Anda di halaman 1dari 24

KENAKALAN REMAJA DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja merupakan gejala umum, khususnya terjadi di kota-kota besar yang
kehidupannya diwarnai dengan adanya persaingan-persaingan dalam memenuhi kebutuhan
hidup, baik yang dilakukan secara sehat maupun secara tidak sehat.

Persaingan-persaingan tersebut terjadi dalam segala aspek kehidupan khususnya kesempatan


memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Betapa kompleksnya kehidupan tersebut memungkinkan
terjadinya kenakalan remaja.

Penyebab kenakalan remaja sangatlah kompleks, baik yang berasal dari dalam diri remaja
tersebut, maupun penyebab yang berasal dari lingkungan, lebih-lebih dalam era globalisasi ini
pengaruh lingkungan akan lebih terasa. Pemahaman terhadap penyebab kenakalan remaja
mempermudah upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Upaya-upaya tersebut
dapat bersifat preventif, represif, dan kuratif.

Tanggung jawab terhadap kenakalan remaja terletak pada orangtua, sekolah, dan masyarakat,
khususnya para pendidik baik yang ada di keluarga (orangtua), sekolah (guru-guru dan para guru
pembimbing) maupun para pendidik di masyarakat, yakni para pemuka agama dan tokoh-tokoh
masyarakat.

Adapun macam macam kenakalan remaja yang sering terjadi diantaranya adalah :

1. Tawuran antar pelajar

Tawuran antar pelajar adalah perbuatan yang sangat bodoh, karena dapat merusak
fasilitas umum dan fasilitas yg terdapat di sekolah.

Tawuran juga dapat merusak masa depan, karena jika tertangkap polisi nama
mereka yang tertangkap akan tercemar.

2. Mencoret coret dinding sekolah

Mencoret coret secara ilegal adalah perbuatan yang tidak baik, karena dapat membuat kotor
sekitar lingkungan.

Tetapi jika kita melakukannya dengan baik, coretan coretan itu dapat manjadi karya karya
seni yang baik, dan juga dapat manghasilkan mata pancaharian yang baik .

3. Mencuri
Mancuri juga dapat merusak nama baik kita, karena jika kita ketahuan mencuri, kita akan merasa
sangat malu, dan kita juga akan di jauhi oleh orang orang yang dekat dengan kita, karena orang
itu sudah tidak percaya lagi dengan kita.

4. Bolos

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi mengatakan kebiasaan anak
menghabiskan waktu luang atau membolos saat jam sekolah salah satunya disebabkan karena
pelajaran atau kegiatan di sekolah tidak menarik.

Kalau diperhatikan, anak-anak akan berteriak bahagia ketika mendengar bel istirahat atau bel
pulang sekolah, ungkap Kak Seto, beberapa waktu lalu di Jakarta.

Lebih lanjut Kak Seto mengatakan, para akedimisi seharusnya lebih memperhatikan kegiatan
yang menarik di sekolah sehingga perhatian anak akan fokus pada kegiatan positif di sekolah.

Dia menunjuk, sekolah negeri dan perangkatna yang masih kurang maksimal dalam mengajar
kreatif. Bahkan Kak Seto menegaskan, belajar bukanlah kewajiban melainkan hak anak.

Banyak guru yang tidak melihat proses kreativitas anak. Padahal tipe kecerdasan dan gaya
belajar anak yang satu dengan yang lainnya berbeda, tapi semuanya disama ratakan. Ini yang
membuat anak tidak betah ada di ruang kelas, paparnya.

5. Merusak fasilitas sekolah

Merusak fasilitas sekolah akan merugikan diri saendiri dan orang lain, karena kita tidak bisa
memakai atau manggunakan fasilitas fasilitas tersebut.

https://thinkquantum.wordpress.com/2009/11/04/kenakalan-remaja-dalam-lingkungan-sekolah/

BAB I
LATAR BELAKANG

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai
peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat
berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan
ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa
disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya
mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah/kelas. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk
memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku
sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Menurut Wikipedia (1993)
bahwa disiplin sekolah refers to students complying with a code of behavior often known as the school
rules. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar
berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja. Pengertian
disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi
dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode
pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan
kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A.
Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya Dangerous School (1999).
Masa remaja sebagai masa penuh kegoncangan, taraf mencari identitas diri dan merupakan
periode yang paling berat (Hurlock, 1993). Calon (1953) dalam Monks (2002) mengatakan masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memiliki status
dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak, karena secara fisik mereka sudah seperti orang
dewasa. Perkembangan fisik dan psikis menimbulkan kebingungan dikalangan remaja sehingga masa ini
disebut oleh orang barat sebagai periode sturm und drung dan akan membawah akibat yang tidak
sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, serta kepribadian remaja (Monsk, 2002).
Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengatasi berbagai masalah
pengelolaan kelas, khususnya dalam hal menciptakan dan mempertahankan kedisiplinan selama
pembelajaran dengan menggunakan sepuluh pendekatan pengelolaan kelas. Salah satu pendekatan
pengelolaan kelas yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah disiplin kelas adalah pendekatan
analitik pluralistik, dengan menggabungkan pendekatan pengelolaan kelas yang potensial untuk
mengatasi masalah kedisiplinan yang terjadi selama pembelajaran. Berdasarkan wawancara dan
observasi kelas V SD Negeri Ngaliyan 02 tanggal 01 Desember 2012, dapat ditemukan bahwa terdapat
siswa-siswi yang berperilaku menyimpang seperti tidak berseragam lengkap, membolos dan melanggar
disiplin kelas.

BAB II
KAJIAN TEORI

Ada beberapa pengertian tentang perilaku kenakalan, M. Gold dan J. Petronio dalam (Sarwono,
2001) mengartikan kenakalan remaja sebagai tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja
melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatan itu sempat diketahui
oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman. Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos RI No.
23/HUK/1996) menyebutkan anak nakal adalah anak yang berperilaku menyimpang dari norma-norma
sosial, moral dan agama, merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan meresahkan ketenteraman
dan ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga dan atau masyarakat (Pusda Depsos RI, 1999).
Sementara John W. Santrock (1995) mendefinisikan, kenakalan remaja (Juvenile Delinquency)
mengacu pada suatu rentang perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara
sosial (seperti bertindak berlebihan disekolah), pelanggaran (seperti melarikan diri dari rumah), hingga
tindakan-tindakan kriminal (seperti mencuri).
BENTUK- BENTUK KENAKALAN
William C. Kvaraceus dalam (Mulyono, 1995) membagi bentuk kenakalan menjadi dua, yaitu:
a) Kenakalan bisaa seperti: Berbohong, membolos sekolah, meninggalkan rumah tanpa izin (kabur),
keluyuran, memiliki dan membawa benda tajam, bergaul dengan teman yang memberii pengaruh buruk,
berpesta pora, membaca buku-buku cabul, turut dalam pelacuran atau melacurkan diri, berpakaian
tidak pantas dan minum minuman keras.
b) Kenakalan Pelanggaran Hukum, seperti: berjudi, mencuri, mencopet, menjambret, merampas,
penggelapan barang, penipuan dan pemalsuan, menjual gambar-gambar porno dan film-film porno,
pemerkosaan, pemalsuan uang, perbuatan yang merugikan orang lain, pembunuhan dan pengguguran
kandungan.

FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYIMPANG


Menurut Kartini Kartono (1998), perilaku menyimpang adalah perilaku jahat (dursila), atau
kejahatan atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-
anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu
mengembangakan tingkah laku yang menyimpang.
Kartini Kartono (1998) membagi faktor penyebab perilaku kenakalan menjadi dua bagian sebagai
berikut:
a. FAKTOR INTERNAL
Perilaku menyimpang pada dasarnya merupakan kegagalan sistem pengontrol diri anak terhadap
dorongan-dorongan instingtifnya, mereka tidak mampu mengendalikan dorongan-dorongan
instingtifnya dan menyalurkan kedalam perbuatan yang bermanfaat.
b. FAKTOR EKSTERNAL
Disamping faktor-faktor internal, perilaku delinkuen juga dapat diakibatkan oleh faktor-faktor yang
berada diluar diri remaja, seperti (Kartono, 1998):
Faktor keluarga, keluarga merupakan wadah pembentukan peribadi anggota keluarga terutama bagi
remaja yang sedang dalam masa peralihan, tetapi apabila pendidikan dalam keluarga itu gagal akan
terbentuk seorang anak yang cenderung berperilaku delinkuen, semisal kondisi disharmoni keluarga
(broken home), overproteksi dari orang tua, rejected child, dll.
Faktor lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan, semisal: kurikulum yang tidak
jelas, guru yang kurang memahawi kejiwaan remaja dan sarana sekolah yang kurang memadai sering
menyebabkan munculnya perilaku kenakalan pada remaja.
Faktor lingkungan, lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan
perkembangan anak. Lingkungan adakalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda kriminal
dan anti-sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk pada anak-anak puber dan
adolesen yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah terjangkit oleh pola
kriminal, asusila dan anti-sosial.
Kemiskinan di kota-kota besar, gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu lintas, bencana alam dan
lain-lain (Graham, 1983).
Brown dan Brown mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang tidak disiplin,
sebagai berikut :
a. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
b. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang
teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin.
c. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang broken home.
d. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau
kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam
proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.
Selanjutnya, Brown dan Brown mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses
pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :
a. Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang
kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus
hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
b. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai
upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan
lingkungannya.
c. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri
setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
d. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar
mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan
menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
e. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang
menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu
menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam
proses belajar mengajar pada khususnya.
f. memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin
diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak
disiplin.

BAB III
PEMBAHASAN
Sikap disiplin yang dilakukan oleh peserta didik pada awalnya adalah suatu tindakan untuk
memenuhi atau mematuhi nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu yang perlu ditanamkan oleh para guru
adalah menanamkan prinsip-prinsip disiplin kelas yang mengacu pada nilai-nilai yang berlaku. Nilai-nilai
tersebut biasanya tersurat dalam peraturan tata tertib sekolah maupun kelas yang harus dipedomani
oleh warga sekolah atau kelas. Disiplin dapat juga dikatakan sebagai alat pendidikan bagi anak, sebab
dengan disiplin anak dapat membentuk sikap teratur dan mentaati norma aturan yang ada. Untuk itu
disiplin sudah bisa dibiasakan dalam kehidupan anak sejak usia dini.
Dalam hal ini guru dan orang tua dapat menjadi model, pembimbing dan pengarah anak dalam
berperilaku yang baik yang diterimalingkungannya. Pada awalnya disiplin memang dirasakan sebagai
suatu aturan yang mengekang kebebasan anak. Akan tetapi bila aturan tersebut dirasakan sebagai suatu
yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebahagiaan diri anak dankebaikan bersama,
maka lama kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju kearah disiplin diri sendiri (self
discipline}. Artinya disiplin tidak lagimerupakan suatu yang datang dari luar dirinya yang memberikan
keterbatasan tertentu. Dalam hal ini disiplin telah merupakan suatu aturan yang datang dari dalam diri
sebagai suatu aturan tentang suatu hal yang wajar dilakukan anak dalamkehidupan sehari-hari.
Kelas yang sehat bila kelas tersebut mempunyai aturan dan tata tertib, yang harus selalu
dicontohkan oleh gurunya setiap saat agar murid dapat melaksanakannya secara terus menerus.
Peraturan dan tatatertib merupakan alat untuk mengatur perilaku yang diharapkan dari murid
Peraturan merujuk pada standar yang sifatnya umum yang harus dipatuhi oleh murid, misalnya :
murid harus mendengarkan dengan baik apa yang dioerintahkan oleh gurunya, menulis jawaban
pertanyaan guru jika guru telah memerintahkannya, memberi jawaban jika guru menunjuknya. Tata
tertib menunjuk pada standar untuk aktivitas khusus misal, murid harus berpakaian seragam ke sekolah,
mengikuti upacara bendera, peminjaman buku perpustakaan.
Pelanggaran Disiplin Kelas
Suatu asumsi menyatakan bahwa semua tingkah laku individu adalah merupakan upaya untuk
mencapai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan, pengenalan kebutuhan murid dengan baik merupakan
andil yang besar untuk mengendalikan disiplin sebagaimana Maslow menggambarkan teori hirarchi
kebutuhan manusia yang digambarkan dalam bentuk pramida kebutuhan manusia sebagai berikut :
secara berurutan manusia menghendaki tercapainya semua kebutuhan tersebut yang diperoleh dengan
cara wajar, umum sesuai dipenuhi melalui cara-cara yang sudah biasa dalam masyarakat maka akan
terjadi ketidak seimbangan pada diri individu, dan yang bersangkutan akan berusaha untuk
mencapainya dengan cara-cara lain yang sering kurang diterima oleh masyarakat. Dengan logika seperti
itu mungkin pelanggaran disiplin sekolah bersumber pada lingkungan sekolah yang tidak memberi
pemenuhan terhadap semua kebutuhan peserta didik khususnya, hal tersebut diakibatkan karena:
a. Tipe kepemimpinan guru yang otoriter yang memaksakan kehendaknya tanpa memperhatikan
kedaulatan peserta didik, perlakuan seperti itu mngakibatkan murid pura-pura patuh, apatis atau
sebaliknya, hal tersebut menjadikan murid agresif, murid memberontak terhadap perlakuan yang tidak
manusiawi
b. Pengebirian akan hak-hak kelompok atau individu peserta didik, perlakuan tersebut akan menjadikan
frustrasi bagi peserta didik, pada hal disisi lain murid berhakuntuk turut menentukan rencana masa
depannya dibawah bimbingan guru.
c. Guru kurang memperhatikan kelompok minoritas baik yang ada dibawah maupun yang ada di atas
rerata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan sekolah.
d. Guru kurang melibatkan dan mengikut sertakan peserta didik bertanggung jawab terhadap kemajuan
sekolah/kelas sesuai dengan kemampuannya.
e. Guru kurang memperhatikan latar belakang kehidupan peserta didik dalam keluarga ke dalam
subsistem kehidupan sekolah.
f. Guru kurang mengadakan kerjasama dengan orang tua peserta didik dan saling melepas tanggung
jawab.
Banyak guru baru kurang menyadari bahwa peserta didik memiliki hak- hak tertentu di dalam
lingkungan sekolah. Hak-hak tersebut semuanya diatur dan diperkuat oleh peraturan dan kelaziman
atau tradisi yang dipelihara oleh lingkungan sekolah dan masyarakat. Orang tua, wali murid, kelompok
kemasyarakatan sering membawa sejumlah kasus pelanggaran siswa ke sekolah, ke Persatuan Orang
Tua Siswa, atau ke Pengadilan. Beberapa hak siswa yang penting dan yang perlu dijamin adalah (1),hak
menyelesaikan pendidikan sebaik-baiknya, (2) hak persamaan kedudukan atau kebebasan dari
diskriminasi dalam kelompok, (3) hak berekspresi secara pribadi, (4) hak keleluasaan pribadi, dan (5) hak
menyelesaikan (studi) secara cepat (Me Neil dan Wiler, 1990).
Hak tersebut adalah merupakan hak yang bersifat umum yang dimiliki oleh murid, sehubungan
dengan hal terseut guru harus mampu menerapkan praktek disiplin yang bersumber dari aturan sekolah
atau yang bersumber dari aturan-aturan yang bersumber darihukum yang telah dijadikan landasan
disiplin pada sekolah tersebut, sehubungan dengan hal tersebut perlu ada garis sinkronisasi antara
disiplin yang seharusnya ditegakkan dengan mempertimbangkan peraturan yang dibuat.
Kebutuhan murid adalah merupakan factor yang relevan dalam menentukan berbagai macam
disiplin kelas misalnya, anak yang membuthkan perhatian khusus dari guru karena lamban berfikir dalam
belajar, anak yang kurang dalam pembelajaran tertentu dan sebagainya, masalah hak dan kebutuhan
tersebut akan terlihat bagaimana guru memenuhinya agar tidak terjadi pelanggaran disiplin misalnya
anak yang sukar belajar matematika jika tidak diperhatikan oleh gurunya maka ia akan membuat gaduh
kelas mengganggu teman sebangkunya
Mengingat banyaknya kebutuhan murid yang bervariasi antara murid yang satu dengan yang
lainnya guru perlu mempertimbangkan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
murid yang diajar dan latar belakang social ekonomi. Guru harus lebih cerdas mempertimbangkan
antara hubungan disiplin dengan motivasi individu setiap murid dengan program disiplin yang dibuat.
Untuk menegakkan seperangkat ketentuan disiplin sekolah guru harus mengkomunikasikan bagaimana
agar murid dapat bertingkah laku baik berdasar norma yang telah ditetapkan di sekolah.jika ada murid
yang melanggar disiplin misalnya murid yang selalu melawan, murid yang sering berkelahi, murid yang
sering mengganggu temannya, dan lain sebagainya, jika terjadi hal seperti itu maka guru akan segera
mengambil tindakan preventif
Upaya Menegakan Disiplin Kelas
Upaya menegakan disiplin didalam kelas dapat dilakukan dengan meminta dukungan berbagai
pihak terkait, misalnya dari pihak guru, siswa dan orang tua. Pihak-pihak tersebut selayaknya diajak
bekerja sama dengan baik dan harmonis serta ikut bertanggung jawab untuk menciptakan disiplin siswa.
Upaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak adalah sebagai berikut:
1) Pihak Guru
Disiplin banyak bergantung pada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai kewibawaan sehingga
disegani oleh siswanya. Ia tidak akan mengalami kesulitan dalam menciptaka suasana disiplin dalam
kelasnya walaupun tanpa menggunakan tindakan atau hukuman yang ketat. Adapula guru yang
tampaknya tidak mempunyai kepribadian, ia tidak berwibawa sehingga tidak disegani siswanya
sekalipun ia menggunakan hukuman dan tindakan yang keras. Akhirnya hukuman dan tindakan tidak
efektif. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
Guru hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa untuk patuh terhadap segala sesuatu
yang diperintahkan, karena sikap guru yang otoroter membuat suasan kelas menjadi tegang dan sering
diliputi rasa takut.
Guru harus percaya diri bahwa ia mampu menegakan disiplin bagi dirinya dan siswanya. Jangan tunjukan
kelemahan dan kekurangannya pada siswa sebab pada dasarnya siswa perlu perlindungan dan rasa
aman dari gurunya.
Guru jangan memberikan janji-janji yang tidak mungkin dapat ditepati. Juga tidak memaksa siswa
bebrjanji untuk memperbaiki perilakunya seketika sebab mengubah perilaku tidak mudah, memerlukan
waktu dan bimbingan.
Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan terlampau bersahabat erat sehingga
hilang rasa hormat siswa terhadapnya. Akibatnya siswa menanggap guru sebagai teman dekat, sehingga
cenderung akan hilang kewibawaanya.
2) Pihak siswa
Peranan siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tak kalah pentingnya, karena
factor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan subyek dalam pembelajaran. Oleh karena itu
siswa harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk turut serta mewujudkan disiplin di kelasnya.
Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan disipilin
dalam kealas, anatara lain:
Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta menciptakan suasana disiplin
didalam kelas.
Siswa hendaknya memiliki keasadaran untuk mentaati aturan dan tata tertib sekolah bukan karena rasa
takut atau karena merasa terpaksa.
Siswa hendaknya bertindak sebagai pengontrol atau pengawas dirinya sendiri tanpa harus diawasi oleh
orang lain.
Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka siswa harus berjanji pada dirinya sndiri untuk tidak
mengulanginya.
3) Pihak Orang tua
Peranan orang tua dalam mewujudkan disiplin putra-putrinya dirumah, akan sangat membantu
penegakan disiplin kelas. Karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam
rangka turut menegakan disiplin, antara lain:
Orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus dilaksanakan putra putrinya
ketika disekolah.
Orang tua hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap putra putrinya dengan cara turut serta
mengawasinya.
Orang tua hendaknya turut berbicara dan turut membina putra putrinya apabila ia melanggar tata tertib
atau aturan sekolah.

BAB IV
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam kelas dengan suasana yang harmonis dimana
guru dapat menyampaikan bahan pelajaran dengan baik dan murid dapat belajar atau mendengarkan
materi yang disampaikan oleh guru dengan baik pula tergantung sekali kepada disiplin kelas. Kelas yang
tidak berdisiplin sudah tentu kegiatan belajar mengajarnya pun akan menjadi kacau dan tidak menentu
pula. Guru sering tidak masuk mengajar, murid-murid sering datang terlambat. Tugas-tugas seperti piket
kelas tidak dilaksanakan sehingga kelas menjadi kotor dan sebagainya. Dalam rangka untuk menciptakan
suasana kelas yang efektif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar, maka disiplin kelas perlu
ditegakkan baik oleh guru maupun murid-murid.
Saran
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam pembinaan disiplin kelas adalah:
Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan siswa.
Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa.
Membina organisasi kelas secara demokratis.
Membiasakan agar siswa dapat berdiri sendiri atau mandiri dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Membiasakan siswa untuk berpartisifasi sesuai dengan kemampuannya
Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan pengettahuan dan keterampilan.

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock., E. B., 1993, Psikologi Perkembangan Edisi ke-5, Jakarta:Erlangga.

Monks., F.J., dkk, 2002, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Mulyono., Y. Bambang, 1995, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya,
Yogyakarta:Kanisius.

Saad., Hasbullah M., 2003, Perkelahian Pelajar;Potret Siswa SMU di DKI Jakarta, Yogyakarta:Galang
Press.
Santrock., John W., 1995, Perkembangan Masa Hidup jilid 2. Terjemahan oleh Juda Damanika & Ach.
Chusairi, Jakarta:Erlangga.
Related Posts :
artikel, Laporan, Makalah, pembelajaran, pendidikan, resume

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM


Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Adminitrasi Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat (Husemas)
Hakikat Supervisi Pendidikan
Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN RPP
PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RPP
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL DAN MORAL
Teori Belajar Kognitif
Hakekat Pembelajaran
MOTIVASI BELAJAR
PEMBERIAN LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD
FASILITAS PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
PRINSIP-PRINSIP LAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DAN KONTEKSTUAL
Administrasi Personal Guru

Akibat Kenakalan Remaja

Dampak Kenakalan Remaja. Saat ini, hampir tidak terhitung berapa jumlah remaja yang
melakukan hal-hal negatif. Bahkan, Dampak kenakalan remaja tersebut, banyak sekali
kerugian yang terjadi, baik bagi remaja itu sendiri maupun orang-orang di sekitar
mereka. Remaja adalah seorang anak yang bisa dibilang berada pada usia tanggung,
mereka bukanlah anak kecil yang tidak mengerti apa-apa, tapi juga bukan orang
dewasa yang bisa dengan mudah akan membedakan hal mana yang baik dan mana
yang berakibat buruk.

Macam-Macam Kenakalan Remaja

Sebelum mengetahui apa saja dampak kenakalan remaja, kita perlu tahu tentang
kenakalan apa saja yang mungkin dilakukan oleh remaja. Sebuah kenakalan tentu tidak
bisa didata satu persatu, namun bisa dirangkum seperti penjelasan di bawah ini.

Dampak kenakalan remaja:

Kenakalan dalam keluarga: Remaja yang labil umumnya rawan sekali melakukan hal-hal
yang negatif, di sinilah peran orang tua. Orang tua harus mengontrol dan mengawasi
putra-putri mereka dengan melarang hal-hal tertentu.Namun, bagi sebagian anak remaja,
larangan-larangan tersebut malah dianggap hal yang buruk dan mengekang mereka. Akibatnya,
mereka akan memberontak dengan banyak cara. Tidak menghormati, berbicara kasar pada
orang tua, atau mengabaikan perkataan orang tua adalah contoh kenakalan remaja dalam
keluarga.

Kenakalan dalam pergaulan: Dampak kenakalan remaja yang paling nampak adalah
dalam hal pergaulan. Sampai saat ini, masih banyak para remaja yang terjebak dalam
pergaulan yang tidak baik. Mulai dari pemakaian obat-obatan terlarang sampai seks
bebas.Menyeret remaja pada sebuah pergaulan buruk memang relatif mudah, dimana remaja
sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang menawarkan kenyamanan semu. Akibat
pergaulan bebas inilah remaja, bahkan keluarganya, harus menanggung beban yang cukup
berat.

Kenakalan dalam pendidikan: Kenakalan dalam bidang pendidikan memang sudah umum
terjadi, namun tidak semua remaja yang nakal dalam hal pendidikan akan menjadi sosok yang
berkepribadian buruk, karena mereka masih cukup mudah untuk diarahkan pada hal yang
benar. Kenakalan dalam hal pendidikan misalnya, membolos sekolah, tidak mau
mendengarkan guru, tidur dalam kelas, dll.

Dampak Kenakalan Remaja

Dampak kenakalan remaja pasti akan berimbas pada remaja tersebut. Bila tidak segera
ditangani, ia akan tumbuh menjadi sosok yang bekepribadian buruk.

Remaja yang melakukan kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan dihindari atau


malah dikucilkan oleh banyak orang. Remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai
pengganggu dan orang yang tidak berguna.

Akibat dari dikucilkannya ia dari pergaulan sekitar, remaja tersebut bisa mengalami
gangguan kejiwaan. Yang dimaksud gangguan kejiwaan bukan berarti gila, tapi ia akan
merasa terkucilkan dalam hal sosialisai, merasa sangat sedih, atau malah akan
membenci orang-orang sekitarnya.

Dampak kenakalan remaja yang terjadi, tak sedikit keluarga yang harus menanggung
malu. Hal ini tentu sangat merugikan, dan biasanya anak remaja yang sudah terjebak
kenakalan remaja tidak akan menyadari tentang beban keluarganya.

Masa depan yang suram dan tidak menentu bisa menunggu para remaja yang
melakukan kenakalan. Bayangkan bila ada seorang remaja yang kemudian terpengaruh
pergaulan bebas, hampir bisa dipastikan dia tidak akan memiliki masa depan cerah.
Hidupnya akan hancur perlahan dan tidak sempat memperbaikinya.

Kriminalitas bisa menjadi salah satu dampak kenakalan. Remaja yang terjebak hal-hal
negatif bukan tidak mungkin akan memiliki keberanian untuk melakukan tindak kriminal.
Mencuri demi uang atau merampok untuk mendapatkan barang berharga.

Tata Krama Dalam Bergaul


A. Arti Pergaulan

Bergaul yang baik adalah pergaulan dari hati dengan penuh keihlasan. Pergaulan dengan penuh
rekayasa dan tipu daya demi kepentingan yang bernilai rendah tidak akan pernah langgeng dan
cenderung akan menimbulkan masalah. Bergaul dengan hati akan membuat kita tentram dan
nyaman. Kita tidak akan dihantui dengan perasaan tidak enak dan tidak ada rasa takut
kehilangan.

Apalagi kita bergaul dengan orang yang sering menyakiti hati, baik secara lisan maupun
sikap/perbuatan. Niscaya kita tidak akan pernah tenang dan senang bergaul dan berdekatan
dengan orang tersebut. Bahkan nantinya kita cenderung menghindari mereka. Hal ini juga
berlaku bagi kita, jika kita dianggap merugikan sehingga sejak awal pun orang akan menghindari
diri kita.

B. Rambu-rambu dalam pergaulan

Dalam bergaul kita patut mematuhi rambu-rambu atau tata krama dalam pergaulan agar kita
senantiasa membina hubungan baik dengan orang lain. Rambu-rambu tersebut adalah :

Tata Krama Dalam Bergaul

1. Hindari Penghinaan

Janganlah pernah melakukan hal-hal yang bersifat merendahkan, ejekan, dan penghinaan dalam
bentuk apapun terhadap orang lain, baik tentang kepribadiannya, postur tubuhnya,
kemampuannya dan kaadaan sosialnya. Hal ini akan menimbulkan perasaan sakit hati dan
dendam terhadap seseorang.

2. Hindari Ikut Campur Urusan Pribadi

Hindari ikut campur urusan pribadi orang lain yang tidak ada manfaatnya bagi kita, bila terlibat.
Karena bila kita melakukannya, yang muncul hanyalah ketidaksuka-sukaan di salah satu pihak.

3. Hindari Memotong Pembicaraan

Janganlah suka memotong pembicaraan orang lain, jika hal ini dilakukan dalam bergaul akan
berkembang menjadi ketidaksukaan bahkan kebencian dapat bersarang ditubuh seseorang.
Karena betapa tidak enaknya bila kita sedang bicara kemudian tiba-tiba dipotong dan disangkal
oleh orang lain.

4. Hindari Membanding-bandingkan

Sedikitpun jangan sekali-kali secara sengaja membanding-bandingkan orang lain, baik itu berupa
jasa, kebaikan penampilan, perbuatan, harta dan sebagainya. Jika orang tersebut mendengarkan
menyebabkan dia merasa dirinya tidak berharga, merasa rendah diri atau sampai terhina.

5. Jangan membela musuhnya dan mencaci kawannya.

Setiap orang mempunyai kawan yang disukai maupun yang dibenci. Bila membela musuhnya,
maka kita akan bergabung dengan musuhnya. Sedangkan apabila kita membenci kawannya maka
kita akan dianggap sedang mencaci dirinya. Karena orang itupun akan merasa terhina bila
temannya dihina. Sebaiknya bersikaplah netral untuk kebaikan semua pihak. Sementara itu,
dalam bergaul seharusnya kita prioritaskan adalah memperbanyak kawan bukan lawan.

http://belajarpsikologi.com/tata-krama-dalam-bergaul/

MENERAPKAN DISIPLIN KEPADA SISWA


MENERAPKAN DISIPLIN KEPADA SISWA
Oleh:
Hasrian Rudi Setiawan, M.Pd.I
Lidia, S.Pd.I
Salah satu keberhasilan dalam proses
belajar yang dilakukan oleh siswa adalah munculnya sikap disiplin pada diri seorang siswa. Disiplin
merupakan kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Karena itu, dalam
kehidupan sehari-hari sering kita mendengar ada orang yang mengatakan bahwa bahwa si A adalah
orang yang memiliki kedisiplinan tinggi, Si B orang yang kurang disiplin, sedangkan si C orang yang tidak
disiplin dan sebagainya. Itu semua merupakan bentuk penilaian seseorang terhadap orang lain. Dan
terkadang kita juga dengan mudah menilai orang lain, apakah dia tergolong orang yang disiplin atau
tidak disiplin. Dengan demikian, Disiplin merupakan suatu kegiatan yang dilakukan agar tidak melanggar
peraturan yang berlaku.
Kedisiplinan pada diri seseorang mudah terlihat, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat
maupun lebih khusus lagi pada lingkungan sekolah dimana banyaknya pelanggaran tata tertib sekolah
yang dilakukan oleh siswa-siswa yang kurang disiplin. Hal ini karena, dalam mengikuti kegiatan belajar
disekolah tentunya setiap siswa tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang
diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan
tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan
dan tata tertib yang berlaku di sekolah, dapat disebut dengan tata tertib sekolah atau disiplin sekolah.
Dengan demikian, disiplin sekolah merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memelihara perilaku
siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma,
peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Misalnya, aturan berpakaian bagi siswa, datang tepat
waktu, etika dalam belajar bagi siswa dan sebagainya.
Dalam menerapkan kedisiplinan terkadang dilingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya di
lingkungan sekolah, terkadang diterapkan pula dengan pemberian hukuman (sanksi) sebagai
konsekuensi dari perilaku tidak disiplin atau pelanggaran terhadap aturan. Walaupun, kadangkala
peberian hukuman (sanksi) menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga
terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik dan kesalahan perlakuan psikologis. Karena itu, bagi
sekolah terutama guru harus memahami tujuan diterapkanya penegakan disiplin di lingkungan sekolah.
Menurut Maman Rachman tujuan disiplin sekolah adalah: memberi dukungan bagi siswa agar
terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, mendorong siswa untuk melakukan hal-hal yang baik dan
benar, membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan
menjauhkan siswa dari hal-hal yang dilarang sekolah, menuntun siswa untuk melakukan kebiasaan-
kebiasaan baik dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.
Secara umum tujuan disiplin sekolah adalah agar terciptanya keamanan, kenyamanan dan
lingkungan belajar yang tenang terutama di kelas. Sebab, Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu
menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan suasana belajar
menjadi kurang kondusif untuk mencapai hasil belajar yang baik. Dalam menerapkan disiplin terutama
dalam lingkungan sekolah, ada dua jenis disiplin yang harus dikembangkan terutama dilingkungan
sekolah, yaitu: Pertama, Disiplin preventif, yakni upaya yang dilakukan untuk menggerakkan siswa
dalam mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku di lingkungan sekolah. Dengan demikian, siswa
diharapkan berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap peraturan yang berlaku. Kedua, Disiplin
korektif, yakni upaya yang dilakukan untuk mengarahkan siswa agar tetap mematuhi peraturan. Hal ini
dimaksudkan, agar bagi yang melanggar peraturan sekolah diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan
memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada.
Seorang guru dituntut harus memberikan contoh atau teladan yang baik kepada siswanya.
sebab, Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan guru yang dilihat dan didengar oleh siswa dapat
meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubari siswa dan dampaknya kadang-kadang melebihi
pengaruh dari orang tuanya di rumah. Karena itu, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan guru dalam
menanamkan sikap disiplin, di antaranya adalah: Pertama, guru harus dapat menjadi contoh teladan
dalam berdisiplin. Misalnya, guru harus datang tepat waktu. Sebab jika guru tidak datang tepat waktu,
jangan diharapkan siswa akan memiliki sikap disiplin dan datang tepat pada waktunya. Karena itu, guru
harus menghindari kebiasaan masuk menggunakan jam karet, molor dan selalu terlambat masuk kelas,
apalagi jarang hadir dalam kelas. Kedua, guru diharapkan secara konsisten terus mensosialisasikan
kepada siswa tentang pentingnya disiplin dalam belajar untuk dapat mencapai hasil yang terbaik,
melalui pembinaan dan yang lebih penting lagi melalui keteladanan yang diberikan oleh guru. Ketiga,
guru dan sekolah menerapkan peraturan tata tertib yang jelas dan tegas, sehingga mudah untuk diikuti
dan mampu menciptakan suasana kondusif untuk belajar siswa.
Dari tiga cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan disiplin pada diri siswa, maka guru
sebagai pendidik dilingkungan sekolah harus senantiasa dapat menjadi contoh teladan bagi siswanya,
yaitu dapat menampilkan perilaku disiplin. (Telah terbit di harian Jurnal Asia, 2016)

http://hasrianrudisetiawan1.blogspot.co.id/2016/03/menerapkan-disiplin-kepada-siswa.html

BAB II

PEMBAHASAN

2. I Pengertian Disiplin Kelas

Disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai
dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari
siapapun (AsyMasudi, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Yogyakarta: PT
TigaSerangkai, 2000). Sedangkan The Liang Gie (1972) memberikan pengertian disiplin sebagai
berikut Disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu
organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang.

Dengan disiplin dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatur perilaku anak dalam mencapai
tujuan pendidikan, karena ada perilaku yang harus dicegah atau dilarang, dan sebaliknya, harus
dilakukan. Pembentukan disiplin pada saat sekarang buakn sekedar menjadikan anak agar patuh
dan taat pada atyran dan tata tertib tanpa alas an sehingga mau menerima begitu saja, melainkan
sebagai usaha mendisiplinkan diri sendiri (self discipline). Artinya ia berperilaku baik, patuh dan
taat pada aturan bukan karena paksaan dari orang lain atau guru melainkan karena kesadaran dari
dirinya.
Disiplin bukanlah kepatuhan lahiriah, bukanlah paksaan, bukanlah ketaatan pada otoritas
gurunya untuk menuruti aturan. Disiplin adalah suatu sikap batin, bukan kepatuhan otomatis.
Siswapun bertanggung jawab untuk menciptakan suasana kelas yang baik. Suasana kelas yang
tidak tegang, ada kebebasan tapi ada pula kerelaan mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah ketaatan dan ketepatan
pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain
atau suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada
suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.

2.2 Bentuk- Bentuk Disiplin Belajar Siswa

Disiplin siswa dalam menentukan dan menggunakan cara atau strategi belajar

Keberhasilan siswa dalam studinya dipengaruhi oleh cara belajarnya. Siswa yang memiliki cara
belajar yang efektif memungkinkan untuk mencapai hasil atau prestasi yang lebih tinggi dari
pada siswa yang tidak mempunyai cara belajar yang efektif.

Untuk belajar secara efektip dan efisien diperlukan kesadaran dan disiplin tinggi setiap siswa.
Belajar secara efektip dan efisien dapat dilakukan oleh siswa yang berdisiplin. Siswa yang
memiliki disiplin dalam belajarnya akan berusaha mengatur dan menggunakan strategi dan cara
belajar yang tepat baginya. Jadi langkah pertama yang perlu dimiliki agar dapat belajar secara
efektip dan efisien adalah kesadaran atas tanggung jawab pribadi dan keyakinan bahwa belajar
adalah untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan sendiri dan tidak menggantungkan nasib pada
orang lain.

Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan belajar akan lebih berhasil apabila kita
memiliki :

1. Kesadaran atas tanggung jawab belajar,


2. Cara belajar yang efisien,
3. Syarat-syarat yang diperlukan ( Oemar Hamalik,Metoda Belajar Dan Kesulitan-
Kesulitan Belajar(Bandung: Tarsito,2005)

Selain memiliki strategi belajar siswa yang tepat, siswa juga perlu memperhatikan metode atau
cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dalam belajarnya. Seperti yang kita ketahui
belajar bertujuan untuk mendapat pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan. Cara yang
demikian itu jika dilakukan dengan penuh kesadaran dan disiplin tinggi maka akan menjadi suatu
kebiasaan, dan kebiasaan dalam belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar.

Demikianlah cara-cara belajar yang perlu diperhatikan oleh setiap siswa, karena dengan memiliki
cara belajar yang baik akan membantu siswa dalam mencapai prestasi yang tinggi, dan cara
tersebut dapat dilaksanakan dengan baik secara teratur setiap hari, apabila siswa memiliki sikap
disiplin. Jadi siswa yang pada dirinya tertanam sikap disiplin akan selalu mencari dan
menentukan cara belajar yang tepat baginya.
Disiplin terhadap pemanfaatan waktu

1. Cara mengatur waktu belajar.

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh pelajar atau siswa adalah banyak pelajar atau siswa
yang mengeluh kekuragan waktu untuk belajarnya, tetapi mereka sebenarnya kurang memiliki
keteraturan dan disiplin untuk mempergunakan waktu secara efisien. Banyak waktu yang
terbuang-buang disebabkan karna mengobrol omongan-omongan yang tidak habis-habisnnya.
Sikap yang demikian itu harus ditinggalkan oleh siswa karena yang demikian itu tidak
bermanfaat baginya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil mencapai kesuksesan dalam hidupnya
adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin memanfaatkan waktunya. Dalam ajaran
islam disiplin dalam pemanfaatan waktu sangat dianjurkan, disiplin bukan hanya dalam
pemanfaatan waktu belajar saja, tetapi disiplin perlu juga dilakukan oleh setiap orang dalam
setiap waktu dan kesempatan.

Dalam belajar pemanfaatan waktu secara baik dan dikerjakan dengan baik dan tepat waktu
adalah merupakan hal yang terpuji. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa penggunaan atau
pamanfaatan waktu dangan baik menumbuhkan disiplin dalam mempergunakan waktu secara
efisien.

1. Pengelompokan waktu.

Banyak siswa yang belajarnya kurang dapat memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya
karena tidak membagi-bagi waktunya untuk macam-macam keperluan, oleh karna itu, berbagai
segi dan teknik untuk mengatur pemakaian waktu perlu dipahami sebagai langkah untuk
mengembangkan keterampilan mengelola waktu studi.

1. Penjatahan waktu belajar.

Setiap siswa perlu mengadakan prinsip belajar secara taratur.dan untuk belajar secara teratur
setiap hari harus mempunyai rencana kerja. Agar siswa tidak bayak membuang waktu untuk
memikirkan mata pelajaran yang akan dipekajari suatu saat dan apa yang harus dikerjakannya.
Oleh karna itu agar siswa tidak dihinggapi keraguan-keraguan terhadap apa yang hendak
dipelajarinya maka ia harus punya rencana kerja atau daftar waktu dalam belajar.

Adapun cara untuk membuat jadwal yang baik adalah sebagai berikut

Memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperlua-keperluan tidur, belajar, makan,


mandi, olah raga dan lain-lain.
Menyelidiki dan menentukan waktu-waktu yang tersedia setiap hari.
Merencanakan peggunaan belajar itu dengan cara menetapkan jenis-jenis mata pelajaran
dan urutan-urutan yang harus dipelajari.
Menyelidiki waktu-waktu mana yang dapat dipergunakan untuk belajar dengan hasil
terbaik.
Berhematlah dengan waktu, setiap siwa janganlah ragu untuk memulai pekerjaan,
termasuk juga belajar.

1. Disiplin terhadap tugas.

Mengerjakan tugas rumah

Salah satu prinsip belajar adalah ulangan dan latihan. Sejalan dengan pendapat yang mengatakan
bahwa : Mengerjakan tugas dapat berupa pengerjaan tes atau ulangan atau ujian yang diberikan
guru, tetapi juga termasuk membuat atau mengerjakan latihan-latihan yang ada dalam buku
ataupun soal-soal buatan sendiri(Slameto, Belajar Dan Faktor-Fakto yang
Mempengaruhinya(Jakarta: Rineka Cipta,2003)

Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka, tugas itu dapat berupa tes atau ulangan dan juga
dapat berupa latihan-latihan soal atau pekerjaan rumah.jika siswa mempunyai kebiasaan untuk
melatih diri mengerjakan soal-soal latihan serta mengerjakan pekerjaan rumah dengan disiplin,
maka siswa tersebut tidak akan terlalu kesulitan dalam belajarnya, serta dapat dengan mudah
mengerjakan setiap pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru.

Mengerjakan tugas di sekolah

Adapun tugas di sekolah mencakup mengerjakan latihan-latihan tes atau ulangan harian, ulangan
umum ataupun ujian, baik yang tertulis maupun lisan. Dalam menghadapi tugas-tugas di atas
perlu dilaksanakan langkah-langkah persiapan sebagai berikut :

1. Hindarilah belajar terlalu banyak pada saat-saat terahir mengerjakan tes (semua bahan
hendaknya sudah siap jauh-jauh sebelumnya).
2. Pelajarilah kembali bahan yang sudah pernah didapat secara teratur sehari atau dua hari
sebelumnya.
3. Buatlah suatu ringkasan atau garis besar tentang bahan yang sedang dipelajari kembali
itu.
4. Pelajarilah juga latihan soal dan hasil tugas yang sudah pernah dikerjakan.
5. Peliharalah kondisi kesehatan.
6. Konsentrasikan seluruh perhatian terhadap tugas yang akan ditempuh.
7. Siapkanlah segala alat atau perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan dan jika
diperlukan syarat-syarat tertentu, bereskanlah seawal mungkin.

Disiplin terhadap tata tertib.

Didalam proses balajar mengajar, disiplin terhadap tata tertib sangat penting untuk diterapkan,
karna dalam suatu sekolah tidak memiliki tata tertib maka proses belajar mengajar tidak akan
berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana,

Antara peraturan dan tata tertib merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai
pembentukan disiplin siswa dalam mentaati peraturan di dalam kelas maupun diluar kelas.
Untuk melakukan disiplin terhadap tata tertib dengan baik, maka guru bertanggung jawab
menyampaikan dan mengontrol berlakunya peraturan dan tata tertib tersebut. Dalam hal ini staf
sekolah atau guru perlu terjalinnya kerja sama sehingga tercipta disiplin kelas dan tata tertip
kelas yang baik tampa adanya kerja sama tersebut dalam pembinaan disiplin sekolah maka akan
terjadi pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertip sekolah serta terciptanya suasana balajar
yang tidak diinginkan.

Dengan demikian untuk terciptanya disiplin yang harmonis dan terciptanya disiplin dari siswa
dalam rangka pelaksanaan peraturan dan tata tertib dengan baik, maka di dalam suatu lambaga
atau lingkungan sekolah perlu menetapkan sikap disiplin terhadap siswa, agar tercipta proses
belajar mengajar yang baik.

2.3 Teknik-Teknik Membina Disiplin Kelas

Terdapat beberapa teknik membina disiplin kelas, antara lain:

1. Teknik keteladanan guru, yaitu guru hendaknya memberi contoh teladan sikap dan
perilaku yang baik kepada siswanya.
2. Teknik bimbingan guru, yaitu diharapkan guru senantiasa memberikan bimbingan dan
penyuluhan untuk meningkatkan kedisiplinan para siswanya.
3. Teknik pengawasan bersama, yaitu dalam disiplin kelas yang baik mengandung pula
kesadaran akan tujuan bersama, guru dan siswa menerimanya sebagai pengendali,
sehingga situasi kelas menjadi tertib.

Dalam mewujudkan tujuan bersama tersebut, beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam
pembinaan disiplin kelas adalah:

Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan siswa.


Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa.
Membina organisasi kelas secara demokratis.
Membiasakan agar siswa dapat berdiri sendiri atau mandiri dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya.
Membiasakan siswa untuk berpartisipasi sesuai dengan kemampuannya.
Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan pengettahuan dan
keterampilan.

2.4 Upaya Menegakan Disiplin

Upaya menegakan disiplin didalam kelas dapat dilakukan dengan meminta dukungan berbagai
pihak terkait, misalnya dari pihak guru, siswa dan orang tua. Pihak-pihak tersebut selayaknya
diajak bekerja sama dengan baik dan harmonis serta ikut bertanggung jawab untuk menciptakan
disiplin siswa. Upaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak adalah sebagai berikut:

1. Pihak guru
Disiplin banyak bergantung pada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai kewibawaan sehingga
disegani oleh siswanya. Ia tidak akan mengalami kesulitan dalam menciptakan suasana disiplin
dalam kelasnya walaupun tanpa menggunakan tindakan atau hukuman yang ketat. Adapula guru
yang tampaknya tidak mempunyai kepribadian, ia tidak berwibawa sehingga tidak disegani
siswanya sekalipun ia menggunakan hukuman dan tindakan yang keras. Akhirnya hukuman dan
tindakan tidak efektif.
Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:

Guru hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa untuk patuh terhadap
segala sesuatu yang diperintahkan, karena sikap guru yang otoroter membuat suasan
kelas menjadi tegang dan sering diliputi rasa takut.
Guru harus percaya diri bahwa ia mampu menegakan disiplin bagi dirinya dan siswanya.
Jangan tunjukan kelemahan dan kekurangannya pada siswa sebab pada dasarnya siswa
perlu perlindungan dan rasa aman dari gurunya.
Guru jangan memberikan janji-janji yang tidak mungkin dapat ditepati. Juga tidak
memaksa siswa bebrjanji untuk memperbaiki perilakunya seketika sebab mengubah
perilaku tidak mudah, memerlukan waktu dan bimbingan.
Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan terlampau
bersahabat erat sehingga hilang rasa hormat siswa terhadapnya. Akibatnya siswa
menanggap guru sebagai teman dekat, sehingga cenderung akan hilang kewibawaanya.

1. Pihak siswa

Peranan siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tak kalah pentingnya, karena
factor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan subyek dalam pembelajaran. Oleh karena
itu siswa harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk turut serta mewujudkan disiplin di
kelasnya.
Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan disipilin
dalam kealas, anatara lain:

Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta menciptakan
suasana disiplin didalam kelas.
Siswa hendaknya memiliki keasadaran untuk mentaati aturan dan tata tertib sekolah
bukan karena rasa takut atau karena merasa terpaksa.
Siswa hendaknya bertindak sebagai pengontrol atau pengawas dirinya sendiri tanpa harus
diawasi oleh orang lain.
Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka siswa harus berjanji pada dirinya sndiri
untuk tidak mengulanginya.
Pihak siswa

Peranan orang tua dalam mewujudkan disiplin putra-putrinya dirumah, akan sangat membantu
penegakan disiplin kelas. Karena itu ada bbebrapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua
dalam rangka turut menegakan disiplin, antara lain:

Orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus dilaksanakan
putra putrinya ketika disekolah.
Orang tua hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap putra putrinya dengan cara turut
serta mengawasinya.
Orang tua hendaknya turut berbicara dan turut membina putra putrinya apabila ia
melanggar tata tertib atau aturan sekolah.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Disiplin kelas adalah rasa tanggung jawab dari pihak siswa berdasarkan kematangan rasa sosial
untuk mematuhi segala aturan dan tata tertib di sekolah sehingga dapat belajar dengan baik dan
sebagai upaya untuk mengatur perilaku anak dalam mencapai tujuan pendidikan.

Dalam membina disiplin kelas diperlukan beberapa teknik sperti, teknik keteladanan guru, teknik
bimbingan guru dan teknik pengawasan bersama. Dalam upaya menegakan disiplin kelas, akan
lebih mudah jika kita meminta dukungan dari pihak-pihak terkait yaitu, pihak guru, pihak siswa
dan orang tua.

Disiplin kelas lebih cenderung agar siswa dapat membina disiplin diri (self discipline). Self
discipline biasanya terdapat pada kelas yang gurunya bersikap demokratis bukan pada kelas yang
memiliki sikap guru yang otokratis.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi. (1995). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
AsyMasudi.2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Yogyakarta: PT Tiga
Serangkai, 2000)
Oemar Hamali. 2005. Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar Bandung: Tarsito
Slameto.2003. Belajar Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta

https://kumpulantugassaya.wordpress.com/2012/06/04/disiplin-kelas/

Pentingnya Kedisiplinan Siswa dalam Proses Pembelajaran Demi


Mendapatkan Hasil Belajar yang Optimal
30 Maret 2016 19:06 Diperbarui: 31 Maret 2016 14:39 1 1 2

Oleh : NURBAITI

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh dalam melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi
tanggung jawabnya atau dengan kata lain suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam
melaksanakan tanggung jawab sudah seharusnya dilakukan. Misalnya, bagi seorang siswa
mempunyai tanggung jawab yang harus dilakukan di Sekolah seperti setiap hari siswa datang
tepat waktu dan selalu mengumpulkan tugas tepat waktu. Hal ini merupakan salah satu contoh
bahwa disiplin seorang siswa memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa tersebut, karena disiplin siswa memberikan dampak terhadap proses
pendidikan yang diikuti oleh siswa dalam kelas.

Kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib)
yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah,
kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain
sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas
pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah.

Akan tetapi realita saat ini disiplin siswa di Sekolah sangat jauh dari yang diharapkan, karena
masih banyak siswa baik di jenjang pendidikan dasar, menengah pertama, dan atas yang
memiliki disiplin yang sangat rendah. Hal ini terjadi masih kurangnya kesadaran dari diri siswa
dalam melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang siswa.

Diketahui bahwa disiplin yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran yang diikuti
tersebut sangat bermanfaat tidak hanya untuk pribadi siswa itu sendiri akan tetapi juga
berpengaruh pada lingkungan sekitarnya. Dikatakan demikian karena jika seorang siswa yang
sudah terbiasa sebagai siswa yang disipilin tentu akan mudah dalam mengerjakan segala sesuatu
baik itu kegiatan sekolah maupun di luar sekolah. Misalnya saja kegiatan di Sekolah ikut dalam
sebuah organiasasi seperti pramuka maka siswa yang memiliki sikap disiplin tersebut akan
melaksanakan kewajibannya sebagai anggota pramuka dan juga melaksanakan tanggung
jawabnya dalam belajar.

Karakter disiplin ini juga bisa berpengaruh terhadap lingkungan sekitar siswa. Siswa yang
memiliki karakter disiplin dan bisa melaksanakan tanggung jawabnya dengan mudah dan dapat
menyelesaikannya dengan tepat waktu maka siswa lain juga akan menimbulkan kecemburuan
dalam proses pembelajaran yang berlangsung dikelas.

Sehingga siswa yang kedisiplinannya tinggi bisa mempengaruhi siswa lain yang kedisplinannya
masih kurang dan banyak mendapat hambatan-hambatan dalam melaksanakan tanggung
jawabnya sebagai seorang siswa. Akan tetapi terkadang pula saat ini ada juga sebagaian siswa
yang masa bodoh terhadap aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Anggapan mereka bahwa jika
sudah ada siswa memiliki disiplin yang tinggi dan mampu melaksanakan tanggung jawab sesuai
yang ditentukan maka siswa yang lain tidak dipedulikan.

Dengan demikian kedisiplinan yang dilakukan memiliki banyak manfaat yang didapatkan antara
lain membuat siswa menjadi lebih tertib dan teratur dalam menjalankan kehidupannya, dapat
mengerti bahwa kedisiplinan itu sangat penting bagi masa depan kelak, dapat pula membangun
kepribadian siswa yang kokoh dan diharapakan bisa berguna bagi semua orang serta disiplin
merupakan kunci awal meraih kesuksesan. Disiplin siswa yang dimiliki seseorang dapat dilihat
dari tindakan yang menunjukkan segala sesuatu dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
Sumber Refrensi

https://id.wikipedia.org/wiki/Disiplin

http://news.okezone.com/read/2015/12/09/65/1263927/disiplin-rendah-guru-bolos-ngajar-
berbulan-bulan

Anda mungkin juga menyukai