PUSKESMAS WONOSALAM
TAHUN 2016
1
KATA PENGANTAR
Mengetahui
Kepala Puskesmas Wonosalam
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Sasaran Pedoman
D. Ruang Lingkup Pedoman
E. Batasan Operasional
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/ PROGRAM
BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BBAB IX PENUTUP
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, masih
ditemukan tantangan besar dalam pembangunan kesehatan, yaitu Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Mengutip data Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup, sedangkan AKB sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Ini berarti di
Indonesia, ditemukan kurang lebih 44 orang ibu meninggal dan 440 bayi yang meninggal
setiap harinya.
Merujuk pada penyebab kematian ibu, penyebab langsung terbanyak kematian ibu
adalah perdarahan, infeksi dan hipertensi dalam kehamilan; penyebab kematian bayi
terbanyak disebabkan oleh masalah neonatal seperti berat bayi lahir rendah (BBLR),
Asfiksia, Diare, dan Pneumonia, serta beberapa penyakit infeksi lainnya, dimana penyakit
infeksi tersebut dapat dicegah dengan imunisasi
Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Upaya ini
merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost effective. Dengan upaya
imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas
dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi
Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit
yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri, pertusis, campak,
polio, tetanus serta hepatitis B.
Dengan upaya imunisasi pula, kita sudah dapat menekan penyakit polio dan sejak
tahun 1995 tidak ditemukan lagi virus polio liar di Indonesia. Hal ini sejalan dengan upaya
global untuk membasmi polio di dunia dengan Program Eradikasi Polio (ERAPO).
Penyakit lain yang sudah dapat ditekan sehingga perlu ditingkatkan programnya adalah
tetanus maternal dan neonatal serta campak. Untuk tetanus telah dikembangkan upaya
Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE) sedang terhadap campak dikembangkan
upaya Reduksi Campak (RECAM). ERAPO, MNTE dan RECAM juga merupakan
komitmen global yang wajib diikuti oleh semua Negara di dunia. Disamping itu, dunia juga
menaruh perhatian terhadap mutu pelayanan dan menetapkan standar pemberian suntikan
yang aman (safe injection practices) yang dikaitkan dengan pengelolaan limbah tajam yang
aman (save waste disposal management), bagi penerima suntikan, aman bagi petugas serta
tidak mencemari lingkungan.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk
mencapai tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat
4
memutuskan rantai penularan PD3I. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi,
upaya imunisasi dapat semakin efektif dan efisien dengan harapan dapat memberikan
sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan anak, ibu serta masyarakat lainnya.
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum :
Tersedianya standart penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi di Puskesmas Wonosalam
yang aman dan bermutu agar terwujud derajat kesehatan massyarakat yang optimal
Tujuan Khusus :
1. Tersedianya standar penyelenggaraan Pelayanan Imuniasasi di Puskesmas
Wonosalam
2. Tersedianya standar untuk melaksanakan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi di Puskesmas Wonosalam
C. SASARAN PEDOMAN
Standar ini disusun untuk digunakan bagi Tenaga Pelaksana Imunisasi di Puskesmas
Wonosalam
E. BATASAN OPERASIONAL
Standart pelayanan adalah prasyarat minimal yang harus dipenuhi untuk
mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu ssaat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya akan mengalami sakit ringan
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup
tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan, yang bila
diberikan kepada seserang akan menimbulkan kekebaalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit tertentu
5
Penyelenggaraan imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi
Kejadian Ikutan Imunisasi yang selanjutnya disingkat dengan KIPI adalah
kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin
ataupun efek simpang, toksisitas, reaksi sensitifitas, efek farmakologis maupun
kesalahan program, koinsidens, reaksi suntikan atau hubungan kausal yang tidak
dapat ditentukan
Rekam Medik adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada
pasien di sarana kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan yang memenuhi
kebutuhan masyarakat yang dilaksanakan sesuai dengan standart pelayanan
kesehatan dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia, wajar, efisien dan
efektif serta memberikan keamanan dan memuaskan sesuai norma dan etika, hukum
dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah
dan masyarakat.
6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
7
B. Distribusi Ketenagaan
Pelayanan imunisasi di koordinir oleh Koordinator imunisasi yang dibantu Bidan/
Perawat sebagai tenaga pelaksana (vaksinator)
C. Jadwal Kegiatan
1. Pengambilan vaksin rutin
Setiap bulan atau sewaktu-waktu bila vaksin habis
2. Pelayanan Imunisasi Rutin
- Sesuai jadwal Posyandu (jadwal posyandu terlampir)
- Setiap tanggal 24 di Puskesmas Wonosalam
3. Pelaksanaan Program Imunisasi
- PIN Polio bulan Maret
- BIAS DT/Td bulan Oktober
- BIAS Campak bulan Nopember
N
TAHUN 2016
O RINCIAN KEGIATAN
AP ME JU AG SE OK NO DE
JAN PEB MAR JUL
R I N S P T V S
1. BIAS DT-Td x
9. BIAS DT-Td x
8
BAB III
STANDART FASILITAS
A. Denah Ruang
Ruang :
Ruangan imunisasi memiliki fasilitas yang lengkap dan ditata menurut alur
kegiatan dengan memperhatikan ruang gerak petugas dan dievaluasi
pemnfaatannya
Ruangan imunisasi memiliki ventilasi dan penerangan/ pencahayaan yang
cukup
Ruangan imunisasi harus terlihat bersih, bebas debu, kotoran, sampah atau
limbah, tersedia tempat sampah, atap bersih terawat dan tidak ada sarang laba-
laba. Hal ini juga berlaku untuk lantai, mebel, perlengkapan dan instrumen,
pintu dan jendela, dinding, steker listrik dan langit-langit
Standart minimal ruang imunisasi :
No Jenis Ruang Fungsi dan persyaratan khusus Luas (m2)
B. Standart Fasilitas
Standart fasilitas ruang imunisasi :
Kit imunisasi
Berdasarkan buku Standart Puskesmas yang diterbitkan oleh Bidang Bina
Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2011, KIT
imunisasi terdri dari :
a. Pinset
b. Boks pendingin, tahan dingin 7 hari
c. Termos khusus, tahan dingin 12 jam
d. Termos vaksin, tahan dingin 3 hari
e. Vaccin carrier
f. Lemari es biasa (alat pembuat coolpack)
g. Lemari es penyimpan vaksin standart WHO/ Unicef atau lemari es
minyak tanah (tipe absorbsi) untuk daerah terpencil/ kepulauan
h. Termometer pada lemari es
i. Safety Box volume 5 liter
j. Freez tag
k. Tas lapangan
9
l. Tempat sampah basah dan kering, tertutup
m. Jam/ air sound timer
n. ADS (Autodisposible syringe) 0,05 ml, 0,5 ml, 5 ml
o. Umum : meja kerja, kursi kerja, kursi hadap
Formulir lain sesuai kebutuhan pelayanan yang diberikan
Formulir laporan
10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
Jenis Pelayanan
Berdasarkan sifat penyelenggaraannnya, imunisasi dikelompokkan menjadi
imunisasi wajib dan imunisasi pilihan
1. Imunisasi Wajib
Merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang
sesuai dengan kebutuhannnya dalam rangka melindungi yang bersangkutan
dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu
Imunisasi wajib terdiri dari :
a. Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan terus -
menerus sesuai jadwal
Imunisasi rutin terdiri dari :
Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 tahun
Jenis Imunisasi dasar terdiri dari :
- Bacillus Calmette Guerin (BCG)
- Diptheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B Hemophilus
Influinza type B (DPT-HB-Hib)
- Hepatitis B pada bayi baru lahir
- Polio dan
- Campak
Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisassi ulangan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang
masa perlindungan
Imunisasi lanjutan diberikan pada :
- Anak usia bawah tiga tahun
Vaksin yang diberikan Diptheria Pertusis Tetanus-
Hepatitis B Hemophilus Influinza type B (DPT-HB-Hib)
dan campak
- Anak usia Sekolah Dasar
Vaksin yang diberikan Diptheria Tetanus (DT), Tetanus
Diptheria (TD) dan campak
- Wanita Usia Subur
11
Vaksin yang diberikan Tetanus Toxoid (TT)
b. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling
beresiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu
tertentu
c. Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk
melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu.
Misalkan kebeangkatan calon jemaah haji dsb
2. Imunisasi Pilihan
Merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan
kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat
sekitarnya dari penyakit menular tertentu
Identitas pasien
Tanggal & waktu
Hasil anamnesis : keluhan & riwayat penyakit
Hasil pemeriksaan fisik & penunjang medik
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan
Pengobatan dan/atau tindakan
Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
Rujukan bila diperlukan
2. Pelaporan
a. Laporan Bulanan.
Setiap Puskesmas harus membuat laporan imunisasi ke
Kesehatan Kab./Kota, bersamaan dengan laporan kegiatan
Puskesmas lainnya. Dilaksanakan setiap bulan.
12
b. Laporan Tahunan
Pelaporan mengenai sumberdaya (sarana, prasarana, tenaga)
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersamaan dengan
laporan kegiatan Puskesmas lainnya. Dilalaksanakan setiap satu
tahun sekali.
B. Metode
Metode/ teknik pemberian vaksin dalam pelayanan imunisasi, dibedakan menjadi 2,
yaitu:
1. Melalui tetesan
Vaksin yang diberikan melalui tetesan ke mulut yaitu vaksin polio. Langkah awal
yang dilakukan adalah dengan membuka vaksin polio dan menutupnya dengan
dropper, kemudian memberikan tetesan polio ke mulut bayi sebanyak 2 tetes
2. Melalui penyuntikan
Cara penyuntikan ini dibedakan dari posisi jarum suntik terhadap permukaan
kulit. Cara penyuntikan vaksin ada 3 macam, yaitu:
a. Intracutan
Digunakan untuk penyuntikan vaksin BCG. Posisi jarum tetap datar di
permukaan kulit saja.
b. Subcutan
Digunakan untuk penyuntikan campak. Posisi jarum disuntikkan dengan
45o terhadap permukaan kulit, dengan kedalaman jarum tidak lebih dari
inchi.
c. Intramuskular
Digunakan untuk penyuntikan DPT-HB-Hib, Hb Uniject, DT, Td, TT,
IPV. Posisi jarum disuntikkan dengan 90o terhadap permukaan kulit.
C. Langkah Kegiatan
Standar Prosedur Operasional
SOP Imunisasi BCG
a. Petugas menerima family folder dari petugas pendaftaran;
b. Petugas memanggil pasien;
c. Petugas melakukan penyuluhan sebelum imunisasi
(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jenis imunisasi yang akan
diberikan, manfaat, keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan
cara penanggulangannya);
d. Petugas melakukan skrining dan pemeriksaan sasaran;
13
e. Petugas memberikan vaksin BCG yang tepat secara aman
(melakukan penyuntikan vaksin BCG di lengan kanan atas bagian luar
secara intra cutan dengan dosis 0,05 ml);
f. Petugas melakukan penyuluhan pasca imunisasi
(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jadwal imunisasi berikutnya
dan kapan harus kembali);
g. Petugas melakukan pencatatan
(di buku KMS, register imunisasi dan family folder).
14
(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jadwal imunisasi berikutnya
dan kapan harus kembali);
7. Petugas melakukan pencatatan
(di buku KMS, register imunisasi dan family folder).
SOP Imunisasi TT
1. Petugas menerima family folder dari petugas pendaftaran;
2. Petugas memanggil pasien;
3. Petugas melakukan penyuluhan sebelum imunisasi
(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jenis imunisasi yang akan
diberikan, manfaat, keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan
cara penanggulangannya);
4. Petugas melakukan skrining dan pemeriksaan sasaran;
5. Petugas memberikan vaksin TT yang tepat secara aman
(melakukan penyuntikan vaksin TT di lengan kiri atas bagian luar secara
intramuscular dengan dosis 0,5 ml);
6. Petugas melakukan penyuluhan pasca imunisasi
(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jadwal imunisasi berikutnya
dan kapan harus kembali);
15
7. Petugas melakukan pencatatan
(di kartu TT, register imunisasi dan family folder).
SOP Imunisasi Td
1. Petugas menerima family folder dari petugas pendaftaran;
2. Petugas memanggil pasien;
3. Petugas melakukan penyuluhan sebelum imunisasi
(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jenis imunisasi yang akan
diberikan, manfaat, keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan
cara penanggulangannya);
4. Petugas melakukan skrining dan pemeriksaan sasaran;
5. Petugas memberikan vaksin TT yang tepat secara aman
(melakukan penyuntikan vaksin Td di lengan kiri atas bagian luar secara
intramuscular dengan dosis 0,5 ml);
6. Petugas melakukan penyuluhan pasca imunisasi
(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jadwal imunisasi berikutnya
dan kapan harus kembali);
7. Petugas melakukan pencatatan
( register imunisasi dan family folder).
SOP Imunisasi DT
1. Petugas menerima family folder dari petugas pendaftaran;
2. Petugas memanggil pasien;
3. Petugas melakukan penyuluhan sebelum imunisasi
(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jenis imunisasi yang akan
diberikan, manfaat, keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan
cara penanggulangannya);
4. Petugas melakukan skrining dan pemeriksaan sasaran;
5. Petugas memberikan vaksin DT yang tepat secara aman
(melakukan penyuntikan vaksin DT di lengan kiri atas bagian luar secara
intramuscular dengan dosis 0,5 ml);
6. Petugas melakukan penyuluhan pasca imunisasi
(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jadwal imunisasi berikutnya
dan kapan harus kembali);
7. Petugas melakukan pencatatan
( register imunisasi dan family folder).
16
SOP Imunisasi Hb Uniject
1. Petugas menerima family folder dari petugas pendaftaran;
2. Petugas memanggil pasien;
3. Petugas melakukan penyuluhan sebelum imunisasi
(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jenis imunisasi yang akan
diberikan, manfaat, keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan
cara penanggulangannya);
4. Petugas melakukan skrining dan pemeriksaan sasaran;
5. Petugas memberikan vaksin Hb Uniject yang tepat secara aman
(melakukan penyuntikan vaksin Hb Uniject di anterolateral paha atas
bagian luar secara intramuscular dengan dosis 0,5 ml);
6. Petugas melakukan penyuluhan pasca imunisasi
(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jadwal imunisasi berikutnya
dan kapan harus kembali);
7. Petugas melakukan pencatatan
(di buku KMS, register imunisasi dan family folder).
17
SOP Pelarutan Vaksin Campak
1. Petugas menyiapkan alat;
2. Petugas mengamati VVM dan masa kadaluarsa pada ampul vaksin
pastikan semua bubuk ada pada dasar ampul;
3. Buka ampul kaca pelarut dengan cara digergaji atau dipatahkan
dengan dilindungi plastik, jika terjadi luka saat membuka ampul, buang
ampul karena ada kemungkinan isi ampul telah terkontaminasi;
4. Sedot pelarut kedalam spuit sekali pakai. Gunakan spuit yang baru
untuk mencampur setiap vaksin campak dengan pelarut;
5. Suntikkan cairan pelarut ke dalam ampul vaksin campak kering yang
telah dibuka;
6. Sebelum vaksin digunakan, putar ampul vaksin agar vaksin
tercampur sempurna;
7. Buang spuit dan jarum pencampur yang telah digunakan kedalam
safety box;
8. Vaksin yang telah dicampur dengan pelarut selama pelayanan
immunisasi disimpan di dalam thermos, dan mempunyai batas masa pakai
3 jam setelah pelarutan.
18
Vaksin Yang sinsitif dingin (Freeze Sensitive/ FS) diletakkan jauh
dari evaporator, yakni vaksin DPT-HB-Hib, Hbb Uniject, TT, DT,Td;
4. Petugas memberi jarak antar 1-2 cm atau satu jari tangan antar dus/
kotak vaksin.
BAB V
19
LOGISTIK
Perencanaan kebutuhan alat suntik dan safety box tidak dapat dipisahkan dengan
perencanaan kebutuhan vaksin. Untuk menjamin ketersediaan vaksin, alat suntik dan safety
box secara bersamaan dan cukup untuk pelayanan imunisasai maka perencanaan yang tepat
sangat diperlukan. Dalam menghitung kebutuhan alat suntik berdasarkan jumlah cakupan
yang akan dicapai tahun ini dan jumlah dosis pemberian imunisasi.
a. Alat suntik
Ukuran alat suntik yang digunakan dalam program imunisasi ada 3 yaitu 0,05 ml, 0,5
ml dan 5 ml.
a. ADS 0,05 ml
Digunakan untuk pemberian imunisasi BCG.
Kebutuhan ADS 0,05 ml = jumlah sasaran imunisasi BCG x target (95%)
b. ADS 0,5 ml
Digunakan untuk pemberian imunisasi DPT-HB-Hib, IPV, Campak, DT.Td dan TT
Kebutuhan ADS 0,05 ml = jumlah sasaran imunisasi A x target
c. ADS 5ml
Digunakan untuk melakukan pencampuran pelarut dengan vaksin BCG dan
campak. Kebutuhan ADS 5 ml sama dengan kebutuhan vaksin BCG + vaksin
campak (untuk bayi, batita maupun anak sekolah)
b. Safety box
Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas pelayanan imunisasi
sebelum dimusnahkan. Safety box ukuran 2,5 liter ammapu menampung 50 alat suntik
bekas, sedangkan ukuran 5 lliter menampung 100 lat suntik bekas. Limbah imunisasi
selain alat suntik bekas tidak boleh dimasukkan ke dalam safety box.
c. Vaksin
Banyaknya vaksin yang diminta ke Kbupaten/ Kota adalah untuk kebutuhan 1 bulan
pemakaian ditambah 1 minggu cadangan dikurangi sisa vakssin yang masih ada.
Permintaan dilakukan setiap satu bulan sekali.
BAB VI
20
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/ PROGRAM
21
d. Prosedur pelayanan imunisasi
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada pelaksanaan imunisasi :
Tempat suntikan yang dianjurkan :
Pada bayi : dibagian paha sebelah luar (diantara garis tengah bagian depan paha
dan tepi paha)
Pada anak : di lengan kanan atas di daerah pertengahan muskulus deltoideus
Pasca imunisasi dilakukan observasi keadaan resipien selama minimal 30
menit
BAB VII
22
KESELAMATAN KERJA
BAB VIII
23
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian dan upaya peningkatan mutu program imunisasi dapat dilakukan dengan:
A. Pengawasan
1. Pengawasan internal dilakukan oleh Puskesmas maupun Dinas Kesehatan melalui
penilaian standart Puskesmas
2. Pengawasan eksternal dilakukan melalui :
a. Pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau pengaduan masyarakat
b. Pengawasan dilakukan oleh institusi kesehatan yang terkait dengan pelayanan
medik dasar
B. Pembinaan
Pembinaan meliputi 2 hal :
a. Pembinaan teknis medis oleh Rumah sakit
b. Pembinaan manajerial oleh Dinas Kesehatan
Pembinaan dilakukan secara berjenjang :
a. Pembinaan tingkat Puskesmas
b. Pembinaan tingkat Kabupaten/ Kota oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
c. Pembinaan tingkat provinsi oleh Dinas Kesehatan Provinsi
d. Pembinaan tingkat pemerintah pusat oleh Departemen Kesehatan, Konsil
Kedokteran Indonesia
Pembinaan yang dilakukan dapat berupa pemberian bimbingan, supervisi,
konsultasi, pendidikan dan latihan, penyuluhan (komunikasi, informasi dan
motivasi) dan kegiatan pemberdayaan lain
BAB IX
24
PENUTUP
Demikian Pedoman pelayanan Imunisasi, segala kritik dan saran akan kami terima
sebagai upaya perbaikan pelayanan imunisasi di masa yang akan datang.
25