Buku Obes 0215 PDF
Buku Obes 0215 PDF
Disusun oleh:
Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik
Ikatan Dokter Anak Indonesia
ISBN
Tim Penyusun
iii
Sambutan
Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
Badriul Hegar
Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI 2011-2014
v
Kata Pengantar
Angka kejadian overweight dan obesitas anak secara global meningkat dari
4,2% pada tahun 1990 menjadi 6,7% pada tahun 2010. Kecenderungan
ini diperkirakan akan mencapai 9,1 % atau 60 juta ditahun 2020. Di
Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, secara
nasional menunjukkan bahwa masalah overweight dan obesitas pada
anak umur 5 sampai 12 tahun berturut-turut sebesar 10,8% dan 8,8%,
sudah mendekati perkiraan angka dunia di tahun 2020. Peningkatan
obesitas tersebut di sertai dengan peningkatan ko-morbiditas yang
berpotensi menjadi penyakit degeneratif di kemudian hari misalnya
penyakit jantung koroner, hipertensi, DM Tipe 2, dll.
Untuk mewujudkan hal tersebut, UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI
berinisiatif untuk membuat Rekomendasi Diagnosis,Tata laksana serta
Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja agar terdapat persamaan
persepsi dalam pelaksanaannya.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan Rekomendasi ini. Kami menyadari bahwa
Rekomendasi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu diperlukan
masukan dari sejawat dokter spesialis anak yang mengamalkannya.
Akhir kata terima kasih pada PP IDAI atas dukungan moral dalam
penyelesaian Rekomendasi ini.
Tim Penyusun
vii
Daftar Isi
Tim Penyusun ............................................................................. iii
Sambutan ...................................................................................... v
Kata Pengantar ............................................................................. vii
Daftar isi ........................................................................................ ix
Pendahuluan ................................................................................. 1
Rekomendasi 1 ............................................................................ 4
Anamnesis ....................................................................... 4
Etiologi dan manifestasi klinis ...................................... 5
Pemeriksaan antropometris ......................................... 9
Deteksi dini komordibitas ............................................ 13
Rekomendasi 2 ............................................................................ 22
Pola makan yang benar ............................................ 22
Pola aktivitas yang benar ............................................ 24
Modifikasi perilaku ........................................................ 28
Rekomendasi 3 ............................................................................ 29
Rekomendasi 4 ............................................................................ 30
Farmakoterapi ................................................................ 30
Terapi bedah ................................................................... 31
Rekomendasi 5 ............................................................................ 33
Pencegahan primer ............................................ 33
Pencegahan sekunder ............................................ 35
Pencegahan tersier ............................................ 36
Kesimpulan ................................................................................. 37
Lampiran ................................................................................. 38
Kepustakaan ................................................................................. 48
ix
1. Pendahuluan
Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin
sering ditemukan di berbagai negara. Prevalensi overweight dan
obes pada anak di dunia meningkat dari 4,2% di tahun 1990
menjadi 6,7% di tahun 2010, dan diperkirakan akan mencapai
9,1% di tahun 2020.1 Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 20132 didapatkan prevalensi obesitas pada (1) anak
balita di tahun 2007, 2010, dan 2013 berdasarkan berat badan
menurut tinggi badan lebih dari Z score 2 menggunakan baku
antropometri anak balita WHO 2005 berturut-turut 12,2%,
14,0%, dan 11,9%, serta (2) anak berusia 5-12, 13-15, dan 16-18
tahun berturut-turut 8,8%, 2,5%, dan 1,6% berdasarkan indeks
massa tubuh menurut umur lebih dari Z score 2 menggunakan
baku antropometri WHO 2007 untuk anak berumur 5-18 tahun.
Beberapa penelitian mengenai prevalensi obesitas pada anak
dan remaja telah dilakukan di Jakarta, Bali, dan Semarang,
yaitu (1) Djer3 mendapatkan prevalensi anak obes di dua sekolah
dasar negeri di Jakarta Pusat 9,6% dari 488 anak, (2) Meilany4
mendapatkan prevalensi anak obes di tiga sekolah dasar swasta
di Jakarta Timur 27,5% dari 2292 anak, (3) Susanti5 mendapatkan
prevalensi obesitas pada anak sekolah dasar usia 10-12 tahun
di lima wilayah DKI Jakarta 15,3% dari 600 anak, (4) Adhianto
dkk.6 mendapatkan prevalensi obesitas 11% dari 552 anak
berusia 11-17 tahun di kota Denpasar dan Badung, (5) Dewi dkk.7
mendapatkan prevalensi obesitas 15% dari 241 anak berusia
6-10 tahun di dua sekolah dasar negeri di Bali, dan (6) Mexitalia
dkk.8 mendapatkan prevalensi obesitas 10,6% dari 1157 anak
usia 6-7 tahun di kota Semarang. Penelitian Multisenter 10 PPDSA
di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak
usia sekolah dasar rata-rata 12,3%.9
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
2
Penelitian tersebut dilakukan pada kurun waktu yang berbeda dan
menggunakan kriteria sindrom metabolik yang berbeda.
Berdasarkan data yang ditemukan pada Riskesdas 20132,
beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai prevalensi
anak dan remaja obes serta komorbiditas yang menyertai di
Indonesia3-9,12-24, dan kecenderungan anak obes menjadi dewasa
obes yang diperberat dengan kejadian obesitas pada orangtua25-28,
maka Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganggap perlu dibuat
rekomendasi diagnosis, tata laksana, dan pencegahan obesitas
pada anak dan remaja. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan dokter spesialis anak dalam mendeteksi, mengelola,
serta mencegah obesitas dan komorbiditas yang menyertainya.
Anamnesis
Anamnesis faktor risiko medis dan perilaku yang harus diperoleh
pada saat evaluasi anak dan remaja overweight atau obesitas
tercantum pada Tabel 1.29-31
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
4
Etiologi dan manifestasi klinis
Obesitas terjadi karena ketidak-seimbangan antara asupan
energi dengan keluaran energi (energy expenditures), sehingga
terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk
jaringan lemak. Kelebihan energi tersebut dapat disebabkan oleh
asupan energi yang tinggi atau keluaran energi yang rendah.32
Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan yang
berlebihan, sedangkan keluaran energi rendah disebabkan
oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktivitas fisis, dan efek
termogenesis makanan yang ditentukan oleh komposisi makanan.
Lemak memberikan efek termogenesis lebih rendah (3% dari total
energi yang dihasilkan lemak) dibandingkan karbohidrat (6-7%
dari total energi yang dihasilkan karbohidrat) dan protein (25%
dari total energi yang dihasilkan protein).33
Sebagian besar gangguan homeostasis energi ini disebabkan
oleh faktor idiopatik (obesitas primer atau nutrisional), sedangkan
faktor endogen (obesitas sekunder atau non-nutrisional, yang
disebabkan oleh kelainan hormonal, sindrom, atau defek genetik)
hanya mencakup kurang dari 10% kasus.34 Secara klinis obesitas
idiopatik dan endogen dapat dibedakan sebagaimana yang
tercantum pada Tabel 2, sedangkan pemeriksaan fisis serta
dampak dan gejala yang harus dicari pada anak dan remaja
dengan obesitas ditampilkan pada Tabel 3.
Prenatal
Early adiposity rebound, yaitu indeks massa tubuh (IMT) terendah yang terjadi lebih dini dan cepat
(<5 tahun)
Remaja
Riwayat tumbuh-kembang untuk mencari obesitas yang disebabkan faktor endogen, sebagai contoh:
Evaluasi kemungkinan kerusakan hipotalamus yang disebabkan tumor otak, iradiasi, atau trauma
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
Tanda dan gejala risiko kesehatan yang terkait obesitas pada anak seperti mengorok, sering terbangun pada
saat tidur di malam hari, menstruasi dini, nyeri panggul, dsb
Pola makan : kebiasaan makan (apakah menerapkan food rules), perilaku abnormal terkait makanan, dsb
Pola aktivitas fisis : frekuensi/minggu, durasi/hari, jenis (terstruktur/tidak terstruktur)
Riwayat obesitas di dalam keluarga untuk mencari faktor genetik sebagai penyebab obesitas
Riwayat risiko kesehatan yang terkait obesitas di dalam keluarga, seperti penyakit kardiovaskular dini (< 55
tahun), peningkatan kolesterol, hipertensi, atau diabetes melitus tipe-2
Riwayat kebiasaan hidup santai di dalam keluarga (sedentary life style)
Khusus
Delayed development Kelainan genetik
Perawakan pendek Hipertiroidisme, sindrom Cushing, sindrom Prader-Willi
Nyeri kepala Pseudotumor serebri
Kesulitan bernafas di malam hari Sleep apnea, obesity hyperventilation syndrome
Somnolen di siang hari
Nyeri perut Penyakit kandung empedu
Nyeri panggul atau lutut Slipped capital femoral epiphysis
Oligomenore atau amenore Polycystic ovary syndrome
Riwayat keluarga
Obesitas
NIDDM
Penyakit kardiovaskular
Hipertensi
Dislipidemia
Penyakit kandung empedu
Riwayat sosial/psikologis
Merokok
Depresi
(Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari Sjarif DR. Hot topics in pediatrics II. 200229, Sjarif DR. Nutrition Growth-Development. 200630,
7
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
Standar Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.31)
Tabel 2. Karakteristik dan etiologi obesitas
(Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari Williams CL, dkk. Ann N Y Acad Sci. 1997.32)
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
8
Pemeriksaan antropometris
Lemak tubuh yang berlebihan pada obesitas berhubungan
dengan peningkatan risiko kesehatan, khususnya faktor risiko
kardiovaskular. Indeks massa tubuh (IMT) dan pengukuran berat
badan terhadap tinggi badan merupakan metode yang berguna
untuk menilai lemak tubuh dan diukur dengan cara berat badan
(dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat dari tinggi badan (dalam
meter).10,35 Konsensus internasional untuk penentuan gizi lebih
adalah berdasarkan grafik indeks massa tubuh (grafik IMT)
berdasarkan usia dan jenis kelamin. Saat ini ada tiga klasifikasi
yang digunakan untuk anak dan remaja yaitu CDC 2000 (Center
for Disease Control and Prevention 2000), IOTF (International
Obesity Task Force), dan WHO 2006 (World Health Organization
2006).10,35,36 Berdasarkan hal tersebut dan untuk kepentingan klinis
praktis dalam menentukan klasifikasi mana yang dapat digunakan
sebagai uji tapis obesitas, maka data Riskesdas 2010 tersebut
dianalisis kembali dan selanjutnya diklasifikasi menggunakan
grafik IMT berdasarkan CDC 2000, IOTF, dan WHO 2006.37
10
Sistem Gejala Penjelasan
Umum
Kepala Wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap
Leher Leher relatif pendek
Dada Dada yang membusung dengan payudara membesar
Perut Perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat
Ekstremitas Tungkai umumnya berbentuk X
Genitalia Penis tampak kecil
Berat dan tinggi Anak < 2 tahun (IMT WHO 2006) : overweight (z score > +2)
badan, IMT
obesitas (z score > +3)
Anak 2-18 tahun (IMT CDC 2000) : overweight (BMI >P85 P95)
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
obesitas (BMI >P95)
Khusus
Antropometri Persentil BMI yang tinggi Overweight atau obesitas
Perawakan pendek Kondisi genetik atau endokrin yang mendasari
Tanda vital Peningkatan tekanan darah Hipertensi jika tekanan darah sistolik atau diastolik > P95 untuk
usia, jenis kelamin, dan tinggi badan pada 3 kali pemeriksaan
Kulit Akantosis nigrikans Sering ditemukan pada anak obes, yaitu kulit terlihat gelap
disebabkan peningkatan risiko resistensi insulin
Jerawat berlebihan, hirsutism Sindrom ovarium polikistik
Iritasi, inflamasi Konsekuensi dari obesitas berat
Striae violaceous Sindrom Cushing
Mata Papiledema, paralisis n. VI Pseudotumor serebri
kranialis
Tenggorokan Hipertrofi tonsil Obstructive sleep apnea
Leher Goiter Hipotiroidism
Dada Wheezing Asma, terkait dengan intoleransi latihan, sindrom hipoventilasi
obesitas
Abdomen Nyeri abdomen Gangguan refluks gastroesofagus, penyakit kandung empedu,
NAFLD*
Hepatomegali NAFLD*
Sistem reproduksi Stadium Tanner Timbulnya perkembangan seks sekunder < 9 tahun pada anak
laki-laki atau < 8 tahun pada anak perempuan
Mikropenis Penis dengan ukuran normal yang terpendam dalam lemak
suprapubik
Undescended testis Sindrom Prader-Willi
Ekstremitas Abnormal gait, gerakan pang- Slipped Capital Femoral Epiphysis
gul terbatas
Bowing of tibia Blount disease
Tangan dan kaki yang kecil, Beberapa sindrom genetik
polidaktili
Kondisi ini pada umumnya tidak bergejala; NAFLD: nonalcoholic fatty liver disease.
(Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari Barlow SE and The Expert Committee Pediatrics. 200710,dan Standar Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia.31)
11
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
Tabel 4. Perbandingan prevalensi gizi lebih dan obesitas pada balita Riskesdas
2010 berdasarkan grafik IMT CDC 2000, WHO 2006 dan IOTF
CDC, Center Disease for Control and Prevention; WHO, World Health organization; IOTF,
International Obesity Task Force.
(Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari Sjarif dan Pustika. PIT 2012.37)
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
12
grafik IMT CDC 2000 (Lampiran 1-2). Ambang batas yang
digunakan untuk overweight adalah di atas P85 P95, sedangkan
obesitas adalah lebih dari P95 grafik IMT CDC 2000.36
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
14
Pemeriksaan penunjang Level of
Evidence39
Polisomnografi IA
Pemeriksaan pencitraan adenoid
AHI (apnea hypopnea index) = 3,540
Konsul Respirologi
Konsul Respirologi
Kadar SGOT atau SGPT meningkat > 2 kali nilai normal IB
USG menunjukkan perubahan yang konsisten dengan
steatohepatitis nonalkoholik tetapi tidak dapat menunjukkan
derajat inflamasi atau fibrosis
Biopsi hati adalah gold standard untuk menegakkan diagnosis
Konsul Hepatologi
USG dapat menunjukkan kolelitiasis/kolesistitis IV
Konsul Hepatologi
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
16
Pemeriksaan penunjang Level of
Evidence39
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
18
Pemeriksaan penunjang Level of
Evidence39
Konsul Nefrologi
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
20
Pemeriksaan penunjang Level of
Evidence39
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
22
Sebagai alternatif pilihan jenis makanan dapat menggunakan the
traffic light diet dan satuan bahan makanan penukar (Lampiran
3-4). The traffic light diet64,65 terdiri dari green food yaitu makanan
rendah kalori (<20 kalori per porsi) dan lemak yang boleh
dikonsumsi bebas, yellow food artinya makanan rendah lemak
namun dengan kandungan kalori sedang yang boleh dimakan
namun terbatas, dan red food yaitu mengandung lemak dan kalori
tinggi agar tidak dimakan atau hanya sekali dalam seminggu.63,66
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan kalori
dengan metode food rules, yaitu:29
Kalori yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan normal.
Pengurangan kalori berkisar 200500 kalori sehari dengan
target penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. Penurunan
berat badan ditargetkan sampai mencapai kira-kira 20% di
atas berat badan ideal atau cukup dipertahankan agar tidak
bertambah karena pertumbuhan linier masih berlangsung
Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak
30%, dan protein cukup untuk tumbuh kembang normal
(15-20%). Bentuk dan jenis makanan harus dapat diterima
anak, serta tidak dipaksa mengonsumsi makanan yang tidak
disukai
Diet tinggi serat dapat membantu pengaturan berat badan
melalui jalur intrinsik, hormonal dan colonic. Ketiga mekanisme
tersebut selain menurunkan asupan makanan akibat efek serat
yang cepat mengenyangkan (meskipun kandungan energinya
rendah) serta mengurangi rasa lapar, juga meningkatkan
oksidasi lemak sehingga mengurangi jumlah lemak yang
disimpan. Pada anak di atas 2 tahun dianjurkan pemberian
serat dengan rumus (umur dalam tahun + 5) g per hari.
(Lampiran 5.)
Pola aktivitas yang benar pada anak dan remaja obes dilakukan
dengan melakukan latihan dan meningkatkan aktivitas harian
karena aktivitas fisis berpengaruh terhadap penggunaan energi.67,68
Peningkatan aktivitas pada anak gemuk dapat menurunkan
napsu makan dan meningkatkan laju metabolisme. Latihan
aerobik teratur yang dikombinasikan dengan pengurangan energi
akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih besar
dibandingkan hanya dengan diet saja.
Ilyas EI69 menyatakan bahwa latihan fisis yang diberikan pada
anak disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik,
kemampuan fisis, dan umurnya. Pada anak berusia 6-12 tahun
atau usia sekolah lebih tepat untuk memulai latihan fisis dengan
keterampilan otot seperti bersepeda, berenang, menari, karate,
senam, sepak bola, dan basket, sedangkan anak di atas usia 10
tahun lebih menyukai olahraga dalam bentuk kelompok. Aktivitas
sehari-hari dioptimalkan seperti berjalan kaki atau bersepeda ke
sekolah, menempati kamar tingkat agar naik dan turun tangga,
mengurangi lama menonton televisi atau bermain games
komputer, dan menganjurkan bermain di luar rumah.10
Penelitian di Semarang70 yang melakukan intervensi konseling
diet National Cholesterol Education Program (NCEP) step II dan
olahraga intensitas sedang sampai vigorous seperti lari 20 menit
ditambah bulu tangkis, senam, lempar tangkap bola, lari ABC
dengan frekuensi 3 kali seminggu dan durasi 40 menit/sesi selama
12 minggu pada remaja usia 12-14 tahun dapat menurunkan
berat badan sebesar 2,5 kg. Diet NCEP step II yang dianjurkan
di dalam penelitian tersebut terdiri dari lemak 30% total kalori,
asam lemak jenuh < 7% total kalori, dan kolesterol < 200 mg/
hari. Intervensi yang hampir sama dalam jangka waktu 8 minggu
berupa konseling diet NCEP step II dengan target 1700 kalori/hari
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
24
dan olahraga intensitas sedang sampai vigorous seperti lari dan
senam dengan frekuensi 3 kali seminggu dan durasi 45 menit/
sesi pada anak usia 9-10 tahun dapat menurunkan berat badan
sebesar 0,9 kg.71
26
anak dan remaja
Aerobik Rekreasi aktif, seperti Rekreasi aktif, seperti bermain kano, mendaki, ski,
dengan mendaki, bermain bermain skateboard atau sepatu roda
intensitas skateboard atau sepatu roda Jalan cepat
sedang Bersepeda
Melakukan pekerjaan rumah atau halaman, seperti
menyapu atau mendorong mesin pemotong rumput
Bermain dengan gerakan melempar dan menangkap,
seperti baseball, softball, bola basket, dan bola voli
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
Aerobik Bermain aktif, seperti berlari Bermain aktif berlari dan mengejar, seperti sepak bola
dengan dan mengejar Bersepeda
intensitas Bersepeda Melompat tali
bugar Melompat tali Bela diri, seperti karate
Bela diri, seperti karate Berlari
Berlari Olahraga, seperti tenis, hoki es atau lapangan, bola
Olahraga, seperti hoki es basket, berenang
atau lapangan, bola basket, Menari
berenang, tenis, atau senam Aerobik
Cheerleading atau senam
Penguatan Bermain tarik tambang Bermain tarik tambang
otot Push-up dimodifikasi Push-up
(dengan lutut di lantai) Olahraga resistans menggunakan exercise band, alat
Olahraga resistans beban, beban pada tangan
menggunakan berat badan Panjat tebing
atau resistance band Sit-up
Memanjat tali atau pohon Cheerleading atau senam
Sit-up
Berayun pada peralatan
bermain atau palang
Senam
Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari Center for Disease Control and Prevention. www.cdc.gov.73, U.S. Department of Health & Human
Services. www.health.gov.74)
27
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
Penelitian intervensi selama 28 hari yang meliputi kombinasi
konsumsi diet NCEP step II setiap hari dan latihan fisis yang
diberikan 3 kali seminggu menyebabkan rerata penurunan berat
berat badan sebesar 3 kg pada anak usia 10-19 tahun. Latihan
fisis yang diberikan mengacu pada latihan fisis yang dianjurkan
oleh CDC, berdurasi 60 menit/sesi, dan disupervisi oleh pelatih.53
Strategi yang digunakan untuk meningkatkan latihan fisis pada
anak dan remaja adalah dengan mengurangi aktivitas yang kurang
gerak (santai) seperti menonton televisi, bermain komputer atau
video game 2 jam/hari dan tidak meletakkan televisi di dalam
kamar tidur anak. Menonton televisi dapat menggantikan aktivitas
fisis dan bermain, serta berhubungan dengan peningkatan asupan
energi dan makanan karena anak menjadi sering mengonsumsi
camilan saat menonton atau dampak iklan di televisi.10,35
C. Modifikasi perilaku
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
28
c. Mengubah perilaku makan, misalnya belajar mengontrol
porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi, serta mengurangi
makanan camilan
d. Penghargaan, yaitu orangtua dianjurkan untuk memberikan
dorongan, pujian terhadap keberhasilan atau perilaku sehat
yang diperlihatkan anaknya, misalnya makan makanan menu
baru yang sesuai dengan program gizi yang diberikan, berat
badan turun, dan mau melakukan olahraga
e. Pengendalian diri, misalnya dapat mengatasi masalah apabila
menghadapi rencana bepergian atau pertemuan sosial yang
memberikan risiko untuk makan terlalu banyak, yaitu dengan
memilih makanan yang berkalori rendah atau mengimbanginya
dengan melakukan latihan tambahan untuk membakar energi
Rekomendasi 3
Orangtua, anggota keluarga, teman, dan guru harus dilibatkan
dalam tata laksana obesitas
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
30
Sibutramin berfungsi menimbulkan rasa kenyang dan
meningkatkan pengeluaran energi dengan menghambat
ambilan ulang (reuptake) noraderenalin dan serotonin.
Penggunaan obat tersebut diijinkan oleh U.S. Food and
Drug Administration pada remaja yang berusia 16
tahun.10,79 Sebagian besar studi, review, dan penelitian yang
menggunakan sibutramin pada remaja dan anak menunjukkan
manfaat jangka pendek yang terbatas.80 Efek penggunaan
sibutramin jangka panjang tidak dipelajari karena efek samping
obat yang berat, yaitu infark miokard dan stroke pada dewasa
sehingga obat tersebut ditarik dari pasaran di Amerika Serikat
dan Eropa.
Metformin merupakan obat yang digunakan pada diabetes
melitus tipe-2 tetapi sering disalahgunakan sebagai
farmakoterapi untuk obesitas. Review sistematik mengenai
penggunaan metformin untuk obesitas pada anak dan remaja
memperoleh hasil penggunaan metformin jangka pendek
memberikan efek penurunan IMT dan resistensi insulin pada
anak dan remaja obes dengan hiperinsulinemia81, tetapi belum
cukup bukti untuk menyatakan bahwa obat tersebut dapat
berperan dalam tata laksana overweight atau obesitas tanpa
hiperinsulinemia.82
Terapi bedah
Prinsip terapi bedah pada obesitas (bedah bariatrik) adalah (1)
mengurangi asupan makanan (restriksi) atau memperlambat
pengosongan lambung dengan cara gastric banding dan
vertical-banded gastroplasty, dan (2) mengurangi absorbsi
makanan dengan cara membuat gastric bypass dari lambung
ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini belum cukup
banyak diteliti manfaat serta bahaya pembedahan jika
diterapkan pada anak.77
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
32
Rekomendasi 5
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
34
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan mendeteksi early
adiposity rebound. Anak mengalami peningkatan IMT pada tahun
pertama kehidupan. Indeks massa tubuh menurun setelah usia
9-12 bulan dan mencapai nilai terendah pada usia 5-6 tahun,
dan selanjutnya meningkat kembali pada masa remaja dan
dewasa. Nilai IMT paling rendah adalah disebut sebagai adiposity
rebound. Waktu terjadinya adiposity rebound merupakan periode
kritis untuk perkembangan obesitas pada masa anak. Adiposity
rebound yang terjadi lebih dini dan cepat (<5 tahun) berhubungan
dengan peningkatan risiko obesitas dan sindrom metabolik di
kemudian hari dijelaskan dalam Gambar
ADIPOSITY REBOUND1.87-89
22
95
21
20
BMI (Body Mass Index, kg/m2)
90
19
85
18 75
17 4.2
50
16
15 25
2.0 10
14
5
13
12
2 3 4 5 6 7 8 9
AGE (years)
Gambar 1. Adiposity rebound
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
36
Kesimpulan
Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia pada anak dan
remaja yang semakin sering ditemukan di berbagai negara. Ikatan
Dokter Anak Indonesia mengeluarkan rekomendasi diagnosis dan
tata laksana obesitas pada anak dan remaja, yaitu:
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
38
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
39
Lampiran 2. Grafik indeks massa tubuh (IMT) anak laki-laki
dan perempuan usia 2-20 tahun
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
40
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
41
42
LAMPIRAN 3. The traffic light diet
Definisi Makanan yang boleh dimakan Makanan yang boleh dikonsumsi Makanan yang boleh dimakan
setiap hari dalam porsi kecil, tetapi tidak 1x/minggu
dianjurkan untuk dikonsumsi setiap
hari
Komposisi Makanan yang mengandung Makanan yang mengandung Makanan yang mengandung rendah
tinggi vitamin, mineral dan serat, vitamin, mineral, energi, lemak vitamin dan mineral, tetapi tinggi
tetapi rendah energi, lemak jenuh, jenuh, gula, dan garam dalam energi, lemak jenuh, gula, dan garam
gula, dan garam jumlah sedang
Jenis kelompok Buah-buahan dan sayur- Daging olahan rendah lemak dan Makanan yang digoreng dan
makanan sayuran garam kentang olahan
Daging tanpa lemak dan ikan Roti dan sereal olahan Daging olahan yang mengandung
Kacang-kacangan, biji-bijian, Produk susu tinggi lemak tinggi lemak
Lampiran 3. The Traffic Light Diet
buncis, dan lentil Kue dan biskuit rendah Makanan penutup yang berbahan
Roti gandum, sereal, beras, dan lemak/gula dasar susu
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
pasta Susu dan jus buah rendah lemak Kue manis dan biskuit
Produk susu rendah lemak tanpa tambahan gula Coklat dan minuman manis
Air dan susu
Contoh Yoghurt rendah lemak, sandwich Daging babi, sereal olahan, roti, Kentang goreng, sosis, salami, pie,
gandum, bubur, kacang keju, pancakes, atau biskuit manis hot dogs, nuget ayam, keripik
panggang, jus buah kalengan, kentang, makanan manis seperti kue
ikan tuna kalengan, buah dan coklat, muffins, donat, soft drink
sayuran segar atau beku, daging
sapi, daging babi atau domba
tanpa lemak, ayam tanpa kulit
(Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari www.thelunchboxclub.co.nz. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2014)
Lampiran 4. Satuan bahan makanan penukar
Kandungan Serat
Bahan Makanan URT Gram
& Kalium
Anggur 15 buah sedang 125 S++, K+
Apel Merah 1 buah kecil 85
Apel Malang 1 buah sedang 75 S+
Arbei 6 buah sedang 135 K+
Belimbing 1 buah besar 149 S++, K+
Blewah 1 potong sedang 70 S+
Cempedak 7 biji sedang 45 S++
Duku 9 buah sedang 80 K+
Durian 2 biji besar 35
Jambu Air 2 buah besar 110 S+
Jambu Biji 1 buah besar 100 K+
Jambu Bol 1 buah kecil 90 S+
Jambu Monyet 1 buah besar 80
Jeruk Bali 1 potong 105 S+, K+
Jeruk Garut 1 buah sedang 115 S+, K+
Jeruk Manis 2 buah sedang 110 K+
Jeruk Nipis 1 gelas 135 K+
Kedondong 2 buah sedang 120 S++
Kemang 1 buah besar 105
Kesemek buah 65 S+
Kolang-kaling 5 biji sedang 25 S++
Kurma 3 buah 15
Kiwi 1 buah 110 S+
Lontar 16 buah 185 S++
Lychee 10 buah 75
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
46
Satu satuan penukar mengandung 50 kalori, 12 g karbohidrat
Kandungan Serat
Bahan Makanan URT Gram
& Kalium
Mangga buah besar 90
Manggis 2 buah sedang 80 S++
Markisa buah sedang 35 S++
Melon 1 potong besar 190 S+
Menteng 4 buah sedang 75
Nangka Masak 3 biji sedang 45 S++
Nenas buah sedang 95
Pala (daging) 4 buah sedang 120 S++
Peach 1 buah kecil 115 S++
Pear buah sedang 85 S++
Pepaya 1 potong besar 110 S+, K+
Pisang Ambon 1 buah kecil 50 K+
Pisang Kepok 1 buah 45 K+
Pisang Mas 2 buah 40 S+, K+
Pisang Raja Sereh 2 buah kecil 40 K+
Plum 2 buah 140 S+
Rambutan 8 buah 75
Salak 2 buah sedang 65 S+
Sawo 1 buah sedang 55
Semangka 2 potong sedang 180
Sirsak gelas 60 S+
Srikaya 2 buah besar 50 S+
Strawberry 4 buah besar 215 S++
3. Djer MM. Prevalensi obesitas pada anak usia sekolah dasar di SD Kenari 7 dan 8
Jakarta dan faktor-faktor yang memengaruhi. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia;
1998.
4. Meilany TA. Profil klinis, laboratoris serta sikap dan perilaku murid sekolah dasar
dengan obesitas. Studi kasus di SD Tarakanita 5, SDI Al Azhar Rawamangun dan SDI
Al Azhar Kelapa Gading Jakarta. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia; 2001.
5. Susanti TE. Prevalens dan faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar usia 10-12
tahun di lima wilayah DKI Jakarta. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia; 2007.
7. Dewi MR, Sidiartha IGL. Prevalensi dan faktor risiko obesitas anak sekolah dasar di
daerah urban dan rural. Medicina. 2013;44:15-21.
8. Mexitalia M, Faizah Z, Hardian, Susanto JC. Hubungan pola makan dan aktivitas fisik
pada anak dengan obesitas usia 6-7 tahun di Semarang. M Med Indones. 2005;40:62-
70.
10. Barlow SE and the Expert Committee. Expert committee recommendations regarding
the prevention, assessment, and treatment of child and adolescent overweight and
obesity: summary report. Pediatrics. 2007;120:S164-92.
11. Benson L, Baer HJ, Kaelber DC. Trends in the diagnosis of overweight and obesity in
children and adolescents: 1999-2007. Pediatrics. 2009;123:e153-8.
12. Pribadi A, Subardja D, Rustama DS, Fadil RMR. Relationship between the degree of
obesity and oral glucose tolerance in primary obese adolescents. Paediatr Indones.
2002;42:249-53.
13. Tangkilisan AH, Akune K. Some factors related to lipid profile in obese children at
junior high schools in Manado. Paediatr Indones. 2007;47:166-71.
14. Martuti S, Lestari ED, Soebagyo B. Prediktor penyakit kardiovaskular pada anak obes
usia sekolah dasar di Kotamadya Surakarta. Sari Pediatri 2008;10:18-23.
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
48
15. Himah R, Prawirohartono EP, Julia M. Association between obesity and lipid profile in
children 10-12 years of age. Paediatr Indones. 2008;48:257-60.
16. Siregar FZ, Panggabean G, Daulay RM, Lubis HM. Comparison of peak expiratory
flow rate (PEFR) before and after physical exercise in obese and non-obese children.
Paediatr Indones. 2009;49:20-4.
17. Harahap DF, Sjarif DR, Soedjatmiko, Widodo DP, Tedjasaputra MS. Identification of
emotional and behavior problems in obese children using Child Behavior Checklist
(CBCL) and 17-items Pediatric Symptom Checklist (PSC-17). Paediatr Indones.
2010;50:42-8.
18. Lestari ED, Hidayah D, Karini SM. Social maturity among obese children in Surakarta,
Indonesia. Paediatr Indones. 2006;46:174-178.
19. Hendarto A, Sastroasmoro S, Sjarif DR, Wijaya A. Hubungan antara leptin, adiponektin,
tumor necrosis factor-, C-reactive protein, asupan karbohidrat dan lemak terhadap
resistensi insulin pada anak lelaki superobese usia 5-9 tahun. Disertasi. Jakarta:
Universitas Indonesia; 2009.
21. Febrianti Z, Oenzil F, Arbi F, Lubis G. Soluble transferrin receptor levels in obese and
non obese adolescents. Paediatr Indones. 2014;54:77-81.
23. Gultom LC, Sjarif DR, Ifran EKB, Trihono PP, Batubara JRL. Metabolic syndrome and
visceral fat thickness in obese adolescents. Paediatr Indones. 2007;47:124-9.
24. Malonda AA, Tangklilisan HA. Comparison of metabolic syndrome criteria in obese
and overweight children. Paediatr Indones. 2010;50:295-9.
25. Hill JO, Trowbridge FL. Childhood obesity: future directions and research priorities.
Pediatrics. 1998;101:570-4.
27. Dietz WH. Health consequences of obesity in youth: childhood predictors of adult
disease. Pediatrics. 1998;101:518-25.
28. Whitaker RC, Wright JA, Pepe MS, Seidel KD, Dietz WH. Predicting obesity in young
adulthood from childhood and parental obesity. N Engl J Med. 1997;337:869-73.
29. Sjarif DR. Obesitas pada anak dan permasalahannya. Dalam: Trihono PP, Pujiarto
PS, Sjarif DR, Hegar B, Gunardi H, Oswari H, Kadim M, penyunting. Naskah lengkap
PKB-IKA XLV. Hot topics in pediatrics II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002.h.219-34.
32. Rosenbaum M, Leibel RL. The physiology of body weight regulation: relevance to the
etiology of obesity in children. Pediatric. 1998:101:523-39.
35. Krebs NF, Himes JH, Jacobson D, Nicklas TA, Guilday P, Styne D. Assessment of
child and adolescent overweight and obesity. Pediatrics. 2007;120:S193-228.
36. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Asuhan Nutrisi Pediatrik. UKK Nutrisi
dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011.
37. Sjarif DR, Pustika E. Stunting pada anak Indonesia usia 0-18 tahun. Perbandingan
antara kurva CDC 2000 dan WHO 2006 (Abstrak). Dipresentasikan pada PIT 2012,
Bandung.
38. Wang Y, Chen HJ. Use of percentiles and Z-scores in anthropometry. Dalam: Preedy
VR, penyunting. Handbook of Anthropometry: Physical Measures of Human Form in
Health and Disease. New York: Spinger Science+Business Media, LLC 2012.h.29-48.
39. Oxford Center for Evidence-based Medicine. Levels of Evidence (March 2009).
Diunduh dari www.cebm.net. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.
41. Marcus CL, Brooks LJ, Draper KA, Gozal D, Halbower AC, Jones J, dkk. Diagnosis
and management of childhood obstructive sleep apnea syndrome. Pediatrics.
2012;130:576-84.
42. Macavei VM, Spurling KJ, Loft J, Makker HK. Diagnostic predictors of obesity-
hypoventilation syndrome in patients suspected of having sleep disordered breathing.
J Clin Sleep Med. 2013;9:879-84.
43. Boyraz M, Hatipolu, Sari E, Akay A, Takin N, Ulucan K. Non-alcoholic fatty liver
disease in obese children and the relationship between metabolic syndrome criteria.
Obes Res Clin Pract. 2014;8:e356-63.
44. Chalasani N, Younossi Z, Lavine JE, Diehl AM, Brunt EM, Cusi K, dkk. The
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
50
diagnosis and management of non-alcoholic fatty liver disease: Practice guideline
by the American Association for the Study of Liver Diseases, American College of
Gastroenterology, and the American Gastroenterological Association. Hepatology.
2012;55:2005-23.
45. de A. Nunes MM, Medeiros CCM, Silva LR. Cholelitiasis in obese adolescents treated
at an outpatient clinic. J Pediatr (Rio J). 2014;90:203-8.
46. Brufani C, Ciampalini P, Grossi A, Fiori R, Fintini D, Tozzi A, dkk. Glucose tolerance
status in 510 children and adolescents attending an obesity clinic in Central Italy.
Pediatr Diabetes 2010; 11:47-54.
48. Bremer AA. Polycystic ovary syndrome in the pediatric population. Metabolic
Syndrome and Related Disorders. 2010;8:375-94.
49. Ramzan M, Ali I, Ramzan F, Ramzan F, Ramzan MH. Prevalence of sub clinical
hypothyroidism in school children (6-11 years) of Dera Ismail Khan. J Postgrad Med
Inst. 2012;26:22-8.
51. Degnan AJ, Levy LM. Pseudotumor cerebri: Brief review of clinical syndrome and
imaging findings. Am J Neuroradiol. 2011;32:1986-93.
53. Gultom LC, Sjarif DR, Sudoyo HA, Mansyur M, Hadinegoro SRS, Immanuel S, dkk.
Peran polimorfisme apolipoprotein E pada remaja obes dengan dislipidemia yang
mendapat intervensi latihan fisis dan diet National Cholesterol Education Program
Step II. Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia; 2014.
55. Nemiary D, Shim R, Mattox G, Holden K. The relationship berween obesity and
depression among adolescents. Psychiat Ann. 2012;42:305-8.
57. Peck D. Slipped Capital Femoral Epiphysis: Diagnosis and Management. Am Fam
Physician. 2010;82:258-62.
62. Bernard-Bonnin AC. Feeding problems of infants and toddlers. Can Fam Physician.
2006;52:1247-51.
63. Sjarif DR. Obesitas anak dan remaja. Dalam: Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar
SS, penyunting. Buku Ajar Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI; 2011.h.230-44.
64. Weaver KA, Piatek A. Childhood obesity. Dalam: Samour PQ, Helm KK, Lang CE,
penyunting. Handbook of pediatric nutrition. Edisi ke-2. Maryland: Aspen Publishers
Inc; 1999.h.173-89.
65. Neumann CG, Jenks BH. Obesity. Dalam: Levine MD, Carey WB, Crocker AC,
penyunting. Developmental-behavioral pediatrics. Edisi ke-2. Tokyo: WB Sanders
Co; 1992.h.354-63.
66. Pereira MA, Ludwig DS. Dietary fiber and body-weight regulation. Observations and
mechanisms. Pediatr Clin North Am. 2001;48:969-80.
67. Dietz WH, Bandini LG, Morelli JA, Ching PL. Effect of sedentary activity on resting
metabolic rate. Am J Clin Nutr. 1994;59:556-9.
68. Linder MC. Energy metabolism, intake, and expenditure. Dalam: Linder MC,
penyunting. Nutritional biochemistry and metabolism with clinical applications. Edisi
ke-2. London: Prentice-Hall International Inc; 1991.h.277-304.
69. Ilyas El. Aspek kebugaran pada obesitas anak. Dalam: Samsudin, Nasar SS, Sjarif
DR, penyunting. Naskah lengkap PKB-IKA XXXV. Masalah gizi gandan dan tumbuh
kembang anak. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 1995.h.89-102.
70. Adiwinanto W, Soetadji A, Mexitalia M. Pengaruh olah raga terhadap indeks massa
tubuh dan tingkat kesegaran jasmani pada remaja obesitas. Tesis. Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2007.
71. Anam MS, Mexitalia M, Widjanarko B, Pramono A, Susanto H, Subagio HW. Pengaruh
intervensi diet dan olah raga terhadap IMT, lemak, dan kesegaran jasmani anak obes.
Sari Pediatri. 2010;12:36-41.
72. Council on Sports Medicine and Fitness and Council on School Helath. Pediatrics.
2006;117:1247-51.
73. Center for Disease Control and Prevention. Physical activity for everyone. Diunduh
dari www.cdc.gov. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
52
74. U.S. Department of Health & Human Services. Active children and adolescents.
Physical activity guidelines for americans. Diunduh dari www.health.gov. Diakses
pada tanggal 8 Agustus 2014.
75. Wing RR, Greeno CG. Behavioural and psychosocial aspects of obesity and its
treatment. Baillieres Clin Endocrinol Metab. 1994;8:689-703.
76. Beguin Y, Grek V, Weber G, Sautois B, Paquot N, Pereira M, dkk. Acute functional
iron deficiency in obese subject during a very-low-energy all-protein diet. Am J Clin
Nutr. 1997;66:75-9.
77. Yanovski JA. Intensive therapies for pediatric obesity. Pediatr Clin North Am.
2001;48:1041-53.
78. Dunican KC, Desilets AR, Montalbano JK. Pharmacotherapeutic options for
overweight adolescents. Ann Pharmacother. 2007;41:1445-55.
79. Spear BA, Barlow SE, Ervin C, Ludwig DS, Saelens BE, Schetzina KE, dkk.
Recommendations for treatment of child and adolescent overweight and obesity.
Pediatrics. 2007;120:S254-88.
81. Park MH, Kinra S, Ward KJ, White B, Viner RM. Metformin for obesity in children and
adolescents: A Systematic Review. Diabetes Care. 2009;32:1743-5.
82. Brufani C, Crin A, Fintini D, Patera PI, Cappa M, Manco M. Systematic review of
metformin use in obese nondiabetic children and adolescents. Horm Res Paediatr.
2013;80:78-85.
83. Inge TH, Krebs NF, Garcia VF, Skelton JA, Guice KS, Strauss RS, dkk. Bariatric
surgery for severely overweight adolescents: concerns and recommendations.
Pediatrics. 2004;114:217-23.
84. Treadwell JR, Sun F, Schoelles K. Systematic review and meta-analysis of bariatric
surgery for pediatric obesity. Ann Surg. 2008;248:763-76.
85. Schmitz MK, Jeffrey RW. Public health intervention for the prevention and treatment
of obesity. Med Clin North Am. 2000;84:491-512.
86. American Academy of Pediatrics. Policy Statement. Children, adolescents, and the
media. Pediatrics. 2013;132:958-61.
89. Gill TP. Key issues in the prevention of obesity. Br Med Bull. 1997;53:359-88.