Terhadap Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa


Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) dijelaskan bahwa dalam
pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di
UPT LLAJ Jember penyedia jasa mempunyai lingkup kewenangan sesuai
dengan lingkup pekerjaan dan penyusunan laporan.
12. Tanggapan Terhadap Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan
Jangka waktu penyelesaian kegiatan perencanaan pembangunan
pagar pengaman jalan di UPT LLAJ Jember sesuai dengan yang telah di
jelaskan pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah selama 1,5 (satu koma
lima) bulan berurutan atau 45 (empat puluh lima) hari kalender terhitung
sejak dikeluarkannya SPMK.

13. Tanggapan Terhadap Personil


Dalam pekerjaan ini terhadap kebutuhan dan kualifikasi personil
yang dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di
UPT LLAJ Jember ini meliputi Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Lainnya
yang meliputi :
a) 1 (satu) orang Team Leader/Ahli Sipil dengan kualifikasi pendidikan
Sarjana S-1 Jurusan Teknik Teknik Sipil lulusan Perguruan Tinggi Negeri
atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah lulus ujian negara atau yang
telah diakreditasi, atau Perguruan Tinggi Luar Negeri yang telah
diakreditasi, dibuktikan dengan salinan ijazah yang sah.
b) 1 (satu) orang Ahli Cost Estimator dengan kualifikasi pendidikan Sarjana
S-1 Jurusan Teknik Teknik Sipil, Lulusan Perguruan Tinggi Negeri atau
Perguruan Tinggi Swasta yang telah lulus ujian negara atau yang telah
diakreditasi, atau Perguruan Tinggi Luar Negeri yang telah diakreditasi,
dibuktikan dengan salinan ijazah yang sah. Ahli Jalan ini diutamakan
berpengalaman melaksanakan pekerjaan di bidang Teknik Transportasi
dengan pengalaman minimal3 tahun Memiliki SKA Muda Jalan.
c) 1 (satu) orang Administrasi/Keuangan dengan kualifikasi pendidikan
yang disyaratkan adalah seorang lulusan SMA/SMK sederajatyang telah
lulus ujian negara atau yang telah diakreditasi, dibuktikan dengan salinan
ijazah yang sah. Diutamakan berpengalaman sebagai administrasi /
keuangan minimal 1 (satu) tahun.
d) 1 (satu) orang Koordinator Survey dengan kualifikasi pendidikan yang
disyaratkan adalah seorang lulusan D3/S1 sederajat yang telah lulus ujian
negara atau yang telah diakreditasi, dibuktikan dengan salinan ijazah
yang sah. Diutamakan berpengalaman sebagai koordinator survey
minimal 1 (satu) tahun.
e) 4 (empat) orang Tenaga Surveyor dengan kualifikasi pendidikan yang
disyaratkan adalah seorang lulusan SMK sederajat yang telah lulus ujian
negara atau yang telah diakreditasi, dibuktikan dengan salinan ijazah
yang sah. Diutamakan berpengalaman sebagai surveyor minimal 1 (satu)
tahun.
f) 2 (dua) orang drafter dengan kualifikasi pendidikan yang disyaratkan
adalah seorang lulusan SMK sederajat yang telah lulus ujian negara atau
yang telah diakreditasi, dibuktikan dengan salinan ijazah yang sah.
Diutamakan berpengalaman sebagai surveyor minimal 1 (satu) tahun.
g) 1 (satu) orang Office Boy dengan kualifikasi pendidikan yang disyaratkan
adalah seorang SMA/SMK sederajat yang telah lulus ujian negara atau
yang telah diakreditasi, dibuktikan dengan salinan ijazah yang sah.
h) 2 (dua) orang Sopir/Driver dengan kualifikasi pendidikan yang
disyaratkan adalah seorang SMA/SMK sederajat yang telah lulus ujian
negara atau yang telah diakreditasi, dibuktikan dengan salinan ijazah
yang sah.

14. Tanggapan Terhadap Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Jadwal tahapan pelaksanaan kegiatan Perencanaan Pembangunan
Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember adalah mulai dari pekerjaan
pendahuluan yang meliputi studi literatur dan persiapan, tahap yang kedua
yaitu menentukan titik lokasi yang akan dibangun pagar pengaman jalan,
spesifikasi teknik dalam pekerjaan perencanaan pembangunan pagar
pengaman jalan serta rencana anggaran biaya (RAB) yang dibutuhkan dalam
kegiatan perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di UPT LLAJ
Jember ini.

15. Tanggapan Terhadap Laporan


Hasil laporan dalam pekerjaan Perencanaan Pembangunan Pagar
Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember, disampaikan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) sebanyak 10 (sepuluh) buku, Rencana Anggaran Biaya
(RAB) sebanyak 5 (lima) buku dan Gambar Teknik sebanyak 10 (sepuluh)
buku.

16. Tanggapan Terhadap Persyaratan Kerjasama


Dalam Kerangka Acuan Kerja dijelaskan bahwa Jika kerjasama dengan
penyedia barang/jasa lain diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan
perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di UPT LLAJ Jember, maka
harus mematuhi persyaratan yang telah ditentukan.

17. Tanggapan Terhadap Klausul Alih Pengetahuan


Telah dijelaskan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) Mengenai Alih
Pengetahuan, Jika diperlukan Penyedia Jasa Konsultansi
berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam
rangka alih pengetahuan kepada personil proyek/ satuan kerja Pejabat
Pembuat Komitmen dan Konsultan memahami dan bersedia melakukan
alih pengetahuan, sebagaimana dijelaskan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK) dalam pekerjaan perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di
UPT LLAJ Jember ini.

B.1.2 MODIFIKASI ATAU INOVASI TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA

Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), secara umum sudah memberikan


penjelasan mengenai Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Hasil Keluaran,
hingga Laporan yang dibutuhkan dalam pekerjaan perencanaan
pembangunan pagar pengaman jalan di UPT LLAJ Jember ini. Namun Konsultan
mengidentifikasi masih terdapat beberapa hal yang tidak dijelaskan, diperlukan
modifikasi atau inovasi. Hal-hal yang belum dijelaskan dalam Kerangka
Acuan Kerja adalah mengenai uraian mengenai tugas dan tanggung jawab
Personil. Didalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) tidak dijelaskan mengenai
tanggapan dan uraian terhadap pedoman pengumpulan data lapangan serta
uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing Tenaga Ahli, maka Konsultan
mencoba menguraikan hal ini dalam Data Teknis ini.

B.2 URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA


B.2.1 PENDEKATAN TEKNIS

Dalam upaya penyelesaian permasalahan-permasalahan yang timbul pada


pekerjaan ini dan berdasarkan Kerangka Tujuan dan Lingkup Kegiatan, maka
konsultan melakukan pendekatan pendekatan teknis yang dimaksudkan
untuk mengenal lebih mendalam kondisi wilayah, kondisi perekonomian serta
kondisi geografis wilayah studi pada wilayah UPT LLAJ Jember yang meliputi
Jember, Lumajang dan Bondowoso.

1) PENDEKATAN WILAYAH KABUPATEN


Kegiatan jasa konsultansi Perencanaan Pembangunan Pagar Pengaman Jalan ini
dilakukan pada wilayah UPT LLAJ Jember yang meliputi Jember, Lumajang dan
Bondowoso. Untuk itu, kami selaku konsultan mencoba menjelaskan mengenai
wilayah-wilayah tersebut.

A. DESKRIPSI WILAYAH KABUPATEN JEMBER


Letak Kabupaten Jember berada pada 113 30 - 113 45 Bujur Timur dan
8 30 Lintang Selatan sampai dengan luas wilayah 3.092,34 Km dengan kisaran
suhu antara 23 C 32 C Berikut ini merupakan batas-batas wilayah kabupaten
Jember :

Sebelah Utara : Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Bondowoso


Sebelah Timur : Kabupaten Banyuwangi
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Sebelah Barat : Kabupaten Lumajang

Kabupaten Jember terletak di bagian timur wilayah Provinsi Jawa


Timur. Lokasi Kabupaten Jember sangat strategis, karena dilalui jalan arteri
primer Surabaya Banyuwangi dengan karakter topografi berbukit hingga
pegunungan di sisi utara dan timur serta dataran subur yang luas ke arah
selatan. Luas wilayah Kabupaten Jember tercatat sebesar 3.092,34 Km. Secara
administrasi pemerintahan Kabupaten Jember terdiri dari 31 Kecamatan, 22
Kelurahan dan 245 Desa, kecamatan terluas adalah kecamatan Tempurejo
dengan luas 524,46 Km atau 15,9% dari total luas wilayah kabupaten Jember,
sedangkan kecamatan terkecil adalah kecamatan Kaliwates dengan luas 24,94
Km atau 0,76%. Kabupaten Jember mempunyai perubahan iklim 2 jenis setiap
tahunnya, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada kondisi normal,
musim penghujan berada pada bulan Nopember hingga April, sedangkan
musim kemarau berada pada bulan Mei hingga Oktober setiap tahunnya.
Kawasan lindung di Kabupaten Jember terdiri atas : (1) Kawasan yang
memberikan perlindungan di bawahnya yang berada di bagian timur; (2)
Kawasan perlindungan setempat yang berada di sempadan pantai selatan
Jember (100 m), sempadan sungai/kali di seluruh Jember, kawasan sekitar
waduk, dan kawasan sekitar mata air; (3) Kawasan suaka alam berada di
Wisata Pantai Watu Ulo, Gunung Watangan, Taman Nasional Meru Betiri dan
Pegunungan Hyang; (4) Kawasan cagar budaya di Kecamatan Arjasa; (5)
Kawasan rawan bencana alam karena erosi tinggi berada di Kecamatan Arjasa,
Patrang, Sumberjambe, Mumbulsari, Kencong dan Wuluhan, dan kawasan
rawan bencana alam karena hutan rusak berada di Kecamatan Silo dan
Mumbulsari.
Kawasan budidaya terdiri dari : (1) Pertanian Tanaman Pangan berada
di seluruh kawasan kecuali pusat kota; (2) Perkebunan berada di lereng
Gunung Argopuro dengan komoditi teh, kopi, kakao, karet; lereng Gunung
Raung dengan komoditi kopi dan tembakau; kawasan tengah hingga selatan
dengan komoditi tembakau, tebu dan kelapa; (3) Perikanan laut terdapat di
Kecamatan Gumukmas, Puger, Ambulu, Wuluhan dan Kencong; perikanan
darat terdapat di Kecamatan Rambipuji, Kalisat dan Bangsalsari; (4)
Pertambangan/Galian C berada di Kecamatan Puger, Pakusari, Sumbersari,
Kalisat, Wuluhan, Arjasa, Ledokombo dan Rambipuji; (5) Hutan Produksi
berada di kawasan perbatasan dengan Bondowoso dan Banyuwangi; (6)
Industri kecil tersebar di setiap kecamatan, industri manufaktur berada di
Kecamatan Rambipuji, Panti, Balung, Jenggawah, Sumbersari dan Arjasa; (7)
Permukiman berada di Kawasan Pusat Kota dan setiap ibukota kecamatan.
Secara umum, kondisi dan struktur tanah Kabupaten Jember cukup
produktif untuk berbagai jenis tanaman. Hal ini banyak dipengaruhi oleh
pengairan yang cukup, sehingga memungkinkan pengembangan lahan sawah
untuk tanaman pangan maupun hortikultura.

B. KONDISI SOSIAL MASYARAKAT KABUPATEN JEMBER


Karakteristik sosial ini penduduk Kabupaten Jember dapat dilihat dari
segi etnik dan budaya masyarakatnya. Masyarakat Jember dilihat dari sosial
budaya sebagian berasal dari budaya agraris (petani dan nelayan) dan
berkembang menjadi masyarakat urbanis. Sedangkan ditinjau dari suku,
sebagian besar merupakan Suku Jawa dan Madura yang terkenal ulet, lugas,
terbuka, dan kuat dalam mengarungi kehidupan (berjiwa wiraswasta tinggi).
Selain itu perpaduan masyarakat dan budaya yang masih asli dicerminkan
dengan gotong royong, dan adat budaya khas, serta diwarnai dengan unsur
Islam. Hal ini dapat dipandang sebagai potensi masyarakat sehingga menjadi
modal dalam peningkatan sumber daya manusia sehingga terbentuk suatu
masyarakat yang handal dan berkembang dan mudah tanggap terhadap
kemajuan. Lebih dari itu potensi-potensi yang ada menjadikan ketahanan sosial
masyarakat akan mampu menangkal dan menyaring kemungkinan adanya
pengaruh budaya luar yang negatif.

C. KONDISI JALAN DI KABUPATEN JEMBER


Panjang jalan kabupaten Jember pada tahun 2014 mencapai 2.032,43
kilometer, Jalan Nasional 80,08 kilometer, Jalan Propinsi 82,20 kilometer, Jalan
Desa/Lokal 445,95 kilometer.

D. KONDISI GEOGRAFIS KABUPATEN JEMBER


Bagian selatan wilayah Kabupaten Jember adalah dataran rendah
dengan titik terluarnya adalah Pulau Barong. Pada kawasan ini terdapat Taman
Nasional Meru Betiri yang berbatasan dengan wilayah administratif Kabupaten
Banyuwangi. Bagian barat laut (berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo
adalah pegunungan, bagian dari Pegunungan Iyang, dengan puncaknya Gunung
Argopuro (3.088 m). Bagian timur merupakan bagian dari rangkaian Dataran
Tinggi Ijen. Jember memiliki beberapa sungai antara lain Sungai Bedadung yang
bersumber dari Pegunungan Iyang di bagian Tengah, Sungai Mayang yang
persumber dari Pegunungan Raung di bagian timur, dan Sungai Bondoyudo yang
bersumber dari Pegunungan Semeru di bagian barat.

E. PENDUDUK KABUPATEN JEMBER


Mayoritas penduduk Kabupaten Jember terdiri atas suku Jawa dan suku
Madura, dan sebagian besar beragama Islam. Selain itu terdapat warga Tionghoa
dan Suku Osing. Rata rata penduduk Jember adalah masyarakat pendatang. Suku
Madura dominan di daerah utara dan Suku Jawa di daerah selatan dan pesisir
pantai. Bahasa Jawa dan Madura digunakan di banyak tempat, sehingga umum
bagi masyarakat di Jember menguasai dua bahasa daerah tersebut dan juga saling
pengaruh tersebut memunculkan beberapa ungkapan khas Jember.Percampuran
kedua kebudayaan Jawa dan Madura di Kabupaten Jember melahirkan satu
kebudayaan baru yang bernama budaya Pendalungan. Masyarakat Pendalungan
di Jember mempunyai karakteristik yang unik sebagai hasil dari penetrasi kedua
budaya tersebut. Kesenian Can Macanan Kaduk merupakan satu hasil budaya
masyarakat Pendalungan yang masih bertahan sampai sekarang di kabupaten
Jember. Jember berpenduduk 2.529.967 jiwa (JDA, BPS 2013) dengan kepadatan
rata-rata 787,47 jiwa/km.

F. PETA POTENSI WILAYAH KABUPATEN JEMBER


Berikut ini merupakan gambar peta potensi wilayah Kabupaten Jember :

Peta wilayah Kabupaten Jember


G. TRANSPORTASI DI KABUPATEN JEMBER
Stasiun Jember merupakan stasiun terbesar di Kabupaten Jember, dan
merupakan pusat dari Daops IX Jember yang mengatur stasiun dari Pasuruan
hingga Banyuwangi. Di samping stasiun-stasiun kecil lainnya di Tanggul,
Rambipuji, dan Kalisat. Jember dilintasi jalur kereta api, yang menghubungkan
Jember dengan kota-kota lain di Pulau Jawa, yaitu Purwokerto, Yogyakarta, Solo,
Madiun, Surabaya, Malang, Probolinggo dan Banyuwangi. Di Jember juga
terdapat stasiun-stasiun kecil seperti Bangsalsari, Mangli, Arjasa, Kotok,
Ledokombo, Sempolan, Garahan. Stasiun ini hanya digunakan ketika terjadi
persilangan kereta api dan hanya digunakan oleh kereta api ekonomi seperti
Probowangi (Surabaya-Barnyuwangi) dan kereta Pandanwangi (Jember -
Banyuwangi). Jalur kereta api Kalisat-Situbondo kini tidak lagi beroperasi.
Terminal bus Tawang Alun merupakan terminal utama yang melayani
jalur Surabaya - Jember - Banyuwangi (lewat Tanggul), Surabaya - Jember -
Banyuwangi (lewat Kencong - Balung dan atau Ambulu) yang juga melewati kota
Lumajang. Terminal ini juga melayani jalur Bus Patas (cepat terbatas) Jember -
Yogya, Jember - Surabaya, Jember - Malang, serta Jember - Denpasar. Untuk
jalur Jember - Bondowoso - Situbondo dilayani oleh Terminal Bus "ARJASA" yang
terletak di Kecamatan Arjasa. Baru-baru ini, di Kecamatan Ambulu yang terletak
di Jember bagian selatan juga dibangun Terminal, yang menyediakan jalur
Ambulu-Kencong-Lumajang-Pasuruan-Surabaya dan Malang. Selain itu terdapat
pula terminal-terminal kecil yang dihubungkan oleh angkutan antar dalam kota
(Lyn) seperti Terminal Ajung, Terminal Arjasa dan Terminal Pakusari. Bus Kota
dapat ditemui di Kota Jember yang menghubungkan Terminal Tawang Alun -
Terminal Arjasa (Kode Trayek "A" dan "B") dan Terminal Tawang Alun - Terminal
Pakusari (Kode Trayek "D" dan "E"). Jasa taksi dengan Argometer juga banyak
ditemui di Kota ini.
Bandar Udara Notohadinegoro (JBB) terletak di Jl. Wirowongso Ajung.
Garuda Indonesia adalah satu-satunya maskapai yang melayani penerbangan
dengan rute Jember - Surabaya maupun sebaliknya dengan tipe pesawat ATR 72-
600.

H. PEREKONOMIAN DI KABUPATEN JEMBER


Dengan sebagian besar penduduk masih bekerja sebagai petani,
perekonomian Jember masih banyak ditunjang dari sektor pertanian. Di Jember
terdapat banyak area perkebunan, sebagian besar peninggalan Belanda.
Perkebunan yang ada dikelola oleh Perusahaan nasional PTP Nusantara,
Tarutama Nusantara (TTN), dan Perusahaan daerah yaitu PDP (Perusahaan
Daerah Perkebunan). Jember terkenal sebagai salah satu daerah penghasil
tembakau utama di Indonesia. Tembakau Jember adalah tembakau yang
digunakan sebagai lapisan luar/kulit cerutu. Di pasaran dunia tembakau Jember
sangat dikenal di Brehmen, Jerman dan Belanda.

I. KONDISI GEOGRAFIS KABUPATEN LUMAJANG

Letak Posisi Kabupaten Lumajang


Secara geografis, Pemerintah Kabupaten Lumajang terletak antara 112o
50-113o 22 Bujur Timur dan 7o 52 8o 23 Lintang Selatan. Kabupaten
Lumajang terdiri dari 21 (dua puluh satu) kecamatan, yaitu: Yosowilangun,
Kunir, Tempeh, Pasirian, Candipuro, Pronojiwo, Tempursari, Rowokangkung,
Tekung, Lumajang, Sumbersuko, Sukodono, Senduro, Pasrujambe, Padang,
Gucialit, Jatiroto, Randuagung, Kedungjajang, Klakah dan Ranuyoso. Adapun
batas batas administrasi Kabupaten Lumajang sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo;


Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Jember;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Malang;

J. PETA ADMINISTRASI KABUPATEN LUMAJANG

Gambar Peta Administrasi Kabupaten Lumajang


K. KONDISI TOPOGRAFI KABUPATEN LUMAJANG
Secara topografis wilayah Kabupaten Lumajang terdiri dari daratan yang
subur, karena diapit oleh tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru (3.676 m),
Gunung Bromo (3.292 m) dan Gunung Lamongan. Ketinggian daerah bervariasi
dari 0 hingga 3.676 m diatas permukaan laut. Daerah terluas ada pada
ketinggian 100 hingga 500 m diatas permukaan laut, yaitu seluas 63.405,50 Ha
atau sebesar 35,88% dari luas wilayah Kabupaten Lumajang, sedangkan daerah
tersempit ada pada ketinggian antara 0 hingga 25 km diatas permukaan laut
yaitu seluas 19.775,45 Ha atau 11,45 % dari luas Kabupaten Lumajang.
Gambaran Topografi Kabupaten Lumajang sebagaimana gambar berikut :

Peta Topografi Kabupaten Lumajang

L. KONDISI DEMOGRAFI KABUPATEN LUMAJANG


Pertumbuhan penduduk ditentukan oleh 3 komponen demografi, yaitu:
kelahiran, kematian dan migrasi. Perubahan ketiga komponen demografi
tersebut dipengaruhi oleh hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk telah
mencapai 1.006.458 jiwa. Ini berarti secara rata-rata memiliki tingkat kepadatan
sebesar 562 jiwa per kilometer persegi.Perkembangan jumlah dan pertumbuhan
penduduk di Kabupaten Lumajang dapat dicermati pada Tabel berikut
Luas Kepadatan
Nama Jumlah Penduduk
No Kecamatan (Jiwa) (Km2) (jiwa/mm2)

1 Tempursari 28,405 101.36 281

2 Pronojiwo 31,630 38.74 819

3 Candipuro 62,021 144.93 429

4 Pasirian 83,405 183.91 455

5 Tempeh 78,549 88.05 895

6 Lumajang 80,423 30.26 2666

7 Sumbersuko 33,804 26.54 1278

8 Tekung 32,458 30.4 1071

9 Kunir 51,512 50.18 1030

10 Yosowilangun 56,364 81.3 696

11 Rowokangkung 34,037 77.95 438

12 Jatiroto 45,097 77.06 587

13 Randuagung 60,653 103.41 588

14 Sukodono 49,783 30.79 1622

15 Padang 34,503 52.79 656

16 Pasrujambe 34,802 97.3 359

17 Senduro 42,749 228.68 188

18 Gucialit 23,361 72.83 322

19 Kedungjajang 43,362 92.33 471

20 Klakah 50,953 83.67 611

21 Ranuyoso 45,298 98.42 462

Tabel 2.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Lumajang Th. 2010
Sumber : BPS, 2011
Laju pertumbuhan penduduk periode 1990-2000 diperkirakan sebesar
0,42 persen pertahun, ini berarti penduduk Lumajang akan bertambah dengan
Sex Ratio 94,31 dan Dependency Ratio 46,08 serta komposisi penduduk
perkotaan sebesar 29,21 persen. Laju pertumbuhan penduduk dapat menjadi
indikasi bahwa pengendalian jumlah penduduk di suatu wilayah akan menjadi
sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.

M. PERSEBARAN DAN KEPADATAN PENDUDUK


Pada awalnya penyebaran penduduk suatu daerah sangat dipengaruhi
oleh sumberdaya alam seperti ketersediaan tanah yang subur, sumber air yang
cukup dan kondisi alam yang bisa memenuhi kebutuhan dasar manusia, namun
pada perkembangan selanjutnya dengan semakin berkurangnya ketersediaan
sumber daya alam maka potensi sumber daya alam buatan seperti kondisi
perekonomian, sosial dan budaya suatu daerah sangat berpengaruh pada pola
penyebaran penduduk.
Kepadatan penduduk masing-masing kecamatan sangat bervariasi
berkisar antara 188 s/d 2.666 jiwa per kilometer persegi. Faktor-faktor yang
menyebabkan perbedaan kepadatan penduduk adalah kondisi topografi
(kemiringan, pegunungan, hutan dan lain-lain), serta pertumbuhan ekonomi
dan kondisi sosial budaya yang lain. Tingkat kepadatan terendah adalah
Kecamatan Senduro yaitu 188 jiwa per kilometer persegi, kecamatan Tempursari
281 jiwa dan kecamatan Gucialit 322 jiwa, sedangkan yang paling padat adalah
Kecamatan Lumajang, Sukodono dan Sumbersuko dengan kepadatan masing-
masing sebesar 2.666, 1.622 dan 1.278 jiwa per kilometer persegi.
Rendahnya kepadatan penduduk di Kecamatan Senduro, Tempursari dan
Gucialit adalah disamping pertumbuhan ekonominya relatif rendah dan
wilayahnya cukup luas, juga dikarenakan kondisi alam yang berada di kaki
Gunung Semeru yang berhutan, terjal, berjurang dan memiliki kemiringan yang
cukup tinggi. Potensi alam yang dimiliki hanya bisa untuk pengembangan
budidaya perkebunan, kehutanan dan hortikultura. Sedangkan Kecamatan
Tempursari berada di wilayah yang sangat terpencil dan jauh dari pusat kota
dengan jarak tempuh sekitar 76 kilometer dari Kota Lumajang.
Tingginya kepadatan di Kecamatan Lumajang, Sukodono dan
Sumbersuko lebih dikerenakan berada di wilayah pusat pemerintahan,
perekonomian, sosial budaya dan pusat kota. Namun secara keseluruhan, tingkat
kepadatan penduduk masih tergolong rendah, oleh karena itu kurangnya sumber
daya manusia secara kualitas merupakan salah satu masalah yang dihadapi
dalam pembangunan di Kabupaten Lumajang.
N. KONDISI GEOGRAFIS KABUPATEN BONDOWOSO
Kabupaten Bondowoso secara geografis berada di wilayah bagian timur
Provinsi Jawa Timur dengan jarak dari ibu kota provinsi (Surabaya) sekitar 200
km. Kabupaten Bondowoso dapat dibagi menjadi tiga wilayah: Wilayah barat
merupakan pegunungan (bagian dari Pegunungan Iyang), bagian tengah berupa
dataran tinggi dan bergelombang, sedang bagian timur berupa pegunungan
(bagian dari Dataran Tinggi Ijen). Bondowoso merupakan satu-satunya
kabupaten di daerah Tapal Kuda yang tidak memiliki garis pantaiKoordinat
wilayah terletak antara 1134810 -1134826 BT dan antara 75010 -
75641 LS dengan temperatur antara 25C - 15C. Kabupaten Bondowoso
mempunyai batas-batas wilayah dengan kabupaten sekitarnya sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Jember
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dan Kabupaten
Probolinggo.
Wilayah Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalur utama Pantura yang
menghubungkan Banyuwangi Situbondo Probolinggo Pasuruan Surabaya,
juga tidak dilalui jalur selatan yang menghubungkan Banyuwangi Jember
Lumajang Probolinggo Pasuruan Surabaya. Kabupaten Bondowoso hanya
dilalui jalur provinsi antara Situbondo Bondowoso Jember atau sebaliknya.
Demikian juga Kabupaten Bondowoso tidak memiliki laut. Luas wilayah
Kabupaten Bondowoso mencapai 1.560,10 Km atau sekitar 3,26% dari luas total
Provinsi Jawa Timur, yang terbagi menjadi 23 kecamatan, 10 kelurahan, 209
desa dan 913 dusun.

O. PEREKONOMIAN KABUPATEN BONDOWOSO


Kondisi perekonomian Kabupaten Bondowoso, tergambar pada kondisi
struktur perekonomian yang meliputi 3 unsur yaitu: primer (agriculture),
sekunder (manufacture), dan tersier (service). Pengangkutan & Komunikasi dari
tahun 2003 2008, sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB.
Sektor primer mengalami penurunan, pada tahun 2003 sebesar 48,81%, pada
tahun 2004 sebesar 47,84%, pada tahun 2005 sebesar 47,20%, dan pada tahun
2006 sebesar 46,65%. Hal ini disebabkan terutama karena rendahnya harga jual
komoditi pertanian, dan nilai produksi yang tidak signifikan dengan kenaikan
biaya produksi. Sedangkan pada tahun 2007 sektor primer mengalami kenaikan
sebesar 46,72% dan pada tahun 2008 sebesar 46,96%, disebabkan karena
membaiknya harga jual komoditas pertanian terutama tanaman bahan makanan
dan sub sektor peternakan.
P. TRANSPORTASI DI KABUPATEN BONDOWOSO
Prasarana transportasi berupa terminal type C yang berada di Jalan Imam Bonjol.
Terdapat pula Stasiun kereta api, namun sudah tidak beroperasi. Bondowoso juga
tidak terdapat jembatan timbang. Sarana transportasi berupa bus umum yang
terdiri dari bus antar kota dalam provinsi dan luar provinsi. MPU dan angkutan
desa melayani trayek antar kota dan antar kecamatan. Di dalam kota sarana
transportasi berupa becak dan dokar. Khusus untuk dokar beroperasi di
pinggiran kota.

2) PENDEKATAN TERHADAP TRANSPORTASI


Transportasi merupakan urat nadi kehidupan sosial ekonomi suatu
negara/daerah yang mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan
penunjang pembangunan. Transportasi merupakan satu kesatuan sistem yang
terdiri dari Sarana dan Prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber
daya manusia membentuk jaringan prasarana dan jaringan pelayanan.
Kondisi Transportasi yang baik tentunya adalah transportasi yang
mampu mengakomodasi segala aktivitas masyarakatnya, juga transportasi yang
efektif dan efisien. Kondisi transportasi disesuaikan dengan sasaran Sistranas
yaitu menciptakan penyelenggaraan transportasi yang efektif dalam arti
selamat, aksesbilitas tinggi, terpadu, kapasitar mencukupi, teratur, lancar dan
cepat, mudah, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, rendah
polusi, dan efisien yang berarti transportasi tersebut memiliki beban public
yang rendah tetapi dengan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan
transportasi nasional. Untuk mewujudkan system transportasi sesuai dengan
tujuan, diperlukan pemetaan kondisi transportasi saat ini sebagai pijakan awal
dalam menganalisis kondisi transportasi dan memprediksikan kondisi
transportasi mendatang.
Transportasi yang menyangkut pergerakan orang dan barang pada
hakekatnya telah dikenal secara alamiah semenjak manusia ada dibumi,
meskipun pergerakan atau perpindahan itu masih dilakukan secara sederhana.
Sepanjang sejarah, transportasi baik volume maupun teknologinya berkembang
sangat pesat. Sebagai akibat dari adanya kebutuhan pergerakan manusia dan
barang, maka timbullah tuntutan untuk menyediakan system, jaringan, sarana
dan prasarana agar pergerakan tersebut bisa berlangsung dengan kondisi aman,
nyaman dan lancar, serta ekonomis dari segi waktu dan biaya.
Dalam penyediaan prasarana transportasi yakni bangunan-bangunan yang
diperlukan tentunya disesuaikan dengan jenis sarana yakni kendaraan atau alat
angkut yang digunakan. Penyediaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor
lain, yaitu : kondisi alam, kehidupan manusia dan teknologi bahan dan
bangunan.
Transportasi adalah kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari
satu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi terdapat unsure pergerakan
(movement), secara fisik terjadi perpindahan tempat atas barang atau
penumpang dengan atau tanpa alat angkut ke tempat lain. Pejalan kaki adalah
perpindahan orang tanpa alat angkut. System transportasi merupakan suatu
bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan
sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau barang yang
tercakup dalam suatu tatanan, baik alami maupun buatan/rekayasa. Untuk
mewujudkan system transportasi sesuai dengan tujuan, diperlukan pemetaan
kondisi transportasi saat ini sebagai pijakan awal dalam menganalisis kondisi
transportasi dan memprediksikan kondisi transportasi mendatang.
Transportasi yang menyangkut pergerakan orang dan barang pada
hakekatnya telah dikenal secara alamiah semenjak manusia ada dibumi,
meskipun pergerakan atau perpindahan itu masih dilakukan secara sederhana.
Sepanjang sejarah, transportasi baik volume maupun teknologinya berkembang
sangat pesat. Sebagai akibat dari adanya kebutuhan pergerakan manusia dan
barang, maka timbullah tuntutan untuk menyediakan system, jaringan, sarana
dan prasarana agar pergerakan tersebut bisa berlangsung dengan kondisi aman,
nyaman dan lancar, serta ekonomis dari segi waktu dan biaya.
Transportasi adalah kegiatan pemindahan penumpang dan barang
dari satu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi terdapat unsure pergerakan
(movement), secara fisik terjadi perpindahan tempat atas barang atau
penumpang dengan atau tanpa alat angkut ke tempat lain. Pejalan kaki adalah
perpindahan orang tanpa alat angkut. System transportasi merupakan suatu
bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan
sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau barang yang
tercakup dalam suatu tatanan, baik alami maupun buatan/rekayasa.
Pemanfaatan sumber daya alam (bahan baku) untuk bisa dikonsumsi secara
proporsional diperlukan system transportasi. Dengan pemanfaatan tersebut
akan menghasilkan peningkatan ekonomi masyarakat yang simultan dengan
peningkatan social budaya dan social politiknya. Disini dapat disimpulkan
bahwa system transportasi dapat mencerminkan tingkat kemakmuran dan
kemajuan suatu wilayah. System transportasi yang berkembang hingga saat ini
telah memberikan pelayanan berbagai macam bentuk pergerakan mekanis
hamper ke semua wilayah yang merupakan pusat berbagai aktivitas masyarakat
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat beserta
aktivitasnya.
3) PENDEKATAN TERHADAP TRANSPORTASI JALAN
Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat penting
guna melancarkan mobilitas perekonomian di Provinsi Jawa Timur, dengan
adanya jalan tersebut mobilitas penduduk maupun barang dan jasa dari tempat
yang satu ke tempat yang lain dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Jalan
sebagai salah satu prasarana perhubungan hakekatnya merupakan unsur
penting dalam pembangunan suatu daerah. Jalan mempunyai peranan penting
dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan serta
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Jalan mempunyai
peranan untuk mendorong pengembangan semua satuan wilayah
pengembangan, dalam usah mencapai tingkat perkembangan antar daerah
yang semakin merata. Jalan merupakan suatu kesatuan sistem jaringan jalan
yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah
yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hirarkhi.
Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat penting
guna melancarkan mobilitas perekonomian di Provinsi Jawa Timur, dengan
adanya jalan tersebut mobilitas penduduk maupu barang dan jasa dari tempat
yang satu ke tempat yang lain dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
Definisi jalan berdasarkan UU 22 tahun 2009 adalah seluruh bagian Jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan rel dan jalan kabel. Jalan yang membentuk jaringan dapat disebut
sebagai Jaringan Transportasi Jalan.
Jaringan Transportasi Jalan adalah serangkaian simpul dan / atau
ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk
satu kesatuan sistem jaringan untuk penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan
jalan. Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan
lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan
teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan moda transportasi lainnya,
menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan,
pertumbuhan dan stabilitas, sebagai pendorong, penggerak dan penunjang
pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli
masyarakat.
4) PENDEKATAN TERHADAP KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 3
Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang
Keselamatan Transportasi Darat :
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Dana Alokasi Khusus Bidang Keselamatan Transportasi Darat yang selanjutnya
disebut DAK Bidang Keselamatan Transportasi Darat, adalah dana yang
bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan yang merupakan urusan daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan
prasarana bidang keselamatan transportasi darat yang belum mencapai standar
tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.
2. Daerah otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Pasal 2
Pemanfaatan, pelaksanaan, pemantauan, dan pembinaan teknis terhadap kegiatan
yang dibiayai melalui DAK Bidang Keselamatan Transportasi Darat berpedoman
pada Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Keselamatan
Transportasi Darat.
Pasal 3
DAK Bidang Keselamatan Transportasi Darat hanya dapat digunakan untuk :
a. pengadaan dan pemasangan marka jalan;
b. pengadaan dan pemasangan rambu lalu lintas;
c. pengadaan dan pemasangan pagar pengaman jalan;
d. pengadaan dan pemasangan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL);
e. pengadaan dan pemasangan delineator, dan / atau
f. pengadaan dan pemasangan paku jalan.
Pasal 4
Marka jalan, rambu lalu lintas, pagar pengaman jalan, Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas (APILL), delineator dan paku jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
harus sesuai dengan persyaratan teknis sebagaimana diatur dalam :
1. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 60 Tahun 1993 tentang Marka
Jalan;
2. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 61 Tahun 1993 tentang Rambu
Lalu Lintas di Jalan sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 60 Tahun 2006;
3. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 3 Tahun 1994 tentang Alat
Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan; dan
4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 62 tahun 1993 tentang Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas.
Pasal 5
Pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Keselamatan Transportasi Darat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, ditempatkan pada jalan Kabupaten/Kota dengan kriteria
sebagai berikut:
a. jalan yang memiliki potensi dan rawan kecelakaan;
b. jalan yang rawan bencana
c. jalan yang menuju lokasi pariwisata;
d. jalan yang dilalui angkutan umum; dan/atau
e. jalan yang memiliki potensi kemacetan.
Pasal 6
(1) Dalam pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pemerintah
Daerah terlebih dahulu melakukan kajian dan peninjauan lapangan dalam
rangka pengumpulan data dukung untuk penempatan kebutuhan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3.
(2) Berdasarkan hasil kajian dan peninjauan lapngan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ditetapkan program kegiatan yang paling sedikit memuat:
a. peta dan gambar lokasi pemasangan;
b. jumlah dan jenis kebutuhan;
c. anggaran yang diperlukan.

5) PENDEKATAN FASILITAS KESELAMATAN LLAJ


KONSEP FASILITAS KESELAMATAN LLAJ
Pergerakan kendaraan secara terintegrasi didalam sistem jaringan lalu lintas di
jalan belum berada pada suatu sistem yang lengkap dan sempurna, meskipun telah
direncanakan dengan perhitungan yang benar; dan dilalui oleh pengemudi
kendaraan yang berkemampuan baik, serta kendaraan yang lewat telah dirancang
dan diperiksa dengan sempurna.
Sistem jaringan jalan tersebut secara mendasar perlu dilengkapi alat kontrol
terhadap seluruh lalu lintas kendaraan yang melaluinya dan pengguna jalan
lainnya, berupa kesatuan jaringan Perlengkapan Jalan. Kendaraan bergerak dijalan
maupun pejalan kaki harus diatur dan dikendalikan untuk memperkecil konflik
dengan kendaraan-kendaraan lain baik searah maupun berlawanan arah; serta
melindunginya dari keadaan geometri lapangan dan kondisi lingkungan. Gerakan
arus lalu lintas kendaraan di jalan pada kondisi aliran normal harus tetap dijaga
agar terpisah dari arus aliran kendaraan yang arahnya berlawanan.
Para pengemudi kendaraan yang tidak berorientasi pada keadaan didepan
maupun disekelilingnya akan menjadikan masalah yang membahayakan, baik
pada dirinya maupun pada orang lain. Dibutuhkan informasi, seperti sistem
penomoran, jenis komponen-komponen perlengkapan jalan, tandatanda
geografis dan informasi kondisi jalan yang berkelanjutan, yang menghasilkan
operasional yang efisien terhadap sistem jaringan ruas-ruas Jalan Nasional secara
menyeluruh. Perlengkapan Jalan harus dapat memberikan peringatan, larangan,
perintah dan petunjuk, maupun ketentuan lain yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh para pengemudi kendaraan dan pengguna jalan lainnya.
Perlengkapan jalan sebagai alat pengatur lalu lintas kendaraan, sesuai Undang-
Undang RI No. 22 / 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terdiri atas :
1. Rambu Lalu Lintas, meliputi Rambu Peringatan, Rambu Larangan, Rambu
Perintah, Rambu Petunjuk, dan Papan Tambahan;
2. Marka Jalan, meliputi Marka Membujur, Marka Melintang, Marka Serong
, Marka Lambang, Marka Parkir, Marka Tempat Penyeberangan, Marka
Larangan Parkir, Paku Jalan;
3. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, meliputi Lampu Tiga Warna, Lampu Dua
Warna, dan Lampu Satu Warna Kelap Kelip.
4. Alat Penerangan Jalan
5. Alat Pengawasan dan Pengamanan Pengguna Jalan, meliputi Pagar
Pengaman (Guardrail), Patok, Delinator, Median, Pulau Lalu Lintas;
6. Alat Pengawasan dan Pengaman Jalan, meliputi alat penimbangan;
7. Fasilitas Pendukung, meliputi Trotoar, Tempat Penyeberangan, Tempat
Parkir, Jembatan Penyeberangan, Halte, Tempat Istirahat.

Agar berfungsi efektif menjaga keselamatan dan keamanan pergerakan


kendaraan, komponen perlengkapan jalan Nasional haruslah :
1. Memenuhi suatu kebutuhan pemakai jalan di setiap lokasi pada ruas
Jalan Nasional;
2. Ada perhatian oleh para pemakai jalan terhadap larangan, perintah,
peringatan atau tanda-tanda perlengkapan jalan pada seluruh ruas jalan;
3. Memberikan arti yang jelas dan sederhana bagi setiap pemakai jalan
sehingga tidak membingungkan untuk mengambil keputusan;
4. Para pemakai jalan akan hormat terhadap perintah / tanda yang
diberikan oleh perlengkapan jalan tersebut;
5. Komponen Perlengkapan Jalan ditempatkan pada lokasi yang dapat
memberikan waktu cukup untuk tanggapan (ada waktu dan jarak cukup
untuk reaksi oleh para pengemudi kendaraan);
6. Diberikan sanksi hukum terhadap pelanggaran oleh pemakai jalan /
pengemudi kendaraan.

Beberapa prinsip dan pola dasar yang perlu diikuti pada perancangan,
pemasangan, dan perawatan perlengkapan jalan, meliputi antara lain :
1. Penafsiran / Interpretasi
Perlengkapan jalan haruslah menampilkan arti yang bersifat sederhana
serta jelas dan tidak membingungkan kepada para pengemudi kendaraan,
sedangkan kata - kata serta simbol pada komponen perlengkapan jalan
harus dirancang untuk memperkecil kemungkinan salah pengertian oleh
para pengemudi kendaraan.
2. Berkelanjutan
Komponen perlengkapan jalan yang dipasang di suatu ruas jalan harus
dirancang dan ditempatkan / dipasang didalam konteks dengan
komponen perlengkapan pada ruas jalan lain, sedemikian rupa sehingga
dicapai sistem yang berkelanjutan sepanjang jalur rute maupun jaringan
jalan. Hal ini sebagai satu sistem arti tanda dan informasi yang
menghasilkan rasa hormat para pengemudi terhadap pemasangan
perlengkapan jalan yang tepat di tiap ruas rute tersebut.
3. Petunjuk / Peringatan Awal
Penempatan perlengkapan di jalan harus memberikan cukup waktu bagi
pengemudi untuk menanggapi dengan mudah. Penempatan tersebut juga
tergantung pada waktu tanggapan yang dibutuhkan oleh para
pengemudi. Apabila elemen perlengkapan jalan tersebut sebagai
peringatan awal terhadap adanya perlengkapan jalan yamg lain,
pengemudi mungkin membutuhkan waktu untuk perlahan atau berhenti
.Maksud tersebut membutuhkan jarak lebih besar untuk menanggapi dan
memperlahan ataupun menghentikan kendaraannya.
4. Keterpaduan
Informasi perlengkapan jalan terutama petunjuk arah sebaiknya sama
dengan informasi diperoleh dari peta atau sumber lain.
5. Dikenal
Elemen perlengkapan jalan harus memaksa perhatian pemakai jalan.
Didalam daerah perkotaan perlengkapan jalan lintas harus bersaing
dengan tanda papan reklame dan pengganggu tepi jalan yang lain,
terutama oleh bangunan tetap.
6. Gerakan / Manuver tidak biasa
Perancangan elemen perlengkapan jalan tertentu mungkin diperlukan
dipasang pada titik-titik dimana pengemudi sangat membutuhkan, yang
menunjukkan efektifitasnya lewat perancangan yang benar dan seragam,
lokasi dan titik penempatan yang tepat terutama terhadap sudut garis
pandang pengemudi kendaraan, perawatan aplikasi yang benar dan
kontinu , keseragaman pada sistem pengaturan, serta tujuan
penggunaannya yang mengacu pada fungsi keselamatan para pemakai
jalan.

ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APILL)


1. Jenis Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan
Alat pengendali pemakai jalan yang digunakan untuk pengendalian atau
pembatasan terhadap kecepatan, ukuran muatan kendaraan pada ruas-
ruas jalan tertentu terdiri dari :
a. Alat Pembatas Kecepatan;
b. Alat Pembatas Tinggi dan Lebar.
Alat pengaman pemakai jalan yang digunakan untuk pengaman terhadap
pemakai jalan terdiri dari :
a. pagar pengaman;
b. cermin tikungan;
c. delinator;
d. pulau-pulau lalu lintas;
e. pita penggaduh.

2. Alat Pembatas Kecepatan


Alat pembatas kecepatan adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang
berfungsi untuk membuat pengemudi kendaraan bermotor mengurangi
kecepatan kendaraannya. Kelengkapan tambahan antara lain berupa
peninggian sebagian badan jalan yang melintang terhadap sumbu jalan
dengan lebar, tinggi, dan kelandaian tertentu. Alat pembatas kecepatan
ditempatkan pada :
a. jalan dilingkungan pemukiman;
b. jalan lokal yang mempunyai kelas jalan III C;
c. pada jalan-jalan yang sedang dilakukan pekerjaan konstruksi;
Penempatan dilakukan pada posisi melintang tegak lurus dengan jalur
lalu lintas.
Lokasi dan pengulangan penempatan alat pembatasan kecepatan,
disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.
Penempatan alat pembatas kecepatan pada jalur lalu lintas dapat
didahului dengan pemberian tanda dan pemasangan rambu-rambu
lalu lintas sebagaimana dalam lampiran I Tabel 1 No. 6b Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang Rambu-
rambu Lalu Lintas di Jalan.
Penempatan alat pembatas kecepatan pada jalur lalu lintas harus diberi
tanda berupa garis serong dari cat berwarna putih.
Pemasangan rambu dan pemberian tanda, digunakan untuk memberi
peringatan kepada pengemudi kendaraan bermotor tentang adanya
alat pembatas kecepatan didepannya.
Bentuk penampang melintang alat pembatas kecepatan menyerupai
trapesium dan bagian yang menonjol di atas badan jalan maksimum 12
cm.
Penampang, kedua sisi miringnya mempunyai kelandaian yang sama
maksimum 15%.
Lebar mendatar bagian atas, proporsional dengan bagian menonjol di
atas badan jalan dan minimum 15 cm.
Bentuk dan ukuran alat pembatas kecepatan sebagaimana dalam
Lampiran I gambar 1 keputusan ini.
Alat pembatas kecepatan dapat dibuat dengan menggunakan bahan
yang sesuai dengan bahan dari badan jalan, karet, atau bahan lainnya
yang mempunyai pengaruh serupa.
Pemilihan bahan, harus memperhatikan keselamatan pemakai jalan.

3. Alat Pembatas Tinggi dan Lebar Kendaraan


Alat Pembatas tinggi dan lebar adalah kelengkapan tambahan pada jalan
yang berfungsi untuk membatasi tinggi dan lebar kendaraan beserta
muatannya memasuki suatu ruas jalan tertentu.
Kelengkapan tambahan, dapat berupa portal atau sepasang tiang yang
ditempatkan sebelah sisi kiri dan sisi kanan jalur lalu lintas.
Portal, ukuran lebar bagian dalam sekurang- kurangnya 2,00 meter
dan tinggi bagian atas paling bawah sekurang-kurangnya 2,00 meter.
Portal harus dilengkapi dengan pengunci yang dapat dibuka sewaktu-
waktu bila dalam keadaan darurat. Tiang, ukuran lebar bagian dalam
sekurang- kurangnya 2,00 meter dan tinggi tiang sekurang-kurangnya
1,50 meter diatas permukaan jalan.
Alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan hanya dapat ditempatkan
pada :
a. jalan dilingkungan pemukiman;
b. jalan lokal yang mempunyai kelas jalan IIIC.
Penempatan dilakukan pada awal dan akhir dari ruas jalan yang
dimaksudkan.
Lokasi pemasangan alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan, harus
didahului dengan Rambu
Penempatan alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan harus dilengkapi
dengan rambu lalu lintas.
Pemasangan rambu digunakan untuk memberi peringatan kepada
pengemudi kendaraan bermotor tentang ruang bebas pada bagian jalan
didepannya.
Pembuatan alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan dapat
menggunakan bahan dari besi, kayu, atau bahan yang setara.

4. Pagar Pengaman Jalan


Pagar pengaman jalan adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang
berfungsi sebagai pencegah pertama bagi kendaran bermotor yang tidak
dapat dikendalikan lagi agar tidak keluar dari jalur lalu lintas yang
mengakibatkan kecelakaan fatal. Kelengkapan tambahan dapat berupa
suatu unit konstruksi yang terdiri dari lempengan dan/atau batang besi,
tiang penyangga dan pengikatnya yang dipasang pada tepi jalan.
Pagar pengaman dipasang pada lokasi-lokasi yang mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a. sisi jalan yang kondisi geologinya sangat membahayakan;
b. sisi jalan yang berdampingan dengan bagian jalan lainnya;
c. sisi jalan yang membahayakan karena kondisi geometrinya;
d. sisi jalan yang berdekatan dengan bangunan- bangunan lainnya.
Pembuatan Pagar pengaman dapat menggunakan pipa dan/atau
lempengan besi.
Pipa dan lempengan sebagaimana dimaksud Pasal 16, masing-masing
berdiameter 10 cm dan lebar 31 cm.
Sifat mekanis dari bahan mempunyai tegangan leleh tidak kurang dari
35 kg/mm2, tegangan tarik tidak kurang dari 49 kg/mm2, dan
pemanjangan kurang dari 1,2% panjang total.
Tinggi bagian atas pagar pengaman dari permukaan jalan adalah 65
cm.
Panjang pagar pengaman disesuaikan dengan hasil manajemen dan
rekayasa lalu lintas.

Spesifikasi Pagar Pengaman Jalan berdasarkan Lampiran Surat Dirjen


Perhubungan Darat Nomor : AJ.003/5/9/DRJD/2011, yaitu :
1. Ukuran Pagar Pengaman Jalan
Lempengan besi (beam) adalah merupakan suatu plat besi yang
bergelombang dan memanjang dimana pada bagian ujungnya
disambungkan dengan lempengan besi yang melengkung dan biasa
disebut lempengan besi/terminal end. Lempengan besi mempunyai
ukuran-ukuran minimal sebagai berikut :
- Penampang Melintang
Tebal : 2,67 mm
Lebar : 312 mm
Tebal lekukan : 83 mm
Jari-jari lekukan : 240 mm

- Panjang Lempengan
Panjang total lempengan : 4.300 mm
Panjang efektif lempengan : 4.000 mm

- Lengan Lempengan Besi


Penampangan melintang sesuai dengan ukuran lempengan besi
(beam)
Penampang melintang dengan ukuran minimal :
Panjang total : 725 mm
Panjang efektif : 540 mm
Jari-jari lekukan luar : 240 mm
Jari-jari lekukan dalam : 580 mm
Tebal lekukan : 250 mm

Tiang penyangga (post) adalah merupakan suatu tiang berbentuk


letter U yang kokoh dengan ketebalan penampang plat 4.5 6
mm dan berfungsi untuk menegakkan dan memperkokoh
berdirinya lempengan besi. Tiang penyangga mempunyai ukuran
minimal sebagai berikut :
Lebar : 180 mm
Ketebalan : 4,5 6 mm
Panjang total : 1.800 mm

Tiang efektif diatas permukaan tanah terhadap lempengan besi :


655 mm
Besi Pengikat (blocking) adalah profil baja berbentuk letter U
dengan ketebalan penampang plat minimal 6 mm, panjang 300
mm, lebar 180 mm dan ketebalan blocking 6 mm, yang berfungsi
sebagai pengikat antara tiang penyangga dengan lempengan besi
(beam)

5. Cermin Tikungan
Cermin tikungan adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi
sebagai alat untuk menambah jarak pandang pengemudi kendaraan
bermotor. Kelengkapan tambahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dapat berupa suatu unit konstruksi yang terdiri dari cermin, bingkai
cermin, tiang penyangga dan pengikatnya yang dipasang pada tepi jalan.
Cermin tikungan dipasang pada lokasi-lokasi dimana pandangan
pengemudi kendaraan bermotor sangat terbatas atau terhalang seperti pada
tikungan tajam dan persimpangan jalan.
Pembuatan cermin tikungan dapat menggunakan cermin cembung
dari bahan acrylic.
Tebal dan diameter cermin sebagaimana dimaksud Pasal 20 adalah
masing-masing sebesar 3 milimeter dan tidak kurang dari 60 cm.
Cermin dilengkapi dengan tiang penyangga dari besi dengan diameter
10 cm, bingkai dan topi cermin.
Tinggi cermin, disesuaikan dengan manajemen dan rekayasa lalu
lintas.

6. Delinator
Delinator dan/atau patok tanda tikungan adalah suatu unit konstruksi yang
diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya (reflektif) berfungsi sebagai
pengarah dan sebagai peringatan bagi pengemudi pada waktu malam hari,
bahwa di sisi kiri atau kanan delinator adalah daerah berbahaya.
Unit konstruksi dapat berupa pipa besi atau pipa plastik yang diberi
tanda yang dapat memantulkan cahaya (reflektif).
Pembuatan delinator dapat menggunakan bahan dari pipa besi atau
pipa plastik yang dilengkapi dengan bahan bersifat reflektif.
Delinator Pipa Besi :
Pipa besi berdiamater 10 cm, ketebalan 2 milimeter dengan panjang
110 cm.
Pipa dilengkapi dengan 2 macam reflektor berwarna putih dan merah.
Letak pipa searah dengan lalu lintas dan warnanya disesuaikan dengan
warna dan fungsi tersebut sebagaimana dalam Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor : 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan.
Pipa harus dicat dengan warna hitam dan kuning bergantian warna
hitam di ujung paling atas.

Delinator Pipa Plastik :


Pipa plastik mempunyai panjang 125 cm dan penampang menyerupai
segitiga sama sisi dengan panjang sisi 15 cm.
Pipa plastik dilengkapi dengan 2 macam reflektor berwarna putih dan
merah.
Letak pipa plastik searah dengan arus lalu lintas dan warnanya
disesuaikan dengan warna dan fungsi sebagaimana dalam Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor: 60 tentang Marka Jalan.
Pipa plastik harus dengan dicat warna hitam dan putih bergantian
dengan warna hitam di ujung paling atas.
Delinator dipasang pada bagian sisi kiri dan kanan jalan pada daerah-
daerah yang berbahaya.
Penempatan delinator, dilakukan sedemikian rupa sehingga reflektor
berwarna merah akan kelihatan pada sebelah kiri dari arah lalu lintas
dan yang berwarna putih akan terlihat pada sebelah kanan arah lalu
lintas.
Delinator di tempatkan sekurang - kurangnya 60 cm dari tepi jalan.
Lokasi serta jarak pengulangan penempatan delinator disesuaikan
dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.

7. Pulau-Pulau Lalu Lintas


Pulau lalu lintas adalah bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh
kendaraan bermotor.
Pulau lalu lintas ditempatkan pada bagian tengah dari suatu jalur lalu
lintas atau persimpangan jalan.
Penempatan pulau lalu lintas harus dilengkapi dengan rambu dan/atau
marka sebagaimana dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM
61 Tahun 1993 tentang Rambu-rambu Lalu Lintas Di Jalan dan No.
KM 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan.
Lokasi penempatan pulau lalu lintas disesuaikan dengan hasil
manajemen dan rekayasa lalu lintas.
Pulau, dapat berupa marka jalan atau bagian jalan yang ditinggikan.
Marka jalan adalah sebagaimana dalam Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan.
Lebar, panjang, dan tinggi dari pulau lalu lintas disesuaikan dengan
hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.
Pembuatan pulau lalu lintas dapat menggunakan bahan yang
digunakan untuk marka jalan atau suatu unit kontruksi dengan cara
meninggikan bagian tertentu dari jalan.

8. Pita Penggaduh
Pita penggaduh adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi
untuk membuat pengemudi lebih meningkatkan kewaspadaan.
Kelengkapan tambahan, dapat berupa suatu marka jalan atau bahan lain
yang dipasang melintang jalur lalu lintas dengan ketebalan maksimum 4
cm.
Pita Penggaduh dipasang pada bagian-bagian jalan dimana dipandang
perlu untuk mengingatkan pengemudi untuk lebih berhati-hati.
Pita penggaduh dipasang melintang jalur lalu lintas.
Lokasi dan pengulangan penempatan pita penggaduh disesuaikan
dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.
Bagian pita penggaduh yang menonjol di atas badan jalan maksimum 4
cm.
Jumlah pita dalam satu kelompok dan jarak pengulangan kelompok
pita penggaduh disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu
lintas.
Pembuatan pita penggaduh dapat menggunakan bahan dari
thermoplastik atau bahan yang mempunyai pengaruh yang setara
terhadap pengemudi.

ALAT PENGAWASAN DAN PENGAMAN JALAN


1. Pengertian
Alat penimbangan adalah seperangkat alat untuk menimbang kendaraan
bermotor yang dapat dipasang secara tetap atau alat yang dapat dipindah-
pindahkan yang digunakan untuk mengetahui berat kendaraan beserta
muatannya.
2. Penentuan Lokasi Alat Penimbangan
Penentuan lokasi alat penimbangan yang dipasang secara tetap harus
memperhatikan :
a. Rencana umum tata ruang;
b. Jaringan transportasi jalan;
c. Volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk angkutan barang;
d. Kelancaran arus lalu lintas;
e. Kelas jalan;
f. Kondisi topografi lokasi;
g. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 4.000 (empat ribu) m;
h. Efektivitas pengawasan berat kendaraan beserta muatannya.

3. Alat Penimbangan Yang Dipasang Secara Tetap


Alat penimbangan yang dipasang secara tetap dilengkapi dengan fasilitas
penunjang. Fasilitas penunjang, terdiri dari :
a. gedung operasional;
b. lapangan parkir kendaraan;
c. fasilitas jalan keluar masuk kendaraan;
d. gudang penyimpanan barang;
e. lapangan penumpukan barang;
f. bangunan gedung untuk generator set;
g. pagar;
h. perambuan untuk maksud pengoperasian.

4. Alat Penimbangan Yang Dapat Dipindah-Pindahkan


Alat penimbangan yang dapat dipindah-pindahkan, harus memenuhi
persyaratan teknis meliputi :
a. alat penimbangan elektronis yang dapat mengumpulkan, mengolah,
dan mencetak data hasil penimbangan;
b. mampu mendukung berat kendaraan beserta muatan pada setiap roda
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) ton dan/atau setiap sumbu
sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) ton.

5. Tata Cara Penimbangan


Penimbangan kendaraan beserta muatannya dilakukan dengan tata cara
sebagai berikut :
a. penimbangan kendaraan beserta muatannya dan penimbangan
terhadap masing-masing sumbu;
b. perhitungan berat muatan dilakukan dengan cara mengurangi hasil
penimbangan kendaraan beserta muatannya dengan berat kendaraan
yang telah ditetapkan dalam buku uji;
c. kelebihan berat muatan dapat diketahui dengan cara membandingkan
berat muatan yang ditimbang dengan daya angkut yang diizinkan
dalam buku uji atau pelat samping kendaraan bermotor;
d. kelebihan muatan pada tiap-tiap sumbu dapat diketahui dengan cara
membandingkan hasil penimbangan setiap sumbu dengan muatan
sumbu terberat pada kelas jalan yang dilalui.
e. kelebihan berat muatan atau muatan pada tiap-tiap sumbu sebesar 5 %
(lima prosen) dari yang ditetapkan dalam buku uji, tidak dinyatakan
sebagai pelanggaran.

Apabila terjadi pelanggaran kelebihan berat muatan atau kelebihan muatan


pada tiap-tiap sumbu, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat
berita acara pelanggaran.
a. Dalam hal petugas penimbangan bukan Pejabat Penyidik Pegawai
Negeri Sipil, petugas penimbangan melaporkan kepada Pejabat Penyidik
Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan pada Kantor Wilayah setempat.
b. Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan/atau petugas penimbangan
melarang pengemudi meneruskan perjalanan, apabila pelanggaran
berat muatan melebihi 5 % (lima prosen) dari daya angkut yang
ditetapkan dalam buku uji.
c. Pengemudi dapat meneruskan perjalanan setelah menurunkan
kelebihan muatan.
d. Kegiatan membongkar dan/atau memuat kelebihan muatan dilakukan
pada tempat yang ditentukan oleh pejabat dan/atau petugas.
e. Resiko kehilangan dan/atau kerusakan sebagai akibat kegiatan, menjadi
tanggung jawab pengemudi dan/atau pengusaha angkutan barang
yang bersangkutan.
f. Pengemudi dan/atau pengusaha angkutan barang dapat menggunakan
fasilitas gudang dan/atau lapangan penumpukan yang telah tersedia
pada unit pelaksana penimbangan.
g. Penggunaan fasilitas gudang dan/atau lapangan penumpukan,
dilakukan dengan berita acara yang dibuat oleh petugas.
h. Kehilangan atau kerusakan barang yang dititipkan pada gudang
dan/atau lapangan penumpukan menjadi tanggung jawab pengemudi
dan/atau pengusaha angkutan barang yang bersangkutan.
i. Mobil barang yang tidak bermuatan, mobil barang pengangkut peti
kemas, alat berat, bahan berbahaya, dan mobil barang yang
mengangkut barang dengan menggunakan tangki tidak diwajibkan
untuk dilakukan penimbangan.
j. Pengoperasian alat penimbangan yang dipasang secara tetap di jalan
penghubung, dilaksanakan oleh penyelenggara jalan tol untuk
memeriksa berat kendaraan beserta muatannya yang diizinkan
memasuki jalan tol.
k. Kegiatan penimbangan hanya untuk menyeleksi kendaraan yang
diizinkan memasuki jalan tol.
l. Pelaksanaan penimbangan kendaraan bermotor oleh Unit Pelaksana
Penimbangan tidak dipungut biaya.

ALAT PENGAWASAN DAN PENGAMAN JALAN


1. Pengertian
Pemakai Jalan adalah pengemudi kendaraan dan atau pejalan kaki.
Pejalan kaki adalah orang yang melakukan aktifitas berjalan kaki dan
merupakan salah satu unsur pengguna jalan.
Daerah Manfaat Jalan untuk selanjutnya disebut DAMAJA adalah
ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman
ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan; ruang
tersebut hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, lereng,
trotoar, rentang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong,
perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya.
Daerah Milik Jalan untuk selanjutnya disebut DAMIJA adalah ruang
sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang
dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku; Daerah Milik Jalan
diperuntukkan bagi Daerah Manfaat Jalan dan pelaksanaan jalan
maupun penambahan jalur lalu lintas dikemudian hari serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.
Trotoar adalah bagian dari Daerah Manfaat Jalan yang khusus
disediakan bagi pejalan kaki.
Tempat penyeberangan adalah fasilitas pejalan kaki untuk
menyeberang jalan.
Zebra cross adalah tempat penyeberangan jalan yang diperuntukkan
bagi pejalan kaki yang dinyatakan dengan marka jalan berbentuk garis
membujur.
Jembatan penyeberangan adalah fasilitas pejalan kaki untuk
menyeberang jalan berupa bangunan tidak sebidang diatas jalan.
Terowongan penyeberangan adalah fasilitas pejalan kaki untuk
menyeberang jalan berupa bangunan tidak sebidang diatas jalan.
Garis henti adalah marka berupa garis utuh yang melintas jalur lalu
lintas dan berfungsi menunjukkan dimana kendaraan harus berhenti.
Lampu penyeberangan jalan atau pelikan adalah alat pemberi isyarat
yang bergambar pejalan kaki yang mengisyaratkan orang dapat
menyeberang jalan.
Alat pemberi isyarat lalu lintas untuk selanjutnya disebit APILL adalah
perangkat peralatan teknis yang menggunakan isyarat lampu untuk
mengatur lalu lintas orang dan / atau kendaraan di persimpangan atau
pada ruas jaalan.

Guardrail
Aplikasi/Penerapan Guardrail
Guardrail dapat digunakan dimana perlindungan jiwa maupun properti
diperlukan. Pada jalur-jalur cepat guardrail melindungi titik-titik bahaya agar
kendaraan-kendaraan tidak melampaui jalur-jalurnya. Sebagai barrier median
guardrail berfungsi untuk mencegah tabrakan. Karena dengan mudah terlihat,
penampilannya yang menarik membuatnya cocok dipakai sebagai marka
pembatas dan sebagai pembatas dan pelindung di daerah-daerah parkir.

Fungsi Guardrail
Untuk mengurangi kerusakan, sesuai fungsinya guardrail sebagai pagar
pengguna jalan, daapt dipasang pada titik rawan atau sebagai barrier serta cocok
juga dipakai marka pembatas perlindungan daerah parkir.

Sebagai Ketahanan
Guardrail di-galvanize dengan system hot dip galvanizing setelah di fabrikasi
untuk memastikan resistensi terhadap korosi. Galvanize tersebut sesuai dengan
spesifikasi standart SNI, Baut, Mur, Washer, dan semua asesori di-galvanize.
Gambar Pemasangan Guardrail

Penentuan Dimensi Guardrail


Kalkulasi Kuantiti Guardrail
Bagi panjang barrier (m) dengan 4 untuk menentukan jumlah beam yang
dibutuhkan.

Mur dan Baut


Dalam keperluan Mur dan Baut dibutuhkan untuk merakit elemen-elemen sesuai
dengan spesifikasi international mengharuskan pemakaian baut yang berbentuk
kepala payung yang akan menngunci ke dalam lubang setiap elemen beam
penyambung. Hal-hal yang harus diperhatikan pengencangan mur dan baut,
bahwa karakteristik/sifat pengunci bawah ini :
Tata cara yang baik perlu untuk mengencangkan mur dalam urutan yang
sistematis yang akan membuat elemen-elemen sambungan menjadi satu
dengan baik. Pengencangan baut akan menarik elemen-elemen tersebut
ke suatu sisi dan mencegah gelombang agar tidak menumpuk. Baut-baut
selanjutnya akan masuk ke lubang-lubangnya sehingga alat pengunci
dapat dipergunakan dengan baik. Tidak ada variasi torsi, kencangkan
pengunci, kencangkan mur bagian luar, sebagian saja. Kemudian
kencangkan mur bagian dalam dengan baik dan kembali ke mur-mur
bagian luar untuk pengencangan terakhir.

Perbaikan Coating
Jika pengelasan, pemotongan atau perbaikan diperlukan pada saat perakitan,
pelapisan dengan hot dip galvanizing dibutuhkan dan harus dilakukan sesuai
dengan AS 1650, ASTM A-123.

Pemasangan Beam
Semua pemasangan beam harus dimulai dari ujung jalan dari arah mobil datang
untuk memastikan agar overlap beam tidak terbalik terhadap arah lalu lintas.
Secara langsung menekan lengkungan sehingga lengkungan otomatis akan
terbentuk.
Pemasangan Tiang
Kebanyakn dari post-post guardrail jalan-jalan tol dipasang dengan
pemancangan dan bukan dengan penggalian dan penimbunan kembali dan
harus diarahkan agar ujung dari beam membelakangi arah lalu lintas yang
datang. Instalasi beam dan post terlihat pada gambar berikut ini :
Lengkungan Guardrail
Untuk standart lengkungan guardrail, ada dua situasi yang akan terjadi. Jika
radius pada lengkungan kurang dari 45m. Dalam hal ini akan mudah untuk
menempatkan post-post tersebut. Bagi radius lebih dari 45m, lengkungan akan
dilakukan di lokasi. Post-post diletakkan sepanjang garis lengkung dan kemudian
beam-beam standart akan dipasang. Jika garis vertikal sudah terbentuk,
kencangkan semua splice baut dan mur. Flexbeam akan secara langsung
menekan lengkungan sehingga otomatis akan terbentuk.
Spesifikasi Guardrail

Gambar Guardrail
Gambar Post Blocking

Gambar Terminal End


Gambar Post Blocking

B.2.1 METODOLOGI DAN RENCANA KERJA

Metodologi atau Metode Pelaksanaan dari pekerjaan Perencanaan


Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember
merupakan pengembangan terhadap Kerangka Acuan Kerja dan memberi arah
terhadap pelaksanaan pekerjaan untuk memenuhi sasaran dan menghasilkan
keluaran sebagaimana diharapkan. Secara Umum Pekerjaan ini dilaksanakan
dengan tahapan :

1. Persiapan untuk melakukan kegiatan awal


2. Studi Literatur dan kajian pustaka
3. Pengumpulan Data Primer dan Sekunder yang diperoleh dari survey
lapangan
4. Pengolahan Data Hasil Dari Data Primer dan Sekunder
5. Analisis dan Evaluasi Data
6. Penyusunan Rancangan Kebutuhan Pagar Pengaman Jalan (Guardrail)
7. Revisi dan Penyempurnaan Hasil Laporan Rancangan
8. Laporan Akhir
Diagram Alir Kegiatan Perencanaan Pembangunan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ
Jember

Persiapan Untuk Melakukan Kegiatan Awal

Pengumpulan Data Primer dan Pengolahan Data Hasil dari Survey Primer dan
Sekunder Sekunder

Analisis dan Evaluasi Data

Penyusunan Rancangan Kebutuhan Revisi dan Penyempurnaan Hasil Laporan


Pagar Pengaman Jalan Rancangan

Laporan Akhir
Penjelasan Metodologi Kerja

1. Persiapan Untuk Melakukan Kegiatan Awal


Pada tahap awal pekerjaan, dilakukan langkah Persiapan untuk
melaksanakan pekerjaan, Persiapan ini meliputi :
a. Mobilisasi Tenaga Ahli, Asisten dan Tenaga Penunjang yang terlibat
dalam pekerjaan ini
b. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan penunjang dalam kegiatan ini
c. Penyusunan Rencana Kerja

2. Studi Literatur dan Kajian Pustaka


Studi Literatur dan kajian pustka dilaksanakan dengan
mengumpulkan dan mengkaji dokumen-dokumen yang terkait dengan
Pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan
di UPT LLAJ Jember ini. Antara lain kajian pustaka tentang alat pengaman
jalan (guardrail). Peraturan Meneteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM. 3 Tahun 2012 Tentang petunjuk teknis penggunaan dana
alokasi khusus bidang keselamatan transportasi darat. Kemudian Juga
dilakukan Kajian terhadap pekerjaan sejenis dengan pekerjaan perencanaan
pembangunan pagar pengaman jalan yang telah dilaksanakan baik oleh
Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan Provinsi maupun Dinas
Perhubungan Kabupaten / Kota di wilayah Kabupaten yang bersangkutan.
Data kondisi wilayah yang dilakukan studi dan kondisi transportasi di
wilayah studi.

3. Pengumpulan Data Primer dan Sekunder


Data Primer merupakan data utama yang diperlukan dalam
menyusun Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan
di UPT LLAJ Jember yang meliputi Kabupaten Jember, Lumajang, dan
Bondowoso. Data Primer diperoleh melalui Survey Lapangan pada Ruas
Jalan Provinsi di wilayah kerja UPT LLAJ Jember. Melalui Survey, Data
Primer didapatkan data jumlah dan lokasi dari Perlengkapan Jalan yang
merupakan data eksisting. Data survey yang diambil yaitu :
a) Ruas jalan, yaitu panjang jalan, lebar jalan, median, pergerakan arus lalu
lintas, kapasitas jalan dan hambatan samping, pembagian lajur atau jalur,
kondisi perlengkapan jalan.
b) Pengumpulan data primer dilaksanakan dengan metode
pengamatan/pencacahan langsung di lapangan. yang kemudian dianalisis
untuk mendapatkan gambaran secara umum kebutuhan perlengkapan
jalan kedepannya.
4. Pengolahan Data Hasil Dari Survey Primer dan Sekunder
Data Primer dan Data Sekunder yang telah diperoleh berdasarkan
hasil survey kemudian diolah sebagai bahan dalam analisis dan evaluasi.
Pengolahan data dimaksud adalah hasil pengumpulan data survey lapangan
diproses sebagai data bagi perencanaan transportasi dan prediksi kebutuhan
kedepan.

5. Analisis dan Evaluasi Data


Analisis dan Evaluasi data yang dilakukan dalam Penyusunan
Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT
LLAJ Jember meliputi :
a. Analisis Tata Guna Lahan (land use) dan Kondisi Demografi Pada
wilayah studi di UPT LLAJ Jember yang meliputi kabupaten Jember,
Lumajang dan Bondowoso serta analisis terhadap data pendukung lain di
wilayah tersebut.
b. Analisis Transportasi dan Jaringan Jalan di wilayah UPT LLAJ Jember
yang meliputi kabupaten Jember, Lumajang dan Bondowoso.

6. Penyusunan Rancangan Kebutuhan Pagar Pengaman Jalan


Hasil dari pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar
Pengaman Jalan ini adalah disusunnya Kebutuhan Pagar Pengaman Jalan
dapat teridentifikasi untuk dapat mengurangi angka kecelakaan khususnya
pada ruas jalan di wilayah UPT LLAJ Jember yang meliputi kabupaten
Jember, Lumajang dan Bondowoso serta terselenggaranya transportasi jalan
yang aman bagi pengendara. Pada tahapan penyusunan rancangan
kebutuhan pagar pengaman jalan ini dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. membuat peramalan (forecasting) tentang kebutuhan pagar pengaman
jalan pada wilayah UPT LLAJ Jember.
b. melakukan evaluasi dan analisis data berdasarkan hasil pengamatan di
lapangan secara empiris dengan melakukan komparasi serta
implementasi dengan menggunakan standar keselamatan yang ada.
c. membuat rancangan kebutuhan fasilitas pagar pengaman jalan setelah
melakukan perbandingan, evaluasi serta analisa pada wilayah UPT LLAJ
Jember yang meliputi wilayah kabupaten Jember, Lumajang dan
Bondowoso.
d. membuat rencana anggaran biaya untuk pelaksanaan Perencanaan
Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di wilayah UPT LLAJ
Jember.
7. Revisi dan Penyempurnaan Hasil Laporan Rancangan
Revisi terhadap hasil akhir laporan dilakukan agar hasil rancangan
tersebut dapat memenuhi tujuan dalam pekerjaan ini serta berfungsi dengan
optimal dan tepat pada sasaran.

8. Laporan Akhir
Laporan akhir ini dilakukan setelah revisi dan penyempurnaan hasil
laporan rancangan akhir kebutuhan pagar pengaman jalan dalam pekerjaan
ini.
B.3 TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PAGAR PENGAMAN JALAN

No Tahap-tahap Kegiatan Bulan Kegiatan

1 2

Minggu Minggu

1 2 3 4 1 2

1. Persiapan Untuk Melakukan

Kegiatan Awal

2. Studi Literatur dan Kajian Pustaka

3. Pengumpulan Data Primer dan

Sekunder yang diperoleh Dari

Hasil Survey Lapangan

4. Pengolahan Data Hasil Dari Survei

Primer dan Sekunder

5. Analisis dan Evaluasi Data

6. Penyusunan Rancangan

Kebutuhan Pagar Pengaman Jalan

(Guardrail)

7. Revisi dan Penyempurnaan Hasil

Laporan Rancangan

8. Rancangan Akhir Kebutuhan

Pagar Pengaman Jalan


B.4 KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN

Nama Personil Perusahaan Tenaga Ahli Lingkup Posisi Uraian Pekerjaan Jumlah
Lokal/Asing Keahlian Diusulkan Orang
Bulan
Budi Agus Setiawan, ST PT. Bangun Sejajar Lokal Ahli Sipil Team Leader Memberikan koordinasi, arahan, 1
Prima serta bimbingan secara umum
dalam pelaksanaan pekerjaan
Perencanaan ini.

Bertanggung jawab pada teknis


pekerjaan pekerjaan Perencanaan
dan seluruh pelaporannya

Bekerja sama dengan tenaga ahli


dan asisten ahli dalam
penyelesaian keseluruhan proses
pekerjaan
Mengkoordinasikan semua
aktifitas, baik secara lisan maupun
tertulis dengan Tim Teknis
sehubungan dengan spesifikasi
teknis yang berkaitan

Berkoordinasi dengan Pejabat


Pembuat Komitmen (PPK) demi
kelancaran pekerjaan
Bertanggung jawab atas
penyelesaian pekerjaan
Saiful Anam, ST PT. Bangun Sejajar Lokal Ahli Sipil Ahli Cost Menyusun waktu pelaksanaan 1
Prima Estimator pekerjaan fisik

Menyusun RAB Proyek

Menyusun analisa upah dan bahan

Membuat bill of quantity yang


akan dipakai didalam pelelangan
pekerjaan oleh kontraktor.

Yus Eny Hayati, S.Si PT. Bangun Sejajar Lokal Administrasi/ Administrasi/ Bertanggungjawab terhadap surat 1
Prima Keuangan Keuangan menyurat yang dibutuhkan dalam
pekerjaan ini
Achmad Jalaluddin, S.Si PT. Bangun Sejajar Lokal Koordinator Koordinator Bertanggungjawab dan 1
Prima Survey Survey mengkoordinasi surveyor dalam
pekerjaan ini.
1. Dwi Indra Kusuma, SE PT. Bangun Sejajar Lokal Surveyor/Draft Surveyor/ Melakukan survei primer di 4
2. I Putu Arta Kristiwan, Prima er Drafter lapangan serta bertanggungjawab
S.Kom terhadap data hasil survey
3. Wahyu Pratondo
Wibowo, ST
4. Agung Bayu Murti, SE
Warji, ST PT. Bangun Sejajar Lokal Office boy Office Boy Bertanggungjawab terhadap 1
Prima kebersihan selama kegiatan
pekerjaan mulai dari awal sampai
akhir pekerjaan
1. Agoes Tinus Lis Indrianto, PT. Bangun Sejajar Lokal Sopir/Driver Sopir/Driver Mengakomodasi tenaga ahli dan 2
S.S Prima tenaga penunjang selama kegiatan
2. Andi Sidharta, ST berlangsung
B.5 JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI PADA PEKERJAAN

PERENCANAAN PENGADAAN DAN PEMASANGAN PAGAR PENGAMAN JALAN DI UPT LLAJ JEMBER

MINGGU KE
No Nama Personil Orang/Bulan
1 2 3 4 5 6
Tenaga Ahli
1 Budi Agus Setiawan, ST 1,5
2 Saiful Anam, ST 1,5
3 Administrasi/Keuangan 1,5
4 Koordinator Survey 1,5
5 Surveyor/Drafter 6
6 Office Boy 1,5
7 Sopir/Driver 3
Tenaga Asing
1
2
3
Total 16,5

Anda mungkin juga menyukai