Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Metodologi Penelitian dan Evidence Based Medicine adalah blok ke delapan
belas pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan
studi kasus skenario Dokter Feri, dokter yang bertugas di klinik kesehatan PT. Sawit jaya,
mendapatkan beberapa karyawan menderita penyakit kulit pada daerah telapak tangan. Ia
melakukan studi pustaka bahwa kejadian penyakit kulit di telapak tangan karyawan
perkebunan sawit akibat risiko kontak langsung dengan herbisida secara berulang.
Dokter feri mengajukan usulan kepada direktur PT. Sawit Jaya untuk menggunakan
sarung tangan habis pakai yang diikuti dengan perilaku mencuci tangan bagi puluhan
pekerja di perusahaan tersebut. Akan tetapi direktur menolak karena selama ini
perusahaan telah menerapkan peraturan dinas tenaga kerja untuk mewajibkan pekerja
hanya mencuci tangan setelah mengelola herbisida. Selain itu, pemberian sarung tangan
juga akan menambah biaya pengeluaran perusahaan. Direktur perusahaan meminta agar
dr.Feri memberikan bukti ilmiah bahwa usulan sarung tangan diikuti mencuci tangan
lebih efektif dibanding hanya mencuci tangan untuk mengurangi kejadian penyakit kulit
pada pekerja.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan dari sistem pembelajaran
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas Kedokteran Muhammadiyah.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Muhammad Abdul Basith
Moderator : Istiqomah Maximiliani
Sekertaris Meja : Vivi Rizki
Sekretaris Papan : Shelly Margaretha
Hari/Tanggal : Selasa, 16 Mei 2017
Kamis, 18 Mei 2017

Peraturan Tutorial : 1. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat.


2. Mengacungkan tangan jika ingin memberi pendapat.
3. Berbicara dengan sopan dan penuh tata krama.
4. Izin bila ingin keluar ruangan.

2.2 Skenario Kasus


Dokter Feri, dokter yang bertugas di klinik kesehatan PT. Sawit jaya, mendapatkan
beberapa karyawan menderita penyakit kulit pada daerah telapak tangan. Ia melakukan studi
pustaka bahwa kejadian penyakit kulit di telapak tangan karyawan perkebunan sawit akibat
risiko kontak langsung dengan herbisida secara berulang.
Dokter feri mengajukan usulan kepada direktur PT. Sawit Jaya untuk menggunakan sarung
tangan habis pakai yang diikuti dengan perilaku mencuci tangan bagi puluhan pekerja di
perusahaan tersebut. Akan tetapi direktur menolak karena selama ini perusahaan telah
menerapkan peraturan dinas tenaga kerja untuk mewajibkan pekerja hanya mencuci tangan
setelah mengelola herbisida. Selain itu, pemberian sarung tangan juga akan menambah biaya
pengeluaran perusahaan. Direktur perusahaan meminta agar dr.Feri memberikan bukti ilmiah
bahwa usulan sarung tangan diikuti mencuci tangan lebih efektif dibanding hanya mencuci
tangan untuk mengurangi kejadian penyakit kulit pada pekerja.

2
2.3 Klarifikasi Istilah
No Istilah Klarifikasi
1 Penyakit kulit Bidang kedokteran yang berorientasi pada morfologi atau
(dermatologi) ujud kelainan kulit (ukk) yang ditemukan, dapat terjadi
karena berbagai faktor mulai dari virus, lingkungan yang
terkontaminasi, dll.
2 Studi pustaka Segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan topic yang
sedang diteliti.
3 Herbisida Bahan kimia untuk membunuh atau memusnahkan
tumbuhan pengganggu atau gulma.
4 Sarung tangan habis Sarung tangan yang dipakai hanya sekali
pakai
5 Bukti ilmiah Suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-
bukti ilmiah tertinggi untuk kepentingan pelayanan
kesehatan.
6 Efektif Ada efeknya manjur atau mujarab dan dapat membawa
hasil yang berguna
7 Kontak langsung Keadaan bersentuhan atau berhubungan satu dengan yang
lain secara langsung.
8 Dinas tenaga kerja Bagian yang melaksanakan urusan pemerintahan daerah
atau provinsi

2.4 Identifikasi Masalah


1. Dokter Feri, dokter yang bertugas di klinik kesehatan PT. Sawit jaya, mendapatkan
beberapa karyawan menderita penyakit kulit pada daerah telapak tangan. Ia
melakukan studi pustaka bahwa kejadian penyakit kulit di telapak tangan karyawan
perkebunan sawit akibat risiko kontak langsung dengan herbisida secara berulang.
2. Dokter feri mengajukan usulan kepada direktur PT. Sawit Jaya untuk menggunakan
sarung tangan habis pakai yang diikuti dengan perilaku mencuci tangan bagi puluhan
pekerja di perusahaan tersebut. Akan tetapi direktur menolak karena selama ini
perusahaan telah menerapkan peraturan dinas tenaga kerja untuk mewajibkan pekerja
hanya mencuci tangan setelah mengelola herbisida. Selain itu, pemberian sarung
tangan juga akan menambah biaya pengeluaran perusahaan.

3
3. Direktur perusahaan meminta agar dr.Feri memberikan bukti ilmiah bahwa usulan
sarung tangan diikuti mencuci tangan lebih efektif dibanding hanya mencuci tangan
untuk mengurangi kejadian penyakit kulit pada pekerja.

2.5 Analisis Masalah


1. Dokter Feri, dokter yang bertugas di klinik kesehatan PT. Sawit jaya,
mendapatkan beberapa karyawan menderita penyakit kulit pada daerah
telapak tangan. Ia melakukan studi pustaka bahwa kejadian penyakit kulit di
telapak tangan karyawan perkebunan sawit akibat risiko kontak langsung
dengan herbisida secara berulang.
a. Apa makna beberapa karyawan menderita penyakit kulit pada daerah telapak
tangan ?
Jawab :
Secara umum, dikenal dua macam data, yaitu data literal dan data observasional.
Data literal (historik) ialah data yang diperoleh dengan melakukan pencatatan
terhadap kejadian atau fenomena yang telah berlalu. Dalam dunia kedokteran,
data ini dapat diperoleh dengan cara anamnesis maupun mempelajari catatan
yang ada ( sebagai data seunder ). Data observasional ialah data yang diperoleh
dengan melakukan observasi langsung terhadap fenomena. Dalam dunia
kedokteran, data ini diperoleh dengan cara pemeriksaan klinik, pemeriksaan
laboratorik,, maupun pemeriksaan langsung lainnya.
( Pratiknya, 2011 )

b. Apa saja kemungkinan penyakit pada kasus ini ?


Jawab :
Dasar hukum penyakit akibat hubungan kerja diatur didalam Keputusan Presiden
Republik Indonesia N0. 22 Tahun 1993 Penyakit yang timbul akibat hubungan
kerja yaitu :
1. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut
(silicosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkolosis yang silikosisnya
merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh debu logam keras.

4
3. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan-nya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaan-nya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan-nya yang beracun
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaan-nya yang beracun
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan-nya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida. beracun.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbonalifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzene atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya
yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi.
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang berkenaan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.

5
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

c. Apa saja faktor penyakit kulit di telapak tangan?


Jawab :
Penyebab munculnya DKI adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan
pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali, serbuk kayu, bahan abrasif,
enzim, minyak, larutan garam konsentrat, plastik berat molekul rendah atau
bahan kimia higroskopik. Kelainan kulit yang muncul bergantung pada beberapa
faktor, meliputi faktor dari iritan itu sendiri, faktor lingkungan dan faktor individu
penderita. Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan,
misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan
permeabilitas; usia (anak dibawah umur 8 tahun lebih muda teriritasi); ras (kulit
hitam lebih tahan daripada kulit putih), jenis kelamin (insidensi dermatitis kontak
alergi lebih tinggi pada wanita), penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami
(ambang rangsang terhadap bahan iritan turun).
(Soebaryo, 2016)

d. Apa tujuan studi pustaka?


Jawab :
Studi kepustakaan berguna untuk memperkaya diri dengan pengetahuan dari
berbagai sumber ilmiah. Sumber ilmiah utama bagi dokter seyogyanya adalah
publikasi dalam jurnal ilmiah. Dalam pendidikan dokter membaca jurnal ilmiah
merupakan metode yang sangat efektif untuk memperoleh pengetahuan baru.
Sebagai pemberi layanan kesehatan, tujuan akhir adalah untuk menerapkan hasil
penelitian kepada pasien yang disebut evidence-based medicine.
(Sastroasmoro, 2014)

6
2. Dokter feri mengajukan usulan kepada direktur PT. Sawit Jaya untuk
menggunakan sarung tangan habis pakai yang diikuti dengan perilaku mencuci
tangan bagi puluhan pekerja di perusahaan tersebut. Akan tetapi direktur
menolak karena selama ini perusahaan telah menerapkan peraturan dinas
tenaga kerja untuk mewajibkan pekerja hanya mencuci tangan setelah
mengelola herbisida. Selain itu, pemberian sarung tangan juga akan menambah
biaya pengeluaran perusahaan.
a. Apa makna dokter feri mengajukan usulan kepada direktur PT. Sawit Jaya untuk
menggunakan sarung tangan habis pakai yang diikuti dengan perilaku mencuci
tangan bagi puluhan pekerja di perusahaan tersebut ?
Jawab :
Maknanya merupakan suatu tindaklanjut dari hasil studi pustaka yang telah
dilakukan dr Feri sebagai landasan mengajukan usulan penggunaan sarung tangan
sekali pakai untuk pekerja PT. Sawit Jaya.
Penulisan laporan ilmiah
1. Judul laporan penelitian
2. Nama pengarang dan institusi
3. Abstrak
- Introduction
- Methods
- Results
- Dicussion
4. Pendahuluan
5. Tinjauan pustaka
6. Cara kerja
- Desain
- Tempat dan waktu penelitian
- Sumber data primer atau sekunder
- Populasi terjangkau, sampel, cara pemilihan sampel
- Kriteria pemilihan (inklusi dan eksklusi)
- Keterangan khusus sesuai desain yang dipakai
- Teknik pengukuran (pemeriksaan)
- Rencana analisis
7. Hasil & Pembahasan

7
8. Kesimpulan dan saran
9. Daftar pustaka
(Sastroasmoro,2014)

b. Bagaimana peraturan dinas tenaga kerja tentang keselamatan kerja ?


Jawab :
Pasal 86 ayat 2 Undang Undang Nomor13 Tahun 2003 menyatakan bahwa
upaya keselamatan dan kesehatan dimaksudkan untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pada para pekerja/ buruh
dengan cara mencegah kecelakan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya
di tempat kerja, promosi kesehatan ,pengobatan, dan rehabilitasi.
Pertimbangan diterapkannya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) yang tercantum dalam permennaker No 05/MEN/1996 adalah:
1. Bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian besar disebabkan oleh
faktor manusia dan sebagian kecil oleh faktor teknis.
2. Bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja maupun orang lain
yang berada di tempat kerja, sumber produksi, proses produksi dan lingkungan
kerja yang aman maka perlu penerapan SMK 3.
3. Bahwa pnerapan SMK3 untuk mengantisipasi hambatan teknis.
(Summamur, 2007)
Berdasarkan permenkes no 48 tahun 2016 tentang keselamatan dan kesehatan
kerja di daerah perkantoran menyatakan bahwa:
1. Pasal 1
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan
karyawan melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran yang
selanjutnya disingkat SMK3 Perkantoran adalah bagian dari sistem
manajemen gedung perkantoran secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehatan yang setinggitingginya bagi karyawan di semua jabatan, pencegahan

8
penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi karyawan,
perlindungan karyawan dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan karyawan dalam suatu lingkungan kerja yang
mengadaptasi antara karyawan dengan manusia dan manusia dengan
jabatannya.
2. Pasal 11 ayat 2
Standar K3 Perkantoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
mencegah dan mengurangi penyakit akibat kerja dan penyakit lain, serta
kecelakaan kerja pada karyawan, dan menciptakan perkantoran yang aman,
nyaman dan efisien untuk mendorong produktifitas kerja.
3. Pasal 17 ayat 1
4. Pencegahan penyakit di Perkantoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
huruf b paling sedikit meliputi
a. pengendalian faktor risiko;
b. penemuan dini kasus penyakit dan penilaian status kesehatan.
(Armansyah,2016)

3. Direktur perusahaan meminta agar dr.Feri memberikan bukti ilmiah bahwa


usulan sarung tangan diikuti mencuci tangan lebih efektif dibanding hanya
mencuci tangan untuk mengurangi kejadian penyakit kulit pada pekerja.
a. Bagaimana langkah-langkah penelitian ?
Jawab :
1. Diawali dengan identifikasi masalah dari pasien atau yang timbul selama
proses tatalaksana penyakit pasien
2. Dilanjutkan dengan membuat formulasi pertanyaan dari masalah klinis
tersebut
3. Pilihlah sumber yang tepat untuk mencari jawaban yang benar bagi pertanyaan
tersebut dari literatur ilmiah
4. Lakukan telaah kritis terhadap literatur yang didapatkan untuk menilai
validitas (mendekati kebenaran), pentingnya hasil penelitian itu serta
kemungkinan penerapannya pada pasien
5. Setelah mendapatkan hasil telaah kritis, integrasikan bukti tersebut dengan
kemampuan klinis anda dan preferensi pasien yang seharusnya mendapatkan
probabilitas pemecahan masalah pelayanan pasien yang lebih baik.
6. Evaluasi proses penatalaksanaan penyakit / masalah pasien

9
(Alan, 2002)
b. Bagaimana uji validitas pada bukti ilmiah ?
Jawab :
1. Validitas Internal
Validitas internal adalah sejauh mana hasil sebuah studipenelitian
klinis tidak bias. Beberapa karakteristik penelitian mempengaruhi validitas
internal.Validitas internal ini adalah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian
dapat dipercaya kebenarannya atau berkenaan dengan derajat akurasi
antardesain penelitian dan hasil yang dicapai.. Validitas internal merupakan
hal yang esensial yang harus dipenuhi jika peneliti menginginkan hasil
studinya bermakna.Validitas internal mengacu pada kemampuan desain
penelitian untuk menyingkirkan atau membuat masuk akal penjelasan
alternatif hasil, atau masuk akal dugaan sementara (Campbell, 1957; Kazdin,
2003c).
Ada banyak faktor yang mempengaruhi masing-masing validitas. Berikut ini
akan di bahas faktor-faktor yang mempengaruhi validitas internal :
- Sejarah (History)
Peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang kadang-kadang dapat
berpengaruh terhadap variabel keluaran (variabel terikat). Oleh karena itu
terjadinya perubahan variabel terikat, kemungkinan bukan sepenuhnya
disebabkan karena perlakuan atau eksperimen, tetapi juga dipengaruhi
oleh faktor sejarah atau pengalaman subjek penelitian terhadap masalah
yang dicobakan, atau masalah-masalah lain yang berhubungan dengan
eksperimen tersebut.
- Kematangan (Maturitas)
Manusia, binatang, atau benda-benda lainnya sebagai subjek penelitian
selalu mengalami perubahan. Pada manusia perubahan berkaitan dengan
proses kematangan atau maturitas, baik secara biologis maupun
psikologis. Dengan bertambahnya kematangan pada subjek ini akan
berpengaruh terhadap variabel terikat. Dengan demikian, maka perubahan
yang terjadi pada variabel terikat bukan saja karena adanya eksperimen,
tetapi juga disebabkan karena proses kematangan pada subjek yang
mendapatkan perlakuan atau eksperimen.
- Seleksi (Selection)

10
Dalam memilih anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bisa
terjadi perbedaan ciri-ciri atau sifat-sifat anggota kelompok satu dengan
kelompok yang lainnya. Misalnya anggota-anggota kelompok eksperimen
lebih tinggi pendidikannya dibandingkan dengan anggota-anggota
kelompok kontrol, sehingga sebelum diadakan perlakuan sudah terjadi
pengaruh yang berbeda terhadap kedua kelompok tersebut. Setelah
adanya perlakuan pada kelompok eksperimen, maka besarnya perubahan
variabel terikat yang terjadi mendapat gangguan dari variabel pendidikan
tersebut. Dengan kata lain, perubahan yang terjadi pada variabel terikat
bukan saja karena pengaruh perlakuan, tetapi juga karena pengaruh
pendidikan.
- Prosedur Tes (Testing)
Pengalaman pada pretes dapat mempengaruhi hasil postes, karena
kemungkinan para subjek penelitian dapat mengingat kembali jawaban-
jawaban yang salah pada waktu pretes, dan kemudian pada waktu postes
subjek tersebut dapat memperbaiki jawabannya. Oleh sebab itu,
perubahan variabel terikat tersebut bukan karena hasil eksperimen saja,
tetapi juga karena pengaruh dari pretes.
- Instrumen (Instrumentation)
Alat ukur atau alat pengumpul data (instrumen) pada pretes biasanya
digunakan lagi pada postes. Hal ini sudah tentu akan berpengaruh
terhadap hasil postes tersebut. Dengan perkataan lain, perubahan yang
terjadi pada variabel terikat, bukan disebabkan oleh perlakuan atau
eksperimen saja, tetapi juga karena pengaruh instrumen.
- Mortalitas (Mortality)
Pada proses dilakukan eksperimen, atau pada waktu antara pretes dan
postes sering terjadi subjek yang dropout baik karena pindah, sakit
ataupun meninggal dunia. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil
eksperimen.
- Regresi ke Arah Nilai Rata-rata (Regressien Toward The Mean)
Ancaman ini terjadi karena adanya nilai-nilai ekstrem tinggi maupun
ekstrem rendah dari hasil pretes (pengukuran pertama), cenderung untuk
tidak ekstrem lagi pada pengukuran kedua (postes), namun biasanya
melewati nilai rata-rata. Perubahan yang terjadi pada variabel terikat

11
tersebut adalah bukan perubahan yang sebenarnya, tetapi merupakan
perubahan semu. Oleh sebab itu, regresi ke arah nilai rata-rata ini juga
disebut regresi semu (regression artifact).
Untuk menjamin penelitian menghasilkan laporan yang valid, maka
keseluruhan ancaman validitas di atas harus dapat dikontrol oleh peneliti. Cara
yang dilakukan beragam, tergantung kebutuhan dan tergantung tingkat
ancaman yang muncul.
Bila ancaman-ancaman ini diabaikan, sangat dimungkinkan hasil
penelitian tidak valid dan tidak memberikan kesimpulan yang berarti.

2. Validitas Eksternal
Validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian studi. Dalam
semua bentuk desain penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian ini adalah
terbatas kepada para peserta dan kondisi seperti yang didefinisikan oleh
kontur penelitian dan mengacu pada sejauh mana generalisasi hasil penelitian
untuk lain kondisi, peserta, waktu, dan tempat (Graziano & Raulin, 2004).
ikhwal penelitian yang menyangkut pertanyaan, sejauh mana hasil suatu
penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi induk (asal sampel)
penelitian diambil.
Contoh : apabila kita meneliti tingkat efektifitas suatu metode penyuluhan
baru mengenai program imunisasi dengan mengambil sampel di suatu desa
dan ternyata baik hasilnya.
Validitas eksternal itu Berkaitan dengan pertanyaan apakah fakta mengenai
treatment (IV) yang diberikan benar-benar mengakibatkan perbedaan pada
DV, atau Apakah benar-benar IV berpengaruh pada DV.
Validitas eksternal ialah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat
digeneralisasi pada populasi, latar dan hal-hal lainnya dalam kondisi yang
mirip. Hal-hal yang menjadi sumber-sumber validitas eksternal ialah:
- Interaksi Testing
Efek-efek tiruan yang dibuat dengan menguji responden akan mengurangi
generalisasi pada situasi dimana tidak ada pengujian pada responden.
- Interaksi Seleksi
Efek dimana tipe-tipe responden yang mempengaruhi hasil-hasil studi dapat
membatasi generalitasnya.

12
- Interaksi Setting
Efek tiruan yang dibuat dengan menggunakan latar tertentu dalam penelitian
tidak dapat direplikasi dalam situasi-situasi lainnya.

Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi, dapat atau tidaknya hasil
penelitian digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi tempat sampel
tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif, instrumen penelitian valid
dan reliabel, cara mengumpulkan dan menganalisis data benar, penelitian akan
memiliki validitas eksternal yang tinggi.
(Sugiyono,2007)

c. Bagaimana judul penelitian yang tepat pada kasus?


Jawab :
Judul merupakan komponen yang pertama dibaca, karenanya harus dapat menarik
minat pembaca untuk membaca seluruh penelitian. Judul harus jelas, lugas dan
mewakili isi utama hasil penelitian. Judul hendaknya ringkas, tidak mengandung
singkatan kecuali singkatan yang baku dan mengandung 2 atau lebih variabel
penelitian. Judul umumnya terdiri dari 12 sampai 20 kata.

(Affudin, 2010)
Judul penelitian yang tepat pada kasus adalah Efektivitas Penggunaan Sarung
Tangan dan Perilaku Cuci Tangan terhadap Penyakit Kulit di Telapak Tangan
(Dermatitis Kontak Iritan) pada Pekerja di PT. Sawit Jaya.

d. Bagaimana latar belakang penelitian pada kasus ?


Jawab :
Dalam menyusun latar belakang hendaknya mencakup 4 hal yang lebih mudah
diikuti bila disusun dalam urutan sebagai berikut:
1. Pernyataan tentang masalah penelitian serta besaran masalah
2. Apa yang sudah diketahui (what is known)
3. Apa yang belum diketahui (what is not known knowledge gap)
4. Apa yang dapat diharap dari penelitian yang direncanakan untuk menutup
knowledge gap tersebut
(Sastroasmoro, 2014)

13
Sintesis :
Latar belakang
- Pengertian dermatitis kontak iritan
- Epidemiologi dan prevalensi dermatitis kontak iritan
- Penyebab atau faktor risiko terjadinya dermatitis kontak iritan
- Pencegahan DKI yaitu dengan memakai alat pelindung diri bagi yang bekerja
dengan bahan iritan
Pentingnya pencegahan DKI sehingga pada kasus ini akan dilakukan penelitian
dengan judul Efektivitas Penggunaan Sarung Tangan dan Perilaku Cuci Tangan
terhadap Penyakit Kulit di Telapak Tangan (Dermatitis Kontak Iritan) pada
Pekerja di PT. Sawit Jaya diharapkan pada hasil penelitian ini dapat
diterapkannya penggunaan sarung tangan dan perilaku cuci tangan pada pekerja
pertanian untuk menurunkan angka kejadian dermatitis kontak iritan.

e. Bagaimana rumusan masalah penelitian pada kasus ?


Jawab :
Bagaimana keefektifitasan penggunaan sarung tangan diikuti perilaku mencuci
tangan dibandingkan dengan hanya mencuci tangan saja dalam mengurangi
angka kejadian penyakit kulit pada pekerja PT. Sawit Jaya.
Identifikasi masalah pada umumnya merupakan ringkasan uraian dalam latar
belakang yang dibuat secara padat, tajam, dan spesifik. Dengan ringkasan ini
maka masalah penelitian menjadi jelas dan terlokalisasi, yang sekaligus menjadi
dasar bagi rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Rumusan masalah
penelitian ini mempunyai syarat sebagai berikut:
1. Rumusan masalah hendaknya disusun dalam kalimat tanya (interogatif);
rumusan dalam kalimat tanya sangat dianjurkan, karena lebih bersifat khas dan
tajam; karena itu rumusan masalah disebut pula sebagai pertanyaan penelitian
(Research question). Dengan rumusan dalam bentuk kalimat tanya, masalah
penelitian lebih terfokus, spesifik, dan tajam.
2. Substansi yang dimaksud hendaknya bersifat khas, tidak bermakna ganda.
Pertanyaan penelitian.
3. Bila terdapat banyak pertanyaan penelitian, maka tiap pertanyaan harus
diformulasikan terpisah, agar setiap pertanyaan dapat dijawab secara terpisah
pula.

14
(Sastroasmoro,2014)
Sintesis :
Penyakit kulit telapak tangan yang sering mucul pada pekebun sawit
Faktor risiko dari penyakit tersebut
Dampak penyakit tersebut
Upaya pencegahan terhadap penyakit tersebut
Keefektifitasan pencegahan terhadap kejadian penyakit kulit

f. Bagaimana manfaat penelitian pada kasus?


Jawab :
1. Informasi yang berguna bagi masyarakat
2. Memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan tambahan yang berguna bagi
para peneliti lain yang akan melakukan penelitian pengembangan
3. Mempermudah dalam pencapaian tujuan yang diharapkan
4. Sebagai media untuk perkembangan ilmu pengetahuan, melalui penelitian
yang dijalankan dapat ditemukan sesuatu yang baru ataupun penyempurnaan
pengetahuan yang telah ada
5. Dapat mengatasi atau menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi
6. Sebagai alat dalam pengambilan keputusan
7. Membantu untuk meningkatkan kemampuannya dalam menginterpretasikan
fenomena-fenomena yang terjadi didalam masyarakat dan sekitarnya, yang
bersifat kompleks dan saling berkait
8. Sebagai alat dalam pengambilan kesimpulan untuk pemecahan masalah
(Yusuf, 2014)
Sintesis :
Manfaat penelitian pada kasus ini adalah untuk mengetahui efektifitas
penggunaan sarung tangan diikuti mencuci tangan dalam mencegah terjadinya
penyakit kulit pada telapak tangan.

g. Bagaimana tujuan pada kasus ?


Jawab :
Tujuan penelitian terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
berisi maksud atau tujuan akhir penelitian yang dibuat dalam kalimat ringkas
tanpa perlu mencantumkan bagaimana mendapatkan dasar teori tersebut. Tujuan

15
khusus adalah uraian ringkas serta jelas tentang apa yang hendak dilakukan
secara observable (dapat teramati) dan measurable (dapat diukur).
( Hasmi, 2016)

Adapun tujuan penelitian yang tepat pada kasus ini adalah:


Tujuan Umum :
Mengetahui keefektifan penggunaan sarung tangai diikuti perilaku cuci tangan
dibandingkan dengan hanya mencuci tangan saja dalam mengurangi angka
kejadian penyakit kulit pada pekerja PT. Sawit Jaya.

h. Bagaimana cara menentukan hipotesis ?


Jawab :
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:
1. Hipotesis kerja atau alternatif, disingkat Ha.
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau
adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja:
a. Jika... maka...
b. Ada perbedaan antara... dan... dalam...
c. Ada pengaruh... terhadap...
2. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.
Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak
adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Dengan kata lain, selisih
variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol atau nihil.
Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai
dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan
statistik.
Rumusan hipotesis nol:
a. Tidak ada perbedaan antara... dengan... dalam...
b. Tidak ada pengaruh... terhadap...
Dalam pembuktian, hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi Ho, agar peneliti
tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruh
pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir
pengetesan hipotesis.
(Kunto,1997)

16
i. Apa saja macam-macam uji hipotesis ?
Jawab :
Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:
1. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variable
penyebab dan variabel akibat.
2. Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan
oleh penyebab itu.
3. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bias
menimbulkan akibat tersebut.
Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan
mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian.
(Kunto,1997)

j. Apa saja jenis-jenis variable?


Jawab :
1. Variable independent
Variable ini sering disebut sebagai Variabel Stimulus, Predictor, Antecedent,
Variabel Pengaruh, Variabel Perlakuan, Kausa, Treatment, Risiko, atau
Variable Bebas.
Dalam SEM (Structural Equation Modeling) atau Pemodelan Persamaan
Struktural, Variabel Independen disebut juga sebagai Variabel Eksogen.
Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel Dependen (terikat).
Dinamakan sebagai Variabel Bebas karena bebas dalam mempengaruhi
variabel lain.
2. Variable dependent
Sering disebut sebagai Variabel Out Put, Kriteria, Konsekuen, Variabel Efek,
Variabel Terpengaruh, Variabel Terikat atau Variabel Tergantung. Dalam SEM
(Structural Equation Modeling) atau Pemodelan Persamaan Struktural,
Variabel Independen disebut juga sebagai Variabel Indogen. Variabel Terikat

17
merupakan Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Disebut Variabel Terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh
variabel bebas/variabel independent.

3. Variable moderator
Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (Memperkuat dan
Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat.
4. Variabel Intervening
Variabel intervening adalah Variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat, tetapi Tidak Dapat
Diamati dan Diukur. Variabel ini merupakan variabel Penyela/Antara yang
terletak diantara Variabel Bebas dan Variabel Terikat, sehingga Variabel Bebas
tidak secara langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya Variabel
Terikat
5. Variabel Kontrol
Variable kontrol adalah Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi
oleh factor luar yang tidak diteliti. Variabel Kontrol sering dipakai oleh
peneliti dalam penelitian yang bersifat membandingkan, melalui penelitian
eksperimental.
(Pratiknya,2007)

k. Apa saja jenis-jenis desain penelitian ?


Jawab :
Desain Penelitian

Observasional Intervensional
1. Laporan kasus 1. Uji klinis
2. Seri kasus 2. Intervensi
3. Studi cross-sectional termasuk survai Pendidikan
4. Studi kasus-kontrol Perilaku
5. Studi kohort Kesehatan masyarakat
6. Meta-analisis

18
Jenis-jenis desain penelitian:
1) Observasional
a) Deskriptif
b) Analitik
- Cross-sectional (potong lintang)
- Case Control
- Cohort
2) Eksperimental
a) Quasi-eksperimental
b) True Eksperimental / RCT (Randomized Controlled Trial)
(Sastroasmoro, 2014)

1. Berdasarkan pada ruang lingkup penelitian

a. Penelitian klinis

b. Penelitian lapangan

c. Penelitian laboratorium

2. Berdasarkan pada waktu

a. Penelitian transversal (cross-sectional)

b. Penelitian longitudinal

3. Berdasarkan pada substansi

a. Penelitian dasar

b. Penelitian terapan

4. Berdasarkan pada ad atau tidaknya analisis antar variable

a. Penelitian deskriptif

b. Penelitian analitik

5. Desain khusus

a. Uji diagnostic

b. Analisis kesintasan

19
c. Meta-analisis

(Saryono. 2011)

l. Apa desain penelitian yang cocok dilakukan dokter Feri ?


Jawab :
Desain penelitian yang cocok pada kasus ini adalah Quasi Experimental Design,
merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan.
Desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya
untuk mengontrol variabelvariabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen. Walaupun demikian desain ini lebih baik dari pre-experimental
design. Quasi-experimental design, digunakan karena pada kenyataannya sulit
mendapatkan kelompok control yang digunakan untuk penelitian.
(Riyanto, 2011)

m. Bagaimana cara menentukan sample dan populasi pada penelitian?


Jawab :
Populasi dalam penelitian adalah sekelompok subyek dengan karakteristik
tertentu.
1. Populasi target adalah populasi yang merupakan sasaran akhir penerapan
hasil penelitian; sementara ahli menyebutnya ranah atau domain. Populasi
target bersifat umum yang pada penelitian klinis biasanya ditandai dengan
karakteristik demografis (misalnya kelompok usia, jenis kelamin) dan
karakteristik klini (misalnya sehat, OA). Contoh populasi target:
- Anak sehat
- Remaja pengguna narkoba
- Pasien usia subur
2. Populasi terjangkau disebut pula populasi sumber adalah bagian populasi
target yang dapat dijangkau oleh peneliti. Contoh: Pasien Morbus Hansen
yang berobat di RSMH pada tahun 2011. Dengan kata lain populasi
terjangkau adalah bagian populasi target yang dibatasi oleh tempat dan

20
waktu. Dari populasi terjangkau ini dipilih sampel, yang terdiri atas subyek
yang akan langsung diteliti
(Sastroasmoro, 2014)
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu
hingga dianggap mewakili populasinya :

1. Probability sampling
Prinsipnya adalah bahwa setiap subyek dalam populasi mempunyai kes
empatan yang sama untuk terpilih sebagai sampe penelitian.
Simple random sampling; kita hitung terlebih dahulu jumlah subyek
dalam populasi terjangkau yang akan dipilih subyeknya sebagai sampel
penelitian. Setiap subyek diberi nomor, dan dipilih sebagian dari
mereka
Systematic random sampling; ditentukan bahwa dari seluruh subyek
yang dapat dipilih, setiap subyek nomor ke-sekian dipilih sebagai
sampel.
Stratified random sampling; sample dipilih secara acak untuk setiap
strata, kemudian hasilnya dapat digabungkan menjadi satu sampel
yang terbebas dari variasi untuk setiap strata.
Cluster sampling; sampel dipilih secara acak pada kelompok individu
dalam populasi yang terjadi secara alamiah

(Sastroasmoro, 2014).

2. Non-probability sampling
Merupakan cara pemilihan sampel yang lebih praktis dan mudah dilakukan.
Consecutive sampling; semua subyek datang berurutan dan memenuhi
kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek
terpenuhi.
Convenient sampling; sampel diambil tanpa sistematika tertentu,
sehingga jarang dapat dianggap dapat mewakili populasi terjangkau.
Purposive sampling; peneliti memilih responden berdasarkan
pertimbangan subyektif dan praktis, bahwa responden tersebut dapat
memberikan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan
penelitian

21
(Sastroasmoro, 2014).

4. Bagaimana Nilai-Nilai Islam pada kasus ?


Jawab :

Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (QS. Ali-Imran: 190-191).

22
2.6 Kesimpulan
Desain penelitian yang cocok untuk membuktikan efektivitas penggunaan sarung tangan
diikuti mencuci tangan dalam mengurangi angka kejadian penyakit kulit telapak tangan
adalah quasi eksperimental.

2.7 Kerangka Konsep

Penyakit kulit akibat tidak


menggunakan sarung tangan

Studi pustaka

Metode penelitian quasi


eksperimental

Bukti ilmiah efektivitas penggunaan


sarung tangan untuk mengurangi angka
kejadian penyakit kulit telapak tangan

23
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad W. Pratiknya . 2007. Dasar Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan


Kesehatan. Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Al-quran

Afuddin dan Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Hasmi. 2016. Metode Penelitian Kesehatan. Jayapura: In Media

Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuhamedika.


Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Sastroasmoro, S., 2014. Dasar-dasar metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan


R&D). Bandung: Alfabeta.

Summamur.2007. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.Jakarta:UI

Suryana, 2010. Metodologi Penelitian: Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Universitas Pendidikan Indonesia. (Diakses 19 Mei 2017) Tersedia di:
http://file.upi.edu/

Tumbelaka, Alan. 2002. Sari pediatri: Evidence-based Medicine (EBM), Vol. 3, No. 4, Maret
2002: hal 247 248. (Diakses 19 Mei 2017) tersedia di: https://saripediatri.org/

Yusuf, M. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan.


Jakarta: Kencana.

24

Anda mungkin juga menyukai