BAB I
PENDAHULUAN
SADP?
Dalam melaksanakan kerja praktek ini, penulis memiliki tujuan dari kerja
praktek yang dilakukan. Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui alur proses produksi Mahkota Fertilizer pada PT SADP.
2. Untuk mengetahui permasalahan yang ada pada saat proses produksi pupuk di
plant 3 PT SADP.
2
4. Dapat mengenal lingkungan industri dan perusahaan.
b. Akademis
Untuk memperluas perkenalan STT Dumai dan khususnya program teknik
industri kepada lingkungan dan pihak perusahaan.
c. Perusahaan
Manfaat adanya mahasiswa yang melakukan kerja praktek yang
diperoleh untuk perusahaan sebagai berikut:
1. Dapat melihat keadaan perusahaan dari sudut pandang mahasiswa yang
melakukan kerja praktek.
2. Sebagai sumbangan perusahaan dalam memajukan pembangunan dibidang
pendidikan dan meningkatkan sumber daya manusia di kota Dumai.
Dalam penulisan laporan praktek kerja lapangan ini dibagi menjadi lima
bagian pokok yang prinsipnya antara bagian yang satu dengan yang lainnya saling
terkait. Adapun bagian tersebut adalah:
BAB I : Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan
masalah, manfaat, metode pengolahan data dan sistematika penulisan
laporan.
BAB II : Profil Perusahaan
Bab ini berisikan informasi mengenai perusahaan.
BAB III: Landasan Teori
Bab ini berisikan tentang landasan teori-teori yang akan dilaksanakan
dan dikerjakan selama kegiatan praktek kerja lapangan. Serta acuan
dalam melanjutkan bab selanjutnya.
BAB IV : Pembahasan
Bab ini berisikan tentang hasil serta data-data yang ada dan pembahasan
mengenai data-data tersebut.
3
BAB V : Penutup
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari
pembahasan dan saran dari peneliti untuk laporan kerja praktek.
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
5
2.2. Lokasi Perusahaan
6
2.5. Struktur Organisasi PT Sentana Adidaya Pratama
7
8
Factory Manager
Production Engineer
Foreman Ass SPV Foreman Foreman Ops SPV Foreman Foreman
SPV SPV
Engin Ass
Prod Ass SPV Operator Foreman Operator Operator Ops Ass SPV Operator Operator
SPV
Prod Analyst
Foreman Foreman
Foreman
10
e) Operator
Tugas dari seorang production field operator ini ialah sebagai berikut:
a. Melaksanakan kebijakan dan rencana produksi
b. Melaksanakan proses produksi dan prosedur kualitas sesuai dengan
ketentuan suatu perusahaan
c. mengoperasikan mesin dan mengontrol proses produksi.
d. Mengatur dan mengontrol bahan baku proses produksi sehingga menjadi
bahan jadi dengan ketentuan target yang telah ditentukan oleh perusahaan.
e. Memahami kerja dengan standar keamanan, kesehatan dan keselamatan
dalam bekerja.
11
2.7. Tenaga Kerja Perusahaan
PT SADP memiliki tenaga kerja yang terdiri dari karyawan tetap dan
harian. Karyawan tersebut di tempatkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Untuk menjelaskan rutinitas produksi PT SADP, karyawan tersebut di tempatkan
sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Untuk menjelaskan rutinitas produksi PT
SADP memiliki pembagian tenaga kerja tetap dan tenaga kerja harian.
Berdasarkan jam kerjanya tenaga kerja di perusahaan dikelompokkan atas dua
bagian yaitu (PT Sentana Adidaya Pratama, 2017):
A. Kelompok kerja langsung, yaitu kelompok kerja yang harus bekerja secara
terus menerus di dalam unit kerja. Kelompok ini langsung berhubungan dengan
proses yaitu bagian produksi, utility, operasional, Store departement, PPIC,
bagging dan laboratorium.
B. Kelompok kerja tak langsung, yaitu kelompok kerja yang hanya bekerja secara
periodik di dalam unit kerja, antara lain pegawai kantor dan petugas
kebersihan.
Jam kerja yang berlaku di PT SADP terbagi atas dua yaitu :
1. General Time (non shift)
Adalah waktu kerja yang berlaku untuk karyawan yang bekerja di
kantor (administrasi). Waktu kerja yang berlaku pada general time adalah:
A. Pada hari senin sampai kamis:
Pukul 08.00-12.00 WIB (bekerja)
Pukul 12.00-13.00 WIB (istirahat)
Pukul 13.00-16.00 WIB (bekerja)
B. Pada hari jum’at :
Pukul 08.00-12.00 WIB (bekerja)
Pukul 12.00-13.30 WIB (istirahat)
Pukul 13.30-16.00 WIB (bekerja)
C. Pada hari sabtu:
Pukul 08.00-13.00 WIB (bekerja)
12
2. Shift Time
Karena proses produksi di PT SADP berlangsung selama 24 jam,
maka waktu kerja untuk karyawan yang bekerja di lantai pabrik dibagi atas
tiga shift kerja. Karyawan yang bekerja pada shift tersebut dibagi lagi
berdasarkan jadwal waktu kerja pada masing-masing shift tersebut. Pembagian
waktu kerjanya adalah sebagai berikut:
A. Shift I : pukul 08.00-16.00 WIB
B. Shift II : pukul 16.00-24.00 WIB
C. Shift III : pukul 24.00-08.00 WIB
13
Sistem ini besifat umum dan dapat diterapkan untuk berbagai jenis
organisasi dan industri. Sistem ini juga bersifat fleksibel untuk mengarahkan
berbagai organisasi dan industri dalam mencapai efisiensi dan efektifitas
dalam pengelolaannya untuk mencapai kepuasan pelanggan.
b) ISO 14001 adalah standar Internasional untuk sertifikasi masalah lingkungan.
Perkembangan perusahaan dan industri ini telah menyebabkan krisis
lingkungan dan energi. Bermula dari dampak industri inilah maka organisasi
dan industri dituntut untuk meningkatkan pertanggungjawaban terhadap
konservasi lingkungan.
Konservasi lingkungan telah menjadi tuntutan dari pelanggan negara
maju yang secara sadar melihat pentingnya perlindungan terhadap lingkungan
dilaksanakan sejak dini untuk meminimalkan kerusakan lingkungan di masa
depan, maka berdasarkan kesepakatan International pada tahun 1996
International Organization for Standardization meluncurkan suatu standar
untuk mengelola lingkungan secara professional di dalam organisasi dan
industri, standar tersebut disebut Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001.
Sistem manajemen ini banyak ditemui pada bidang teknik lingkungan.
Selain itu sistem manajemen ini juga mempunyai kaitan dengan bidang
ergonomi (Teknik Industri) terutama pada kuliah manajemen limbah industri
bidang lingkungan hidup atau ekologi dan ergonomi mempunyai hubungan
yang cukup kuat.
c) SMK3 diatur dalam Permenaker No.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Sistem Manajemen K3 adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
Tujuan penerapan SMK3 :
1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
manusia.
14
2. Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja.
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi
globalisasi.
4. Proteksi terhadap industri dalam negeri.
5. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan Internasional.
6. Mengeliminir boikot LSM Internasional terhadap produk ekspor
Nasional.
7. Meningkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem.
8. Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi terkait dengan
penerapan K3L.
d) SNI 2083:2012 (NPK PADAT)
Standar Nasional Indonesia (SNI) ini merupakan revisi SNI 02-2803-
2000,pupuk NPK padat, yang disusun berdasarkan Program Pemerintah
khususnya dalam rangka perlindungan konsumen dan produsen pupuk serta
mendukung perkembangan agro industri.
1. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan persyaratan pupuk NPK padat.
2. Istilah Definisi
Pupuk NPK padat adalah pupuk buatan berbentuk padat yang
mengandung unsur hara utama Nitrogen,Fosfor,Kalium.
Produk yang di hasilkan oleh PT SADP pelindung berdasarkan SNI yang
berlaku berlaku di Indonesia yaitu:
Memiliki standar ukuran 2-5 mm.
Kandungan Moisture < 2%.
Memiliki toleransi grade ± 8% dari grade yang di produksi.
15
BAB III
LANDASAN TEORI
16
pada proses produksi yang merubah barang setengah jadi menjadi barang
jadi. Adapun produksi disini adalah transformasi dari faktor-faktor
produksi (bahan mentah, tenaga kerja, modal, serta teknologi) menjadi
hasil produksi atau produk. Agar tujuan berproduksi yaitu memperoleh
jumlah barang atau produk (termasuk jenis produk), dengan harga dalam
waktu serta kualitas yang diharapkan oleh konsumen, maka proses
produksi perlu diatur dengan baik.
17
keseluruhan kumpulan aktifitas dimana berusaha untuk mencapai kondisi
“fitness for use” tidak peduli dimana aktifitas tersebut akan dilaksanakan
yaitu mulai pada saat produk dirancang, diproses, sampai selesai dan
didistribusikan ke konsumen. Dengan pengendalian kualitas, maka
diharapkan penyimpangan penyimpangan yang terjadi dapat ditekan
serendah mungkin dan proses produksi dapat diarahkan pada tujuan yang
ingin dicapai. (Wignjosoebroto, 2003).
Menurut Prawirosentono (2007), pengertian kualitas suatu produk
adalah
“Keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang
dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan
sesuai dengan nilai uang yang telah dikeluarkan.”
18
Suatu fungsi yang mentukan waktu kerja kapan pekerjaan proses
produksi akan dilaksanakan. Penentuan waktu kerja yang tepat dan jelas akan
dapat membantu tercapainya tingkat produktivitas kerja yang tinggi dalam
perusahaan.
19
dengan tujuan untuk apa barang atau hasil dimaksudkan atau dibutuhkan
(Yamit, 2003).
Faktor-faktor disini adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh barang
tersebut. Seperti wujudnya, komposisi, kekuatan dan sebagainya. Jadi
kualitas suatu barang tergantung pada sifat-sifat yang dimiliki oleh barang
yang bersangkutan. Sedangkan produk yaitu : “Produk adalah suatu barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara
memuaskan “ (Ahyari, 2002).
20
mendukung satu sama lainnya dan menjadi salah satu komponen penting
untuk mendukung produktivitas pertanian (Dwi, 2007).
Pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dengan proses fisika,
kimia, atau biologis. Pada umumnya pupuk anorganik dibuat oleh pabrik.
Bahan bahan dalam pembuatan pupuk anorgank berbeda beda, tergantung
kandungan yang diinginkan. Misalnya unsur hara fosfor terbuat dari batu
fosfor, unsure hara nitrogen terbuat dari urea. Pupuk anorganik sebagian
besar bersifat hidroskopis. Hidroskopis adalah kemampuan menyerap air
diudara, sehingga semakin tinggi higroskopis semakin cepat pupuk
mencair (Musnamar, 2003).
Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi
pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang
hanya mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K
dan sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih
dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan
sebagainya (Hardjowigeno, 2004).
21
Gambar 3.1. Granulator Drum
Sumber: Google
2. Dryer Drum
Dryer drum berfungsi sebagai pengering pupuk yang sudah dibentuk di
dalam granulator, proses ini dilakukan dengan cara memberikan uap panas
yang dihasilkan oleh burner, burner berbahan bakar Medium Fuel Oil (MFO)
dan methane gas. Pada dryer drum digunakan hummer ball yang berfungsi
sebagai pemukul agar pupuk yang berada di dalam tidak melekat di dinding
drum. Melekatnya pupuk di dinding drum akan berpengaruh buruk terhadap
proses produksi. Udara panas yang dihasilkan dari burner langsung
dikeluarkan melalui fan dryer. Fan dryer merupakan kipas yang berukuran
besar dan mampu bekerja sebagai penghisap udara panas yang dihasilkan oleh
burner dan menyerap debu, dan selanjutnya udara panas dan debu tersebut
dikeluarkan melalui cerobong asap.
22
3. Coller Drum
Coller drum berfungsi sebagai pendingin pupuk yang sebelumnya
sudah dipanaskan terlebih dahulu di dryer drum, setelah pupuk keluar dari
dryer drum pupuk masuk ke proses coller. Fan coller (kipas) berperan sebagai
pendingin pupuk yang masuk ke coller drum. Pada coller drum juga
digunakan hammer ball yang berfungsi sebagai pemukul agar pupuk yang
berada di dalam tidak melekat di dinding drum. Melekatnya pupuk di dinding
drum akan berpengaruh buruk terhadap proses produksi contohnya berkurang
hasil produksi. Oleh sebab itu di coller juga digunakan hammer ball untuk
memukul dinding drum agar tidak terjadinya pupuk yang melekat. Adapun
gambar dari coller drum ialah sebagai berikut:
4. Screnning
Scrennig (ayakan) berfungsi sebagai pemisahan antara ukuran pupuk
produk dengan yang tidak produk. Ukuran yang akan di jadikan produk antara
lain dari 2 mm sampai 5 mm, pupuk yang under size di kembalikan ke proses
awal, guna melakukan pengolahan kembali (recyle) sedangkan yang over size
di crushing terlebih dahulu agar mudah untuk melakukan pengolahan kembali.
Ukuran 2 mm sampai dengan 5 mm di teruskan ke coating.
23
Gambar 3.4. Screnning
Sumber: Google
5. Crushing
Crushing berfungsi sebagai penghancur produk yang tidak memenuhi
standar ukuran yang sudah ditentukan, setelah itu akan di recycle utnuk
diproses ulang.
6. Coating Drum
Coating drum merupakan alat yang berfungsi untuk melakukan
pelapisan white clay (Coating Agent) ke pupuk yang sudah melalui proses
screnning terlebih dahulu dan sudah menjadi produk. Proses ini merupakan
proses akhir dalam proses produksi pupuk majemuk, sebelum menuju ke
cooling bay (tempat pendinginan sementara). Proses ini difungsikan agar
pupuk tidak menyerap kadar air yang ada di udara. Karena pupuk yang sudah
jadi mempunyai sifat higroskopis (mudah menyerap air).
24
perencanaan tata letak fasilitas produksi. Adapun alat-alat yang digunakan untuk
melakukan pemindahan material dan barang-barang lainnya ialah sebagai berikut:
1. Conveyor
Conveyor merupakan alat bantu untuk pemindahan bahan baku hingga
bahan jadi. Berguna untuk memindahkan material pupuk dari raw material
hingga ke proses bagging.
2. Elevator
Elevator merupakan alat bantu angkutan vertikal yang digunakan
untuk mengangkut barang dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih
tinggi.
25
Sumber: Google
3. Forklift
Forklift merupakan alat bantu di luar dari sistem produksi yang
berfungsi sebagai pemindahan barang yang sudah di bagging (pengarungan)
menuju ke gudang.
4. Wheel loader
Wheel loader untuk pemindahan raw material yang sudah jadi untuk di
bagging ke hopper.
26
BAB IV
PEMBAHASAN
27
Gambar 4.1. Urea
Sumber: Google
c. KCL 60%
28
Pupuk KCL atau yang sering disebut sebagai MOP (Muriate Of
Potash) merupakan salah satu jenis pupuk tunggal yang memiliki konsentrasi
tinggi, yaitu mengandung 60% K2O sebagai kalium klorida. Pupuk KCL atau
MOP mengandung kadar kalium sebesar 60% serta klorida sebesar 45%.
Pupuk KCL mengandung unsur hara K sebesar 60% dengan pengertian setiap
1000 kg pupuk NPK mengandung 600 kg pupuk KCL. Pupuk ini memiliki
warna merah maupun putih, dengan dengan tekstur menyerupai kristal. Pupuk
KCL memiliki sifat mudah larut dalam air dan pupuk KCL memiliki
konsentrasi nutrisi yang sangat tinggi.
d. Magnesite
Mengandung 80-85% magnesium dan oksida yang berwarna putih
bubuk
yang berfungsi sebagai transfer atau mensuplai magnesium.
29
e. Borax
Mengandung 48% borax dan berwarna putih kristal. Berfungsi sebagai
zat penambahan yang memiliki unsur sedikit (trest elemen).
Berfungsi sebagai zat penambahan yang memiliki unsur sedikit (trest elemen).
30
g. Copper (CuSO4)
Mengandung 21% copper dan sulphate yang berwarna biru kristal.
Berfungsi sebagai zat penambahan yang memiliki unsur sedikit (trest elemen).
h. Brown Clay
Mengandung 0% berwarna coklat yang berbentuk pasir, liat, dan debu.
Berfungsi untuk mengikat unsur-unsur urea, KCL, dan rock phospate.
1. Feeding
i. White Clay
Mengandung 1% berwarna putih bubuk. Berfungsi sebagai zat anti
caking (tahan terhadap udara) supaya produk tersebut tahan lama.
31
4.2. Specification Grade
Adapun cara perhitungan kandungan unsur hara yang terdapat pada grade
12-6-22-3-TE dengan bassic sekali produksi 1000 Kg:
1. Untuk mensuplai nutrient Nitrogen diperoleh dari Urea dimana kandungan
Nitrogen (N2) sebesar 46%.
12x 1000kg
Urea= = 260kg
46
2. Untuk mensuplai nutrient Phosphate yang diperoleh dari Egypt Rock Phospate
(ERP) atau Chrismast Island Rock Phospate (CIRP), dimana kandungan
phosphor (P2O5) sebesar 28-30%.
6x 1000kg
Rock Phospate = = 200kg
30
32
3. Untuk mensuplai nutrient Kalium diperoleh dari MOP (muriate of potash) atau
KCL dimana kandungan K2O sebesar 60%.
22x 1000kg
MOP= = 366kg
60
4. Untuk mensuplai nutrient Magnesite diperoleh dari Magnesium dengan
kandungan MgO sebesar 80-85%.
3x 1000kg
Magnesite = = 36kg
84
5. Coating agent (white clay) kandungannya sebesar 1%.
0,01x 1000kg
Coating agent = = 10kg
1
6. Filler (Brown clay) kandungannya sebesar 0%.
Brown clay= 1000kg - 872kg =128kg
Perhitungan di atas dapat kita ketahui kadar unsur hara yang terdapat
setiap 1000 kg dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Jumlah Bahan Baku per 1000 kg
Bahan Baku Jumlah (kg)
Urea 260 Kg
Rock Phospat 200 Kg
KCL/MOP 366 Kg
MgO 36 Kg
Coating Agent 10 Kg
Brown Clay 128 Kg
Total 1000 kg
Sumber: Pengolahan Data, 2017
33
pemrosesan bahan padat dan bahan cair yang kemudian akan disatukan di
dalam sebuah alat yang disebut granulator.
Feeding
Dryer
Crusher
Cooler
Coating
No
Quality Control Rejected
Coaling Bay
Yes
Bagging
34
Transportasi bahan baku padat dari gudang penyimpanan (bay) ke
pabrik dapat dilakukan dengan wheel loader. Wheel loader membawa bahan
baku ke feeding. Setelah bahan baku dimasukkan ke feeding, bahan baku
dibawa ke hopper menggunakan elevator. Elevator (EL 301) digunakan untuk
mengangkut MgO dan DAP. Pada EL 302 digunakan untuk mengangkut
Brown Clay, KCl dan DAP. Belt Conveyor (CV 303) digunakan untuk
membawa Urea ke EL 303. Urea, MGO, DAP, Brown Clay dan KCl
diumpankan ke dalam Bin yang berada di lantai 4. Tujuh bin dengan kapasitas
besar digunakan untuk menyimpan MGO, DAP, Brown Clay dan KCl. Setelah
itu bahan baku masuk ke schank feeder,pada schank feeder ini digunakan
untuk proses penimbangan bahan baku,agar bahan baku yang digunakan
sesuai dengan grade atau jenis pupuk yang akan diolah dengan melewati
conveyor raw material. CV 311 digunakan untuk membawa RP. CV 312
digunakan untuk membawa DAP. CV 313 digunakan untuk membawa MgO.
CV 314 digunakan untuk membawa KCl. CV 316 digunakan untuk membawa
Urea. CV 317 digunakan untuk membawa Brown Clay. Selanjutnya bahan
baku dari schank feeder dibawa ke EL 304 menggunakan CV 318.
2. Granulasi
Untuk membuat NPK, semua bahan baku dan recycle diumpankan ke
dalam granulator menggunakan EL 304. Recycle berasal dari produk yang
berbentuk butiran halus, produk oversize, produk undersize yang dibawa
menggunakan CV 319 lalu masuk menuju granulator menggunakan EL 304
bersama bahan baku lainnya. Proses granulasi di plant 3 menggunakan air. Air
dapat ditambahkan secara langsung ke dalam granulator agar granul yang
dihasilkan lebih seragam. Padatan keluar dari granulator dengan kandungan
kadar air normal +4 % dan diumpankan secara gravitasi ke dalam dryer
melalu chute inlet dryer untuk memperoleh kadar air yang diinginkan yaitu -
+2%.
3. Dryer
Dryer berbentuk rotary drum. Dryer ini akan mengeringkan padatan
keluaran granulator hingga kadar airnya mencapai +2 % menggunakan panas
35
yang berasal dari burner. Suhu inlet dryer +250-280oC dan suhu outlet dryer
+58-650C. Udara yang keluar dari dryer mengandung sejumlah unsur yang
lepas dari produk, debu, dan air yang teruapkan dari produk saat dikeringkan.
Udara akan dimasukkan ke dalam cyclone, untuk memisahkan sebagian besar
partikel yang terbawa gas. Produk kering diumpankan ke exit dryer conveyor.
Dari situ produk diumpankan ke inlet cooler menggunakan CV 319.
4. Cooler
Cooler berbentuk rotary drum. Dryer ini akan menurunkan suhu
padatan keluaran dryer hingga suhunya mencapai +58-600C menggunakan
cooler fan. Suhu inlet dryer +250-280oC dan suhu outlet dryer + 58-650C.
Dari situ produk diumpankan ke exit cooler conveyor menggunakan CV 320
yang selanjutnya menuju EL 322 yang akan membawa produk ke penyaring /
process screen di plant 3 ini memiliki 3 screen.
5. Screen
Screen adalah suatu alat untuk pengayakan produk yang dihasilkan
oleh cooler drum di tahap ini pruduk yang oversisize dan undersize
dipisahkan. Produk dengan ukuran onsize yang keluar dari screen diumpankan
ke dalam polishing screen. Produk dengan ukuran undersize yang keluar dari
screen diumpan ke dalam conveyor recycle (CV 321) yang nantinya akan
diproses kembali menuju granulator menggunakan EL 304. Sedangkan produk
dengan ukuran oversize yang keluar dari screen jatuh ke dalam crusher agar
menghancurkan ukuran-ukuran yang besar lalu menuju CV 321 dan masuk ke
EL 304.
6. Polishing Screen
Polishing screen (pengayakan terakhir) ditahap ini produk yang dari
screen akan di polishing lagi untuk memisahkan ukuran yang oversize dan
undersize, supaya produk yang dihasilkan tercapai standarnya.
7. Coating
Pelapisan diperlukan terutama pada formulasi yang menggunakan
urea, karena sifat higroskopis bahan baku yang dapat mempercepat proses
caking, terutama jika terdapat variasi temperatur udara dan kadar air.
36
Pelapisan produk menggunakan white clay. Pengisian white clay sama seperti
pengisian bahan baku di feeding section. Pengisian white clay menggunakan
EL 307 yang selanjutnya akan disimpan di bin white clay. EL 307 juga
digunakan untuk mengisi borax. Setelah produk dilapisi white clay, produk
akan diumpan ke coaling bay menggunakan CV 323 dan EL 306 dan dibawa
menggunakan CV 324. Pada proses coating, diambil sampel melalui auto
sample setiap 15 menit yang terletak di bawah coating section. Auto sample
diambil untuk mengecek kualitas pupuk yang diproduksi.
8. Coaling bay
Produk yang telah jadi akan disimpan sementara di coaling bay untuk
menunggu tahap berikutnya. Produk di coaling bay ini juga untuk menurunkan
suhu produk menjadi +500C. Jika produk yang dihasilkan lulus uji Quality
Control, maka produk akan dibagging. Tetapi jika produk tidak lulus uji
Quality Control, maka produk akan di reject dan akan masuk ke bay 0
(penyimpanan spillage) dimana produk ini nantinya akan diproses kembali.
9. Bagging
Setelah produk lulus uji Quality Control, produk selanjutnya
dibagging. Produk yang di cooling bay dimasukkan ke hopper bagging
menggunakan loader. Hopper bagging juga sebagai tempat penimbangan
sebelum produk dikarungkan. Produk pupuk akan dibagging dalam karung
ukuran 50kg. Produk yang telah selesai dibagging selanjutnya akan dibawa ke
warehouse dan didistribusikan ke tempat-tempat seluruh daerah.
37
2. Nutrient out. Nutrient tidak tercapai bisa terjadi karena belt miring sehingga
menyebabkan kandungan bahan baku pupuk berkurang yang mengakibatkan
nutrient pupuk yang diproduksi berubah. Cara mengatasinya schenk feeder
dan timbangan sering dilakukan verifikasi dan kalibrasi.
3. Belt miring, penyebabnya roller kotor atau material lengket, cara
mengatasinya dengan melakukan cleaning roller.
4. Belt gasing, disebabkan oleh belt basah atau lembab yang terjadi karena pupuk
memuai terkena udara. Cara mengatasinya belt dikeringkan dan diberi white
clay.
5. Elevator Trip, penyebabnya bottom elevator penuh dengan material. Untuk
cara mengatasinya cleaning bottom pada saat produksi stop atau shut down.
6. Man power sering tidak memperhatikan job section masing-masing karena
operator tidak mampu menghandel semua area pekerjaannya sendirian,
sehingga operator sering kewalahan dalam menjalankan pekerjaannya.
38
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
39
4. Untuk karyawan agar lebih meningkatkan kesadarannya untuk menggunakan
peralatan safety sebelum bekerja di plant.
40
DAFTAR PUSTAKA
Musnamar, 2003, Pupuk Organik (Cair dan Padat, Pembuatan Aplikasi), Penebar
Swadaya, Jakarta, Lingga, P dan Marsono, 2000, Petunjuk Penggunaan
Pupuk, Jakarta.
41