Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR TUGAS MANDIRI 3 PERPINDAHAN KALOR

Konveksi Bebas: Rumus Empiris, Bidang, dan Silinder

Oleh : Rizka Widya Ariani, 0906635721, Kelompok 5

Pada konveksi alamiah, perpindahan kalor terjadi saat fluida terangkat ke atas karena
dengan adanya pemanasan sehingga gradien temperatur ini mengiringi terjadinya perbedaan
densitas fluida menjadi lebih ringan dan dapat bergerak ke atas. Hal ini juga didukung dengan
adanya gaya luar berupa gaya apung dan gaya gravitasi. Peristiwa ini dapat dilihat pada
aplikasi penghangat ruangan yang terjadi aliran konveksi bebas pada fluida di dalamnya, yang
digambarkan pada lampiran.
Gambar 1 menunjukkan profil kecepatan konveksi bebas pada plat rata vertikal.
Kecepatan di dinding nol dan kondisi no-slip, lalu kecepatan ini terus bertambah hingga nilai
maksimum dan kemudian mencapai nilai nol lagi pada tepi lapisan-batasan. Jenis aliran
laminar ada pada mulanya dan kemudian mencapai turbulen pada kondisi jarak tertentu dalam
pipa, yang bergantung pada sifat-sifat fluida dan beda suhu antara dinding dan lingkungan.

Gambar 1 Lapisan Batas


konveksi bebas di atas plat-rata
vertikal.
Sumber : Holman, J.P. 1986. Perpindahan
Kalor, edisi 6. Jakarta :
Erlangga

Lapisan batas seperti pada gambar di atas memiliki persamaan gerak yang didapatkan
dari diferensial-integral persamaan-persamaan yang melibatkan persamaan energi luar pada
arah x (sepanjang plat) dengan perubahan fluks momentum dan perubahan tekanan di atas
plat yang terjadi karena perubahan ketinggian dx menghasilkan persamaan gerak untuk
lapisan batas konveksi bebas :

(1)

LTM - 3 Konveksi Bebas, Rizka Widya A. 1


Tetapi penjelasan profil kecepatan tidak berhenti sampai disini, butuh informasi mengenai
distribusi suhu juga. Walaupun gerakan fluida pada konveksi bebas adalah dipengaruhi oleh
perubahan densitas, namun hal ini pengaruhnya kecil dan bisa diselesaikan dengan asumsi
bahwa fluida inkompresibel, sehingga =konstan. Kondisi batas yang berlaku untuk distribusi
suhu ini yaitu :

Sehingga persamaan untuk distribusi suhunya didapatkan :

(2)
Besarnya koefisien perpindahan panas harus didapat dari hasil percobaan. Banyak
penyelidikan telah dilakukan untuk menentukan koefisien pindah panas itu. Jika berbagai
hasil penyelidikan itu dikumpulkan, ternyata dapat diperoleh persamaan empiris dalam
bilangan-bilangan tanpa dimensi, salah satu di antaranya adalah bilangan Grashof, Grx, yang
dibuat untuk menunjukkan sifat-sifat konveksi bebas :

(3)
Koefisien perpindahan kalor konveksi yang ditinjau dari persamaan perpindahan
kalornya, dengan menggunakan persamaan distribusi suhu seperti yang disampaikan di atas,
maka didapatkan :

Sehingga persamaan tak berdimensi untuk koefisien perpindahan kalor konveksi rata-rata
menjadi :

(4)
Angka Grashof merupakan nilai tak berdimensi sebagai perbandingan antara gaya
apung dan gaya viskos dalam aliran konveksi bebas, serupa dengan bilangan Reynold yang
juga menyatakan jenis aliran dan transisi dari laminar ke turbulen berdasarkan besarnya
angka ini. Analisis di atas sebelumnya adalah untuk sistem konveksi bebas pada plat-rata
vertikal, sementara itu untuk mendapatkan persamaan pada sistem lain, perlu dilakukan
eksperimen untuk mendapatkan suhu dan profil kecepatan yang biasanya sulit didapat dengan

LTM - 3 Konveksi Bebas, Rizka Widya A. 2


cara analitis. Pengukuran kecepatan aliran pada konveksi-bebas turbulen telah dilakukan
dalam penelitian zaman dahulu dengan menggunakan beberapa cara, antara lain : Teknik
gelembung hidrogen; Anemometri kawat panas; dan Anemometer serat-kuarsa. Serta
pengukuran medan suhu menggunakan ineterferometer, yang akan menunjukkan garis-garis
densitas tetap dalam aliran fluida pada tekanan tertentu.
Koefisien perpindahan kalor konveksi bebas rata-rata untuk berbagai sistem dinyatakan
dalam fungsi sebagai berikut :

(5)

Di mana subskrip f merupaka tinjauan dari suhu film : dan ada bilangan tak
berdimensi lagi, angka Rayleigh, berupa perkalian angka Grashof dan angka Prandtl. Angka
Grashof (Gr) dan angka Nusselt (Nu) digunakan pada sistem dengan bentuk tertentu; pada
plat maka tinjauannya adalah panjang plat L dan pada silinder tinjauannya adalah pada
diameter d, dan seterusnya.
Berikut adalah parameter-parameter dari konveksi alamiah :
1.) Penggerak
Penggerak untuk permulaan konveksi alamiah ditentukan berdasarkan bilangan tak
berdimensi Rayleigh (Ra), ditunjukkan dengan

.
Konveksi alamiah akan semakin cepat dengan besar variasi densitas antara dua fluida.
Fluida dengan percepatan yang lebih besar terhadap gravitasi akan menggerakkan
konveksi dengan jarak yang lebih jauh dalam medium konveksi. Untuk konveksi
termal yang terjadi bila densitas berubah terhadap ekspansi termal maka

2.) Turbulensi
Kekuatan dari sistem konveksi alamiah yang menyangkut turbulensi berdasarkan pada
angka Grashof (Gr)

Dalam fluida yang sangat kental, viskositas dan pergerakan fluida menjadi sulit dan
konveksi alamiah tidak akan turbulen. Jadi karena itu, angka Grashof bisa didapatkan

LTM - 3 Konveksi Bebas, Rizka Widya A. 3


dari perhitungan angka Reynolds dengan kecepatan konveksi alamiah yang diganti
dengan kecepatan dari rumus bilangan Reynolds.s
3.) Perilaku
Bilangan Grashof dapat diformulasikan untuk konveksi alamiah dengan menampilkan
gradien konsentrasi. Dalam kasus ini, konsentrasi dari fluida panas berdifusi ke fluida

dingin :
Konveksi alamiah sangat bergantung pada geometri dari permukaan panasnya,
korelasi bervariasi untuk menentukan koefisien perpindahan kalor, secara umum:

Dimana :

Konveksi Bebas Bidang dan Silinder Vertikal


Dalam sistem bidang datar vertikal, kalor dipindahkan dari bidang vertikal ke sebuah fluida
yang bergerak paralel dengan konveksi alamiahnya. Peristiwa ini hanya terjadi ketika fluida
yang bergerak sedikit terkena efek gaya konveksi. Anggap fluida mengalir akibat pemanasan,
korelasi berikut dapat digunakan ditambah dengan mengasumsikan fluida adalah sebuah
diatomik ideal yang berbatasan dengan bidang vertikal bertemperatur konstan dan aliran
fluida laminar.
Untuk sistem vertikal angka Grashof dan angka Nusselt dibentuk dari panjang plat L sebagai
tinggi permukaan dan diameter silinder, D sebagai dimensi karakteristik. Untuk permukaan
yang isotermal, rumus perpindahan kalor sama antara plat vertikal dengan silinder vertikal
(bila tebal lapisan batas tidak besar dibandingkan diameter silinder), dengan kriteria umum :

(6)
dengan nilai-nilai konstanta tersebut diberikan pada tabel 1 pada lampiran. Dan rujukan
angka Nusselt dari perhitungan fluks kalor bahwa rumus di bawah ini merupakan rumus yang

dievaluasi dari suhu film : (7)


Percobaan-percobaan ekstensif mengenai konveksi bebas dari permukaan vertikal pada
kondisi fluks kalor tetap memberikan hasil yang dinyatakan dalam angka Grashof
termodifikasi, Gr* :

LTM - 3 Konveksi Bebas, Rizka Widya A. 4


(8)
dimana qw adalah fluks kalor dinding. Maka koefisien perpindahan kalor lokal untuk aliran
laminar dikorelasikan oleh rumus :

(9)
Nilai Grx* tidak sama dengan Grx, transisi lapisan batas akan bermula pada Grx* Pr = 3x1012
dan 4x1013 dan berakhir antara 2x1013 dan 1014. Untuk daerah turbulen, koefisien
perpindahan kalor lokal dinyatakan dengan hubungan :

(10)
Koefisien konveksi bebas rata-rata untuk kasus fluks kalor tetap di air sama berlaku juga
untuk di udara. Untuk daerah laminar,

(11)
Berdasarkan persamaan (5) untuk perpindahan kalor lokal pada laminar dengan m = :

(12)

dan .
Untuk daerah turbulen, m = 1/3

Konveksi Bebas Silinder Horizontal


Pada silinder horisontal, persamaan Nusselt yang lebih spesifik dapat digunakan.

(13)
Persamaan yang lebih sederhana tetapi berlaku hanya pada aliran laminar dari 10-6 <
Grd Pr < 109 :

(14)
Persamaan perpindahan kalor dari silinder horizontal ke logam cair :

(15)

LTM - 3 Konveksi Bebas, Rizka Widya A. 5


Daftar Pustaka

Holman, J.P. 1986. Heat Transfer, 6th ed. New York : Mc Graw Hill Book Company
Holman, J.P. 1986. Perpindahan Kalor, edisi 6. Jakarta : Erlangga
Anonim. 2006. Free Convection. http://www.eng.fsu.edu/~shih/eml3016/lecture-notes/free+convection.ppt.
Diakses pada 27 Maret 2011 07.00 WIB
Anonym.2009.Natural Convection.http://en.wikipedia.org/wiki/Natural_convection . Diakses
pada 30 Maret 2011 17.15 WIB
Masyithah, Zuhrina dan Bode Haryanto. 2007. Konveksi Alamiah. http://D/E-Learning/Perpindahan_Panas/
Textbook/perpindahan+panas+konveksi.html. Diakses 26 Maret 2011 22.00 WIB

LTM - 3 Konveksi Bebas, Rizka Widya A. 6


Lampiran

Gambaran perpindahan kalor


konveksi bebas.
Sumber :
www.eng.fsu.edu/eml3016/lecture-
notes/free%2520convection.ppt

Tabel 1 Konstanta
Persamaan untuk Permukaan
Isotermal.
Sumber : Holman, J.P. 1986.
Heat Transfer, 6th ed. New
York : Mc Graw Hill

Tabel 2 Nilai karakteristik untuk


menghitung Ra
Sumber : Anonym.2009.Natural
Convection.http://en.wikipedia.org/wiki/
Natural_convection . Diakses pada 30
Maret 2011 17.15 WIB

LTM - 3 Konveksi Bebas, Rizka Widya A. 7

Anda mungkin juga menyukai