Anda di halaman 1dari 25

Anda diijinkan untuk menyebarkan,

mengirim via e-mail, mencetak


(print), dan menaruh e-book ini di
forum dan mailing list kepada siapa
saja yang Anda inginkan, sepanjang
Anda tidak menjualnya, mengubah,
atau mengedit isinya.

Copyright 2017
Menembus Batas Academy
7 DOSA BESAR yang tidak perlu dilakukan saat
Berkomunikasi dengan ORANG YANG BARU DIKENAL

Apakah Anda sudah tahu fakta ini? Lebih dari 85% persen dari kesuksesan dalam hidup
berkaitan secara langsung dengan kemampuan berkomunikasi dan keterampilan
membina hubungan?
Atau apakah Anda sudah mengerti, bahwa satu-satunya cara membina hubungan dengan
orang lain adalah dengan cara berkomunikasi secara langsung dengannya, tidak lewat bahasa
kalbu, bahasa isyarat, atau telepati jarak jauh?
Artinya Anda pun dalam waktu yang bersamaan, pasti ngeh (baca : sadar), ketika
kemampuan berkomunikasi Anda baik, otomatis kehidupan Anda pun jadi lebih harmonis, segar,
dan penuh dengan kehangatan. Bahkan walaupun Anda berada dalam posisi kritis, orang-orang
yang Anda sayangi akan mendukung dan mensupport apapun yang Anda alami saat ini. Dan ini
menyejukkan.
Tapi pernahkan membayangkan kalau dunia ini tidak ada yang namanya komunikasi?
Waw mungkin saja tidak ada yang namanya dunia. Tidak ada interaksi antara manusia atau bisa
jadi tidak ada yang namanya panca indra seperti mulut dan telinga. Karena memang Tuhan
menciptakan manusia memiliki kemampuan dasar yaitu berkomunikasi.
Lantas, jika memang ini pemberian Tuhan bahwa manusia pada dasarnya dapat
berkomunikasi, lalu mengapa kita harus belajar sebuah kemampuan yang namanya
komunikasi?
Ada sebuah pernyataan menarik dari The Conference Board, Corporate Voices for Working
Families, Partnership for 21st Century Skills, and the Society for Human Resource Management
groups. Kesimpulannya adalah ada lima kemampuan yang harus dipelajari oleh manusia zaman
sekarang. Dan yang teratas adalah kemampuan berkomunikasi. Fakta yang menarik
bukan?
Dengan ilmu yang pernah Saya dapatkan tentang komunikasi dan sering saya katakan di
kelas pelatihan-pelatihan, mengapa kita semua perlu belajar komunikasi? Jawabannya
sederhana salah satunya adalah Personal Discovery. Semakin seseorang belajar
berkomunikasi dengan baik kepada diri sendiri dan orang lain, semakin dia
mengenal siapa dirinya. Inilah salah satu tujuan komunikasi yang sesungguhnya.
Tapi, apakah itu satu-satunya tujuan komunikasi yang sesungguhnya? Tentu tidak. Banyak
para pakar komunikasi yang merumuskan tentang fungsi komunikasi secara menyeluruh. Tapi
saya tidak mau terlalu banyak berteori. Saya ingin sharing dari pengalaman-pengalaman saya
saja. Boleh?
Tapi sebelum itu, boleh dong saya memperkenalkan diri?
Perkenalkan nama saya, Muvtizar Solichin, silahkan panggil saya @KangMuvti saja kali
yah. Lebih sedap didengar, hehehe
Dulu, sekitar belasan tahun yang lalu, ketika saya memutuskan untuk kuliah di fakultas
ilmu komunikasi, disalah satu universitas negeri di Bandung, ada salah satu teman saya bertanya
kepada saya :
Kang, kenapa kok ngambil kuliah komunikasi, bukannya kita waktu kecil sudah di ajarkan
ngomong yah sama orang tua kita?
Sempat tak dapat menjawab pertanyaan beliau. Alih-alih menjawab langsung, saya pun
menangguhkan jawabannya dan hanya menyunggingkan senyumannya kepada dia. (nggak tau
dia kegeeran apa nggak).
Singkat cerita, saya belajar ilmu komunikasi di fakultas tersebut, dan menikmati
perkuliahan di semester-semester pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, serta diajarkan oleh
para dosen yang membuat wawasan saya tentang komunikasi bertambah.
Kala itu, teringat kembali apa yang ditanyakan oleh teman saya. Dan kala itu memang
saya tidak sempat untuk menjawabnya.
Lalu apa yang dipelajari di kampus tentang komunikasi?
Dari hasil pembelajaran saya di sana dan sekarang lebih senang untuk mendalami ilmu ini
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sekarang selain menjadi founder
Menembus Batas Academy bersama dua rekan saya Coach Helmy dan Coach Edy saya pun
mendirikan lembaga pelatihan yang fokus dengan ilmu komunikasi, Excellence Communication
Institute (ECI) Indonesia.
Belajar komunikasi bukan hanya sekedar ngomong, ya bukan
hanya sekedar ngomong. Karena ilmu ngomong memang sudah kita
kuasai sejak kita kecil dari orang tua kita, belajar komunikasi artinya
kita belajar mengemas pesan yang kita sampaikan kepada rekan bicara
kita, sehingga pesan kita sampai kepadanya, dan dia pun mengerti
lewat respon yang dia berikan kepada kita. Jadi memang ada beberapa
instrumen ketika kita ingin menjadi seorang komunikator yang hebat.
Termasuk ketika Anda bertemu dan berkomunikasi secara langsung
dengan orang yang baru Anda kenal. Semua ada ilmunya.
Sempat sih saya kurang puas dengan ilmu yang diberikan oleh dosen-dosen saya ketika
saya kuliah dulu, dan Alhamdulillah ilmu komunikasi saya dilengkapi dengan ilmu-ilmu lapangan
yang saya dapatkan dari luar kampus.
Ternyata Tuhan menakdirkan saya bertemu dengan orang-orang hebat yang mereka tidak
kuliah atau belajar langsung tentang ilmu komunikasi, tapi secara ril di lapangan, teman-
temannya segudang, relasinya luas terbentang, rekan-rekannya mungkin kalau ditulis diatas
kertas begitu panjang.
Dari sanalah saya kembali menimba ilmu dan memperdalam ilmu yang menjadi passion
saya sejak 10 tahun yang lalu. Di samping itu, peran pelatihan-pelatihan informal juga sangat
membantu saya dalam meluweskan proses komunikasi saya. Dan sempat juga memiliki rekan di
bisnis Networking lebih dari 10.000 orang.
Pun, menjadi seorang Trainer dan Konsultan di bidang komunikasi ini, justru membuat
saya semakin haus akan ilmu ini. Mempelajari, mempraktekkan dan mengajarkan komunikasi
adalah sebuah paket komplit layaknya Anda makan nasi timbel, dengan ikan asinnya, lalapannya,
sambelnya, dan disantap di sebuah saung yang bersebelahan dengan hijaunya sawah-sawah yang
terbentang. (jadi laperr)
Oh ya ada satu lagi ketika Anda belajar sebuah ilmu. Yaitu kesabaran dan mau berinvestasi
secara finansial maupun tenaga. Karena ilmu itu memang perlu didatangi, kata guru-guru
kehidupan saya.
Kebanyakan yah prolognya? Nggak apa-apa yah. Semoga Anda ikhlas membacanya dari
awal sampai akhir. Dan memang tidak ada yang memaksa Anda kok untuk membacanya sampai
tuntas. Cuma sayang ajah Karena bisa jadi ilmu intinya ada di tengah-tengah atau di akhir dari
E-book ini.
Oke, saya mulai dengan sebuah pepatah yang sering kita dengar, entah dari orang tua
kita, atau dari seseorang yang menjadi panutan kita, banyak anak, banyak rezeki.
Eh nggak nyambung yah? Tapi nggak apa-apa lah pepatahnya kita ganti sedikit, banyak
teman, banyak rezeki.

Bagi yang muslim tentu sudah paham, silaturahhim memperpanjang rezeki


seseorang, selaras dengan semakin banyak teman yang kita silaturahhim kan, semakin
berdatanganlah tuh rezeki dari Tuhan. Betul atau betul?
Tapi pertanyaan yang mendasar adalah, sudah berapa banyak teman-teman kita? Atau
sudah berapa ribu jumlah orang-orang yang mengenal kita?
Sudah banyak kok kang, nih teman Facebook saya sudah lebih dari 5.000 orang. Belum
lagi follower di sosial media saya yang lain.
Hehehe iya sih. Cuma masalahnya, teman sebanyak itu, pada kenal sama Anda nggak?
Tapi nggak apa-apa, katakanlah ke 5.000 teman mu itu ingin sekali kenal sama Anda. Lalu
kalau benar-benar bertemu secara tatap muka, apakah Anda bisa menjalin hubungan yang baik
dengan teman-teman Anda itu?
Nah, disinilah tantangannya karena banyak orang diluaran sana, ketika bertemu di grup
WA, FB, BBM, Telegram, kok asyik banget yah. Eh, pas ketemu eng..ing..eng. Dalam sekejap
mata, sifat asyiknya berubah.
Kok aneh banget yah dia?
Saya ngomong kok di cuekkin yah?
Nggak nyaman cerita sama dia, nggak nyambung!
Dan komen-komen yang lain yang kurang sedap dirasa.
Karena saya juga menemukan tidak sedikit jumlahnya, ketika mengobrol dengan
beberapa orang, saya seperti dianggap angin lalu, nggak penting. Dan itu rasanya, benar-benar
tidak menyenangkan. Anda juga merasakan hal yang sama kan?
Harapan saya dengan E-Book ini. Bagi yang tersungging, eh tersinggung karena melakukan
semua atau salah satu dosa besar ini, segera bertaubat dan kembalilah ke jalan yang benar,
hehehehe
Tapi kalau Anda merasa nggak pernah melakukan dosa-dosa besar, sudah menjadi
kewajiban Anda untuk menjadi contoh dan inspirasi buat orang-orang yang tega melakukan 7
dosa besar yang dibahas di E-book ini.
Tapi tolong, jangan dilaknat, karena mereka manusia biasa juga. Doakan, dan kalau bisa
ingatkan bahwa apa yang dia lakukan salah dan keliru, atau kalau Anda belum Pede ngasih
tahunya secara langsung, Anda bisa memilih untuk memberikan E-Book ini ke teman Anda itu.
Semoga Tuhan membolak-balikkan hatinya ke jalur yang benar. Aammiin
Oke, saatnya kita bahas inti dari E-Book ini. Siapkan pikiran dan hati, kalau ada kata-kata
yang menghujam ke sanubari, itu tandanya Anda lagi tersindir dan tersinggung dengan cara yang
mengagumkan.
Tapi ingat, kalau sudah tersinggung dan tersindir, segeralah apa? Yah Anda sudah tahu
jawabannya kan?
Inilah dosa pertama yang perlu Anda
waspadai. Mengapa? Karena banyak sekali
interaksi pertama kali tidak berhasil diawali dari
sini. Ya dimulai dari sini.
Jika Anda melakukan dosa ini, bersiap-
siaplah. Rekan bicara Anda akan bosan dan
ingin cepat-cepat segera mengakhiri
percakapan dengan Anda. Boro-boro senang
dengan kehadiran mu, ngedenger nama Anda
aja sudah malas banget.
Sejatinya, membangun relasi dan
menjadi sahabat yang kehadirannya dinanti,
menjadi penjual yang menjadi solusi, menjadi
negosiator yang proses negosiasinya membuat
sama-sama senang di hati, membutuhkan usaha yang tidak sedikit. Selain ngelmu (baca : belajar),
ngotot (baca : praktek tanpa henti) menjadi pondasi terkuat dan daftar wajib yang perlu Anda
laksanakan.
Pernahkah Anda mendengar sebuah pepatah Kesan pertama begitu menggoda? Ah
kalau Anda lahir di tahun Sembilan puluhan, pepatah itu tak asing lagi di telinga.
Tapi katakanlah Anda pernah mendengar pepatah itu, dan memang pepatah itu berisi
tentang pentingnya kesan pertama. Kalau kesan pertama Anda membuat rekan bicara nggak
enak hati (baca : nggak nyaman), yah sudah barang tentu kesananya nggak akan baik dan lancar.
Dan tahukah Anda, bahwa bukti interaksi yang sehat, ketika pertama kali Anda berkenalan
dengan orang baru adalah dia antusias berbicara tentang dirinya. Dia merasa
bersemangat bercerita tentang kehidupannya. Ini tak akan terwujud jika Anda enggan untuk
menekan ego Anda sendiri.

Setelah itu, Anda wajib hukumnya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang


memancing dia untuk terus mengeksplor dirinya dan bercerita dengan semangat
empat lima bahwa dirinya hebat, perlu didengar dan nggak ada seorang pun yang bisa
mengalahkannya.
Jika rekan bicara Anda sudah masuk ke titik itu, saya ucapkan selamat. Misi Anda menjadi
seorang komunikator yang di asyik dan menyenangkan berhasil. Dan disaat yang sama, Anda pun
sukses menekan ego.
Kang, bukannya manusia adalah mahluk yang paling egois?
Yups sepakat, bahwa manusia adalah mahluk egois, buktinya, ketika Anda melihat foto
reunian sekolah Anda, pasti yang pertama kali di lihat adalah diri Anda, bukan orang lain. Betul?
Yah, tapi kan itu bukan jadi alasan Anda satu-satunya agar Anda jadi mahluk yang paling
egois di dunia ini. Anda perlu, sesekali bahkan sering untuk fokus ke rekan bicara Anda. Ya, ini
awalan yang sangat bagus, jika Anda berlatih untuk mengesampingkan sedikit ego Anda ketika
berbicara dengan orang lain.
Susah?
Toss, saya pun awalnya juga seperti itu. Ini kegiatan yang sulit saya kerjakan saat itu.
Apalagi profesi saya sebagai seorang trainer dan motivator yang sangat bahagia ketika
menginspirasi rekan bicara dengan pengalaman-pengalaman saya tentunya.
Tapi karena ini merupakan bagian dari dosa besar, dengan sekuat tenaga saya belajar dan
memampukan diri untuk fokus kepada rekan bicara saya. Thats it!
Lalu, sampai kapan kita mulai fokus untuk berbicara tentang diri sendiri? Ya, ketika dia
sudah mulai tertarik dengan kita. Dan sudah mulai penasaran dan bertanya tentang diri
kita. Momen inilah waktu yang tepat
untuk Anda berganti strategi. Dari fokus
ke rekan bicara, jadi fokus ke diri sendiri.
Tapi ingat, momennya harus pas, dan
berjalanlah senatural mungkin.

Oke deal! Lanjut?


Oia kang tunggu dulu. Tadi kan
kita di sarankan untuk melakukan pertanyaan-pertanyaan agar rekan bicara kita mau bicara
kepada kita? Betul kan?
Iya betul.
Terus pertanyaan-pertanyaannya apa aja kang?
Sebenarnya ada puluhan pertanyaan yang dapat Anda bisa ajukan, tapi kalau dibahas
disini semuanya, bisa-bisa jadi 1 buku dengan tebal 200 halaman nih, hehehehe
Nah di beberapa kelas yang diadakan oleh saya dibahas nih pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Tapi di E-book ini saya mencoba untuk berbagi dua pertanyaan ajaib yang perlu Anda
tanyakan ke rekan bicara Anda.
Pertanyaan 1 : apa minat atau hobi Anda?
Mengapa bertanya tentang minat dan hobi? Karena setiap orang ketika ditanya minat
atau hobi, pasti emosinya langsung bangkit. Aura semangatnya langsung berkobar tiada tara.
Betul?
Kecuali kalau dia udah males ngomong sama Anda. Mau ditanya apapun, jawabannya,
heeh, iya, atau nggak ajah. Makanya, kesan pertama itu poin intinya.

Pertanyaan 2 : kalau lagi santai, biasanya melakukan apa?


Nah, ini pertanyaan khusus yang bisa Anda ajukan dan sekaligus membuat rekan bicara
Anda relaks dan membayangkan sesuatu hal yang indah-indah.
Atau, kalau Anda lebih kreatif kedua pertanyaan ini bisa digabungkan dalam satu momen
pembicaraan. Hasilnya pasti berbeda.
Oia, ingat yah. Ketika Anda menanyakan pertanyaan-pertanyaan tadi, posisi pikiran dan
perasaan Anda (baca : state) dalam posisi penasaran yah, posisi dimana Anda benar-benar
antusias ingin tahu tentang rekan bicara Anda. Bukan sedang mewancarai orang atau bahkan
sedang mengintrogasinya.

Pernahkah Anda bertanya dalam hati,


mengapa Tuhan menciptakan dua telinga dan
satu mulut?
Oh nggak pernah nanya yah? Coba deh
sekarang Anda tanya ke hati Anda dengan tulus.

Sudah? Lalu apa jawabannya?

Yups, betul. kita


Karena
diperintahkan oleh Tuhan untuk banyak
mendengar dibandingkan berbicara.
Banyak menyimak dibandingkan
berpendapat. Tapi apakah kita sadar dan
melakukannya?
Kang apa hubungannya dengan dosa besar kedua ini?
Hubungannya baik-baik saja, hehehehe
Gini, giniProses komunikasi akan berjalan tak karuan ketika kedua insan saling
berinteraksi dan tidak ada satu pun yang mau mendengar. Dua-duanya saling melontarkan
pendapat, dan parahnya lagi dua-duanya sama-sama ingin menang dan dibenarkan oleh rekan
bicaranya.
Kalau Anda dalam kondisi seperti itu, sebaiknya sudahi saja pembicaraannya, serius.
Nggak akan sehat. Karena memang telinga harus banyak berperan dibandingkan mulut.
Tapi kang, bukannya yang namanya komunikasi melibatkan panca indra berupa mulut
yah, dibandingkan telinga?
Iya, betul. Memang mulut juga jadi instrument utama dalam proses komunikasi yang
efektif. Tapi, kalau Anda belajar lebih getol lagi tentang komunikasi, ternyata komunikasi
dapat disampaikan menggunakan bahasa verbal dan bahasa non verbal. Jadi ada
dua tuh, memakai bahasa verbal dan non-verbal.
Siapa bilang, diam dan ngangguk-ngangguknya Anda ketika memperhatikan pembicaraan
orang, itu bukan komunikasi?
Siapa yang bilang ketika mata Anda agak sedikit keluar dan berkaca-kaca karena
menyimak cerita orang lain, itu bukan
komunikasi?
Itu semua dalam bentuk komunikasi
juga.

Karena memang komunikasi non-


verbal menggunakan instrument
gerakan-gerakan anggota tubuh,
kontak mata, penggunaan objek,
penggunaan simbol, dan ekspresi
tubuh.
Oke, Clear yah? Bukan Pantene!
Lalu saya harus gimana kang? Agar dosa besar yang kedua nggak saya lakukan?
Sederhana. Banyak lah mendengar dibandingkan berbicara. Apalagi ngoceh nggak jelas
dan menambah dosa-dosa besar Anda. Makin nggak karuan lah prosesnya.
Banyak mendengar adalah kunci. Dan ini adalah kemampuan yang bisa dipelajari. Di
pelatihan saya, ada modul khusus tentang kemampuan mendengar atau menyimak. (listening
skill). Dan kalau Anda ikut pelatihannya, kemungkinan besar kemampuan mendengar Anda
meningkat pesatsatsat.
Nah, ini ada kisah menarik lho yang bisa Anda ambil pelajaran. Alkisah terdapat dua orang
yang terkenal di zamannya, yaitu Benjamin dan William. Kedua orang ini memiliki perbedaan
yang sangat jelas karena sering kali dalam berpolitik, mereka berseberangan. Suatu ketika, ada
seorang wanita diundang untuk jamuan makan dengan kedua orang terpandang ini. Setelah itu,
si wanita ini dimintai pendapatnya.
Saat jamuan makan dengan William selesai, sang wanita tersebut mengatakan, "Wah,
setelah ngobrol dengan William. Saya merasa ia adalah orang yang terpandai di Inggris."
Namun, menariknya, setelah jamuan makan malam dengan Benjamin selesai, sang
wanita itu berkata dengan bangga dan puas, "Setelah ngobrol dengan Mr. Benjamin, saya
merasa sayalah orang yang terpandai di Inggris.
Menurut Anda, setelah mendengarkan kisah ini, tipe orang seperti manakah yang Anda
akan senang ajak bicara? Manakah yang akan bisa mempertahankan hubungan yang lebih
langgeng dan jangka panjang? Anda pasti bisa menebaknya kan?

Mendengar atau menyimak adalah sebuah keniscayaan didalam proses


pertukaran informasi, tanpa ini Anda dicap atau bahkan dilabeli sebagai komunikator yang
mau menang sendiri. Betul atau betul?
Jadi, saran saya sudah jelas yah. Ikuti aturan sang Pencipta, menciptakan telinga lebih
banyak dibandingkan mulut. Artinya perbanyaklah mendengar dan menyimak, maka Anda
bersiap menjadi seorang komunikator yang tak terkalahkan di galaksi bimasakti ini. Sadisss

Bukan mas, bukan begitu. Mas salah


berpikir seperti itu. Ini program pendidikan
pengembangan diri yang tidak ada duanya dan
mas perlu tahu, program ini sangat
revolusioner untuk dijalankan di abad ini. Sekali
lagi mas keliru berpendapat bahwa program ini
ketinggalan jaman.
Bayangkan saja, Anda bertemu dengan
seorang tenaga penjual yang menawarkan
program pendidikan pengembangan diri untuk
Anda dan tim kerja Anda, terlontar beberapa
kali bahwa sang sales menyalahkan diri kita,
karena kita belum tahu apa-apa tentang
program tersebut.
Terus apa yang Anda rasakan ketika Anda dikit-dikit disalahkan, bentar-bentar ditidak
sepakati, tentu nggak enak kan?
Pernahkah kita bertemu dengan seseorang yang kita anggap dia pandai bernegosiasi,
ketika berbicara dengan rekannya, dia menyelesaikan pembicaraan dengan menyalahkan orang
lain? Kalau saya sih nggak pernah. Kalau Anda?
Karena saya yakin 100%, mereka yang mengaku seorang komunikator ulung sudah sangat
paham dan mengerti bahwa dengan selalu menyalahkan orang lain semua kesepakatan hancur
berantakan (Lebay mode on).

Menyelesaikan proses komunikasi dengan gaya Anda salah, cuma saya saja yang
benar, hanya akan menunjukkan pada orang lain bahwa Anda bukanlah seorang
komunikator yang baik.
Membantah jika memang harus, tapi jangan pernah lupa bahwa menyalahkan pihak lain
tidak akan menjadi penyelesaian yang tepat dalam berkomunikasi. Bahkan, seorang komunikator
yang mumpuni akan menunjukkan sikap seolah-olah tak peduli terhadap siapa yang memperoleh
kemenangan atas kesepakatan yang berhasil dibuat. Ia pandai membuat pihak lain
merasa seolah-olah persetujuan akhir tersebut merupakan idenya.
Oh ya, ngomong-ngomong Saya lebih
senang memilih rekan bicara daripada
lawan bicara, sebabnya dapat merusak
pikiran (lho kaya lirik lagu dangdut bang Haji
Rhoma Irama?), hehehe becanda.
Mengapa saya memilih rekan bicara?
Karena seseorang yang berbicara dengan
kita, kita harus anggap dia adalah sejajar
atau teman, bukan lawan. Jadi posisinya
sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih
rendah. Ketika Anda memposisikan diri Anda sejajar dengan rekan bicara, proses komunikasi
pasti berjalan dengan sangat baik.
Teringat waktu menempuh masa-masa sekolah yang dulu saya merasa wajah saya lagi
lucu-lucunya (berarti sekarang nggak dong?).
Ada salah seorang teman, ketika berkomunikasi cenderung menyalahkan dan mau
menang sendiri. Apapun yang dikatakan oleh teman ngobrolnya, selalu saja ada alasan untuk
disalahkan. Perkataan khasnya adalah Elu salah lu yang bener gue.
Dan hebatnya dia sangat percaya diri sekali menggunakan gaya itu, padahal dia tidak tahu
banyak teman-temannya termasuk saya pada saat itu, kurang simpati dengan beliau. Alhasil,
setelah menjalani beberapa tahun di sekolah, dia tidak mempunyai teman sama sekali. Kasihan
juga yah. Jangan sampai Anda kaya gitu!
Nah sekarang mari kita intropeksi diri, apakah selama ini gaya komunikasi kita cenderung
seperti itu? Kalau jawabannya iya, pantas saja, sahabat-sahabat kita tidak suka bahkan sering
menjauh ketika berkomunikasi dengan kita. Apalagi Anda baru pertama kali ketemu orang baru.
Bisa-bisa dia benci dan eneg sama Anda. Dan memang orang normal sih nggak akan suka di
begitukan. Betul nggak nih?
Terus bagaimana kalau berdebat kang?
Itu sama saja. Anda kan tahu yang namanya debat. Tujuan utamanya adalah mengalahkan
lawan bicaranya. Betul?
Ngga ada ceritanya tuh lomba debat, tapi sesama peserta saling mendukung argumen
lawan bicaranya. Itu lomba debat atau lagi seminar motivasi?
Lalu apa ciri-ciri atau karakteristik seseorang ketika berkomunikasi cenderung memilih
gaya berdebat ini? Mari kita simak bersama-sama dengan hati yang lapang.

Yang pertama adalah, konten komunikasi yang dipakai seseorang dengan gaya
ini adalah tidak setuju atau tidak sepakat. Atau bisa saja menggunakan kata
sepakat atau setuju, setelah itu dibarengi dengan kata tapi. Contoh : saya setuju
sih dengan usulan Anda, tapi kok malah aneh yang didengernya. Nggak up to date gitu!
Nih orang sebenarnya niatnya setuju atau tidak? Ya jelas aja tidak. Nenek-nenek gigit besi
pun tahu itu. Karena memang, kata tapi berfungsi sebagai negasi dari kalimat sebelumnya.
Anda itu ganteng, tapi pelit. Fokus ke gantengnya, atau pelitnya? Pelit. Beda dengan
Anda ganteng walaupun pelit, yang ini fokus kemana? Yups betul, gantengnya.

Yang kedua adalah niat. Niat yang dipakai oleh orang-orang yang berdebat
adalah ketidakpercayaan.
Maksudnya bagaimana? Anda pernah nonton televisi acara berdebat gitu? Misalkan kubu
partai A dan kubu partai B. mereka membahas tentang sebuah fenomena X, Y, Z dan kedua kubu
berbeda pandangan. Coba deh perhatikan, dari kata-kata yang disampaikan atau gerakan tubuh
yang ditunjukkan, apakah ada saling kepercayaan disana? Nggak ada lah. Namanya juga lagi
berdebat, boro-boro percaya.
Itu juga yang terjadi kalau mental Anda, mental yang suka berdebat. Orang lain berbeda
pendapat sama Anda sedikit saja, Anda sudah siap-siap nyerang dan menjatuhkan pendapat dari
orang yang bicara sama Anda. Ya mirip acara TV tentang debat itu kan?

Kang, apakah memang kita harus setuju terus dengan pendapat orang lain?
Ya, nggak juga. Cuma cara penyampaiannya perlu elok dan cantik, nggak grasak-grusuk.
Misalkan nih, Anda adalah penjual minyak wangi. Terus Anda menawarkan ke orang yang baru
Anda kenal. Terus calon pembeli Anda mengungkapkan keberatannya, Ah minyak wanginya
mahal, mending beli di pinggir jalan. Murah-murah.
Kalau Anda kental akan mental berdebat
atau menyalahkan orang lain, pasti Anda langsung
menyerang membabi buta.
Nggak kok bu, ini mah murah banget. Kalau
minyak wangi di pinggir jalan mah abal-abal bu,
paling wanginya 2 jam ilang. Kalau ini nggak lo bu,
ini bisa 2 minggu nggak ilang-ilang.

Kira-kira ibu itu responnya gimana yah?


Beda dengan Anda mengatakan seperti ini.
Oh begitu ya bu. Awalnya sebelum tahu kualitas parfum ini, saya setuju sama ibu.
Memang harganya tidak murah. Setelah saya mencobanya secara langsung, terus saya
semprotkan juga ke baju saya sendiri, eh sudah dicuci pun baunya nggak ilang-ilang lho bu, dan
itu berlansung selama berhari-hari, saya sendiri saja kaget lho bu.
Gimana beda kan? Ini namanya handling objection. Menangani keberatan prospek. Tapi
teknik ini juga bisa dipakai bukan hanya untuk tujuan menjual saja.
Intinya dimana? Oke, mari kita bedah.

1. Setiap orang ingin disetujui atau disepakati. Gunakan kalimat-kalimat yang


tidak mempertentangkan pemikiran rekan bicara Anda.
2. Jika ingin menyanggah atau membalikkan pernyataan rekan bicara Anda,
gunakan teknik seperti teknik taichi. Untuk teknik ini Anda bisa belajar di
pelatihan-pelatihan saya.
3. Anda tetap mengungkapkan isi hati Anda, ketika Anda nggak setuju dengan
bahasa-bahasa, sebelum-setelah, awalnya-akhirnya, dulu-sekarang.
Nanti semoga saya bisa menjelaskan lebih detail tentang-tentang teknik-teknik ini yah.
Mohon doanya juga, semoga saya bisa melayani setiap orang yang ingin belajar komunikasi dan
meningkatkan karir di pekerjaannya.
Aammiin
Mari kita merenung sejenak dan lihatlah
realita yang terjadi di abad ini. Sejak
boomingnya SmartPhone dengan segala
fiturnya yang membuat pusing orang-orang
tahun 60an. Secara pelan-pelan kita diajarkan
menjadi manusia yang enggan berkomunikasi
secara langsung.
Kita sedang berada di sebuah generasi
yang cara pandang kita lupa tentang
pentingnya silaturrahhim, terlena hingga alpa
untuk mementingkan orang lain ketika ngobrol.
Tidak hadirnya diri ketika berkumpul dengan
teman diskusinya.

Memang di satu sisi,


teknologi
informasi yang pesat ini menuai banyak keuntungan. Tapi di saat yang bersamaan
tersandra beberapa hujatan.
Mungkin Anda pernah menonton film Wall-E ? Ya film fenomenal ini menceritakan
tentang kehidupan manusia, yang digambarkan begitu tergantungnya dengan teknologi.
Di film tersebut, dikisahkan ada sebuah pesawat ruang angkasa yang ternyata ada
kehidupan disana. Dan semua manusia yang hidup di situ, hanya menggunakan komputer atau
layar untuk berkomunikasi dengan orang lain. Tinggal menekan beberapa tombol, semuanya
saling terhubung satu sama lain dan semua kebutuhan tercukupi.
Diceritakan juga bahwa manusia di pesawat ruang angkasa yang menjadi titik fokus dari
film ini, gendut-gendut dan besar-besar. Karena teknologi membuat mereka ketergantungan,
sehingga mereka tidak harus menggunakan tubuh mereka untuk bergerak. Sebuah pesan moral
yang berharga untuk kita renungkan.
Anda pernah mengalami atau melihat sendiri ada seseorang yang ketika meeting di kantor
malah asyik dengan gadgetnya, tanpa mempedulikan isi dan keputusan yang ditetapkan oleh
perusahaannya?
Atau Anda pernah mengalami juga nggak? Di sebuah komunitas yang Anda hadiri. Ada
seseorang yang asyik bercengkrama dengan layar handphonenya tanpa care dengan orang-orang
sekitarnya?
Pernah ada sebuah reuni-an di SMA, semua orang berkumpul dan saling kangen, saling
melepas rindu, nostalgia, dan membicarakan kesuksesan tiap orang. Semuanya larut dengan
kondisi itu. Akan tetapi, ada salah seorang dari mereka yang hanya diam saja. Kerjaan orang
tersebut hanya menekan-menekan tombol smartphone nya. Ternyata setelah ditanya sama
temannya, lagi ngapain lo? dengan mantab dan tidak ada rasa bersalah berujar lagi update
status.

Log out di dunia nyata, log in di dunia maya. Hahaha Sama seperti di film Wall-
e bukan?
Saya akui, kita juga tidak bisa lepas total dan tidak berhubungan lagi dengan smartphone
atau teknologi yang berkembang sekarang. Tapi kita pun juga dapat memilih, waktu-waktu yang
tepat untuk menyimpan sebentar barang pintar ini dilaci meja atau di lemari baju kita.
Alhamdulillah, sebagai kepala rumah tangga, yang hobinya juga jeprat sini jepret sana,
kami sadar. Ada waktu-waktu yang kita harus singkirkan barang ini sebentar. Kami memilih
setelah magrib dan sebelum jam 9 malam. Karena waktu-waktu inilah adalah waktu yang paling
krusial untuk di alokasikan, agar hubungan harmonis dengan keluarga tetap terjaga dan tercipta.
Lalu, bagaimana interaksi dengan orang baru? Apakah ada efeknya ketika kita lebih fokus
ke gadget kita dibandingkan orang di depan kita?
Ada banget. Efeknya sangat-sangat berpengaruh dengan proses komunikasi yang kita
jalankan. Apalagi kalau Anda sedang berkomunikasi kepada calon klien Anda, dosa besar ini Anda
lalukan, maka bersiaplah. Calon klienmu akan
mencari konsultan yang lain yang lebih
menghargai dirinya.
Terus kang, kalau memang ada telpon
yang sangat penting, atau ada pesan yang
masuk dan itu begitu mendesak, bagaimana?

Kalau benar seperti itu, minta izinlah


dengan rekan bicara Anda. Bilang kepada
dia, butuh beberapa menit untuk menjawab
telpon atau membalas pesan yang masuk. Tapi ingat, janji harus ditepati. Jangan sampai, Anda
malah keblablasan untuk terus asyik dengan gadget Anda, sedangkan orang yang persis di depan
Anda terlantar dan tak menentu kepastiannya. Layaknya seorang jomblo yang menanti
kekasihnya, di gantungi. Kan nggak enak yah? (#ehh, kok malah membahas jomblo yah?).
Jika perlu, ketika Anda sedang bertemu dengan teman baru, dan sedang membangun
relasi disana, silent kan hp Anda sebentar saja. Berikan perhatian penuh kepada orang
yang berbicara di depan Anda. Ya sesederhana itu. Dan Anda perlu juga memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang menggugah agar dia juga nyaman berbicara sama Anda.

Udah itu ajah!


Kamu tuh yah, harusnya denger apa
yang aku bilang udah tahu kalau efeknya
kayak gini masih aja dilakukan.
Tapi kan aku cuma
Ah nggak usah tapi-tapian, kalau sama
yang udah pengalaman mah di denger gitu,
jangan di cuekkin!
Iya, tahu, tapi menurut si
Ah Kamu mah, menurut si anu, si itu.
Mereka itu siapa? Berapa tahun sih
pengalamannya sama aku? Makanya pake
logika sedikit dong!
Iya, ini juga lagi pake logika tapi kan.
Pake logika apaan coba. Nggak ngerti deh jalan pikiran Kamu kalau udah ini ya ini.
Jangan pake yang lain!
Tapi kan ini cuma obat jerawat
Eh, udah panjang-panjang ternyata mereka bertengkar mau milih obat jerawat.
#GubrakDeh.
Kalau Anda ngobrol sama seseorang yang tidak memberi kesempatan untuk meluapkan
isi hatimu, keluhanmu, harapanmu, apa yang Anda rasakan?
Kalau teman lama sih kayaknya mungkin deh kang. Tapi kalau teman baru, potensi untuk
tidak memberi kesempatan kepadanya sangat kecil.
Oh ya? Yakin? Tapi kalau Anda tidak lakukan dosa besar yang kelima ini bersyukurlah.
Artinya Anda terbebas dari kesan-kesan negatif.
Tak memberi kesempatan untuk berbicara setali tiga uang dengan sering memotong
pembicaraan. Dan jika Anda lakukan juga, sudahlah. Orang yang baru saja Anda kenal akan cepat-
cepat meninggalkanmu, kalau tidak dia enggan untuk bertemu dengan mu kembali.

Dan percayakah Anda, bahwa kebiasaan memotong pembicaraan orang lain


merupakan ciri orang yang memiliki sifat keras kepala dan egois. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya penelitian yang dilakukan.
Tak hanya memiliki sifat keras kepala, mereka yang suka memotong pembicaraan
memiliki sifat suka memerintah, tidak mau dibentak, penjilat, bermuka dua, licik, sadis, tak suka
bertoleransi, keinginannya yang kuat dan harus tercapai, suka membanggakan diri sendiri dan
juga kikir.
Waduh serem banget yah?
Hehehehe ya inilah faktanya. Jika dosa besar ini terbiasa Anda lakukan, sifat dan
karakter yang kurang bagus akan siap melekat di diri Anda.
Kang, saya mau berubah. Saya mau menghargai orang lain. Gimana caranya?
Jika Anda ingin berkomitmen untuk lebih menghargai orang lain, ya saatnya Anda berubah
dari sekarang. Rumus 3 M dari seorang ustad kondang di Bandung dengan ciri khasnya jagalah
hati perlu Anda pakai tuh.

Apa itu 3 M. M yang pertama, Mulailah dari sekarang. Jangan menunda-


nunda. Semakin lama Anda menunda, semakin lama jua kebiasaan Anda berubah. Cobalah di
interaksi berikutnya, berkomitmenlah untuk lebih banyak mendengarkan dan menahan diri
untuk tidak memotong pembicaraan orang lain.

M yang kedua, mulai lah dari hal-hal yang kecil. Misalkan, ketika Anda sekarang
menjadi orang tua, mulailah membiasakan untuk tidak memotong pembicaraan anak-anak Anda.
Atau sebaliknya, jika Anda seorang anak. Cobalah untuk tidak memotong pembicaraan
orang tua Anda ketika Ayah dan Ibu Anda memberi saran atau nesehat kepada Anda. Simple kan?

Dan M yang ketiga, mulailah dari diri sendiri. Jangan biasakan berpikir, pasangan
saya dulu yang harus mendengarkan saya. Tapi berpikirlah sebaliknya. Saya dulu yang perlu
menghargai pasangan saya, baru setelah itu dia. Ya, mulailah semua kebaikan ini dari diri sendiri.
Kalau ternyata Anda bertemu dengan orang-orang yang juga melakukan dosa besar ini, Anda
perlu menghadapinya dengan sabar. Dan berikan nasehat yang pas buat dia. Tapi ingat, jangan
lakukan gaya Anda selalu salah.
Di training komunikasi yang biasa saya selenggarakan, saya membahas tentang teknik
hamburger. Teknik ini cocok banget dalam rangka memberi saran yang sekaligus tidak melukai
orang yang di beri saran.
Oh ya, salah satu hobi saya adalah menonton tayangan acara ILC (Indonesia Lawyer Club).
Sebuah acara diskusi yang dikemas dengan sangat apik. Selain saya menyimak pokok bahasan
yang disampaikan oleh Bang Karni Ilyas, saya juga memperhatikan komunikasi mereka. Mana
yang sering memotong pembicaraan mana yang tidak.
Dan biasanya orang-orang yang
gemar memotong pembicaraan orang
lain entah dari partai manapun, kesan
negatif melekat dalam dirinya. Apalagi
ketika kedua belah pihak sama-sama saling tidak
mau kalah. Ah sudahlah atau memang acara ILC
diperuntukkan untuk ajang berdebat? Iya kali
yah.
Sebenarnya, memotong pembicaraan orang lain boleh-boleh saja dilakukan. Tapi ada
syaratnya. Apa syaratnya? Ada hal mendesak yang tiba-tiba menghampiri. Misalnya, ketika kita
asyik bercerita, tiba-tiba ada teman lain yang jatuh dari jurang (contoh) misalnya dan dia butuh
pertolongan. Disinilah saatnya, Anda dapat memotong pembicaraan agar bisa segera menolong
teman Anda yang jatuh.

Anda juga boleh memotong pembicaraan ketika kita merasa bahwa


informasi yang disampaikan kurang sesuai dengan topik pembicaraan. Namun, saat
Anda memotong pembicaraan rekan bicaramu, hendaknya dilakukan dengan santun. Apalagi jika
Anda sedang berbicara dengan orang yang lebih tua. Mengawalinya dengan permintaan maaf
terlebih dahulu, lalu menyatakan alasan kenapa memotong pembicaraannya. Adalah hal yang
sangat bijak yang dapat Anda lakukan. Dengan melakukan hal ini, tentu orang lain pun tidak akan
merasa tersinggung saat pembicaraannya dipotong.

Apa maksudnya kang, nggak matching


ini? Nggak ngerti aku
Hehehehe sengaja. Biar judulnya
keinget sama pikiran bawah sadar Anda.
Gini gini. Ketika Anda sedang marah
sama orang lain. Apa ekspresi Anda saat itu?
Ekspresi marah kan?
Ketika Anda sedang memotivasi rekan
bicara Anda? Ekspresi apa yang Anda pilih? Ya
ekspresi optimis dan semangat kan?
Nah, apa jadinya kalau ekspresi Anda
kebalik. Lagi memotivasi malah ekspresinya
marah, atau ketika lagi marah, ekspresinya malah
mimik optimis? Kira-kira apakah pesan yang Anda sampaikan sampai?
Ya jelas nggak sampai lah. Inilah yang dinamakan nggak matching.

Nggak matching antara perkataan, mimik wajah dan ekspresi tubuh. Dan
inilah awal terjadinya miss communication.
Ya, memang dimulai dari sini.
Misalkan, ada seorang istri yang curhat sama suaminya. Sang istri dapat berita duka,
bahwa sahabat terbaiknya meninggal dunia. Karena merasa sahabatnya adalah sahabat terbaik
yang di miliki, otomatis perasaan sedih di tumpahkan kepada suami.
Eh, respon suami malah lucu. Memang sih dia bilang kayak gini

Iya aku ikut berduka sama sahabatmu


Tapi sang suami menunjukkan ekspresi yang sedang cengar-cengir gitu. Bahkan matanya
tidak menunjukkan keprihatinan. Mukanya biasa saja.
Kira-kira menurut Anda, apa yang dirasakan sang istri?
Ya marah lah. Kok Kamu gitu sih? Nggak perhatian sama aku. Dia itu sahabat terbaikku!

Inilah yang dinamakan nggak matching. Antara perkataan, mimik wajah


dan ekspresi tubuh tidak selaras.
Saran saya, belajarlah untuk berekspresi. Belajarlah untuk mengunggkapkan dengan
wajah yang pas sesuai apa yang Anda katakan. Dengan begitu, komunikator yang hebat, berhak
Anda sandang.
Belajarnya gimana kang?
Ya, mau nggak mau. Anda perlu mengikuti program-program pendidikan yang
mengajarkan dan melatih kemampuan komunikasi non verbal Anda. Dan pilihlah program yang
bukan hanya sekedar teori, tapi di dalam kelas Anda bisa praktek langsung dengan teman-teman
sesama peserta disana.
Memang apa gunanya belajar matching ini kang?
Di dalam ilmu NLP (Neuro Linguistic Programming), ada sebuah teknik yang sangat
powerfull yang bernama matching and mirroring.
Mathing and Mirrroring? Sejenis makanan apa tuh kang?
Husshh ini mah bukan makanan, ini mah lalapan. #ehh. Bukan-bukan (maap di akhir-
akhir udah mulai error) ini adalah sebuah teknik bagaimana caranya Anda bisa akrab dengan
orang baru layaknya Anda sudah mengenal dia satu tahun lamanya.
Matching itu sama, dan mirroring itu
cermin. Jadi tugas Anda pada saat
bertemu dengan orang yang baru
Anda kenal adalah menyamakan dan
mencerminkan diri dengan orang
tersebut.
Lho mengapa? Karena secara alamiah
orang senang dengan hal-hal yang sama.
Nggak percaya?
Coba Anda cek deh, sahabat-sahabat Anda yang sudah bertahun-tahun dekat sama Anda.
Apakah Anda dan dia sama-sama menyukai hal yang sama? Makanan misanya? Tempat nge-gym,
hobi, olahraga, tempat rekreasi, atau pilihan pemimpin daerahnya.
Pernah suatu kali, saya pernah bertanya sama mahasiswa yang sudah 3 bulan tinggal di
Korea Selatan. Saya Tanya sama dia ketika sudah kembali ke Indonesia. Hal apa yang membuat
Anda senang disana?
Apa jawabannya? Ketemu sama orang Indonesia.
Tuh kan, secara alamiah kita senang dengan hal-hal yang sama dengan kita.

Begitu juga dengan orang yang baru kita kenal, dia suka dengan orang yang sama
antara perkataan dan ekspresi tubuh. Suka dengan kejujuran, suka dengan ketulusan
bukan polesan rekayasa. Dan semuanya itu, perlu sama.

Bagaimana caranya kang, supaya kita bisa sama antara perkataan dan ekspresi tubuh?
Berlatih adalah jawabannya. Cara berlatih yang paling gampang adalah dengan
menonton. Coba cari tokoh idola Anda atau artis yang Anda sukai, tonton acaranya dan
perhatikan dengan seksama bagaimana dia menggerakkan tubuhnya.
Kalau di hati Anda sreg dan gerakan tubuhnya sudah matching dengan apa yang
diucapkan, Anda ikuti dan rekam dalam pikiran Anda. Coba Anda praktekkan di depan cermin
perkataan dan gerakan tubuh yang tadi sudah Anda contek.
Coba terus di ulang hingga menjadi sebuat repetisi. Setelah itu, saatnya Anda praktek
dengan orang yang baru Anda kenal. Mainlah ke tempat umum seperti Mall, tempat rekreasi,
caf atau restoran. Cobalah untuk berkenalan dengan orang baru.
Malu? Ya, kalau masih pake malu ya urusannya sudah selesai. Anda nggak mau berubah.
Di tolak, ah nyantai aja. Anggap aja latihan. Kayak Anda latihan mobil atau motor saja, awal-
awalnya kan nabrak dulu, jatuh dulu, luka dulu. Betul?
Ini juga sama, di tolak adalah reaksi wajar karena Anda sudah melakukan tindakan. Orang
yang tidak melakukan apa-apa jelas nggak akan ditolak. Betul atau betul?
Oke, janji ya untuk praktek. Selamat praktekkk!

Hemmm, gimana yah. Hemmm. Gini


jadinya. Hemmm, oh gitu yah. Hemmm sepakat
nggak yah?
Anda merasa ketika berkomunikasi
terbata-bata seperti ini? Itu namanya filler
words. Biasanya diiringan suara engg,
eemm, atau uum, ketika berbicara, dan
tentunya tidak bermakna apa-apa.
Filler words dalam batas tertentu
memang akan membuat komunikasi kita
menjadi lebih alami karena kita bukan robot
yang sedang berbicara. Namun, kebanyakan
filler words tentunya akan memberikan
kesan kurang baik bagi teman bicara
atau para pendengar kita. Bicara kita terkesan menjadi tidak percaya diri dan penuh keragu-
raguan.
Untuk konteks public speaking hal ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus. Karena sangat
mengganggu audience yang mendengarkan suara kita.
Akan tetapi kalau konteksnya berbicara one on one, hal ini masih ada toleransi, tapi tetap
ada kesan yang kurang baik. Kita akan dinilai sebagai orang yang penuh keraguan dan tidak
mantap.

Emm, kang itu saya yang kaya gitu hiks gimana ya cara menghilangkannya?
Oh Anda?
Iya kang, hemm, gimana dong?
Sabar. Dan saya ucapkan selamat. Karena apa? Karena Anda sudah sadar masalah
komunikasi Anda ada dimana. Tugas Anda adalah pelan-pelan menghilangkannya.
Bagi yang belum tahu apakah kita termasuk pengidap filler words, caranya gampang. Coba
Anda siapkan gadget Anda yang bisa merekan suara Anda. Sudah?
Setelah itu Anda ceritakan semua hal yang ingin diceritakan di dalam rekaman tersebut.
Misalkan, hal yang paling membahagiakan satu minggu kemarin. Hal apa yang paling tidak
menyenangkan satu bulan kemarin. Ceritakan apa adanya.
Langkah selanjutnya adalah coba dengarkan lagi rekaman itu. Termasuk parah nggak?
Kalau masih jarang-jarang banget ya itu artinya normal. Tapi kalau setiap jeda ada umm nya, itu
artinya sudah kategori sangat parah.
Kalau sudah parah seperti itu, dan akan menimbulkan potensi membuat telinga orang lain
menjadi tidak enak, saatnya Anda belajar untuk menyingkirkannya. Dan ingat, ini butuh
ketekunan. Tidak ada yang instan.
Cara menguranginya bagaimana. Baik saya akan beberkan sebentar lagi.

Ganti filler word Anda dengan diam. Karena lebih mudah mengganti dibandingkan
menghilangkan. Lebih mudah mencari kekasih baru dibandingkan melupakan mantan kan? Yah,
analoginya mirip seperti itu. Tugas Anda adalah mengganti suara yang mengganggu tersebut
dengan apa? DIAM.
Contoh : Jadi gini (DIAM) kalau menurut hemat saya (DIAM) kita perlu mengadakan
sebuah gebrakan (DIAM) yang benar-benar nyata (DIAM). Dan kalau bisa gebrakan ini (DIAM)
biayanya tidak terlalu mahal (DIAM) dan tidak terlalu beresiko untuk kita (DIAM). Bagaimana?
Setuju?

Cara yang kedua adalah menjaga ritme napas Anda. Karena bisa jadi, Anda
terjangkit dosa ini karena memang Anda lagi tegang, cemas dan takut terjadi sesuatu di masa
mendatang. Santailah, dan Tarik napas sedalam mungkin dan keluarkan sepenuhnya. Kalau perlu
Anda cuci muka untuk membuat tubuh Anda lebih fresh lagi.
Dan cara yang terakhir adalah dengan cara memvariasikan kata-kata kita.
Cara ini akan sangat menyenangkan karena cara bicara kita menjadi lebih indah dan
lengkap. Kita mencoba memberikan waktu kepada otak kita untuk berpikir dengan menggunakan
kombinasi beberapa kata yang menjadi jembatan menuju ke kata-kata selanjutnya. Kira-kira
contohnya seperti ini : (contoh ini saya dapatkan dari internet)
Bapak ibu yang saya hormati, selamat pagi. Jadi agenda hari ini yang bisa kami
sampaikan adalah, pertama kita akan laporkan progress dari bisnis kita, kemudian juga kita
akan sampaikan laporan dari keuangan perihal angka-angka laba rugi selama bulan Juli dan
terkakhir kita juga akan berikan update perihal perkembangan hasil riset selama ini.
Semoga apa yang saya paparkan dalam E-Book ini dapat membuat Anda terbebas dari
dosa besar yang selama ini sadar atau tidak sadar Anda lakukan. Jika sempat, cobalah meminta
maaf dengan orang-orang yang pernah Anda zalimi, setelah itu yuk ah berbenah.
Saya pun demikian, saya selalu berkomitmen untuk terus berbenah entah dalam situasi
apapun. Termasuk ketika saya mengajar dan melatih orang-orang dalam rangka meningkatkan
kemampuan komunikasi mereka.
Ada sebuah pepatah yang saya
dapatkan, ilmu dapat menguap sia-sia juga
tidak dipraktekkan. ya, inilah makna dari ilmu.
Ilmu bisa memuliakan yang memilikinya, tapi
juga bisa menghinakan jika tak mau untuk di
implementasikan.
So, ini pilihan Anda kan?
Jika memang Anda belum terlalu
paham dan ingin kembali untuk belajar
komunikasi, Anda bisa menempuhnya dalam
dua cara. Yang pertama Anda dapat belajar
dari Online, Insya Allah kalau Anda sudah dapatkan E-book ini, artinya Anda sudah terdaftar dari
kami untuk mendapatkan ilmu-ilmu komunikasi yang nanti saya share dari email.
Atau, Anda bisa juga mendapatkan ilmu komunikasi ini dari pelatihan-pelatihan yang kami
selenggerakan. Memang untuk awal-awal kami prioritaskan masih di Bandung.
Kang, kapan ada jadwal di kota saya?
Tunggu saja kali yah, semoga Allah memudahkan untuk dapat sharing tentang ilmu
terpenting abad ini. Tapi kalau mau agak cepat, ya Anda bisa mengundang kami untuk berbicara
di kota-kota Anda. Mudah kan?
Untuk siapa saja Kang pelatihan-pelatihannya?
Anda seorang siswa atau mahasiswa, bagaimana berkomunikasi yang baik dengan teman-
teman Anda agar teman-teman Anda nyaman berteman dengan Anda. Serta bagaimana
berkomunikasi yang baik dengan guru atau dosen Anda, sehingga guru dan dosen Anda sangat
senang dengan kehadiran Anda
Anda seorang pengajar (guru, dosen, trainer, ustad), bagaimana berkomunikasi yang baik
dengan anak didik Anda, agar anak didik Anda paham dan mengerti maksud Anda serta Anda
disukai oleh mereka
Anda seorang penjual, bagaimana berkomunikasi dan membangun hubungan yang baik
dengan calon pembeli Anda, sehingga calon pembeli Anda merasa nyaman dan mau membeli
produk Anda.
Anda sebagai orang tua, bagaimana berkomunikasi yang baik dengan anak-anak Anda,
sehingga anak-anak Anda menjadikan Anda sebagai orang tua favorit dan menyenangkan
Dan Anda sebagai anak, bagaimana caranya berkomunikasi yang baik dan santun dengan
orang tua Anda,sehingga orang tua Anda sangat bangga mempunyai anak seperti Anda.
Anda sebagai bawahan, bagaimana caranya menyampaikan pendapat yang baik kepada
atasan Anda, sehingga atasan Anda pun menerima pendapat Anda.
Anda sebagai Leader (Manajer, Direktur, Business Owner), bagaimana cara
menyampaikan perintah/ instruksi kepada bawahan atau karyawan Anda dengan baik, sehingga
bawahan Anda melakukan instruksi Anda dengan baik dan melakukan sepenuh hati.
Anda pun bisa mengundang kami untuk melatih tim atau karyawan Anda agar optimal
dalam bekerja dan berkarya.
Sip, sudah jelas yah. Dan jangan lupa untuk praktek.
Akhir kata doakan kami agar bisa melayani Anda semua yang menginginkan karirnya
melesat dan melatih kemampuan terpenting di abad ini, komunikasi. Aammiin.

Produk Training :
Communication Skill
Public Speaking Skill
Service Excellence
Self-Motivation Skill
Persuasion and Influencing Skills
Silahkan kontak kami : 0853 6138 8383 (Bu Inna)

Anda mungkin juga menyukai