Anda di halaman 1dari 46

REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
BALAI BESAR PELAKSANAAN JALAN NASIONAL SUMATERA UTARA
SATUAN KERJA PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN NASIONAL PROVINSI
SUMATERA UTARA
Jalan Damai No. 49 – Medan Amplas 20219

KERANGKA ACUAN KERJA


(KAK)

PAKET:
PR-07 PERENCANAAN TEKNIK PENANGANAN
LONGSOR PROV. SUMUT (DED)

SUMBER DANA APBN


TAHUN ANGGARAN 2023
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
PAKET PR-07 PERENCANAAN TEKNIK PENANGANAN
LONGSOR PROV. SUMUT (DED)
URAIAN PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat adalah salah satu institusi
pemerintah pusat yang mempunyai tugas dan tanggung jawab
dalam rangka melaksanakan penyelenggaraan dan
pembinaan jalan yang efektif, efisien dan berkelanjutan.
Jalan yang merupakan salah satu prasarana transportasi
memegang peranan penting didalam mendukung
pengembangan wilayah, pembangunan ekonomi, mobilitas
manusia, barang dan jasa. Oleh karena itu, maka Direktorat
Jenderal Bina Marga dari tahun ke tahun selalu berupaya
untuk meningkatkan kinerja jalan dengan cara meningkatkan
kualitas dan kapasitas jalan yang belum mantap, dan
mempertahankan kondisi jalan yang sudah mantap agar waktu
tempuh rata-rata kendaraan menjadi semakin meningkat.
Ancaman bencana alam dan stabilitas badan jalan di daerah
rawan longsor merupakan suatu masalah yang dapat
mengakibatkan kerusakan badan jalan dan bahkan bisa
terputusnya badan jalan secara tiba-tiba, sehingga kinerja
jalan akan menjadi turun.
Teknis penanganan badan jalan akibat bencana alam
dan/atau penanggulangan longsoran badan jalan dengan
tujuan agar jalan cepat berfungsi, pada umumnya ditangani
secara darurat/sementara. Untuk menghindari terjadi
lumpuhnya pelayanan transportasi tiba-tiba, sudah saatnya
penanganan darurat/sementara untuk diganti dengan
penanganan/pencegahan secara permanen, karena cara
tersebut ibaratnya kita mengumpulkan/mengakumulasikan
daerah rawan longsor, sehingga dari tahun ke tahun menjadi
banyak mengingat longsoran lama akan tetap menjadi daerah
rawan longsor sedangkan yang baru selalu bertambah.
Mengingat penanggulangan longsoran dimaksud bersifat
permanen, maka diperlukan adanya penyelidikan, analisis dan
perencanaan teknis yang matang dan tepat, guna
menghasilkan suatu metoda penanganan longsoran yang
optimal, efisien dan berwawasan lingkungan serta dapat
diaplikasikan di lapangan.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, Direktorat Jenderal
Bina Marga cq. Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan
Jalan Nasional Propinsi Sumatera Utara, khususnya Pejabat
Pembuat Komitmen Perencanaan Jalan Nasional memerlukan
penyedia jasa konsultansi untuk membuat Perencanaan
Teknis penanggulangan longsoran secara permanen,
sebelum pekerjaan konstruksinya dilaksanakan.
Dengan keterbatasan dana yang tersedia, lokasi pekerjaan
Perencanaan Teknis Longsoran ini tersebar pada beberapa
ruas jalan Nasional yang ada di Provinsi Sumatera Utara.
Provinsi Sumatera Utara yang memiliki cukup banyak lokasi
yang berpotensi rawan longsor khususnya disekitar badan
jalan, diantaranya sebagai akibat dilanda bencana alam yang
menyebabkan terjadinya longsoran pada badan jalan, dan
pada beberapa ruas jalan stabilitas badan jalannya menurun
sehingga berpotensi longsor.

2. Maksud dan Tujuan Kegiatan ini dimaksudkan untuk membuat Perencanaan


Teknis penanganan khusus antara lain penanggulangan
longsoran disekitar badan jalan yang mengalami longsor atau
berpotensi terjadinya longsor pada beberapa ruas jalan
Nasional di Provinsi Sumatera Utara.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan suatu desain konstruksi
atau tipe konstruksi penanganan khusus disekitar badan jalan
yang optimal, berwawasan lingkungan dan dapat diaplikasikan
sesuai kebutuhan di lapangan dengan mudah, serta memenuhi
persyaratan standar, pedoman dan manual Ditjen Bina Marga.
3. Sasaran
Selaras dengan maksud dan tujuan tersebut di atas, maka
sasaran pokok dari pekerjaan ini, adalah untuk mendapatkan
suatu dokumen lengkap perencanaan teknik penanganan
longsor prov. sumut (DED) di provinsi Sumatera Utara.
Dokumen lengkap dimaksud terdiri dari, dokumen lelang yang
dilengkapi dengan gambar rencana dan spesifikasi teknis,
serta dokumen laporan akhir yang berupa laporan hasil
perencanaan dan laporan-laporan hasil
penelitian/penyelidikan/ pengumpulan data di lokasi
pekerjaan.

4. Lokasi Pekerjaan Kegiatan jasa konsultansi ini dilaksanakan pada ruas Jalan
Nasional Provinsi Sumatera Utara. Jumlah titik longsoran serta
jenis dan jumlah pengujian dapat disesuaikan berdasarkan
hasil survey pendahuluan.
Lokasi longsoran sebanyak 10 titik longsoran direncanakan
pada:
a. Lintas Timur
b. Lintas Barat
c. Lintas Tengah
d. Lintas Penghubung
e. Non Lintas
5. Sumber Pendanaan Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBN Tahun
Anggaran 2023 termasuk PPN dengan nilai sebesar Rp.
2.431.464.000,- (Dua miliar empat ratus tiga puluh satu juta
empat ratus enam puluh empat ribu rupiah)
**)
Dalam hal penetapan SPPBJ dilakukan sebelum DIPA/DPA
ditetapkan, dan ternyata alokasi anggaran dalam DIPA/DPA
tidak disetujui atau kurang dari rencana nilai Kontrak, maka
penandatanganan Kontrak dapat dilakukan setelah Pagu
Anggaran cukup tersedia melalui revisi DIPA/DPA. Jika
penambahan Pagu Anggaran melalui revisi DIPA/DPA tidak
tercapai maka SPPBJ dibatalkan dan kepada calon Penyedia
Barang/Jasa tidak diberikan ganti rugi.
6. Nama dan Nama dan Organisasi Pengguna Jasa adalah PPK
Organisasi Pejabat Perencanaan Provinsi Sumatera Utara sebagai pengendali
Pembuat Komitmen kontrak. Kedudukan PPK Perencanaan Provinsi Sumatera
Utara berada di dalam struktur organisasi Satker P2JN
Provinsi Sumatera Utara.

DATA PENUNJANG
7. Data Dasar Sebagai data dasar pelaksanaan kegiatan ini adalah SK jalan
nasional dan data drainase.

8. Standar Teknis Dalam hal melaksanakan kegiatan perencanaan desain,


daftar referensi seperti tersebut di bawah ini dapat dan
dipakai sebagai dasar pelaksanaan, antara lain :
a. Manual Book No: 02-I/BM/2005 tentang Penanganan
Lereng Jalan 1
b. Manual Book No: 02-2/BM/2005 tentang Penanganan
Lereng Jalan 2
c. PdT-09-2005-B Pedoman Rekayasa Penanganan
Keruntuhan Lereng Pada Tanah Residual dan Batuan;
d. SNI 8460:2017 Persyaratan Perencanaan Geoteknik;
e. Pd 11-2018-B Pedoman Inventarisasi Lereng Jalan;
f. Pd 12-2018-B Pedoman Inspeksi Lereng Jalan,
g. Draft Pedoman Penilaian Tingkat risiko Lereng,
Puslitbang Jalan dan Jembatan 2018;
h. SNI 4153:2008 Standar Pengujian Bor dan SPT;
i. Spek No. 02/SE/Db/2018 Spesifikasi Umum Pekerjaan
Konstruksi Jalan dan Jembatan;
j. Spek No. SKh-1.3.11 Spesifikasi Khusus Interim
Geogrid untuk Perkuatan Timbunan 2017;
k. Spek No. SKh-1.3.16 Spesifikasi Khusus Interim Jaring
Kawat dan Net Kabel Sebagai Pengaman Lereng 2018;
l. Spek No. SKh-1.3.17 Spesifikasi Khusus Interim
Matras Perkuatan Untuk Pengendali Erosi Lereng
2019;
m. Pedoman Pengukuran Topografi No.010/PW/2004;
n. Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 revisi 2;
o. Permen PU Nomor: 19/PRT/M/2011 Tentang
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan
Teknis Jalan;
p. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan
Raya Dengan Metoda Analisa Komponen (SKBI -
2.3.26.1987, UDC: 625.73 (02));
q. AASHTO Guide for Design of Pavement Structures
1993;
r. Manual Desain Perkerasan Jalan No. 02/M/B/M/2017;
s. 18/SE/Db/2020 tentang Suplemen Manual Desain
Perkerasan Jalan (MDP) 2017

9. Studi-Studi Terdahulu -

10. Referensi Hukum Sebagai dasar hukum dalam pelaksanaan pekerjaan jasa
konsultansi ini adalah sebagai berikut :
a. Undang – Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan;
b. Undang – Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan;
c. Undang - Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
d. PP Nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan, Pemanfaatan dan
Penggunaan Bagian - Bagian Jalan;
e. Permen PU Nomor: 19/PRT/M/2011 Tentang Persyaratan
Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan;
f. Permen PUPR No. 10 Tahun 2021 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
g. Permen PU No. 20 tahun 2010 tentang Pedoman
Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian - Bagian Jalan;
h. PP No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

LINGKUP PEKERJAAN
11. Lingkup Pekerjaan 1. Pengumpulan Data Sekunder
2. Survey Pendahuluan
3. Survey Topographi
4. Survey Penyelidikan Tanah
5. Pengujian Laboratorium
6. Survey Hidrologi dan Hidrolika
7. Analisis Data, Perencanaan Teknis, dan Penggambaran
8. Pembuatan Laporan dan Dokumen Lelang

12. Keluaran Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah berupa:
a. Laporan Pendahuluan
b. Laporan Antara
c. Laporan Akhir dan Detail Engineering Design (DED)

13. Peralatan, Material, Data dan fasilitas yang disediakan oleh Pejabat Pembuat
Personel dan Fasilitas dari Komitmen yang dapat digunakan dan harus dipelihara oleh
Pejabat Pembuat Komitmen penyedia jasa :
a) Laporan dan Data
Laporan dan data hasil studi terdahulu bila ada.

b) Staf Pengawas/Pendamping
Pejabat Pembuat Komitmen akan mengangkat
petugas atau Direksi Teknis yang bertindak sebagai
pengawas atau pendamping (counterpart) dalam
rangka pelaksanaan jasa konsultansi ini jika
diperlukan.

14. Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultansi


Penyedia harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas, jasa, dan peralatan yang
dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan antara lain :
a. Biaya Fasilitas Kantor
1) Biaya Sewa Kantor, Biaya Komunikasi, dan Sewa Kendaraan
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan di kantor, penyedia jasa harus
menyediakan fasilitas berupa biaya komunikasi, biaya ATK, biaya kantor dan sewa
kendaraan dengan spesifikasi seperti pada rincian berikut:

URAIAN SATUAN
BIAYA KOMUNIKASI
Pengiriman Surat, Telepon, Fax, Internet Bulan
BIAYA SEWA KANTOR
Sewa Ruangan Kantor Bulan

URAIAN SATUAN
Sewa Kendaraan Roda 4 (Min 1500 Cc/Min thn
2018)
(Tidak termasuk O&M, Driver)
Sewa Kendaraan Roda Empat (Kantor Unit Bulan
Sewa Kendaraan Roda Empat (Lapangan) Unit Bulan

2) Peralatan Kantor dan Lapangan


Peralatan Kantor dan Lapangan mencakup persewaan laptop untuk Tenaga Ahli,
persewaan Personal Computer untuk Asisten Tenaga Ahli, sewa printer A4 dan sewa
printer A3 dengan rincian sebagai berikut:

URAIAN SATUAN
Sewa Komputer (PC) Asisten Ahli Geodesi [Sewa] Unit Bulan
Sewa Komputer (PC) Asisten Ahli Geologi [Sewa] Unit Bulan
Sewa Komputer (PC) Asisten Ahli Geoteknik [Sewa] Unit Bulan
Sewa Komputer (PC) Asisten Ahli
Hidrologi/Hidraulika [Sewa] Unit Bulan
Sewa Komputer (PC)Operator CAD [Sewa] Unit Bulan
Sewa Laptop Team Leader [Sewa] Unit Bulan
Sewa Laptop Ahli Geodesi [Sewa] Unit Bulan
Sewa Laptop Ahli Geologi [Sewa] Unit Bulan
Sewa Laptop Ahli Geoteknik [Sewa] Unit Bulan
Sewa Laptop Ahli Hidrologi/Hidraulika [Sewa] Unit Bulan
Sewa Laptop Ahli K3 [Sewa] Unit Bulan
Sewa Laptop Ahli Kuantitas dan Biaya [Sewa] Unit Bulan
Sewa Printer A4 [Sewa] Unit Bulan
Sewa Printer A3 [Sewa] Unit Bulan
Bahan ATK Bulan
Untuk kebutuhan perencanaan desain diperlukan beberapa survey dengan alat-alat dan bahan
pendukung lainnya sesuai dengan yang diuraikan dalam RAB yang harus dilaksanakan oleh
penyedia jasa, survey tersebut antara lain:
1. Survey Pendahuluan (Reconaissance)
2. Survey Topografi
3. Survey Penyelidikan Tanah
4. Survey Hidrologi / Hidraulika

b. Biaya Penerapan SMKK


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum danPerumahan Rakyat Nomor 14
Tahun 2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui
Penyedia, yang memuat sistem manajemen keselamatan konstruksi secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Berikut Komponen
Kegiatan dan Format Audit Internal Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi yang harus disediakan penyedia jasa sekaligus sebagai upaya pencegahan
dan penanganan Covid-19. Komponen SMKK tersebut dapat dirincikan sebagai berikut:
URAIAN SATUAN
Pembuatan Dokumen Rancangan Konseptual Ls
K3 (helm, rompi, sepatu safety, masker) Org Set
Rapid Test OK
Swab Test OK
Hand Sanitizier Liter

URAIAN SATUAN
Ahli K3 OB

15. Lingkup Dalam melaksanakan jasa konsultansi, penyedia jasa


Kewenangan memiliki kewenangan meliputi:
Penyedia Jasa a. Memberikan rekomendasi penanganan dan
menyiapkan desain sesuai dengan hasil kesepakatan
dengan pengguna jasa (PPK);
b. Berkoordinasi dengan pihak PPK Perencanaan Satuan
Kerja P2JN Prov. Sumut;
c. Meminta data pendukung sesuai dengan kebutuhan
desain apabila ada dan perlu.

16. Jangka Waktu Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah 6 bulan (180
Penyelesaian hari) kalender.
Pekerjaan

17. Personel Tenaga ahli yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini
adalah :
TENAGA AHLI
1) KETUA/ TEAM LEADER
Team Leader/ Highway Engineer harus seorang Sarjana
Teknik Sipil dan berpengalaman profesional yang lebih lama
dari pada kebanyakan tenaga ahlinya, berpengalaman
dalam berbagai disiplin ilmu yang dicakup dalam pekerjaan,
berpengalaman dalam mengkoordinasikan dan melaporkan
pekerjaan orang lain tergantung pada besarnya dan
kerumitan pekerjaan maka Ketua Tim diharapkan telah
pernah memimpin dari satu atau dua pekerjaan serupa.
Team Leader disyaratkan seorang sarjana Teknik Strata
Satu (S-1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri atau
yang telah disamakan dan memilki Sertifikat Keahlian Kerja
(SKA) Ahli Teknik Jalan dan Jembatan Madya dari
Asosiasi profesi terkait dan di registrasi Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) dan
berpengalaman dalam pelaksanaan di bidang
Perencanaan Teknis Jalan sekurang- kurangnya 7 (Tujuh)
tahun.
Sudah biasa bekerja dengan metode desain yang
dikembangkan oleh Bina Marga /Kementerian Pekerjaan
Umum maupun metode teknik perkerasan khusus yang
dipakai pada kondisi tertentu.
Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Tim (Team Leader)
Meliputi:
a. Mengkoordinasikan semua personil yang terlibat dalam
pekerjaan sehingga bisa menghasilkan pekerjaan yang
diinginkan.
b. Mempersiapkan petunjuk teknis dari setiap kegiatan
pekerjaan baik pengambilan data, pengolahan maupun
penyajian akhir seluruh hasil pekerjaan.
c. Bertanggung jawab atas semua hasil perhitungan dan
gambar-gambar design.

2) AHLI GEODESI
Ahli Geodesi disyaratkan seorang Sarjana Teknik Geodesi
atau Sarjana Teknik Sipil Strata Satu (S-1) yang telah lulus
dari suatu perguruan tinggi negeri, perguruan tinggi swasta,
dan perguruan tinggi internasional yang diakui.
Berpengalaman dalam Melaksanakan pekerjaan teknik
jalan minimal selama 5 (lima) tahun setelah lulus.
Mempunyai Sertifikat Keahlian Kerja (SKA) Ahli
Teknik Geodesi Muda yang dikeluarkan oleh Asosiasi
terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang
Jasa Konstruksi (LPJK) yang masih berlaku.
Ahli Geodesi diutamakan yang telah mengikuti pelatihan
tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an.
Tugas dan tanggungjawab mencakup tapi tidak terbatas hal-
hal sebagai berikut :
a. Melaksanakan semua kegiatan yang mencakup
pengumpulan data/survey pengukuran topografi untuk
keperluan perencanaan longsor ini.
b. Menganalisis dan menyusun rencana mengenai hal-hal
yang menyangkut pengukuran dan penggambaran
serta menjamin bahwa gambar pengukuran yang
dihasilkan adalah benar dan akurat
Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Ahli Teknik
Geodesi dapat mempertanggungjawabkan hasil
pekerjaannya serta tunduk dan bertanggungjawab
kepada Team Leader.

3) AHLI GEOLOGI
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik
Geologi atau Sarjana Teknik Sipil Strata Satu (S-1)
lulusan Universitas / Peguruan Tinggi Negeri atau yang
disamakan dan memiliki Sertifikasi Keahlian Kerja (SKA)
Ahli Teknik Geologi Muda dari Asosiasi profesi terkait dan
di registrasi Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
(LPJK) dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan
dibidang Perencanaan Teknis Jalan sekurang kurangnya
berpengalaman 5 (Lima) tahun dalam bidang evaluasi
teknik Pengukuran khususnya perencanaan teknik jalan.
Tugas dan kewajiban meliputi:
a. Survey pendahuluan bertujuan mengumpulkan data-
data pendukung untuk mengadakan survey detail dan
pengumpulan data-data lainnya
b. Mengkoordinir Survey Topografi guna
pengambilan data di lapangan.
c. Menghitung hasil data lapangan dan
memindahkan ke kertas gambar sebagai acuan
d. Merencanakan trase jalan dan menghitung
alinyemen vertical maupun alinmeyen horizontal,
saluran samping, gorong-gorong dan lain sebagainya
e. Mengkoordinir pemindahan gambar ke kertas standar
jalan dan mengoreksi hasil akhir gambar tersebut
f. Bertanggung jawab atas hasil pemetaan dan rencana
geometrik jalan untuk penanganan longsoran tersebut

4) AHLI GEOTEKNIK
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil
Strata Satu (S-1) lulusan Universitas / Peguruan Tinggi
Negeri atau yang disamakan dan memiliki Sertifikasi
Keahlian Kerja (SKA) Ahli Teknik Geoteknik Madya dari
Asosiasi profesi terkait dan di registrasi Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) dan
berpengalaman melaksanakan pekerjaan dibidang
Perencanaan Teknis Jalan sekurang kurangnya
berpengalaman 5 (Lima) tahun dalam bidang evaluasi
teknik Pengukuran khususnya perencanaan teknik jalan.
Tugas dan kewajiban meliputi :
a. Survey pendahuluan bertujuan mengumpulkan data-
data pendukung untuk mengadakan survey detail dan
pengumpulan data-data lainnya
b. Mengkoordinir Survey Penyelidikan Tanah guna
pengambilan data di lapangan.
c. Menghitung hasil data lapangan dan
memindahkan ke kertas gambar sebagai acuan.
d. Bertanggung jawab atas hasil perhitungan data
lapangan untuk penanganan longsoran.

5) AHLI HIDROLOGI/HIDRAULIKA
Ahli Hidrologi disyaratkan seorang Sarjana Teknik Sipil (S.1)
yang telah lulus dari suatu perguruan tinggi negeri,
perguruan tinggi swasta dan perguruan tinggi internasional
yang diakui. Berpengalaman dalam melaksanakan
pekerjaan teknik jalan minimal selama 3 (Tiga) tahun setelah
lulus. Mempunyai sertifikat keahlian (SKA Ahli Teknik
Jalan Muda) yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan
dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi
(LPJK) yang masih berlaku. Ahli Hidrologi/Hidraulika
diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli
konsultansi bidang ke-PU-an

Tugas dan tanggungjawab mencakup tapi tidak terbatas hal-


hal sebagai berikut:
a. Melaksanakan semua kegiatan yang mencakup
pengumpulan data/survey hidrologi
b. Menganalisis dan perhitungan hidrologi,
perencanaan drainase untuk keperluan jalan
maupun jembatan.
c. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Ahli Teknik
Hidrologi/Hidraulika bertanggungjawab terhadap
hasil pekerjaannya serta tunduk dan
bertanggungjawab kepada Team Leader.

6) AHLI KUANTITAS & BIAYA


Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil
strata Satu (S-1) lulusan Universitas / Peguruan Tinggi
Negeri atau yang disamakan dan memiliki Sertifikasi
Keahlian Kerja (SKA) Ahli Teknik Jalan Muda dari
Asosiasi profesi terkait dan di registrasi Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) dan
berpengalaman melaksanakan pekerjaan dibidang
Perencanaan Teknis Jalan dan Jambatan sekurang
kurangnya berpengalaman 3 (Tiga) tahun dan mengetahui
dengan baik proses perencanaan dengan segala
permasalahannya.
Tugas dan kewajiban meliputi:
a. Melakukan Perhitungan volume pekerjaan hasil
pengumpulan data lapangan.
b. Memeriksa hasil survey untuk di evaluasi kembali c.
Bertanggung jawab atas semua hasild desain
yang telah direncanakan

7) AHLI K3
Ahli K3 bertanggung Jawab langsung kepada Ketua/ Team
Leader dalam hal tentang kebutuhan mengenai SMKK, baik
di lapangan maupun dalam bentuk laporan analisa resiko.
Ahli K3 harus berpendidikan Sarjana Teknik Strata 1 (S1)
lulusan Universitas Negeri atau Swasta yang telah
disamakan (lulus ujian Negara) jurusan Teknik Sipil dengan
pengalaman minimal 3 (Tiga) tahun sebagai Professional
Staf dalam bidang K3 untuk pekerjaan pengawasan / pere
Disyaratkan memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) di bidang K3
yakni AHLI K3 - MUDA, dan akan berkedudukan di dekat
kantor dengan PPK Perencanaan Satker P2JN Prov.
Sumatera Utara ncanaan konstruksi jalan dan jembatan.
Ahli K3 Konstruksi mempunyai tugas dan tanggung jawab
antara lain :
a. Memastikan pelaksanaan RKK dalam SMKK kontrak
pekerjaan Coreteam
b. Mengevaluasi pelaksanaan SMKK pada paket
pekerjaan konstruksi sepanjang ruas Jalan
Nasional dan Non Nasional di Provinsi Sumatera
Utara
c. Memberi rekomendasi untuk pelaksanaan
SMKK pekerjaan konstruksi sepanjang ruas Jalan
Nasional dan Non Nasional di Provinsi Sumatera
Utara

ASISTEN TENAGA AHLI


1. ASISTEN AHLI (Semua Bidang)
Adalah Sarjana Teknik Sipil (S1) yang fresh graduate
ataupun yang sudah berpengalaman dalam bidang
Perencanaan Teknik Jalan maupung Penanganan Lereng.
Tugas dan tanggung jawab meliputi:
a. Membantu tugas dari Tenaga Ahli tersebut di atas baik
pekerjaan lapangan maupun pekerjaan di kantor
b. Bertanggung jawab atas ketelitian hasil kerjanya sesuai
dengan bidangnya

2. OPERATOR CAD
Mempunyai latar belakang pendidikan minimal Sarjana
Teknik strata Satu (S-1)/ D3 Teknik berpengalaman
dalam bidang komputer sesuai dengan perkembangan
kemajuan komputer dan berpengalaman dalam bidang
pembuatan gambar-gambar teknik sipil khususnya jalan
raya serta dapat bekerja dengan cepat dengan tingkat
ketelitian yang tinggi.
Software CAD yang digunakan adalah Software Original
yang masih berlaku sampai pekerjaan selesai.
Tugas dan tanggung jawab adalah:
a. Memasukan data ke dalam komputer dan menganalisa
sesuai dengan petunjuk Tenaga Ahli.
b. Melaksanakan pembutan gambar-gambar teknik
jembatan sebagaimana tugasnya dan bertanggung
jawab atas pembutan gambar-gambar yang
dibutuhkan.

TENAGA PENDUKUNG
Untuk mendukung lancarnya pekerjaan ini, dibantu tenaga
pendukung dengan posisi sebagai berikut :
1. OPERATOR KOMPUTER
Mempunyai latar belakang pendidikan minimal SLTA
berpengalaman dalam bidang komputer sesuai dengan
perkembangan kemajuan komputer dan berpengalaman
dalam bidang pembuatan gambar-gambar teknik sipil
khususnya jembatan serta dapat bekerja dengan cepat
dengan tingkat ketelitian yang tinggi.

2. PESURUH KANTOR
Mempunyai latar belakang pendidikan minimal SLTP
berpengalaman dalam bidang membantu kemajuan kantor
serta kerapian dan keindahaan kantor bekerja dengan
cepat
Tugas dan Tanggung Jawab adalah:
Melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan
dalam kantor

Tabel Kualifikasi Personel


PERENCANAAN TEKNIK PENANGANAN LONGSOR PROV. SUMUT
Kualifikasi Minimal Jumlah
Posisi Tingkat Sertifikat Pengalaman Orang
Pendidikan Keahlian (thn) Bulan
Tenaga Ahli
Ahli Teknik
Sarjana
Jalan dan
Ketua (Team Leader) (S1) 7 6.0
Jembatan -
T.Sipil
Madya
Sarjana(S1) Ahli Teknik
Ahli Geodesi T.Geodesi / Geodesi 5 4.0
T.Sipil Muda
Sarjana (S1) Ahli Teknik
Ahli Geologi T. Geologi / Geologi 5 5.0
T.Sipil Muda
Sarjana Ahli Teknik
Ahli Geoteknik (S1) Geoteknik 5 5.0
T. Sipil Madya
Sarjana Ahli Teknik
Ahli Hidrologi /
(S1) Jalan 3 4.0
Hidraulika
T.Sipil Muda
Sarjana
Ahli K3 (S1) Ahli K3 Muda 3 3.0
T. Sipil
Sarjana Ahli Teknik
Ahli Kuantitas &
(S1) Jalan 3 4.0
Biaya
T. Sipil Muda
Asisten Tenaga Ahli
Sarjana
Asisten Ahli Geodesi (S1) - - 4.0
T. Sipil
Sarjana
Asisten Ahli Geologi (S1) - - 5.0
T. Sipil
Sarjana
Asisten Ahli
(S1) - - 5.0
Geoteknik
T. Sipil
Sarjana
Asisten
(S1) - - 4.0
Hidrologi/Hidraulika
T. Sipil
Sarjana
(S1)
Operator Cad - 0/3 10.0
Teknik / D3
Teknik
Tenaga Pendukung
Operator Komputer SMA - - 6.0
Pesuruh Kantor - - - 6.0
18. Jadwal Tahapan
Pelaksanaan Pekerjaan

Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Laporan Pendahuluan

2 Laporan Antara

Laporan Akhir dan Detail


3
Engineering Design (DED)

19. Laporan Program Mutu Laporan Program Mutu


Program Mutu adalah rencana mutu pelaksanaan kegiatan
yang disusun oleh Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi yang
merupakan dokumen penjaminan mutu terhadap
pelaksanaan proses kegiatan dan hasil kegiatan
sebagaimana yang dipersyaratkan dalam kontrak
pekerjaan. Program mutu disusun oleh Penyedia Jasa
Konsultansi Konstruksi setelah menerima Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK) dan di bahas pada Rapat Persiapan
Pelaksanaan Pekerjaan (Kick of Meeting). Program mutu harus
sudah disahkan oleh PPK sebelum Konsultan memulai
pekerjaannya. Program Mutu merupakan dokumen yang
dinamis, dapat direvisi apabila terjadi perubahan
persyaratan dalam pelaksanaan pekerjaan agar tetap
memenuhi persyaratan hasil pekerjaan. Program Mutu disusun
paling sedikit berisi:
a. informasi mengenai pekerjaan yang akan
dilaksanakan;
b. organisasi kerja Penyedia;
c. jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
d. jadwal penugasan Personel Inti dan Personel
Pendukung;
e. metode pelaksanaan pekerjaan;
f. pengendalian pekerjaan;
g. laporan pekerjaan.

20. Laporan Laporan Pendahuluan (5 Buku)


Pendahuluan Laporan Pendahuluan memuat pelaporan mengenai jadwal
rencana kerja dan tahapan pelaksanaan pekerjaan secara
lengkap dan terperinci termasuk kuantitas masing- masing
pekerjaan serta personil-personil pendukung Konsultan yang
telah disetujui aktif di lapangan.
Laporan Pendahuluan berisi tentang Pemahaman
terhadap KAK, Metodologi dan Rencana Kerja, Menyampaikan
Kriteria Desain secara detail, Pengenalan Lokasi Awal,
Organisasi Pelaksanaan kegiatan, dan Jadwal pelaksanaan
termasuk persiapan survey.
Laporan pendahuluan harus diserahkan selambat- lambatnya
atau tidak lebih dari 7 (tujuh) hari setelah dilaksanakannya
Rapat Laporan Pendahuluan, sebanyak 5 (lima) rangkap/buku
laporan.

21. Laporan Antara Laporan Antara (5 Buku)


Laporan Antara yang berisi hal-hal sebagai berikut:
• Penyempurnaan laporan dan progres perencanaan;
• Hasil pengumpulan data sekunder maupun data primer;
• Hasil kajian terhadap data survey;
• Konsep perencanaan, Progres kegiatan dan rencana
selanjutnya.

22. Laporan Akhir Laporan Akhir (5 Buku)


Laporan akhir berisi hal-hal sebagai berikut:
• Penyempurnaan laporan dan progres perencanaan.
• Detailed Engineeering Design
• Estimasi biaya
• Dokumen tender, sesuai dengan dokumen tender
standar yang disyaratkan oleh pengguna jasa.

23. Laporan Ringkasan Laporan Ringkasan Eksekutif (5 Buku)


Eksekutif Laporan ini antara lain berisikan tentang penjelasan rinci yang
memuat :
• Gambaran umum karateristik wilayah studi
• Alasan-alasan pemilihan disain
• Peta lokasi jalan
• Gambar plan jalan
• Tipikal Potongan Melintang & Memanjang jalan
• Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
• Rekomendasi untuk pelaksanaan

24. Laporan Perencanaan Laporan Perencanaan yang berisikan:


• Gambar Perencanaan Teknis (Desain) jembatan dalam
ukuran kertas A3, agar dapat digunakan pada saat
penerapan dilapangan.
• Gambar Perencanaan Teknis (Desain) jembatan dalam
dalam bentuk 2D dan 3D yang dapat diintegrasikan dalam
sistem BIM di Bina Marga
• Laporan perencanaan tebal perkerasan lentur /
perkerasan kaku termasuk analisisnya disertai dengan
metode pelaksanaannya (untuk pekerjaan jalan)
• Laporan perencanaan jembatan yang mencakup analisa
dan perhitungan teknisnya disertai dengan metode
pelaksanaannya
• Laporan Topografi yang didalamnya memuat seluruh data
pengukuran termasuk hasil perhitungan serta foto
dokumentasi;
• Laporan Penyelidikan Tanah yang didalamnya memuat
seluruh data survei termasuk analisi perhitungan serta foto
dokumentasi (jika ada);
• Laporan Analisa Dampak Lalu Lintas yang didalamnya
memuat jumlah besar bangkitan perjalanan baru yang
memerlukan rekayasa lalu lintas dan manajemen lalu
lintas untuk mengatasi dampaknya
• Laporan perencanaan ini berisi:
- Daftar isi.
- Peta lokasi proyek.
- Daftar bangunan pelengkap.
- Uraian yang berisi data perencanaan beserta
perhitungan teknis.
- Gambar rencana yang dibuat di atas kertas A3.

25. Laporan Topografi Laporan topografi mencakup sekurang-kurangnya


pembahasan mengenai hal-hal berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas
lokasi proyek terhadap kota besar terdekat.
- Kegiatan perintisan untuk pengukuran.
- Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal.
- Kegiatan pengukuran titik kontrol vertikal.
- Kegiatan pengukuran situasi.
- Kegiatan pengukuran penampang melintang.
- Kegiatan pengukuran khusus (bila ada).
- Perhitungan dan penggambaran.
- Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai
koreksinya.
- Dokumentasi foto (ukuran 3R) mengenai kegiatan
pengukuran topografi termasuk kegiatan pencetakan
dan pemasangan BM, pengamatan matahari, dan
semua obyek yang dianggap penting untuk keperluan
perencanaan jembatan.
- Deskripsi BM (sebagai lampiran).
- Data ukur hasil ploting dan negatip film harus
diserahkan.

26. Laporan Penyelidikan Laporan Hasil Penyelidikan tanah yang sekurang-kurangnya


Tanah mencakup pembahasan mengenai hal-hal berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek.
- Kegiatan Penyelidikan tanah yang dilakukan.
- Analisis terhadap data tanah yang diambil.
- Dokumentasi Kegiatan.
27. Laporan Laporan mengenai survey dan analisis hidrologi, yang
Hidrologi/Hidraulika meliputi:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi
proyek terhadap kota besar terdekat, pos pencatat curah
hujan.
- Data curah hujan untuk setiap pos yang diambil.
- Analisis/ perhitungan.
- Penentuan dimensi dan jenis bangunan air
- Daftar lokasi bangunan air yang direncanakan.

28. Dokumen Tender Dokumen Tender didalamnya memuat:


1) Spesifikasi Teknis
2) Gambar Rencana
3) Estimasi Biaya
4) Metode Pelaksanaan

29. SSD 1TB Pada akhir pelaksanaan pekerjaan, penyedia jasa harus
menyerahkan SSD 1TB yang berjumlah 1 (tiga) buah berisikan
seluruh soft copy.

HAL-HAL LAIN
30. Produksi dalam Semua kegiatan Jasa Konsultansi berdasarkan KAK ini harus
Negeri dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali
ditetapkan lain dalam angka 4 KAK dengan pertimbangan
keterbatasan kompetensi dalam negeri.

31. Sub Klasifikasi SBU Subklasifikasi Jasa Desain Rekayasa untuk Pekerjaan Teknik
Sipil Transportasi (RE 104) atau Jasa Rekayasa Pekerjaan
Teknik Sipil Transportasi (RK003)

32 Rincian Laporan terhadap 1. Laporan Pendahuluan mencakup Laporan Program Mutu.


Output 2. Laporan Antara Laporan Topografi, Laporan Penyelidikan
Tanah, Laporan Hidrologi/Hidraulika.
3. Laporan Akhir mencakup Laporan Perencanaan, Laporan
Kuantitas dan Biaya, Laporan Ringkasan Eksekutif,
Laporan Lingkungan, Laporan Rancangan Konseptual
SMKK, dan Dokumen Tender.

33. Persyaratan Kerjasama Jika kerja sama dengan penyedia jasa konsultansi lain
diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini
maka persyaratan berikut harus dipatuhi:
a. Bagian pekerjaan yang dikerjakan oleh sub penyedia
harus diatur dalam kontrak dan disetujui terlebih dahulu
oleh PPK;
b. Penyedia jasa tetap bertanggungjawab atas bagian
pekerjaan yang dikerjakan oleh sub penyedia;
c. Ketentuan-ketentuan dalam kerjasama dengan sub
penyedia harus mengacu kepada harga yang tercantum
dalam Kontrak serta menganut prinsip kesetaraan.

34. Pedoman
Pengumpulan Data a. Pengumpulan Data Sekunder
Lapangan Data-data yang disiapkan oleh penyedia jasa pada tahap
persiapan, adalah berupa data-data sekunder yang
merepresentasikan kondisi kawasan obyek lokasi
penyelidikan yang mencakup :
• Peta topographi dari Bakonsurtanal dan Pusat
Peneliltian dan Pengembangan Geologi, dengan skala
1 : 25.000 atau 1:50.000 atau 1:100.000 atau
1:200.000
• Peta geologi, skala 1 : 100.000
• Peta tata guna lahan
• Peta kerentanan tanah
• Peta kegempaaan
• Data curah hujan
• Laporan terdahulu yang terkait atau relevan dengan
obyek lokasi penyelidikan.
Data-data tersebut diperlukan sebagai bahan masukan
untuk mengetahui gambaran umum kondisi yang ada
(existing) disekitar kawasan obyek lokasi penyelidikan
lapangan, dan dapat juga difungsikan sebagai data
pembanding pada Survey Pendahuluan dan penyelidikan
terinci.
b. Survei Pendahuluan
Survey pendahuluan yang harus dilaksanakan oleh
Konsultan sebagai penyedia jasa, adalah dalam
rangka menentukan penyelidikan tanah dan penelitian
lainnya yang perlu dilakukan melalui pengamatan visual,
dan rencana investigasi lapangan, dengan tujuan untuk
mengkonfirmasikan kondisi lapangan dengan data-data
pendukung yang ada, serta menentukan jenis, lokasi dan
jumlah sampel penyelidikan terinci yang akan
dilaksanakan.
Dalam tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan,
antara lain :
● Pengamatan visual (lokasi, ciri, jenis, penyebab
longsoran)
● Menentukan instrumen-instrumen penyelidikan tanah
yang diperlukan
Arahan kebutuhan instrumen penyelidikan tanah
tersebut, dan relevansi penggunaannya terhadap jenis
material yang menjadi obyek penyelidikan, dapat
mengacu pada tabel berikut ini.
● Foto-foto dokumentasi yang menunjukan adanya
longsoran/berpotensi longsor

c. Penyelidikan Tanah
1). Persiapan
Data-data yang disiapkan oleh Konsultan/penyedia
jasa pada tahap persiapan, adalah data-data yang
dihasilkan dari kegiatan penyelidikan pendahuluan,
antara lain berupa :
• Sketsa dan detail lokasi
• Karakteristik geologi teknik
• Karakteristik umum tanah
• Sampel kondisi terganggu (disturb sample)
• Rencana penyelidikan terinci (jenis, lokasi, jumlah
sampel dan instrumentasi
• Potensi longsor (penyebab, arah,
kedalaman,intensitas keaktifan)
• Penanganan lereng di sekitarnya
Data-data tersebut dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan dalam menentukan arahan
penanganan lereng/longsoran dalam proses
perencanaan.

2). Penyelidikan tanah terinci


Penyelidikan terinci terhadap kondisi, sifat fisik dan
sifat teknis tanah, dimaksudkan untuk mendapatkan
rincian data kuantitatif dari lapangan dan laboratorium,
sehingga dapat dibuat pemetaan geologi dan
pendugaan geofisika di daerah longsoran atau yang
berpotensi longsor, untuk dijadikan sebagai salah satu
bahan masukan, dan atau parameter perencanaan
(engineering properties) lereng jalan yang
bersangkutan.
a). Penyelidikan Lapangan
Jenis Penyelidikan
Jenis penyelidikan lapangan yang diperlukan dalam
rangka penyelidikan tanah terinci, antara lain :
• Pengeboran mesin dan pengambilan
sampel/contoh
• Standard Penetration Test (SPT)
• Vane Shear Test (VST) dan Borehole ShearTest
(BST)
• Survey Refraksi
• Sondir Test
• X-Ray Diffraction
• Scanning Electron Microscope (SEM)
• Survei Ground Penetrating Radar (GPR)

Standar Rujukan
Standar rujukan untuk pelaksanaan penyelidikan tanah
di lapangan, mencakup metode, prosedur dan
instrumentasi, antara lain:
ASTM D 1586 - 84 Method for Penetration Test and
Split- Barrel Sampling of Soils
ASTM D 1587 - 94 Standard Practice for Thin-
Walled Tube Sampling of Soils
ASTM D 2573 - 94 Test Methode for Field Vane Shear
Test in Cohessive Soil
ASTM D 2488 - 93 Description and Indentification of
Soils (Visual-Manual Procedur)

• Pengeboran Mesin dan Pengambilan Sampel/Contoh


Syarat-syarat pelaksanaan pengeboran mesin dan cara-
cara pengambilan contoh dilapangan, adalah sebagai
berikut :

- Setiap lokasi longsoran/yang berpotensi longsor,


pengeboran yang digerakan dengan mesin (bor mesin)
harus dilaksanakan paling sedikit pada 1 (satu) titik
untuk setiap lokasi rencana pondasi konstruksi
penanganan longsoran.
- Boring dengan alat bor yang digerakan dengan mesin,
harus mampu mencapai kedalaman yang ditentukan
atau setelah didapat informasi yang cukup mengenai
letak lapisan tanah keras, jenis batuan dan tebalnya.
- Jika sebelum mencapai kedalaman yang ditentukan
telah ditemukan lapisan tanah keras/batu; boring
harus diteruskan menembus lapisan keras ini sedalam
kurang lebih 5 meter lagi (tergantung jenis batuannya
dan perkiraan beban bangunan sub strukturnya).
- Mata bor harus mempunyai diameter cukup besar
sehingga undisturbed sample yang diinginkan dapat
diambil dengan baik.
- Untuk tanah lempung (clay), lanau (silt) atau tanah
lainnya yang tidak terlalu padat, dapat dipakai “steel bit”
sebagai mata bor.
- Untuk lapisan yang keras (batuan) atau cemented
harus dipakai “double tube core barrel” sehingga dapat
diambil undisturbed samplenya (contoh inti batuan) dari
lapisan keras tersebut.
- Setelah diambil dari lubang bor, contoh inti batuan
harus dibungkus dulu dengan plastik, kertas semen
dan ditempatkan pada kotak kayu yang diberi penyekat,
diberi label serta disusun secara berurutan sesuai
dengan urutan pengambilan contoh dari dalam lubang
bor.
- Kemudian contoh inti batuan disiram parafin cair
sampai penuh agar jangan sampai rusak dalam
pengangkutan.
- Apabila ada bagian contoh yang tidak terambil maka
harus diberi tanda, sehingga urutan-urutan secara
keseluruhan tidak terputus. Pada bagian luar dan dalam
tutup peti contoh harus diberi keterangan mengenai
lokasi, nomor pemboran, kedalaman, instansi pemilik
dan lain-lain.
- Kotak contoh dibuat dari kayu yang diketam setebal 12,5
mm, ukuran kotak 1,00 m x 0,50 m x 0,10 m dan
berisi satu lapis contoh. Penyekat harus dari kayu
setebal 10 mm.
- Pada setiap interval kedalaman 1,5 meter harus
dilakukan Standard Penetration Test (SPT) menurut
AASHTO T206-74 atau ASTM D 1586-84 dan harus
diambil contoh tanahnya (tidak perlu undisturbed),
disimpan dalam tempat yang dapat menjaga kadar air
aslinya. Contoh tanah tersebut diperlukan untuk
menyusun lithologie description lapisan tanah.
- Pada setiap interval kedalaman yang ditentukan (bila
tidak ditentukan lain maka rata-rata diambil kurang lebih
3,00 meter) pada tanah lunak harus diambil undisturbed
sample untuk test di laboratorium, guna mendapat
harga index dan structural properties lapisan tanah.
- Undisturbed sample harus diambil dengan cara sebagai
berikut : Tabung sample (yang dibuat dari baja tipis
tetapi keras dan berbentuk silinder dengan diameter
rata- rata 7 cm, panjang 70 cm) dimasukan kedalam
tanah pada kedalaman dimana undisturbed sample
akan diambil kemudian ditekan perlahan-lahan sehingga
tabung tersebut dapat penuh terisi tanah.
- Setelah dikeluarkan dari dalam lubang bor, tabung yang
berisi contoh tanah tersebut harus segera ditutup
dengan parafin.
- Tanah dimaksud harus tetap berada dalam tabung
sample tersebut sampai saatnya ditest di laboratorium.
- Hasil boring harus dibuat bor log paling sedikit
dilengkapi dengan lithology (geological
description), harga SPT, letak muka air tanah dan
sebagainya beserta letak kedalaman lapisan tanah yang
bersangkutan.
- Penamaan dari masing-masing jenis tanah harus
dilakukan pada saat itu juga, sesuai dengan kedalaman
maupun sifat-sifat tanah tersebut yang dapat dilihat
secara visual.
- Apabila tanah yang dibor, dalam hal ini cenderung
mudah runtuh, maka harus segera diikuti dengan
pemasangan casing.
- Pekerjaan pengambilan contoh tanah dimaksud
bertujuan untuk penelitian lebih lanjut di laboratorium.
- Pengambilan contoh tanah ini harus diatur sedemikian
rupa hingga setiap jenis lapisan tanah cukup terwakili.
- Bilamana lokasi dan kondisinya tidak dapat dilakukan
pemboran dengan bor mesin, maka pemboran dapat
diganti dengan cara penyelidikan yang lain setelah
mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa.
- Untuk tanda telah dilaksanakannya pekerjaan bor ini,
maka pada setiap bekas lubang bor agar dimasukan
pipa paralon sepanjang 1,00 m yang tertutup pada
bagian atasnya. Ukuran pipa tersebut disesuaikan
dengan ukuran lubang bor sedemikian rupa agar pipa
tersebut tidak meluncur kebawah lubang, dan tertanam
± 10 cm dibawah permukaan tanah sekitar lubang bor.

• Sondir Elektrik (Cone Penetration Test with Pore


Water Measurement/ CPTu)
- Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman
lapisan tanah keras, menentukan lapisan-lapisan tanah
berdasarkan tahanan ujung konus dan daya lekat
tanah setiap kedalaman yang diselidiki.
- Alat ini hanya dapat digunakan pada tanah berbutir
halus, tidak boleh digunakan pada daerah aluvium yang
mengandung komponen berangkal dan kerakal serta
batu gamping yang berongga, karena hasilnya akan
memberikan indikasi lapisan tanah keras yang salah.
- Tipe alat sondir yang digunakan yaitu Sondir Elektrik.
- Pembacaan manometer dilakukan pada setiap
penekanan pipa sedalam 20 cm, pekerjaan sondir
dihentikan apabila pembacaan pada manometer
berturut-turut menunjukan harga >150 kg/cm2, alat
sondir terangkat keatas. Apabila pembacaan
manometer belum menunjukan angka yang maksimum,
dan alat terangkat ke atas, maka alat sondir perlu diberi
pemberat yang diletakan pada baja kanal jangkar
- Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau
perlawanan penetrasi konus dan jumlah hambatan
pelekat (JHP). Grafik yang dibuat adalah perlawanan
penetrasi konus (qc) pada tiap kedalaman dan jumlah
hambatan pelekat (JHP) secara kumulatif.
- Untuk setiap lokasi longsoran yang diselidiki,
pengujian dilakukan minimal 1 (satu) titik/lokasi
rencana pondasi konstruksi sejajar jalan disekitar
busur retakan yang longsor atau berpotensi longsor.

• X-Ray Diffraction
X-Ray Diffraction (XRD) adalah teknik untuk menganalisis
struktur atom atau molekul dari suatu material. Teknik ini
tidak merusak, dan bekerja paling efektif dengan bahan
yang sebagian, atau seluruhnya, berbentuk kristal. Teknik
ini sering dikenal sebagai difraksi sinar-x karena bahan
yang dianalisis biasanya dibentuk hingga menjadi
seragam. Difraksi adalah ketika cahaya sedikit membelok
saat melewati tepi objek atau menemui penghalang atau
bukaan. Tingkat kemunculannya tergantung pada ukuran
relatif panjang gelombang dibandingkan dengan dimensi
penghalang atau bukaan yang ditemuinya.

Cara kerja X-Ray Diffraction (XRD) :


Sinar-X adalah bentuk radiasi elektromagnetik yang
mencakup panjang gelombang yang dapat diukur dalam
nanometer (satu nanometer setara dengan sepersejuta
meter). Ketika sinar-x monokromatik menyebar dari suatu
zat dengan struktur pada suatu skala, penyebaran tersebut
menyebabkan interferensi. Hal ini menghasilkan pola
intensitas yang lebih rendah dan lebih tinggi karena
interferensi konstruktif dan destruktif menurut hukum
Braggs. Dengan zat kristal, polanya menciptakan serutan
difraksi tiga dimensi sebagai respons terhadap panjang
gelombang sinar-x, seperti jarak bidang dalam kisi kristal.
Proses ini dikenal sebagai interferensi konstruktif dan
digunakan sebagai teknik untuk mempelajari struktur kristal
dan jarak atom. Semua metode difraksi dimulai dengan
pancaran sinar-x dari tabung katoda atau target yang
berputar, yang kemudian difokuskan pada sampel. Dengan
mengumpulkan sinar-X yang terdifraksi, hal tersebut dapat
menganalisis struktur sampel. Ini dimungkinkan karena
setiap mineral memiliki kumpulan Jarak-D yang unik. Jarak-
D adalah jarak antara bidang atom, yang menyebabkan
puncak difraksi. Ada pola referensi standar Jarak-D, yang
bertindak sebagai pembanding saat menggunakan XRD
untuk mengidentifikasi struktur zat sampel. Cara sinar-x
menyingkap struktur atom kristal didasarkan pada hukum
Bragg.

Hukum Bragg:
Difraksi sinar-X terjadi karena pada hamburan elastis foton-
foton sinar-X oleh atom dalam sebuah kisi periodik.
Hamburan monokromatis sinar-X dalam fasa tersebut
memberikan interferensi yang konstruktif. Penggunaan
difraksi sinar-X untuk mempelajari kisi kristal adalah
berdasarkan persamaan Bragg. Suatu kristal memiliki
susunan atom yang tersusun secara teratur dan berulang,
memiliki jarak antar atom yang ordenya sama dengan
panjang gelombang sinar-X. Akibatnya, bila seberkas
sinar-X ditembakkan pada suatu material kristalin maka
sinar tersebut akan menghasilkan pola difraksi khas. Pola
difraksi yang dihasilkan sesuai dengan susunan atom pada
kristal tersebut.
Menurut pendekatan Bragg, kristal dapat dipandang terdiri
atas bidang-bidang datar (kisi kristal) yang masing-masing
berfungsi sebagai cermin semi transparan. Jika sinar-X
ditembakkan pada tumpukan bidang datar tersebut, maka
beberapa akan dipantulkan oleh bidang tersebut dengan
sudut pantul yang sama dengan sudut datangnya, seperti
yang diilustrasikan dalam Gambar 1, sedangkan sisanya
akan diteruskan menembus bidang.
Gambar 1. Pemantulan berkas sinar-X monokromatis oleh
dua bidang kisi dalam kristal, dengan sudut sebesar θ dan
jarak antara bidang kisi sebesar dhkl

Perumusan secara matematik dapat dikemukakan dengan


menghubungkan panjang gelombang sinar-X, jarak antar
bidang dalam kristal, dan sudut difraksi:
nλ = 2d sin θ (Persamaan Bragg)
Keterangan :
d = ketebalan unit sel
θ = sudut difraksi
λ = panjang gelombang
n = kelipatan.

Hasil yang diukur dari X-Ray Diffraction (XRD) :


• Mengukur jarak rata-rata antara lapisan baris atom
dalam suatu zat
• Menentukan orientasi butiran atau kristal tunggal
• Mengukur ukuran, bentuk, dan tegangan dalam
dari kristal kecil
• Mengidentifikasi struktur kristal dari zat yang tidak
diketahui.

Penggunaan X-Ray Diffraction (XRD):


Pada dasarnya X-Ray Diffraction digunakan untuk
mengidentifikasi material terkristal yang tidak diketahui.
Material kristal ini sebagai contoh bisa berupa senyawa
anorganik atau mineral. Penggunaan XRD dalam beberapa
lingkup keilmuan yaitu:
• Geologi
• Teknik atau Rekayasa
• Biologi
• Ilmu Bahan
• Ilmu Lingkungan
• Battery Research
• Thin-film Coatings
• Kelistrikan
• Farmasi
Penggunaan X-Ray Diffraction (XRD) dalam Industri:
Beberapa industri, sektor pekerjaan, dan disiplin ilmu bisa
menggunakan XRD sebagai alat untuk mengukur dan
menganalisis. Beberapa lingkup kegiatan tersebut adalah:
• Farmasi
• Ilmu Forensik
• Microelectronics
• Penggunaan Kaca
• Geologi

Pada sektor Geologi, XRD adalah alat eksplorasi mineral


secara integral, yang di mana sejauh ini telah membantu
revolusi ilmu geologi. XRD memungkinkan identifikasi
dengan cepat terhadap mineral dalam sampel batuan atau
tanah, dan dapat menentukan proporsi mineral ini di setiap
sampel. Analisis mineralogi dan kristalografi dengan X-Ray
Diffraction merupakan salah satu metode analisis yang
efektif dalam mendeskripsikan batuan dan suatu senyawa
kimia tertentu dalam wujud padat karena proses
preparasinya mudah, murah, dan cepat.

Komponen Dasar X-Ray Diffraction (XRD)


Tiga komponen dasar dari X-RD yaitu; sumber sinar-X (X-
Ray source), material contoh yang diuji (specimen), dan
detektor sinar-X (X-ray detector) (Sartono, 2006)

Gambar 2. X-Ray Diffractometer

1. Sinar –X
Sinar-X merupakan salah satu bentuk radiasi
elektromagnetik yang mempunyai energi antara 200 eV–1
MeV dengan panjang gelombang antara 0,5–2,5 Ǻ.
Panjang gelombangnya hampir sama dengan jarak antara
atom dalam kristal, menyebabkan sinar-X menjadi salah
satu teknik dalam analisa mineral (Suryanarayana dan
Norton, 1998). Elektron-elektron pada atom akan
membiaskan berkas bidang yang tersusun secara periodik
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4 . Difraksi sinar-X
oleh atom-atom pada bidang atom paralel a dan a1 yang
terpisah oleh jarak d. Dianggap bahwa dua berkas sinar-X
i1 dan i2 yang bersifat paralel, monokromatik dan koheren
dengan panjang gelombang λ datang pada bidang dengan
sudut θ. Jika kedua berkas sinar tersebut berturut-turut
terdifraksi oleh M dan N menjadi i1’ dan i2’ yang masing-
masing membentuk sudut θ terhadap bidang dan bersifat
paralel, monokromatik, dan koheren, perbedaan panjang
antara i1 – M – i1 dengan i2 - N – i2’ adalah sama dengan
n kali panjang gelombang, maka persamaan difraksi dapat
dituliskan sebagai berikut:

n λ = ON + NP atau
n λ = d sin θ + d sin θ = 2 d sin θ (1)

Gambar 2. Difraksi sinar-X oleh atom-atom pada bidang


(Ismunandar, 2006)

Persamaan (1) dikenal sebagai Hukum Bragg, dengan n


adalah bilangan refleksi yang bernilai bulat ( 1, 2, 3, 4, . . ).
Karena nilai sin θ tidak melebihi 1, maka pengamatan
berada pada interval 0 < θ < p/2, sehingga:
<1 (2)
Difraksi untuk nilai n terkecil ( n = 1), persamaan tersebut
dapat diubah menjadi :
λ < 2d (3)

Persamaan (3) menjelaskan bahwa panjang gelombang


sinar-X yang digunakan untuk menentukan struktur kristal
harus lebih kecil dari jarak antar atom (Zakaria, 2003).
Difraksi sinar-X merupakan suatu teknik yang digunakan
untuk mengidentifikasi adanya fasa kristalin di dalam
material-material benda dan serbuk, dan untuk
menganalisis sifat-sifat struktur (seperti stress, ukuran
butir, fasa komposisi orientasi kristal, dan cacat kristal) dari
tiap fasa. Metode ini menggunakan sebuah sinar-X yang
terdifraksi seperti sinar yang direfleksikan dari setiap
bidang, berturut-turut dibentuk oleh atom-atom kristal dari
material tersebut. Dengan berbagai sudut timbul, pola
difraksi yang terbentuk menyatakan karakteristik dari
sampel. Susunan ini diidentifikasi dengan
membandingkannya dengan sebuah data base
internasional (Zakaria, 2003).
Pembangkitan Sinar-X
Sinar-X dihasilkan dari penembakan target (logam anoda)
oleh elektron berenergi tinggi yang berasal dari hasil
pemanasan filamen dari tabung sinar-X (Rontgen). Tabung
sinar-X tersebut terdiri atas empat komponen utama, yakni
filamen (katoda) yang berperan sebagai sumber elektron,
ruang vakum sebagai pembebas hambatan, target sebagai
anoda, dan sumber tegangan listrik.

Gambar 3. Skema tabung sinar-X (Suryanarayana, 1998)

Untuk dapat menghasilkan sinar-X dengan baik, maka


logam yang digunakan sebagai target harus memiliki titik
leleh tinggi dengan nomor atom (Z) yang tinggi agar
tumbukan lebih efektif. Logam yang biasa digunakan
sebagai target (anoda) adalah Cu, Cr, Fe, Co, Mo dan Ag.

3. Karakteristik Sinar-X
Sinar-X dapat pula terbentuk melalui proses perpindahan
elektron suatu atom dari tingkat energi yang lebih tinggi ke
tingkat energi yang lebih rendah. Adanya tingkat-tingkat
energi dalam atom dapat digunakan untuk menerangkan
terjadinya spektrum sinar-X dari suatu atom (Gambar 4).
Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai
energi yang sama dengan selisih energi antara kedua
tingkat energi elektron tersebut. Karena setiap jenis atom
memiliki tingkat-tingkat energi elektron yang berbeda-beda
maka sinar-X yang terbentuk dari proses ini disebut
karakteristik Sinar-X.

Gambar 4. Ilustrasi transisi elektron dalam sebuah atom


(Beck, 1977)
Karakteristik Sinar-X terjadi karena elektron yang berada
pada kulit K terionisasi sehingga terpental keluar.
Kekosongan kulit K ini segera diisi oleh elektron dari kulit
diluarnya. Jika kekosongan pada kulit K diisi oleh electron
dari kulit L, maka akan dipancarkan karakteristik sinar-X Ka.
Jika diisi oleh elektron dari kulit M, maka akan dipancarkan
karakteristik Sinar-X Kb dan seterusnya (Beck, 1977).
b. Material Uji (spesimen)
Sartono (2006), mengemukakan bahwa material uji
(spesimen) dapat digunakan bubuk (powder) biasanya 1
mg.
c. Detektor
Sebelum sinar-X sampai ke detektor melalui proses optik.
Sinar-X yang panjang gelombangnya λ dengan intensitas I
mengalami refleksi dan menghasilkan sudut difraksi 2θ
(Sartono, 2006). Jalannya sinar-X diperlihatkan oleh
gambar 5 berturut-turut sebagai berikut : (1) Sumber sinar-
X, (2) Celah soller, (3) Celah penyebar, (4) Spesimen, (5)
Celah anti menyebar, (6) Celah penerima, (7) Celah soller,
dan (8) Detektor.

Gambar 5. Difraktometer

Skema dan Prinsip Kerja Alat Difraksi Sinar-X (X-RD)


Salah satu teknik yang digunakan untuk menentukan
struktur suatu padatan kristalin adalah metode difraksi sinar-
X serbuk (X- ray powder diffraction) seperti terlihat pada
Gambar 6. Sampel berupa serbuk padatan kristalin yang
memiliki ukuran kecil dengan diameter butiran kristalnya
sekitar 10-7 – 10-4 m ditempatkan pada suatu plat kaca.
Sinar-X diperoleh dari elektron yang keluar dari filamen
panas dalam keadaan vakum pada tegangan tinggi, dengan
kecepatan tinggi menumbuk permukaan logam, biasanya
tembaga (Cu).
Sinar-X tersebut menembak sampel padatan kristalin,
kemudian mendifraksikan sinar ke segala arah dengan
memenuhi Hukum Bragg. Detektor bergerak dengan
kecepatan sudut yang konstan untuk mendeteksi berkas
sinar-X yang didifraksikan oleh sampel. Sampel serbuk atau
padatan kristalin memiliki bidang-bidang kisi yang tersusun
secara acak dengan berbagai kemungkinan orientasi,
begitu pula partikel-partikel kristal yang terdapat di
dalamnya. Setiap kumpulan bidang kisi tersebut memiliki
beberapa sudut orientasi sudut tertentu, sehingga difraksi
sinar-X memenuhi Hukum Bragg :
n λ = 2 d sin θ dengan ;
n : orde difraksi ( 1,2,3,…)
λ : Panjang sinar-X
d : Jarak kisi
θ : Sudut difraksi
Bentuk keluaran dari difraktometer dapat berupa data
analog atau digital. Rekaman data analog berupa grafik
garis-garis yang terekam per menit sinkron, dengan
detektor dalam sudut 2θ per menit, sehingga sumbu-x
setara dengan sudut 2θ. Sedangkan rekaman digital
menginformasikan intensitas sinar-X terhadap jumlah
intensitas cahaya per detik.
Pola difraktogram yang dihasilkan berupa deretan
puncak-puncak difraksi dengan intensitas relatif bervariasi
sepanjang nilai 2θ tertentu. Besarnya intensitas relatif dari
deretan puncak-puncak tersebut bergantung pada jumlah
atom atau ion yang ada, dan distribusinya di dalam sel
satuan material tersebut. Pola difraksi setiap padatan
kristalin sangat khas, yang bergantung pada kisi kristal, unit
parameter dan panjang gelombang sinar-X yang digunakan.
Dengan demikian, sangat kecil kemungkinan dihasilkan pola
difraksi yang sama untuk suatu padatan kristalin yang
berbeda (Warren, 1969).

Penggunaan X-Ray Diffraction di Geoteknik


Pada dasarnya metode XRD (X-Ray Diffraction) di bidang
geologi merupakan salah satu metode analisis yang efektif
dalam mendeskripsikan batuan, tanah, dan suatu senyawa
kimia tertentu dalam wujud padat dengan menggunakan
difraksi/pantulan sinar X. Sinar X merupakan radiasi
elektromagnetik yang dihasilkan oleh deselerasi partikel
dengan kecepatan tinggi secara tiba-tiba.
Prinsip dasar metode XRD adalah cahaya (beam) dari sinar
X gelombang elektromagnetik yang mempunyai panjang
gelombang λ dan menerpa permukaan kristal akan
menembus kristalmineral dan selanjutnya sebagian akan
dipantulkan dari permukaan oleh tiap lembar atom yang
tersusun secara berurutan dalam kristal. Untuk suatu jarak
antar lembar (d-spacing), akan mempunyai sudut kritikal θ,
dimana sinar yang dipantulkan dari permukaan lembaran
berurutan akan menjadi satu fase ketika sinar itu
meninggalkan permukaan kristal. Pantulan secara
berurutan dari lembar kisi berjarak sama akan menghasilkan
difraksi maksimum dengan intensitas yang cukup untuk
direkam oleh detektor. Detektor digunakan untuk merekam
difraksi ynag dihasilkan dari mineral. Oleh karena tidak ada
dua mineral yang mempunyai jarak antar atom persis sama
dalam tiga dimensi,maka sudut dimana terjadi difraksi akan
cukup mencolok untuk suatu mineral tertentu. Jarak antar
atom dalam kristal mineral menghasilkan difraksi maksimum
yang digunakan untuk mengidentifikasi mineral. Kristal
mineral terdiri dari atom-atom yang berjarak teratur dan
dapat memantulkan sinar X. Struktur kristal dicirikan oleh
susunan atom secara sistematis dan periodik dalam 3
dimensi. Karena kristal adalah susunan atom dengan jarak
teratur, maka tiap kristal mengandung lapisan atom yang
dipisahkan oleh jarak jarak yang konstan. Jarak antar
lapisan atom adalah karakteristik dari tiap jenis tanah dan
dapat diukur untuk menetapkan jenis mineral atau susunan
pori dalam suatu tanah.

Metode Pengujian
Teknik dan preparasi sampel XRD didasarkan pada tujuan
untuk identifikasi susunan pori, karakteristik tanah, mineral
sekunder atau mineral dari tanah. Preparasi dilakukan pada
preparat yang terbuat dari bahan keramik yang kemudian
diberi perlakuan ion Mg dan ion K pada suhu ruang,
perlakuan Mg + Glycerol pada suhu ruang, dan perlakuan
pemanasan K+550 pada suhu 550 o C. Peralatan yang
digunakan dalam preparasi sampel XRD, yaitu: Beaker
glass 1000 ml, Cawan, Spatula/sendok plastik, Pipet volume
20 ml, Keramik preparat, Tanur, Pompa vakum, Pipet tetes,
Magnetic stirrer, Beaker glass 100 ml, Sentrifugator, Lemari
asam, Tabung sentrifuse, Termometer digital, Vortex mixer,
Mistar, Botol sampel 100 ml, Alat tulis, Hot plate, Tabung
vakum, Rak tabung, Pinset/penjepit, Neraca analitik,
Desikator, Alat XRD, dan Komputer.

Hasil Pengujian
Hasil pengujian X-Ray Diffraction terhadap sampel tanah
berupa hubungan antara intensitas dan sudut difraksi (2θ)
dan dikeluarkan dalam bentuk grafik.
Gambar 6. Contoh Grafik hasil dari XRD

Dari gambar grafik di atas teridentifikasi kandungan dan


komposisi baik mineral- mineral lempung maupun bukan
mineral lempung dalam sampel tanah yang diuji. Hingga
saat ini belum ada satupun hasil studi yang dapat
menjelaskan secara gamblang mengenai bagaimana
pengaruh dan interaksi dari masing – masing tipe mineral
secara individu terhadap perilaku tanah, namun
bagaimanapun juga informasi tentang komposisi dan
proporsi mineral ini penting untuk memberikan pemahaman
yang komprehensif dan digunakan sebagai acuan dalam
mendeskripsikan perilaku tanah secara kualitatif dan
empiris.

Kajian Sinkronitas Antara Hasil Uji Sifat Indeks dan Difraksi


Sinar – X
Untuk tiba pada justifikasi atas kesesuaian antara hasil uji
sifat – sifat indeks tanah dan hasil pengujian difraksi sinar –
X terhadap sampel tanah yang menjadi obyek penelitian,
maka dilakukan tahapan pengkajian secara logis dan runtut
sebagai berikut :
1. Nilai aktifitas tanah (A) yaitu nisbah antara nilai indeks
plastisitas (PI) dan fraksi jenis tanah dalam sampel
tanah
2. Besarnya nilai aktifitas (A) tanah berkisar antara 0,75 –
1,25. Bila nilai A dibawah 0,75 dikatakan tanah
lempung tersebut tidak aktif sedang jika nilai A diatas
1,25 maka tanah lempung dikategorikan aktif.
3. Konsistensi tanah tidak lain adalah posisi kadar air
pada saat tanah mengalami perubahan fase dari solid,
semisolid, plastis, dan mencair. Umumnya mineral non
lempung hampir tidak berpengaruh pada sifat – sifat
indeks tanah yang mengalami perubahan kadar air
(konsistensi), sehingga dapat dikatakan bahwa mineral
yang terkandung didalam sampel tanah ini banyak
dipengaruhi atau didominasi oleh mineral lempung.
4. Penelusuran lebih jauh untuk memperkirakan apakah
jenis mineral lempung yang terkandung oleh tanah
ekspansif masuk dalam kategori grup kaolinite,
smectite, atau yang lainnya. Untuk membedakan hal ini
dapat dilihat dari karakter pengembangan yang dimiliki
oleh sampel tanah.
5. Secara empirik sesuai kriteria tanah yang diberikan
bisa dilihat di buku Braja M. Das dalam Tabel 4.1
halaman 80
6. Hasil pengujian difraksi sinar-X dapat menunjukkan
komposisi dan proporsi mineral dari sampel tanah yang
dijadikan obyek penelitian

• Scanning Electron Microscope (SEM)

Scanning Electron Microscope (SEM) adalah mikroskop


elektron yang digunakan untuk melihat permukaan citra
suatu bahan, selain itu juga dapat memberikan informasi
terkait komposisi kimia dalam suatu bahan, baik bahan
konduktif maupun bahan non konduktif. Kemampuan ini lah
yang membuat SEM banyak digunakan untuk keperluan
penelitian dan industri. Jenis mikroskop ini menggunakan
elektro magnetik dan elektro statik sebagai pengganti
cahaya untuk mengontrol cahaya yang masuk dan
penampakan gambar yang dihasilkan. SEM memiliki Field
view (FOV) yang besar, bisa melakukan pembesaran objek
hingga satu sampai dua juta kali, namun juga menjamin
resolusi gambar yang jauh lebih bagus dibandingkan
dengan mikroskop cahaya.
Ada banyak model SEM yang memiliki konfigurasi berbeda
mengenai sistem vakum, ukuran ruang, detektor dan
resolusi. Phenom adalah desktop SEM yang di desain
untuk kualitas tinggi dari pengambilan gambar mikroskop,
kecepatan waktu loading dan pengambilan gambar yang
tidak tertandingi. dan dapat ditempatkan dimana saja-
compact design. Phenom desktop SEM merupakan
mikroskop electron serbaguna yang hanya membutuhkan
ruang dan perawatan yang lebih sedikit dibandingkan SEM
floor Model. Phenom desktop SEM dapat diakses oleh
siapa saja dari professional hingga akademisi dan
digunakan untuk banyak aplikasi termasuk earth science,
elektronik, forensik, industry manufacturing, life science,
dan materials science.
SEM sebagai alat yang banyak digunakan untuk keperluan
penelitian maupun dalam industri. Selain itu, SEM juga
memfokuskan sinar electron (electron beam) di permukaan
objek yang diteliti dan mengambil gambarnya dengan
mendeteksi electron yang muncul pada permukaan objek.
Adapun fungsi scanning electron microscope yaitu
digunakan untuk mengetahui informasi-informasi sebagai
berikut:
• Topografi, yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya.
• Morfologi, yaitu ukuran dan bentuk partikel penyusun
dari objek.
• Komposisi yaitu data semi kuantitatif unur dan
senyawa yang terkandung di dalam objek.
• Informasi kristalografi yaitu adanya informasi tentang
susunan dari butir-butir didalam objek yang sedang
diamati.
Cara Kerja Scanning Electron Microscope
Adapun prinsip kerja SEM adalah sebagai berikut :
1. Electron gun untuk menghasilkan electron beam dari
filamen. Pada umumnya electron gun yang digunakan
pada SEM adalah tungsten hairpin gun dengan filamen
berupa lilitan dari tungsten yang dijadikan sebagai
katoda. Tegangan yang diberikan kepada lilitan akan
mengakibatkan terjadinya 6 pemanasan. Kemudian
Anoda akan membentuk gaya yang dapat menarik
elektron untuk melaju menuju ke anoda
2. Lensa magnetik digunakan dengan tujuan untuk
memfokuskan elektron menuju suatu titik pada
permukaan objek.
3. Sinar elektron yang terfokus untuk memindai atau
scanning secara keseluruhan pada objek yang
diarahkan oleh koil pemindai.
4. Ketika elektron mengenai objek, maka akan terjadi
hamburan elektron, baik Secondary Electron (SE) atau
Back Scattered Electron (BSE) dari permukaan objek
dan akan dideteksi oleh detektor dan dimunculkan
dalam bentuk gambar pada monitor CRT.

Gambar 1. Prinsip Kerja Scanning Electron Microscope


(SEM)

Konsep dasar dari Scanning Electron Microscope (SEM)


sebenarnya telah disampaikan oleh Max Knoll (penemu
TEM) pada tahun 1935. SEM bekerja berkerja berdasarkan
pada prinsip scan sinar elektron pada permukaan objek
yang selanjutnya informasi yang diperoleh akan diubah
menjadi gambar. Perbedaan sem dan tem disini hanya
terletak pada penggunaan energi dan proses pengambilan
gambranya, pada dasarnya sem hanya mengambil citra
permukaan sampel sedangkan tem dapat melihat isi dari
sampel karea sifatnya ditansmisikan.
Imajinasi gambar yang diperoleh mirip dengan gambar
yang ada pada televisi. Pada SEM, gambar dibuat
berdasarkan hasil deteksi elektron baru (elektron
sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari
permukaan objek ketika permukaan objek tersebut dipindai
atau discan dengan sinar elektron.
Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi
selanjutnya akan diperkuat sinyalnya kemudian pada besar
amplitudonya akan ditampilkan dalam gradasi gelap terang
pada layer monitor CRT (Cathode Ray Tube).
Pada layar CRT ini akan tampak gambar struktur objek
yang telah diperbesar. Pada proses pengoperasiannya,
SEM tidak perlu menggunakan objek yang ditipiskan,
sehingga objek dapat dilihat dari sudut pandang 3 dimensi.
Oleh karena itu, SEM sangat penting dalam penelitian
maupun di Industri.

Gambar 2. Scanning Electron Microscope (SEM)

Elektron memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada


cahaya. Cahaya hanya mampu mencapai 200nm
sedangkan elektron bisa mencapai resolusi sampai 0,1 –
0,2 nm. Dibawah ini diberikan perbandingan hasil gambar
mikroskop cahaya dengan elektron. Disamping itu dengan
menggunakan elektron kita juga bisa mendapatkan
beberapa jenis pantulan yang berguna untuk keperluan
karakterisasi. Jika elektron mengenai suatu benda maka
akan timbul dua jenis pantulan yaitu pantulan elastis dan
pantulan non elastis seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 3. Pantulan elastis dan pantulan non elastis

Pada sebuah mikroskop elektron (SEM) terdapat beberapa


peralatan utama antara lain:
1. Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat
dari unsur yang mudah melepas elektron misal
tungsten.
2. Lensa untuk elektron, berupa lensa magnetis karena
elektron yang bermuatan negatif dapat dibelokkan oleh
medan magnet.
3. Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan
maka jika ada molekul udara yang lain elektron yang
berjalan menuju sasaran akan terpencar oleh
tumbukan sebelum mengenai sasaran sehingga
menghilangkan molekul udara menjadi sangat penting.
Untuk mengenali jenis atom dipermukaan yang
mengandung multi atom para peneliti lebih banyak
mengunakan teknik EDS (Energy Dispersive
Spectroscopy). Sebagian besar alat SEM dilengkapi
dengan kemampuan ini, namun tidak semua SEM punya
fitur ini. EDS dihasilkan dari Sinar X karakteristik, yaitu
dengan menembakkan sinar X pada posisi yang ingin kita
ketahui komposisinya. Maka setelah ditembakkan pada
posisi yang diinginkan maka akan muncul puncak – puncak
tertentu yang mewakili suatu unsur yang terkandung.
Dengan EDS kita juga bisa membuat elemental mapping
(pemetaan elemen) dengan memberikan warna berbeda –
beda dari masing – masing elemen di permukaan bahan.
EDS bisa digunakan untuk menganalisa secara kunatitatif
dari persentase masing – masing elemen.

• Survei Ground Penetrating Radar (GPR)


Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan suatu alat
yang digunakan untuk proses deteksi benda – benda yang
terkubur di bawah tanah dengan tingkat kedalaman
tertentu, dengan menggunakan gelombang radio, biasanya
dalam range 10 MHz sampai 1GHz.
Seperti pada sistem radar pada umumnya, sistem GPR
terdiri atas pengirim (trasmiter) yaitu antena yang
terhubung ke sumber pulsa, dan bagian penerima
(receiver) yaitu antena yang terhubung ke unit pengolahan
sinyal dan citra. Adapun dalam menentukan tipe antena
yang digunakan, sinyal yang ditransmisikan dan metode
pengolahan sinyal tergantung pada beberapa hal, yaitu:
• Jenis objek yang akan dideteksi
• Kedalaman Objek, dan
• Karakteristik elektrik medium tanah
Dari proses pendeteksian seperti di atas, maka akan
didapatkan suatu citra dari letak dan bentuk objek yang
terletak di bawah tanah. Untuk menghasilkan pendeteksian
yang baik, suatu sistem GPR harus memenuhi empat
persyaratan sebagai berikut:
- Kopling radiasi yang efisien ke dalam tanah,
- Penetrasi gelombang elektromagnetik yang efisien,
- Menghasilkan sinyal dengan amplitudo yang besar dari
objek yang dideteksi,
- bandwidth yang cukup untuk menghasilkan resolusi
yang baik.
Ground Penetrating Radar atau GPR juga memiliki cara
kerja yang sama dengan radar konvensional. GPR
mengirim pulsa energi antara 10 sampai 1000 MHz ke
dalam tanah dari suatu antena, dan kemudian merekam
pemantulannya dalam waktu yang sangat singkat. Gambar
berikut menunjukan skema kerja dari GPR.

Gambar Skema GPR

Survei Ground Penetrating Radar (GPR) ini digunakan


untuk memetakan dan mengetahui kedalaman dari utilitas
di bawah tanah. Utilitas tersebut diantaranya: pipa, kabel
listrik, kabel FO (Fiber Optik), dan lainnya. Utilitas di dalam
tanah ditunjukkan dengan bentuk refleksi hiperbolik. Output
dari survei ini adalah peta utilitas yang diplot dalam peta
autocad dan ilustrasi persebaran utilitas di lokasi survei.
Berikut ini contoh output dari hasil survei Georadar untuk
pemetaan lokasi.
Pengujian Laboratorium
Jenis Pengujian

Jenis pengujian laboratorium yang diperlukan dalam rangka


penyelidikan tanah terinci, antara lain :
● Indeks properties tanah
● Uji Triaxial UU, CU, CD
● Uji kuat tekan bebas (Unconfined Compression Test)
● Uji geser langsung
● Uji konsolidasi
Arahan jenis pengujian laboratorium yang dibutuhkan dalam
penyelidikan tanah pada suatu jenis tanah tertentu, serta
kesesuaian aplikasi terhadap kebutuhan data, dapat mengacu
pada tabel berikut:
Keterangan : □ = Perlu Uji
x = Tidak Perlu Uji

Standar Rujukan

Standar rujukan untuk pelaksanaan pengujian tanah di


laboratorium, mencakup metode, prosedur dan instrumentasi
pengujian laboratorium, antara lain

Data Hasil Pengujian


Data hasil pengujian tanah di laboratorium,
berupa data tanah (soil properties), dan data
perencanaan (engineering properties), antara
lain :
● Tegangan Geser
● Sifat fisik dan teknis tanah
● Kadar air
● Permeabilitas
● Batas Cair, Batas Plastis dan Index Plastisitas
● CBR Laboratorium
● Spesific Gravity
● Berat jenis tanah

d. Pengukuran Topographi Daerah Longsoran


Tujuan pengukuran topographi dalam pekerjaan ini adalah
mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan
tanah pada daerah longsoran/yang berpotensi longsor
untuk penyiapan/pembuatan peta topographi.
Pengukuran tersebut meliputi:
(1) Pengukuran titik kontrol horizontal dan vertikal
(koordinat & elevasi)
(2) Pengukuran situasi longsoran dan sekitarnya/daerah
investigasi.
(3) Pengukuran penampang memanjang dan
melintang
(4) Perhitungan dan penggambaran peta
(5) Pengukuran pola-pola retakan longsor disekitar zona
longsoran
(6) Pengukuran koordinat & elevasi titik/lokasi
pekerjaan Bor Mesin, Sondir Elektrik.

1). Daerah yang diukur


- 100 meter masing-masing ke arah kiri dan kanan
sejajar sumbu jalan dihitung dari perkiraan titik pusat
lokasi longsoran/berpotensi longsor
- 150 meter masing-masing ke arah kiri dan kanan
jalan/arah melintang dari sumbu jalan dihitung dari
perkiraan titik pusat lokasi longsoran/ berpotensi
longsor.
-
2). Pengukuran titik kontrolhorizontal dan vertikal
Titik kontrol horizontal
Pengukuran ini yaitu berupa jaringan poligon, dengan
jarak masing-masing titik/patok 10 s.d. 20 meter atau
disesuaikan kondisi lapangan.
Patok-patok untuk titik poligon digunakan patok kayu,
sedangkan patok-patok untuk titik ikat (Benmark/BM)
digunakan patok dari beton.
Alat yang digunakan Theodolit T2 atau yang setingkat.
Penggambaran poligon dengan skala 1:500.

Titik kontrol vertikal


Pengukuran ini dimaksudkan untuk mendapatkan
ketinggian/elevasi permukaan tanah atau obyek yang
diukur.
Pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand
atau 2 kali berdiri alat.
Alat yang digunakan adalah Waterpas orde II.

3). Pengukuran penampang memanjang


Pengukuran penampang memanjang adalah pengukuran
sejajar sumbu jalan yang ada, diukur setiap jarak 10
meter.
Alat yang digunakan T2 atau setingkat. Penggambaran di
atas kertas A3 dengan skala horizontal 1:500, vertikal
1:100.

4). Pengukuran penampang melintang


Pengukuran penampang melintang adalah pengukuran
tegak lurus sumbu jalan, diukur setiap jarak 10 meter.
Titik yang perlu diperhatikan adalah tepi perkerasan, tepi
bahu, bagian atas dan dasar selokan, saluran irigasi
(jika ada) dan lain-lain yang dianggap perlu.
Alat yang digunakan T2 atau setingkat. Penggambaran
di atas kertas dengan skala horizontal 1:500, vertikal
1:100.

5). Pengukuran situasi dan penggambaran


Pengukuran situasi digunakan alat T2 atau setingkat.
Gambar ukur yang berupa peta detail/peta situasi
memuat semua yang ada, misalkan: bangunan-
bangunan, gorong-gorong, tiang listrik, tiang telepon,
dan sebagainya.
Skala peta 1:500 dengan interval kontur 0,50 meter
digambar pada kertas biasa.
Dalam peta situasi tersebut, Penyedia Jasa
mencantumkan titik ikat beserta koordinatnya dan
elevasinya.
Pemasangan patok beton (BM) diupayakan untuk
ditempatkan pada lokasi yang aman dari pengaruh
longsoran dan pekerjaan konstruksi dikemudian hari.
Setiap BM harus memiliki koordinat (x, y, z) yang
diperoleh dengan menggunakan alat GPS (Geografic
Position System).
Jumlah patok beton (BM) minimal 2 (dua) buah untuk
setiap lokasi yang ditangani.

6). Koreksi alat


Sebelum alat ukur tersebut digunakan harus dikoreksi
terlebih dahulu:
- sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak & nivo
tabung.
- sumbu II tegak lurus sumbu I
- garis bidik tegak lurus sumbu II
- kesalahan kolimasi horizontal = 0
- kesalahan index vertikal = 0

Dari kegiatan-kegiatan pengukuran tersebut di atas,


penyedia jasa harus menyerahkan kepada pengguna
jasa sebagai berikut:
- Buku ukur asli
- Opdrag (ploting)
- Negatif film & foto dokumentasi
- Foto BM & deskripsinya.

e. Survey Hidrologi dan Hidrolika


Tujuan Survey hidrologi dan hidrolika yang dilaksanakan
dalam pekerjaan ini adalah untuk mengumpulkan data
hidrologi dan karakter/perilaku aliran air pada bangunan
air yang ada (sekitar jalan), guna keperluan analisis
hidrologi, penentuan debit banjir rencana (elevasi muka
air banjir), perencanaan drainase dan bangunan
pengaman terhadap gerusan, dan bangunan pengarah
arus yang diperlukan.
Lingkup pekerjaan Survey hidrologi dan hidrolika ini
meliputi:
1) Mengumpulkan data curah hujan harian
maksimum (mm/hr) paling sedikit dalam jangka 10
tahun pada daerah tangkapan (catchment area)
atau pada daerah yang berpengaruh terhadap
lokasi pekerjaan. Data tersebut bisa diperoleh
dari Badan Meteorologi dan Geofisika dan/atau
instansi terkait di kota terdekat dari lokasi pekerjaan
perencanaan ini.
2) Mengumpulkan data bangunan pengaman yang
ada, seperti gorong-gorong, jembatan, selokan
yang meliputi: lokasi , dimensi, kondisi, tinggi muka
air banjir.
3) Menganalisis data curah hujan dan menentukan
curah hujan rencana, debit dan tinggi muka air banjir
rencana dengan periode ulang 50 tahunan untuk
jalan arteri, dan 25 tahunan untuk jalan kolektor.
4) Menganalisa pola aliran air pada daerah rencana
untuk memberikan masukan dalam proses
perencanaan yang aman.
5) Menghitung dimensi dan jenis bangunan saluran
samping dan gorong-gorong (bila diperlukan)
dengan mempertimbangkan material hanyutannya.
6) Menentukan rencana elevasi aman untuk
jalan/bangunan penanggulangan longsor termasuk
pengaruhnya akibat adanya bangunan air (aflux).
7) Merencanakan bangunan pengaman
jalan/longsoran terhadap gerusan samping atau
horisontal dan vertikal.

f. Perencanaan Teknis Penanggulangan Longsoran


1). Dasar Perencanaan
Perencanaan teknis penanggulangan longsoran
pada/terhadap badan jalan merupakan upaya untuk
menstabilkan lereng disekitar badan jalan yang
umumnya ditinjau terhadap parameter- parameter
stabilitas lereng, yaitu potensi longsor, tinggi kritis, dan
stabilitas konstruksi dinding penahan.
a) Potensi Longsor
Stabilitas kemiringan lereng ditentukan berdasarkan
batasan angka keamanan minimal yang menjamin
kestabilan terhadap potensi longsor pada bidang
gelincirnya.
Batasan angka keamanan (SF) sebagai indikator
stabilitas kemiringan lereng terhadap potensi
longsor pada bidang gelincirnya, adalah sebagai
berikut :
● SF > 1,5 untuk pembebanan tetap
● SF > 1,3 untuk pembebanan sementara

b) Tinggi Kritis
Tinggi lereng rencana < tinggi lereng kritis
(Hcr), dengan tinggi lereng kritis adalah :
dimana :

Hcr = Tinggi lereng kritis


c = Kohesi tanah
γ = berat volume tanah
ß = kemiringan lereng terhadap
bidang horizontal
ф = sudut geser dalam tanah

c) Stabilitas Konstruksi Dinding Penahan


Konstruksi dinding penahan tanah harus
memenuhi semua persyaratan stabilitas, sebagai
berikut :
● Stabil terhadap gulingan
● Stabil terhadap geseran
● Daya dukung tanah pondasi mampu menahan
tegangan akibat semua beban
● Stabil terhadap potensi longsor.

2). Aspek yang Harus Dipertimbangkan


Aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan teknis penanggulangan longsoran badan
jalan, mencakup aspek-aspek sebagai berikut :
a) Kondisi Geometrik Jalan
Aspek kondisi geometrik yang harus
dipertimbangkan mencakup :
- Ruang Milik Jalan;
- Jarak pandang;
- Kebebasan samping.

b) Kondisi Topographi
Aspek kondisi topographi yang harus
dipertimbangkan terutama menyangkut
klasifikasi medan yang dikatagorikan menjadi :
- Datar
- Bukit
- Gunung

c) Kondisi Geologi
Aspek kondisi geologi yang harus dipertimbangkan
terutama menyangkut kondisi makro dan mikro
geologi mencakup antara lain:
- Diskontinuitas material geologi;
- Struktur geologi wilayah (patahan, sesar, lipatan
dll);
- Air tanah;
- Potensi kegempaan;
- Tegangan awal dalam tanah;
- Pelapukan;
- Aktivitas longsoran terdahulu.

d) Kondisi Geoteknik
Aspek kondisi geoteknik yang harus
dipertimbangkan mencakup antara lain:
- Karakteristik tanah;
- Kuat geser tanah
- Berat isi tanah
- Permeabilitas tanah
- Tekanan air pori.
e) Kondisi Hidrologi dan Drainase
Aspek kondisi hidrologi yang harus
dipertimbangkan mencakup antara lain:
- Curah hujan;
- Intensitas hujan;
- Kawasan tangkapan hujan (catchment area);
- Potensi air tanah;
- Daerah aliran sungai (DAS) yang mempengaruhi
tapak rencana penanggulangan longsoran.
Aspek kondisi drainase yang harus
dipertimbangkan mencakup antara lain:
- Permeabilitas tanah;
- Karakteristik kondisi system drainase permukaan
eksisting
-
f) Kondisi Lingkungan
Aspek kondisi lingkungan yang harus
dipertimbangkan mencakup antara lain:
- Perubahan lahan (karakteristik peruntukan);
- Karakteristik kawasan (urban atau rural);
- Kawasan sensitif (cagar/situs budaya, tempat
ibadah, suaka margasatwa);
- Keberadaan bangunan;
- Aksesibilitas kawasan;
- Ketersediaan lahan;
- Estetika kawasan;
- Pelaksanaan fisik konstruksi;
- Keselamatan.
g) Ketersediaan Bahan
Aspek ketersediaan bahan harus
dipertimbangkan sebagai upaya untuk
mempermudah dan memperlancar
pelaksanaan konstruksi dalam tahap
implementasi

3). Pemilihan dan Perencanaan Konstruksi


Penanganan Longsoran
Berdasarkan pada data-data hasil penyelidikan
tanah terinci seperti tersebut di atas, baik penyelidikan
lapangan maupun pengujian di laboratorium, penyedia
jasa berkewajiban untuk menentukan/mengusulkan 1
– 2 alternatif jenis/tipe konstruksi permanen
penanggulangan longsoran yang dapat dilaksanakan,
setelah mempertimbangkan berbagai macam aspek
tersebut pada butir 2) di atas.
Dalam usulan alternatif dimaksud, penyedia jasa
harus sudah menyampaikan kekurangan dan
kelebihan dari pada setiap alternatif yang diusulkan,
sebelum diasistensikan kepada pengguna jasa atau
dipersentasikan.
Usulan dan hasil asistensi atau persentasi
perencanaan dengan pengguna jasa atau yang
mewakili agar dimasukan pada laporan akhir
pekerjaan ini.
Dalam menentukan tipe, dimensi struktur
bangunan, dan lokasi penempatannya, penyedia jasa
juga harus mempertimbangkan klasifikasi gerakan
longsoran (rotasi batuan/tanah, translansi
batuan/tanah), dan lokasi bidang gelincirnya
berdasarkan pada hasil penyelidikan di lapangan.
Pembuatan perhitungan stabilitas konstruksi,
perencanaan struktur, detail struktur, gambar struktur,
perkiraaan kuantitas dan harga, serta analisa data
lainnya yang dibuat oleh penyedia jasa, hanya untuk
tipe bangunan yang telah mendapat
persetujuan/kesepakatan dengan pengguna jasa.
Tipe-tipe bangunan penanggulangan longsoran
dengan penambatan, antara lain :
a) Bronjong
b) Dinding Penahan (Tipe gravitasi, Tipe Semi
gravitasi, Tipe Cantilever, Tipe Counterfort,
Tipe Krib)
c) Sumuran
d) Tiang (Pancang, Bor, Turap Baja)
e) Teknik Penguatan Tanah
f) Dinding Penopang Isian Batu (Buttress)
g) Struktur Tanah Bertulang (Tulangan lajur,
Geogrid, Geotextile, Angker)

h. Perencanaan Teknis Jalan


1) Perencanaan Geometrik Jalan
Untuk perencanaan geometrik jalan maka Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga No.
038/T/BM/1997 bersifat mengikat.
2) Perencanaan Perkerasan Jalan
Jika tidak ditentukan lain, rujukan yang dipakai untuk
perhitungan tebal perkerasan jalan lentur (flexible
pavement) dapat digunakan salah satu dari metoda
sebagai berikut:
a) Petunjuk Perencanaan Perkerasan Lentur
Jalan Raya Dengan Metoda Analisa Komponen
(SNI.1732-1989F);
b) Perangkat lunak Road Design System (RDS)
terakhir yang dikembangkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga;
c) AASTHO Guide for Design of Pavement
Structures 1993;
d) Manual Desain Perkerasan Jalan (MDP) Tahun
2017

Sedangkan rujukan yang dapat dipakai untuk


perhitungan tebal perkerasan jalan kaku (rigid
pavement) adalah :
a) (Pd. T-14-2003, Perencanaan perkerasan jalan
beton semen;
b) AASTHO Guide for Design of Pavement
Structures 1993;
c) Dan atau acuan lain yang disetujui oleh
Pengguna Jasa.

i. Keselamatan Pengguna Jalan


Dalam perencanaan teknis ini harus dipertimbangkan
aspek keselamatan pengguna jalan, baik selama
pelaksanaan pekerjaan maupun pasca konstruksi.
Perencana harus menjamin bahwa, semua elemen
yang direncanakan telah memenuhi persyaratan desain
yang ditetapkan dan sesuai dengan kondisi lingkungan
setempat.

j. Perhitungan Kuantitas dan Perkiraan Biaya


Pekerjaan
1) Perhitungan kuantitas
Daftar kuantitas pekerjaan disusun menurut pay
item/mata pembayaran yang ada didalam
Spesifikasi Teknik yang dipakai.
Perhitungan kuantitas pekerjaan harus dilakukan
terhadap semua pekerjaan yang ada untuk setiap
lokasi pekerjaan longsoran. Tabel perhitungan harus
mencakup lokasi dan semua jenis mata
pembayarannya (pay item)
Kuantitas pekerjaan tanah dihitung dari gambar
penampang melintang.

2) Perhitungan Biaya Pelaksanaan Fisik


Penyedia Jasa harus mengumpulkan harga satuan
dasar upah, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan di lokasi pekerjaan yang bersangkutan.
Penyedia Jasa harus membuat laporan analisa
harga satuan pekerjaan setiap mata pembayaran
yang ada dengan mengacu pada Panduan
Analisa Harga Satuan atau perubahannya (bila ada)
yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Marga.
Penyedia Jasa agar mengupayakan untuk
mendapatkan harga satuan pada kontrak pekerjaan
sejenis (masih berlangsung/sudah selesai) dilokasi
terdekat dengan lokasi pekerjaan ini, untuk dijadikan
sebagai bahan pembanding.
Berdasarkan pada hasil perhitungan kuantitas
masing-masing pekerjaan yang diperlukan dan
harga satuannya, maka Penyedia Jasa harus
membuat laporan kebutuhan biaya pekerjaan untuk
setiap lokasi pekerjaan penanggulangan longsoran
yang bersangkutan, lengkap dengan data-data
pendukungnya.

35. Alih Pengetahuan Jika diperlukan, Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban


untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam
rangka alih pengetahuan kepada personel satuan kerja
Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan.

Medan, November 2022

Anda mungkin juga menyukai