Anda di halaman 1dari 7

Artikel Asli

Uji Diagnostik Pemeriksaan Antigen


Nonstruktural 1 untuk Deteksi Dini Infeksi
Virus Dengue pada Anak
Megariani, Rinang Mariko, Amrin Alkamar, Andani Eka Putra
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP dr. M. Djamil, Padang

Latar belakang. Di negara tropis dan subtropis, dengue adalah masalah kesehatan utama. Diagnosis dini
sangat penting untuk manajemen infeksi dengue. Nonstruktural 1 merupakan pendekatan baru terhadap
diagnosis dengue. Pemeriksaan rapid NS1 dilakukan untuk deteksi dini infeksi virus dengue pada anak.
Tujuan. Menentukan nilai diagnostik NS1 mencakup sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga
negatif, dan keakuratan NS1 untuk deteksi dini infeksi virus dengue.
Metode. Dilakukan penelitian cross sectional terhadap 50 orang anak demam hari ke-1, ke-2 atau ke-3
dengan tes tourniquet positif pada bulan April sampai Desember 2012. Rapid test NS1 dilakukan untuk
dibandingkan dengan RT PCR sebagai gold standard.
Hasil. Didapatkan 50 orang anak dengan demam dan tes tourniquet positif. Duapuluh lima anak NS1
positif dan 26 RT PCR positif. Rapid test NS1 memiliki sensitivitas 92,3%, spesifisistas 95,8%, nilai duga
positif 96 %, nilai duga negatif 92 %, dan keakuratan 94%.
Kesimpulan. Rapid test NS1 mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi untuk deteksi dini infeksi
virus dengue pada anak. Sari Pediatri 2014;16(2):121-7.

Kata kunci: diagnostik dini, infeksi virus dengue, antigen NS1, anak

D
engue adalah penyakit arbovirus en terjadi dengan 24.000 kematian setiap tahunnya.2,3
demik yang saat ini telah menjangkiti Di Indonesia, demam berdarah dengue pertama kali
lebih dari 100 negara, baik yang terletak dilaporkan di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968.
di daerah tropis maupun subtropis.1,2 Tahun-tahun selanjutnya, kasus demam berdarah
Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan dengue berfluktuasi jumlahnya dan cenderung
sekitar 50-100 juta kasus infeksi virus dengue meningkat dan daerah yang terjangkit semakin luas.
Awal tahun 2004, Indonesia kembali diguncang
wabah dengue, lebih dari 10.000 kasus terjadi di
Alamat korespondensi:
Dr. Rinang Mariko, SpA. RSUD Sungai Dareh. Jl. Lintas Sumatera KM
Jakarta dengan angka kematian dilaporkan 603
I, Pulau Punjung, Dhamas Raya, SUMBAR. E-mail: rinang_mariko@ orang.4,5 Kemudian pada tahun 2006, insiden DBD
idai.or.id. adalah 52,48 per 100.000 penduduk dan meningkat

Sari Pediatri, Vol. 16, No. 2, Agustus 2014 121


Megariani dkk: Uji diagnostik pemeriksaan antigen nonstruktural 1 untuk deteksi dini infeksi virus dengue

menjadi 71,78 per 100.000 penduduk pada tahun Metode


2007.6 Di Sumatera Barat, kasus DBD tahun 2006
adalah 23,9 per 100.000 penduduk dan meningkat Penelitian dilakukan di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak
tajam menjadi 48,05 per 100.000 penduduk pada RSUP dr M.Djamil, Puskesmas di lima kecamatan
tahun 2007.7 di Kotamadya Padang yang mempunyai prevalensi
Kekhawatiran sekarang adalah apabila virus DHF tertinggi (Kuranji, Koto Tangah, Padang Utara,
dengue menjadi semakin ganas sehingga menyebabkan Nanggalo, Padang Timur) dan Laboratorium Biomedik
pandemi penyakit yang lebih mematikan sementara Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang,
vaksin yang efektif belum berhasil dikembangkan. dimulai pada bulan April sampai Desember 2012.
Alasan lain adalah masalah sanitasi lingkungan yang Sampel dipilih secara non probability sampling dengan
buruk, populasi penduduk padat, dan mobilitas teknik konsekutif sehingga semua populasi yang
tinggi. Semua ini merupakan kondisi ideal bagi virus dicurigai dengan infeksi virus dengue dan memenuhi
untuk mempertahankan dan memperluas mata rantai kriteria inklusi dimasukkan ke dalam penelitian.
siklusnya melalui perantara vektor (Aedes aegypti dan Kriteria inklusi adalah pasien demam pada hari ke-1,
Aedes albopictus) sehingga memberikan peluang virus ke-2 atau hari ke-3 dengan uji tourniquet positif dan
berevolusi menghasilkan varian-varian baru yang menyetujui ikut penelitian. Kriteria eksklusi adalah
semakin ganas.8 pasien yang secara klinis menderita penyakit infeksi
Gejala awal infeksi virus dengue sering tidak lain, seperti infeksi saluran nafas, saluran pencernaan
khas sehingga terjadi keterlambatan diagnosis. atau saluran kemih, dan menderita penyakit imuno
Perjalanan penyakit bisa sangat cepat dalam defisiensi
beberapa hari, bahkan dalam hitungan jam pen
derita bisa masuk dalam keadaan kritis.9-12 Untuk
menghindari keterlambatan diagnosis, perlu Hasil
diketahui deteksi dini terhadap infeksi virus ini.
Saat ini, telah dikembangkan suatu pemeriksaan Karakteristik dari sampel penelitian tertera pada Tabel
baru terhadap antigen nonstruktural 1 (NS1) yang 1. Terlihat umur rata-rata 8,98 (SD 3,673) tahun
dapat mendeteksi atau mendiagnosis infeksi virus dengan rentang umur sampel berkisar antara 6 bulan
dengue lebih awal, bahkan pada hari pertama onset sampai 17 tahun. Didapatkan laki-laki lebih banyak
demam karena protein NS1 bersirkulasi dalam dari perempuan, yaitu 27 (54%) orang. Status gizi
konsentrasi tinggi dalam darah pasien selama awal ditemukan lebih banyak gizi kurang (62%). Lama
fase akut.1,13-18 Adanya pemeriksaan NS1 ini sangat demam 28 (56%) orang yang datang pada demam
penting karena dapat dilakukan terapi suportif dan hari ke-3, 21 (42%) hari ke-2, dan 1 (2%) pada hari
pemantauan pasien segera dan dapat mengurangi ke-1 (Tabel 1).
risiko komplikasi maupun kematian.19-21

Libraty dkk22 meneliti 18 orang anak dengan
Tabel 1. Karakteristik sampel penelitian
DBD, didapatkan NS1 sudah terdeteksi pada hari ke-2
Karakteristik(n=50) Hasil
demam dan kadar tertinggi didapatkan pada hari ke-3
Umur (tahun)/rerata (SD) 8,98 (3,673)
demam, sedangkan kadar terendah didapatkan pada Jenis kelamin
hari ke-8 demam. Dussart dkk,1 meneliti 299 pasien Laki-laki (n,%) 27 (54,0)
demam dengue di Perancis. Didapatkan sensitivitas Perempuan (n,%) 23 (46,0)
NS1 pada hari 1-4 demam adalah 87,6% dan 43,5% Status gizi (n,%)
pada hari 5-10 demam. Penelitian lain dilakukan oleh Kurang 31 (62,0)
Kumarasamy dkk,18 diperoleh hasil bahwa sensitivitas Baik 13 (26,0)
reagen komersial antigen dengue NS1 untuk infeksi Lebih 4 (8,0)
virus dengue akut 93,4% dan spesifisitas 100%. Nilai Obesitas 2 (4,0)
ramal positif dan negatif masing-masing 100% dan Lama demam (hari, (n,%))
97,3%. Lastere dkk23 meneliti 181 pasien DHF di 1 1 (2,0)
2 21 (42,0)
Polinesia, Perancis, didapatkan sensitifitas NS1 76,5%
3 28 (56,0)
dan spesifisitas 96,2%.

122 Sari Pediatri, Vol. 16, No. 2, Agustus 2014


Megariani dkk: Uji diagnostik pemeriksaan antigen nonstruktural 1 untuk deteksi dini infeksi virus dengue

Dari 50 sampel, 19 (38%) sampel dirawat di pel positif palsu (b), 2 negatif palsu (c), dan 23 negatif
rumah sakit, meskipun NS1 positif hanya 18 sampel. benar (d). Sensitivitas NS1 92,3%, spesifisitas 95,8,
Follow-up saat dirawat, 4 (8%) sampel mengalami nilai prediksi positif 96%, nilai prediksi negatif 92%,
demam dengue, 7 (14%) DHF grade 1, dan 8 (16%) dan akurasi NS1 untuk diagnosis infeksi virus den-
DHF grade 2. Terdapat 7 (14%) sampel penelitian gue 94%. Terdapat 24 sampel yang menderita infeksi
dengan NS1 positif, tetapi tidak dirawat. Sampel tetap virus dengue baik dengan pemeriksaan PCR maupun
diamati dan diperiksa laboratorium untuk konfirmasi dengan NS1. Didapatkan 26 orang menderita infeksi
diagnosis, didapatkan 6 (12%) sampel demam dengue virus dengue dengan menggunakan PCR, sedangkan
dan 1 (2%) DHF grade 1. Dari 19 (38%) sampel yang 25 orang dengan menggunakan NS1. Hasil uji Kappa
dirawat, 17 (34%) PCR positif. Sebaliknya, dari 31 didapatkan nilai 0,88 yang memperlihatkan adanya
(62%) sampel yang tidak dirawat, 9 (18%) positif kesesuaian hasil antara PCR dengan rapid test NS1
dengan pemeriksaan PCR. untuk diagnosis infeksi virus dengue (p=0,000).
Berdasarkan lama demam, 15 (30%) sampel hasil
NS1 positif lebih banyak pada demam hari ke-3, Serotipe virus dengue
disusul 10 (20%) sampel demam hari ke-2. Hasil uji
chi square didapatkan nilai tidak bermakna (p=0,5). Terlihat hasil RT-PCR. Ditemukan 26 sampel
terinfeksi virus dengue dengan proporsi serotipe virus
Sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai dengue yang berbeda (Gambar 1). Infeksi oleh DEN-
prediksi negatif dan akurasi NS1 untuk diagnosis 2 merupakan kasus terbanyak, yaitu 12 (46,15%),
infeksi virus dengue disusul oleh DEN-1 dan DEN-4, masing-masing 4
(15,38%) kasus. Infeksi oleh DEN-3 ditemukan
Sensitivitas, spesifisitas, nilai duga, dan akurasi untuk pada 3 (11,54%) kasus. Dari 26 sampel dengan PCR
membuktikan kemampuan NS1 untuk diagnosis positif, ditemukan 3 sampel dengan 2 serotipe pada
infeksi virus dengue dibandingkan dengan PCR sebagai saat bersamaan (concurrent infection), yaitu 2 (7,7%)
gold standar (Tabel 3). sampel dengan serotipe 2 dan 3, serta 1 (3,8%) dengan
Tabel 3 memperlihatkan bahwa 50 sampel yang serotipe 1 dan 3.
dicurigai, mengalami infeksi virus dengue. Duapuluh Berdasarkan serotipe virus Den 1, Den 2, Den 4
empat sampel positif benar menderita DBD (a), 1 sam- memperlihatkan sensitivitas NS1 100% dan Den-3
sensitivitas 33,3% (Tabel 4).

Tabel 2. Hasil pemeriksaan NS1 berdasarkan lama demam


NS 1 Pembahasan
Lama demam (hari)
positif (n,%) Negatif (n,%)
1 0 (0%) 1 (2%) Dari 50 orang sampel yang dicurigai mengalami infeksi
2 10 (20%) 11 (22%) virus dengue didapatkan rentang umur sampel berkisar
3 15 (30%) 13 (26%) antara 6 bulan sampai 17 tahun dengan rata-rata 8,98
p>0,05 (tidak bermakna) (SD 3,673) tahun. Hasil tersebut tidak jauh berbeda

Tabel 3. Hasil uji NS1 dengan PCR


PCR
Jumlah
Positif (n) Negatif(n)
NS1 Positif (n) 24 1 25
Negatif (n) 2 23 25
Jumlah 26 24 50
Sensitifitas : 92,3%
Spesifisitas : 95,8%
Nilai duga positif : 96%
Nilai duga negatif : 92%
Akurasi : 94%

Sari Pediatri, Vol. 16, No. 2, Agustus 2014 123


Megariani dkk: Uji diagnostik pemeriksaan antigen nonstruktural 1 untuk deteksi dini infeksi virus dengue

dengan yang didapatkan Libraty dkk,22 umur rata-rata dkk25 menyebutkan bahwa kromosom XX pada anak
sampel yang dicurigai mengalami infeksi virus dengue perempuan mempunyai peran dalam mengelola
adalah 9,5 tahun (rentang umur 2,9-13,5 tahun). Ka- produksi imunoglobulin secara kuantitatif. Namun,
layanarooj dkk24 di Timor Leste, mendapatkan umur penelitian Halstead dkk 27 membuktikan bahwa
rata-rata sampel anak yang dicurigai mengalami infeksi tidak terdapat perbedaan antara respon infeksi anak
virus dengue adalah 2,5 tahun dengan kelompok umur perempuan dan anak laki-laki.
terbanyak adalah usia 1-4 tahun. Sebagian besar subjek penelitian memiliki status
gizi kurang (62%), gizi baik (26%), gizi lebih (8%),
dan obesitas (4%). Hal tersebut berbeda dengan
12 penelitian yang dilakukan oleh Hadinegoro dkk 28
10
dan Hartoyo29 yang mendapatkan sampel penelitian
dominan dengan gizi baik. Penelitian di Taiwan dan
8 penelitian terbaru di St. Jude Childrens Research
Hospital, Salvador, menemukan bahwa status gizi tidak
6
memengaruhi keparahan penyakit pada infeksi virus
4
dengue.30 Thisyakorn dan Nimmannitya31 melaporkan
malnutrisi kalori dan protein derajat ringan akan
2 terhindar dari DSS. Pichainarong dkk32 melaporkan
pasien obesitas memiliki risiko menderita DBD derajat
0
berat lebih tinggi. Status nutrisi memengaruhi derajat
Den 1 Den 3 Den 3 Den 4 Den 1,3 Den 2,3 berat ringannya penyakit berdasarkan teori imunologi,
yaitu gizi baik meningkatkan respon antibodi. Reaksi
Gambar 1. Distribusi virus dengue berdasarkan serotipe antigen dan antibodi yang berlebihan menyebabkan
infeksi dengue lebih berat. Walaupun demikian,
Tabel 4. Sensitivitas NS1 berdasarkan serotipe mekanisme peningkatan kejadian DSS pada obesitas
Serotipe Sensitivitas NS1 masih belum jelas, apakah hal ini berhubungan dengan
Den 1 100 % pelepasan sitokin pro-inflamasi oleh sel adiposit
Den 2 100 % jaringan lemak.33
Den 3 33,3 % Persentase NS1 positif lebih besar pada hari
Den 4 100 % ke-3 demam dibandingkan hari ke-2, tetapi tidak
didapatkan nilai yang bermakna secara statistik.
Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan jumlah Dussart dkk1 meneliti 299 pasien demam dengue di
anak laki-laki lebih banyak dari pada perempuan, yaitu Perancis. Didapatkan sensitivitas NS1 pada hari 0-4
27 (54%) orang. Serupa dengan penelitian Libraty demam 87,6%, dan 43,5% pada hari 5-10 demam.
dkk22 yang mendapatkan penderita anak laki-laki lebih Datta dkk,40 di India tahun 2010, membandingkan
banyak dibandingkan perempuan dengan rasio 2,2:1. NS1 pada fase akut dan konvalesen, didapatkan NS1
Berbeda dengan penelitian molekular yang dilakukan positif 71,42% pada fase akut, sedangkan pada fase
oleh Kalayanarooj dkk24 di Timor Leste, pasien yang konvalesen NS1 positif hanya 6,38%. Sensitivitas NS1
dicurigai mengalami infeksi virus dengue lebih banyak yang tinggi pada fase awal demam karena protein NS1
anak perempuan. Di Indonesia dan di Filipina, tidak bersirkulasi dalam konsentrasi tinggi dalam darah
terdapat perbedaan antara anak perempuan dan anak pasien selama awal fase akut, baik pada infeksi primer
laki-laki yang menderita demam berdarah.25 maupun sekunder.1,16 Kadar NS1 yang tinggi sampai
Rothman dkk26 menyebutkan bahwa rendahnya hari ke-5 demam berhubungan dengan waktu terjadi-
persentase perempuan penderita DBD dibandingkan nya viremia karena merupakan periode replikasi virus
laki-laki disebabkan sistem imun perempuan lebih dan belum terdapatnya antibodi terhadap virus. Kadar
baik dari laki-laki. Pada perempuan, produksi sito- viremia dan kadar NS1 juga tergantung pada karakte-
kin anti inflamasi lebih banyak sehingga perempuan ristik intrinsik dari strain virus yang menginfeksi dan
yang terinfeksi DBD memberikan keluhan klinis status imunitas dari penderita sendiri.3
yang kurang jelas dan jarang yang dirawat. Soedarmo Dari 50 sampel penelitian didapatkan 24 subjek

124 Sari Pediatri, Vol. 16, No. 2, Agustus 2014


Megariani dkk: Uji diagnostik pemeriksaan antigen nonstruktural 1 untuk deteksi dini infeksi virus dengue

positif dengue (a), 1 pasien positif palsu (b), 2 subjek dalam 1 sampel darah setelah dilakukan pemeriksaan
negatif palsu (c) dan 23 pasien benar negatif (d). RT-PCR (concurrent infection). Dua (7,7%) sampel
Dari hasil tersebut dapat dihitung sensitivitas 92,3%, dengan serotipe Den 2 dan Den 3, serta 1 (3,8%) sampel
spesifisitas 95,8%, nilai duga positif 96%, nilai duga dengan serotipe Den 1 dan Den 3. Kejadian ini juga
negatif 92%, serta akurasi 94%. Hasil yang hampir dilaporkan oleh Shu dkk14 di Taiwan, yang melakukan
sama didapatkan oleh Zainah dkk20 dengan sensitivitas pemeriksaan RT PCR saat terjadi outbreak infeksi
90,4% dan spesifisitas 99,5%. Ty Hang dkk21 melaku- dengue. Didapatkan 2 sampel terinfeksi virus Den 2
kan penelitian pada 138 pasien mendapatkan sensitivi- dan Den 3 sekaligus dari 21 sampel yang diperiksa.
tas 83,2%, spesifisitas 100%, nilai duga positif 100%, Datta dkk40 juga menemukan hal yang sama di India
nilai duga negatif 38,2%. Sementara itu, Osorio dkk41 dengan angka kejadian concurrent infection yang lebih
mendapatkan sensitivitas lebih rendah, yaitu 70,8%, besar yaitu 21 (56,8%) sampel dari 37 sampel yang
spesifisitas 91,3%, nilai duga positif 95,5% dan nilai diperiksa. Delapanbelas sampel dengan serotipe 2 dan
duga negatif 57,5%. 3, 2 sampel dengan serotipe 1 dan 2, dan 1 sampel
Perbedaan hasil tersebut bisa disebabkan oleh per- ditemukan 3 serotipe sekaligus yaitu Den 1, 2, dan 3.
bedaan kit yang dipakai. Kit yang memakai antibodi Kejadian ini disebabkan vektor terinfeksi lebih dari 1
monoklonal untuk mendeteksi antigen NS1 hasilnya serotipe virus dengue.41
lebih baik dari pada kit dengan antibodi poliklonal Penelitian ini mendapatkan sensitivitas NS1 yang
karena antibodi monoklonal lebih spesifik dibanding l tinggi untuk setiap serotipe, kecuali Den 3. Den
antibodi poliklonal.34 McBride dkk37 membandingkan 1, Den 2, dan Den 4 yang mempunyai sensitivitas
kit monoklonal dengan poliklonal, didapatkan sensiti- 100%, sedangkan Den 3 memiliki sensitivitas teren-
vitas kit monoklonal 73,6% sedangkan sensitivitas kit dah (33,3%). Penelitian Ramirez dkk25 mendapatkan
poliklonal 63,7%. Dussart dkk38 juga membandingkan sensitivitas untuk Den 1 paling tinggi (90%), selan-
2 kit tersebut. Kit monoklonal lebih sensitif (87,4%) jutnya Den 3 (65%), sensitivitas Den 4 (30%) dan
dibanding poliklonal (60,4 %). Antibodi monoklonal Den 2 (20%). Penelitian Ty Hang dkk21 mendapat-
sebagai dasar pemeriksaan memiliki keunggulan diban- kan sensitivitas Den 1 (98%), Den 3 (96%), Den 2
ding poliklonal, yaitu lebih mudah untuk distandarisasi (85%) dan Den 4 (40%). Perbedaan sensitivitas untuk
pada laboratorium yang berbeda-beda.36 Penelitian ini masing-masing serotipe disebabkan adanya perbedaan
menggunakan kit dari SD Bioline Dengue NS1 Ag yang kombinasi reagen imun yang memiliki kemampuan
menggunakan antibodi monoklonal. yang rendah untuk serotipe tertentu. Selain itu, bisa
Dilakukan pengamatan terhadap sampel penelitian juga disebabkan perbedaan geografis dari daerah.25
dengan NS1 positif, dari 25 sampel NS1 positif, 18
sampel dirawat dan 7 sampel tidak dirawat. Setelah
dikonfirmasi dengan klinis dan laboratorium, Kesimpulan
didapatkan demam dengue 9 (36%) sampel, DHF
grade 1 dan grade 2 masing-masing 8 (32%) sampel. Disimpulkan bahwa protein nonstruktural 1 (NS1)
Dari 18 sampel yang dirawat, didapatkan 2 (8%) memiliki sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai
mengalami syok. Pemeriksaan dengan RT-PCR duga negatif dan akurasi yang tinggi untuk diagnosis
terhadap sampel yang syok, 1 dengan serotipe Den 2 dini infeksi virus dengue. Pada demam hari ke-3, NS1
dan 1 lagi dengan Den 3. Penelitian molekular yang positif lebih banyak, tetapi tidak didapatkan nilai yang
dilakukan oleh Kalayanarooj dkk24 dari 38 orang anak bermakna secara statistik. Serotipe infeksi virus dengue
yang dikonfirmasi mengalami infeksi virus dengue, yang terbanyak adalah virus Den 2 dan sensitivitas NS1
2,6% mengalami demam dengue. lebih tinggi pada serotipe Den 1, Den 2, dan Den 4.
Proporsi serotipe virus dengue berbeda, infeksi
oleh Den 2 merupakan kasus terbesar. Hasil tersebut
sama dengan yang didapatkan Shu dkk14 di Taiwan. Daftar pustaka
Sebaliknya, di Vietnam, Ty Hang dkk21 mendapatkan
serotipe virus dengue yang terbanyak adalah Den 1 1. Dussart P, Labeau B, Lagathu G . Evaluation of an
dan Den 3.35 enzyme immunoassay for detection of dengue virus
Didapatkan 3 sampel dengan 2 serotipe virus dengue NS1 antigen in human serum. Clin Vaccine Immunol

Sari Pediatri, Vol. 16, No. 2, Agustus 2014 125


Megariani dkk: Uji diagnostik pemeriksaan antigen nonstruktural 1 untuk deteksi dini infeksi virus dengue

2006;13:11859. 14. Shu PY, Chen LK, Chang SF. Comparison of capture
2. World Health Organization . Dengue haemorrhagic IgM and IgG enzyme-linked immunosorbent assay
fever : Diagnosis, treatment, prevention and control. (ELISA) and nonstructural protein NS1 serotype-specific
Edisi ke-2. Geneva:WHO;1997.h.1-84. IgG ELISA for differentiation of primary and secondary
3. Nimmannitya S. Dengue haemorrhagic fever: A dengue virus infection. Cin Diagn Lab Immunol
scourge of South-East Asian Region. Global innovation 2003;10:622-30 .
to fight dengue. 2 nd International Conference on 15. Lanciotti RS, Calisher CH, Gubler DJ, Chang
Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Phuket: GJ, Vomdam AV. Rapid detection and typing of
Thailand;2008.h.22. dengue viruses from clinical samples by using reverse
4. Suroso T, Umar AI. Epidemiologi dan penenggulangan transcriptase-polymerase chain reaction. J Clin Microbiol
penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia. 1992;30:545-51.
Dalam: Hadinegoro SR, Satari HI, penyunting. Tata 16. Sudiro TM, Ishiko H, Green S. Rapid diagnosis of
laksana kasus DBD. Naskah lengkap pelatihan bagi dengue viremia by reverse transcriptase-polimerase chain
dokter spesialis anak dan dokter spesialis penyakit dalam. reaction. Am J Trop Hyg 1997;56:424-9.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2004.h.14-31. 17. Koraka P, Burghoom CP, Falconar A. Detection of
5. Suwandono A, Kosasish H, Nurhayati. Four dengue immune complex dissociated nonstructural 1 antigen
virus serotypes found circulating during an outbreak in patients with acute dengue virus infections. J Clin
of dengue fever ang dengue haemorrhagic fever in Microbiol 2003; 41:4154-9.
Jakarta, Indonesia, during 2004. Trans R Soc Trop Med 18. Kumarasamy V, Chua SK, Hassan Z, Wahab AH, Chem
2006;100:855-62. YK, Mohamad M, dkk. Evaluating the sensitivity of a
6. Departemen Kesehatan RI. Peta Kesehatan Indonesia; commercial dengue NS1 antigen-capture Elisa for early
2007. diagnosis of acute dengue infection. Singapore Med J
7. Dinkes Tk I. Prop. Sumatera Barat. Data DBD Propinsi 2007;48:669-73.
Sumatera Barat tahun 2006/2007. 19. Sekaran D, Lan EC, Mahesawarappa KB, Appanna R,
8. Raekiansyah M, Sudiro TM. Genetic variation among Subramaniam G . Evaluation of a dengue NS1 capture
dengue virus that possibly correlate with pathogenesis. ELISA assay for the rapid detection of dengue. J Infect
Med J Indones 2004;13:190-4 . Developing Countries 2007;1:182-8.
9. Setiabudi D. Pemeriksaan dengue NS1 antigen. Dalam: 20. Zainah S, Wahab A, Mariam M. Performance of a commer
Gunardi H, Tehuteru E, Kurniati N dkk, penyunting. cial rapid dengue NS1 antigen immunochromatography
Kumpulan tips pediatri. Edisi kedua. Jakarta: Badan test with reference to dengue NS1 antigen-capture ELISA.
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;2011.h.127-8. J Virol Methods 2009;155:157-60.
10. Soegijanto S. Patogenesis dan perubahan patofisiologi 21. Ty Hang V,Mihn Nguyet N, The Trung D. Diagnostic
pada infeksi virus dengue. Dalam : Soegijanto S, accuracy of NS1 ELISA and lateral flow rapid tests for
penyunting. Kumpulan makalah penyakit tropis dan dengue sensitivity, specificity and relationship to viraemia
infeksi di Indonesia. Jilid 3. Surabaya : Airlangga and antibody responses.Plos Negl Trop Dis 2009;3:1-
University Press; 2005.h.195-212. 7.
11. Soedarmo SP. Infeksi virus dengue. Dalam : Soedarmo SP, 22. Libraty DH, Young PR, Pickering D. High circulating
Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI, penyunting. Buku levels of the dengue virus nonstructural protein NS1
ajar infeksi dan pediatrik tropis. Edisi kedua. Jakarta : early in dengue illness correlate with the development
Badan penerbit FKUI; 2008.h.155-81 . of dengue hemorrhagic fever. JID 2002;186:1165-8
12. Chen K, Pohan PT, Sinto R. Diagnosis dan terapi cairan 23. Lastere S, Goffard N,Teissier A, Zisou K. Assessment of
pada demam berdarah dengue. Medicinus 2000;22:3- NS1 antigen detection tests during DEN-4 epidemic
7. in French Polynesia. Pacific Public Health Surveillance
13. Alcon S, Talarmin A, Debruyne M, Falconar A, Deubel V and Network 2010.
Flamand M. Enzyme-linked immunosorbent assay specific 24. Kalayanarooj S, Rimal HS, Andjaparidze A. Short report:
to dengue virus type 1 nonstructural protein NS1 reveals clinical intervention and molecular characteristics of a
circulation of the antigen in the blood during the acute dengue hemorrhagic fever outbreak in Timor Leste. Am
phase of disease in patients experiencing primary or J Trop Med Hyg 2007;77:534-7.
secondary infections. J Clin Microbiol 2002;40:376-81. 25. Soedarmo SSP. Demam berdarah dengue pada anak.

126 Sari Pediatri, Vol. 16, No. 2, Agustus 2014


Megariani dkk: Uji diagnostik pemeriksaan antigen nonstruktural 1 untuk deteksi dini infeksi virus dengue

Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia; 2009.h.95- NS1 antigen detection tests during DEN-4 epidemic
174. in French Polynesia. Pacific Public Health Surveillance
26. Rothman AL. Pathogenesis of dengue virus infection. Network 2010.
Dalam: Up To Date. Boston: Elsivier;2007. 34. Datta S, Wattal C. Dengue NS1 antigen detection : A
27. Halstead SB. Dengue fever and dengue haemorrhagic useful tool in early diagnosis of dengue virus infection.
frver. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Indian J Med Microbiol 2010;28:107-10.
Stanton BF. Nelsons textbook of pediatrics. 18th edition. 35. World Health Organization. Demam berdarah dengue.
Philadelphia : Saunders; 2004.h.1092-4. Jakarta: EGC;1997.h.17-28
28. Hadinegoro SR, Citaresmi E, Akib AP. Diagnosis dan 36. Trayhurn P, Wood LS. Signalling role of adiposetissue:
tata laksana demam berdarah dengue pada kejadian luar adipokines and inflammation in obesity. Biochem Soc
biasa tahun 2004 di enam rumah sakit di Jakarta. Sari Transact 2005;33:078-81.
Pediatri 2007;8:8-14. 37. McBride WJH. Evaluation of dengue NS1 test kits for
29. Hartoyo E. Spektrum klinis demem berdarah dengue the diagnosis of dengue fever. Diagnostic Microbiol and
pada anak. Sari Pediatri 2008 : 10 : 145-9. Infect Dis 2009;64:31-6.
30. Maron GM, Clara AW, Diddle JW. Association between 38. Dussart P, Petit L, Labeau B. Evaluation of two new
nutrional status and severity of dengue infection in commercial tests for the diagnosis of acute dengue virus
children in El Salvador. Am J Trop Med Hyg 2010;8:324- infection using NS1 antigen detection in human serum.
9. Plos Negleted Tropical Disease 2008;2:1-8.
31. Thisyakorn U, Nimmannitya S. Nutritional status of 39. Coppack SW. Pro-inflammatory cytokines and adipose
children with dengue hemorrhagic fever. Clin Infect Dis tissue. Proceedings of the nutrition society 2001;60:349-
1993;16:295-7. 56.
32. Pichainarong N, Mongkalangoon N, Katayanarooj S, 40. Datta S, Wattal C. Dengue NS1 antigen detection : A
Chaveepojnkamjorn W. Relationship between body useful tool in early diagnosis of dengue virus infection.
size and severity of dengue hemorrhagic fever among Indian J Med Microbiol 2010;28:107-10.
children aged 0-14 years. Southlast Asian J Trop Med 41. Osorio L, Ramirez M, Bonelo A.Comparison of the
Public Health 2006;3:283-8. diagnostic accuracy of commercial NS1- based diagnostic
33. Lastere S, Goffard N,Teissier A, Zisou K. Assessment of test for early dengue infection. Virol J 2010;7:361.

Sari Pediatri, Vol. 16, No. 2, Agustus 2014 127

Anda mungkin juga menyukai