Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL, PENGOLAHAN DAN

PENGAWETAN MAKANAN

A. Definisi
Kata kewirausahaan dapat diartikan dalam beberapa konteks.
Kewirausahaan sebagai disiplin ilmu, yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang nilai,
kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup
untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya.
Dalam konteks bisnis, Thomas W. Zimmer (1996) mengartikan kewirausahaan
sebagai hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan
keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan peluang pasar.

B. Faktor-Faktor Pendorong Kewirausahaan

Perilaku kewirausahaan menurut Kuncara (2008:1) dipengaruhi oleh faktor internal


dan faktor eksternal.
Faktor internal, yaitu kecakapan pribadi yang menyangkut soal bagaimanakita
mengelola diri sendiri. Kecakapan pribadi seseorang terdiri atas 3 unsur
terpenting, yaitu: (1) Kesadaran diri. Ini menyangkut kemampuan mengenali
emosi diri sendiri dan efeknya, mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri,
dan keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri atau percaya diri. (2)
Pengaturan diri. Ini menyangkut kemampuan mengelola emosi-emosi dan
desakan-desakan yang merusak, memelihara norma kejujuran dan integritas,
bertanggung jawab atas kinerja pribadi, keluwesan dalam menghadapi perubahan,
dan mudah menerima atau terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan informasi-
informasi baru. (3) Motivasi. Ini menyangkut dorongan prestasi untuk menjadi
lebih baik, komitmen, inisiatif untuk memanfaatkan kesempatan, dan optimisme
dalam menghadapi halangan dan kegagalan.

Faktor eksternal, yaitu kecakapan sosial yang menyangkut soal bagaimana kita
menangani suatu hubungan. kecakapan sosial seseorang terdiri atas 2 unsur
terpenting, yaitu: (1) Empati. Ini menyangkut kemampuan untuk memahami
orang lain, perspektif orang lain, dan berminat terhadap kepentingan orang lain.
Juga kemampuan mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan
pelanggan. Mengatasi keragaman dalam membina pergaulan, mengembangkan

1
orang lain, dan kemampuan membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan
hubungannya dengan kekuasaan, juga tercakup didalamnya. (2) Keterampilan
sosial. Termasuk dalam hal ini adalah taktik-taktik untuk meyakinkan orang
(persuasi), berkomunikasi secara jelas dan meyakinkan, membangkitkan inspirasi
dan memandu kelompok, memulai dan mengelola perubahan, bernegosiasi dan
mengatasi silang pendapat, bekerja sama untuk tujuan bersama, dan menciptakan
sinergi kelompok dalam memperjuangkan kepentingan bersama.faktor
eksternalnya adalah lingkungan (environment).

C. Faktor Internal dan Eksternal Pengolahan dan Pengawetan makanan


Faktor Eksternal
Persaingan yang semakin ketat, Mengelola pengembangan produk baru, di
samping alasan-asalan strategis tersebut di atas, juga memerlukan prinsip-prinsip
dasar meliputi fleksibilitas dukungan sumber daya material, interaksi terhadap
pembahan-perubahan pemilik, integratif terhadap sikap yang bertentangan seperti
paradigma produk baru, kemudian berlanjut dalam usaha menghasilkan produk-
produk baru. Secara keseluruhan manajemen pengembangan produk baru harus
mampu memobilisir fungsi kritik dalam menghadapi ketidakpastian dari perubahan
cepat, baik lingkungan maupun pasar yang sangar komplek. Yang paling penting,
bagaimana menekan ketidakpastian tersebut dengan usaha ramalan pengembangan
produk baru (new product development forecasting) yang mampu menjangkau masa
depan (kerja hari ini untuk 5-10 tahun mendatang). Setiap perusahaan berlomba-
lomba untuk mengembangkan produk baru mereka.

Faktor Internal
Visi dan misi perusahaan jelas. KSF (Key success factor) adalah faktor-faktor
internal organisasi (sumber daya dan kompetensi) yang paling kritis atau paling
penting yang mungkin digunakan oleh suatu organisasi untuk menangani peluang dan
ancaman agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan. KSF dibobot sesuai
dengan pengaruhnya terhadap tujuan organisasi.

2
D. Faktor-Faktor Pertimbangan Penciptaan Produk Baru
1. Tren Pasar
a. Mengurangi Spesifiaksi Untuk Memperoleh Manfaat yang Lebih (less for
more)
Hal ini berarti konsumen menginginkan produk dengan harga yang sama atau
lebih murah tetapi dengan manfaat yang lebih banyak atau sama. Oleh sebab
itu, produsen dituntut untuk semkin inovatif dalam mencari
alternatif/substitusi bahan baku/kemasan agar produknya menjadi cost
leader atau produk yang membutuhkan biaya produksi yang paling sedikit
dibandingkan dengan produk lainnya yang sejenis sehingga mampu bersaing
dalam penentuan harga jual yang paling murah.
Contoh :
Penggunaan bubuk manis, butter milk powder atau laktosa sebagai
pengganti susu bubuk.
Penggunaan pati sebagai pengganti susu bubuk.
Penggunaan sebagian lemak nabati sebagai lemak susu.
Penggunaan piring timah yang lebih tipis untuk kaleng dengan mengubah
bentuk untuk kekuatan yang sama.
Penggunaan label yang lebih pendek.
Penggunaan bahan kemasan yang lebih murah.
Keju analog, cream analog, dan lain-lain

b. Kesadaran akan Kesehatan (Health Conscious)


Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyrakat, kesadaran
akan kesehatan pun semakin meningkat, apalagi dengan adanya isu
penggunaan bahan pengawet dan pewarna yang tidak aman untuk dikonsumsi.
Kini konsumen semakin peduli terhadap keamanan pangan, kesehatan, dan
penampilan tubuhnya sehingga produsen dituntut untuk semakin
meningkatkan keamanan bahan baku yang digunakan dan bermanfaat bagi
kesehatan dan penampilan.
Contoh:

3
Susu untuk pertumbuha dengan berbagai macam kandungan seperti
probiotik, prebiotik, kolostrum, lactoferin, asam amino.
Susu kental manis dengan prebiotik.
Susu rendah lemak, tinggi kalsium, dan bahan bioaktif lainnya.
Susu untuk membentuk tubuh atau kecantikan.
Susu untuk memperbaiki mental performance.
Susu kedelai, kombinasi susu sapi dan kedelai.

c. Kenyamanan dan Kepraktisan


Budaya serba praktis dan instan juga diinginkan konsumen dalam
mengonsumsi produk pangan. Konsumen yang semakin aktif, dinamis dan
sibuk menuntut produk-produk yang instan, praktis dan nyaman untuk dibawa
kemana-mana.
Contoh:
Susu cair dalam kemasan praktis (sebelumnya bentuk bubuk).
Susu asam dalam kemasan kecil.
Susu sereal instan, cereal bar.
Krim langsung makan (Instant whipping cream).
Pudding instan
Bubuk yoghurt, tablet.

d. Kesenangan (Fun and pleasure)


Globalisasi juga menuntut adanya pengalaman rasa (taste experience), yaitu
konsumen semakin penasaran dan tertarik terhadap rasa-rasa baru dan jenis-
jenis produk baru juga kemasan baru yang lebih menarik. Contoh:
Minuman susu fermentasi dengan bermacam-macam rasa baru.
Minuman coklat susu, kopi susu, cappuchino, mocchacino.
Susu soda, susu kocok.
Pelembut.
Susu kedelai, susu kacang, dan lain-lain.

e. Indulgence dan Loyalitas

4
Sebagian konsumen yang tidak sensitif atau tidak mudah terpengaruh oleh
kenaikan harga menginginkan produk-produk dengan kualitas premium yang
rasanya enak dan kemasannya menarik, walaupun harganya mahal.
Contoh:
Susu pasteurisasi dengan premium quality.
Ice cream dengan premium quality.
Chocolate milk drink.
Yoghurt dengan rasa buah.

2. Pilihan Konsumen
Selain lebih memperhatikan kesehatan, konsumen masa kini juga sangat peduli
terhadap isu-isu yang berhubungan dengan keamanan pangan. Oleh karena itu,
produk-produk organik, alami, tanpa bahan pengawet, tanpa pemanis buatan, dan
tanpa pewarna menjadi lebih menarik perhatian konsumen. Hal-hal tersebut harus
dikomunikasikan dengan benar. Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi produsen
untuk memperbaharui produknya yang sebelumnya menggunakan bahan
tambahan makanan sintetis.
Contoh:
Keju dari potasium sorbat menjadi nisin (alami, bahan pengawet dari susu,
sehingga tidak perlu di klaim sebagai pengawet).
Proses hot filling (mengganti kemasan dengan bahan yang lebih tahan
panas) sehingga tidak perlu pengawet.
Penggunaan gula alkohol (laktitol, maltitol, sorbitol) yang GRAS sebagai
pengganti pemanis buatan lainnya.

3. Peluang Bisnis
Dampak dari lahirnya kekuatan pelaku usaha yang berorientasi pada pasar global
telah dirasakan pelaku usaha secara keseluruhan, bahkan pelaku usaha yang hanya
menjual dalam wilayah geografis kecilpun merasakan dampak kekuatan tersebut.
Dari sisi pelaku usaha, perubahan yang terjadi dalam persaingan oleh sebagian
pelaku usaha dianggap sebagai ancaman, namun perusahaan sejenis lainnya ada
yang menerjemahkan sebagai suatu tantangan, sekaligus peluang besar bagi
pengembangan usahanya. Ancaman ataupun peluang bisnis sangat ditentukan oleh

5
kemampuan perusahaan memahami perubahan yang terjadi dan meresponnya
dalam bentuk sikap dan tindakan ke depan melalui suatu perencanaan yang
sistematis.
Di Indonesia, peraturan tentang pangan fungsional yang telah mengijinkan
produsen untuk mencantumkan health claim pada kemasannya. Hal ini memberi
kesempatan produsen untuk membut pangan fungsional, contohnya yaitu:
Kalsium dengan osteoporosis.
Sodium dengan hipertensi.
Potasium dengan hipertensi dan risiko stroke.
Dietary fiber, buah-buahn, sayuran, biji-bijian dengan kanker.
Lemak tidak jenuh dan kolesterol dengan penyakit jantung koroner.
Folat dengan neural tube defect.
Gula alkohol dengan caries gigi.
Protein kedelai dengan kolesterol dan penyakit jantung koroner.
Ekstrak teh hijau dengan risiko penyakit jantung.

4. Kompetensi Bisnis
Dalam mengambangkan produk harus mempertimbangkan pula kemampuan
kompetensi yang dimiliki pada suatu produk dan turunannya. Tetapi dengan
berkembangnya konsep bea produksi maka produsen bisa mengembangkan
product portfolio tanpa harus selalu mengeluarkan investasi peralatan produksi
terlebih dahulu. Investasi cukup dilakukan untuk merek saja. Sebaiknya juga,
produsen bisa meningkatkan efisiensi dengan menerima bea produksi dari pihak
lain. Selain meningkatkan efisiensi, hal ini juga bisa meningkatkan keahlian dan
menambah wawasan bagi sumber daya manusianya.
Contoh:

Produksi keju

Produksi bukan susu krim

Produksi invant formula

Produksi minuman susu fermentasi

6
5. Efisiensi Bisnis
Dalam memenangkan persaingan untuk memenuhi permintaan pasar, dunia usaha
dituntut meningkatkan efisiensi proses produksinya sekaligus meningkatkan
efektivitas dalam mencapai tujuan-tujuannya. Industri yang tidak menerapkan
pemikiran yang demikian akan tergilas oleh derasnya arus persaingan yang
diterapkan para kompetitornya. Pemikiran tersebut telah menjadi ideologi bisnis
bagi pelaku usaha, terutama yang ingin masuk dalam persaingan global. Setiap
inovasi produk hanya bisa dikomersialisasikan dengan pertimbangan efisiensi
bisnis seperti kuantitas minimum, kapasitas pabrik, biaya produk, serta jalur
distribusi yang tersedia. Oleh karena itu, dalam menjalankan aktivitasnya R&D
dalam suatu perusahaan tidak bisa hanya menjalankan aktivitas riset tanpa
mempertimbangkan kelayakan bisnis. R&D harus terintegrasi dalam sistem
organisasi perusahaan dan berkerja sama secara matriks dengan bagian
operasional (pabrik) dan bagian komersial (marketing, finance). Pertimbangan
efisiensi bisnis juga mengharuskan R&D untuk berpikir dan bertindak praktis.

6. Visi dan Misi Perusahaan


Setiap aktivitas R&D harus dalam koridor visi dan misi perusahaan. Tujuannya
adalah untuk membatasi ide-ide yang terlalu banyak sehingga menjadi tidak
fokus. Selain itu, hal ini akan membantu efisiensi aktivitas pemasaran, yaitu
strategi komunikasi menjadi lebih jelas dan konsisten.

7. Proses Inovasi
Dari segi inovasi produk baru perlu memiliki keunggulan kompetitif dan
memimpin dibidangnya, nilaiinnovative-ness product baru harus mampu
menempatkan keunggulan bisnis daripada hanya sekedar adaptasi teknologi.
Pikiran-piktran inovatif akan menghasilkan karya-karya inovatif dan krearif (jump
ductive) guna mendukung kemampuan kompetitif bisnis (Gruber, W.H., 1931).
Berbagai penyelesaian melalui kegiatan riset dilakukan; namun perlu batasan-
batasan dan ciri-ciri riset serta ruang lingkup sejauh mana riset tersebut dilakukan.

8. Karakater Produk yang Diciptakan:


Desain produk

7
Salah satu faktor penting yang cukup menentukan adalah soal pengemasan atau
pengelolaan bisnis itu sendiri. Mereka umumnya berhasil menekankan unsur
keunikan produk, namun tetap menjaga produk tersebut tidak terkesan murahan.
Terutama jika target pemasarannya adalah kalangan menengah ke atas.

Fitur-fitur baru (Menawarkan Keunikan)


Perkembangan produk makanan, memang berlangsung cepat. Berbagai jenis
produk baru terutama yang diproduksi oleh pabrikan, datang silih berganti. Selera
konsumen pun berubah dan berkembang sangat cepat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Suryana, Kewirausahaan, Kiat Dan Proses MenujuSukses. Jakarta :PenerbitSalemba Empat.


Benedicta Prihatin Dwi, Riyanti. (2003). Kewirausahaan Dari Sudut Pandang. Psikologi
Kepribadian. Jakarta : Grasindo.
Henry Faizal, Noor.( 2007). Ekonomi manajerial. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Ina Primiana. (2009). Menggerakkan sektor riil UKM &industri .Bandung :Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai