Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA AIR, MAKANAN DAN MINUMAN

ANALISA KADAR ALKOHOL DALAM MINUMAN

OLEH :

INES JIANA

P278340110055

NON REGULER / SEMESTER V

DOSEN PEMBIMBING :

1. Dra. Hj. Wieke Sri Wulan ST, MARS, M. Kes


2. Dra. Tuty Putri Sri M, S. Apt, M. Kes
3. Hj. Indah Lestari, ST, M. Si
4. Ayu Puspitasari, ST, M. Si
5. Ratno Tri Utomo, S. ST

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

SURABAYA
ANALISA KADAR ALKOHOL DALAM MINUMAN

Tinjauan Pustaka
Alkohol adalah suatu senyawa organik yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen,

oksigen. Terdapat di alam terutama dalam bentuk ester. Merupakan senyawa yang banyak

penggunanya, terutama sebagai pelarut senyawa organik di sampinguntuk pembuat senyawa-

senyawa organik yang lain. Sifat lain dari alkohol dapat ditentukan dari letak gugus hidroksil

pada atom C yang dikenal sebagai :

1. Alkohol primer

2. Alkohol sekunder

3. Alkohol tersier

Perbedaan masing-masing alkohol tersebut dapat ditunjukan dengan beberapa pereaksi Lucas

dan Kromat Anhidrat. Suatu senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil yang sama

dengan alkohol seperti fenol, dimana gugus fungsi tersebut melekat pada suatu cincin

aromatik (Ar-O = Ph-OH = C6H5 OH) dalam banyak hal mempunyai keasaman sifat yang

besar, terutama sifat fisiknya. (Anonim, 2012).

Fenol mempunyai gugus yang seperti alcohol akan tetapi gugus fungsinya melekat

langsung pada cincin aromatic .Tata namanya biasa dipergunakan nama yang lazim dengan

akhiran ol.Fenol mempunyai sifat-sifat yaitu:

- Mempunyai sifat asam.Atom H dapat diganti tak hanya dengan logam (seperti

alcohol)tetapi juga dengan basa,terjadi fenolat.Sifat asam dari fenol-fenol lemah dan

fenolat ini dapat diuraikan dengan asam karbonat.

- Mudah dioksidasi,juga oleh oksigen udara dan memberikan zat-zat warna ,mereduksi

larutan fehling dan Ag beramoniak.


- Memberi reaksi-reaksi berwarna dengan FeCl3

- Mempunyai sifat Antiseptik, beracun, mengikis.(Riawan,1990).

Fenol biasa digunakan sebagai antiseptikum (dimana hal ini mungkin karena

mempunyai sifat mengkoagulasikan protein) koefisien fenol(KF): perbandingan

kons,fenol/kons.zat untuk mematikan suatu macam bakteri dalam waktu yang sama dan juga

sebagai sintesis misalnya asam salisilat,aspirin,dan fenolftalein.(Riawan,1990).

Pada alkohol juga ada yang bersifat optis aktif yaitu dapat memutar atom atom karbon

asimetris (C kiral) yaitu keempat gugus yang terikat berbeda satu sama lain. Hal ini akan

menyebabkan adanya isomer optic dengan jumlah isomer adalah 2n2 dengan n adalah jumlah

atom yang asimetris (C*). Contoh alcohol yang bersifat optis aktif adalah 2-butanol yang

mempunyai 2 isomer optic yang satu sama lain adalah bayangan cermin. Pembuatan alcohol

secara alami yangumum adalah pembuatan methanol yang dapat disuling dari kayu dan

etanol dari hasil fermentasi dari disakarida (gula tebu) dengan ragi. (parappung, 1987)

Penamaan alcohol dapat dilakuka dengan dua cara yaitu: nama trivial diberi nama

alkil alcohol (alcohol sebagai nama pokok dan rantai karbonnya sebagai gugus (subtituen).

Cara kedua berdasarkan nama sistermik, nama sistemik diberi akhiran OL digunakan

dimana gugus OH diberi nomor terkecil dari ujung rantai karbon dia terikat. Semua nama

alcohol adalah merupakan turunan methanol yang disebut karbinol.(Rasyid, 1989)

Sifat-sifat fisika alcohol diantaranya yaitu :

1. Titik didih alcohol jauh lebih tinggi dari titik didih alkana yang mempunyai atom C yang

sama.

2. Alkohol juga mempunyai berat jenis yang lebih tinggi dari pada alkana tetapi masih lebih

rendah dari pada air.

3. Alkohol-alkohol rendah (methanol dan etanol dapat larut dalam air dengan tidak

terbatas. (Parappung, 1987)


Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air, sedangkan alkil halide padanannya

tidak larut. Kelarutan dalam air ini langsung disebabkan oleh ikatan hydrogen antara alkohol

dengan air (Fessenden, 1994). Bagian hidrokarbon suatu alcohol besifat hidrofob, yakni

menolak moekul-molekul air. Makin panjang bagian hidrokarbon ini akan makin rndh

kelarutannya dalam air. Bila rantai karbon cukup panjang, sifat hidrofob ini akan

mengalahkan sifat hidrofil gugus hidroksil. (Fessenden, 1994)

Tidak seperti alkil halide, alcohol tak menjalani subsitusi dalam larutan netral atau

basa. Mengapa tidak? Alasannya ialah pada umumnya suatu gugus pergi haruslah basa yang

cukup lemah. Kita ketahui bahwa Cl-, Br-, dan I- merupakan gugus pergi yang baik dan

mudah digantikan dari dalam alkil halida. Ion-ion ini adalah basa yang sangat lemah. Namun

-OH, yang akan menjadi gugus pergi dari suati alcohol dalam larutan netral atau basa adalah

basa kuat dan kaenya merupaka gugus pergi yang sangat buruk. (Fessenden, 1994)

Pada umumnya zat pengoksidasi dilaboratorium mengoksidasi alcohol primer menjadi asam

karboksilat dan alcohol seknder menjadi keton. Beberapa zat pengoksidasi yang khas untuk

oksidasi ini adalah :

1. Kalium permenganat basa : KMnO4 + OH-

2. HNO3 pekat dan panas

3. Asam kromat : H2CrO4 (dibuat insitu dari CrO3 atau Cr2O7 dengan H2SO4dalam air)

(reagensia Jones)

4. Kromium trioksida (CrO3) yang dikompekskan dengan piridin dan HCl (Fessenden,

1994)

Suatu senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil yang sama dengan alkohol

seperti fenol, dimana gugus fungsi tersebut melekat pada suatu cincin aromatik (Ar-O = Ph-

OH = C6H5-OH) dalam banyak hal mempunyai kesamaan sifat yang besar, terutama sifat

fisiknya (Riawan, 1990).


Laporan Praktikum Analisa Kadar Alkohol Dalam Minuman

Hari, Tanggal : Kamis, 5 Desember 2013

Sampel : Minuman beralkohol Topi Miring

Secara Kualitatif

Prinsip : Pemeriksaan didasarkan pada reaksi perubahan warna dan uji nyala api

Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan alkohol dalam sampel.

Reagent :

K2Cr2O7

Ethanol

FeCl3

Aquadest

Alat :

Tabung reaksi

Beaker glass

Cawan porselen

Tissue

Pipet tetes

Korek api

Prosedur :

1) Tes K2Cr2O7

Menyiapkan dua tabung reaksi

Mengisi ke dalam dua tabung yang berbeda 2 ml K2Cr2O7 2% dan

menambahkan 5 tetes H2SO4 pekatlalu dihomogenkan.

Lalu menambahkan pada salah satu tabung 1 ml ethanol sebagai kontrol

positif
Menambahkan sampel pada tabung yang lain sebagai test, reaksi positif

ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari jingga manjadi warna hijau.

2) Tes Uji Nyala

Memipet 5 tetes sampel ke dalam cawan porselin.

Membakar tissue dan memasukkannya ke dalam cawan porselin.

Mengamati warna nyala api yang terjadi

Hasil positif ditunjukkan dengan adanya nyala api berwarna biru.

3) Tes FeCl3

Menyiapkan tiga tabung reaksi ( sebagai kontrol positif, kontrol negatif dan

test)

Mengisi 20 tetes ethanol ke dalam tabung reaksi sebagai kontrol positif

Mengisi 20 tetes aquadest ke dalam tabung reaksi sebagai kontrol negatif

Mengisi 20 tetes sampel ke dalam tabung reaksi sebagai test

Menambahkan 5 tetes FeCl3 ke dalam tiga tabung tersebut

Hasil positif ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna dari kuning

terang menjadi hijau hingga ungu.

Secara Kuantitatif

Metode:

Gravimetri

Spektrofotometri

Prinsip :

Metode Gravimetri:
Penetapan berat jenis dengan suhu tertentu dari larutan uji setelah dilakukan proses

destilasi dan kadar alkohol ditetapkan berdasarkan tabel yang dapat menggambarkan

hubungan antara berat jenis dan kadar alkohol.

Metode Spektrofotometri:

Alkohol dapat teroksidasi menjadi aldehid dan keton dalam suasana asam dan

dipercepat dengan pemanasan. Oksidator alkohol diantaranya adalah K2Cr2O7.

Tujuan:

Untuk mengetahui kadar alkohol yang terkandung dalam sampel minuman

Reagent:

K2Cr2O7

H2SO4

Aquadest bebas CO2

Alat :

Labu destilasi

Labu ukur

Piknometer

Spektrofotometri

Pendingin Leibig

Pipet Volume

Timbangan analitik

Prosedur:

Metode Gravimetri

Pipet 100 ml sampel dan masukkan dalam labu destilasi

Ditambahkan 50 ml aquadest kemudian didestilasi

Menampung hasil destilasi pada labu ukur 100 ml


Setelah proses destilasi, labu ukur di-add-kan sampai tanda garis

Menimbang piknometer kosong pada suhu 20C sebagai bobot A

Menimbang bobot pikno + aquadest pada suhu 20C sebagai bobot B

Menimbang bobot pikno + sampel pada suhu 20C sebagai bobot C

Metode Spektrofotometri

Memipet 1 ml sampel

Menambahkan 2 ml K2Cr2O7

Memanaskan dalam waterbath selama 5 menit

Menghomogenkan dan mendinginkan

Mengukur absorbansi campuran berwarna

Melakukan pengukuran absorbansi standart dengan berbagai konsentrasi

Membuat kurva standart

Memasukkan nilai absorbansi sampel pada persamaan linier kurva standart

Perhitungan:

Metode Gravimetri

Penaraan Piknometer

Bobot pikno kosong = A gram

Bobot pikno + Aquadest = B gram

Bobot pikno + Destilat Sampel = C gram

Berat Jenis Aquadest 20C = 0, 9890



Volume Piknometer (X) = 20


BJ Alkohol (Y) =

Metode Spektrofotometri

Persamaan Garis Linier

Y = aX + c
Keterangan:

Y = Konsentrasi (%)

X = Absorbansi

Hasil Praktikum:

Secara Kualitatif

1) Uji K2Cr2O7

Hasil: positif (+), terjadi perubahan warna menjadi hijau

2) Uji Nyala Api

- sebelum didestilasi : tidak terjadi nyala api

- setelah didestilasi : terjadi nyala api

3) Uji FeCl3

Hasil: Negatif (-), tidak terjadi perubahan warna

Secara Kuantitatif

Metode Gravimetri

Berat Pikno kosong (1) = 39, 1467 gram

(2) = 39, 1472 gram

Bobot rata-rata = 39, 14695 gram

Berat Pikno + Aquadest (1) = 89, 0099 gram

(2) = 89, 0104 gram

Bobot rata-rata = 89, 0101 gram

Berat Pikno + Destilat sampel (1) = 88,0148 gram

(2) = 88, 0154 gram

Bobot rata-rata = 88, 0151 gram

Berat jenis aquadest pada suhu 20C = 0,9890


Kadar alkohol :

BA
= BJ air 20C

89, 0101 39, 14695


=
0,9890

= 49, 9516

BJ Alkohol =

88,0151 39,14695
= 49,9516

= 0, 9783

Penetapan berdasarkan tabel :

BJ alkohol (y) = 0,9783

BJ (y1) = 0, 9780 pada tabel = 14,1 berarti (x1) =14,1

BJ (y2) = 0,9790 pada tabel = 13,4 berarti (x2) = 13,4

Interpolasi :
1 1
=
21 21

0,9783 0, 9780 14,1


=
0,9790 0, 9780 13,4 14,1
0,0003 14,1
=
0,0010 0,7

- 0, 00021 = 0,0010 x 0,0141

- 0,00021 + 0,0141 = 0,001x

0,01389 = 0,001x

X = 13, 89 %

Metode spektrofotometri

Nilai absorbansi standart harus 0,2 0,8

Y = aX + c

Keterangan:
Y = konsentrasi (%)

X = absorbansi

Berikut adalah hasil absorbansi dari:

Konsentrasi 3% (1) = 0,363

(2) = 0,392

Absorbansi rata-rata = 0, 3775

Konsentrasi 4% (1) = 0,493

(2) = 0, 513

Absorbansi rata-rata = 0,503

Konsentrasi 5% (1) = 0,565

(2) = 0,571

Absorbansi rata-rata = 0,568

Sampel (1) = 0,520

(2) = 0,546

Absorbansi rata-rata = 0,533

Kurva Standart Analisis Kadar Alkohol


0.7
0.6
y = 11.70x + 0.010
Absorbansi

0.5 R = 0.991
0.4
Kurva Standart Analisis
0.3 Kadar Alkohol
0.2
(Kurva Standart
0.1 Analisis Kadar Alkohol)
0
0% 1% 2% 3% 4% 5% 6%

Konsentrasi Standart
Pembahasan :

Alkohol adalah suatu senyawa organik yang tersusun dari unsur-unsur karbon,

hidrogen, dan oksigen. Sifat lain dari alkohol dapat ditentukan dari letak gugus hidroksil pada

atom C yang dikenal sebagai alkohol primer dimana gugus hidroksida terikat oleh atom

karbon primer, alkohol sekunder dimana gugus hidroksida terikat oleh atom sekunder,

alkohol tersier dimana gugus hidroksida terikat oleh atom karbon tersier. Sedangkan fenol

mempunyai rumus struktur yang seripa dengan alkohol tetapi gugus fungsinya melekat

langsung pada cincin aromatik, dan dengan Ar-(sebagai aril) maka rumus umum fenol

dituliskan sebagai Ar-OH. Fenol lebih asam dari alkohol karena anion yang dihasilkan dan

distabilkan oleh resonansi, dengan muatan negatifnya disebar (delokalissai) oleh cincin

aromatik.

Pada praktikum analisa kadar alkohol dalam minuman ini, dilakukan secara kualitatif

dan kuantitatif. Pada pemeriksaan kualitatif, dalam uji nyala api adanya alkohol ditunjukkan

dengan timbulnya nyala api berwarna biru. Pada uju kuantitatif metode spektrofotometri

menggunakan kurva standart yang nilai absorbansi standartnya tidak boleh kurang dari 0,2

dan tidak boleh lebih dari 0,8.


DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, J, S & Fessenden, R, J. 1994. Kimia Organik edisi ketiga jilid I. Erlangga ;

Jakarta.

Parappung, 1987. Kimia Organik. SHA Bandung ; Bandung.

Rasyid, M. 1989. Kimia organik. UNM ; Makassar.

Riawan, S .1990 . Kimia Organik. Jakarta Binapura Aksara.

Anda mungkin juga menyukai