Anda di halaman 1dari 135

Penyehatan Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman

A. Pengertian

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi


kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci piring, membuang
makanan yang rusak.

Pengertian higiene menurut Dr. Azrul Azwar adalah usaha kesehatan masyarakat
yang mempelajaripennngaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia,
upaya pencegahan timbulnya karena pengaruh lingkungan kesehatan, serta
membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa hingga terjamin pemeliharaan
lingkungan.

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi


kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih, menyediakan tempat
sampah dan lain-lain.

Menurut Ehlers dan Stell (1958), sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan yang
ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan
penyakit.

Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang
disajikan dan dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman
yang dijual didalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit.

Jadi kesimpulannya, Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman di Rumah Sakit


adalah salah satu upaya untuk mengamankan makanan dan minuman yang
disajikan dan dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman
yang dijual didalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit dari
kemungkinan risiko gangguan penyakit bawaan makanan terutama yang disebabkan
oleh mikroba.

Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan

Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/ gr sampel makanan dan pada
minuman angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman.
Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak-banyaknya
2
100/cm permukaan dan tidak ada kuman E.Coli.

Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari 65,5 atau
dalam suhu dingin kurang dari 4C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam
disimpan suhu 5C sampai -1C.

Maknaan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu 10C.

Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai berikut :

Suhu Peyimpanan Menurut Jenis Bahan Makanan

Jenis
Bahan
Digunakan untuk

Makanan

3 hari atau kurang


1 minggu atau
1 minggu atau
kurang
lebih

Ikan,
udang
dan
0 0
-5 C sampai 0 C
0
-10 C sampai -
0
Kurang dari -10

olahannya

0
5 C
C

Telur,
susu
dan
0 0
5 C sampai 7 C
0 0
-5 C sampai 0
0
Kurang dari -5 C

olahannya

Sayur,
buah
dan
0
10 C
0
10 C
0
10 C

minuman
Tepung dan biji
0
25 C
0
25 C
0
25 C

Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.

Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit-
langit dengan ketentuan sebagai berikut :

Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm

Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm

Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm

C.Tata Cara Pelaksanaan

Bahan Makanan dan Makanan Jadi

Pembelian bahan sebaiknya ditempat yang resmi dan berkualitas baik.


Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari instalasi Gizi atau dari luar
rumah sakit/jasaboga harus diperiksa secara fisik, dan laboratorium minimal 1 bulan
Peraturan Mnteri Kesehatan No. 715/MenKes/SK/V/2003 tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Jasaboga.
Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal dari sumber lain
diperiksa kondisi fisiknya sebelum dihidangkan.

Bahan makanan kemasan (terolah) harus mempunyai label dan merek serta dalam
keadaan baik.

Bahan Makanan Tambahan

Bahan makanan tambahan (bahan pewarna, pengawet, pemanis buatan) harus


sesuai dengan ketentuan.

Penyimpanan Bahan Makanan dan Makanan Jadi

Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan
bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain.

Bahan Makanan Kering

Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang tinggi.

Bahan makanan tidak diletakkan di bawah saluran/pipa air (air bersih maupun air
limbah) untuk menghindari terkena bocoran.

Tidak ada drainase disekitar gudang makanan

Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak dengan ketinggian rak
terbawah 15 cm 25 cm.

0
Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 22 C.

Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga.


Penempatan bahan makanan harus rapih dan ditata tidak padat untuk menjaga
sirkulasi udara.

Bahan Makanan Basah / Mudah Membusuk dan Minuman

Bahan seperti buah, sayur, dan minuman, disimpan pada suhu penyimpanan sejuk
0 0
(cooling) 10 C - 15 C.

Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali, disimpan pada suhu
0 0
penyimpanan dingin (chilling) 4 C - 10 C.

Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam
0 0
disimpan pada penyimpanan dingin sekali (freezing) dengan suhu 0 C - 4 C.

Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu kurang dari 24
0
jam disimpan pada penyimpanan beku (frozen) dengan suhu 0 C.
Pintu tidak boleh sering dibuka karena akan meningkatkan suhu.

Makanan yang berbau tajam (udang, ikan, dan lain-lain) harus tertutup.

Pengambilan dengan cara First In First Out (FIFO), yaitu yang disimpan lebih dahulu
digunakan dahulu, agar tidak ada makanan yang busuk.

Makanan Jadi

1) Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi berdasarkan ketentuan


yang berlaku. Jumlah kandungan logam berat dan residu pestisida tidak boleh
melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku.

2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan tertutup serta
segera disajikan.

Pengolahan Makanan

Unsur-unsur yang terkait dengan pengolahan makanan :

Tempat Pengolahan Makanan

Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur) sesuai dengan persyaratan


konstruksi, bangunan dan ruangan dapur.

Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan


antiseptik.

Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup asap.

Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200 lux.

Peralatan Masak
Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses
pengolahan makanan.

Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat bercun kepada makanan.

Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor.

Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam / basa atau garam-garam yang lazim
dijumpai dalam makanan.

Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya didesinfeksi dan


dikeringkan.

Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dean disimpan
pada rak terlindung dari vektor.
Penjamah Makanan

Harus sehat dan bebas dari penyakit menular.

Secara berkala minimal 2 kali diperiksa kesehatannya oleh dokter yang


berwenang.

Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelindung pengolahan


makanan dapur.

Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil.

Pengankutan Makanan

Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara pengangkutannya,
yaitu:

Makanan diangkut dengan kereta dorong yang tertutup dan bersih.

Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih tersedia udara untuk
ruang gerak.

Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk mengangkut
bahan/barang kotor.

Penyajian Makanan

Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan peralatan yang
dipakai harus bersih.

Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup.


Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas
0 0
penghangat makanan dengan suhu minimal 60 C dan 4 C untuk makanan
dingin.

Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian bersih.

Makanan jadi harus segera disajikan.

Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien.

5. Pengawasan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman Pengawasan


dilakukan secara :

a. Internal
Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau petugas penanggung jawab
kesehatan lingkungan rumah sakit.

Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan pengambilan sampel makanan dan


minuman meliputi bahan makanan dan minuman yang mengandung protein tinggi,
makanan siap santap, air bersih, alat makanan dan masak serta usap dubur
penjamah.

Pemeriksaan parameter kimiawi dilakukan pengambilan sampel minuman berwarna,


makanan yang diawetkan, sayuran, daging, ikan laut.

Pengawasan secara berkala dan pengambilan sampel dilakukan minimal 2 (dua) kali
dalam setahun.

Bila terjadi keracuan makanan dan minuman di rumah sakit maka petugas sanitasi
harus mengambil sampel makanan dan minuman untuk diperiksakan ke laboraturium.

Eksternal

Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh Petugas Sanitasi Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidentil atau mendadak menilai kualitas.

Cheklis Tentang Hygiene dan Sanitasi Pengolahan Makanan Minuman di Rumah


Sakit

No.
variabel

Komponen yang Diamati


Ya
Tidak

1.
Pemilihan
bahan
a. Bahan makanan dalam kualitas baik,

makanan

tidak rusak dan tidak membusuk

b. Bahan makanan yang dibeli dari

sumber yang resmi atau jelas


c. Kemasan bahan makanan terdaftar

pada Departemen Kesehatan RI

d. Melakukan pemeriksaan organoleptik

seperti memegang, meraba,


atau

mencium bahan makanan


Buah-buahan :

Utuh dan segar

Kulit Tidak rusak

Tidak ada warna tambahan

Tidak ada bau busuk

Sayuran :

Daun segar

Utuh

Kulit tidak rusak atau tidak ada gigitan


serangga

Bersih dan tidak berubah warna

Jenis biji-bijian :

Bersih

Kering

Utuh
Berwarna mengkilap

Tidak berlubang

Jenis ikan :

Warna kulit cerah dan tidak rusak

Dagingnya segar, elastis bila ditekan


dengan jaribekasnya kembali keposisi
semula

Bau tidak busuk

Lendir pada permukaan tidak berlebihan

Jenis daging :

Bau tidak busuk dan segar

Elastis dan tidak kaku

Warna cerah
Bila dipegang tidak rekat pada tangan dan masih terasa
kebasahannya

Jenis telur :

Tidak rusak atau pecah

Bersih fisik

Tidak berbau busuk

Tidak kering

2.Penyimpanan

a. Bahan makanan kering :

bahan makanan
1.
Semua
gudang

bahan
makanan

berada dibagian yang tinggi

2.
Bahan
makanan
tidak
diletakkan
dibawah saluran atau pipa air untuk

menghindari terkena bocoran

3.
Tidak ada drainase disekitar gudang

makanan

4.
Semua
bahan
makanan
disimpan

pada rak-rak dengan ketinggian rak

terbawah 15 cm 25 cm

5.
Gudang terbuat dari anti tikus dan

serangga
6.
Penempatan bahan makanan rapi dan

ditata tidak padat

b. Bahan makanan basah / mudah

membusuk :

1.
Bahan makanan seperti buah, sayuran

disimpan
pada
suhu penyimpanan

sejuk
2.
Bahan makanan berprotein yangakan

segera diolah kembali disimpan pada

suhu penyimpanan dingin

3.
Bahan
makanan
berprotein yang
mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam disimpan pada penyimpanan dingin
sekali

4.
Bahan
makanan
berprotein
yang

mudah rusak untuk jangka waktu

kurang dari 24 jam disimpan pada

penyimpanan beku

5.
Pintu tidak sering dibuka

6.
Makanan yang berbau tajam (udang,

ikan, dan lain-lain) harus tertutup


3.Cara pebgolahan

a. Mencuci bahan makanan

makanan
1.
Buah-buahan dan sayur-sayuran yang

dimakan mentah dicuci menggunakan

air hangat

2.
Mencuci
bahan
makanan sebelum

dipotong-potong atau diracik

3.
Mencuci bahan makanan dengan air

mengalir

4.
Wadah
yang
digunakan
untuk

menyimpan bahan yang telah dicuci

dalam keadaan bersih

Memotong dan merajang makanan

Memotong dan merajang bahan makanan tidak terlalu kecil

Bahan makanan yang sudah dirajang langsung dimasak

Bahan makanan yang sudah dipotong langsung dipisahkan tempatnya sesuai dengan
jenisnya

Alat untuk merajang bersih

Pembuatan bumbu :

1.
Bahan yang busuk dibuang
2.
Bumbu yang sudah jadi langsung

digunakan dan bumbu yang sisa

diletakkan di lemari es

3.
Alat
yang
digunakan
untuk

menghaluskan tidakmengandung zat


beracun dan berkarat

4.
Alat yang digunakan dalam kondisi

bersih

d. Memasak bahan makanan :

1.
Bahan
makanan
mencapai
tingkat
kematangan yang diinginkan

2.
Alat yang digunakan bersih fisik

3.
Mencicipi makanan dengan
alat

khusus
4.
Tempat

a. Lantai :

pengolahan
1.
Bersih fisik

makanan
2.
Kedap air

3.
Tidak licin dan rata
4.
Berwarna terang

5.
Tidak terdapat retak

6.
Konus

b. Dinding :
1.
Bersih fisik

2.
Kedap air dan rata

3.
Berwarna terang

c. Pintu dan jendela :

1.
Terbuat dari bahan yang kuat dan
mudah dibersihkan

2.
Rapat dari serangga dan tikus

3.
Menutup dengan baik dan membuka
kearah luar

4.
Jumlah jendela mencukupi

5.
Jendela dilengkapi kassa

d. Ventilasi :

1.
Tersedia dan berfungsi dengan baik

2.
Cukup menjamin rasa aman\

e. Langit-langit

1.
Rata dan bersih secara fisik

2.
Tinggi minimal 2,5 m dari lantai

3.
Tidak terdapat lubang-lubang

4.
Berwarna terang

5.
Peralatan

a. Bahan peralatan :

pengoolahan
1.
Bahan kuat

makanan
2.
Permukaan alat halus

3.
Mudah dibersihkan

4.
Tidak mengandung bahan berbahaya

(timah,
arsen,tembaga,
seng,

cadmium, dan lain-lain)

5.
Tidak rusak atau utuh
b. Pencucian peralata :

1.
Pencucian menggunakan detergent

2.
Pembilasan dengan air mengalir

3.
Dibebashamakan dengan air panas

c. Penyimpana peralatan :

1.
Peralatan
pengolahan
disimpan

didalam rak tertutup

2.
Peralatan pengolahan disimpan dalam

keadaan kering
3.
Rak penyimpanan
peralatan
terbuat

dari anti karat dan tidak rusak

4.
Ruang
penyimpanan
peralatan tidak

lembab
terlindung
dari
sumber

pencemar, dan binatang pengganggu

6.Tenaga
1.
Sehat atau bebas dari penyakit

pengolah/penjamah
2.
Tidak merokok pada saat mengolah
makanan

makanan
3.
Tidak mengobrol pada saat mengolah

makanan

4.
Tidakmenggaruk-garukanggota

tubuh dengan tangan pada saat

mengolah makanan

5.
Tidak menggunakan perhiasan

6.
Menggunakanalat
bantu
saat

mencicipi makanan
7.
Tidak berkuku panjang

8.
Selalu
mencuci
tangan sebelum,

setelah mengolah makanan

9.
Menggunakan penutup kepala

10. Menggunakan celemek

11. Menggunakan sarung tangan

12. Menggunakan seragam

13. Berpakaian rapih

14. Tidak terdapat luka terbuka pada anggota tubuh

7.Fasilitas sanitasi
a. Penyediaan Air Bersih :
1.
Tidak berbau, tidak berasa, tidak
berwarna
2.
Jumlah mencukupi
3.
Angka kuman tidak melebihi nilai

ambang batas
Tempat pencucian peralatan

Tersedia air panas

Tersedia air dingin untuk membilas

Tersedia bahan pembersih atau detergent

Terdapat 3 bak pencuci

Tempat pencucian peralatan


berhubungan dengan saluran
pembuangan air limbah

Tempat cuci tangan

Terpisah dengan tempat cuci peralatan

Terdapat sabun

Terdapat pengering tangan

Saluran pembuangan air tertutup

Air yang digunakan bersih secara fisik


(tidak bau, tidak berwarna, dan tidak
berasa)
Toilet :

Terdapat sabun didalam toilet

Air mengalir dengan lancar

Jumlah toilet mencukupi kebutuhan (1


buah untuk 10 orang karyawan)

Toilet jauh dari tempat pengolahan


makanan

e. Tempat sampah :

Terbuat dari bahan kedap air

Memiliki penutup

Mudah dibersihkan
Dilapisi dengan kantong plastik

Terdapat tempat sampah organik dan


anorganik

Pembuangan asap :

Terdapat cerobong asap

Terdapat saringan lemak pada cerobong

Terdapat penyedot asap (extractor fan)

Cerobong asap lancar

Pembuangan air limbah :

Terdapat saluran pembuangan air limbah

Air limbah mengalir dengan lancar

Saluran kedap air

Saluran tertutup

Terdapat grace trap


Pengendalian serangga dan tikus :

Ventilasi dipasang dengan kawat kassa

Pintu dilengkapi dengan tirai plastik

Terdapat alat listrik atau jenis lainnya


untuk penangkal lalat
Pengelolaan Tempat Pencucian Linen (Laundry)

Pengertian

Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana
penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler)
pengeringan, meja dan meja setrika.

Menurut Wikipedia Indonesia, linen merupakan bahan yang terbuat dari serat
tumbuhan rami (Linum usitatissium). Biasanya digunakan untuk membuat pakaian.

Menurut Arifin yang dikutip dari Lencir Kuning menyatakan bahwa Sanitasi adalah
suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan
memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan
masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Kesehatan lingkungan adalah
upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju
keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin
meningkat. (Kuning, 2012)

Pengertian Laundry

Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana
penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler),
pengering, meja dan meja setrika. (KESEHATAN, 2004)

Pengertian Linen
Menurut Departemen Kesehatan RI dalam buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Di
Indonesia, dikatakan bahwa :

Karakteristik Linen

Karakteristik Linen menurut Menurut Djasio Sanropie, dkk dalam buku Sanitasi
Rumah Sakit Untuk Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Solied Linen (Linen Non infeksius)

Yang dimaksud dengan solied linen adalah kain-kain yang sudah terpakai dan
tidak fresh lagi.

Sumber Solied linen berasal dari :

Ruang Administrasi

Apotik

Ruang Tunggu

Ruang Perawatan Non infection disease

Dapur

Laboratorium

Fouled dan Infected Linen (Linen Infeksius)

Yang dimaksud dengan fauled dan infected linen ialah kain yang kumuh (sangat
kotor/dan juga kain yang terkontaminasi oleh kuman-kuman penyakit menular.
Sumber fouled dan infected linen berasal dari ruang operasi, isolasi, ruang
perawatan penyakit menular, poliklinik dan lain-lain). (Sanropie, Djasio, dkk,
1989, hal. 38-39)
d. Tahapan-Tahapan Sanitasi Pengelolaan Linen

Sanitasi Pengelolaan Linen di Rumah Sakit menurut Kepmenkes


1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit tahapan-tahapan yang dilakukan adalah :

Pengumpulan

Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari sumber dan
memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai jenisnya serta diberi label.
2. Menghitung dan mencatat linen di ruangan. (KESEHATAN, 2004)

Kain kotor dari masing-masing ruang perlu dicuci sesuai dengan karakteristik
kain kotor, maka dalam pengumpulannya perlu dibedakan antara linen
infeksius dan non infeksius. Kain kotor non infeksius perlu dikumpulkan dalam
kantong yang berbeda dengan kantong pengumpulan linen infeksius. Hal ini
untuk mempermudah penanganan selanjutnya. (Sanropie Djasio, dkk, 1989,
hal. 39)

Pengangkutan

Pengangkutan kain kotor harus segera dibawa dari tiap tiap ruang dan
langsung ketempat pencucian dengan menggunakan trolly. Trolly pengangkut
linen tidak dibawa masuk keruangan, cukup di depan pintu saja. (Sanropie,
Djasio, dkk, 1989, hal. 39)

Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan kantong


yang digunakan untuk membungkus linen kotor.

Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen bersih
dan linen kotor. Kereta dorong harus dicuci dengan disinfektan setelah
digunakan mengangkut linen kotor.

Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan bersamaan.

Linen bersih diangkut dengan kereta dorong ayng berbeda warna.

Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri, pengangkutannya dari


dan ke tempat laundry harus menggunakan mobil khusus. (KESEHATAN,
2004)
Linen kotor merupakan sumber kontaminasi penting di rumah sakit.
Penanganan linen rutin waktu membersihkan temat tidur, pengangkutan linen
sepanjang koridor dan ruang-ruang rumah sakit. (DEPKES RI, 1992,

p. 94)

Penerimaan
Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara infeksius dan non-
infeksius.

Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya. (KESEHATAN, 2004)

Pencucian

Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin cuci


dan kebutuhan deterjen dan disinfektan.

Membersihkan linen kotor dan tinja, urin, darah, dan muntahan kemudian
merendamnya dengan menggunakan disinfektan.

Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya. (KESEHATAN,


2004)

Dalam buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Di indonesia, langkah-langkah


pencucian linen adalah sebagai berikut :

Pembilasan Pertama

Guyuran air dingan yang bertujuan untuk menghilangkan noda-noda,


terutama noda darah, tetapi kadang-kadang sebagian laundry tidak
mempraktekkannya kecuali bila jelas nampak noda pada linen yang akan
dicuci.

Penyabunan

Kegiatan pokok terjadi pada tahap penyabunan, suhu yang digunakan


bervariasi. Namun disarankan untuk menggunakan air panas 65C-
77C selama 30 menit. Sabun yang digunakan juga bervariasi, bahan pemutih
yang digunakan biasanya Chlorin (100 ppm) yang mampu untuk
menghancurkan bakteri vegetatif dan terutama ditujukan untuk membunuh
kuman.

Pembilasan akhir

Pembilasan akhir biasanya menggunakan air panas dengan dengan suhu


74C-77C. Asam lemah seperti asam asetic atau Sodium

Metasilikat sering juga ditambahkan untuk menghilangkan deterjen yang


menempel pada linen dan memutihkan linen.
Dari proses pencucian terlihat jelas bahwa siklus pencucian linen dan kontak
dengan air panas serta bahan kimia berfungsi untuk membunuh mikroba, tetapi
meningkatnya bahan sintetis dengan warna yang lebih cemerlang bahan tersebut
tidak dapat dicuci dengan temperature yang lebih tinggi (maksimum 50C) dan
sering kali tidak perlu menggunakan beaching. Dengan demikian daya hancur
terhadap mikroba juga menurun. (DEPKES RI, 1992)

Pengeringan

Penyetrikaan

Penyimpanan

Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya.

Linen baru yang diterima ditempatkan di lemari bagian bawah.

Pintu lemari selalu tertutup. (KESEHATAN, 2004)

Distribusi

Pendistribusian dilakukan berdasarkan kartu tenda terima dari petugas penerima,


kemudian petugas menyerahkan linen bersih
kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima. (KESEHATAN, 2004)

Penanganan Linen Bersih

Walau proses pencucian hampir telah mampu memberikan perlindungan


terhadap linen, tetapi proses tersebut bukan sterilisasi. Perlu di ingatkan bahwa
setelah linen dicuci dan kemudia linen dipindahkan ke mesin pemeras,
pengering, penyeterika atau proses lainnya, sehingga masih mungkin
terkontaminasi ulang. Tenaga bagian pencucian perlu menyadari hal ini dan
sejauh mungkin diupayakan mengurangi kontaminasi. (DEPKES RI, 1992)
Terlepas dari desain yang ada, desain dasar ruang pencucian yang harus di
perhatikan adalah :

Harus ada pemisahan antara penyortiran linen kotor dan linen bersih.

Mengurangi jarak transportasi antara satu proses dan proses berikutnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pekerja yang menangani linen bersih
hendaknya menggunkaka seragam yang bersih dan terlatih dalam teknik
kebersihan, mengenakan topi bagi yang berambut panjang dan selalu
mempraktekan perilaku mencuci yang benar.

Sebagai pembungkus linen bersih lebih baik menggunakan plastik daripada


kertas. (DEPKES RI, 1992)

Sarana dan Peralatan Sanitasi Pengelolaan Linen

Sehubungan dengan sarana dan peralatan dalam peyelenggaraan Sanitasi


Pengelolaan Linen di Rumah Sakit menurut Permenkes RI No.
1204/MENKES/SK/2004 tentang persyaratan kesehatan RI Rumah Sakit :

Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan tekanan aliran
yang memadai, air panas untuk disinfeksi dan tersedia disinfektan.

Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran


pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis
linen yang tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis linen yang
berbeda.
Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan non
infeksius.

Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan
pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air
limbah.
Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya yaitu ruang
linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan kebersihan, ruang
perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris atau
pengering untuk alat-alat termasuk linen.

Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai Laundry tersendiri, pencuciannya


dapat bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain tersebut harus mengikuti
persyaratan dan tatalaksana yang telah ditetapkan.

Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus menggunakan


pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala, serta dianjurkan memperoleh imunisasi hepatitis B.

g. Bahan Sanitasi Pengelolaan Linen

Menurut Djasio Sanropie, dkk dalam buku Komponen Sanitasi Rumah Sakit
Untuk Instutusi Pendidikan Tenaga Sanitasi bahan yang diperlukan dalam
sanitasi pengelolaan linen:

Cygnetbleach

Desinfektan

Hamix

Nobla

Cygnet
Sour

(Sanropie, Djasio, dkk, 1989)


CHECKLIST PENGELOLAAN LINEN

HASIL PENGAMATAN TAHAP PENGUMPULAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN

RUMAH SAKIT

No
Tahap Pengumpulan

Keterangan
Ya
Tidak

1
Pemilihan antara
linen
infeksius

dan linen non infeksius

2
Linen infeksius dan non infeksius

dipisahkan
dimasukkan
ke
kantong sesuai dengan jenisnya

dan diberi label

3
Linen
kotor
tidak diletakkan

dilantai
4
Linen
kotor
yang
dikumpulkan,

dicatat petugas ruangan

5
Linen
infeksius
diperlakukan

khusus
dan
dimasukan
terlebih
dahulu

6
Pengambilan linen tidak dikibas-

kibas
Jumlah

Presentase (%)

Sumber:
Data primer terolah tahun 2013
HASIL PENGAMATAN TAHAP PENGANGKUTAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN

RUMAH SAKIT

No
Tahap Pengangkutan

Keterangan

Ya
Tidak

1
Menggunakan
trolley
yang

berbeda
dan
tertutup
antara

linen bersih dan kotor

2
Trolley
dalam
keadaan
bersih

(secara fisik)
3
Trolley
tidak
dibawa
masuk

keruangan/kamar

4
Bagian
dalam
trolley
dilapisi
dengan plastik

5
Waktu pengangkutan linen kotor

berbeda dengan linen bersih

6
Trolley
langsung di bersihkan/

dicuci setelah digunakan


Jumlah

Presentase (%)

Sumber:
Data primer terolah tahun 2013
HASIL PENGAMATAN TAHAP PENERIMAAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN


RUMAH SAKIT

No
Tahap Penerimaan

Keterangan

Ya
Tidak

1
Mencatat linen yang diterima
2
Linen
yangditerima
telah

dipisahkan antara
infeksius
dan

non infeksius

3
Linen
dipisahkan
berdasarkan
dan warna tingkat kekotorannya

Jumlah

Presentase (%)
Sumber:
Data primer terolah tahun 2013

HASIL PENGAMATAN TAHAP PENCUCIAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN

RUMAH SAKIT

No
Tahap Pencucian

Keterangan
Ya
Tidak

1
Menimbang
berat
linen
terlebih

dahulu
2
Pada saat penerimaan linen tidak

diletakkan dilantai

3
Linen
infeksius
langsung

didesinfeksi
4
Linen
yang bernoda
darah

dibersihkan terlebih dahulu

5
Pencucian
linen infeksius dan

non infeksius dipisahkan


6
Suhu air panas yang digunakan

65C - 77C selama 30 menit


7
Proses pencucian menggunakan

deterjen

8
Proses pencucian menggunakan

desinfektan

9
Proses pencucian menggunakan
pemutih

10
Proses pencucian menggunakan

pelembut

11
Proses pencucian menggunakan

mesin cuci
12
Proses

desinfeksi menggunakan

0
suhu air panas 70 C selama 25

0
atau 95 C selam 10 menit

13
Petugas
linen
kotor
kontak
dengan linen bersih

14
Semua

linen
yang
dicuci

langsung dikeringkan

15
Linen kotor yang ada di cuci
habis dalam waktu satu hari

Jumlah

Presentase (%)
Sumber:
Data primer terolah tahun 2013
HASIL PENGAMATAN TAHAP PENGERINGAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN

RUMAH SAKIT

No
Tahap Pengeringan

Keterangan

Ya
Tidak
1
Setelah linen melalui
proses

pencucian,
linen
langsung

dikeringkan

2
Seluruh linen dikeringkan dengan

0
mesin pengering (maks. 70 C)
3
Tidak kontak dengan linen kotor

4
Linen
tidak
kontak langsung

dengan petugas

5
Linen
dikeringkan
habis
dalam
waktu 1 x 24 jam

6
Linen
yang
telah
dikeringkan

ditempatkan
pada
trolly
yang

telah dibersihkan terlebih


dahulu

menuju ruang setrika


Jumlah

Presentase (%)
Sumber:
Data primer terolah tahun 2013
HASIL PENGAMATAN TAHAP PENYETRIKAAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN

RUMAH SAKIT

No
Tahap Penyetrikaan

Keterangan
1
Linen

yang
sudah
kering

langsung disetrika

2
Linen di setrika satu per satu

3
Linen langsung dipisahkan sesuai

dengan jenisnya

4
Menggunakan
mesin
plat
press

maupun
roll
pess
untuk

menyetrika dengan
suhu min
120C

5
Linen tidak ada yang berjatuhan

dan menyentuh lantai

Jumlah
Presentase (%)

Sumber:
Data primer terolah tahun 2013
HASIL PENGAMATAN TAHAP PENYIMPANAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN

RUMAH SAKIT

No
Tahap Penyimpanan

Keterangan
Ya
Tidak

1
Linen

disimpan
ditempat yang

tertutup (lemari)

2
Linen dipisahkan sesuai jenisnya
3
Linen dibungkus dengan plastik

4
Lipatan
linen harus menghadap

keluar

agar
memudahkan

penghitungan

maupun

pengambilan
5
Ruang
penyimpanan
bersih,

bebas debu dan tidak lembab

6
Pintu lemari penyimpanan selalu

tertutup
Jumlah

Presentase (%)

Sumber:
Data primer terolah tahun 2013
HASIL PENGAMATAN TAHAP PENDISTRIBUSIAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN

TAHUN 2013

No
Tahap Pendistribusian

Keterangan

Ya
Tidak

1
Penyerahan linen bersih kepada

petugas
ruangan
sesuai
kartu

tanda terima

2
Pendistribusian
linen terbungkus

rapi dengan menggunakan plastik

transparan di buat paket


3
Petugas pendistribusian berbeda

dengan petugas pengumpul linen

kotor

4
Menggunakan

trolley
yang
berbeda dengan trolley linen

kotor

5
Trolley untuk pengambilan
linen

bersih tertutup
6
Pendistribusian
dilakukan
oleh

petugas laundry

7
Pendistribusian

linen

berdasarkan blanko pengiriman


8
Petugas
menyerahkan
linen

bersih kepada
petugas ruangan

sesuai
dengan
linen
yang

diterima
9
Pengambilan linen harus dengan

sistem FIFO (first in first out)

Jumlah
Presentase (%)
Sumber: Data primer terolah tahun 2013
HASIL PENGAMATAN BAHAN - BAHAN YANG DIGUNAKAN

DALAM PENGELOLAAN LINEN

DI UNIT PELAYANAN LAUNDRY RS

No
Bahan-Bahan yang Digunakan
Keterangan

Ya
Tidak

1
Tersedia Deterjen

2
Tersedia Desinfektan
3
Tersedia Pemutih

4
Tersedia Pelembut dan Pewangi

5
Bahan-bahan yang tersedia diberi

label/keterangan
6
Bahan-bahanyangtersedia

disimpan di tempat khusus

Jumlah

Presentase (%)

Sumber: Data primer terolah Tahun 2013


HASIL PENGAMATAN SARANA YANG DIGUNAKAN

DALAM PENGELOLAAN LINEN

DI UNIT LAUNDRY RS

No
Sarana yang Tersedia

Keterangan

Ya
Tidak
1
Lokasi jauh dari pasien

2
Lantai di plester dan kuat

3
Lantai tidak licin dan kering

4
Lantai rata dengan kemiringan 2-
3%

5
Tersedian kran air bersih untuk

mencuci

6
Tersedian kran air panas untuk

mencuci
7
Terdapat
ruangan
khusus
untuk

pencucian

8
Saluran
pembuangan air
kotor
tertutup

9
Tersedia pre-treatment khusus

laundry sebelum di alirkan ke

IPAL

10
Tersedia
ruangan
linen
bersih

dan linen kotor yang terpisah

11
Tersedia
gudang
penyimpanan

trolly
12
Tersedia
gudang
untuk

penyimpanan bahan dan alat

13
Tersedia
ruangan
untuk

penerimaan dan pencatatan linen

14
Tersedia
kamar mandi dan WC
dan wastafel untuk petugas
Ventilasi udara cukup (10% dari luas
lantai)

Pencahayaan cukup (200 lux) Jumlah

Presentase (%)

Sumber: Data primer terolah Tahun 2013


HASIL PENGAMATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN

DALAM PENGELOLAAN LINEN

DI UNIT LAUNDRY RS

No
Peralatan yang Digunakan

Keterangan

Ya
Tidak
1
Tersedia mesin cuci

2
Tersedia mesin pemeras

3
Tersedia
lemari
penyimpanan
linen bersih

4
Tersedia mesin pengering

5
Tersedia
trolly
yang berbeda

untuk linen kotor dan bersih


6
Trolly pengeringan linen bersih

7
Trolly terbuat dari bahan anti

karat, mudah dibersihkan


dan

tertutup
8
Tersedia
kantong
pengumpul

linen yang berbeda

9
Kantong
pengumpul
linen sekali

pakai
10
Tersedia alat seterika

11
Tersedia meja penerimaan linen

yang sudah disetrika

12
Tersedia timbangan duduk
13
Tersedia mesin jahit

Jumlah
Presentase (%)

Sumber: Data primer terolah Tahun 2011


Sumber: Data primer terolah Tahun 2011

REFERENSI :

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004


tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit .

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit dirjen PPM dan PLP, Dirjen Pelayanan Medik dan
Departemen Kesehatan RI tahun 2002.

Karya Tulis Ilmiah Milik Anita Widyastuti Studi Deskriptif Tentang Sanitasi
Pengelolaan Linen Di Rsupn Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat Tahun 2013

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang


Persyaratan Kesehatan Rumah Sakit.
SANITASI RUMAH SAKIT

TINGKAT 3-B

KELOMPOK PKL
BAGAS FALAH HAFIYYAN

M. BUDI SULISTYO

HANA NOVAYANTI

SRI SHANTI WAHYUNI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA


II

TAHUN 2013

Anda mungkin juga menyukai