Anda di halaman 1dari 12

BAB 4

TEORI BARANG PUBLIK

Dalam bab III telah dibicarakan bahwa pemerintah harus campur tangan dalam
perekonomian untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber ekonomi secara efisien. Dalam bab
IV ini akan dibahas mengenai penyediaan barang-barang publik yang dilakukan oleh
pemerintah seperti misalnya pertahanan nasional, jalan raya, kehakiman, pekerjaan umum
dan sebagainya.Dalam hal barang swasta, barang-barang tersebut dapat dihasilkan oleh
perusahaan swasta, tetapi dapat juga dihasilkan oleh perusahaan negara, Misalnya: kereta api,
jasa penerbangan. Barang publik juga dapat dihasilkan oleh perusahaan swasta atau oleh
perusahaan negara. Jadi yang dimaksud dengan suatu barang publik yang disediakan oleh
pemerintah merupakan barang milik pemerimtah yang dibiayai melalui anggaran belanja
negara tanpa melihat siapa yang melaksanakan pekerjaannya. Jalan raya negara
pembiayaannya dilakukan melalui anggaran negara dan jalan tersebut dapat dikerjakan oleh
pihak swasta atau oleh pemerintah sendiri.

Jelas di sini bahwa keputusan untuk mengalokasi sumber-sumber ekonomi untuk


menghasilkan barang swasta atau barang publik berbeda dari pertimbangan apakah barang-
barang tersebut akan dihasilkan oleh pemerintah atau oleh swasta. Dalam sistem
perekonomian sosialis, sebagian besar barang-barang swasta yang ada dihasilkan oleh
pemerintah sedangkan dalam sistem perekonomian kapitalis sebagian besar barang-barang
publik dihasilkan oleh sektor swasta.
Dalam sistem perekonomian yang demokratis masyarakat melalui wakil-wakil mereka
di DPR harus menetapkan alokasi sumber-sumber ekonomi yang ada harus dialokasikan
untuk menghasilkan barang publik dan barang swasta.

Pada Diagram 4.1. Sumbu mendatar mencerminkan persentase penggunaan sumber-


sumber ekonomi untuk menghasilkan barang swasta. Apabila semua sumber ekonomi
digunakan untuk menghasilkan barang swasta maka keadaan ini ditunjukkan oleh titik L,
yaitu alokasi sumber-sumber ekonomi sebesar 100 persen digunakan oleh sektor swasta.
Sebaliknya, kalau semua sumber ekonomi digunakan untuk menhasilkan barang publik, maka
keadaan ini ditunjukkan pada titik K yang menunjukkan alokasi sumber ekonomi sebesar 100
persen digunakan oleh sektor publik. Titik A kita anggap sebagai titik yang optimal di mana
titik A tersebut adalah titik yang dikehendaki oleh masyarakat (melalui wakil-wakil di DPR)
di mana alokasi sumber ekonomi yang optimum adalah sebesar 75 persen dari GNP
dihasilkan oleh sektor swasta yang menghasilkan barang-barang swasta dan 25 persen dari
GNP adalah barang-barang publik. Apabila alokasi GNP yang sebenarnya terjadi pada titik B,
yaitu di mana 75 persen dari GNP merupakan produksi barang publik dan 25 persen adalah
barang swasta, maka sumber ekonomi tidak mencapai alokasi yang optimum sehingga
realokasi sumber-sumber ekonomi dari titik B ke titik A akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Pada Diagram 4.1 alokasi barang dan jasa oleh pemerintah dan swasta yang dianggap
sebagai titik di mana alokasi sumber-sumber ekonomi yang efisien terjadi pada titik A.
Pemilihan titik A yang dipilih dan bukan titik-titik lain sepanjang garis KBAL tidak
dijelaskan dalam analisis.
Untuk membahas pemilihan masyarakat akan kombinasi barang swasta dan barang
publik dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi kesejahteraan masyarakat (FKM = social
welfare function). Kurva FKM mencerminkan tingkat pertukaran marginal (marginal rate of
substitution) antara konsumsi masyarakat terhadap barang publik dan barang swasta yang
menghasilkan tingkat kepuasan yang sama bagi masyarakat sebagaimamam ditunjukkan pada
Diagram 4.2.

W = g (U1,........,Ui)
dan Ui = f (Xs1, Xs2,....., Xsn; XG1,....., XG1)

Fungsi kesejahteraan masyarakat (W) menunjukkan kepuasan (utilitas) semua anggota


masyarakat, dan Ui adalah fungsi kepuasan setiap anggota masyarakat dalam
mengkonsumsikan barang swasta (XP) dan barang publik (XG).
Berbeda dengan kurva indiferens, FKM berhubungan erat dengan keadaan pasar dan
distribusi penghasilan masyarakat, atau dengan kata lain, FKM secara keseluruhan
mencerminkan kehendak atau keinginan anggota masyarakat atas barang swasta dan barang
publik yang ditentukan oleh distribusi pendapatan; distribusi kekayaan, dan serta kehendak
wakil-wakil rakyat. Jelas bahwa golongan orang kaya dapat membeli barang-barang
konsumsi lebih banyak dari orang-orang miskin dan tidak setiap orang menerima manfaat
yang sama akan barang publik. Bendunga jatiluhur yang dibangun pemerintah tidak dinikmati
oleh masyarakat di Irian Jaya, oleh karena itu pelaksanaan suatu proyek pemerintah
tergantung dari persetujuan wakil-wakil rakyat di DPR.

Diagram 4.2.
Fungsi Kesejahteraan Masyarakat (FKM)

Bentuk FKM (W) yang cekung (convex) mencerminkan adanya tingkat pertukaran
marginal (marginal rate of substitution) yang menurun antara barang swasta dan barang
publik. Berarti, untuk menambah satu unit barang swasta diperlukan pengurangan barang
publik yang semakin lama semakin kecil. Pada titik A, masyarakat memiliki barang publik
terlalu banyak (yaitu sebesar OP0) dan barang swasta dalam jumlah yang terlalu sedikit.
Dengan kepuasan yang sama masyarakat bersedia mengorbankan barang publhk sebesar Po P1
agar masyarakat dapat memiliki satu unit tambahan barang swasta (ToT1). Pada titik B,
masyarakat sudah memiliki terlalu banyak barang swasta (OT2) dan barang publik yang
sangat sedikit (OP2). Karena itu, untuk menambah barang swasta sebesar satu unit,
masyarakat hanya bersedia mengorbankan barang publik dalam jumlah yang lebih kecil, yaitu
sebesar P2P3 di mana jumlah P23 lebih kecil daripada PoP1.

Setelah kita mengetahui kurva FKM, yang menunjukkan preferensi masyarakat


terhadap barang publik dan barang swasta, selanjutnya kita harus dapat menyatakan
berapakah jumlah produksi yang optimal bagi masyarakat tersebut.

Jumlah sumber sumber ekonomi yang ada dalam masyarakat pada suatu waktu tertentu
sudah tetap. Walaupun demikian, dengan berkembangnya waktu, bertambahnya jumlah
penduduk dan modal maka sumber-sumber ekonomi dalam akan selalu mengalami
perubahan. Untuk menentukaan berapa jumlah barang yang dapat dihasilkan masyarakat
dengan sumber-sumber ekonomi yang ada kita menggunakan kurva kemungkinan produksi
(KKP).

Pada Diagram 4.3. Suatu kurva KKP menunjukkan apabila semua sumber ekonomi
digunakan untuk menghasilkan barang swasta maka jumlah barang swasta yang dapat
dihasilkan sebesar 0B unit. Sebaliknya, apabila semua sumber ekonomi digunakan untuk
menghasilkan barang publik maka jumlah barang publik yang dapat dihasilkan sebesar 0A.
Kurva AFCDEB menunjukkan kombinasi berbagai jenis barang swasta dan barang publik
yang dapat dihasilkan oleh faktor produksi yang tersedia.

Bentuk garis kemungkinan produksi yang cembung (concave) menunjukkan suatu


kenyataan bahwa sumber-sumber ekonomi tidak dapat dialihkan untuk membuat barang lain
dengan tingkat efisiensi yang sam. Misalnya, tanah yang baik untuk menanam jagung tidak
akan sama baiknya apabila tanah tersebut digunakan untuk menanam padi; atau tenaga yang
ahli memperbaiki mesin tidak akan dapat menghasilkan padi dengan tingkat efisiensi yang
sama. Pada titik A, terlalu banyak sumber ekonomi yang digunakan untuk menghasilkan
barang publik, sehingga perubahan alokasi sumber ekonomi untuk menghasilkan barang
publik sebanyak P1P2 unit akan menambah barang swasta yang dapat dihasilkan sebanyak
L1L2 di mana P1P2 jumlahnya lebih kecil daripada L1L2. Sebaliknya pada titik E Barang publik
yang dihasilkan terlalu sedikit, atau dengan kata lain sumber
ekonomi yang digunakan untuk menghasilkan barang swasta terlalu banyak. Akibatnya
terjadi penggunaan faktor produksi secara kurang efisien di sektor swasta sehingga akan fktor
ada faktor produksi yang dialihkan untuk menghasilkan barang publik. Pengurangan produksi
barang swasta dari L34 ke L3 menyebabkan barang publik bertambah sebesar P4P3 unit di
mana L34L3 lebih kecil daripada P4P3. Garis kemungkinan produksi dan kurua indiferens
sosial menentukan jumlah kombinasi barang swasta dan barang publik yang optimum
sebagaimana ditunjukkan dalam Diagram 4.4.
Titik A dan B terletak pada kurva indiferens sosial memotong garis kemungkinan produksi
AB, titik A bukan merupakan kombinasi barang publik dan swasta yang optimum. Perubahan
alokasi sumber ekonomi yang mengurangi jumlah barang publik dan menaikkan jumlah
barang swasta yang dihasilkan yaitu perubahan kombinasi barang swasta dan barang publik
dari A ke C akan menaikkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan
perpindahan dari kurva- kurva indiferens sosial dari S1 ke S2, yaitu perpindahan dari kurva
indiferens yang lebih rendah ke kurva yang lebih tinggi. Perpindahan lebih lanjut dari C ke E
menyebabkan kenaikan kesejahteraan masyarakat, akan tetapi perpindahan lebih lanjut dari E
ke D atau B akan menyebabkan penurunan kesejahteraan masyarakat. Jadi titik E merupakan
titik kesejahteraan masyarakat optimun yang dapat dicapai dalam menghasilkan barang
publik sebanyak OPE dan barang swasta sebanyak OLE. Kurva indiferens S4 menunjukkan
kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi daripada S3 akan tetapi tingkat kesejahteraan
masyarakat tersebut tidak dapat dicapai oleh karena faktor-faktor produksi yang ada hanya
dapat menghasilkan secara maksimal barang swasta dan barang publik sebagaimana
ditunjukkan oleh garis kemungkinan produksi FACEDBG. Jadi dalam analisa ini, titik
optimum E juga merupakan titik yang dikehendaki oleh masyarakat yang dicerminkan dalam
kurva indiferens sosial yang merupakan pencerminan dari distribusi pendapatan kekayaan
dan peranan masyarakat dalam bidang politik.
Analisa di atas membahas mengenai alokasi sumber-sumber ekonomi yang optimum
untuk barang swasta dan barang publik tanpa menyinggung segi pembiayaan dari kegiatan
produksi. Sektor swasta mempunyai berbagai sumber dana untuk melaksanakan produksi,
yaitu dengan meminjam dari bank, menjual saham-saham atau dari keuntungan yang tidak
dibagikan kepada pemegang saham. Pemerintah juga mempunyai berbagai sumber dan untuk
melaksanakan aktivitasnya, misalnya saja dengan pinjaman luar negeri, dengan mencetak
uang, atau dengan memungut pajak.

TEORI PIGOU

Pigou berpendapat bahwa barang publik harus disediakan sampai suatu tingkat di mana
kepuasan marginal akan barang publik sama dengan ketidakpuasan marginal akan pajak yang
dipungut untuk membiayai program-program pemerintah atau untuk menyediakan barang
publik.

Pada Diagram 4.5 kurva kepuasan marginal akan barang publik ditunjukkan oleh kurva
UU. Kurua UU tersebut mempunyai bentuk menurun yang menunjukkan bahwa semakin
banyak barang publik yang dihasilkan maka akan semakin rendah kepuasan marginal yang
dirasakan oleh masyarakat. Di lain pihak, pajak merupakan pengutan yang dipaksa oleh
pemerintah sehingga pembayaran pajak menimbulkan rasa tidak puas bagi masyarakat yang
membayar pajak. Oleh karena itu kurva ketidakpuasan marginal akan pembayaran pajak
mempunyai bentuk yang meninggi yang menunjukkan bahwa semakin banyak pajak yang
dipungut. Semakin besar rasa ketidakpuasan marginal masyarakat. Ketidakpuasan marginal
ditunjukkan dengan sumbu tegak dari titik O ke bawah dan kurva ketidakpuasan marginal
ditunjukkan oleh kurva PP. Pada titik F kepuasan marginal barang publik (jarak CF) lebih
besar daripada ketidakpuasan masyarakat akan pembayaran pajak (jarak FI), sehingga
pemerintah diharapkan untuk memperkecil anggaran untuk menghasilkan barang-barang
publik yang lebih sedikit. Sebaliknya, pada titik D kepuasan marginal masyarakat dalam
membayar pajak (jarak DG). Ini menunjukkan bahwa barang publik dihasilkan dalam jumlah
yang terlalu sedikit sehingga kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi akan dapat dicapai
dengan cara menambah anggaran pemerintah untuk menghasilkan barang/jasa publik. Titik E
adalah keadaan yang optimum di mana bagi masyarakat kepuasaan marginal untuk barang
publik sama dengan ketidakpuasaan marginal dalam hal pembayaran pajak.

Pengurangan budget pemerintah dari F ke E pada diagram 4.5. Menunjukkan


pengurangan penggunaan sumber-sumber ekonomi oleh pemerintah sehingga sumber-sumber
ekonomi tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan barang swasta. Dan ini ditunjukkan
dengan perpindahan dari titik C ke E pada Diagram 4.4 sehingga kesejahteraan masyarakat
yang dicapai menjadi lebih tinggi, yaitu dari kurva indiferens sosial S2 ke S3. Demikian pula
halnya dengan perpindahan dari D ke E pada Diagram 4.5 menunjukkan bertambah besanya
sumber-sumber ekonomi yang digunakan pemerintah. Ini berarti sumber-sumber ekonomi
yang digunakan oleh swasta menjadi lebih kecil dan ini ditunjukkan dalam Diagram 4.4
Kelemahan analisis di atas karena didasarkan pada rasa ketidakpuasan marginal
masyarakat dalam membayar pajak dan rasa kepuasan marginal akan barang publik,
sedangkan kepuasan dan ketidakpuasan adalah sesuatu yang tidak dapat diukur secara
kuantitatif karena sifatnya ordinal. Karena itu, timbul berbagai pandangan lainnya yang
berusaha menjelaskan penyediaan barang publik.

TEORI BOWEN

Bowen mengemukakan suatu teori mengenai penyediaan


barang-barang swasta. Pada Bab yang terdahulu telah dikemukakan definisi mengenai barang
swasta dan barang publik. Barang swasta adalah barang yang mempunyai sifat pengecualian,
di mana pemilik suatu barang dapat mengecualikan orang lain dari manfaat barang tersebut,
misalnya saja sepatu. Bei dapat mengecualikan Adil dalam menikmati manfaat sepatunya
dengan melarang Adil untuk menggunakan sepatu Bei. Apabila dalam ekonomh hanya ada 2
orang konsumen, Adil dan Bei. Maka total sepatu (X) adalah sepatu milik Adil (A) dan sepatu
milik Bei (B)
X= XA + XB

Kurva penawaran sepatu ditunjukkan oleh kurva SS pada Diagram 4.6.


Bowen mendefinisikan barang publik sebagai di mana pengecualian tidak dapat
ditetapkan. Jadi sekali suatu barang publik sudah tersedia maka tidak ad seorangpun yang
dapat dikecualikan dari manfaat barang tersebut.

Pada Diagram 4.7 kurva DA dan DB menunjukkan kurva permintaan individu A dan
B akan barang publik. D(A+B) diperoleh dengan menjumlahkan secara vertikal kurva DA
dan DB.
Jadi, menurut Bowen perbedaan antara barang swasta dan barang publik adalah:

Keterangan
P = harga barang
X = jumlah barang swasta yang dihasilkan
G = jumlah barang publik yang dihasilkan
A,B = individu A dan B

Kelemahan teori Bowen adalah karena menggunakan analisis pemintaan dan


penawaran.

TEORI ERICK LINDAHL

Erik Lindahl mengemukakan analisis yang mirip dengan teori yang dikemukakan oleh
Bowen, hanya saja pembayaran masing-masing konsumen tidak dalam bentuk harga absolut
akan tetapi berupa persentare dari total biaya penyedian barang publik. Sekali lagi kita
anggap bahwa dalam perekonomian hanya ada dua orang konsumen, individu C dan D.
Analisis Lindahl didasarkan pada analisa kurva indiferens dengan anggaran tetap yang
terbatas.

Teori pengeluaran pemerintah yang dikemukakan oleh Lindahl adalah teori yang
sangat berguna untuk membahas penyedian barang publik yang optimum dan secara
bersamaan juga membahas mengenai alokasi pembiayaan barang publik antara anggota
masyarakat.
Kelemahan teori Lindahl adalah karena teori hanya membahas mengenai barang publik tanpa
membahas mengenai penyedian barang swasta yang dihasilkan oleh sektor swasta. Selain itu,
kelemahan utama dari analisa Lindahl ini adalah penggunaan kurva indiferens. Sifat barang
publik menyebabkan tidak ada seorang individu juga yang bersedia menunjukkan
preferensinya terhadap barang publik. Kritikan lainnya adalah bahwa teori tersebut hanya
melihat penyediaan barang publik saja tanpa memperhitungkan jumlah barang swasta yang
seharusnya diproduksi agar masyarakat mencapai kesejahteraan optimal.

Anda mungkin juga menyukai