M. Muslim W, Mahasiswa TE Undip, Agung Warsito,Staf Pengajar TE Undip, Aris Triwiyatno, Staf Pengajar TE Undip
Abstrak Sistem ball and beam adalah sebuah sistem harus dicapai oleh plant ball and beam dilakukan
dimana pada sistem tersebut terdapat bola yang dapat dengan menggunakan komputer. Selain itu
bergerak bebas pada sebuah batang dan posisi dari komputer juga berfungsi untuk mengambil dan
perpindahan bola tersebut dapat diatur secara otomatis sesuai menyimpan data perubahan posisi bola dan memberi
dengan yang diinginkan. Sistem ball and beam merupakan
perintah kepada motor untuk bergerak sesuai dengan
sistem yang sangat penting dalam mempelajari sistem kontrol.
Hal tersebut dikarenakan sistem ball and beam merupakan
besar sudut yang dihasilkan oleh kontroller PD.
sistem yang tidak stabil dimana output dari sistem (posisi bola) 3. Tidak melakukan identifikasi sistem.
selalu bertambah tanpa batas untuk setiap input (sudut 4. Tidak melakukan analisa kestabilan atau optimasi
batang) dengan nilai yang tetap. Oleh karena itu sistem ball dengan menggunakan indeks performansi tetapi
and beam membutuhkan teori kontrol yang kompleks. Untuk hanya menggunakan analisis respon transien.
dapat menstabilkan sistem ball and beam maka dibutuhkan 5. Sensor yang digunakan untuk menentukan seberapa
suatu kontroller. Penggunaan kontroller tersebut dapat jauh bola tersebut bergerak adalah kawat email yang
menarik root locus sistem ball and beam ke sebelah kiri sumbu dililitkan pada batang alumunium dengan panjang
imajiner (jw) pada bidang-s sehingga diperoleh sistem yang 40 cm dan diameter 0,5 cm.
stabil.
6. Sensor yang digunakan untuk menentukan besar
Pada tugas akhir ini, dibuat plant sistem ball and beam
yang kemudian plant tersebut akan digunakan sebagai sarana
sudut batang adalah potensiometer linier 10 kohm.
praktikum di Laboratorium Teknik Kontrol Otomatik 7. Sebagai penghasil kemiringan batang digunakan
Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro. Plant ball motor servo.
and beam tersebut dikendalikan secara real time dengan 8. Posisi yang diinginkan berjumlah 2 buah, yaitu
menggunakan bahasa pemrograman Delphi 6. posisi 1 (20 cm) dan posisi 2 (15 cm) dengan
toleransi 1 cm.
9. Jika posisi yang diinginkan adalah posisi 1 maka
I. PENDAHULUAN pada saat pertama kali bola diletakkan pada posisi 2
dan jika posisi yang diinginkan adalah posisi 2 maka
A. Latar Belakang. pada saat pertama kali bola diletakkan pada posisi 1.
Sesuai dengan perkembangan teknologi pada bidang 10. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Delphi
sistem kontrol maka pada tema tugas akhir ini akan 6
dilakukan perancangan dan pembuatan plant ball and beam.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa untuk membeli II. DASAR TEORI
suatu plant ball and beam dibutuhkan biaya yang sangat
besar sehingga pada tugas akhir ini akan dirancang dan A. Sistem Ball and Beam
dibuat plant ball and beam yang kemudian plant tersebut Sistem ball and beam adalah salah satu sistem yang
akan dipergunakan sebagai sarana praktikum di Lab Teknik sangat penting dalam mempelajari sistem kontrol.
Kontrol Otomatik Jurusan Teknik Elektro Universitas Pergerakan bola pada bidang miring yang merupakan model
Diponegoro. dari ball and beam [7] dapat dilihat pada Gambar 1.
Plant ball and beam adalah sebuah plant dimana
pada plant tersebut terdapat bola yang dapat bergerak bebas Sumbu X Sumbu Y
dan posisi dari perpindahan bola tersebut dapat diatur sesuai
dengan yang diinginkan. Wx = mgsin
Berdasarkan sifatnya, sebuah bola akan bergerak ke
tempat yang lebih rendah apabila bola tersebut ditaruh pada
Wy
tempat yang miring. Seperti yang telah diketahui, besar jarak w = mg
perpindahan bola tersebut tidak dapat diprediksi seberapa
jauh bola itu akan bergerak. Besar perpindahan letak bola
tergantung dari besar kemiringan bidang tempat bola
tersebut berada.
Gambar 1. Model Ball and Beam
B. Pembatasan Masalah
Karena kompleksnya permasalahan yang terdapat Pada sistem ball and beam, pergerakan bola
dalam sistem ini, maka perlu adanya batasan-batasan untuk dipengaruhi oleh besarnya gaya yang ditimbulkan oleh
menyederhanakan permasalahan ini, yaitu : kemiringan batang tempat bola berada, dimana untuk
1. Kontroller yang digunakan adalah kontroller PD. memiringkan batang digunakan motor yang akan
2. Perhitungan set point, error posisi dan aksi menggerakkan batang tersebut sesuai dengan posisi bola.
kontroller PD yang berupa besar sudut batang yang
2
Dari Gambar 1 didapatkan persamaan dinamik dari yang tidak stabil. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 3
pergeseran bola, yaitu Gaya = massa x percepatan [7]. dimana respon unit step dari sistem ball and beam closed
loop selalu berosilasi (berubah-ubah) seiring bertambahnya
j " waktu. Transfer function dari sistem ball and beam closed
mg sin m 2 r .............................. (1) loop dapat dilihat pada persamaan (6).
R
E ( s) 7
dimana j adalah momen inersia dari bola yang persamaannya 2 ............................................... (6)
adalah: R( s) s 7
2
j mR 2 .................................................... (2)
5
" 5
r g sin ................................................ (3)
7
Gambar 2. Respon Unit Step Sistem Ball and Beam Open Loop.
PORT C (rendah)
1 = masukan Gambar 6. Konfigurasi Pin ADC.
0 = keluaran
Pada ADC, agar input analog yang diberikan dapat
PORT B
dirubah menjadi digital hal yang harus dilakukan adalah
memberikan CS logika low agar ADC aktif. Kemudian pada
1 = masukan
saat kondisi awal dimana interup masih bernilai 0 maka WR
0 = keluaran
diberikan logika 0 (aktif), sedangkan RD diberikan logika 1.
MODE B Pada saat ini yang terjadi adalah data analog yang diberikan
0 = mode 0 sedang diubah menjadi data digital yang sesuai dengan data
1 = mode 1 analog tersebut. Pada saat perubahan selesai yaitu pada saat
interup bernilai 1 maka yang diaktifkan adalah RD dengan
memberikan logika 0 sedangkan WR diberikan logika 1.
KELOMPOK A Pada keadaan ini berarti data digital sudah dapat dibaca.
00 = mode 0
01 = mode 1
1X = mode 2
Gambar 5. Inisialisasi Operasi Port-Port pada PPI 8255. Gambar 7. Root locus Sistem Ball and Beam
4
Berdasarkan persamaan (8) dapat diketahui bahwa Nilai frekuensi alamiah tidak teredam dapat
kontroller PD akan menghasilkan zero tunggal pada s = - diperoleh dengan menggunakan persamaan (10)[3].
Kp/Kd. Diagram blok sistem ball and beam plus kontroller
PD dapat dilihat pada Gambar 8. 4
n ........................................ (10)
Ts .
R(s) E(s)
7 4
Kp + Kd s 3,17
+- s2 3,5 x0,36
a Imajiner
wn
b
Gambar 8. Diagram Blok Ball and Beam plus Kontroller PD
Real
Setelah kontroller yang akan digunakan telah
ditentukan, kemudian hal kedua yang harus dilakukan dalam
perancangan adalah menentukan spesifikasi respon sistem
sesuai yang diinginkan.
Gambar 10. Letak Pole-Pole Closed Loop yang Baru.
Setelah nilai a dan b didapatkan maka letak pole-pole closed Gc(s) = Kd (s + 4,39) ....................................... (17)
loop yang diinginkan dapat diperoleh menggunakan
persamaan (14)[3]. Dengan menggunakan syarat magnitude seperti yang
terdapat pada persamaan (18)[3] maka diperoleh nilai Kp dan
S1,2 = -a j b ................................................... (14) Kd sebagai berikut:
= -1,14 j 2,95
7 K d s 4,39
Dengan mensubstitusikan pole closed loop yang diinginkan 1 ...................... (18)
s2 s 1,14 j 2 , 95
(s = -1,14 + j 2,95) ke dalam persamaan (15) maka diperoleh
sudut Gp(s) pada pole closed loop tersebut. K 1,14 j 2,95 4,39
1,14 j 2,95 1,14 j 2,95
7
G p (s ) = .......................................... (15) K .4,39
s2 0,44 K 1
3,16.3.16
7 1
= maka didapatkan K = 2,27
1,14 j 2,95 1,14 j 2,95 0,44
Kp
Sudut Gp(s) tersebut adalah: dimana K = 7 Kd dan 4,39 maka diperoleh:
Kd
1 = arc tan (2,95/-1,14) = -68,9 o = 111,1 o
2 = arc tan (2,95/-1,14) = -68,9 o = 111,1 o
K 2,27
Kd = 0,3 2 rad/m/detik interval pembacaan
7 7
Dengan menggunakan syarat sudut yang terdapat pada Kp = Kd x 4,39 = 0,32 x 4,39 = 1,4 rad/m
persamaan (16)[3] maka dapat diperoleh besar sudut yang
harus dihasilkan oleh kontroller PD (c). Dengan menggunakan Matlab maka dapat
dibuktikan nilai Kp dan Kd yang telah diperoleh dapat
c + z - p = -180 o.......................................... (16) menarik root locus ke sebelah kiri sumbu imajiner pada
bidang-s dan membuat sistem ball and beam menjadi stabil.
dimana p = 1 + 2 = 222,2 o dan z = 0, maka besar sudut
yang harus dihasilkan kontroller PD adalah:
imajiner
j 2,95
47,8
Gambar 12. Root locus Sistem Ball and Beam dengan Kontroller
PD
42,2 68,9 111.1
s -1,14 Real
x
IOR RD DRIVER
Motor
MOTOR
IOW WR PC.1 IN 2 OUT 2
Gambar 16. Rangkaian Driver Motor Servo.
Selesai
IV. PENGUJIAN DAN ANALISA
Gambar 17. Flow Chart Program Utama Ball and Beam
Berikut ini adalah grafik perubahan bola menuju
posisi yang diinginkan.
Untuk menghitung sudut yang dihasilkan kontroller PD
digunakan Timer yang flow chartnya dapat dilihat pada
Gambar 18. Posisi 1
Mulai 30
25
Posisi (cm)
20
15
Baca Posisi Bola
10
5
Hitung Sudut Kontroller PD 0
0 50 100 150 200 250 300
Posisi 2
15
Tidak 10
Sudut Batang = Sudut
Terhitung 5
0
0 50 100 150 200 250
Ya
Pem bacaan (x0,063 detik)
Menghentikan Motor
Berdasarkan grafik yang terdapat pada Gambar 19 Untuk mengetahui kebaikan performansi dari sistem
dan Gambar 20 maka dapat dilihat bahwa untuk menuju ke ball and beam yang telah dibuat maka dilakukan
posisi yang diinginkan bola akan mengalami osilasi secara perhitungan berapa kali alat dapat berjalan dengan baik dari
terus menerus. Osilasi tersebut berfungsi untuk mengurangi 10 kali percobaan yang telah dilakukan untuk tiap-tiap posisi
gaya yang menggerakkan bola sehingga pergerakkan bola yang diinginkan. Untuk posisi yang diinginkan adalah posisi
pada batang tidak terlalu cepat. Dengan semakin 1, dari 10 kali percobaan yang dilakukan secara berturut-
bertambahnya waktu osilasi yang terjadi pada bola akan turut didapatkan 1 kondisi yang tidak stabil sehingga
semakin mengecil. Pada Gambar 19 posisi stabil (bola kebaikan performansi untuk posisi 1 adalah:
berhenti pada posisi 1) dicapai pada saat osilasi yang terjadi
sangat kecil sekali, dimana hal tersebut menunjukkan bahwa 9
Kebaikan performansi posisi 1 = x100% 90%
sebenarnya bola masih bergerak tetapi dengan pergerakkan 10
yang sangat kecil sekali. Sedangkan untuk Gambar 20 posisi
Untuk posisi yang diinginkan adalah posisi 2, dari 10 kali
stabil (bola berhenti pada posisi 2) dicapai pada saat osilasi
percobaan yang dilakukan secara berturut-turut tidak
sudah tidak ada sama sekali, dimana hal tersebut ditandai
diperoleh kondisi yang tidak stabil sehingga kebaikan
dengan terbentuknya garis lurus pada grafik. Perbedaan
performansi untuk posisi 2 adalah:
kondisi stabil antara Gambar 19 dan Gambar 20 disebabkan
karena untuk posisi yang diinginkan adalah posisi 1, dari 10
kali pengujian yang dilakukan secara berturut-turut
10
Kebaikan performansi posisi 2 = x100% 100%
10
didapatkan satu kali keadaan tidak stabil (bola tidak berhenti
pada posisi 1), sehingga grafik nilai rata-rata dari pergerakan
Jadi nilai rata-rata kebaikan performansi dari sistem ball and
bola menuju posisi 1 tidak diperoleh adanya garis lurus
beam yang telah dibuat adalah:
tetapi masih terjadinya osilasi yang sangat kecil sekali.
Walaupun masih terdapatnya osilasi tetapi karena osilasi
Nilai rata-rata kebaikan performansi =
yang terjadi sangat kecil sekali maka dapat dikatakan sistem
sudah stabil. Sedangkan untuk posisi yang diinginkan adalah
90% 100%
posisi 2, dari 10 kali pengujian yang dilakukan secara 95%
2
berturut-turut tidak diperoleh keadaan yang tidak stabil (bola
selalu berhenti pada posisi 2) sehingga pada grafik nilai rata-
Dengan nilai rata-rata kebaikan performansi sebesar 95%
rata pergerakan bola menuju posisi 2 diperoleh adanya suatu maka sistem ball and beam yang telah dibuat dapat
garis lurus. Selain perbedaan kondisi stabil dapat pula dilihat dikatakan baik.
pada Gambar 19 dan Gambar 20 waktu untuk mencapai
V. PENUTUP
posisi stabil antara posisi 1 dan posisi 2 berbeda-beda yaitu
16,8 detik untuk posisi 1 dan 10,5 detik untuk posisi 2. Hal A. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan analisa terhadap plant ball
ini disebabkan karena kadang-kadang terjadi kesalahan and beam dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
pembacaan posisi bola oleh sensor posisi. Kesalahan berikut:
1. Kontroller PD menambah sudut positif pada syarat
pembacaan tersebut terjadi karena tidak tersentuhnya sensor sudut root locus dengan menghasilkan zero pada s =
posisi dengan baik ketika bola bergerak terlalu cepat. Selain -(Kp/Kd) sehingga penambahan kontroller PD
tersebut dapat membuat root locus sistem ball and
itu kesalahan pembacaan juga dapat terjadi karena kotornya beam tertarik ke sebelah kiri sumbu imajiner pada
sensor posisi. bidang-s yaitu menuju daerah yang lebih stabil.
9
B. Saran
Saran yang dapat diberikan penulis dalam
pengembangan sistem ball and beam adalah sebagai berikut: Ir. Agung Warsito, DHET Aris Triwiyatno, ST
1. Untuk menstabilkan plant ball and beam dapat NIP 131 668 485 NIP 132 230 559
digunakan kontroller lain seperti kontroller Fuzzy.
2. Menggunakan graphite strip sebagai sensor posisi
agar diperoleh pembacaan posisi yang lebih baik.
3. Sebagai pengembangan dari tugas akhir ini dapat
dilakukan penambahan jumlah posisi yang
diinginkan yaitu lebih dari dua posisi.
DAFTAR PUSTAKA