Makalah Kebijakan IUP
Makalah Kebijakan IUP
Disusun oleh:
KELOMPOK 2
Barkah Tutuka Aji 12109019
Fadhlan Adit Rachmawan 12110022
Andre Sebastiano Ginting 12110042
Hafidha Dwi Putri A 12111003
Joel Goklasmartua N 12111022
Galih Pertiwi 12111040
Cynthia Valentina 12111062
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala
limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan waktu yang telah direncanakan.
Penyusunan makalah yang berjudul Mekanisme Pemberian Izin Usaha Pertambangan ini
merupakan tindak lanjut dari materi terkait yang telah diberikan pada mata kuliah Kebijakan
Pertambangan (TA - 4202).
Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik
moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada
hingganya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Made Astawa Rai selaku dosen pengajar mata kuliah Kebijakan
Pertambangan yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan arahan kepada penulis.
2. Ucapan terima kasih juga penulis persembahkan kepada semua sahabat yang telah banyak
memberikan bantuan, dorongan serta motivasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik
yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya,
semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.
Penulis .
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mempelajari mekanisme pemberian Ijin
Usaha Pertambangan (IUP) dari pihak pemerintah ke pihak pengusaha.
1.4 Metode
Metode yang penulis gunakan dalam menyusun makalah ini adalah studi literatur, baik literatur
cetak maupun elektronik.
1
BAB II
USAHA PERTAMBANGAN
Berdasarkan UU nomor 4 tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang; sedangkan
Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.
2
BAB III
IZIN USAHA PERTAMBANGAN
Berdasarkan UU no. 11/1967 pasal 10, pada awalnya usaha pertambangan diatur dalam
bentuk Kontrak Karya (KK), Kuasa Pertambangan (KP), Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD), dan
Surat Ijin Usaha Pertambangan Rakyat (SIPR). Akan tetapi, ketika terbit UU Minerba no. 4/2009,
bentuk usaha pertambangan diubah sesuai pasal 35, yaitu:
1. Izin Usaha Pertambangan (IUP)
2. Izin Pertambangan Rakyat (IPR)
3. Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)
Pemberian IUP juga diatur dalam PP yang sama. Yang berhak memberikan IUP ialah:
a. bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;
b. gubernur sesuai dengan kewenangannya; dan
c. Menteri sesuai dengan kewenangannya.
Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 diatur bahwa IUP diberikan terbatas pada 1 jenis
mineral atau batubara. Dalam hal pemegang IUP menemukan mineral lain dalam WIUP yang
dikelolanya, maka pemegang IUP tersebut mendapatkan prioritas untuk mengusahakan mineral yang
ditemukannya. Sebelum pemegang IUP tersebut mengusahakan mineral lain yang ditemukannya,
diatur bahwa pemegang IUP tersebut wajib mengajukan permohonan IUP baru kepada Menteri,
gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Dalam hal pemegang IUP
tersebut tidak berminat untuk mengusahakan mineral lain yang ditemukannya, maka pemegang IUP
tersebut memiliki kewajiban untuk menjaga mineral tersebut agar tidak dimanfaatkan pihak lainnya
yang tidak berwenang.
3
a. golongan bahan galian strategis
b. golongan bahan galian vital
c. golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam golongan a atau b
Dalam pelaksanaannya, IUPK tidak dapat digunakan untuk kegiatan pertambangan selain yang
tertera dalam pemberian IUPK. Dalam hal proses eksplorasi, jika pemegang IUP ingin menjual
mineral logam atau batubara, maka pemegang IUP Eksplorasi wajib mengajukan izin sementara untuk
melakukan pengangkutan dan penjualan yang diberikan oleh menteri.
4
BAB IV
MEKANISME PEMBERIAN IUP
Yang berwenang
Keberadaan WIUP Keterangan
memberikan IUP
Dalam satu wilayah kabupaten/kota
dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 Bupati/Walikota
(empat) mil dari garis pantai
Lintas wilayah kabupaten/kota dalam satu
provinsi dan/atau wilayah laut 4 (empat)
Gubernur
mil sampai dengan 12 (dua belas) mil dari
garis pantai
Lintas wilayah provinsi dan/atau wilayah Setelah mendapatkan
laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis Menteri persetujuan dari gubernur dan
pantai bupati/walikota setempat
Tabel 4.1 Wewenang Pemberian IUP
5
4.4. Mekanisme Pemberian IUP
IUP diberikan melalui tahapan 2 tahapan, yaitu pemberian WIUP dan pemberian IUP.
1. Pemberian WIUP
a. Pemberian WIUP terdiri atas:
- WIUP radioaktif, diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
- WIUP mineral logam, diperoleh dengan cara lelang
- WIUP batubara, diperoleh dengan cara lelang
- WIUP mineral bukan logam, diperoleh dengan cara mengajukan permohonan wilayah
- WIUP batuan, diperoleh dengan cara mengajukan permohonan wilayah.
b. Dalam 1 (satu) WUP dapat terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WIUP
c. Setiap pemohon hanya dapat diberikan 1 (satu) WIUP
d. Dalam hal pemohon merupakan badan usaha yang telah terbuka (go public), dapat diberikan
lebih dari 1 (satu) WIUP.
6
WIUP hanya 1 (satu);
- menilai kualifikasi peserta lelang WIUP;
- melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;
- melaksanakan lelang WIUP; dan
- membuat berita acara hasil pelaksanaan lelang dan mengusulkan pemenang lelang WIUP.
e. Untuk mengikuti lelang, peserta lelang WIUP harus memenuhi persyaratan:
- administratif;
Firma dan
Persyaratan Badan Usaha Koperasi Perseorangan
Komanditer
Formulir yang disiapkan
panitia lelang
Profil
Akte pendirian yang sah
NPWP
KTP
Tabel 4.2 Persyaratan Administratif Lelang WIUP
- teknis
1) pengalaman badan usaha, koperasi, atau perseorangan di bidang pertambangan
mineral atau batubara paling sedikit 3 (tiga) tahun, atau bagi perusahaan baru harus
mendapat dukungan dari perusahaan induk, mitra kerja, atau afiliasinya yang bergerak
di bidang pertambangan;
2) mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga ahli dalam bidang pertambangan
dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan
3) rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 4 (empat) tahun eksplorasi
- finansial.
1) laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit akuntan publik;
2) menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tunai di bank
pemerintah sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai kompensasi data informasi atau
dari total biaya pengganti investasi untuk lelang WIUP yang telah berakhir; dan
3) pernyataan bersedia membayar nilai lelang WIUP dalam jangka waktu paling lambat
5 (lima) hari kerja, setelah pengumuman pemenang lelang.
f. Tahap pelelangan
- pengumuman prakualifikasi;
- pengambilan dokumen prakualifikasi;
- pemasukan dokumen prakualifikasi;
- evaluasi prakualifikasi;
- klarifikasi dan konfirmasi terhadap dokumen prakualifikasi;
- penetapan hasil prakualifikasi;
- pengumuman hasil prakualifikasi;
- undangan kepada peserta yang lulus prakualifikasi; pengambilan dokumen lelang;
- penjelasan lelang;
panitia lelang sesuai dengan kewenangannya yang diberikan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota dapat memberikan kesempatan kepada peserta pelelangan WIUP yang
lulus prakualifikasi untuk melakukan kunjungan lapangan dalam jangka waktu yang
disesuaikan dengan jarak lokasi yang akan dilelang setelah mendapatkan penjelasan
7
lelang (biaya dibebankan kepada peserta pelelangan)
- pemasukan penawaran harga
1) apabila hanya 1 peserta lelang yang memasukkan penawaran harga, dilakukan
pelelangan ulang;
2) dalam hal peserta lelang ulang tetap hanya 1 (satu) peserta, ditetapkan sebagai
pemenang dengan ketentuan harga penawaran harus sama atau lebih tinggi dari harga
dasar lelang yang telah ditetapkan
3) pembukaan sampul;
4) penetapan peringkat;
5) penetapan/pengumuman pemenang lelang yang dilakukan berdasarkan penawaran harga
dan pertimbangan teknis; dan memberi kesempatan adanya sanggahan atas keputusan
lelang.
g. Jangka waktu prosedur pelelangan ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 35 (tiga puluh
lima) hari kerja sejak pemasukan penawaran harga
h. Hasil pelaksanaan lelang WIUP dilaporkan oleh panitia lelang kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya untuk ditetapkan pemenang lelang WIUP.
i. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan usulan
panitia lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) menetapkan dan
memberitahukan secara tertulis pemenang lelang WIUP mineral logam dan/atau batubara.
2. Pemberian IUP
i. IUP Eksplorasi
Pemenang lelang WIUP mineral logam atau batubara harus menyampaikan
permohonan IUP Eksplorasi kepada menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah penetapan
pengumuman pemenang lelang WIUP. Apabila pemenang lelang WIUP tidak
menyampaikan permohonan IUP dalam jangka waktu yang ditetapkan, ia dianggap
mengundurkan diri dan uang jaminan kesungguhan lelang menjadi milik pemerintah atau
milik pemerintah daerah. Jika pemenang lelang WIUP telah dianggap mengundurkan diri,
WIUP ditawarkan kepada peserta lelang urutan berikutnya secara berjenjang dengan syarat
nilai harga kompensasi data informasi sama dengan harga yang ditawarkan oleh pemenang
pertama. Jika tidak ada peserta lelang yang berminat, menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan lelang ulang WIUP.
8
BAB V
IUP EKSPLORASI
1. Badan usaha
2. Koperasi
3. Perseorangan
Penyelidikan
Jenis Bahan Galian Eksplorasi Studi Kelayakan Luas
Umum
1 tahun (dengan
3 tahun (dengan perpanjangan max. 100.000 ha;
Logam 1 tahun perpanjangan max. 1 x 1
max. 2 x 1 tahun) min 5.000 ha
tahun)
2 tahun (dengan perpanjangan max. 50.000 ha;
Batubara 1 tahun 2 tahun
max. 2 x 1 tahun) min. 5.000 ha
Nonlogam (batu
1 tahun (dengan
gamping untuk 3 tahun (dengan perpanjangan
1 tahun perpanjangan max. 1 x 1 max. 5.000 ha
industri semen, max. 1 x 1 tahun)
tahun)
intan, & batu mulia)
max. 25.000 ha;
Nonlogam 1 tahun 1 tahun 1 tahun
min. 500 ha
max. 5.000 ha;
Batuan 1 tahun 1 tahun 1 tahun
min. 5 ha
Radioaktif tergantung penugasan
9
BAB VI
IUP OPERASI PRODUKSI
4. Badan usaha
5. Koperasi
6. Perseorangan
a. nama perusahaan;
b. luas wilayah;
c. lokasi penambangan;
d. lokasi pengolahan dan pemurnian;
e. pengangkutan dan penjualan;
f. modal investasi;
g. jangka waktu berlakunya IUP;
h. jangka waktu tahap kegiatan;
i. penyelesaian masalah pertanahan;
j. lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang;
k. dana jaminan reklamasi dan pascatambang;
l. perpanjangan IUP;
m. hak dan kewajiban pemegang IUP;
n. rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan;
o. perpajakan;
p. penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran produksi;
q. penyelesaian perselisihan;
r. keselamatan dan kesehatan kerja;
s. konservasi mineral atau batubara;
t. pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri;
u. penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik;
v. pengembangan tenaga kerja Indonesia;
w. pengelolaan data mineral atau batubara; dan
x. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan mineral atau batubara
10
Jenis Bahan Galian Konstruksi Produksi Luas
20 tahun (dengan perpanjangan max. 25.000
Logam 2 tahun
max. 2 x 10 tahun) ha
10 tahun (dengan perpanjangan max. 15.000
Batubara 2 tahun
max. 2 x 5 tahun) ha
Nonlogam (batu gamping
20 tahun (dengan perpanjangan
untuk industri semen, intan, 2 tahun max. 5.000 ha
max. 2 x 10 tahun)
dan batu mulia)
10 tahun (dengan perpanjangan
Nonlogam max. 5.000 ha
max. 2 x 5 tahun)
5 tahun (dengan perpanjangan max.
Batuan 1 tahun max. 1.000 ha
2 x 5 tahun)
11
BAB VII
PENUTUP
Kegiatan usaha pertambangan adalah kegiatan pengelolaan sumber daya mineral dan batubara
yang bersifat profit-sentris. Untuk dapat melakukan kegiatan usaha pertambangan, seorang pengusaha
tambang tidak bisa serta-merta menggali kekayaan alam dan langsung menjualnya. Berdasarkan UU
Minerba no. 4/2009 pasal 4, Pertambangan spesifik Mineral dan Batubara dikuasai oleh Negara,
diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Dalam pelaksanaannya, negara
memberikan wewenang kepada pengusaha tambang untuk melakukan seluruh tahap kegiatan
pertambangan, dengan terlebih dahulu mengajukan WIUP (wilayah izin usaha pertambangan), dan
kemudian dapat memulai usaha pertambangannya setelah mendapatkan izin usaha pertambangan
(IUP), baik berupa IUP eksplorasi ataupun IUP operasi produksi dengan mekanisme tertentu.
12
DAFTAR PUSTAKA
nationalinks.blogspot.com/2009/07/definisi-usaha-pertambangan-dan.html
http://www.hukumpertambangan.com/izin-usaha-pertambangan/#sthash.81TfUB5O.dpuf
http://www.hukumpertambangan.com/izin-usaha-pertambangan-khusus-
iupk/#sthash.XVOnnUMb.dpuf
http://minoritystudyclub.blogspot.com/
http://esdm.jatimprov.go.id/esdm/attachments/article/29/Rapermen%20ESDM%20Pedoman%20Periz
inan%20Kegiatan%20Usaha%20Pertambangan%20Mineral%20Bukan%20Logam%20dan%20Batua
n.pdf
13