Ciri-ciri
kehidupan masyarakat dan kebudayaan orang Bengkulu menyebabkan mereka
dapat digolongkan sebagai salah satu bagian dari kelompok besar suku bangsa
Melayu. Karena alasan demikian nama mereka juga lebih sering disebut Melayu
Bengkulu.
sejarah-suku-bengkulu
Dialek Bengkulu sangat mirip dengan dialek Minangkabau, terutama dalam sistem
bunyi atau katanya. Karena kemiripan ini, sebagian orang menamakan orang
Bengkulu sebagai "Minangkabau-Bengkulu". Kontak budaya antara Minangkabau
dan Bengkulu mungkin menjadi ramai di masa penyebaran agama Islam. Ketika itu
masyarakat di daerah ini juga memakai huruf arab-melayu dalam sistem penulisan
mereka.
Bentuk kekerabatan yang terpenting adalah keluarga luas yang disebut rumah
tangga sehubungan, terdiri atas keluarga batih senior ditambah keluarga batih
anak-anaknya yang sudah menikah. Saudara laki-laki disebut menghanai,
sedangkan saudara perempuan disebut kelawai. Dalam setiap keluarga luas
terdapat golongan ninik mamak, yang bertindak sebagai pemimpin dan keluarga
tersebut. Anggota keluarga luas bertanggung jawab atas penyelengaraan kegiatan-
kegiatan keluarga disebut sepangka. Sedangkan anggota-anggota sepangka yang
terikat karena hubungan perkawinan disebut tiang garang.
Ketiga disebut semendeo menangkap burung terbang, yaitu apabila seorang laki-
laki dianggap sudah terikat dan diserahkan bulat-bulat kepada pihak wanita.
Perkawinan semacam ini biasanya terjadi bila seorang laki-laki hidup sebatang
kara dan tidak mempunyai harta sama sekali atau tidak mampu memberi uang
jujur. Keempat, semendo rajo-rajo atau semendo samo-samo suko, yaitu apabila
pihak laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
pernikahan dan biasanya bebas menentukan tempat tinggal. Saat ini perkawinan
bentuk inilah yang paling banyak dilakukan.
Pada zaman dulu stratifikasi sosial dalam masyarakat Bengkulu cukup tajam.
Dimana dikenal adanya golongan bangsawan yang ditandai dengan gelar-gelar
yang mereka pakai, seperti gelar Raden, Sutan, dan Rajo. Lalu ada pula golongan
ninik mamak, yaitu para laki-laki senior yang arif dan disegani dalam hubungan
kelompok kekerabatannya. Kemudian ada pula golongan cerdik pandai yang
dihormati karena kecerdikan dan kearifan mereka, golongan ini disebut
menengkalak.
Kesenian lama masih bertahan antara lain dendang Melayu, tari saputangan, tari
payung dan tari lilin. Alat-alat musik tradisionalnya adalah rebab, terbang,
gendang, seruling, gong, kulintang dan sebagainya.