(CBR)
Giovani F Sipayung
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………….
RINGKASAN ISI BUKU………………………..………………………………………………………………………...
1. BUKU UTAMA………………………………………………………………………………………………..
2. BUKU PEMBANDING……………………………………………………………………………………...
KEUNGGULAN BUKU……………………………………………………………………………………………………
1. KETERKAITAN ANTAR BAB…………………………………………………………………………...
2. KEMUTAKHIRAN ISI BUKU……………………………………………………………………… ……
KELEMAHAN BUKU……………………………………………………………………………………………………..
1. KETERKAITAN ANTARBAB……………………………………………………………………………
2. KEMUTAKHIRAN ISI BUKU…………………………………………………………………………….
IMPLIKASI…………………………………………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………….
RINGKASAN ISI BUKU
BUKU UTAMA
MEKANIKA TEKNIK 1 STATISTIKA DAN KEGUNAANNYA
A. PENGETAHUAN DASAR TENTANG ILMU STATISTIKA
1. Pengetahuan Dasar
a. Pembangunan pada konstruksi batang dan rangka batang
Statika ialah ilmu tentang semua benda yang tetap, yang statis. llmu ini merupakan
bidang bagian ilmu mekanika teknik. Dalam ilmu dinamika diterangkan semua yang
bergerak: sedangkan dalam ilmu statika semua yang tidak bergerak {a tau yang tidak
akan bergerak). Kedua bagian itu mempunnyai dua persamaan, yaitu gaya-gaya dan
pergerakan. Hanya dalam ilmu statika ada ketentuan khusus mengenai pergerakan ini,
yaitu pergerakan v = 0. lni berarti, bahwa dalam ilmu statika kita hanya bekerja dengan
gaya-gaya yang tidak bergerak, dengan keadaan pergerakan = nol. lni baru terjadi, bila
semua gaya yang membebani suatu benda dan gaya-gaya pada tangkai pengungkit
{dengan jarak antara gaya dan benda = momen) saling menutupi, sehingga semua gaya
seimbang. Oleh sebab itu ilmu statika juga disebut ilmu keseimbangan gaya atau dengan
singkat ilmu keseimbangan .
Pada· semua. gaya yang bekerja pada suatu konstruksi batang atau rangka
batang sistim statisnya harus menjadi sama.
Perubahan bentuk elastis pada suatu konstruksi batang atau rangka batang
harus agak kecil. Ketentuan ini mengizinkan kita menentukan garis pengaruh
oleh beban masing-masing pada konstruksi yang kaku dan kemudian
disuperposisi-kan nilai masing-masing.
b. Beban pada konstruksi batang dan rangka batang
Beban yang tetap: Berat atau bobot sendiri Beban yang tetap seperti konstruksi
lantai atau suatu mesin yang dipasang tetap dsb. Beban tanah pada tu rap batu-batu,
batu beton dsb. Beban yang bergerak: Beban lalu lintas, kereta api, mobil, truk dsb. pada
konstruksi jembatan Beban berguna pada konstruksi bangunan Gaya-gaya rem pada
lalu lintas tekanan angin Pengaruh gempa Semua nilai beban yang bergerak ditentukan
dalam peraturan muatan Indonesia. Konstruksi bangunan menerima juga beban-beban
yang lain daripada beban yang tetap dan yang bergerak, yaitu: Perubahan bentuk oleh
perubahan suhu, Perubahan bentuk oleh penyusunan bahan bangunan, Pergeseran atau
penurunan tumpuan oleh pondasi yang kurang kuat atau oleh gempa. Pada konstruksi
batang atau rangka batang sebagai balok tunggal dsb. perubahan bentuk tidak
mengalami pembebanan konstruksi. Tetapi balok terjepit atau terjepit elastis menerima
tambahan pembebanan oleh perubahan bentuk. Pada konstruksi batang atau rangka
batang yang statis tertentu dengan syaratsyarat perseimbangan kita bisa menentukan
gaya dalam dan gaya luar ( reaksi pada tumpuan) . Pada konstruksi yang statis tidak
tertentu kita harus juga memperhatikan perubahan bentuk elastis yang mengalami
penentuan gaya luar.
c. Tumpuan pada konstruksi batang dan rangka batang
Tumpuan Sendi :
Tumpuan sendi menerima gaya tumpuan yang sembarang dan menentukan titik
tumpuan pada sistim statis. Reaksi atau gaya tumpuan yang sembarang pada
umumnya dibagi pada reaksi yang horisontal (Rh) dan reaksi yang vertikal (R).
Pada perhitungan kita harus menentukan dua nilai yang belum diketahui.
Tumpuan Rol
Tumpuan rol menerima gaya tumpuan yang vertikal (Rv) saja. Tumpuan rol
tidak menahan gaya horisontal atau momen. Pada perhitungan kita han:1s
menentukan satu nilai yang belum diketahui.
Jepitan :
Suatu jepitan menerima gaya tumpuan yang sembarang dan momen. Reaksi pada
tumpuan dibagi pada umumnya dalam reaksi yang horisontal (Rh) dan yang
vertikal ( Ryl dan suatu momen jepitan (M). Pada perhitungan kita harus
menentukan tiga nilai yang belum diketahui.
kumpulan gaya R' yang terdiri dari satu gaya yang mencari ukuran, jurusan dan
garis kerjanya.
kumpulan gaya R' terdiri dari dua gaya, satu dengan garis kerjanya tertentu
(tumpuan roD yang mencari ukuran, dan satu gaya dengan titik tangkap tertentu
(tumpuan sendi) yang mencari ukuran dan jurusannya.
kumpulan gaya R ' terdiri dari tiga gaya dengan garis kerjanya sudah diketahui
dan ukurannya kita cari.
6. Peng gunaan syarat·syarat keseimbangan pada perhitungan konstruksi
batang dan rangka batang
a. Perhitungan reaksi pada tumpuan.
Pada tumpuan suatu konstruksi batang atau rangka batang timbul gaya a tau reaksi
tumpuan yang diakibatkan oleh bebanan pada konstruksi itu . Reaksi tumpuan harus
seimbang dengan beban konstruksi. Pelaksanaan atau perhituolgannya boleh dilakukan
dengan menggunakan tiga syarat keseimbangan (pada sistim yang statis tertentu).
b. Gaya dalam
Pada keseimbangan harus diperhatikan bahwa konstruksi batang atau rangka batang
seluruhnya harus seimbang.
c. Perjanjian tanda
Reaksi tumpuan menjadi positif ( +) jikalau tumpuan itu ditekan, dan menjadi negatif
(-) sebaliknya. Gaya normal (N) menjadi positif ( + ) sebagai gaya · tarik dan menjadi
negatif (-) sebaliknya. Gaya lintang ( Q) menjadi positif ( + ) jikalau batang sebelah kiri
dari suatu potongan akan naik ke atas dan menjadi negatit ( - ) sebaliknya. Momen
lentur (M) menjadi positif ( + ) jikalau ada gaya tarik pada sisi bawah dan menjadi
negatif (-) sebaliknya.
B. ILMU INERSIA DAN KETAHANAN
1. Besaran – Besaran Lintang
a. Titik berat bidang
Kita membebani suatu bidang F dengan suatu beban merata q = 1 ( misalnya bidang
itu terdiri dari satu pelat dari bahan bangunan seragam). Kemudian kita bagi bidang F
atas sembarang jumlah bidang kecil f;. Hasil atau ukuran bidang kecil f; ini merupakan
suatu gaya oleh beban merata. Titik berat S kita ketahui sebagai titik tangkap resultante
gaya f; dalam arah horisontal dan vertikal.
b. Momen lembam dan momen sentrifugal pada bidang
Pada perhitungan titik berat kita bekerja dengan momen yang statis linear, akan
tetapi pada perhitungan tegangan kita bekerja dengan momen yang statis kwadrat.
c. Momen lembam I pada sistim koordinat berpindah
d. Momen lembam I pada sistim koordinat terputa
e. Lingkaran Mohr
Lingkaran Mohr yang ditemukan Mohr pada tahun 1868 memungkinkan
menggambar hubungan-hubungan antara momen lembam dan momen sentrifugal, baik
pada sistim koordinat bertitik tangkap pada titik berat maupun sistim koordinat
sembarang.
2. Tegangan Normal
a. Ketentuan keseimbangan
Suatu batang yang lurus, berbentuk prisma dan langsing akan mengubah bentuknya
sampai gaya dalamnya menjadi seimbang dengan gaya luarnya. Kejadian keseimbangan
akan kita perhatikan dengan ketentuan agar perubahan bentuknya itu kecil sekali dan
pengaruh atas titik tangkap gaya luar dan jurusannya begitu kecil agar pada
perhitungan kita abaikan pengaruhnya. Dengan suatu potongan siku pada garis sumbu
kita membagi batang yang kita perhatikan atas dua potongan.
b. Ketentuan perubahan bentuk
Oleh Jakob Bernoulli 1654 - 1705 dan Louis Navier 1785 - 1836 ditemukan asas
tentang potongan datar, yaitu: Potongan dari suatu batang yang datar harus juga
menjadi datar sesudah mengalami perubahan bentuk.
c. Hubungan antara masing-masing tegangan
Atas dasar pengetahuan ini kita dapat menentukan, bahwa tegangan normal pada
sistim koordinat bertitik tangkap pada titik berat.
d. Garis sumbu nol
Rumus ini menentukan, bahwa kita telah menggeser garis sumbu nol sejajar, akan
tetapi jurusannya masih tetap sama.
e. Gaya tekan dan gaya Tarik
Gaya tarik selalu menjadi positif ( +) dan gaya tekan menjadi negatif ( - ) . Kita
mengetahui, bahwa garis sumbu nol berada di titik tak terhingga dan tegangan menjadi
tetap pada seluruh potongan yang seluas F.
f. Momen lentur
Oleh karena momen lentur yang bekerja pada bagian kiri pada balok yang dipotong,
momen dengan jurusan putaran berlawanan dengan jarum jam menjadi positif ( + )
g. Besaran inti
Jikalau garis sumbu nol berputar sekeliling sisi penampang potongan, garis
penghubung tiap-tiap titik tangkap A menggambarkan sisi besaran inti.
3. Tegangan Geser
a. Tegangan geser oleh gaya lintang
Tegangan geser T menjadi sejajar pada gaya lintang dan pembagian pada lebarnya
potongan z menjadi merata .
b. Tegangan geser oleh gaya torsi
4. Tegangan – Tegangan
a. Tegangan linear
Tegangan linier adalah rangkaian listrik dan parameter rangkaian ini adalah
resistansi, kapasitansi, induktansi, dan sebagainya yang konstan. Tegangan utama o1
dan o2 menjadi tegangan normal yang maksimal dan menentukan potongan bidang
dengan tegangan geser = nol.
b. Tegangan dalam bidang
Kita menentukan ketentuan keseimbangan pada suatu benda prisma dengan
lebarnya 1 (satu) yang mengalami tegangan-tegangan pada bidang x - y. Ketentuan
keseimbangan l.u = 0 dan l.v = 0. Bukti rumus (2.40.) ini boleh dilakukan dengan
bantuan lingkaran Mohr yang memperlihatkan hubungan antara tegangan normal dan
tegangan geser dengan m omen lembam I dan m omen sentrifugal Z. Berlawanan
dengan momen lembam /, tegangan-tegangan bisa mendapat nilai positif ( + I atau
negatif ( - ) .
5. Penggunaan Dan Keamanan
a. Beban berulang – ulang
Jikalau kita membebani suatu bahan bangunan tidak dari nol sampai titik patah,
melainkan dengan beban yang berulang-ulang.
b. Teori-teori titik patah
Teori menurut tegangan utama yang terbesar
2. Teori menurut penguluran terbesar
3. Teori menu rut tegangan geser yang terbesar
4. Teori titik patah menu rut Mohr 5. Teori titik patah menurut pekerjaan
perubahan bentuk yang tetap
6. Tekukan
a. Macam -macam tekukan
Kita memperhatikan suatu batang tertekan dengan panjang I dengan ketentuan-
ketentuan seperti berikut:
C. KONSTRUKSI BATANG
Konstruksi batang ialah suatu konstruksi yang terdiri atas satu atau lebih batang
yang dapat menerima gaya normal, gaya lintang dan momen lentur. Sebaliknya
konstruksi rangka batang (vakwerk) terdiri atas suatu sistim yang hanya dapat
menerima gaya normal (tekanan atau tarikan), lihat bab 4. Konstruksi rangka batang
(vakwerk) . Jikalau suatu konstruksi tidak masuk golongan konstruksi batang maupun
rangka batang, kita menamakannya konstruksi gantungan dan sokongan. Selanjutnya
kita membatasi diri dalam buku ini pada konstruksi batang dan rangka batang.
1. Balok Tunggal
Pada balok tunggal dengan satu gaya kita tentukan, bahwa batang itu sendiri tidak
mempunyai bobot sendiri. Jikalau perlu kita tentukan pengaruh atas bobot sendiri. Pada
balok tunggal dengan satu gaya P sembarang yang bekerja pada titik tangkap 1. Pada
balok tunggal dengan tiga atau lebih gaya kita pada umumnya menambah bobot sendiri
pada gaya masing-masing, maka konstruksi batang tidak mempunyai bobot sendiri. J
ikalau pada balok tunggal dengan hanya dua gaya perlu kita tentukan pengaruh atas
bobot sendiri.
Momen pada suatu titik sembarang menjadi sama dengan luasnya bidang (diagram)
gaya lintang Q dari tumpuan sampai titik sembarang itu. Jikalau dikerjakan dari kiri
tanda ( + , - ) menjadi sama, jikalau dikerjakan dari kanan tanda ( + , - ) menjadi terbalik
(berlawanan) . Pada balok tunggal dengan beban merata q kita mendapatkan beban
total sebesar q · I = P (termasuk bobot sendiri). Balok tunggal dengan beban merata
terbatas kita bagi atas: a) beban merata terbatas pada s.atu ujung, b) beban merata
terbatas sembarang dan c) beban terbatas simetris.
Pada balok tunggal dengan beban segitiga kita bedakan antara a) beban segitiga yang
simetris dan b) beban segitiga yang satu hadap saja .
2. Konsole
a. Konsole dengan satu gaya pada ujung yang bebas
Jikalau kita potong batang ( konsole) ini pada tempat sembarang kita melihat, bahwa
gaya lintang Q berjurusan ke bawah, dan oleh perjanjian tanda menjadi positif ( + ) .
Sebenarnya gaya lintang menjadi negatif (-) dalam/pada ujung yang terjepit seperti
terlihat pada gambar (garis putus). Demikian kita dapat menentukan momen Mmax
pada tempat Q = 0 yaitu pada tumpuan A.
b. Konsole dengan beberapa gaya
c. Konsole dengan beban merata
d. Konsole dengan gaya horizontal
Konsole dengan gaya horisontal H di dalam praktek timbul pada konstruksi pelantar/
anjungan dengan pagar.
e. Konsole dengan macam-macam beban dan gaya
Pada konsole dengan macam-macam beban dan gaya kita tentukan semua gaya
lintang dan momen masing-masing dan kemudian mensuperposisikan nya .
3. Balok Tunggal Dengan Konsole
a. Balok tunggal dengan satu console
Pada suatu balok tunggal dengan satu konsole kita perhatikan pengaruh gaya pada
bagian balok masing-masing. Nilai-nilai yang sebenarnya akan kita terima oleh
superposisi. Kita memperhatikan pengaruh beban pada bagian balok masing-masing
seperti pada contoh di atas. Nilai-nilai yang sebenarnya akan kita dapatkan oleh
superposisi. Balok tunggal dengan satu konsole dengan macam-mdacam beban dan
gaya. Balok tunggal dengan satu konsole dengan beban yang tidak menguntungkan.
b. Balok tunggal dengan dua console
Balok tunggal dengan dua konsole dengan macam,macam beban dan gaya. Balok
tunggal dengan dua konsole dengan beban yang tidak menguntungkan.
4. Balok Tunggal Bersudut
Harus diperhatikan dengan khusus tanda ( + , -) terutama pada reaksi tumpuan
masing-masing oleh karena pada banyak contoh jurusannya pada permulaan belum
diketahui. Pada contoh itu kita memilih suatu jurusan saja, dan jikalau jurusan
berlawanan hasil menjadi negatif (-). Karena penentuan tanda ( + ,-) yang benar pada m
omen lentur menjadi penting sekali, pad a sistim berikut diberi suatu urat nisbi sebagai
garis putus. M omen lentur yang mengakibatkan gaya tarik pad a urat nisbi menjadi
posit if ( + ) . Ti!nda ( + , -) pada gaya normal N dan gaya lintang Q kita tentukan.
a. Balok tunggal bersudut siku
b. Balok tunggal bersudut miring
Konstruksi balok tunggal bersudut miring pada prakteknya sering timbul pada
konstruksi tangga dan atap. Pada perhitungan harus diperhatikan terutama cara dan
konstruksi tumpuan dan jurusan gaya-gaya yang bekerja pada balok itu. Pada suatu
balok tunggal yang miring dan bertumpu horizontal. Pada konstruksi kayu atau baja
gaya normal dan gaya lintang dibandingkan dengan tegangan yang diperbolehkan
menjadi begitu kecil, sehingga boleh dihilangkan pada perhitungan. Kecuali pada
konstruksi beton bertulang yang selalu memerlukan perhitungan gaya normal (gaya
tarik) dan gaya lintang walaupun kecil sekali.
c. Balok tunggal dengan lengkungan miring
5. Balok Rusuk Gerber
Jikalau lebar bentang atau jarak antara dua tumpuan pada konstruksi batang menjadi
terlalu besar, kita harus mencari kemungkinan konstruksi yang lain. Biasanya kita akan
menambahkan jumlah tumpuan, dan menggunakan sistim balok terusan, sistim peran
ganda atau sistim balok rusuk Gerber yang ditemukan oleh Heinrich Gerber 1832 -
1912 pada tahun 1 866. Sistim balok rusuk Gerber boleh digunakan sebagai konstruksi
batang atau rangka batang
Banyaknya engsel yang dibutuhkan = banyaknya tumpuan dalam
6. Konstruksi Portal Tiga Ruas dan Konstruksi Busur Tiga Ruas
Pada konstruksi portal tiga ruas dan konstruksi busur tiga ruas kita harus mencari
empat reaksi tumpuan pada dua tumpuan sendi. Karena kita hanya mempunyai tfga
syarat keseimbangan kita harus memasang suatu e!!g§el dengan M = 0, sebagai sarat
keseimbangan keempat. Dengan begitu sistim portal atau busur tiga ruas menjadi statis
tertentu, sama seperti tadi balok rusuk Gerber. Karena sistim portal atau busur tiga ruas
menjadi statis tertentu konstruksi ini tidak dapat mengalami kesukaran oleh penurunan
tumpuan dsb.
a. Konstruksi portal tiga ruas
Pada konstruksi portal tiga ruas dengan satu gaya sejajar anting, dicari: reaksi
tumpuan masing-masing, momen-momen, gaya !intang dan gaya normal. Pada
konstruksi portal tiga ruas dengan beban merata pada batang yang horisontal menurut
gambar berikut, dicari: reaksi tumpuan masing-masing dan diagram momen. Pada
konstruksi portal tiga ruas dengan gaya yang horisontal pada sudut menurut gambar
berikut, dicari: reaksi tumpuan masing-masing dan diagram momen. Pada konstruksi
portal tiga ruas dengan beban merata pada tiang kiri menurut·gambar berikut, dicari
reaksi tumpuan masing-masing dan diagram momen M. Pada konstruksi portal tiga ruas
dengan gaya pada konsole pada tiang kiri menurut gambar berikut, dicari: reaksi
tumpuan masing-masing dan diagram momen.
b. Konstruksi busur tiga ruas
Konstruksi busur tiga ruas dengan satu gaya
Konstruksi busur tiga ruas d engan gaya-gaya pada dua bagian busur
D. KONSTRUKSI RANGKA BATANG (VAKWERK)
Pengetahuan dasar Konstruksi rangka batang sebetulnya masih semacam konstruksi
batang, dengan batang masing-masing hanya menerima gaya tekan atau tarikan.
Konstruksi rangka batang terdiri dari batang-batang yang lurus dan yang disambung
pada titik simpul. Menurut ketentuan Kart Culmann 1852 pada tiap-tiap titik simpul
garis sumbu dan garis kerja masing-masing harus bertemu pada satu titik, dan bekerja
sebagai engsel. Beban-beban pada konstruksi rangka batang hanya boleh bekerja pada
titik simpul. Garis sumbu batang masing-masing harus lurus. Jikalc.u ada batang yang
bengkok akan timbul momen seperti pada batang dengan beban merata. Jikalau pada
suatu titik simpul garis sumbu masing-masing tidak bertemu pada satu titik, kita harus
memperhatikan supaya jumlah momen yang timbul oleh eksentrisitas ini menjadi nol .
1. Pembangunan konstruksi rangka batang
a. Ketentuan statis, suatu konstruksi rangka batang menjadi statis tertentu jikalau kita
dapat menentukan reaksi tumpuan dan gaya batang masing-masing dengan syarat
keseimbangan. Selanjutnya kita memperhatikan suatu titik simpul m sembarang pada
suatu konstruksi rangka batang.
b. Kestabilan konstruksi rangka batang
c. Pembangunan dan bentuk pada konstruksi rangka batang
Jikalau kita mulai membangun suatu konstruksi rangka batang dengan konstruksi
rangka batang yang paling sederhana, yaitu suatu segitiga, dan akan memasang dua
batang lagi dengan satu titik simpul bersama, kita mendapat suatu jaring terdiri dari
segitiga-segitiga. Tiap-tiap titik simpul yang kita tambahkan, diikuti oleh dua persamaan
keseimbangan dan dengan begitu konstruksi rangka batang selalu menjadi statis
tertentu dan juga stabil.
2. Penentuan Gaya Batang
a. Perhitungan gaya batang menurut Cremona
Menurut ketentuan keseimbangan yang bisa dilakukan secara gratis dengan
menggambar satu poligon batang tarik untuk setiap titik simpul, kita dapat menentukan
gaya batang pada suatu titik simpul sembarang, jikalau kita ketahui satu gaya batang
dan dapat mencari dua gaya batang . Dengan memperhatikan ketentuan keseimbangan
secara grafis ini kita dapat menutup poligon batang tarik pada tiap-tiap titik simpul.
Menurut Cremona kita dapat menggunakan pengetahuan ini dengan memperhatikan
suatu jurusan pemasangan gaya pada poligon batang tarik, misalnya selalu dalam arah
jarum jam, dan untuk poligon batang tarik pada titik simpul 1 83 berikut digunakan
sebagian dari poligon batang tarik yang sebelumnya. Dengan begitu dapat kita peroleh
selalu gambar poligon batang tarik yang tertutup (yang seimbang), dan bisa diketahui
apakah hasilnya betul atau salah.
b. Perhitungan gaya batang menurut Cullmann
c. Perhitungan gaya batang menu rut A. Ritter (1847 - 1 906)
3. Tambahan pengetahuan tentang konstruksi rangka batang belah ketupat
dan konstruksi rangka batang berbentuk K
Suatu konstruksi rangka batang belah ketupat menurut gambar berikut menjadi
statis tertentu, jikalau konstruksi rangka batang belah ketupat mulai sebelah kiri
dengan suatu belah ketupat separuh (segitiga) dan sebelah kanan dengan suatu belah
ketupat penuh.
E. PERHITUNGAN ALAT- ALAT SAMBUNGAN
1. Alat – Alat Sambungan Baja
a. Sambungan keling dan baut pada konstruksi baja, Alat-alat sambungan bertugas
menyalurkan gaya-gaya pada satu bagian bangunan ke bagian bangunan atau
konstruksi yang lain.
b. Sambungan las
Dalam prakteknya makin lama makin lebih digunakan sambungan las sebagai alat
sambungan baja karena sambungan las banyak keuntungannya dilihat dari segi estetik
maupun ekonomi. Hanya bahan baja ST 37 dan ST 52 boleh disambung dengan las.
Bahan baja yang akan disambung dengan las terbatas tebalnya, yaitu 25 mm pada baja
ST 52 dan 30 mm pada baja ST 37. Selanjutnya kita membatasi diri sendiri dalam
sambungan las pada konstruksi bangunan dengan muatan tetap dan tidak pada
konstruksi dengan muatan hidup seperti lalu-lintas pada konstruksi jembatan dsb.
2. Alat -Alat Sambungan Kayu
a. Pemakaian gigi tunggal secara ilmiah pada kuda penopang maupun pada takikan kayu
pelana mempengaruhi dengan sudut yang sama cp/2. Kemiringan bidang gigi tunggal
yang belakang ditentukan oleh dalamnya takikan d.
b. Paku berdiameter kecil lebih baik daripada yang besar. Sebaliknya kepadatan paku
jangan juga terlalu besar untuk menjaga jangan sampai kayu pecah.
c. Sambungan dengan baut hanya boleh digunakan pada bangunan-bangunan
sederhana. Untuk menerima/ menyalurkan beban-beban besar pada bangunan tahan
lama, baut tidak dapat digunakan. Sambungan dengan baut dinilai sebagai lemah dan
tidak boleh disamakan dan digun!'lkan bersama dengan sambungan jenis lain. Jangan
menggunakan baut tanpa cincin yang cocok (lihat daftar berikut). Untuk bangunan
dengan kayu Ulin/ Jati maka nilai-nilai pada tabel beban yang diperkenankan harus
ditambah 15%. Besarnya cincin boleh dikurangi 4 nilai, yaitu 4 nilai atau 8 mm dari
garis tengah baut. Lobang baut harus dibuat secukupnya saja. Speling tidak boleh lebih
dari 1 .0 mm.
d. Pasak cincin, bulldog connector dan pelat paku
e. Konstruksi berlapis majemuk dengan perekat
Yang disebut konstruksi berlapis majemuk, ialah konstruksi kayu, yang
menggunakan papan-papan tipis, yang saling direkatkan dengan seratnya sejajar
dengan perekat, sehingga merupakan balok yang berukuran besar.
Contoh Permasalahan :
Pada suatu konstruksi rangka batang dengan tepi bawah berukuran 8/16 cm ada
sambungan diagonal dengan sudut cp = 40° yang berukuran 2 x 3/16 cm. Sebagai alat
sambungan kita memilih paku.
BUKU PEMBANDING
ANALISA STRUKTUR I
A. PENGANTAR ANALISIS STRUKTUR
1. Pendahuluan
Di sepanjang sejarahnya, umat manusia telah berhasil membangun berbagai struktur
bangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang terkait dengan kenyamanan,
mobilitas dan kepuasan kehidupannya. Awalnya, pembangunan dilakukan melalui
proses coba-coba yang memerlukan banyak waktu dan tenaga.
2. Tujuan Analisis Struktur
Tujuan utama analisis struktur adalah untuk menentukan respons struktur terhadap
berbagai kemungkinan beban yang akan bekerja selama masa layannya. Respons ini
dapat berupa deformasi, perpindahan, aksi-aksi gaya ataupun tegangan-tegangan
internal.
Dalam praktek, ada dua keadaan yang membutuhkan analisis struktur:
Keadaan pertama, ketika struktur yang sudah berdiri harus dianalisis agar bisa
menaksir kapasitasnya. Sebagai contoh, analisis struktur jembatan yang
dikehendaki untuk ditingkatkan batas bebannya, atau bangunan gedung yang
semula dirancang untuk ruang kuliah kemudian setelah berdiri dikehendaki
berubah menjadi ruang perpustakaan. Analisis struktur di sini menetapkan
reaksi (respons) struktur terhadap sistem pembebanan yang bekerja.
Keadaan kedua, merupakan kondisi yang lebih umum, muncul sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari tahap-tahap proses perancangan bangunan secara
keseluruhan. Merancang struktur adalah upaya mencipta dan memodifikasi
konfigurasi fisik secara teratur sehingga struktur diperkirakan dapat
memberikan respons yang sesuai dan akhirnya bisa berfungsi seperti yang
dikehendaki.
B. STATISTIKA
1. Pendahuluan
Ilmu statika pada dasarnya merupakan pengembangan dari ilmu fisika, yang
menjelaskan kejadian alam sehari-hari, yang berkaitan dengan gaya-gaya yang bekerja.
Insinyur sipil dalam hal ini bekerja pada bidang perencanaan, pelaksanaan dan
perawatan atau perbaikan konstruksi bangunan sipil. Fungsi utama bangunan sipil
adalah mendukung gaya-gaya yang berasal dari beban-beban yang dipikul oleh
bangunan tersebut. Sebagai contoh adalah beban lalu lintas kendaraan pada
jembatan/jalan, beban akibat timbunan tanah pada dinding penahan tanah (retaining
wall), beban air waduk pada bendung, beban hidup pada lantai bangunan gedung, dan
lain sebagainya.
2. Pengertian Gaya
Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan deformasi pada suatu struktur. Gaya
mempunyai besaran dan arah, digambarkan dalam bentuk vektor yang arahnya
ditunjukkan dengan anak-panah, sedangkan panjang vektor digunakan untuk
menunjukkan besarannya.
3. Vektor Resultan
Sejumlah gaya yang bekerja pada suatu struktur dapat direduksi menjadi satu
resultan gaya, maka konsep ini dapat membantu didalam menyederhanakan
permasalahan. Menghitung resultan gaya tergantung dari jumlah dan arah dari
gayagaya tersebut. Beberapa cara/metode untuk menghitung/mencari resultan gaya,
yaitu antara lain:
D. GAYA DALAM
1. Pengertian Gaya Dalam
Suatu balok terletak pada 2 perletakan dengan beban seperti pada gambar, maka
balok tersebut akan menderita beberapa gaya dalam yaitu :
Balok menderita beban lentur yang menyebabkan balok tersebut melentur. Gaya
dalam yang menyebabkan pelenturan balok tersebut disebut Momen (M).
Balok tersebut menderita gaya lintang, akibat adanya reaksi perletakan atau
gayagaya yang tegak lurus ( ⊥ ) sumbu batang, balok tersebut menerima gaya
dalam yang disebut Gaya Lintang (D).
Balok tersebut menderita gaya tekan karena adanya beban P dari kiri dan kanan.
Balok yang menerima gaya yang searah dengan sumbu batang, maka akan
menerima beban gaya dalam yang disebut Normal (N).
a. Gaya lintang
Gaya Lintang Gaya lintang adalah gaya-gaya yang tegak lurus dengan sumbu batang.
Sebuah balok terletak diatas 2 perletakan A dan B, menerima gaya-gaya yang arahnya
tegak lurus terhadap sumbu balok. Gaya-gaya tersebut adalah RA, RB dan q. yang
memberikan gaya lintang terhadap balok A-B tersebut.
Gaya lintang diberi tanda positif (+), jika dilihat di kiri potongan titik yang ditinjau,
jumlah gaya arahnya ke atas, atau kalau dilihat di kanan potongan, jumlah gaya arahnya
ke bawah. Gaya lintang diberi tanda negatif (-), jika dilihat di kiri titik potongan yang
ditinjau arahnya kebawah (↓ ) dan bila ditinjau di kanan titik potongan yang ditinjau
arahnya ke atas.
b. Gaya Normal
Gaya normal adalah gaya-gaya yang arahnya sejajar (//) terhadap sumbu beban balok.
Apabila sebuah balok tidak ada beban yang sejajar terhadap sumbu beban balok, maka
dikatakan balok tersebut tidak memiliki gaya normal. Gaya normal bertanda positif (+)
bila arah gayanya menekan batang, sedangkan gaya normal bertanda negatif bila arah
gayanya menarik balok.
2. Beban Segitiga
Pada umumnya beban tak hanya terpusat atau terbagi rata, namun ada yang
berbentuk segitiga seperti beban tekanan air dan tanah. Prinsip dasar penyelesaiannya
adalah sama dengan yang lain, namun kita harus lebih hati-hati karena bebannya
membentuk persamaan.
E. GARIS PENGARUH
Garis pengaruh ini berfungsi sebagai alat bantu untuk mencari nilai reaksi, momen,
gaya lintang, dan gaya normal, jika di atas struktur jembatan tersebut berjalan suatu
muatan. Untuk mempermudah suatu penyelesaian, maka suatu garis pengaruh, beban
yang dipakai sebagai standar adalah beban P sebesar satu satuan (ton atau kg atau
Newton) yang berjalan diatas struktur suatu jembatan tersebut. Sedangkan bentuk garis
pengaruh tersebut adalah suatu garis yang menunjukkan nilai reaksi (R) atau momen
(M), gaya lintang (D) atau gaya normal (N) di suatu tempat pada balok tersebut.
F. BALOK GERBER
Balok gerber adalah struktur balok yang mempunyai jumlah reaksi perletakan > tiga
buah, namun masih bisa diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan. Contohnya
pada struktur jembatan balok pada sungai yang mempunyai lebar cukup besar,
sehingga dibuatlah jembatan yang berbentang lebih dari satu. Dalam persamaan
keseimbangan hanya mempunyai tiga buah persamaan keseimbangan yaitu ΣV = 0, ΣH =
0, ΣM = 0, berarti untuk bisa menyelesaikan struktur jembatan dengan dua bentang
(sendi-rol-rol) masih memerlukan 1 buah persamaan baru lagi, supaya bilangan yang
tidak diketahui (RAV, RAH, RBV, RCV) bisa didapat. Untuk struktur statis tertentu
persamaan yang tersedia hanya tiga buah ΣV = 0, ΣH = 0, ΣM = 0, sehingga struktur
tersebut disebut struktur statis tak tentu.
G. GARIS PENGARUH BALOK GERBER
1. Momen Maximum di Suatu Titik Pada Gelagar
Prinsip dasar yang digunakan dalam mencari momen maksimum di suatu titik adalah
sebagai berikut:
• Untuk mencari nilai momen maximum di suatu untuk didalam gelagar maka kita
perlu mencari posisi dimana muatan tersebut berada yang menyebabkan momen
di titik tersebut maximum.
• Untuk mencari nilai maximum tersebut perlu memakai garis pengaruh dari gaya
dalam yang dicari sebagai perantaranya.
• Nilai maximum tersebut didapat dengan cara mengalikan antara beban yang
terletak diatas gelagar dengan ordinat dari garis pengaruh yang dipakai.
2. Mencari Momen Maximum Maximorum di Suatu Gelagar
Momen maximum maximorum ini berbeda dengan mencari momen maximum di
suatu titik pada gelagar, mencari momen maximum-maximorum di suatu gelagar ini
posisi titiknya tidak tertentu. Jadi dalam hal ini titik letak dimana momen maximum
terjadi, serta posisi beban yang menyebabkan terjadinya momen maximum harus dicari.
Jadi dalam hal ini letak posisi titik dimana momen maximum terjadi dan letak posisi
beban yang menyebabkan momen maximum harus di cari. Adapun dasar-dasar
perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut:
• Untuk mencari momen maximum-maximorum di suatu gelagar ini tidak bisa
memakai garis pengaruh karena titik letak momen maximum terjadi harus
dicari.
• Dalam mencari momen maximum-maximorum ini harus memakai persamaan.
KEUNGGULAN BUKU
A. BUKU UTAMA
1. Keterkaitan Antar Bab
• Pada buku ini, bab – bab yang di sajikan sangat berhubungan dan
berkaitan dengan bab selajutnya. Bahkan antar subbab pun berkaitan dan
mencakup seluruh materi.
2. Kemutakhiran Isi Buku
• Isi dari buku ini dapat dikatakan mutakhir, karena pembahasan yang
disajikan dibuku tersebut menjelaskan dengan baik bab – bab yang baik
dan benar
B. BUKU PEMBANDING
1. Keterkaitan Antar Bab
• Buku ini memiliki hubungan yang baik antar bab dan sub bab yang
berisikan tentang analisis struktur.
2. Kemutakhiran Isi Buku
• Isi buku dapat dikatakan mutakhir karena pembahasan dan isinya sangat
lengkap dan terperinci disajikan.