Anda di halaman 1dari 2

Efek kemoterapi terhadap tumbuh kembang anak

Terdapat perubahan komposisi tubuh pada anak-anak dengan leukemia. Salah satunya adalah
berkurangnya massa tubuh selama 6 bulan pertama terapi dan kemudian diikuti dengan
penambahan massa lemak. Pemberian obat kemoterapi menjadi salah satu etiologi dari
berkurangnya massa tubuh pada pasien leukemia.Selain itu, pemberian kortikosteroid dikaitkan
dengan kelemahan otot, miopati dan kehilangan massa otot.

Malabsorpsi juga dikaitkan dengan gangguan pertumbuhan pada anak-anak dengan ALL. Agen
sitotoksik seperti metotreksat dilaporkan menyebabkan perubahan terhadap mukosa saluran
pencernaan dan malabsorpsi laktosa. Sebuah studi terhadap fungsi intestin menunjukkan
gangguan pencernaan ringan hingga sedang pada anak-anak dengan leukemia. Namun, tidak ada
malsbsorpsi secara umum yang menjelaskan penurunan laju pertumbuhan yang diamati pada anak-
anak selama mendapat terapi untuk ALL.

Kehilangan protein akut umumnya terjadi karena berkurangnya asupan protein ditambah dengan
kondisi hipermetabolik yang mengakibatkan penipisan protein viseral secara cepat. Dalam sebuah
studi ditemukan adanya penurunan serum albumin anak-anak dengan leukemia Kombinasi
mekanisme tersebut menjelaskan mengenai penurunan kadar albumin dalam serum pada 1/3
populasi penelitian saat diagnosis dibuat. Etiologi dari penurunan kadar albumin selama kemoterapi
dengan L- Asparaginase mungkin serupa dengan penurunan kadar faktor koagulasi yang
disebabkan oleh perubahan yang disebabkan oleh L-asparaginase terhadap sintesis protein di
hepar.

Referensi:
GROWTH AND BODY COMPOSITION IN RESPONSE TO CHEMOTHERAPY IN CHILDREN WITH
ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA
Jacqueline M. H ALTON, Stephanie A. ATKINSON, and Ronald D. BARR
Department of Pediatrics, Childrens Hospital of Eastern Ontario, Ottawa, Canada
Childrens Hospital, Hamilton Health Sciences Corporation, Hamilton, Canada
Int. J. Cancer: Supplement 11, 8184 (1998)

Efek anemia terhadap pertumbuhan

Anemia kronis memiliki efek negatif pada pertumbuhan linier pada semua tahap pertumbuhan
(masa balita, masa anak-anak dan remaja). Selain itu, bayi dengan ADB kronis memiliki
pengembangan kognitif , motor, dan afektif yang lebih lambat. Mekanisme terjadinya defek
pertumbuhan pada pasien dengan anemia meliputi gangguan sekresi IGF-I. Terapi untuk anemia
dikaitkan dengan peningkatan tumbuh kejar dan peningkatan sekresi IGF-I yang signifikan.

Mengingat dampak yang signifikan dari ADB terhadap pertumbuhan, dokter harus menganjurkan
pencegahan primer dan skrining untuk ADB. Meskipun penggunaan formula tambahan zat besi
menawarkan metode pencegahan primer IDA yang mudah, fakta menunjukkan bahwa
suplementasi zat besi rutin tampaknya hanya berguna di daerah dengan prevalensi ADB yang
tinggi, termasuk daerah endemik malaria, dan dapat menimbulkan beberapa risiko bagi orang
dengan kadar Hb normal
Pada manusia, baik pertumbuhan otak dan tubuh, terutama pada fase pertumbuhan yang cepat
pada anak-anak, membutuhkan pasokan energi dan metabolisme yang relatif tinggi. Metabolisme
energi seluler bergantung pada oksigen. Defisiensi Fe menurunkan metabolisme energi seluler yang
bergantung pada oksigen akibat sintesis heme dan Hb yang menurun, sintesis sel darah merah yang
menurun dan penurunan sel darah merah akibat peningkatan stres oksidatif pada sel darah merah,
autokosidasi Hb. Akibatnya, ADB menyebabkan gangguan kemampuan kognitif dan defek
pertumbuhan linier.

Referensi:

Anemia and growth

Ashraf T. Soliman, Vincenzo De Sanctis,1 and Sanjay Kalra2


Indian J Endocrinol Metab. 2014 Nov; 18(Suppl 1): S1S5.
doi: 10.4103/2230-8210.145038
PMCID: PMC4266864

KIE dokter pada pasien dengan penyakit kronis

Sejalan dengan hal tersebut, telah berkembang pendekatan baru dalam tata laksana
penyakit pada anak yaitu dengan melibatkan pasien sebagai partisipan aktif dalam terapi.
Komunikasi efektif diharapkan tidak hanya berlangsung antara dokter dengan orang tua saja,
namun juga dengan melibatkan anak sebagai pasien (Katz&Jay, 1984). Informasi kepada anak
mengenai penyakit, prosedur klinis dan terapi yang harus dijalani bila disampaikan dengan cara
yang tepat akan menjadi proses positif yang sangat berguna untuk menunjang keberlangsungan
terapi.

Terdapat bukti bahwa pasien anak yang diberikan informasi mengenai diagnosisnya
menunjukkan penyesuaian diri yang baik (Last&Van Veldhuizen, 1996). Semakin tinggi
pengetahuan anak mengenai kanker berhubungan dengan semakin rendahnya tingkat stres,
kecemasan, depresi dan nyeri yang berhubungan dengan prosedur invasif atau proses terapi
(Suzuki&Kato, 2003). Komunikasi terbuka antara dokter dan pasiennya pada beberapa kasus
kanker anak, terbukti mampu meningkatkan pemahaman, kepatuhan dan kesiapan anak dalam
menjalani terapi dan prosedur klinis serta mampu memunculkan kemandirian (self-efficacy)
dalam hal manajemen gejala.

Informasi mendasar mengenai gejala, penyakit, komplikasi, prognosis hingga terapi kanker
merupakan informasi yang kompleks yang harus dijelaskan kepada orangtua/wali dan pasien

Anda mungkin juga menyukai