MTE Fluoxetin (FIX)
MTE Fluoxetin (FIX)
PENDAHULUAN
Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama pada saat ini. Sering
dijumpai dan mengenai sekitar 3 % dari populasi setiap tahun, tetapi tidak semua
terdiagnosis dan belum mendapat terapi yang maksimal. Pada gangguan mood rasa
terkontrol hilang, orang mengalami distress yang berat. Pasien dengan mood yang
tertekan (depresi) mengalami kehilangan energi dan minat, perasaan bersalah, sulit
konsentrasi, hilang nafsu makan dan pikiran ingin mati atau bunuh diri. Tanda dan
gejala gangguan mood dapat juga berupa perubahan pada tingkat aktifitas,
kemampuan kognitif, pembicaraan, fungsi vegetatif.1
Terapi bagi penderita depresi adalah obat yang dapat meningkatkan mood atau
yang lebih dikenal sebagai obat"obat antidepresan. Masalah utama yang dihadapi
dalam mengembangkan obat"obat antidepresan adalah tidak ditemukannya model
hewan coba yang mengalami depresi menyerupai pada manusia sehingga terjadi
perbedaan dalam menentukan efektivitas obat antidepresan. Sebagai contoh,
mianserin walaupun secara klinis terbukti efektif sebagai antidepresan pada manusia,
namun uji pada hewan coba tidak memperlihatkan adanya efek antidepresan.2
1
Pada mulanya obat antidepresan yang sering digunakan adalah golongan trisiklik
yang sekarang sudah jarang digunakan karena memiliki efek samping yang banyak
akibat kerja anti kolinergiknya. Saat ini terus dikembangkan beberapa golongan obat
antidepresan yang baru seperti golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibito
(SSRI), golongan Serotonin Nor Ephinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI), golongan
Reversible Inhibitory Monoamine Oxidase type A (RIMA) dan golongan atipikal.
Pada tahun 1988 dikenalkan fluoxetine dan sejak saat itu menjadi satu-satunya
antidepresan yang paling banyak diresepkan didunia. Kemampuan fluoxetine
menghambat ambilan serotonin 23 kali lebih kuat dibandingkan dengan
kemampuannya menghambat ambilan norepinefrin.1,2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Antidepresan
3
namun untuk gangguan depresi bipolar SSRI tidak efektif dibandingkan antidepresan
trisiklik. Hal ini dikarenakan antidepresan trisklik dapat memicu timbulnya mania
dan hipomania. Obat anti depresan yang termasuk dalam golongan SSRI seperti
citalopram, escitalopram, fluoxetine, fluvoxamine,paroxetine, dan sertraline.3
2.2 Fluoxetin
Fluoxetin merupakan obat golongan SSRI yang paling luas digunakan, karena
obat ini kurang menyebakan anti kolinergik, hampir tidak menimbulkan sedasi.
Fluoxetine merupakan antidepresan golongan SSRI yang memiliki waktu paro yang
lebih panjang dibandingkan dengan anidepresan golongan SSRI yang lain, sehingga
fluoxetine dapat digunakan satu kali sehari. Fluoxetin memiliki nama kimia Fluoxetin
HCL. Struktur kimia dari fluoxetin HCL adalah C17H18F3NO.HCl.3,4,5
2.2.1 Farmakokinetik
4
Fluoksetin merupakan inhibitor kuat untuk isoenzim sitokrom P-450 hati yang
berfungsi untuk eliminasi obat antidepresan trisiklik, obat neuroleptika dan beberapa
obat antiaritmia dan antagonis -adrenergik. Pada hewan,S-norfluoksetin sangat kuat
dan merupakan inhibitor selektif ambilan serotonin dan pada dasarnya sama dengan
R- atau S- fluoksetin. R-Norfluoksetin kurang poten untuk obat yang menghambat
ambilan serotonin. Catatan : Kira-kira 7% kulit putih tidak mempunyai enzim P-450
dan karenanya metabolisme fluoksetin sangat lambat.6
Pengaturan dosis tunggal fluoxetin pada subjek uji sehat yang tergolong tua
(berumur > 65 tahun) tidak berbeda signifikan dari subjek uji normal yang lebih
muda. Efek metabolisme fluoxetin berdasarkan umur telah diselidiki pada 260 orang
tua, tetapi pasien sehat (berumur 60 tahun) penggunaanya dibatasi, yaitu 20 mg
5
fluoxetine untuk 6 minggu. Konsentrasi plasma untuk kombinasi fluoxetine plus
norfluoxetine adalah 209.3 85.7 ng/mL pada 6 minggu terakhir.8
2.2.2 Farmakodinamik
Eliminasi yang relatif lambat dari fluoxetin (t1/2 eliminasi 1-3 hari setelah
pemberian akut dan 4-6 hari untuk pemberian kronis (jangka panjang)), untuk
6
metabolit aktif (Norfluoxetin) t1/2 eliminasinya yaitu 4-16 hari, jika diberikan secara
akut dan kronis. Akumulasi yang signifikan terjadi pada waktu pemberian jangka
panjang dan untuk mencapai ke steady state sangat lambat, juga pada pemakaian
dosis tertentu. Setelah 30 hari dengan dosis sebesar 40 mg/hari, konsentrasi plasma
yang fluoxetin teramati berada dalam range 91-302 ng/ml dan norfluoxetine dalam
range 72-258 ng/ml.8
Konsentrasi plasma fluoxetine lebih tinggi dari yang diperkirakan oleh studi
dosis tunggal, karena metabolisme fluoxetine tidak sebanding untuk mengobati.
Tetapi, norfluoxetine, mempunyai linear farmakokinetik. Berarti, t1/2 eliminasinya
setelah dosis tunggal adalah 8,6 hari dan setelah pemberian dengan dosis ganda ialah
9,3 hari. Tingkat steady state setelah dosisnya diperpanjang adalah 4-5 minggu.8
2.2.4 Indikasi
2.2.5 Kontraindikasi
7
Citalopram, escitalopram, penggunaan fluvoksamin atau paroksetin baru dapat
dimulai setelah dua minggu penghentian penggunaan penghambat MAO,
Penghambat MAO juga tidak boleh digunakan kecuali sitalopram, esitalopram,
fluvoksamin, atau paroksetin yang telah dihentikan selama satu minggu. Fluoxetin
tidak boleh digunakan sampai minimal dua minggu setelah penghambat MAO,
penghambat MAO juga tidak boleh digunakan sampai minimal 5 minggu setelah
penghentian fluoxetin.11
Penghambat MAO dapat meningkatkan efek SSRI pada SSP (resiko toksisitas
serius). Sertralin tidak boleh digunakan sampai dua minggu setelah penghentian
penghambat MAO, penghambat MAO juga tidak boleh digunakan sampai minimal 2
minggu setelah penghentian sertralin. Dapat meningkatkan resiko toksisitas pada SSP
jika esitalopram digunakan bersama moklobemid sehingga harus hindari penggunaan
bersamaan. Jangan digunakan moklobemid sampai minimal 1 minggu setelah
pengentian sitalopram, fluvoksamin atau paroksetin. Jangan berikan moklobemid
sampai 5 minggu setelah penghentian fluoxetin. Jangan berikan moklobemid sampai
2 minggu setelah penghentian sertralin. SSRI meningkatkan kadar plasma beberapa
trisiklik. Agitasi, dan mual dapat terjadi jika SSRI digunbakan bersama triptofan.11
Efek merugikan yang paling sering dari fluoxetine melibatkan sistem saraf
pusat dan sistem gastrointestinal. Efek sistem saraf pusat yang paling sering adalah
nyeri kepala, ketegangan, insomnia, mengantuk, dan kecemasan. Keluhan
gastrointestinal yang paling sering adalah mual, diare, anoreksia, dan dispepsia.12
Selain itu efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan fluoxetin adalah
reaksi hipersensitivitas, mulut kering, gugup, cemas, nyeri kepala, insomnia,
palpitasi, tremor, bingung, pusing, hipotensi, hipomaniaa atau mania, mengantuk,
asthenia, kejang, demam, disfungsi seksual, berkeringat, gangguan gerak dan
diskinesia, sindrom neuroleptik maligna, hiponatremia, gangguan fungsi hati, anemia
aplastik, gangguan peredaran darah otak, ekomosis, pneumonia eusinofillik,
8
hiperprolaktinemia, anemia hemolitik, prankeatitism pansitopenia, kecendrungan
bunuh diri, trombositopenia, purpura trombositopnia, perdarahan vagina pada
pemutusan obat, perilaku kekerasan dan rambut rontok. Data menyatakan bahwa
mual adalah berhubungan dengan dosis dan merupakan suatu efek merugikan di mana
pasien tampaknya mengembangkan toleransi. Efek yang lainnya melibatkan fungsi
seksual dan kulit. Fluoxetine dieksresi dalam air susu; dengan demikian, ibu
menyusui tidak boleh menggunakan fluoxetine. Fluoxetine juga harus digunakan
dengan berhati-hati oleh pasien dengan penyakit hati.11,12
Dosis awal 20 mg/hari diberikan pada pagi hari. Jika tidak ada peningkatan
klinik setelah beberapa minggu dosis dapat ditingkatkan. Dosis diatas 20 mg/hari
sebaiknya diberikan 2 kali sehari (pagi dan siang hari). Dosis maksimum adalah 80
mg/hari. Pada depresi dan OCD oral 20 mg sehari, bila perlu dinaikkan setiap 2
minggu sampai maksimal 60 mg sehari dalam dua dosis. Dosis awal dewasa
20mg/hari diberikan setiap pagi, bila tidak diperoleh efek terapi setelah beberapa
minggu, dosis dapat ditingkatkan 20mg/hari hingga 30 mg/hari. Belakangan ini
tengah diuji cobakan pemberian fluoxetine 1 kali/minggu dalam bentuk tablet salut
enteric 90 mg sebagai terapi pemeliharaan.4,10
Bentuk sediaan padat yang tersedia yaitu tablet 10mg, 15mg, dan 20mg dan
kapsul 40mg dan 60mg. Dalam bentuk sediaan obat solusio, 5ml obat mengandung
20mg fluoxetin. Sediaan terbaru fluoxetin berupa tablet salut enterik dengan
kandungan 90mg yang digunakan sebagai terapi pemeliharaan dan diberikan satu kali
seminggu. Fluoxetin banyak digunakan untuk pasien dengan gangguan depresi major,
bulimia nervosa, panik, dan premenstrual disporik.4,5
Dosis awal yang diberikan pada anak berusia 8-10 tahun dengan depresi
sebesar 10-20 mg/hari . Dosis ini apat ditingkatkan setelah satu minggu, namun dosis
tidak dapat sampai melebihi 20mg/hari. Pada dewasa, dosis awal yang diberikan
20mg/hari. Obat diberikan pada pagi hari. Dosis dapat ditingkatkan setelah beberapa
9
minggu sebanyak 20 mg/hari, namun dosis tidak dapat melebihi 80mg/hari. Pada
orang tua, dosis yang diberikan 10 mg/hari, dapat ditingkatkan 10-20mg tiap
beberapa minggu. Obat tidak boleh diberikan pada malam hari.4,5
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12
11. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia 2008. 2009. Badan
POM RI IONI Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008. Badan POM RI,
KOPERPOM dan Sagung Seto.
12. Tjay T H, Rahardja K. 2002. Antidepresiva. Obat-obat penting khasiat,
penggunaan dan efek-efek sampingnya. Edisi 5. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo. hal. 434.
13