PENDAHULUAN
1
kulit berupa infeksi menjadi salah satu komplikasi kronik yang sering terlihat
pada pasien diabetes mellitus.5
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.3 Patogenesis Terjadinya Kelainan Kulit pada Penderita Diabetes Melitus
4
Makro dan mikroangiopati pada pasien diabetes juga memberikan
peranan dalam manifestasi kulit. Pada pasien diabetes terdapat peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, penurunan respon vaskular terhadap persarafan
simpatetik, dan berkurangnya kemampuan merespon panas dan stres
hipoksemik. Arteriosklerosis pada pembuluh darah besar dan gangguan
mikrovaskular ini dapat menyebabkan terjadinya ulkus diabetikum.8
2.4.1 Pruritus
5
2.4.2 Nekrosis Lipoidika Diabetikorum (NLD)
Penyakit ini sangat jarang terjadi, hanya terdapat pada 0,3 % dari
penderita DM. Angka kejadian tiga kali lebih tinggi pada wanita dan
biasanya asimtomatik. Penyakit ini dapat terjadi pada semua usia, tetapi
umumnya pada usia dewasa muda (rata-rata 34 tahun). Pada saat seseorang
didiagnosa menderita NLD, 10% dari orang tersebut akan menderita DM
atau menderita gangguan toleransi glukosa dalam waktu 5 tahun mendatang,
atau memiliki riwayat DM paling tidak dari salah satu orang tuanya.5
Pada lesi kronik biasanya terjadi ulkus dangkal, indolen dan nyeri.
Pada stadium awal NLD dapat menyerupai granuloma anulare atau sarkoid.
Perubahan patologi terjadi di dermis bagian bawah di mana terjadi edema,
basofilis dan penurunan jumlah kolagen dengan kerusakan struktur
normalnya (nekrobiosis). Terjadi peningkatan kolagenase dan penumpukan
sel-sel inflamasi pada lesi kulit. Pada akhirnya terjadi pembentukan sel busa
yang memberikan gambaran lipoidika.5
6
antara DM dengan pathogenesis terjadinya perubahan tersebut masih belum
jelas. Ada hipotesis yang mengatakan bahwa kemungkinan terjadinya
peningkatan agregrasi platelet adalah faktor pemicu dari terjadinya
perubahan vaskular. Pengobatan NLD sampai sekarang belum ada yang
menunjukkan hasil yang memuaskan. Progresi dari lesi kulit tidak
berhubungan dengan menurunnya kadar gula darah. Pemberian
glukokortikoid topikal dengan cara oklusi atau injeksi intralesi dapat
memberikan perbaikan pada lesi yang aktif. Pemberian aspirin dengan dosis
3,5 mg/kg setiap 48-72 jam juga memberikan efek yang baik. Obat-obatan
lain yang cukup membantu misalnya klofazimin, nikotinamid, dan
pentoksifilin dapat juga digunakan. Pemaparan sinar ultra violet juga cukup
membantu penyembuhan ketika lesi muncul kembali.9
7
2.4.4 Akantosis Nigrikans
8
kotor dan permukaannya tampak seperti beludru. Bagian belakang leher
adalah bagian yang paling sering terkena.10 Kadang-kadang dapat disertai
pula dengan akrokordon/skin tag pada area yang terkena.9
9
2.4.6 Sklerederma Diabetikorum
10
2.5.1 Infeksi Bakteri
11
2.5.2.2 Infeksi Dermatofit
Tinea korporis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur
superfisial golongan dermatofitas, menyerang daerah kulit yang tidak berambut
pada wajah, badan, lengan, dan tungkai. Penyebabnya adalah jamur golongan
dermatofita, yang tersering adalah epidermophyton, floccosum, atau T. rubrum.
Panyakit ini tersebar di seluruh dunia terumata pada daerah beriklim tropis.
Insiden penyakit meningkat pada daerah dengan kelembaban udara yang tinggi.
Kebersihan perorangan dan lingkungan sangat berpengaruh terhadapt
perkembangan penyakit ini.5
12
eritematosa dan vesikel. Pada perjalanan penyakit yang kronik dapat dijumpai
likenifiakasi. Gambaran lesi dapat polisiklik, anular, atau geografis.5,7
13
BAB III
IDENTIFIKASI KASUS
Nama :INY
Umur : 61 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Br. Bukti
Pekerjaan : Petani
Suku : Bali
Agama : Hindu
Pendidikan terakhir : SMP
Status pernikahan : Menikah
No. Rekam Medis : 202663
Status : Rawat Inap (Interna)
3.2 Anamnesa
14
seluruh tubuh, terutama di bagian bawah ketiak sebelah kanan, sampai
pasien tidak bias berhenti menggaruk tubuhnya.
Riwayat Sosial
15
3.4 Status General
Thorax
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)
Efloresensi : Pada dada sebelah kanan di bawah axila terdapat plak eritem
geografika, papul multiple dengan tepi tidak rata dan dasar lesi yang meninggi
dengan ukuran bervariasi, gambaran sentral healing positif.
Darah lengkap :
HB : 14.5 g/dl
HCT : 40.5 %
16
Pemeriksaan fungsi ginjal, gula darah puasa dan 2jam postprandial,
trigliserida, cholesterol, asam urat.
Urea : 67 mg/dl
3.7 Diagnosis
- Dislipidemia
- Hiperurisemia
- Hipertensi grade II
3.8 Penatalaksanaan
17
o Novorapid 3x 10 IU sc
o Lantus 0-0-10 IU sc
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada tinea korporis atau ringworm biasanya persebaran lesi akan berada
disekitar dada, ekstremitas atau wajah. Tampak adanya central healing pada
bagian tengah lesi dengan tepi lesi yang merah dan meninggi. Terkadang
terdapat erosi dan krusta akibat garukan. 4,5
19
sistemik. Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan KOH
10%.
Umumnya pasien dengan tinea korporis dapat sembuh secara total tapi
dapat juga kambuh kembali dan tergantung pada faktor predisposisi. Mengingat
pasien ini memiliki riwayat diabetes melitus dan juga berusia tua kemungkinan
pasien akan sembuh namun akan dapat kambuh.
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Telah dilaporkan satu kasus tinea korporis pada pasien diabetes melitus.
Diagnosa didapatkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pengobatan
yang diberikan untuk kasus diatas adalah pengobatan dengan anti jamur topikal
dengan ketokonazol cream dan zalf 2-4 dan diberikan antihistamin dipenhidramin
injeksi untuk mengurangi gatal.
Diabetes adalah penyakit endokrin yang paling sering terjadi, dan banyak
penyakit kulit berhubungan dengan diabetes. Pengetahuan akan kondisi-kondisi
kulit tersebut dapat membantu seorang dokter layanan primer dalam diagnosis
diabetes dan penatalaksanaan penyakit kulit yang berhubungan dengannya.
Sebagian besar dapat diatasi oleh dokter layanan primer tetapi rujukan ke
dermatologis dapat dilakukan pada beberapa kasus. Seiring dengan meningkatnya
insidens dan prevalensi penderita diabetes, manifestasi kulit yang berhubungan
dengan diabetes akan lebih umum lagi. Maka dari itu, dokter layanan primer harus
membiasakan diri dengan gejala klinis dan terapinya.
21
DAFTAR PUSTAKA
22