Anda di halaman 1dari 6

Nama : Vanessa Aulia Putri

NIM : 187007001

Kelas : 44-1

UAS MATA KULIAH KOMUNIKASI PROFESIONAL

Berada dalam ranah lingkungan sosial, mebuat manusia tidak dapat


menghindari sebuah komunikasi yang menghasilkan tujuan-tujuan tertentu sesuai
harapan awal. Pada tataran kelas sosial membuat manusia harus bisa bersosialisasi
dan memahami cara-cara berkomunikasi yang harus dipakai ketika berhadapan
atau berinteraksi dengan lawan bicara. Beda lawan bicara akan berbeda pula cara
berkomunikasi atau perlakuannya.
Berbicara terkait komunikasi era milenial yang sedang tenar pada saat ini.
Saya mengamati ada bentuk-bentuk komunikasi interpersonal yang sudah berubah
arah pada pemahaman makna, emisional, perilaku, etika dan cara penyampaian
pesan yang tidak biasa dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.
Ketika saya bertanya kepada beberapa rekan saya terkait permasalahan
komunikasi interpersonal saat ini, memang memiliki hawa yang berbeda.Namun
dengan adanya masalah sosial yang baru ini, apakan kita patut menyalahkan
kehadiran teknologi , keadaan dan semua yang terkait dengan perubahan
komunikasi? Tentu saja tidak. Hanya saja begi kaum muda perlu diperhatikan
terkait etika-etika yang harus dibangun ketika berkomunikasi secara interpersonal.
Dalam beberapa teori yang pernah saya baca, komunikasi interpersonal adalah
sebuah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang bertatapan secara
langsung. Jika digunakan pada era milenial ini, ada komunikasi interpernosal yang
sudah canggih.
Di era sekarang, tanpa harus bertatap muka, seseorang dapat
berkomunikasi dan berinteraksi dengan aplikasi media sosial yang dapat
menghubungkan dua orang dengan sambungan tertentu.Kehadiran teknologi,
membuat kajian komunikasi menjadi luas dan banyak makna yang harus dipelajari
kembali. Pemahaman-pemahaman dalam komunikasi interpersonal yang
konvensional, bisa bertatap muka, memahami gesture, sikap dan sifat lawan
bicara secara langsung.
Namun bagaimana apabila komunikasi interpersonal yang dibangun
melalui jaringan media sosial dapat menangkap gesture atau sikap lawan bicara
secara langsung? Tentu saja tidak. Apakah yang anda merasakan peran ganda
yang bermain dalam diri? Ketika mengirimkan simbol senyum wajah anda pada
riilnya tidak tersenyum atau datar.
Komunikasi yang disampaikan memiliki makna yang sempit, terkadang
menjadi sebuah problematika sosial dalam tatanan birokrasi, pengambilan
kebijakan, kesalahan emosional, pemutus hubungan komunikasi interpersonal,
permusuhan, kesalahan makna.
Permasalahan yang serupa juga menjadi sebuah tren pada percintaan yang
dibangun dalam media sosial. Banyak sekali anak muda putus cinta sampai
gantung diri, hanya karena salah makna dalam berkomunikasi. Bagi semua orang
yang melihat kasus ini menilai orang yang demikian pasti konyol, seperti tidak
ada laki-laki atau perempuan yang lain saja. Tetapi bagi mereka yang menjalani
percintaan tentu saja tidak konyol, bahkan dinilai sebuah kesakralan dalam
mencintai pasangan. Saya sebagai orang yang mengamati permasalahan
percintaan teman-teman sekitar, kebanyakan dari mereka putus dan tidak
berkomunikasi kembali diakibatkan karena selama ini menjalani hubungan dan
berkomunikasi melalui peran-peran teknologi.
Sekarang coba kita ambil contoh kecil dalam berkomunikasi dalam
melakukan komunikasi interpersonal secara langsung dan tidak langsung. Ketika
berkomunikasi secara langsung, saya bisa menangkap emosi, kejiwaan seseorang
dalam menyampaikan pesan, saya bisa mengerti ketika saya mendengarkan
mereka berbicara sampai selesai.
Saya saat ini sudah mulai belajar untuk tidak lagi memotong pembicaraan
lawan bicara agar tidak terjadinya salah tangkap makna yang tidak diinginkan.
Begitu juga saya tidak pernah cengengesan, senyum terus menerus ketika
berkomunikasi dengan lawan bicara atau dengan ekpresi sedih terus menerus atau
pun mengatakan ke lawan bicara 'haha" "hehe" "wkwk" ckckc". Berbeda dengan
saya yang melakukan komunikasi interpersonal secara tidak langsung atau
menggunakan media sosial.
Saya berkomunikasi dengan bahasa tulisan verbal yang singkat dan
terkadang suka senyum-senyum saja kemudian orang yang menerima pesan juga
membalas dengan senyum-senyum juga. Tetapi sejatinya saya tidak paham
kenyataan lawan bicaran saya benar-benar senyum atau tidak.
Pada tahap komunikasi dosen dan mahasiswa menggunakan media sosial
menjadi hal yang menarik, saat ini untuk mengantur janji bertemu, sebagian dosen
lebih senang berkomunikasi dengan media sosial. Nah mahasiswa bisa saja
menyesuaikan dengan gaya apa dosen tersebut bisa dihubungi, ini terjadi apabila
ada tugas harian, mingguan, bahkan pada tahap bimbingan skripsi.
Saya dan beberapa teman saya saat masa kuliah S1 dulu pernah menangis,
bingung karena pesan yang mereka kirimkan kepada dosen hanya dibaca (read)
atau malah hanya sekedar dibalas "Y", "YA", "TIDAK", "Simbol Jempol", "OK",
kenapa tidak sekalian. "Baik saya tunggu di ruang dosen."
Mahasiswa yang menyusun kalimat panjang kali lebar untuk dosen pun
hanya dibalas dengan perlakuan dan sikap yang demikian. Ingat hal ini yang saya
amati dari pengalaman pribadi dan hanya sebagian dosen saja. Untuk menyikapi
balasan dosen yang demikian, mahasiswa hendaknya selalu berbaik prasangka
saja. Itu lebih baik dari pada uring-uringan tidak jelas, galau tidak jelas.
Saran saya ketika anda sudah pada tahap tidak sabar untuk bertemu,
beranikan diri anda untuk langsung mendatangi dosen yang bersangkutan,
menunggu dosen dan sampaikan tujuan anda secara sopan dan santun, tapi ingat
perhatikan juga etikanya, jangan tiba-tiba anda mendatangani rumah beliau secara
langsung tapi izin terlebih dahulu.
Sebaliknya ketika seorang dosen tidak mau menggunakan media sosial
sebagai sarana mempermudah komunikasi dengan mahasiwa, ada baiknya
ungkapkan saja secara langsung kepada mahasiswa, bahwa dosen dapat di temui
di kantor pada jam dan tempat biasa yang digunakan untuk bekerja. Tinggal
mahasiswa yang menyikapi keadaan dosen.
Namun, sekali lagi etika juga perlu dikedepankan. Bila dosen sedang
makan siang pada jam istirahat, anda tiba-tiba datang begitu saja saat dosen
sedang makan, dosen mana yang tidak kesal. Kemudian dosen yang sedang ada
kesibukan lalu kemudian anda tiba-tiba saja untuk bimbingan. Anda juga harus
cerdas membaca kahanan (keadaan). Apabila anda menempatkan kahanan berarti
telah menghargai waktu dan diri orang lain. Meskipun juga kalau dihitung-hitung
mereka punya tanggung jawab bertemu anda.
Namun, sudah seharusnya juga dosen menghargai pesan yang dikirimkan
oleh mahasiswa dan sedapat mungkin membalasnya karena mereka juga punya
kebutuhan dan ketergantungan terhadap anda. Sehingga implikasinya juga untuk
dosen ke depan, dosen tersebut akan mendapat citra sebagai dosen yang baik di
mata mahasiswa atau malah sebaliknya. Dosen juga harus memahami dalam
menggunakan komunikasi interpersonal bahwa kehidupan yang dijalani sehari-
hari untuk menghidupi anak dan istri atau suami berasal dari uang pendidikan
yang didapatkan. Pendapatan tersebut menjadi lebih berkah apabila menghargai
etika-etika berkomunikasi dalam proses akademik.
Begitu juga ketika adanya percakapan yang bumbui dengan kata-kata
abstrak "wkwkw" menjadi sebuah makna yang universal. Bisa menertawakan,
bisa menghibur, bisa bermakna ganda yang tidak ada di dalam kamus bahasa
Indonesia. Permainan simbol ketika berkomunikasi pada media sosial juga
menjadi bahan yang bisa menggelitikkan senyum di wajah, membuat orang
menangis tersedu-sedu, membuat orang galau putus asa.
Banyak sikap yang telah dihasilkan oleh pesan-pesan yang sempit makna
tanpa tatap muka. Ada juga kasus komunikasi interpersonal dalam media sosial
yang tidak sesuai dengan latar belakang orang yang diajak berkomunikasi. Ketika
komunikator mengajak bercanda, komunikan sebagai penerima pesan tidak
menerima hal tersebut menjadi sebuah candaan, apalagi ketika saat itu juga secara
psikologis lawan yang diajak bercanda sedang ada masalah besar dengan
keluarga, teman, pasangan, atau pun masalah ekonomi yang tidak diketahui
komunikator. Serba salah ini dapat memancing kesalahpahaman dari yang
awalnya niatnya saling menyapa, menjadi saling menyalahkan.
Komunikasi interpersonal pada era milenial sudah sepatutnya dijadikan
bahan renungan yang patut direfleksikan dalam tatanan kelas yang bisa dinilai
kurang baik. Sebagai makhluk sosial, tanggung jawab bagi orang yang
mengetahui seluk beluk komunikasi interpersonal harusnya menginformasikan,
mengingatkan kepada saudara-saudara yang kita sayangi untuk selalu berhati-hati
ketika melakukan komunikasi interpersonal.
Saya sebagai penikmat teknologi sangat bersyukur dengan hadirnya
komunikasi interpersonal tanpa tatap muka atau juga bisa tatap muka dengan
aplikasi video call dengan siapa pun dan dimana pun saya mau. Namun saya juga
merasakan kesedihan dalam dunia komunikasi era milenial ketika makna yang
ditangkap menjadi tidak sempurna yang mengakibatkan gagal paham
berkomunikasi.
Bayangkan, ketika berkomunikasi secara langsung saja masih banyak
terjadinya gagal paham, apalagi dengan pesan-pesan singkat yang belum selesai
dilontarkan secara keseluruhan karena dalam proses pengetikan oleh komunikator,
komunikan sudah langsung saja bertanya A sampai Z, bahkan permasalahan yang
sedang dibahas bisa menjadi dua sampai tiga topik, keren bukan.
Pada proses ini dibutuhkan sebuah konsep komunikasi interpersonal dalam
hal bertatap muka secara langsung dan tidak langsung sebagai solusi terhadap
kesalahan komunikasi yang ada.
Ada beberapa hal yang mungkin bisa kita perhatikan, Pertama,
perhatikan secara emosional lawan bicara yang sedang anda ajak berinteraksi
dalam keadaan positif, netral atau malah negatif.
Kedua, dengarkan lawan bicara sampai selesai berbicara baru merespon
(atau anda bisa menganggukkan kepala jika setuju dengan apa yang mereka
katakana).
Ketiga berikan kehangatan komunikasi, tatap mereka yang menandakan
anda benar simpati dengan ceritanya.
Keempat sebut nama lawan bicara karena dengan demikian mereka
merasa penting bagi anda.
Kelima, dalam arus pembicaraan yang sensitif, di mana anda sebenarnya
tidak setuju coba untuk netralkan ego untuk tidak melawan, selalu tunjukkan
simpati. Jika mau mengungkapkan pendapat yang berbeda, boleh saja dengan cara
yang lembut dan perhatikan kalimat-kalimat yang digunakan.
Keenam, temukan satu ilmu dalam komunikasi interpersonal yang pernah
anda bangun dengan setiap orang.
Sedangkan penanggulangan dalam berkomunikasi di media
sosial. Pertama, pahami secara yakin sikap dan lihat gaya pesan yang masuk
kepada anda.
Kedua, berikan respon yang netral kepada lawan bicara anda.
Ketiga tentukan sikap anda untuk membalas pesan-pesan mereka atau
kalau mau langsung saja untuk mengirimkan voice note atau lakukan video
call jika anda mempunyai paket yang lebih untuk memperjelas apa yang anda
maksud.
Keempat, perhatikan etika sesuai dengan karakter lawan bicara.
Kelima, apabila anda merasa anda kurang pas ketika berkomunikasi dan
emosional, saya sarankan tidak membalas pesan lawan yang diajak bicara. Kenapa
harus dihentikan? karena semakin gencar anda membalas serangan-serangan
kalimat pancingan demi pancingan akan membuat hubungan anda dengan rekan
rusak.
Berikut beberapa karakter manusia yang akan membahayakan anda
berkomunikasi dengan orang-orang di dalam media sosial, mereka adalah orang
yang tidak cerdas dalam mengelola emosi, moody, pendendam, bawa perasaan
(BAPER), orang iri, orang yang tidak senang melihat orang bahagia, bodoh, tidak
berwawasan luas, fanatik, pendidikan rendah dan orang-orang yang menurut
perasaan (feeling) anda tidak tepat untuk selalu berhati-hati mengambil sikap.

Anda mungkin juga menyukai