PENDAHULUAN
Semen merupakan salah satu bahan kebutuhan yang sangat strategis dalam
proses pembangunan suatu negara terutama untuk pembangunan industry, baik
pembangunan rumah, pertokoan, maupun gedung perkantoran dan lain-lain.
Oleh sebab itu, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. sebagai produsen
semen terbesar di Indonesia turut berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan
semen.
Dalam kerja praktik ini saya lebih menekankan pada unit Finish Mill
karena pada unit ini bahan-bahan pembuat semen seperti gypsum, clingker
dan bahan tambahan lainnya dicampur dan ditumbuk serta pada unit Finish
Mill ini keluaran yang dihasilkan adalah semen yang sudah bisa digunakan.
1
1.2 Tujuan Kerja Praktik
1. Studi Lapangan
2. Studi Pustaka
2
Berikut ini adalah gambaran umum mengenai sistematik penulisan yang
terdapat dalam penulisan laporan ini :
BAB I : PENDAHULUAN
BAB IV : ANALISA
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
C3S + 4H2O C3S2.3H2O + Ca(OH)2
C3A + 6H2O C3A.6H2O
C4AF + H2O 3CaO.Al2O3.6H2O + 3CaO.Fe2O3.6H2O
Kecepatan reaksi hidrasi harus diketahui karena akan menentukan
waktu pengikatan awal dan pengerasan semen. Kecepatan awal harus
cukup lambat agar adonan semen dapat dituang. Selama semen mengalami
proses hidrasi, akan terjadi panas yang besarnya tergantung tipe semen,
komposisi semen, kehalusan dan rasio air terhadap semen. Urutan
besarnya jumlah panas hidrasi dari yang terbesar ke yang terkecil adalah :
1. High Early Strength Portland Cement
2. Ordinary Cement
3. Moderate Heat Cement
4. Sulfate Resistance Cement
5. Low Heat Cement
Mutu semen sesudah pengerasan sangat dipengaruhi oleh panas
hidrasi. Adanya panas hidrasi akan menyebabkan retak-retak rambut dan
penyusutan (shrinkage).
5
dikenal sebagai retarder. Kecepatan hidrasi bertambah seiring dengan
hamper habisnya gypsum dan C3A bereaksi dengan silika. Akibatnya
kristal C3S diubah bentuknya menjadi Kristal yang lebih besar, periode ini
diiringi dengan pecahnya coating. Coating terbentuk pada awal reaksi
hidrasi yaitu berupa endapan Ca(OH)2, etteringite dan C-S-H pada partikel
semen. Periode ini menghambat reaksi hidrasi dan disebut Induction
period.
C3S memberikan kontribusi yang besar pada kuat tekan awal dan
C2S memberikan konstribusi kekuatan pada umur yang lebih lama. C 3A
mempengaruhi kuat tekan sampai pada tingkat tertentu pada umur 28 hari
dan selanjutnya pada umur berikutnya pengaruh ini makin lama makin
kecil. Hal yang sama juga terjadi dengan penambahan gypsum. Kekuatan
awal merupakan salah satu sifat fisik semen, kadar C 3S yang tinggi, berarti
semen mempunyai kekuatan awal yang tinggi. Sedangkan apabila kadar
C2S tinggi, semen mempunyai kekuatan awal tinggi untuk waktu yang
lama. Kadar C3A hanya sedikitmempengaruhi perkembangan kekuatan
6
awal, sedangkan pada perkembangan berikutnya untuk C3A dan C4AF
tidak berpengaruh.
2.2.5. Kelembaban
7
2.2.6. Shrinkage (Pengerutan)
8
Strength Early Stage Highest Low High Low
Strength Later Stage High High Low Low
Heat of Hydration Medium Low High Low
Sulfate Resistance Medium Stronger Weak Strong
Drying Shrinkage Medium Small Large Small
BM : 100,09 gr/mol
Phase : Padat
Warna : Putih kekuningan
Spesific gravity : 2,4
9
Bulk density : 1,3 ton/ m3
Kadar air : 7-10 % H 2 O
Silika Modulus : 1,49
Iron Modulus : 4,13
Komposisi : CaO : 49-53 %
Si O2 : 1,0-3,0 %
A l 2 O3 : 0,5-1,0 %
MgO :5 %
S O3 :3%
N a2 O : 0,6 %
Impuritas : 0,2 %
10
penambahannya juga bertujuan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu.
Komposisi penambahan tergantng kekurangan sesuai raw mix design yang
diinginkan, material yang masuk bahan korektif diantarnya yaitu :
a. Pasir silika/Silica Sand (Si 02 )
Pasir silika merupakan bahan baku dengan kadar silika
yang tinggi. Fungsi penambahnnya adalah untuk memperbaiki
kandungan oksida dalam campurannya.
Menurut data yang diperoleh dari PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk spesifikasi pasir silika (Si O2 ) adalah sebagai
berikut :
Phase : Padat
Warna : Abu-abu
Spesific gravity : 2,97
Bulk density : 1,45 ton/ m3
Ukuran Material : 0-30 mm
Silika Modulus : 5,29
Komposisi : CaO : 0,5-2,4 %
Si O2 : 88-95
%
A l 2 O3 : 1-3 %
F e 2 O3 : 0,4-10%
MgO : 0,1-1,6 %
H2O : 3-6 %
Impuritas :1%
11
F e 2 O3 : 70-85 %
H2O : 3-6 %
Impuritas :1%
2. Trass
Trass merupakan komposisi yang mirip dengan tanah liat,
tetapi komposisi didominasi oleh Si O2 dan Al 2 O3 .
Penambahan trass bertujuan agar freeline dapat direduksi sehingga
kualitas semen menjadi lebih baik dan kuat tekan akhir yang tinggi,
penambahan trass ini sekitar 13% .
3. Lime stone (mentah)
12
Lime stone mentah juga dijadikan salah satu alternatif yang
ditambahkan untuk meningkatkan kapasitas produksi, penambahan
limestone mentah ini sendiri sebanyak 14% .
2.4. Unit-unit dalam pabrik
Unit-unit di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk secara garis besar
dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
2.4.1. Unit Mining
Unit mining ini bertugas untuk menyiapkan batu kapur mulai dari
penambangan,crushing sampai dengan penyimpanan sementara dan batu
kapur yang siap untuk diolah lebih lanjut. Bahan baku yang ditambang
adalah lime stone, clay dan sand silica. Sedangkan bahan baku yang dibeli
yaitu Dust EAF dan gypsum.
2.4.2. Unit Raw Mill
Pada unit ini bahan baku mengalami proses pencampuran,
penggilingan, pengeringan dan pelepasan H 2 O . Selain itu juga terjadi
proses pemisahan oleh separator. Udara panas yang digunakan di unit raw
mill bersumber dari suspension preheater. Alat yang digunakan pada unit
ini adalah tandem mill.
2.4.3. Unit Kiln
Unit kiln merupakan unit dimana terjadi proses kalsinasi dan
pemanasan yang terdiri dari tiga bagian yaitu :
a. Suspension Preheater
Suspension preheater berfungsi sebagai alat pemanasan awal
tepung baku dimana range temperaturnya adalah 300-800oC. Selain
sebagai alat pemanasan awal juga sebagai precalsiner. Di dalam
suspension preheater terjadi proses kalsinasi awal yang berkisar 80-
90% yang selanjutnya akan dilanjutkan di unit kiln.
b. Kiln
Bertugas untuk membakar tepung baku menjadi clinker dengan range
temperatur 800-1450oC. Tepung baku di dalam kiln mengalami kalsinasi
lanjutan dan sintering (pembentukan mineral semen). Alat yang digunakan
adalah rotary kiln.
c. Grate Cooler
Berfungsi mendinginkan clinker secara mendadak dari suhu 1450oC
menjadi 120 C - 140 C agar clinker yang dihasilkan tidak getas sehingga
13
mudah untuk penggilingan akhir ( finishing ), serta untuk menjaga agar
tidak terjadi penguraian SO3 menjadi SO 2 kembali. Grate cooler
yang digunakan adalah jenis Air Quenching Cooler.
14
Roller Crusher
Impact
Drier
c. Storage Yard
15
Lime stone Part
Gam
bar 2.4.1.1.c Lime stone Part
Dryer
16
Mengeringkan raw material yaitu tanah liat dan pasir silika.
a. Air Separator
17
Digunakan untuk mengeringkan dan menggiling raw
material yang akan diumpankan ke dalam kiln.
18
2.5.1.5. Unit Kiln
a. Suspension Preheater
b. Electrostatic Precifitator
c. Rotary Kiln
19
Proses kalsinasi selanjutnya dan sinterisasi tepung baku
menjadi clinker.
e. Clinker Breaker
f. Clinker Silo
20
a. Finish Grinding Mill
b. Air Separator
21
a. Cement Silo
b. Vibrating Screen
c. RotaryPacker
a. Belt Conveyor
22
Belt Conveyor ini terdapat di :
Unit Cruhsing
b. Dust Collector
23
Proses pembuatan semen dengan proses kering akan
memberikan buangan debu yang cukup tinggi, maka untuk
mencegah polusi udara yang digunakan alat penangkap debu.
1. Electrostatic Precifitator
24
Proses ini berlangsung terus menerus hingga debu
yang menempel pada masing-masing elektroda semakin
tebal. Untuk melepaskan debu yang menempel pada
elektroda, maka plat-plat tersebut dipukul dengan cara di
ketuk-ketuk secara periodik oleh rapping gear sehingga debu
tersebut jatuh ke bagian penampung disebut dust bin.
2. Bag Filter
Temperatur : 150C
25
Daya Motor : 2,2 kW
Unit Cruhsing
Unit Kiln
26
c. Air Sliding Conveyor
28
m
dioperasikan pada kecepatan maksimum yaitu 2,3 namun ada
s
m m
juga yang dioperasikan pada kecepatan 3,8 4 .
s s
m m
berkisar antara 1 1,3 . Karena kecepatan yang rendah
s s
dan proses pengisian diarahkan langsung maka tipe elevator ini sangat
cocok untuk menghandle material dengan ukuran lump yang besar.
Namun untuk ukuran lump yang halus dapat juga dipergunakan
dengan efisien.
Unit Cruhsing
29
Unit Clinker transport and storage
e. Screw Conveyor
Unit Kiln
30
dan menguraikan sehingga mudah didorog ke tempat
yang lebih tinggi.
f. Reclaimer
Unit storage
g. Apron Conveyor
31
Unit storage
h. Weighting Feeder
Unit kiln
32
i. Chain Conveyor
Unit kiln
j. Pneumatic Conveyor
33
Pneumatic conveyor ini terdapat di :
Unit kiln
BAB III
PROSES PRODUKSI SEMEN
3.1 Flow Chart proses pembuatan semen pada unit Finish Mill
FLOW CHART :
\
START
3. Clinker : 65 %
Gypsum :5%
<
Lime stone : 20 %
Trass : 10 %
34
=
B
A
A
B
8. Cyclone
7. Semen menuju Air Separator
9. Udara+debu menuju Dust
Collector
STOP
END
35
3.2 Skema Proses
36
3.2.1 Persiapan Bahan Baku
a) Clinker
37
b) Gypsum
Phase : Padat
Warna : Putih
Bulk density : 1,4 ton/ m3
Komposisi : CaS O4 .2 H 2 O : 60 %
Si O2 :3%
A l 2 O3 : 0,3 %
CaO : 25 %
F e 2 O3 : 0,6 %
H2O : 10 %
c) Lime stone
38
Gambar 3.2.1.c Lime stone
Batu kapur merupakan batuan tambang yang berfungsi sebagai
pembawa Kalsium Carbonat (CaCO3) yang masuk dalam golongan
mineral calcerous. Lime stone adalah yang paling umum digunakan
selain dari jenis-jenis yang lain, misalnya jenis: chalks, marl, shell
deposit. Batu kapur dengan tingkat kemurnian tinggi terdiri dari calcite
idan aragonite. Warna fisik batu kapur dipengaruhi oleh zat
pengotornya.
Menurut data yang diperoleh dari PT. Indocment Tunggal Prakarsa
Tbk. spesifikasi batu kapur (Lime stone) adalah sebagai berikut :
BM : 100,09 gr/mol
Phase : Padat
Warna : Putih kekuningan
Spesific gravity : 2,4
Bulk density : 1,3 ton/ m3
Kadar air : 7-10 % H 2 O
Silika Modulus : 1,49
Iron Modulus : 4,13
Komposisi : CaO : 49-53 %
Si O2 : 1,0-
3,0 %
A l 2 O3 : 0,5-1,0 %
MgO :5 %
S O3 :3%
N a2 O : 0,6 %
Impuritas : 0,2 %
d) Trass
39
Gambar 3.2.1.d Trass
Trass merupakan komposisi yang mirip dengan tanah liat, tetapi
komposisi didominasi oleh Si O2 dan Al 2 O3 . Penambahan trass
bertujuan agar freeline dapat direduksi sehingga kualitas semen
menjadi lebih baik dan kuat tekan akhir yang tinggi.
Pada bagian atas silo bahan baku terdapat bag filter yang berfungsi
untuk menangkap debu yang berterbangan saat proses bahan baku
seperti clingker, gypsum, trass, dan lime stone masuk dalam silo
masing-masing. Debu-debu yang tertangkap oleh bag filter nantinya
akan dijatuhkan kembali dan di bawa menggunakan screw conveyour
menuju silo sehingga tidak ada material/bahan baku yang terbuang ke
udara, sehingga keluaran udara di Silo akan bersih.
40
Pada bagian bawah silo ini terdapat weighting feeder yang
berfungsi untuk menimbang bahan baku/ material sehingga bahan baku
yang keluar dari silo untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan
komposisi yang sudah direncanakan. Komposisi bahan baku untuk
diproses adalah sebagai berikut :
Clinker : 65 %
Gypsum :5%
Lime stone : 20 %
Trass : 10 %
Bahan baku yang keluar dari silo akan dibawa menuju tempat
penggilingan akhir menggunakan air sliding conveyour hal ini
bertujuan agar bahan baku yang berukuran halus dapat dengan mudah
masuk ke dalam unit cement mill.
41
additive sampai tingkat kehalusan tertentu sehingga terbentuk produk
semen. Semen yang dihasilkan mempunyai ukuran partikel sekitar 3-
30 mikron atau mempunyai kehalusan 3800-4000 cm2/gram.
Chamber 1
Panjang :4m
Diameter steel ball : 60-90 mm, berfungsi sebagai penghancur
42
Jumlah steel ball : 28% volume
Jenis liner : Lifting liner
Chamber 2
Panjang :9m
Diameter steel ball :17-50 mm, berfungsi sebagai penghalus
Jumlah steel ball : 30% volume
Jenis liner : classifying liner
Pada tiap chamber berisi bola bola baja. Putaran mill sebesar
14,2 Rpm akan menyebabkan tumbukan antara bola bola baja tersebut
sehingga material menjadi lebih halus. Pada chamber 1 yang memiliki
ukuran bola baja sebesar 60-90 mm akan membuat material menjadi
hancur dan saat masuk pada chamber 2 yang memiliki ukuran bola
baja lebih kecil sebesar 17-50 mm material akan menjadi halus hingga
tingkat kehalusan sampai 3800-4000 cm2/gram.
43
44
sehingga debu-debu yang dihasilkan saat proses pengaliran semen ke
unit cyclone akan dihisap oleh dust collector sehingga udara yang
dihasilkan pada unit cement mill akan lebih bersih dan nantinya debu
ini akan dijatuhkan kembali.
Debu yang dijatuhkan kembali ini akan dibawa menggunakan
screw conveyour menuju air sliding conveyour, debu yang sudah
benar-benar halus akan masuk langsung ke dalam air sliding
conveyour yang menuju silo cement dan debu yang masih kasar akan
masuk ke dalam air sliding conveyour yang menuju cyclone, hal ini
bertujuan agar debu yang masih kasar akan digiling kembali sehingga
menjadi lebih halus. Tujuan pemasangan dust colletor sendiri adalah
agar udara yang dihasilkan bersih dan material tidak ada yang terbuang
sehingga meningkatkan kapasitas produksi semen.
3.2.5 Cyclone
Semen yang berada di air sliding conveyor dihisap menggunakan
fan menuju cyclone. Fungsi cyclone sendiri adah untuk menyaring atau
memisahkan semen yang memiliki partikel-partikel halus dengan
semen yang masih memiliki partikel-partikel kasar. Pada cyclone ini
semen dilewatkan pada air separator yang berjenis dynamic separator
sehingga semen mengalami gaya dinamik. Hal ini menyebabkan
semen yang memiliki partikel-partikel halus akan naik ke atas dan
terhisap menuju air sliding conveyour yang menuju silo cement
sedangkan semen yang memiliki partikel-partikel kasar akan jatuh ke
bawah dan menuju cement mill untuk diproses kembali sehingga
menjadi lebih halus.
Untuk semen yang memiliki partikel-partikel halus keluaran dari
cyclone akan masuk ke dalam bag filter supaya semen yang dihasilkan
benar-benar halus sedangkan udara yang kemungkinan masih
mengandung sebagian partikel halus dilewatkan dalam dust collector
terlebih dahulu supaya debu-debu benar terpisah dari udaranya. Udara
45
keluar melalui cerobong sedangkan debu masuk ke dalam cement silo
melalui air slide
46
BAB IV
ANALISA
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Material bahan baku utama proses pembuatan semen adalah clinker yang
terbentuk dari lime stone pada unit Kiln. Sedangkan pada unit Finish Mill
bahan baku clinker ini ditambahkan bahan korektif dan bahan tambahan
seperti gypsum, trass dan lime stone agar mendapatkan spesifikasi semen
yang telah ditentukan sebelumnya. Bahan bahan ini masuk ke dalam unit
cement mill dengan bantuan air slide yang dihembuskan oleh angin panas
akibat hisapan fan. Bahan bahan ini tergiling dan menjadi halus akibat
putaran cement mill sebesar 4 RPM yang berisikan steelball, steel ball ini
lah yang menumbuk material sehingga menjadi halus dan temperatur
proses pembuatan semen ini dijaga sebear 120 C agar tidak
mengalami false set. Material keluaran dari unit cement mill adalah
material akhir berupa semen. Semen ini dihisap oleh fan yang berada unit
dynamic separator. Semen yang terhisap oleh dynamic separator akan
diteruskan pada silo Semen dengan bantuan air slide. Semen pada silo
inilah yang nantinya akan dipacking untuk dijual dipasaran.
Sebaiknya dipasang dust collector diatas unit rongga cement mill dengan
rongga air slide sehingga debu tidak berterbangan dan udara yang
dihasilkan lebih bersih.
48