Copyright 2017
Menembus Batas Academy
7 DOSA BESAR yang tidak perlu dilakukan saat
Berkomunikasi dengan ORANG YANG BARU DIKENAL
Apakah Anda sudah tahu fakta ini? Lebih dari 85% persen dari kesuksesan dalam hidup
berkaitan secara langsung dengan kemampuan berkomunikasi dan keterampilan
membina hubungan?
Atau apakah Anda sudah mengerti, bahwa satu-satunya cara membina hubungan dengan
orang lain adalah dengan cara berkomunikasi secara langsung dengannya, tidak lewat bahasa
kalbu, bahasa isyarat, atau telepati jarak jauh?
Artinya Anda pun dalam waktu yang bersamaan, pasti ngeh (baca : sadar), ketika
kemampuan berkomunikasi Anda baik, otomatis kehidupan Anda pun jadi lebih harmonis, segar,
dan penuh dengan kehangatan. Bahkan walaupun Anda berada dalam posisi kritis, orang-orang
yang Anda sayangi akan mendukung dan mensupport apapun yang Anda alami saat ini. Dan ini
menyejukkan.
Tapi pernahkan membayangkan kalau dunia ini tidak ada yang namanya komunikasi?
Waw mungkin saja tidak ada yang namanya dunia. Tidak ada interaksi antara manusia atau bisa
jadi tidak ada yang namanya panca indra seperti mulut dan telinga. Karena memang Tuhan
menciptakan manusia memiliki kemampuan dasar yaitu berkomunikasi.
Lantas, jika memang ini pemberian Tuhan bahwa manusia pada dasarnya dapat
berkomunikasi, lalu mengapa kita harus belajar sebuah kemampuan yang namanya
komunikasi?
Ada sebuah pernyataan menarik dari The Conference Board, Corporate Voices for Working
Families, Partnership for 21st Century Skills, and the Society for Human Resource Management
groups. Kesimpulannya adalah ada lima kemampuan yang harus dipelajari oleh manusia zaman
sekarang. Dan yang teratas adalah kemampuan berkomunikasi. Fakta yang menarik
bukan?
Dengan ilmu yang pernah Saya dapatkan tentang komunikasi dan sering saya katakan di
kelas pelatihan-pelatihan, mengapa kita semua perlu belajar komunikasi? Jawabannya
sederhana salah satunya adalah Personal Discovery. Semakin seseorang belajar
berkomunikasi dengan baik kepada diri sendiri dan orang lain, semakin dia
mengenal siapa dirinya. Inilah salah satu tujuan komunikasi yang sesungguhnya.
Tapi, apakah itu satu-satunya tujuan komunikasi yang sesungguhnya? Tentu tidak. Banyak
para pakar komunikasi yang merumuskan tentang fungsi komunikasi secara menyeluruh. Tapi
saya tidak mau terlalu banyak berteori. Saya ingin sharing dari pengalaman-pengalaman saya
saja. Boleh?
Tapi sebelum itu, boleh dong saya memperkenalkan diri?
Perkenalkan nama saya, Muvtizar Solichin, silahkan panggil saya @KangMuvti saja kali
yah. Lebih sedap didengar, hehehe
Dulu, sekitar belasan tahun yang lalu, ketika saya memutuskan untuk kuliah di fakultas
ilmu komunikasi, disalah satu universitas negeri di Bandung, ada salah satu teman saya bertanya
kepada saya :
Kang, kenapa kok ngambil kuliah komunikasi, bukannya kita waktu kecil sudah di ajarkan
ngomong yah sama orang tua kita?
Sempat tak dapat menjawab pertanyaan beliau. Alih-alih menjawab langsung, saya pun
menangguhkan jawabannya dan hanya menyunggingkan senyumannya kepada dia. (nggak tau
dia kegeeran apa nggak).
Singkat cerita, saya belajar ilmu komunikasi di fakultas tersebut, dan menikmati
perkuliahan di semester-semester pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, serta diajarkan oleh
para dosen yang membuat wawasan saya tentang komunikasi bertambah.
Kala itu, teringat kembali apa yang ditanyakan oleh teman saya. Dan kala itu memang
saya tidak sempat untuk menjawabnya.
Lalu apa yang dipelajari di kampus tentang komunikasi?
Dari hasil pembelajaran saya di sana dan sekarang lebih senang untuk mendalami ilmu ini
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sekarang selain menjadi founder
Menembus Batas Academy bersama dua rekan saya Coach Helmy dan Coach Edy saya pun
mendirikan lembaga pelatihan yang fokus dengan ilmu komunikasi, Excellence Communication
Institute (ECI) Indonesia.
Belajar komunikasi bukan hanya sekedar ngomong, ya bukan
hanya sekedar ngomong. Karena ilmu ngomong memang sudah kita
kuasai sejak kita kecil dari orang tua kita, belajar komunikasi artinya
kita belajar mengemas pesan yang kita sampaikan kepada rekan bicara
kita, sehingga pesan kita sampai kepadanya, dan dia pun mengerti
lewat respon yang dia berikan kepada kita. Jadi memang ada beberapa
instrumen ketika kita ingin menjadi seorang komunikator yang hebat.
Termasuk ketika Anda bertemu dan berkomunikasi secara langsung
dengan orang yang baru Anda kenal. Semua ada ilmunya.
Sempat sih saya kurang puas dengan ilmu yang diberikan oleh dosen-dosen saya ketika
saya kuliah dulu, dan Alhamdulillah ilmu komunikasi saya dilengkapi dengan ilmu-ilmu lapangan
yang saya dapatkan dari luar kampus.
Ternyata Tuhan menakdirkan saya bertemu dengan orang-orang hebat yang mereka tidak
kuliah atau belajar langsung tentang ilmu komunikasi, tapi secara ril di lapangan, teman-
temannya segudang, relasinya luas terbentang, rekan-rekannya mungkin kalau ditulis diatas
kertas begitu panjang.
Dari sanalah saya kembali menimba ilmu dan memperdalam ilmu yang menjadi passion
saya sejak 10 tahun yang lalu. Di samping itu, peran pelatihan-pelatihan informal juga sangat
membantu saya dalam meluweskan proses komunikasi saya. Dan sempat juga memiliki rekan di
bisnis Networking lebih dari 10.000 orang.
Pun, menjadi seorang Trainer dan Konsultan di bidang komunikasi ini, justru membuat
saya semakin haus akan ilmu ini. Mempelajari, mempraktekkan dan mengajarkan komunikasi
adalah sebuah paket komplit layaknya Anda makan nasi timbel, dengan ikan asinnya, lalapannya,
sambelnya, dan disantap di sebuah saung yang bersebelahan dengan hijaunya sawah-sawah yang
terbentang. (jadi laperr)
Oh ya ada satu lagi ketika Anda belajar sebuah ilmu. Yaitu kesabaran dan mau berinvestasi
secara finansial maupun tenaga. Karena ilmu itu memang perlu didatangi, kata guru-guru
kehidupan saya.
Kebanyakan yah prolognya? Nggak apa-apa yah. Semoga Anda ikhlas membacanya dari
awal sampai akhir. Dan memang tidak ada yang memaksa Anda kok untuk membacanya sampai
tuntas. Cuma sayang ajah Karena bisa jadi ilmu intinya ada di tengah-tengah atau di akhir dari
E-book ini.
Oke, saya mulai dengan sebuah pepatah yang sering kita dengar, entah dari orang tua
kita, atau dari seseorang yang menjadi panutan kita, banyak anak, banyak rezeki.
Eh nggak nyambung yah? Tapi nggak apa-apa lah pepatahnya kita ganti sedikit, banyak
teman, banyak rezeki.
Menyelesaikan proses komunikasi dengan gaya Anda salah, cuma saya saja yang
benar, hanya akan menunjukkan pada orang lain bahwa Anda bukanlah seorang
komunikator yang baik.
Membantah jika memang harus, tapi jangan pernah lupa bahwa menyalahkan pihak lain
tidak akan menjadi penyelesaian yang tepat dalam berkomunikasi. Bahkan, seorang komunikator
yang mumpuni akan menunjukkan sikap seolah-olah tak peduli terhadap siapa yang memperoleh
kemenangan atas kesepakatan yang berhasil dibuat. Ia pandai membuat pihak lain
merasa seolah-olah persetujuan akhir tersebut merupakan idenya.
Oh ya, ngomong-ngomong Saya lebih
senang memilih rekan bicara daripada
lawan bicara, sebabnya dapat merusak
pikiran (lho kaya lirik lagu dangdut bang Haji
Rhoma Irama?), hehehe becanda.
Mengapa saya memilih rekan bicara?
Karena seseorang yang berbicara dengan
kita, kita harus anggap dia adalah sejajar
atau teman, bukan lawan. Jadi posisinya
sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih
rendah. Ketika Anda memposisikan diri Anda sejajar dengan rekan bicara, proses komunikasi
pasti berjalan dengan sangat baik.
Teringat waktu menempuh masa-masa sekolah yang dulu saya merasa wajah saya lagi
lucu-lucunya (berarti sekarang nggak dong?).
Ada salah seorang teman, ketika berkomunikasi cenderung menyalahkan dan mau
menang sendiri. Apapun yang dikatakan oleh teman ngobrolnya, selalu saja ada alasan untuk
disalahkan. Perkataan khasnya adalah Elu salah lu yang bener gue.
Dan hebatnya dia sangat percaya diri sekali menggunakan gaya itu, padahal dia tidak tahu
banyak teman-temannya termasuk saya pada saat itu, kurang simpati dengan beliau. Alhasil,
setelah menjalani beberapa tahun di sekolah, dia tidak mempunyai teman sama sekali. Kasihan
juga yah. Jangan sampai Anda kaya gitu!
Nah sekarang mari kita intropeksi diri, apakah selama ini gaya komunikasi kita cenderung
seperti itu? Kalau jawabannya iya, pantas saja, sahabat-sahabat kita tidak suka bahkan sering
menjauh ketika berkomunikasi dengan kita. Apalagi Anda baru pertama kali ketemu orang baru.
Bisa-bisa dia benci dan eneg sama Anda. Dan memang orang normal sih nggak akan suka di
begitukan. Betul nggak nih?
Terus bagaimana kalau berdebat kang?
Itu sama saja. Anda kan tahu yang namanya debat. Tujuan utamanya adalah mengalahkan
lawan bicaranya. Betul?
Ngga ada ceritanya tuh lomba debat, tapi sesama peserta saling mendukung argumen
lawan bicaranya. Itu lomba debat atau lagi seminar motivasi?
Lalu apa ciri-ciri atau karakteristik seseorang ketika berkomunikasi cenderung memilih
gaya berdebat ini? Mari kita simak bersama-sama dengan hati yang lapang.
Yang pertama adalah, konten komunikasi yang dipakai seseorang dengan gaya
ini adalah tidak setuju atau tidak sepakat. Atau bisa saja menggunakan kata
sepakat atau setuju, setelah itu dibarengi dengan kata tapi. Contoh : saya setuju
sih dengan usulan Anda, tapi kok malah aneh yang didengernya. Nggak up to date gitu!
Nih orang sebenarnya niatnya setuju atau tidak? Ya jelas aja tidak. Nenek-nenek gigit besi
pun tahu itu. Karena memang, kata tapi berfungsi sebagai negasi dari kalimat sebelumnya.
Anda itu ganteng, tapi pelit. Fokus ke gantengnya, atau pelitnya? Pelit. Beda dengan
Anda ganteng walaupun pelit, yang ini fokus kemana? Yups betul, gantengnya.
Yang kedua adalah niat. Niat yang dipakai oleh orang-orang yang berdebat
adalah ketidakpercayaan.
Maksudnya bagaimana? Anda pernah nonton televisi acara berdebat gitu? Misalkan kubu
partai A dan kubu partai B. mereka membahas tentang sebuah fenomena X, Y, Z dan kedua kubu
berbeda pandangan. Coba deh perhatikan, dari kata-kata yang disampaikan atau gerakan tubuh
yang ditunjukkan, apakah ada saling kepercayaan disana? Nggak ada lah. Namanya juga lagi
berdebat, boro-boro percaya.
Itu juga yang terjadi kalau mental Anda, mental yang suka berdebat. Orang lain berbeda
pendapat sama Anda sedikit saja, Anda sudah siap-siap nyerang dan menjatuhkan pendapat dari
orang yang bicara sama Anda. Ya mirip acara TV tentang debat itu kan?
Kang, apakah memang kita harus setuju terus dengan pendapat orang lain?
Ya, nggak juga. Cuma cara penyampaiannya perlu elok dan cantik, nggak grasak-grusuk.
Misalkan nih, Anda adalah penjual minyak wangi. Terus Anda menawarkan ke orang yang baru
Anda kenal. Terus calon pembeli Anda mengungkapkan keberatannya, Ah minyak wanginya
mahal, mending beli di pinggir jalan. Murah-murah.
Kalau Anda kental akan mental berdebat
atau menyalahkan orang lain, pasti Anda langsung
menyerang membabi buta.
Nggak kok bu, ini mah murah banget. Kalau
minyak wangi di pinggir jalan mah abal-abal bu,
paling wanginya 2 jam ilang. Kalau ini nggak lo bu,
ini bisa 2 minggu nggak ilang-ilang.
Log out di dunia nyata, log in di dunia maya. Hahaha Sama seperti di film Wall-
e bukan?
Saya akui, kita juga tidak bisa lepas total dan tidak berhubungan lagi dengan smartphone
atau teknologi yang berkembang sekarang. Tapi kita pun juga dapat memilih, waktu-waktu yang
tepat untuk menyimpan sebentar barang pintar ini dilaci meja atau di lemari baju kita.
Alhamdulillah, sebagai kepala rumah tangga, yang hobinya juga jeprat sini jepret sana,
kami sadar. Ada waktu-waktu yang kita harus singkirkan barang ini sebentar. Kami memilih
setelah magrib dan sebelum jam 9 malam. Karena waktu-waktu inilah adalah waktu yang paling
krusial untuk di alokasikan, agar hubungan harmonis dengan keluarga tetap terjaga dan tercipta.
Lalu, bagaimana interaksi dengan orang baru? Apakah ada efeknya ketika kita lebih fokus
ke gadget kita dibandingkan orang di depan kita?
Ada banget. Efeknya sangat-sangat berpengaruh dengan proses komunikasi yang kita
jalankan. Apalagi kalau Anda sedang berkomunikasi kepada calon klien Anda, dosa besar ini Anda
lalukan, maka bersiaplah. Calon klienmu akan
mencari konsultan yang lain yang lebih
menghargai dirinya.
Terus kang, kalau memang ada telpon
yang sangat penting, atau ada pesan yang
masuk dan itu begitu mendesak, bagaimana?
M yang kedua, mulai lah dari hal-hal yang kecil. Misalkan, ketika Anda sekarang
menjadi orang tua, mulailah membiasakan untuk tidak memotong pembicaraan anak-anak Anda.
Atau sebaliknya, jika Anda seorang anak. Cobalah untuk tidak memotong pembicaraan
orang tua Anda ketika Ayah dan Ibu Anda memberi saran atau nesehat kepada Anda. Simple kan?
Dan M yang ketiga, mulailah dari diri sendiri. Jangan biasakan berpikir, pasangan
saya dulu yang harus mendengarkan saya. Tapi berpikirlah sebaliknya. Saya dulu yang perlu
menghargai pasangan saya, baru setelah itu dia. Ya, mulailah semua kebaikan ini dari diri sendiri.
Kalau ternyata Anda bertemu dengan orang-orang yang juga melakukan dosa besar ini, Anda
perlu menghadapinya dengan sabar. Dan berikan nasehat yang pas buat dia. Tapi ingat, jangan
lakukan gaya Anda selalu salah.
Di training komunikasi yang biasa saya selenggarakan, saya membahas tentang teknik
hamburger. Teknik ini cocok banget dalam rangka memberi saran yang sekaligus tidak melukai
orang yang di beri saran.
Oh ya, salah satu hobi saya adalah menonton tayangan acara ILC (Indonesia Lawyer Club).
Sebuah acara diskusi yang dikemas dengan sangat apik. Selain saya menyimak pokok bahasan
yang disampaikan oleh Bang Karni Ilyas, saya juga memperhatikan komunikasi mereka. Mana
yang sering memotong pembicaraan mana yang tidak.
Dan biasanya orang-orang yang
gemar memotong pembicaraan orang
lain entah dari partai manapun, kesan
negatif melekat dalam dirinya. Apalagi
ketika kedua belah pihak sama-sama saling tidak
mau kalah. Ah sudahlah atau memang acara ILC
diperuntukkan untuk ajang berdebat? Iya kali
yah.
Sebenarnya, memotong pembicaraan orang lain boleh-boleh saja dilakukan. Tapi ada
syaratnya. Apa syaratnya? Ada hal mendesak yang tiba-tiba menghampiri. Misalnya, ketika kita
asyik bercerita, tiba-tiba ada teman lain yang jatuh dari jurang (contoh) misalnya dan dia butuh
pertolongan. Disinilah saatnya, Anda dapat memotong pembicaraan agar bisa segera menolong
teman Anda yang jatuh.
Nggak matching antara perkataan, mimik wajah dan ekspresi tubuh. Dan
inilah awal terjadinya miss communication.
Ya, memang dimulai dari sini.
Misalkan, ada seorang istri yang curhat sama suaminya. Sang istri dapat berita duka,
bahwa sahabat terbaiknya meninggal dunia. Karena merasa sahabatnya adalah sahabat terbaik
yang di miliki, otomatis perasaan sedih di tumpahkan kepada suami.
Eh, respon suami malah lucu. Memang sih dia bilang kayak gini
Begitu juga dengan orang yang baru kita kenal, dia suka dengan orang yang sama
antara perkataan dan ekspresi tubuh. Suka dengan kejujuran, suka dengan ketulusan
bukan polesan rekayasa. Dan semuanya itu, perlu sama.
Bagaimana caranya kang, supaya kita bisa sama antara perkataan dan ekspresi tubuh?
Berlatih adalah jawabannya. Cara berlatih yang paling gampang adalah dengan
menonton. Coba cari tokoh idola Anda atau artis yang Anda sukai, tonton acaranya dan
perhatikan dengan seksama bagaimana dia menggerakkan tubuhnya.
Kalau di hati Anda sreg dan gerakan tubuhnya sudah matching dengan apa yang
diucapkan, Anda ikuti dan rekam dalam pikiran Anda. Coba Anda praktekkan di depan cermin
perkataan dan gerakan tubuh yang tadi sudah Anda contek.
Coba terus di ulang hingga menjadi sebuat repetisi. Setelah itu, saatnya Anda praktek
dengan orang yang baru Anda kenal. Mainlah ke tempat umum seperti Mall, tempat rekreasi,
caf atau restoran. Cobalah untuk berkenalan dengan orang baru.
Malu? Ya, kalau masih pake malu ya urusannya sudah selesai. Anda nggak mau berubah.
Di tolak, ah nyantai aja. Anggap aja latihan. Kayak Anda latihan mobil atau motor saja, awal-
awalnya kan nabrak dulu, jatuh dulu, luka dulu. Betul?
Ini juga sama, di tolak adalah reaksi wajar karena Anda sudah melakukan tindakan. Orang
yang tidak melakukan apa-apa jelas nggak akan ditolak. Betul atau betul?
Oke, janji ya untuk praktek. Selamat praktekkk!
Emm, kang itu saya yang kaya gitu hiks gimana ya cara menghilangkannya?
Oh Anda?
Iya kang, hemm, gimana dong?
Sabar. Dan saya ucapkan selamat. Karena apa? Karena Anda sudah sadar masalah
komunikasi Anda ada dimana. Tugas Anda adalah pelan-pelan menghilangkannya.
Bagi yang belum tahu apakah kita termasuk pengidap filler words, caranya gampang. Coba
Anda siapkan gadget Anda yang bisa merekan suara Anda. Sudah?
Setelah itu Anda ceritakan semua hal yang ingin diceritakan di dalam rekaman tersebut.
Misalkan, hal yang paling membahagiakan satu minggu kemarin. Hal apa yang paling tidak
menyenangkan satu bulan kemarin. Ceritakan apa adanya.
Langkah selanjutnya adalah coba dengarkan lagi rekaman itu. Termasuk parah nggak?
Kalau masih jarang-jarang banget ya itu artinya normal. Tapi kalau setiap jeda ada umm nya, itu
artinya sudah kategori sangat parah.
Kalau sudah parah seperti itu, dan akan menimbulkan potensi membuat telinga orang lain
menjadi tidak enak, saatnya Anda belajar untuk menyingkirkannya. Dan ingat, ini butuh
ketekunan. Tidak ada yang instan.
Cara menguranginya bagaimana. Baik saya akan beberkan sebentar lagi.
Ganti filler word Anda dengan diam. Karena lebih mudah mengganti dibandingkan
menghilangkan. Lebih mudah mencari kekasih baru dibandingkan melupakan mantan kan? Yah,
analoginya mirip seperti itu. Tugas Anda adalah mengganti suara yang mengganggu tersebut
dengan apa? DIAM.
Contoh : Jadi gini (DIAM) kalau menurut hemat saya (DIAM) kita perlu mengadakan
sebuah gebrakan (DIAM) yang benar-benar nyata (DIAM). Dan kalau bisa gebrakan ini (DIAM)
biayanya tidak terlalu mahal (DIAM) dan tidak terlalu beresiko untuk kita (DIAM). Bagaimana?
Setuju?
Cara yang kedua adalah menjaga ritme napas Anda. Karena bisa jadi, Anda
terjangkit dosa ini karena memang Anda lagi tegang, cemas dan takut terjadi sesuatu di masa
mendatang. Santailah, dan Tarik napas sedalam mungkin dan keluarkan sepenuhnya. Kalau perlu
Anda cuci muka untuk membuat tubuh Anda lebih fresh lagi.
Dan cara yang terakhir adalah dengan cara memvariasikan kata-kata kita.
Cara ini akan sangat menyenangkan karena cara bicara kita menjadi lebih indah dan
lengkap. Kita mencoba memberikan waktu kepada otak kita untuk berpikir dengan menggunakan
kombinasi beberapa kata yang menjadi jembatan menuju ke kata-kata selanjutnya. Kira-kira
contohnya seperti ini : (contoh ini saya dapatkan dari internet)
Bapak ibu yang saya hormati, selamat pagi. Jadi agenda hari ini yang bisa kami
sampaikan adalah, pertama kita akan laporkan progress dari bisnis kita, kemudian juga kita
akan sampaikan laporan dari keuangan perihal angka-angka laba rugi selama bulan Juli dan
terkakhir kita juga akan berikan update perihal perkembangan hasil riset selama ini.
Semoga apa yang saya paparkan dalam E-Book ini dapat membuat Anda terbebas dari
dosa besar yang selama ini sadar atau tidak sadar Anda lakukan. Jika sempat, cobalah meminta
maaf dengan orang-orang yang pernah Anda zalimi, setelah itu yuk ah berbenah.
Saya pun demikian, saya selalu berkomitmen untuk terus berbenah entah dalam situasi
apapun. Termasuk ketika saya mengajar dan melatih orang-orang dalam rangka meningkatkan
kemampuan komunikasi mereka.
Ada sebuah pepatah yang saya
dapatkan, ilmu dapat menguap sia-sia juga
tidak dipraktekkan. ya, inilah makna dari ilmu.
Ilmu bisa memuliakan yang memilikinya, tapi
juga bisa menghinakan jika tak mau untuk di
implementasikan.
So, ini pilihan Anda kan?
Jika memang Anda belum terlalu
paham dan ingin kembali untuk belajar
komunikasi, Anda bisa menempuhnya dalam
dua cara. Yang pertama Anda dapat belajar
dari Online, Insya Allah kalau Anda sudah dapatkan E-book ini, artinya Anda sudah terdaftar dari
kami untuk mendapatkan ilmu-ilmu komunikasi yang nanti saya share dari email.
Atau, Anda bisa juga mendapatkan ilmu komunikasi ini dari pelatihan-pelatihan yang kami
selenggerakan. Memang untuk awal-awal kami prioritaskan masih di Bandung.
Kang, kapan ada jadwal di kota saya?
Tunggu saja kali yah, semoga Allah memudahkan untuk dapat sharing tentang ilmu
terpenting abad ini. Tapi kalau mau agak cepat, ya Anda bisa mengundang kami untuk berbicara
di kota-kota Anda. Mudah kan?
Untuk siapa saja Kang pelatihan-pelatihannya?
Anda seorang siswa atau mahasiswa, bagaimana berkomunikasi yang baik dengan teman-
teman Anda agar teman-teman Anda nyaman berteman dengan Anda. Serta bagaimana
berkomunikasi yang baik dengan guru atau dosen Anda, sehingga guru dan dosen Anda sangat
senang dengan kehadiran Anda
Anda seorang pengajar (guru, dosen, trainer, ustad), bagaimana berkomunikasi yang baik
dengan anak didik Anda, agar anak didik Anda paham dan mengerti maksud Anda serta Anda
disukai oleh mereka
Anda seorang penjual, bagaimana berkomunikasi dan membangun hubungan yang baik
dengan calon pembeli Anda, sehingga calon pembeli Anda merasa nyaman dan mau membeli
produk Anda.
Anda sebagai orang tua, bagaimana berkomunikasi yang baik dengan anak-anak Anda,
sehingga anak-anak Anda menjadikan Anda sebagai orang tua favorit dan menyenangkan
Dan Anda sebagai anak, bagaimana caranya berkomunikasi yang baik dan santun dengan
orang tua Anda,sehingga orang tua Anda sangat bangga mempunyai anak seperti Anda.
Anda sebagai bawahan, bagaimana caranya menyampaikan pendapat yang baik kepada
atasan Anda, sehingga atasan Anda pun menerima pendapat Anda.
Anda sebagai Leader (Manajer, Direktur, Business Owner), bagaimana cara
menyampaikan perintah/ instruksi kepada bawahan atau karyawan Anda dengan baik, sehingga
bawahan Anda melakukan instruksi Anda dengan baik dan melakukan sepenuh hati.
Anda pun bisa mengundang kami untuk melatih tim atau karyawan Anda agar optimal
dalam bekerja dan berkarya.
Sip, sudah jelas yah. Dan jangan lupa untuk praktek.
Akhir kata doakan kami agar bisa melayani Anda semua yang menginginkan karirnya
melesat dan melatih kemampuan terpenting di abad ini, komunikasi. Aammiin.
Produk Training :
Communication Skill
Public Speaking Skill
Service Excellence
Self-Motivation Skill
Persuasion and Influencing Skills
Silahkan kontak kami : 0853 6138 8383 (Bu Inna)