Anda di halaman 1dari 16

ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER

BAB II
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN
DEMULTIPLEKSER

2.1. Dasar Teori


Dalam sistem digital, terdapat dua golongan rangkaian logika yaitu
rangkaian logika kombinasional dan sekuensial. Beberapa rangkaian logika
kombinasional yang dikenal adalah Enkoder, Dekoder, Multiplekser,
Demultiplekser, adder, substractor, comparator dan rangkaian kombinasi
gerbang-gerbang dasar. Pada bagian ini, percobaan berkisar tentang 4
rangkaian logika kombinasional pertama.
Untuk setiap n variabel masukan, terdapat 2n kombinasi nilai
masukan biner yang dapat terjadi. Untuk setiap kombinasi masukan itu
terdapat satu dan hanya satu keluaran. Suatu rangkaian kombinasi dapat
diuraikan oleh m fungsi boole, satu untuk setiap variabel keluaran. Setiap
fungsi keluaran itu dinyatakan dalam n variabel masukan tersebut.

2.1.1. Enkoder
Unsur diskrit dalam suatu informasi diwakili oleh bilangan biner
atau sandi biner pada suatu sistem digital. Misalnya suatu sandi biner
atau bilangan biner dengan n bit mampu mewakili 2n unsur
informasi diskrit.
Enkoder (encoder) adalah suatu rangkaian kombinasi yang
menerima m saluran masukan, satu untuk setiap informasi diskrit,
dan menghasilkan suatu sandi biner dengan n saluran keluaran (bit).
Dengan syarat m 2n. Enkoder mempunyai gerbang OR dengan 2n
(atau kurang) masukan dengan n keluaran.

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 13
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER

x D0 = x y z
y D1 = x y z
z D2 = x y z
D3 = x y z
D4 = x y z
D5 = x y z
D6 = x y z
D7 = x y z

Gambar 2.1 enkoder oktal ke biner

Contoh suatu enkoder ditunjukkan dalam Gambar 2.1. Enkoder


oktal ke biner itu terdiri dari 8 masukan, satu untuk masing-masing
dari 8 angka itu, dan 3 keluaran yang menghasilkan bilangan binernya
yang sesuai. Rangkaian itu terdiri dari gerbang OR. Daftar kebenaran
untuk rangkaian tersebut ditunjukkan dalam Tabel 2.1. Diandaikan
hanya ada satu saluran masukan dengan logika 1 untuk setiap
kalinya, selain dari itu masukan tersebut tidak mempunyai arti.
Tampak bahwa dengan 8 masukan dapat memberikan 28
kemungkinan kombinasi, tetapi hanya 9 kombinasi yang mempunyai
arti. Kombinasi masukan yang lain sebanyak 28-8 adalah keadaan
acuh-tak acuh (dont care).

Tabel 2.1. Daftar kebenaran enkoder oktal ke biner.


Masukan Keluaran
D0 D1 D2 D3 D 4 D5 D6 D7 x y z
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1
0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 14
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER

Contoh lain enkoder adalah enkoder matrik seperti yang


ditunjukkan dalam Gambar 2.2.

0 1 2 3
4 5 6 7
8 9 A B OUTPUT
ENKODER BINER
C D E F MATRIK 4 BIT
4X4

Gambar 2.2. Enkoder matrik

2.1.2. Dekoder
Dekoder merupakan kebalikan dari enkoder. Dekoder (decoder)
yaitu suatu rangkaian kombinasi yang mengubah suatu sandi biner
dengan n variabel masukan (bit) menjadi m saluran keluaran, satu
untuk setiap informasi diskrit. Dengan syarat m 2n.

D0 = w x y z
D1 = w x y z
D2 = x y z
D3 = x y z
D4 = x y z
w D5 = x y z
D6 = x y z
x
D7 = x y z
y
D8 = w z
z D9 = w z

Gambar 2.3. Dekoder BCD ke Desimal

Contoh suatu dekoder BCD ke desimal ditunjukkan dalam


Gambar 2.3. unsur informasi dalam hal ini adalah 10 angka desimal
yang diwakili oleh sandi BCD. Masing-masing keluarannya sama
dengan 1 hanya bila variabel masukannya membentuk suatu
kombinasi bit yang sesuai dengan delapan angka desimal yang
diwakili oleh sandi BCD itu.
Tabel 2.2. menunjukkan hubungan masukan dan keluaran
dekoder tersebut. Hanya sepuluh kombinasi pertama yang berlaku

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 15
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER

untuk penentuan sandi itu, enam berikutnya tidak digunakan dan


merupakan keadaan acuh-tak acuh (dont care). Jelas keadaan acuh-
tak acuh pada perencanaannya digunakan untuk menyederhanakan
fungsi keluarannya, kalau tidak setiap gerbang akan memerlukan 4
masukan. Tetapi jelas keenam kombinasi tersebut tidak mempunyai
arti apa-apa.

Tabel 2.2. Daftar kebenaran dekoder BCD ke desimal


Masukan Keluaran
w x y z D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1

Dekoder dapat memiliki banyak saluran keluaran. Misalnya


Dekoder 3 bit memiliki 8 atau kurang kombinasi keluaran tetapi bisa
memiliki jumlah saluran keluaran lebih dari 8 (10 atau 55 atau 100
dsb). Contoh dekoder yang memiliki banyak saluran keluaran adalah
dekoder biner ke seven segmen yang ditunjukkan dalam Gambar 2.4.
dan daftar kebenarannya ditunjukkan dalam Tabel 2.3.

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 16
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER

wx y z

a e

f
b

a
b g f
d
c e
d
(a) (b)

Gambar 2.4. (a) Dekoder biner ke seven segmen. (b) Tampilan seven segmen

Tabel 2.3. Daftar kebenaran dekoder biner ke seven segmen


INPUT OUTPUT
Z Y X W a b c d e f g
0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0
0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0
0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1
0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1
0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1
0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1
0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1
1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0
1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 17
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER

Dalam sistem digital, Dekoder sangat sering digunakan


misalnya: decoder dot matriks, seven segment, pengontrol trafic
light, pengalamatan memori/IO dan sebagainya.

2.1.3. Multiplekser
Multiplekser merupakan suatu rangkaian pemilih saluran
masukan yang mempunyai dua atau lebih saluran masukan dan satu
saluran keluaran. Tiap Multiplekser mempunyai sinyal kontrol yang
berfungsi memilih saluran masukan untuk mengarahkan sinyal
masukan menuju saluran keluaran. Multiplekser hanya memilih satu
saluran masukan pada tiap kombinasi sinyal kontrol. Banyaknya
sinyal kontrol ditentukan oleh banyaknya saluran masukan pada
Multiplekser.
Secara umum multiplekser k bit dengan m saluran masukan
memerlukan n saluran pemilih (dengan m 2n). Terdapat k keluaran,
satu dengan sebuah gerbang OR, dan mk masukan, satu dengan
sebuah gerbang AND. Rancangan tersebut diulangi sebanyak k kali.
Penamaan sebuah Multiplekser umummya dengan
menyertakan jumlah saluran masukan dan jumlah bitnya misalnya:
Multiplekser 2 bit 4 masukan. Secara hardware, Multiplekser ini
memiliki 8 saluran masukan, 2 sinyal kontrol dan 2 saluran keluaran,
namun bukan berarti bahwa Multiplekser ini adalah Mux 8 masukan,
karena Mux selalu mempunyai satu keluaran. Cara termudah untuk
mengindentifikasi jenis sebuah Multiplekser adalah dengan
memperhatikan jumlah sinyal kontrol atau jumlah keluarannya.
S0 S1 S2

I0
I1
I2
I3 y
I5
I4
I6
I7

Gambar 2.5. multiplekser 1 bit 8 saluran masukan

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 18
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER

Multiplekser yang ditunjukkan Gambar 2.5. merupakan


multiplekser 1 bit 8 saluran masukan, dengan masukan I0 sampai I7,
dan dengan sinyal kontrol S0, S1, dan S2. Fungsi boole keluaran
kedelapan masukan multiplekser itu jelas menunjukkan bagaimana
pemilihan itu dilaksanakan.
=
+

+ +
+

+ +
+

S2

A0
y0
B0
A1
y1
B1
A2
y2
B2

Gambar 2.6. multiplekser 3 bit 2 saluran

Multiplekser yang ditunjukkan Gambar 2.6. merupakan


multiplekser 3 bit 2 saluran masukan. Multiplekser tersebut memilih
satu dari dua masukan data A dan B, dengan masing-masing masukan
itu mempunyai 3 bit A2, A2, Ao dan B2, B1, B0. Fungsi boole
multiplekser itu adalah
+
=
=
+
=
+
Cara merancang sebuah Multiplekser adalah sebagai berikut:
- Menentukan jenis Multiplekser.
- Menetukan jumlah saluran masukan dan jumlah sinyal kontrol (m
2n ) .
- Membuat daftar kebenaran fungsi saluran masukan terhadap
sinyal kontrol.
- Menentukan fungsi aljabar boolean pada masing-masing saluran
masukan.
- Mengimplementasikan fungsi aljabar boolean pada rangkaian
digital.

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 19
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER

Multiplekser umumya digunakan sebagai selektor data,


gerbang universal, digunakan dalam jam digital, sistem scanning dan
sebagainya.

2.1.4. Demultipelkser
Demultiplekser adalah kebalikan dari multiplekser.
Demultiplekser merupakan suatu rangkaian pemilih saluran keluaran
yang mempunyai dua atau lebih saluran keluaran dan satu saluran
masukan. Tiap Demultiplekser mempunyai sinyal kontrol yang
berfungsi mengarahkan sinyal masukan menuju saluran keluaran
yang terpilih. Demultiplekser hanya memilih satu saluran keluaran
pada tiap kombinasi sinyal kontrol. Banyaknya sinyal kontrol
ditentukan oleh banyaknya saluran keluaran pada Demultiplekser.
Penamaan sebuah Demultiplekser tidak berbeda dengan
Multiplekser dan cara menentukan jenis sebuah Demultiplekser juga
tidak berbeda dengan Multiplekser. misalnya: Demultiplekser 2 bit 4
keluaran. Secara hardware, Demultiplekser ini memiliki 8 saluran
keluaran, 2 sinyal kontrol dan 2 saluran masukan, namun bukan
berarti bahwa Demultiplekser ini adalah Demux 8 masukan, karena
Demux selalu mempunyai satu keluaran.

S1 S0

y0=I(S1S0)
y1=I(S1S0)
y2=I(S1S0)
I y3=I(S1S0)

Gambar 2.7. demultiplekser 1 bit 4 saluran.

Demultiplekser yang ditunjukkan dalam Gambar 2.7. adalah


demultiplekser 1 bit 4 saluran keluaran. Sebuah saluran diberikan ke
salah satu keempat keluaran identik dibawah pengawasan dua
saluran pemilih (selektor). Variabel masukan tunggal itu mempunyai
jalur ke keempat keluaran tetapi informasinya diarahkan ke salah
satu keluaran yang ditentukan oleh dua saluran pemilih tersebut.

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 20
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER

Demultiplekser dapat berfungsi sebagai dekoder jika saluran


masukan tunggal dihubungkan permanen dengan logika 1, dan sinyal
kontrol sebagai input dekoder.
Demultiplekser dapat berdiri sendiri jika digunakan sebagai
selektor misalnya pada sistem scanning, chip enable, selekor data
dsb. Tapi Demultiplekser harus berpasangan dengan Multiplekser
jika digunakan dalam sistem transmisi data misalnya pada komunikasi
data, sistem telepon, transmisi data serial/transmisi data jarak jauh
dll

2.2. Percobaan Enkoder

2.2.1. Tujuan Percobaan


1) Mengetahui perancangan sebuah Encoder
2) Mengetahui fungsi dan penerapan/penggunaan Enkoder
3) Mengetahui cara kerja dan cara merancang sebuah Enkoder

2.2.2. Alat-alat yang Dipergunakan


1) Base board 1 buah
2) Power supply 500 mA 1 buah
3) Adapter/clock 1 buah
4) 4 bit input 2 buah
5) 4 bit output 1 buah
6) 4 Gerbang OR/NOR 2 masukan 3 buah

2.2.3. Prosedur Percobaan


1) Isi
2) Siapkan base board hubungkan ke power supply melalui adapter dan
pasang dua 4-bit masukan pembangkit digit desimal. Kemudian
rangkailah Enkoder berdasar pada Gambar 2.1. Untuk mempermudah
perangkaian, tentukan terlebih dahulu fungsi boolean dari masing-
masing keluaran.
3) Dengan nilai-nilai masukan seperti pada Tabel 2.3, amati perubahan
yang terjadi. Catatlah hasil pengamatan tersebut.
4) Lengkapi Tabel 2.1, kemudian lengkapi fungsi aljabar booleannya serta
buatlah kesimpulan.

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 21
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER

Gambar 2.1. Rangkaian Percobaan Enkoder Oktal ke Biner

2.2.4. Lembar Kerja Percobaan Enkoder


Tabel 2.1. Data Percobaan Enkoder

MASUKAN KELUARAN
I0 I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 Z Y X
1 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 1

Fungsi aljabar Boolean terhadap variabel keluaran

Z =

Y =

X =

2.3. Percobaan Dekoder

2.3.1. Tujuan Percobaan


1) Mengetahui fungsi dan penerapan Dekoder.
2) Mengetahui cara kerja dan cara merancang sebuah Dekoder.

2.3.2. Alat-alat yang Dipergunakan


1) Base board 1 buah
2) Power supply 500 mA 1 buah
3) Adapter/clock 1 buah

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 22
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER
4) 4 bit input 1 buah
5) 4 bit output 1 buah
6) 4 Gerbang inverter 1 buah
7) 4 Gerbang AND/NAND 2 masukan 1 buah

2.3.3. Prosedur Percobaan


1) Siapkan baseboard, hubungkan ke power supply melalui adapter,
tambahkan 4 bit masukan, tambahkan 4 inverter dan AND/NAND 4
masukan. Rangkailah Dekoder berdasar pada Gambar 2.2. Untuk
mempermudah dalam merangkai, maka terlebih dahulu carilah
persamaan aljabar boolean variabel keluarannya.
2) Dengan nilai-nilai masukan seperti pada Tabel 2.2, amati perubahan
yang terjadi. Catat hasil pengamatan tersebut.
3) Lengkapi Tabel 2.2, kemudian lengkapi fungsi aljabar booleannya serta
buatlah kesimpulan
Input Y

Input X
L0
Output 0

L1
Output 1

L2
Output 2

L3
Output 3

Gambar 2.2. Rangkaian Percobaan Dekoder

2.3.4. Lembar Kerja Percobaan Dekoder


Tabel 2.2. Tabel Kebenaran Dekoder Biner ke Desimal

MASUKAN KELUARAN (L0 L3)

X Y L0 L1 L2 L3

0 0

0 1

1 0

1 1

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 23
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER
Fungsi aljabar Boolean terhadap variabel keluaran

L 0 = L 2 =
L 1 = L 3 =

2.4. Percobaan Multiplekser

2.4.1. Tujuan Percobaan


1) Mengetahui fungsi dan penggunaan/penerapan Multiplekser.
2) Mengetahui cara kerja dan cara merancang/mengembangkan sebuah
Multiplekser.

2.4.2. Alat-alat yang Dipergunakan


1) Base board 1 buah
2) Power supply 500 mA 1 buah
3) Adapter/clock 1 buah
4) AND 2 masukan 2 buah
5) OR 2 masukan 1 buah
6) 4 bit input 2 buah
7) 4 bit output 1 buah

2.4.3. Prosedur Percobaan


1) Buat rangkaian multiplekser berdasar pada Gambar 2.3.
2) Berikan masukan melalui 2X2 bit masukan dan arahkan dengan
menggunakan sinyal kontrol (S)
3) Lakukan percobaan berdasarkan data-data yang terdapat pada Tabel
2.3.
4) Lengkapi Tabel 2.3 dengan menentukan variabel masukan terpilih
pada kolom kontrol yang bersesuaian, tentukan fungsi aljabar boolean
Multiplekser dan buatlah kesimpulan.

A1
F1

B1

A0
F0

B0

Gambar 2.3. Rangkaian percobaan Multiplekser

2.4.4. Lembar Kerja Percobaan Multiplekser

Tabel 2.3. Data Percobaan Multiplekser

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 24
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER

MASUKAN KELUARAN
A1 B1 A0 B0 S=0 S=1
0 0 1 1
0 1 1 0
1 0 0 1
1 1 0 0
1 0 1 1
1 1 1 0
0 1 1 1
1 1 0 1
1 1 1 1

Fungsi aljabar Boolean Multiplekser 2 bit 2 masukan

F0 =

F1 =

2.5. Percobaan Demultiplekser

2.5.1. Tujuan Percobaan


1) Mengetahui fungsi dan penggunaan/penerapan Demultiplekser .
2) Mengetahui cara kerja dan cara merancang/mengembangkan sebuah
Demultiplekser.

2.5.2. Alat-alat yang Dipergunakan


1) Base board 1 buah
2) Power supply 500 mA 1 buah
3) Adapter/clock 1 buah
4) 4 bit input 2 buah
5) 4 bit output 2 buah
6) 4 multiplekser 1 buah
7) 4 gerbang AND/NAND 2 masukan 2 buah
8) 4 inverter 1 buah

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 25
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER

Gambar 2.4. Rangkaian percobaan Demultiplekser

2.5.3. Prosedur Percobaan Demultiplekser


1) Buat rangkaian demultiplekser berdasarkan Gambar 2.4.
2) Berikan masukan pada Demultiplekser 4 bit 2 keluaran dan arahkan
pada saluran keluaran (P dan Q) dengan menggunakan sinyal 26ontrol
dari adapter/clock.
3) Lakukan percobaan sesuai data pada Tabel 2.4. serta lengkapilah
datanya.
4) Buat kesimpulan dari percobaan ini.

2.5.4. Lembar Kerja Percobaan Demultiplekser


Tabel 2.4. Data Percobaan Demultiplekser

MASUKAN KELUARAN
I3 I2 I1 I0 S=0 S=1
0 0 0 1
0 0 1 0
0 1 0 0
1 0 0 0
0 0 1 1
0 1 1 1
1 1 1 1

Fungsi aljabar Boolean Demultiplekser 4 bit 2 keluaran

P0123 =

Q0123 =

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 26
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER
2.6. Kesimpulan

2.7. Pertanyaan
1) Apa yang dimaksud dengan istilah-istilah di bawah ini:
a. Diskrit
b. Input
c. Output
d. Sinyal kontrol
2) Jelaskan perbedaan antara Jumlah keluaran dengan Kombinasi
keluaran!
3) Jelaskan perbedaan antara Jumlah masukan dengan Kombinasi
masukan!

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 27
ENKODER, DEKODER, MULTIPLEKSER DAN DEMULTIPLEKSER
2.8. Tugas
(Diberikan Asisten)

Praktikum Dasar Teknik Digital


Laboratorium Sistem Digital 28

Anda mungkin juga menyukai